Anda di halaman 1dari 59

DAFTAR ISI

daftar isi ......................................................................................................... 1


Standar Perencanaan Apartemen .................................................................. 2
Pengertian Apartemen................................................................................... 5
Konsep Perencanaan Apartemen ................................................................ 10
TEORI DASAR KELISTRIKAN .......................................................................... 17
SISTEM GAS MEDIK DI RUMAH SAKIT .......................................................... 20
LIFT (ELEVATOR) ........................................................................................... 25
SISTEM MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL (SISTEM UTILITAS) GEDUNG ........... 30
Persyaratan Administratif Dan Teknis Pembangunan Rumah Susun Di
Indonesia ...................................................................................................... 34
MENGETAHUI PERATURAN DALAM MEMBANGUN RUANG OPERASI RUMAH
SAKIT ............................................................................................................ 39
STANDAR PERENCANAAN
harus dimulai dari atau selama perencanaan proyek. Setelah itu baru
pengoprasiannya oleh manusia sebagai pengelola.
APARTEMEN a. Pintu Masuk / Enterance Pembatasan pintu masuk manusia
(enterance) bertujuan agar setiap manusia yang masuk dan
keluar dikontrol oleh petugas keamanan, perlu diperhatikan
hal-hal yang berkaitan dengan enterance, seperti :
Perencanaan harus memperhatikan kehidupan individual dan kolektif,
yang merupakan macam-macam aktivitas baik yang bersifat rutin Ø Mencegah siapa yang tidak boleh memasuki daearah
maupun yang insidentil. Apartemen membutuhkan ruang-ruang privacy penghuni
dengan skala yang manusiawi kenyamanan dan keamanan. Ø Kontrol terhadap pencuri
Ø Fleksibilitas dari pintu masuk/enterance
1. Keamanan
b. Faktor keamanan lain Dalam perencanaan keamanan
Merupakan suatu keadaan yang bebas dari rasa takut dan bebas dari bangunan, perlu pertimbanmgan-pertimbangan sebagai
bahaya yang akan menyebabkan kecelakaan atau penyakit. berikut :
Keamanan tinggal pada bangunan bertingkat tinggi dimana banayak Ø Komunikasi pos-pos keamanan dengan keamanan pusat.
kegiatan bagi berbagi perilaku adan terletak jauh diatas tanah, perlu
sebagai kelancaran kegiatan sehari-hari maupun pada asaat Ø Pengawasan penerimaan barang
terjadinya bencana. Pengamanan sehari-hari dapat terlihat dari Ø Pemakaian sarana fasilitas proyek
susunan bangunan majemuk yang terdiri dari ruang-ruang pembagi
lalu lintas (daerah umum). Sedangkan daerah pribadi menuntut Ø Perbaikan kerusakan utilitas bangunan
keterpisahan yang satu dengan yang lainya. Ø Bahaya Kebakaran
Bagaimana hak pribadi agar orang lain (bukan kelompoknya) tidak Ø Keruntuhan akibat gempa
mendapat kemungkinan pencapaian untuk menjamah benda atau
yang dianggap benda milik pribadi. Karena sumber bangunan adalah dari bangunan itu sendiri, maka
tujuan pengamanan adalah mengeluarkan pemakai dari bangunan
Pengamanan kelancaran kegiatan agar orang bukan kelompoknya, atau bagian bangunan. Daya kecelakaan masing-masing bencana
tidak atau tanpa sengaja, terpaksa atau seenaknaya berbeda, maka pertimbangan pengamanannya berbeda pula.
memasuki/melewati daerah pribadi. Maka perlu pengaturan agar
daerah pribadi tersebut hanya dicapai melalui titik pengawasan (yang 2. Privacy
merupakan perbatasan antara masing-masing daerah pribadi dengan
daerah umum/pembagi lalu lintas). Perencanaan fasilitas keamanan Suatu kondisi kehidupan yang memberikan kebebasan bagi
seseorang tanpa terganggu atau tanpa campur tangan pihak
lain, baik berupa pandangan maupun suara. Gangguan maupun pepohonan maupun perdu adalah bagian yang
terhadap privacy dapat berasal dari luar bangunan dan dapat terpadu dari suatu perancangan tapak. Kegunaannya
membentuk pandangan visual yang langsung, suara kebisingan, tidak hanya sekedar elemen fungsional, tetapi juga sebagi
polusi getaran. penyangga, peneyekat dan terpisah.
1). Pemilihan Tapak Hal-hal berikut ini harus
3. Kenyamanan dipertimbangkan ketika menganalisa tapak untuk
Segala sesuatu yang memperlihatkan dirinya sesuai dengan apartemen :
harmonis dengan penggunaan suatu ruang, baik dengan ruang Ø Pemasaran
itu sendiri maupun dengan berbagai bentuk, tekstur, warna
– Permintaan pasar
simbol maupun tanda, suara, bunyi atau apapun juga.
– Jumlah penduduk yang ada dan potensi
a. Lokasi. Untuk pemilihan lokasi Apartemen, tidak ada
penduduknya.
standar. Biasanya pemilihan lokasi apartemen menjadi
latar belakang didirikannya bangunan – Jenis penghuni yang tinggal di
tersebut. Pemilihan lokasi apartemen menjadi latar aprtemen
belakang didirikannya bangunan tersebut. Pemilihan
Ø Keterangan yang berkaiatan dengan daerah
lokasi apartemen tergantung konsep dasar proyek
sekitarnya
tersebut dan peruntukannya. Bagi kalangan bisnis dan
expatirat, maka sebaiknya berada didaerah CBD yang – Pola perletakan jalan yang ada dan
biasanya berada di pusat kota dan merupakan kawasan kemungkinan dampaknya terhadap
bisnis dan perkantoran. Lain halnya jika apartemen tapak.
tersebut dibangun dengan konsep hunian keluarga, maka – Rencana perubahan jalan
sebaiknya dipilih lokasi di daerah hunian elite kelas
menengah ke atas sesuai peruntukkan apartemen untuk – Pergerakan dari tapak ke semua arah
kalangan menengah ke atas. – Pezonaan dan rencana perubahan
b. Tapak/site Penempatan bangunan pada tapak atau – Jenis bangunan
ikatannya terhadap bangunan lain sanagat
penting. Apabila diletakkan dengana baik, maka – Parkir
bangunan akan mencapai keserasian dengan – Open Space
topografinya. Orientasinya terhadap matahari, angin dan
pemandangan merupakan pertimbangan Ø Transportasi yang tersedia
mendasar. Pemanfaatan angin sejuk ketika musim panas Ø Penzonaan tapak
dapat mengurangi atau meniadakan kebutuhan
penyejukan hawa buatan. Bahan-bahan tanaman Ø Badan Perencanaan
Ø Kendala akte setempat dan tanpa mengabaikan keserasian dan
keharmonisan dengan lingkungan
Ø Fasilitas lingkungan
3). Penggunaan bahan bangunan yang memenuhi
Ø Pelayanan Kota
kriteria fungsional mudah perawatannya, mudah
Ø Ukuran dan bentuk didapat dan sedapat mungkin memberi kesan
Ø Topografi bergengsi .

