Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ACUTE MYOCARDIAL INFARCT


Tugas ini disusun sebagai salah satu bentuk penugasan dalam Praktik Klinik Keperawatan III
dengan Kompetensi Kegawatdaruratan

Dosen pembimbing: Sholihatul Maghfirah S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Oleh :

DELLY REFIALY WAHYU

NIM 18613176

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2021
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Acute myocardial infarct adalah keadaan dimana suplai darah pada suatu
bagian jantung terhenti sehingga sel otot jantung mengalami kematian (Sri
Haryuni, 2015). IMA juga dikenal sebagai serangan jantung yang merupakan
salah satu kondisi yang mengancam jiwa hal ini ditandai dengan pembentukan
area nekrotik local di dalam miokardium, sehingga aliran darah ke jantung tidak
optimal yang berdampak pada penurunan pemenuhan oksigen (Black & Hawks,
2014).

2. Etiologi
Penyebab acute myocardial infarct ada dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi :
a. Karakteristik plak
Seperti ukuran dan konsistensi dari inti lipid serta kondisi bagaimana
plak tersebut terpapar serta status koagulasi dan derajat vasokontriksi
arteri.

Sedangkan faktor eksternal yaitu :

a. Aktivitas pasien
Aktivitas yang berat dan stress emosional berat dapat menyebabkan
rupture plak.
b. Paparan dingin
Seperti waktu pagi hari juga dapat mempengaruhi rupture plak.
(Black & Hawks, 2014)

3. Manifestasi Klinis
a. Nyeri mendadak
b. Mual dan muntah
c. Perasaan lemas
d. Kulit dingin karena vasokontriksi simpatis
e. Pengeluaran urin berkurang
f. Takikardia

2
g. Cemas
(Syarah Dina, 2018)

4. Klasifikasi
Menurut perhimpunan dokter spesialis krdiovaskuler Indonesia tahun 2015,
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaa EKG dan pemeriksaan
marka jantung acut myocard infarct dibagi menjadi:
a. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation
myocardial infraction)
b. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST
c. Angina pectoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris).

5. Patofisiologi
Berawal dari proses aterosklerosis yang merupakan faktor pencetus terjadinya
AMI, terbentuknya plak dari ateroskerosis mnyebabkan penyempitan lumen
pembuluh darah arteri coroner dan bila plak ini pecah maka kan menyebabkan
thrombosis dan obstruksi arteri coroner. Penyempitan atau oobstruksi total
pembuluh darah arteri coroner akan mempengaruhi perfusi coroner sehingga
suplai oksigen berkurang yang menyebabkan iskemia miokard. Pada iskemia
memaksa miokardium merubah metabolisme bersifat anaerob dimana asam laktat
yang dihasilkan tertimbun didalam sel-sel miokard akan menstimulasi ujung
syaraf dan menimbulkan rasa nyeri dada, serta kadar Ph sel akan
berkurang/asidosis. Iskemia miokard yang berlangsung lebih lama menyebabkan
kerusakan sel-sel miokard yang irreversible dan nekrosis, pada keadaan demikian
fungsi ventrike terganggu kekuatan kontruksi berkurang, penurunan stroke
volume dan fraksi ejeksi serta gangguan irama jantung. Yang akan mengubah
hemodinamika. Mekanisme kompresi output kardial dan perfusi yang meungin
meliputi stimulus simpatik berupa peningkatan heart rate, vasokontriksi, hipertrofi
ventrikel. Proses terjadinya infark miokard terbagi dalam 3 zona, yaitu zona
nekrotik, zona injury dan iskemia. Zona injury dan iskemia erpotensial dapat
pulih kembali tergantug pada kemampuan jaringan sekitar iskemia membentuk
sirkulasi kolateral untuk reperfusi cepat. Luasnya infark tergantung pada

3
pembuluh darah arteri yang tersumbat , miokard infark paling sering mengenai
ventrikel kiri. Dan area yang terkena dapat seluruh otot jantung (infark
transmural) atau hanya mengenai sebagian dalam lapisan miokard (infark sub
endokardial).

