Anda di halaman 1dari 7

Artikel Penelitian

Hubungan Burnout Dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana

Ni Putu Raka Wirati1, Ni Made Nopita Wati2, Ni Luh Gede Intan Saraswati3
1 RSUD Wangaya Denpasar, Bali
2,3 Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Wiramedika Bali

Article Info Abstract


Article History: Perawat merupakan tenaga kesehatan yang senantiasa berada 24 jam
Diterima 26 Mei 2020 bersama pasien. Hal ini dapat menguras stamina dan emosi, serta
menimbulkan tekanan yang mengakibatkan perawat mengalami kejenuhan
Key words: kerja atau burnout. Dampak pada burnout adalah kehilangan minat
Perawat; Burnout; Motivasi terhadap pekerjaan dan motivasi menurun yang pada akhirnya
Kerja menyebabkan kualitas kerja dan kualitas hidup menurun. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan burnout perawat dengan motivasi
kerja perawat pelaksana di RSUD Wangaya Denpasar. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional. Penelitian
ini menggunakan teknik total sampling, dengan sampel perawat pelaksana
yang berjumlah sebanyak 165 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
motivasi kerja kuat sebanyak 95 orang (57,6%), sebagian besar perawat
mengalami burnout sedang sebanyak 85 orang (51,5%) dan ada hubungan
burnout dengan motivasi kerja perawat pelaksana (p=0,000). Nilai kekuatan
korelasi 0,406 (kekuatan sedang) dan arah korelasi negatif yang artinya
apabila tingkat burnout rendah maka motivasi kerja kuat. Disarankan
kepada pihak Rumah Sakit memperhatikan tingkat burnout yang dirasakan
oleh perawat untuk mencegah terjadinya penurunan motivasi kerja perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan.

PENDAHULUAN menimbulkan tekanan yang mengakibatkan


perawat mengalami kejenuhan kerja atau
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang burnout (Prestiana & Purbandini, 2012).
bekerja berada dalam 24 jam harus selalu Kleiber dan Ensman menyebutkan bahwa
memberikan perawatan yang maksimal dalam bibliografi yang memuat 2.496
dalam pelayanannya, namun tidak semua publikasi tentang burnout di Eropa
perawat mampu menjalankan tugas dan menunjukkan 90% burnout dialami pekerja
fungsinya dengan baik, sering kali mereka kesehatan dan sosial (perawat), 32%
mengalami kelelahan mental, emosional, dialami oleh guru (pendidik), 43% dialami
akibat tugas yang harus selalu siap pekerja administrasi dan manajemen, 4%
memberikan pelayanan yang baik bagi pekerja dibidang hukum dan kepolisian
pasien. Hal ini akan dapat menguras serta 2 % dialami pekerja lainnya.
stamina dan emosi perawat, serta Prosentase diatas dapat dilihat bahwa

Corresponding author:
Ni Made Nopita Wati
ners.pita@gmail.com
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 1, Mei 2020
DOI: http://dx.doi.org/10.26594/jkmk.v3.i1.468
e-ISSN 2621-5047
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 1, Mei 2020/ page 8-14 9

profesi perawat menempati urutan berbagai hal, yaitu kurang memiliki


tertinggi sebagai profesi yang paling banyak tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan
mengalami burnout, hampir setengah dari suatu pekerjaan atau kegiatan, memiliki
jumlah keseluruhan pekerja yang pekerjaan namun tidak sesuai dengan
mengalami burnout adalah perawat rencana dan tujuan, bersikap apatis, tidak
(Prestiana & Purbandini, 2012). percaya diri, ragu dalam mengambil
keputusan, dan tidak mempunyai semangat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dalam bekerja. Seseorang yang ingin
prevalensi perawat yang bekerja di rumah mencapai prestasi merupakan kunci suatu
sakit besar di Brasil Selatan yang motivasi dan kepuasan kerja. Motivasi kerja
mengalami burnout sebanyak 35,7% dari yang tinggi baik intrinsik maupun
151 responden(Moreira, Magnago, Sakae, & ekstrinsik terbukti memiliki dampak yang
Magajewski, 2009). Penelitian (Wati, besar terhadap peningkatan kerja
Mirayanti, & Juanamasta, 2019) seseorang dan pada gilirannya mendorong
menunjukkan bahwa 84,2% perawat di pertumbuhan kinerja organisasi. Artinya
Ruangan Rawat Inap mengalami kejenuhan bahwa, makin besar motivasi kerja
kerja. Hasil penelitian (Suharti & Daulima, seseorang maka akan semakin positif
2013) di Jakarta menunjukkan bahwa 89% kinerja seseorang dan organisasi (Yusuf,
perawat mengalami burnout. PPNI 2014).
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia)
tahun 2009 mengungkapkan perawat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Indonesia yang mengalami stress kerja, hubungan burnout dengan motivasi kerja
sering merasa pusing, lelah, kurang ramah, perawat pelaksana di RSUD Wangaya
kurang istirahat akibat beban kerja terlalu Denpasar.
tinggi serta penghasilan yang tidak
memadai. METODE