Ø Kondisi bawah permukaan 4). Ketajaman dalam sistem penyenggaraan bangunan


agar tercapai segi efesien dan juga sebagai
Ø Utilitas indikator penentuan harga sewa .
c. Tata Letak 5). Faktor teknologi pembanguanan serta waktu yang
Untuk orientasi perletakan bangunan apartemen tidak digunakan untuk mempercepat pembangunan
berbeda dengan bangunan lain berorientasi perletakan menjadi pertimbangan pula.
bangunan dipengaruhi oleh site itu sendiri, orientasi d. Efisiensi Apartemen
matahari dan angin. View yang baik dari mapun ke tapak
dan sirkulasi kendaraan zooning untuk area publik, semi Pada pengefisiensian apartemen, bukan hanya masalah
publik dan privat serta service harus diperhitungkan yang sulit karena satu ruang untuk melayani kamar
berdasarkan sumber kebisingan. Perletakan main dan side duduk, kamar makan dan kamar tidur. Maka sulit untuk
entrance juga diperhitungkan keluar – masuk ke menentukan batas yang jelas. Namun terus diusahakan
site/tapak, utamanya bagi apartemen yang berada pada untuk membatasi arae ini. Sesuai aturan ruang tidak
kawasan CBD. Perancangan suatu Apartemen sering boleh ditambah untuk mencapai luas total yang sudah
berorientasi pada faktor keuntungan semata tanpa ditetapkan yaitu 80% - 85% dari total ukuran, sedangkan
memperhatikan kualitas bangunan dan lain-lain yang sisanya yaitu 15% - 20% untuk sirkulasi (ruang masuk.
bersifat manusiawi sepeti penyediaan fasilitas sosil, Koridor ruang tidur), dinding dan shaft-
rekreasi, kesehatan dan sebagainya. Oleh sebab itu shaftnya. Apartemen efisien tentu saja memiliki ruang
beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain : sirkulasi yang lebih sedikit/kurang

1). Perancangan seefektif mungkin dari arsitek dalam Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
tapak bangunan maupun ruang-ruang agar tercapai Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
kenikmatan dan kenyamanan yang semaksimal
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
mungkin tanpa mengurangi nilai- nilai arsitekturnya
. Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
2). Penggunaan tanah relatif terbatas, semaksimal Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
mungkin tanpa melanggar peraturan tat kota
PENGERTIAN APARTEMEN
bersama (cooperative), dan seringkali dibangun untuk menampung
masyarakat kalangan bawah yang tidak memiliki tempat tinggal,
disebut pula dengan istilah rumah susun. Sementara apartemen yang
dibiayai oleh investor swasta umumnya diperuntukkan bagi kalangan
menengah dan kalangan atas, dengan sistem sewa atau sistem beli
Menurut buku Site Planning (1984 : 252), apartemen didefinisikan dalam bentuk condominium.
sebagai “....several dwelling units share a common (usually an indoor)
access and are enclosed by a common structural envelope...”, yang
berarti beberapa unit hunian yang saling berbagi akses yang sama B. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Sistem
dan dilingkupi oleh struktur kulit bangunan yang sama. Kepemilikan

Menurut sumber buku Joseph De Chiara & John Hancock Callender Ada dua jenis apartemen berdasarkan kepemilikan antara lain
Time Server Standart Mc Grow Hill, 1968, For Building Type NY (Apartments:Their Design and Development, 1967 : 39-42) :
Sebuah unit tempat tinggal yang terdiri dari Kamar Tidur, Kamar
Mandi, Ruang Tamu, Dapur, Ruang Santai yang berada pada satu Apartemen dengan sistem sewa
lantai bangunan vertikal yang terbagi dalam beberapa unit tempat
tinggal. Apartemen harus memberikan keindahan, kenyamanan, Pada apartemen ini, penghuni hanya membayar biaya sewa unit
keamanan dan privasi bagi keluarga yang tinggal di dalamnya. yang ditempatinya kepada pemilik apartemen dan biasanya
biaya itu dibayarkan per bulan ataupun per tahun. Biaya utilitas
seperti listrik, air, gas, telepon ditanggung sendiri oleh
penghuni. Sementara biaya maintenance dan gaji pegawai
Klasifikasi Apartemen pengelola apartemen ditanggung oleh pemilik. Penghuni yang
tidak ingin tinggal lagi di apartemen tersebut harus
mengembalikan apartemen tersebut kepada pemiliknya,
A. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tipe
kemudian pemilik akan mencari lagi orang baru untuk mengisi
Pengelolaan
unit-unitnya yang kosong.
Ada dua jenis apartemen berdasarkan jenis pembiayaannya yaitu:
Apartemen dengan sistem beli
 Apartemen yang dibiayai oleh pemerintah
Apartemen dengan sistem beli dapat terbagi lagi menjadi dua
 Apartemen yang dibiayai oleh swasta/investor jenis yaitu:

Perbedaan antara kedua jenis apartemen ini umumnya berpengaruh


Apartemen dengan sistem kepemilikan bersama
pada status kepemilikan unit-unit dalam apartemen tersebut.
(cooperative ownership).
Apartemen yang dibiayai oleh pemerintah umumnya berharga murah
dan memiliki sistem sewa atau sistem beli dengan tipe kepemilikan
Pada apartemen ini, setiap penghuni memiliki saham dalam dengan ketinggian kurang dari tujuh lantai dan menggunakan
perusahaan pemilik apartemen serta menempati satu unit tangga sebagaialat transportasi vertikal. Biasanya untuk
tertentu sesuai dengan ketentuan perusahaan. Penghuni hanya golongan menengah ke bawah.
bisa menjual unitnya kepada orang yang telah dianggap cocok
 Walked-Up Apartemen. Bangunan apartemen yang terdiri atas
oleh penghuni apartemen lainnya. Bila terdapat unit apartemen
tiga lantai sampai dengan enam lantai. Apartemenini kadang-
yang kosong, maka sahamnya akan dibagi rata diantara
kadang memiliki lift, tetapi bisa juga tidak. Jenis apartemen ini
penghuni dan mereka harus menanggung semua biaya
disukai olehkeluarga yang besar (keluarga inti ditambaha
maintenance unit yang kosong tersebut, sampai unit tersebut
dengan orang tua). Gedung apartemen hanya terdiri dari dua
ditempati oleh penghuni baru.
atau tiga unit apartemen
 Garden Apartemen. Bangunan apartemen dua sampai empat
Condominium.
lantai. Apartemen ini memiliki halaman dan taman disekitar
Pada apartemen ini, setiap penghuni menjadi pemilik dari bangunan. Apartemen ini sangat cocok untuk keluarga inti
unitnya sendiri dan memiliki kepemilikan yang sama dengan yang memiliki anak kecil karena anak- anak dapat mudah
penghuni lainnya terhadap fasilitas dan ruang publik. Penghuni mencapai ke taman. Biasanya untuk golongan menengah ke
bebas untuk menjual, menyewakan ataupun memberikan atas.
kepemilikannya kepada orang lain. Jika terdapat unit
apartemen yang kosong, maka biaya maintenance unit itu
D. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Sirkulasi
ditanggung oleh badan pengelola apartemen itu.
Horizontal

C. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tinggi dan Sirkulasi horizontal pada apartemen adalah berupa koridor.
Besar bangunan Berdasarkan macam bentuk koridor, apartemen dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
Berdasarkan kategori jenis dan besar bangunan (Akmal, 2007)
Apartemen terdiri atas :
Single-loaded corridor apartment
 High-rise Apartemen. Bangunan apartemen yang terdiri atas Apartemen dengan tipe koridor ini dapat terbagi lagi menjadi
lebih dari sepuluh lantai. Dilengkapi area parkir bawah tanah, dua yaitu :
sistem keamanan dan servis penuh. Struktur apartemen lebih
 Open corridor apartment. Koridor pada tipe ini bersifat
komplekssehingga desain unit apartemen cenderung standar.
terbuka dengan pembatas terhadap ruang luar berupa
Jenis ini banyak dibangun di pusatkota.
tembok atau railing yang ketinggiannya tidak lebih dari 1
 Mid-Rise Apartemen. Bangunan apartemen yang terdiri dari – 1,5 meter.
tujuh sampai dengan sepuluh lantai. Jenisapartemen ini lebih
sering dibangun dikota satelit. Low-Rise Apartemen. Apartemen
 Closed corridor apartment. Koridor bersifat tertutup oleh  Quadruplex : tangga sirkulasi apartemen dikelilingi empat unit
dinding, kadang memiliki bukaan berupa jendela ataupun hunian
jalusi atau bahkan tidak ada bukaan sama sekali.
 Corridor – type walk up apartment. Pada apartemen ini
tangga sirkulasi terletak di kedua ujung koridor. Dengan
Double-loaded corridor apartment menggunakan tipe sirkulasi ini dapat memperbanyak
Tipe koridor pada apartemen ini dikelilingi oleh unit-unit jumlah unit pada satu lantai.
hunian sehingga seringkali terletak ditengah-tengah bangunan 2. Elevator Apartment. Pada apartemen ini sirkulasi vertikal
(central corridor). utamanya adalah lift dan memiliki sirkulasi vertikal sekunder
berupa tangga yang seringkali juga merupakan tangga darurat.
E. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Sirkulasi Umumnya apartemen ini dilengkapi dengan lobby atau ruang
Vertikal tunggu lift. Ketinggian bangunan umumnya diatas 6 lantai. Ada
dua macam sistem lift yang dapat digunakan pada tipe
Berdasarkan sirkulasi vertikal, apartemen dapat dibagi menjadi dua apartemen ini yaitu:
kelompok yaitu (Site Planning, 1984 : 280 – 281) :  Lift yang digunakan berhenti di setiap lantai bangunan
1. Walk-up Apartment Pada apartemen ini sirkulasi vertikal  Lift yang digunakan diprogram untuk berhenti hanya
utamanya adalah menggunakan tangga. Ketinggian bangunan pada lantai- lantai tertentu pada bangunan (Skip – floor
apartemen ini maksimal hanya 4 lantai. Apartemen ini elevator system). Umumnya system ini digunakan pada
dirancang dengan koridor seminimal mungkin dan kebanyakan apartemen dengan sistem penyusunan lantai Duplex.
unit hunian dekat dengan tangga sirkulasi. Apartemen ini dapat Kelebihan sistem ini antara lain dapat mengurangi koridor
dibagi lagi menjadi dua berdasarkan letak tangga sirkulasinya, publik dan memperluas ukuran unit hunian pada lantai
yaitu : dimana lift tidak berhenti. Kelemahannya terletak pada
perlunya menambah tangga pada setiap unit hunian.
 Core – type walk up apartment. Pada apartemen tipe ini
tangga sirkulasi (stair core) dikelilingi oleh unitunit
hunian. Berdasarkan jumlah unit hunian yang F. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tipe Unit
mengelilinginya, apartemen ini dapat dibagi lagi menjadi
3 tipe yaitu : Klasifikasi pada apartemen berdasarkan tipe unitnya ada empat
(Akmal,2007), yaitu :
 Duplex : tangga sirkulasi apartemen dikelilingi dua unit
hunian
Studio
 Triplex : tangga sirkulasi apartemen dikelilingi tiga unit hunian
Unit apartmen yang hanya memiliki satu ruang. Ruang ini
sifatnya multifungsi sebagai ruang duduk, kamar tidur dan
dapur yang semula terbuka tanpa partisi. Satu-satunya ruang privat karena memiliki lifty khusus untuk penghuninya. Luas
yang terpisah biasanya hanya kamar mandi. Apartemen tipe minimumnya adalah 300 m2.
studio relatif kecil. Tipe ini sesuai dihuni oleh satu orang atau
pasangan tanpa anak. Luas minimal 20-35 m2. G. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Bentuk
Massa Bangunan
Apartemen 1, 2, 3 Kamar / Apartemen Keluarga
Ada 3 macam tipe apartemen berdasarkan bentuk massa
Pembagian ruang apartemen ini mirip rumah biasa. Memiliki
bangunannya yaitu (Apartments:Their Design and Development, 1967
kamar tidur terpisah serta ruang duduk, ruang makan, dapur
: 46) :
yang bias terbuka dalam satu ruang atau terpisah. Luas
apartemen ini sangat beragam tergantung ruang yang dimiliki 1. Apartemen berbentuk Slab
serta jumlah kamarnya. Luas minimal untuk satu kamar tidur
adalah 25 m2, 2 kamar tidur 30 m2, 3 kamar tidur 85 m2, dan 4 Pada apartemen berbentuk slab, antara tinggi bangunan dan
kamar tidur 140 m2. lebar/panjang bangunan hampir sebanding, sehingga
bangunan berbentuk seperti kotak yang pipih. Biasanya
memiliki koridor yang memanjang dengan unit-unit hunian
Loft
berada di salah satu atau kedua sisi koridor.
Loft adalah bangunan bekas gudang atau pabrik yang
2. Apartemen berbentuk Tower
kemudian dialihfungsikan sebagai apartemen. Caranya adalah
dengan menyekat- nyekat bangunan besar ini menjadi Pada apartemen berbentuk tower, lebar/panjang bangunan
beberapa hunian. Keunikan apartemen adalah biasanya lebih kecil dibandingkan dengan tingginya sehingga bentuk
memiliki ruang yang tinggi, mezzanine atau dua lantai dalam bangunan seperti tiang. Biasanya ketinggian bangunannya
satu unit. Bentuk bangunannya pun cenderung berpenampilan diatas 20 lantai. Sistem sirkulasinya menggunakan sistem core
industrial. Tetapi, beberapa pengembang kini menggunakan karena menggunakan lift. Ada berbagai variasi
istilah loft untuk apartemen dengan mezzanine atau dua lantai bentuk tower antara lain :
tetapi dalam bangunan yang baru. Sesungguhnya ini salah  Single tower
kaprah karena kekhasan loft justru pada konsep bangunan
bekas pabrik dan gudangnya. Apartemen dengan hanya satu massa bangunan. Core
umumnya terletak di tengah. Ruang koridor dapat
diminimalkan. Unit-unit hunian akan terletak dekat
Penthouse
dengan tangga dan lift. Berdasarkan bentuk massa,
Unit hunian ini berada dilantai paling atas sebuah bangunan apartemen dengan satu tower dapat dibedakan menjadi
apartemen. Luasnya lebih besar daripada unit-unit di tower plan, expanded tower plan, circular plan, cross plan,
bawahnya. Bahkan, kadang- kadang satu lantai hanya ada satu dan five wing plan.
atau dua unit saja. Selain lebih mewah, penthouse juga sangat
 Multi tower I. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Penghuni
Apartemen yang memiliki lebih dari satu massa
Pengklasifikasian yang berdasarkan penghuni (Savitri & Ignatius &
bangunan. Antara massa bangunan dapat dihubungkan
Budiharjo & Anwar & Rahwidyasa, 2007), jenis apartemen dibagi
oleh suatu massa penghubung ataupun hanya berupa
menjadi empat, yaitu :
pedestrian penghubung saja. Bila massa bangunan
dihubungkan oleh suatu massa penghubung, umumnya  Apartemen Keluarga
massa penghubung terletak di tengah dengan massa lain Apartemen ini dihuni oleh keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
mengelilinginya. Lift dan tangga diletakkan pada massa dan anaknya. terdiri dari 2 hingga 4 kamar tidur, belum
penghubung tersebut. Sementara untuk massa yang termasuk kamar tidur pembantu yang tidak selalu ada. Biasanya
hanya dihubungkan oleh pedestrian, tiap massa akan dilengkapi dengan balkon untuk interaksi dengan dunia luar.
memiliki lift dan tangga masing-masing.
 Apartemen Lajang
3. Apartemen dengan bentuk Varian (campuran Apartemen ini dihuni oleh pria atau wanita yang belum
antara Slab dan Tower) menikah dan biasanya tinggal bersama teman. Mereka
menggunakan apartemen sebagai tempat tinggal, bekerja, dan
H. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Golongan beraktivitas lain diluar jam kerja.
Sosial
 Apartemen Bisnis / Ekspatrial
Apartemen ini digunakan oleh para pengusaha untuk bekerja
Berdasarkan golongan sosial (Savitri & Ignatius & Budiharjo & Anwar
karena mereka telah mempunyai hunian sendiri diluar
& Rahwidyasa, 2007) pada pembangunan apartemen, dibagi menjadi
apartemen ini. Biasanya terletak dekat dengan tempat kerja
empat yaitu :
sehingga member kemudahan bagi pengusaha untuk
 Apartemen Sederhana mengontrol pekerjaannya.