4
6. Pathway

Sumber : Black & Hawks, 2014

5
6
7. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaa medis AMI menurut (ACC/AHA,2013 dalam Safitri,
2013)
a. Pemberian oksigen
Suplentasi oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi
oksigen arteri <90%.
b. Nitrogliserin
Pasien dengan nyeri iskemik di dada harus diberikan nitrogliserin
sublingual 0,4 mg setiap 5 menitdengan dosis maksimal 3 dosis.
c. Analgesik
Merupakan pilihan untuk manajemen nyeri.
d. Aspirin
Aspirin kunyah harus diberikan pada pasien yang belum pernah
mendapatkan aspirin pada kasus AMI.
e. Beta bloker
Terapi beta bloker oral dianjurkan pada pasien yang tidak memiliki
kontraindikasi terutama bila ditemukan adanya hipertensi dan
takiaritmia.
2. Penatalaksanaan non medis
a. Aktivitas
Pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama
b. Diet
Karena resiko muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard
pasien harus puasa atau hanya minum air dalam 4-12 jam pertama.
c. Bowels
Istirahat ditempat tidur dan efek penggunaan narkotik untuk
menghilangkan nyerimengakibatkan konstipasi.
d. Sedasi
Pasien memerlukan sedasi selama perawatan untuk mempertahankan
periode inaktivasi dengan penenang.

8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan elektrokardiogram
b. Pemeriksaan labolatorium
c. Pemeriksaan radiologi
d. Pemeriksaan ekokardiografi
e. Pemeriksaan radioisotope

7
9. Prognosis
Terdapat beberapa sistem untuk menentukan prognosis paska IMA:
1. Klasifikasi Killip berdasarkan pemeriksaan fisik bedside sederhana, S3
gallop, kongesti paru dan syok kardiogenik.

Tabel 1 . Klasifikasi Killip pada Infark Miokard Akut

Klas Definisi Mortalitas %


I Tak ada tanda gagal jantung 6
kongestif
II +S3 dan atau ronki basah 17
III Edema paru 30-40
IV Syok kardiogenik 60-80
2. Klasifikasi Forrester berdasarkan monitoring hemodinamik indeks jantung
dan pulmonary capillary wedge pressure (PCWP)
Tabel 3. Klasifikasi Forrester untuk Infark Miokard Akut

Klas Indeks Kardiak PCWP(mmHg) Mortalitas %


(L/min/m2)
I >2,2 <18 3

II >2,2 >18 9
III <2,2 <18 23
IV <2,2 >18 51

8
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian dari proses asuhan keperawatan pada infark miokard akut (IMA)
mencakup riwayat yang berhubungan dengan gambaran gejala berupa nyeri dada,
sulit bernapas (dispnea), palpitasi, pingsan (sinkop), dan keringat dingin
(diaforesis). Masing- masing gejala harus dievaluasi waktu dan durasinya serta
faktor yang mencetuskan dan yang meringankan.
a. Anamnesis
Anamnesis penyakit ini terdiri atas keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan kondisi psikologis pasien.
1) Keluhan utama
Anamnesis penyakit ini terdiri atas keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan kondisi psikologis pasien.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dengan
melakukan serangkaian pertanyaan tentang nyeri dada pasien secara
PQRST (Provoking, Quality, Region, Severity, Time).Proviking dan
Time: Tanyakan pertanyaan untuk menentukan permulaan serangan,
durasi, dan rangkaian nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan? Berapa
lama nyeri telah berlangsung? Apakah nyeri terjadi pada waktu yang
sama setiap hari? Berapa sering nyeri tersebut muncul?
3) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan
mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah menderita nyeri dada,
darah tinggi, DM, dan hiperlipidemia. Tanyakan mengenai obat-obatan
yang biasa diminum oleh pasien pada masa lalu yang masih relevan.
4) Riwayat penyakit keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga serta bila ada anggota keluarga yang meninggal maka
penyebab kematian juga ditanyakan
5) Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya.
Kebiasaan sosial ditanyakan dengan menanyakan kebiasaan dalam
pola hidup, misalnya minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan
merokok juga dikaji dengan menanyakan tentang kebiasaan merokok
sudah berapa lama, berapa batang per hari, dan jenis rokok.
6) Psikologis
Pasien IMA dengan nyeri akan mengalami kecemasan berat sampai
ketakutan akan kematian. Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi,
kecemasan merupakan stresor yang dapat menurunkan sistem imunitas
tubuh.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pasien terdiri atas keadaan umum dan B1- B6. Keadaan
umum: Pada pemeriksaan keadaan umum pasien IMA biasanya didapatkan

9
kesadaran baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan
yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
B1 (Breathing): Terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal, dan
keluhan napas seperti tercekik. Biasanya juga terdapat dispnea kardia. Sesak
napas ini terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan
tekanan akhir diastolik dari ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena
pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah
ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan fisik.
B2 (Bleeding): Pemeriksaan B2 yang dilakukan dapat melalui teknik
inspeksi, palpasi, dan auskultasi. Inspeksi adanya parut; palpasi denyut perifer
melemah; auskultasi tekanan darah, bunyi jantung tambahan; perkusi adanya
pergeseran batas jantung.
B3 (Brain): Kesadaran biasanya CM, tidak didapatkan sianosis perifer.
Pengkajian objektif pasien berupa adanya wajah meringis, perubahan postur
tubuh, menangis, merintih, meregang dan menggeliat
B4 (Bladder): Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan
asupan cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memantau adanya oliguria pada
pasien IMA karena merupakan tanda awal dari syok kardiogenik.
B5 (Bowel): Kaji pola makan pasien apakah sebelumnya terdapat
peningkatan konsumsi garam dan lemak. Adanya nyeri akan memberikan
respon mual dan muntah. Palpasi abdomen didapatkan nyeri tekan pada
keempat kuadran. Penurunan peristaltik usus merupakan tanda kardial pada
IMA.