National Safety Council (NSC) mengatakan Penelitian ini menggunakan desain


bahwa burnout akibat stress kerja dan penelitian deskriptif kuantitatif. Rancangan
beban kerja yang paling umum, gejala pada penelitian ini adalah korelasi.
khusus pada burnout ini antara lain Penelitian ini di lakukan di seluruh Ruang
kebosanan, depresi, pesimisme, kurang Rawat Inap RSUD Wangaya Denpasar.
kosentrasi, kualitas kerja buruk, Teknik pengambilan sampel dalam
ketidakpuasan, keabsenan dan kesakitan penelitian adalah non probability sampling
atau penyakit (Dale, 2011). Perawat dengan jenis total sampling. Jumlah
tersebut rata- rata sering mengalami responden dalam penelitian ini yaitu
pusing, lelah dan tidak bisa beristirahat sebanyak 165 orang perawat pelaksana di
karena beban kerja yang tinggi dan menyita ruang rawat inap RSUD Wangaya Denpasar.
waktu yang lama, selain itu perawat juga Proses penelitian berlangsung dari tanggal
mendapatkan gaji yang rendah dan insentif 16 september sampai dengan 16 oktober
yang kurang memadai. Burnout juga 2019.
berdampak kehilangan minat terhadap
pekerjaan dan motivasi menurun yang pada Instrumen dalam penelitian ini yang
akhirnya akan menyebabkan kualitas kerja digunakan adalah kuesioner MBI (Maslach
dan kualitas hidup akan menurun Burnout Inventory) dengan jumlah
(Maharani & Triyoga, 2012). pertanyaan favourable sebanyak 23 item,
dalam bentuk skala model likert yang
Motivasi kerja perawat yang kurang akan mempunyai jawaban 1 sampai 4, dimana
memberikan dampak negatif pada kualitas jawaban dengan nilai 1= tidak pernah, 2=
pelayanan yang diberikan. Motivasi kerja jarang, 3=selalu, 4= sering. Kuesioner
perawat yang rendah akan tampak dalam burnout sudah dilakukan uji validitas dan

Ni Made Nopita Wati / Hubungan Burnout Dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 1, Mei 2020/ page 8-14 10