 Apartemen Menengah  Apartemen Manula


Apartemen ini merupakan suatu hal yang baru di Indonesia,
 Apartemen Mewah bahkan bias dibilang tidak ada meskipun sudah menjadi
 Apartemen Super Mewah sebuah kebutuhan. Diluar negeri seperti Amerika, Cina, Jepang
dan lain-lain, telah banyak ditemui apartemen untuk hunian
Yang membedakan keempat tipe diatas adalah fasilitas yang terdapat manusia usia lanjut. Desain apartemen disesuaikan dengan
dalam apartemen tersebut. Semakin lengkap fasilitas dalam sebuah kondisi fisik para manula dan mengakomodasi manula dengan
apartemen, maka semakin mewah apartemen tersebut. Pemilihan alat bantu jalan.
bahan bangunan dan system apartemen juga berpengaruh. Semakin
baik kualitas material dan semakin banyak pelayannya, semakin
mewah apartemen tersebut.
KONSEP PERENCANAAN
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan apartemen yang lebih
harmonis pada masa yang akan datang, dan dalam rangka mencegah
APARTEMEN berbagai dampak yang timbul, perlu dikembangkan berbagai
pendekatan yang bersifat interdisiplin, yang mencakup :

 Kebijaksanaan pengembangan mengenai pengendalian


pembangunan apartemen yang berwawasan lingkungan dan
Konsep Perencanaan Apartemen berkelanjutan
Sejak akhir tahun 2009 hingga sekarang saya terlibat di dalam pra  Pemanfaatan sumber daya alam, lahan, air dan udara secara
perancangan dan pembangunan sebuah apartemen yang berlokasi di bijaksana.
Jl. Warung Buncit Raya, Jakarta Selatan, dengan nama Apartement  Pengembangan sistem informasi dan evaluasi apartemen yang
XXI Residence yang di kembangkan oleh PT Permata Raya Pratama, dinamis dan multi sektor.
sebagai Tehnik Manager di perusahan tersebut saya terlibat dalam
mengatur dan merencanakan pra konstruksi, dari membuat studi  Peningkatan pengembangan institusi pelayanan (services
kelayakan bisnis sampai membantu mempresentasikan kepada organization) dalam menunjang pembangunan apartemen
investor untuk mewujudkan konsep perencanaan yang kami buat. yang bertumpu kepada masyarakat (community development),
 Terciptanya manajemen pembangunan apartemen yang
Pembangunan Apartemen di Indonesia merupakan bagian yang tidak terarah, terstruktur, dan terencan secara adil dan bijaksana.
terpisahkan dari pembangunan nasional yang telah dilaksanakan
beberapa dekade ini. Perkembangan pembangunan apartemen Apartement XXI Residence adalah apartemen yang dikembangkan
Indonesia yang demikian pesat membawa berbagai perubahan besar atau di rencanakan diatas tanah 7.200 m2 yang terletak di Jl. Warung
pada berbagai aspek kehidupan, baik dari segi lingkungan, fisik, Buncit Raya, Jakarta Selatan. dengan kelebihan sebagai berikut :
ekonomi, sosial budaya, maupun politik.
Easy Acccess, Berada tepat di segitiga emas, pusat kota Jakarta,
Dari segi fisik pembangunan apartemen, misalnya berupa perluasan hanya beberapa langkah dari jalan HR rasuna Said dan
kota atau daerah, pertumbuhan kota baru, perkembangan wilayah Sudirman serta Lokasi sangat strategis dan mudah diakses dari
baru, baik desa, kecamatan, kabupaten, sampai ke pemekaran segala arah seperti dari Kawasan Bisnis Kuningan, Jl. Raya TB
propinsi. Dari segi ekonomi, timbul demand baru terhadap berbagai Simatupang dan Jl.Kemang Raya. Hal ini juga sangat tertutup
keperluan hidup yang dulunya belum terpikirkan. Dalam bidang dengan gerbang tol TB Simatupang (JORR).
sosial budaya dan politik, masyarakat menjadi lebih individualis, kritis
dan ekpresif. Semua perubahan itu menjadi semakin cepat karena Easy to Live, Rasakan mudahnya hidup di Apartement XXI
pembangunan transportasi dan komunikasi yang dilaksanakan di Residence, segala fasilitas lifestyle exclusive seperti : sauna, spa,
Indonesia membuat semua perkembangan tersebut menjadi lebih jacuzzi, library, business center dan child care, tempat parkir,
cepat dan mudah. kedai kopi, pusat kebugaran, kolam renang, taman bermain,
jogging track, laundry, kafe & restoran, salon & spa, toko obat,  Pemanfaatan sumber daya alam, lahan, air dan udara secara
ruang surat, pusat bisnis, mini market dan dikelilingi dengan bijaksana.
mal dan tempat-tempat untuk bersantai seperti Kemang, Citos,
 Pengembangan sistem informasi dan evaluasi apartemen yang
Pejaten Desa dll
dinamis dan multi sektor.
Apartment XXI Residence diharapkan dapat memberikan  Peningkatan pengembangan institusi pelayanan (services
kenyamanan bagi penghuninya. Jika di dunia belanja kita tahu „Stop organization) dalam menunjang pembangunan apartemen
Shopping “, di dunia perumahan kita menciptakan” Smart Living yang bertumpu kepada masyarakat (community development),
“konsep makna hidup semua bertanya disediakan di satu lokasi.
 Terciptanya manajemen pembangunan apartemen yang
Bukan hanya nuansa nyaman hidup, tetapi juga dilengkapi dengan
terarah, terstruktur, dan terencan secara adil dan bijaksana.
fasilitas untuk menampung kegiatan sehari-hari mereka seperti, pusat
perbelanjaan, pusat olahraga, caffes dll Kami menawarkan semua Lingkup rencana Induk Pembanguan Apartemen XXI Residence ini
kenyamanan mungkin dan menikmati hidup dalam satu wilayah. terdiri dari lingkup wilayah dan lingkup materi sebagai berikut :
Fasilitas yang ditawarkan disesuaikan dengan gaya hidup orang tua
dan anak muda diharapkan dapat memenuhi kebutuhan baik
penghuni dan pengunjung. a. Lingkup Wilayah