B6 (Bone): Hasil yang biasanya terdapat pada pemeriksaan B6 adalah


sebagai berikut.
1) Aktivitas, gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, gerak
statis, dan jadwal olahraga tidak teratur.
2) Tanda: takikardi, dispnea pada saat istirahat/ aktivitas, dan
kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Elektrokardiogram
EKG memberi informasi mengenai elektrofisiologi jantung. Melalui
pembacaan dari waktu ke waktu, dokter mampu memantau perkembangan
dan resolusi suatu infark miokard. Lokasi dan ukuran relatif infark juga
dapat ditentukan dengan EKG. Adanya perubahan EKG pada infark
miokardium meliputi inversi gelombang T, elevasi segmen ST, dan
gelombang Q yang menonjol. Gelombang Q menunjukkan nekrosis
miokardium dan bersifat ireversibel. Perubahan pada segmen ST dan
gelombang T diakibatkan karena iskemia dan akan menghilang sesudah
jangka waktu tertentu.
2) Pemeriksaan Laboratorium

10
Analisis enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil
diagnostik yang meliputi: riwayat, gejala, dan elektrokardiogram untuk
mendiagnosis infark miokardium
3) Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas
4) Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung

d. Penatalaksanaan medis
Tatalaksana IMA adalah mendiagnosis secara cepat, menghilangkan nyeri
dada, menilai dan mengimplementasikan strategi reperfusi yang mungkin
dilakukan, memberi antitrombotik dan anti platelet, memberi obat penunjang.
1) Oksigen : suplemen oksigen harus diberikan ada pasien dengan saturasi
oksigen <90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat
diberikan oksigen selama 6 jam pertama.
2) Nitrogliserin : Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman
dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5
menit.
3) Rawat ICCU, puasa 8 jam
4) Tirah baring, posisi semi fowler
5) Monitor EKG
6) Diet rendah kalori dan mudah dicerna
7) Psikoterapi untuk mengurangi cemas

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Deficit pengetahuan b.d keterbatasan kognitif
(SDKI, 2017)

11
3. Perencanaan

Tujuan & K/H Intervensi


Diagnose
SLKI SIKI
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Managemen nyeri
pencedera fisiologis tindakan selama 2x24 Observasi :
jam diharapkan tingkat a. Identifikasi lokasi,
nyeri menurun dengan karakteristik,durasi,
kriteria hasil : frekuensi,kualitas
1. keluhan nyeri dan intensitas nyeri
menurun b. Identifikasi skala
2. meringis berkurang nyeri
3. gelisah menurun c. Identifikasi respon
nyeri non verbal
d. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
Terapeutik :
a. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri missal (terapi
pijat, kompres
hangat kompres
dingin)
b. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasib:
a. Jelaskan
penyebab,periode,
dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
a. Kolaborasi
pemberian analgeti,
jika perlu
Deficit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
b.d kurang terpapar tindakan selama 2x24 Observasi :
informasi jam diharapkan tingkat a. identifikasi kesiapan
pengetahuan meningkat dan kemampuan

12
dengan kriteria hasil : menerima
1. perilaku sesuai innformasi
anjuran meningkat b. identifikasi factor-
2. perilaku membaik faktor yang dapat
3. persepsi yang keliru meningkatkan dan
terhadap masalah menurunkan
menurun motivasi perilaku
hidup bersih dan
sehat
terapeutik :
a. sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
b. jadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
c. berikan kesempatan
untuk bertanya
edukasi :
a. Jelaskan factor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
b. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
c. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M & Hawks, Jane H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah


Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Singapura: Elsevier

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. 2015. Pedoman


Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Dikutip dari
http://jki.or.id pada 06 oktober 2020

Safitri, (2014) ST Elevasi Miokard Infark Anteroseptal Pada Pasien Dengan


Faktor Resiko Kebiasaan Merokok Menahundan Tingginya Kadar Kolesterol
dalam darah.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/ibdex.php/medula/article/download/131/129
diakses pada tanggal 06 oktober 2020

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI

14

Anda mungkin juga menyukai