reabilitas oleh (Wati, Ardani, & Dwiantoro, personal accomplishment (Rendahnya


2018) dalam penelitian yang berjudul penghargaan terhadap diri sendiri)
”Implementation Of Caring Ladership Model didominasi oleh jawaban “sering” pada item
Had an Effect on Nurse’s Burnout” Di Rumah pertanyaan no 7 (belum mampu
sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar”, uji memberikan pengaruh positif terhadap
validitas ditemukan bahwa 23 pertanyan kehidupan orang lain) sebanyak 47 orang
Maslach Burnout Inventory valid dengan (28,5%).
nilai r product moment = 0,361. Hasil uji
reabilitas dengan uji statistic alpha Hasil penelitian manunjukkan bahwa
cronbach diperoleh r sebesar 0,937. burnout perawat pelaksana dengan kategori
Sedangkan kuesioner motivasi kerja sedang yaitu sebanyak 85 orang responden
diadopsi dari (Hermayanti, 2011) dengan (51,5%), dan sebagian besar motivasi kerja
25 pernyataan dalam bentuk skala likert, perawat dikategorikan motivasi kuat yaitu
yang terdiri dari 17 item pertanyaan positif sebanyak 95 orang (57,6%).
dan 8 item pertanyaan negatif. Kuesioner ini
telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas Tabel 1
oleh (Hermayanti, 2011), dengan hasil dari Burnout perawat pelaksana
Indikator f %
uji validitas untuk lembar kuesioner dari 25
Burnout perawat
item didapatkan hasil r hitung ≥ 0,361 dan Rendah 59 35,8
nilai p≤ 0,05 jadi hasil dari uji validitas Sedang 85 51,5
dinyatakan valid. Hasil uji reliabilitas untuk Tinggi 21 12,7
lembar kuesioner di dapatkan nilai alpha Motivasi kerja
0,998 hasil tersebut menunjukan instrumen Motivasi lemah 3 1.8
dinyatakan reliabel. Motivasi sedang 67 40,6
Motivasi Kuat 95 57,6
HASIL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Distribusi Frekuensi Burnout pada Dimensi terdapat hubungan yang signifikan antara
Exhaustion (Kelelahan) di RSUD Wangaya burnout dengan motivasi kerja perawat
Denpasar berdasarkan distribusi jawaban pelaksana. Kekuatan hubungan sedang,
responden diketahui bahwa burnout pada dengan arah hubungan terbalik. Hal ini
dimensi Exhaustion (Kelelahan) didominasi menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai
oleh jawaban “selalu” pada item pertanyaan burnout maka akan semakin rendah
no 10 (stress dengan pekerjaan saya) yaitu motivasi kerja atau sebaliknya.
sebanyak 52 orang (31,5%).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Burnout pada Dimensi Hubungan Burnout Dengan Motivasi Kerja Perawat
Depersonalisasi di RSUD Wangaya Pelaksana
Indikator Koefisien p
Denpasar berdasarkan distribusi jawaban
Hubungan Burnout
responden diketahui bahwa burnout pada Dengan Motivasi Kerja -0,406 0,000
dimensi Depersonalization Perawat Pelaksana
(Depersonalisasi) didominasi oleh jawaban
“selalu” pada item pertanyaan no 1 ( bekerja
PEMBAHASAN
dengan tidak sepenuh hati) sebanyak 8
orang (4,8%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar burnout perawat pelaksana
Distribusi Frekuensi Burnout pada Dimensi
dikategorikan sedang. Hal ini terjadi akibat
Dismished Personal Accomplishment di
RSUD Wangaya Denpasar berdasarkan kelelahan emosional, depersonalisasi, dan
kurangnya penghargaan diri, karena
distribusi jawaban responden diketahui
semakin meningkatnya tingkat burnout
bahwa burnout pada dimensi Dismished

Ni Made Nopita Wati / Hubungan Burnout Dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 1, Mei 2020/ page 8-14 11