Kalkulasi Penggunaan Pembanguan Apartemen XXI Residence pada Pembangunan Apartemen XXI Residence mecakup sebagai berikut :
prinsipnya sesuai dengan rencana pembanguan wilayah Jakarta
Selatan lokasi tersebut sebagai pemukiman dan bisnis. LOCATION : JL WARUNG BUNCIT JAKARTA
SELATAN
Faktor yang sangat mendukung lokasi proyek adalah letaknya di jalan PLANNING AREA : 7.261 M2
Warung Buncit Raya, factor inilah yang mendasari pertimbangan SIPPT : NO. 956 / -1.711.534
pembanguan Apartement XXI Residence di daerah tersebut dengan KDB : 50%
rekomendasi SIPPT No. 618/0-9/SIPPT/P&PP/2009. KLB : 4,1
HEIGHT : 24 LANTAI
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan Apartemen XXI Residence
yang lebih harmonis pada masa yang akan datang, dan dalam rangka b. Lingkup materi
mencegah berbagai dampak yang timbul, perlu dikembangkan
berbagai pendekatan yang bersifat interdisiplin, yang mencakup : Materi Pembangunan Apartemen XXI Residence mecakup sebagai
berikut :
 Kebijaksanaan pengembangan mengenai pengendalian Konsep dasar pengembangan apartemen yang meliputi struktur tata
pembangunan apartemen yang berwawasan lingkungan dan ruang, tataguna lahan dan model/arsitektur aparteman XXI
berkelanjutan Residence.
Rencana Prasarana Apartemen XXI Residence yang meliputi : 7. Parkir 255 Mobil
Basement, jaringan jalan, system drainase, penyediaan air bersih,
8. Koefesien Dasar Hijau (KDH) 25,69 %
pengolahan sampah, distribusi listrik dan jaringan telekomunikasi dll.
9. Koefesien Tapak Basement (KTB) 72.01 %
Rencana Sarana Apartement XXI residence yang meliputi : Fasilitas
10. Penggunaan Hunian & Fasilitasnya
umum dan fasilitas social, pasilitas tersebut antara lain : Kolam
renang, tempat bermain, taman, pedestrian dan tempat olahraga  Untuk Jaringan jalan di rencanakan untuk mendukung sirkulasi
lainya. di dalam area Apartemen XXI Residence, baik di dalam maupun
keseluruhan dari kawasan Apartemen.
Mengenai kondisi tata ruang lahan dalam perencanaan
Rincian Jaringan jalan yang di rencanakan (ROW).
pembangunan Apartemen XXI Residence disesuaikan dengan
ketentuan yang di keluarkan oleh dinas tata ruang DKI Jakarta – Jalan Masuk/utama : 10 Meter
dengan rincian sebagai berikut : – Jalan Lingkungan : 7 – 8 Meter
 Perhitungan KDB : 1.823.8 M2 Pembanguan Apartemen XXI Residence yang kembangkan oleh PT
Perhitungan KLB : (29.729,7M2+3.015,8M2+5.400,9)+(13.839,6- Permata Raya Pratama akan mengembangkan lahan seluas 7.259,65
50%X25.408,77)X85% M2, Kondisi tanah merupakan tanah miring kemudian datar dan
: (38.146,4M2 + 1.135,21)X85% sebagian relative rata dongan kondisi tanah yang baik untuk
: 33.389,36 M2 pembanguan apartemen.
 Kebutuhan Parkir : Apartment XXI Residence diharapkan dapat memberikan
HUNIAN 70-90M2 10 UNIT : 2 MBL = 5 MOBIL kenyamanan bagi penghuninya. Jika di dunia belanja kita tahu „Stop
HUNIAN <70M2 784 UNIT : 5 MBL = 156 MOBIL Shopping “, di dunia perumahan kita menciptakan” Smart Living
JUMLAH = 161 MOBIL “konsep makna hidup semua bertanya disediakan di satu lokasi.
Bukan hanya nuansa nyaman hidup, tetapi juga dilengkapi dengan
 Kebutuhan Tata Letak Bangunan :
fasilitas untuk menampung kegiatan sehari-hari mereka seperti, pusat
1. Luas Daerah Perencanaan 7.259,65 M2 perbelanjaan, pusat olahraga, caffes dll Kami menawarkan semua
kenyamanan mungkin dan menikmati hidup dalam satu wilayah.
2. Luas Lantai Dasar Bangunan 1.823,80 M2
Fasilitas yang ditawarkan disesuaikan dengan gaya hidup orang tua
3. Luas Seluruh Lantai bangunan 33.389,36 M2 dan anak muda diharapkan dapat memenuhi kebutuhan baik
4. Koefesien Dasar banguan (KDB) 25,12 % penghuni dan pengunjung.

5. Koefesien lantai Bangunan (KLB) 4,2 Dalam perkembangan Pra perencaanaan perencanan telah berganti
6. Ketinggian Banguanan 23 Lantai konsep dan berganti perencana. Kesep pertama dengan konsep
kondotel + apartemen yang di buat rencanakan oleh renik dengan Konsep ketiga dirombak untuk mengikuti anjuran yang di buat
betuk huruf T tatakota karena secara peruntukan apartemen menjadi kecil karena
harus mengikuti anjuran pemerintah kota yang mengharuskan garis
hijau harus 25 % dari luas site akhirnya tebetuk konsep dibawah ini
dengan ke posisi semula hamper mirip dengan hurup h dengan
perencana dari artepak dan saya membuat kelaayakan bisnis projek
tersebut dan member arahan kepada perencana dalam
merencanakan apartemen tersebut.

Konsep kedua dirubah oleh saya dengan konsep Z dengan konsep


zig-zag namun konsep ini tidak sesuai dengan peruntukan dari
tatakota dengan besaran yanhgtidak sesuai dengan ketentuan tata
kota DKI Jakarta

Namun demikian dalam pelaksanakan perencanaan pembangunan


Apartemen XXI Residence selalu dan akan perhatikan aspek-aspek
dalam pembangunan yaitu :

Aspek Ekonomis
Pertimbangan ekonomis adalah suatu hal yang sangat
terpenting dalam suatu pekerjaan proyek sehingga dapat
memberikan keuntungan bagi semua pihak yang terlibat di
dalamnya.
Aspek Teknis Berfungsi untuk mengangkut penumpang dan mempunyai
bukaan pintu center opening (co).
Aspek teknis dalam pekerjaan yang dilakukan adalah dengan
melihat pada standar yang dibuat oleh perencana dalam hal ini 2. Lift Observation
alat dan metoda kerja yang harus dipehatikan sedetil dan
Adalah sama dengan lift penumpang namun pada sisi
sebaik mungkin.
belakangnya terbuat dari kaca dan ruang luncurnya juga di
design dari kaca yang berfungsi untuk menampilkan keindahan
Aspek Hukum design arsitektur dan memberikan kenyamanan penumpang
Aspek hukum dalam harus pula melihat kaidah konstrusi seperti kereta karena dapat melihat tata letak ruang dalam bangunan.
perlindungan pekerja dalam hal ini masalah hukun dan 3. Lift Barang atau biasa disebut Lift Service
kenyamanan dalam bekerja.
Berfungsi untuk mengangkut barang dalam jumlah dan berat
yang tertentu dan mempunyai bukaan pintu side opening (so),
Aspek Sosial Politik dan Budaya dalam keadaan darurat atau kebakaran, lift barang harus dapat
Aspek ini dalam pembanguan harus mempertimbangkan difungsikan sebagai lift kebakaran.
kondisi sosial budaya tempat dimana pembangunan 4. Lift pasien biasa disebut Lift Bed
dilaksnakan harus melihat lingkungan di sekitar pembanguna
proyek sehingga masyarakat tidak di rugikan secara moril Mempunyai bukaan pintu side opening (so) pada 2 (dua) sisi
maupun materil justru harus mendatangkan income atau royalti yaitu muka dan belakang (through door) berfungsi untuk
bagi masyarakat sekitarnya. mengangkut patient stretcher (brandkar) sehingga diperlukan
ukuran ruang kereta sebesar l =1.500 mm d = 2.300 mm.

Aspek Keamanan 5. Lift Automobile

Aspek ini penting karena meyangkut kenyamanan dalam Berfungsi untuk mengangkut kendaraan (mobil) sehingga
bekerja, keamanan dalam suatu proyek harus sebaik mungkin memerlukan ukuran ruang kereta sampai l =2.750 mm d =6.300
untuk memberikan kenyamanan dan rasa tenang dalam bekerja mm tergantung peruntukan jenis mobil yang akan diangkut. Lift
untuk itu dibuat suatu sistem keamanan dengan baik. ini berkecepatan rendah yaitu 20, 30, 45 mpm dan mempunyai
sistem bukaan pintu atas – bawah dengan 2 (dua) atau 3 (tiga)
panel pintu.
Jenis/ macam, Penggunaan dan Dasar Pemilihan Lift
6. Lift fire.
Untuk Gedung Bertingkat
Dalam keadaan darurat/kebakaran, minimal satu diantara
jajaran lift harus dapat dipergunakan untuk evakuasi ataupun
Jenis, macam dan fungi Lift : transportasi bagi fire brigade. Lift yang berfungsi juga sebagai
1. Lift Penumpang lift fire adalah lift service atau disebut juga lift barang. Karena
kebutuhannya maka dinding ruang luncur, kamar mesin lift, 2. Hotel * unit kamar @ 2 orang
pintu lift dan saluran kabel power harus tahan api selama * function rooms 10 m²/orang
minimal 1 jam, sedangkan pada lobby lantai dasar didekat lift 3. Rumah Sakit * kamar pasien 3 ~ 4 bed / kamar
fire harus dipasang fire man switch untuk keperluan
* ruang praktek 3 orang / ruang
operasional petugas fire brigade.
* ruang tunggu 10 m²/orang
4. Apartment * 1 bed room (1 br) @ 2 orang
Penggunaan lift pada bangunan bertingkat dibagi
menjadi : * 2 bed room (2 br) @ 3 orang
* 3 bed room (3 br) @ 4 orang
 Bangunan rendah sampai 6 lantai,
* penthouse (ph) @ 6 orang
Mengunakan kereta kapasitas 300 kg ~ 1.000 kg dengan
kecepatan 60 mpm atau 75 mpm. 2. Average Arrival Interval (AAI dalam detik)

 Bangunan menengah rendah 6 ~ 20 lantai, Waktu tunggu rata – rata yang diperlukan dalam satuan detik.

Mengunakan kereta kapasitas 1.000 kg ~ 1.150 kg dengan Standard AAI yang berlaku umum,
kecepatan 90 mpm atau 105 mpm.  * gedung kantor mewah 25 ~ 35 detik
 Bangunan menengah tinggi 20 ~ 30 lantai,  * gedung kantor komersial 25 ~ 35 detik
Mengunakan kereta kapasitas 1.150 kg ~ 1.350 kg dengan  * gedung kantor instansi 30 ~ 40 detik
kecepatan 120 mpm atau 150 mpm.
 * hotel berbintang 40 ~ 60 detik
 Bangunan tinggi diatas 20 lantai,
 * hotel resort 60 ~ 90 detik
Mengunakan kereta kapasitas 1.350 kg ~ 1.600 kg dengan
kecepatan 150 mpm ~ 300 mpm.  * rumah sakit 40 ~ 60 detik
 * apartement kelas mewah 50 ~ 70 detik
Dasar pemilihan passenger elevator meliputi :  * apartment kelas menengah 60 ~ 80 detik
1. Penentuan jumlah populasi orang dalam gedung berdasar pada  * apartment kelas biasa 80 ~ 120 detik
peruntukan gedung yang bersangkutan yaitu
 * gedung sekolah / kuliah 40 ~ 90 detik
No. Jenis gedung Per luas bersih (nett area)
1. Perkantoran 10 m²/orang, untuk lt. 1 ~ 20
3. Handling Capacity (HC dalam %)
12 m²/orang, untuk lt. 21 ~ 30 Batas kemampuan maksimum kereta dalam mengangkut
14 m²/orang, untuk lt. 31 ~ 40 sejumlah orang tiap 5 menit pertama saat jam-jam padat (rush
hour) yang dihitung dalam %.
Standard HC (%) dalam 5 menit yang berlaku umum,
 * gedung kantor mewah 10 ~ 12 % A. Mengapa harus ada sistem pencegah dan pemadam
kebakaran.?
 * gedung kantor komersial 11 ~ 13 %
Bahaya kebakaraan adalah bahaya yang ditimbulkan oleh
 * gedung kantor instansi 14 ~ 17 %
adanya nyala api yang tidk terkendali, sehingga dapat
 * hotel berbintang 8 ~ 10 % mengancam keselamatan jiwa manusia dan harta benda. Nyala
 * hotel resort 6 ~ 8 % api sendiri merupakan reaksi dari bahan bakar, panas dan
oksigen.
 * rumah sakit 10 %
Pencegahan terhadap bahaya kebakaran berati segala usaha
 * apartement kelas mewah 5 ~ 7 % yang dilakukan agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak
 * apartment kelas menengah 6 ~ 8 % terkendali.