yang dialami oleh individu akan berinteraksi dengan orang lain(Asi, 2013).
mempengaruhi pelayanan keperawatan Ketika mengalami exchaution, mereka akan
yang diberikan kepada pasien (Pangastiti, merasakan energinya terkuras habis dan
2011). Hasil penelitian didapatkan sejalan ada perasaan “kosong” yang tidak dapat
tentang burnout di RSUD Wangaya oleh diatasi lagi (Hardiyanti, 2013).
(Topan, 2018) menunjukkan perawat yang
mengalami burnout pada tingkat sedang Dimensi Depersonalization
sebanyak 75 orang (56,8%) dari 132 (Depersonalisasi) burnout, yang paling
responden. banyak jawaban responden “selalu”
didapatkan adalah pada item pertanyaan
Hasil penelitian berdasarkan dimensi yaitu bekerja dengan tidak sepenuh hati,
burnout, yaitu pada dimensi Exhaustion sebanyak 8 orang (4,8%) Hal tersebut
(Kelelahan) burnout, yang paling banyak menunjukkan bahwa pada
jawaban responden “selalu” didapatkan depersonalization atau sinis, yang banyak
adalah pada item pertanyaan yaitu stress diungkapkan dengan perasaan bekerja
dengan pekerjaan saya, sebanyak 52 orang dengan tidak sepenuh hati. Responden yang
(31,5%). Stress merupakan gejala dari menjawab “sering” yaitu pada pertanyaan
burnout yang berhubungan dengan dimensi pasien selalu minta untuk diperhatikan
exhaustion. Stress kerja banyak terjadi pada sebanyak 80 orang ( 48,5%), tidak peduli
para pekerja disektor kesehatan seperti dengan apa yang terjadi pada pasien saya
perawat, karena tanggung jawab tehadap sebanyak 44 orang ( 26,7%), bekerja
manusia dan tingginya tuntutan terhadap dengan tidak sepenuh hati sebanyak 30
pekerjaan, inilah yang menyebabkan orang (18,2%), memperlakukan pasien
perawat rentan mengalami stress sebagai objek yang tidak perlu dipahami
(Prestiana & Purbandini, 2012). Hal ini secara personal sebanyak 28 orang
sejalan dengan penelitian yang dilakukan (17,0%). Perilaku tersebut diperlihatkan
oleh Yana, dimana sebanyak 45, 8% sebagai upaya melindungi diri dari
perawat di RSUD Pasar Rebo mengalami perasaan kecewa, karena penderitaannya
stress tinggi. National Safety Council (NSC) menganggap bahwa dengan berprilaku
mengatakan bahwa burnout akibat stress seperti itu maka mereka akan aman dan
kerja dan beban kerja yang paling umum, terhindar dari ketidakpastian dalam
gejala khusus pada burnout ini antara lain pekerjaan (Hardiyanti, 2013). Hasil
kebosanan, depresi, pesimisme, kurang penelitian tentang dimensi depersonalisasi
kosentrasi, kualitas kerja buruk, pada burnout diungkapkan oleh (Saputri,
ketidakpuasan, keabsenan dan kesakitan 2017) yang mengungkapkan bahwa
atau penyakit (Dale, 2011). Responden yang burnout dimensi depersonalisasi pada
menjawab ”sering” yaitu pada item pekerja gudang dan lapangan di rumah sakit
pertanyaan lelah saat bangun pagi hari dari 70 responden sebanyak 32 orang
sebanyak 85 orang (51,5%), otot leher (45,7%) yang mengungkapkan
terasa tegang sebanyak 90 orang (54,5%), depersonalisasi dan sebanyak 38 orang
kurang beristirahat sebanyak 96 orang (54,3%) yang tidak.
(58,2&), tegang pada daerah bahu sebanyak
80 orang (48,5%), tertekan setiap hari Dimensi Dismished personal
terhadap pekerjaan saya sebanyak 66 orang accomplishment (Rendahnya penghargaan
(40,0%). Hal ini menunjukkan bahwa terhadap diri sendiri) burnout, yang paling
perawat mengalami kelelahan fisik dan banyak jawaban responden “selalu”
emosional karena perasaan lelah didapatkan tidak ada yang menjawab selalu,
mengakibatkan perawat merasa kehabisan sedangkan yang paling banyak menjawab
energi dalam bekerja sehingga timbul “sering” pada item pertanyaan yaitu belum
perasaan enggan untuk melakukan mampu memberikan pengaruh positif
pekerjaan baru dan enggan untuk terhadap kehidupan orang lain, sebanyak

Ni Made Nopita Wati / Hubungan Burnout Dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 1, Mei 2020/ page 8-14 12