 * apartment kelas biasa 10 ~ 11 %


 * gedung sekolah / kuliah 2,5 ~ 25 %

Teori Tentang Pencegahan Terhadap


Kebakaran

Dalam gedung sistem penanggulangan kebakaran biasanya ada 2


macam, yaitu

1. Yang pertama adalah sistem deteksi kebakaran, yang disebut


juga sistem Fire Protection atau lebih dikenal lagi adalah sistem
fire alarm. Sistem ini menyediakan peralatan untuk mendeteksi
kemungkinan adanya sebab sebab akan terjadinya kebakaran.
2. Sistem pemadam kebakaran atau disebut dengan Fire Fighting,
bentuk perlawanan terhadap kebakaran, jika kebakaran terjadi.
Biasnya di gedung disediakan 3 sistem pemadam kebakaran.
Yaitu: Sistem srpinkler, sistem hydran dan Fire Exinguisher atau
APAR (Alat pemadam kebakaran).
TEORI DASAR KELISTRIKAN

JUMAT, 24 APRIL 2015

Sebelum membahas tentang listrik secara lebih lanjut, mungkin disini


perlu ditampilkan juga tentang teori dasar kelistrikan. Dan untuk
memudahkan pembahasan disini akan dibahas tentang rumus rumus
dasar kelistrikan.

Pembahasan tentang listrik tidak terlepas dari 4 materi pembahasan, Atau rumus daya dapat dilihat juga dalam rumus dibawah ini
yaitu Daya, Tegangan (beda potensial), Arus dan hambatan
(resistensi). Jika Daya atau power satuannya adalah Watt atau VA,
atau KW atau KVA, Tegangan satuannya adalah Volt, atau KV Arus
satuannya adalah ampere dan tahanan satuannya adalah Ohm. Dan
menayangkut hambatan R nanti juga ada pembahasan tentang
resistensi, resistensi kapasitif dan juga induktif. Tetapi yang akan
dibawas pertama kali adalah yang ke-4 tersebut.

Dan Hubungan keempatnya, serta rumus keterkaitannya dapat


dilihat dari lingkaran daya dibawah ini.

A. JENIS JENIS DAYA


Daya listrik dibagi menjadi 3 macam, yaitu B. HUBUNGAN ANTARA DAYA NYATA, DAYA SEMU DAN DAYA
REAKTIF
1. Daya Nyata (P),
Hubungan dari ketiga aya tersebut, dapat diumpamakan dari vektor
Merupakan daya listrik yang digunakan untuk keperluan mesin mesin segitiga dibawah ini,
listrik atau peralatan lainnya. (Satuannya Watt atau KW)

Rumus:

a. 1 Phasa (Line to Netral) P = V x I x Cos Ø

b. 3 phasa (line to line) P = √3 x V x I x Cos Ø

2. Daya Semu (S),

merupakan daya listrik yang melalui suatu penghantar transmisi atau


distribusi. Daya inimerupkanhasil perkalian antara Tegangan dan
arus yang melalui penghantar.

Rumus:

a. 1 Phasa (Line to Netral) S = V x Ix Sin Ø

b. 3 phasa (line to line) S = √3 x V x I x Sin Ø


3. Daya Reaktif (Q),

merupakan selisih antara daya semu yang masuk pada penghantar


dengan daya aktif pada penghantar itu sendiri, dimana daya itu
terpakai untuk daya meanik dan panas

a. 1 Phasa (Line to Netral) Q = V x I x Sin Ø

b. 3 phase (line to line) Q = √3 x V x I x Sin Ø


F = Power faktor

F = P/S = Cos Ø

Tg Ø =Q/P

S = Vlt

(Sumber dari berbagai sumber internet.)


SISTEM GAS MEDIK DI RUMAH Sentral gas medik di suatu rumah sakit, untuk memenuhi kebutuhan
rumah sakit, tersebut, terutama ruanginap/ ruang perawatan dan juga
SAKIT ruang operasi. Karena yang dibutuhkan terdiri dari 4 jenis tersebut,
maka sentral gas medik juga terdiri dari: Sentral Oksigen, sentral
N2O, sentral Medical Compressed air, dan central Vacum (suction).

Sistem gas medis merupakan instalasi untuk memenuhi kebutuhan 1. Sentral Oxygen ( O2 )
dari gas untuk medis. Instalasi gas medis telah dikembangkan untuk
mengeliminasi kesulitan-kesulitan penggunaan gas medik secara Sentral oksigen menggunakan sistem sentral tabung gas dengan
konvensional. Dalam sistem ini, silinder gas tekanan tinggi, kapasitas 2x jumlah tabung yang bisa dipasang (misal 1 sisi 8
compressor dan pompa vacuum di sentralisasi di suatu tempat, tabung ,maka dinyataan berkapasitas 2x8 tabung), dengan sistem
kemudian gas-gas dan udara tersebut dialirkan ke ruangan berangkai double row (dua sayap) dengan bekerja secara
melalui pemipaan. bergantian. Sayap kiri 8 tabung dan sayap kanan 8 tabung.
Gas medis yang digunakan di rumah sakit adalah elemen pendukung
kehidupan yang berpengaruh langsung dalam mempertahankan
hidup pasien. Oleh karena itu, pada bagian dimana gas medis
digunakan, gas tersebut harus bersih, memiliki kemurnian tinggi dan
tersedia dengan tekanan yang stabil.

Jenis jenis instalasi gas medis yang biasa dipasang untuk keperluan
rumah sakit adalah :

 Oxygen ( O2 )
 Nitrous Oxide ( N2O )
 Medical Compressed Air ( Breathing Air ) Sentral gas medik ini diatur oleh piranti yang dinamakan dengan
Automatic Manifold Change over, dan dilengkapi juga dengan
 Vacum ( Suction )
perlengkapan lainnya, seperti: Block valve c/w valve, High Pressure
Dan untuk ruangan ruangan perawatan / inap yang digunakan ada 2 Tube, Plug Headers, Manifold Barcket, Shut down valve, piping
macam, yaitu Oxygen ( O2 ) dan Vacum ( Suction ) sistem dan tabung gas.

A. Sentral Gas Medik Automatic Manifold Change Over berfungsi sebagai:


 pengatur supply oksigen secara otomatis,
 pengatur tekanan kerja sentral Instalasi
 Penunjuk tekanan kerja tabung Gas.