47 orang (28,5%), kurang memiliki Hal ini sesuai dengan penelitian (Winardi,
kemampuan cukup dalam merawat pasien 2011) yang menyatakan bahwa motivasi
sebanyak 37 orang ( 22,4%), tidak percaya merupakan proses psikologis yang
dalam bekerja sebanyak 33 orang ( 20,0%). mencerminkan interaksi antar sikap,
Hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang
rendahnya penghargaan terhadap diri terjadi pada diri seseorang. Motivasi
sendiri paling banyak diungkapkan oleh sebagai proses psikologi timbul diakibatkan
responden berupa belum mampu oleh faktor intrinsik atau dalam diri sendiri
memberikan pengaruh positif terhadap dan faktor ekstrinsik atau dari luar
kehidupan orang lain. Perawat cenderung seseorang. Faktor- faktor yang
memberikan evaluasi negatif terhadap diri mempengaruhi tinggi dan rendahnya
sendiri. Perasaan tidak berdaya, tidak lagi motivasi kerja perawat, yaitu faktor internal
mampu melakukan tugas dan menganggap dan eksternal. Faktor internal meliputi
tugas-tugas yang dibebankan terlalu kematangan pribadi, tingkat pendidikan,
berlebihan sehingga tidak sanggup lagi kebutuhan, kelelahan dan kebosanan,
menerima tugas yang baru muncul sedangkan faktor eksternal, antara lain
(Hardiyanti, 2013). Hasil penelitian kondisi lingkungan, kompensasi, supervisi,
(Andarini, 2018) tentang analisis faktor karir, status dan tanggung jawab, serta
penyebab burnout syndrome perawat di peraturan yang ada di instansi tempat
Rumah Sakit Petrokimia Gresik pada bekerja
dimensi Dismished personal accomplishment
(Rendahnya penghargaan terhadap diri Kinerja seorang perawat yang bekerja di
sendiri) didapatkan rata-rata adalah rumah sakit, akan dipengaruhi oleh
sedang, sehingga pada akhirnya memicu motivasi kerjanya. Menurut (Nursalam,
timbulnya penilaian rendah terhadap 2011) motivasi dan kemampuan
kompetensi diri dan pencapaian melaksanakan tugas merupakan unsur
keberhasilan diri. utama didalam kinerja seorang perawat,
penampilan kerja adalah akibat interaksi
Hasil penelitian didapatkan sejalan tentang antara kemampuan melaksanakan tugas
burnout oleh penelitian (Wantara, 2017) di merupakan unsur tugas dan motivasi.
IGD RSUD Buleleng menyebutkan bahwa Kemampuan melaksanakan tugas
burnout perawat pada tingkat sedang merupakan unsur utama didalam menilai
sebanyak 27 orang (73%). kinerja seseorang tetapi tanpa didukung
oleh adanya suatu kemauan dan motivasi,
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan maka tugas tidak akan dapat diselesaikan.
bahwa motivasi kerja perawat pelaksana,
didapatkan sebanyak 3 orang (1,8%) Hasil penelitian menunjukkan bahwa bila
dengan motivasi lemah, sebanyak 67 orang burnout perawat rendah, maka motivasi
(40,6%) dengan motivasi sedang dan kerja perawat kuat dengan kekuatan
sebanyak 95 orang (57,6%) dengan korelasi sedang. Hasil penelitian ini sejalan
motivasi kuat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penelitian(Suharti & Daulima,
sebagian besar motivasi kerja perawat 2013) mengungkapkan bahwa ada
pelaksana dikategorikan motivasi kuat. hubungan antara burnout dengan kinerja
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil perawat di Rumah Sakit Metropolita
penelitian yang dilakukan oleh Pitasari Medical Centre Jakarta (p=0,018). Didukung
(2017), menunjukkan bahwa dari 34 oleh penelitian (Tawale, Budi, & Nurcholis,
responden perawat, didapatkan sebanyak 2011) menunjukkan bahwa ada hubungan
15 responden (44,1%) dengan motivasi yang negatif antara motivasi kerja perawat
kerja yang dikategorikan tinggi. dengan kecenderungan mengalami burnout
pada perawat di RSUD Serui Papua
(p=0,000, r=0,526).

Ni Made Nopita Wati / Hubungan Burnout Dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 1, Mei 2020/ page 8-14 13

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa REFERENSI


adanya hubungan antara burnout perawat
dengan motivasi kerja perawat, sehingga Andarini, E. (2018). ANALISIS FAKTOR PENYEBAB
perlu diperhatikan keluhan fisik dan BURNOUT SYNDROME DAN JOB SATISFACTION
PERAWAT DI RUMAH SAKIT PETROKIMIA
psikologis yang dirasakan oleh perawat GRESIK. Universitas Airlangga.
pelaksana dalam memberikan asuhan
Asi, S. (2013). Pengaruh Iklim Organisasi dan Burnout
keperawatan kepada pasien. Timbulnya terhadap Kinerja Perawat (Studi pada RSUD dr.
keluhan tersebut akan berpengaruh Doris Sylvanus Palangka Raya). Universitas
terhadap motivasi dari perawat dalam Brawijaya.
bekerja, semakin meningkatnya tingkat Dale, T. (2011). Memotivasi Pegawai, Seri
burnout yang dialami oleh perawat, maka Managemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
akan menurunkan motivasi kerja perawat Elex Media Komputindo.
sehingga mempengaruhi kinerja perawat Dale, Timple. (2011). Memotivasi Pegawai, Seri
dalam memberikan pelayanan keperawatan Manajemen Sumber Daya Manusia, Elex Media
kepada pasien. Pada penelitian ini peneliti Komputindo. Jakarta.
beropini bahwa, ada faktor lain yang Hardiyanti, R. (2013). Burnout Ditinjau dari Big Five
mempengaruhi motivasi kerja perawat Factors Personality pada Karyawan Kantor Pos
Pusat Malang. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan,
rawat inap di RSUD Wangaya, dimana
1(2), 343–360.
perawat mempunyai motivasi kerja kuat
Hermayanti, P. R. (2011). Hubungan Motivasi Kerja
sedangkan tingkat burnout sedang. Faktor
dengan Perilaku Asertif Perawat dalam
yang mempengaruhi yaitu hubungan Memberikan Pelayanan Keperawatan di IRNA
antara atasan dan rekan kerja cukup baik, RSUD Sanjiwani Gianyar. STIKes Wira Medika
adanya kerjasama yang baik antar rekan Bali.
kerja dalam memberikan asuhan Maharani, P. A., & Triyoga, A. (2012). Kejenuhan
keperawatan kepada pasien, lingkungan kerja (burnout) dengan kinerja perawat dalam
kerja yang nyaman dan adanya supervisi pemberian asuhan keperawatan. Jurnal Stikes,
keperawatan sehingga perawat berusaha 5(2), 167–178.
untuk melakukan tindakan keperawatan Moreira, S. D., Magnago, R. F., Sakae, T. M., &
sesuai dengan prosedur dan asuhan Magajewski, F. R. (2009). Prevalence of
burnout syndrome in nursing staff in a large
keperawatan. hospital in south of Brazil. Cadernos de Saude
Publica, 25(7), 1559–1568.
SIMPULAN Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Burnout memiliki hubungan yang signifikan Medika.
dengan motivasi kerja perawat pelaksana. Pangastiti, N. K. (2011). Analisis Pengaruh Dokumen
Semakin tinggi burnout maka semakin Social Keluarga Terhadap Burnout Pada
rendah motivasi kerja perawat pelaksana. Perawat Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa.
Universitas Diponogoro.
UCAPAN TERIMAKASIH Prestiana, N. D. I., & Purbandini, D. (2012). Hubungan
antara efikasi diri (self efficacy) dan stres kerja
dengan kejenuhan kerja (burnout) pada
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
perawat IGD dan ICU RSUD Kota Bekasi. SOUL:
semua pihak yang telah mendukung dalam Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, 5(2),
proses review. 1–14.
Saputri, W. W. P. (2017). Gambaran kejadian burnout
berdasarkan faktor determinannya pada
pekerja gudang dan lapangan PT. Multi
Terminal Indonesia Tahun 2017. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, 2017.
Suharti, N., & Daulima, N. (2013). Burnout dengan
Kinerja Perawat di Rumah Sakit Metropolitan
Medical Centre Jakarta. Universitas Indonesia.

Ni Made Nopita Wati / Hubungan Burnout Dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 1, Mei 2020/ page 8-14 14

Tawale, E. N., Budi, W., & Nurcholis, G. (2011).


Hubungan antara motivasi kerja perawat
dengan kecenderungan mengalami burnout
pada perawat di RSUD Serui–Papua. Jurnal
Insan, 13(02), 74–84.
Topan. (2018). Hubungan Beban Kerja dengan
Kejenuhan Kerja (Burnout) pada Perawat di
Ruang Rawat Inap RSUD Wangaya. STIKes
Wira Medika Bali.
Wantara. (2017). Hubungan Kejenuhan Kerja
(Burnout) dengan kinerja perawat dalam
memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang IGD
RSUD Buleleng. STIKES Wira Medika Bali.
Wati, N. M. N., Ardani, H., & Dwiantoro, L. (2018).
Implementation of Caring Leadership Model
Had an Effect on Nurse’s Burnout. Jurnal Ners
Dan Kebidanan Indonesia, 5(3), 165–173.
Wati, N. M. N., Mirayanti, N. W., & Juanamasta, I. G.
(2019). The Effect of Emotional Freedom
Technique Therapy on Nurse Burnout. JMMR
(Jurnal Medicoeticolegal Dan Manajemen
Rumah Sakit), 8(3), 173–178.
Winardi. (2011). Motivasi dan Pemotivasian dalam
Manajemen. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.
Yusuf, A. E. (2014). Dampak Motivasi Terhadap
Peningkatan Kinerja Individu. Humaniora,
5(1), 494–500.

Ni Made Nopita Wati / Hubungan Burnout Dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana

Anda mungkin juga menyukai