Pada hakekatnya sentral N2O sama seperti sentral oksigen. Sistem


yang berbeda hanyalah jenis gas yang digunakan , tekanan kerja
Penggunaan gas medik ini kemudian di sambungkan dengan
gas, type valve dan regulator. Sentral.
instalasi ke ruangan ruangan inap dan juga ruang tindakan. Dengan
demikian fungsi dari automatic change over device
Sentral N2O biasanya mempunyai kapasitas yang lebih sedikit
disamping menurunkan tekanan gas dari tabung ke tekanan gas
daripada sentral oksigen. Jika contoh diatas untuk sentral oksigen
yang konstan 4, 0 kg/ cm dan juga menyediakan ke jalur
adalah 2x8, misal untuk sentral N2O adalah 2x3 tabung, dipasang
distribusi.Tabung-tabung gas diletakkan pada kedua sisi alat. Satu
dengan sistem berangkai double row (dua) sayap dengan bekerja
sisi adalah sisi yang digunakan sedangkan sisi lainnya sebagai sisi
secara bergantian. Seperti halnya sentral oksigen, sentral N2O ini
cadangan. Saat sisi yang digunakan hampir kosong maka lampu
diatur oleh piranti yang dinamakan dengan Automatic Manifold
yang tersedia dalam manifold akan menyala. Lampu akan terus
Change over, dan dilengkapi juga dengan perlengkapan lainnya,
menyala sampai saklar diarahkan kesisi cadangan sehingga sisi
seperti: Block valve c/w valve, High Pressure Tube, Plug Headers,
cadangan tersebut berubah menjadi sisi yang digunakan. Apabila
Manifold Barcket, Shut down valve, piping sistem dan tabung gas.
saklar dipindah atau diarahkan maka posisi cadangaan akan tetap
Yang masing masing perlengkapan itu mempunyai fungsi yang sama
dibaca sebagai posisi cadangan biarpun sisi cadangan tersebut telah
dengan fungsi pada sentral oksigen.
berfungsi sebagai posisi yang digunakan (penyalur).
Jika arah switch tidak diganti dan sisi cadangan yang dipakai telah
kosong maka sisi yang lain tidak akan menyalurkan gas secara
otomatis.

2. Sentral Nitrous Oxide ( N2O )


Mengingat penggunaan gas N2O hanya dipakai untuk keperluan
pembiusan, maka pemakaiannya hanya di ruang perawatan khusus
saja dan ruang operasi.

3. Sentral Medical Compressed Air ( Breathing Air )

Fungsi automatic change over device adalah menurunkan tekenan


gas dari tabung ke tekanan gas yang konstan 4, 0 kg/ cm² dan
menyediakan ke jalur distribusi. Tabung-tabung gas diletakkan pada
kedua sisi alat. Satu sisi adalah sisi yang digunakan sedangkan sisi
lainnya sebagai sisi cadangan. Saat sisi yang digunakan hampir
kosong, sisi cadangan mulai menyediakan dan menyalurkan gas Sentral kompressor yang terpasang biasanya merupakan
secara otomatis sehingga menjamin tidak adanya keterlambatan
kompressor udara bebas oli (oil Free), type duplex terdiri dari 2
penyaluran gas. Pada saat sisi yang digunakan hampir kosong maka kompressor, 1 tangki dan berikut kelengkapannya.
lampu yang tersedia dalam manifold akan menyala. Lampu akan
terus menyala sampai saklar diarahkan kesisi cadangan sehingga Sentral kompessor ini juga dilengkapi dengan:
sisi cadangan tersebut berubah menjadi sisi yang digunakan. Apabila
saklar dipindah atau diarahkan maka posisi cadangaan akan tetap  After Cooler (alat pendingin) yang berfungsi sebagai
pendingin udara yang keluar dari kompressor, pemisah kondensasi,
dibaca sebagai posisi cadangan biarpun sisi cadangan tersebut telah
mengurangi kelembaban, debu dan kadar oli yang terdapat pada
berfungsi sebagai posisi yang digunakan (penyalur) . udara.
Jika arah switch tidak diganti dan sisi cadangan yang dipakai telah  Tanki (reserver tank) berfungsi untuk menyimpan udara tekan
dengan kapasitas kurang lebih 600 liter. Udara yang keluar dari
kosong maka sisi yang lain tidak akan menyalurkan gas secara
sentral compressor ini kemudian dialirkan melalui pipa tembaga ke
otomatis. ruang tindakan di tiap lantai.
tersebut melewati zone valve dan alarm sistem yag terpasang di tiap lantai,
yang dipasang di belakang ruang perawat.

4. Sentral Vacum ( Suction )

Sentral suction (vacuum) yang dipasang adalah vacuum pump type


rotar vane oil seal. Sistem gas medik yang terdiri dari 4 jens gas tersebut, disalurkan ke ruang
inap dan juga ruang tindakan, ICCU atau ruang opersi. Untuk ruang inap,
gas medik terdiri dari instalasi vakum dan oksegen, dan outletnya yang
terpasang di bedhead.. Sedang di ruang tindakan atau ruang operasi
terdapat keempat sistem instalasi gas medik tersebut, yaitu: instalasi gas
oksigen, N2O, vacuum dan kompressor, dan outletnya terpasang di
bedhead.

Di tiap lantai juga dipasang valve yang disebut dengan zone valve dan
dipasang juga alarm valve tersebut yang berfungsi untuk menunjukan
tekanan serta pada daerah tertentu serta memberikan sinyal bila tekanan
B. DISTRIBUSI DI GEDUNG gas menurun atau berlebihan pada lantai tersebut. Sehingga memudahkan
tenaga teknis untuk meninjau operasional gas medis. Di samping
Gas medis dari ruang sentral didistribusikan ke ruang-ruang inap / itu penggunaan alat ini dapat sebagai media perawatan serta pengamanan
perawatan melalui instalasi pipa dan outlet gas medis. Pipa gas medis yang bahaya kebakaran dari gedung.
digunakan adalah jenis tembaga khusus untuk pemakaian gas
medik. Sebelum melalui oulet gas medik di bed head, mainline pipa
LIFT (ELEVATOR)
diperlukan gear reduser untuk menurunkan putaran motor
tersebut.
2. Motor Gearless

Lift atau elevator merupakan alat transfortasi vertikal suatu gedung. Tipe motor ini tidak menggunakan worm gear atau gear
Lift sekarang ini telah menjadi kebutuhan yang mendasar di gedung reduser karena putaran motor sama dengan speed elevator itu
gedung pemerintahan, perkantoran, hotel, apartemen, rumah sakit, sendiri. Paa awlanya jenis motor ini untuk lift dengan kecepatan
mall, bandara dan lain lain. tinggi diatas 150 meter per menit. Tetapi motor ini kemudina
dikembangkan untuk kecepatan rendah, dan sedang juga
menggunakan motor gearless karena pertimbangan space
untuk ruang mesin.
3. Motor Roomless

Merupakan pengembangan teknologi sincronous permanent


magnet yang memungkinkaan mesin lift dibuat lebih kecil
sehingga mesin bisa dipasang di dalam hoistway. Perbedaan
dari ketiga itu adalahlebh cenderug ke bentu fisiknya, motor
gear mempunyai design yang lebih besar dari motor gearles
maupun roomless.

Berikut yang perlu diketahui tentang lift, antara lain :


B. Komponen Komponen Lift

Pada dasarnya komponen lift dibedakan menjdi 4 bagian utama:


A. Jenis Jenis Motor Penggerak Lift
 Komponen Ruang Mesin (Machine Room)
1. Motor Gear  Komponen Ruang Luncur (hoitsway)
Tipe motor gear menggunakan motor AC yang dilengkapi  Komponen kereta (Car Lift)
dengan worm gear atau gear reduser yang berfungsi untuk  Komponen di luar ruang luncur pada tiap tiap lantai
menurunkan putaran motor ke speed elevator yang diinginkan.
Karena pada motor AC ini mempunyai putaran yang tinggi
antara 900 RPM sampai dengan 1460 RPM atau lebih. Jadi
intruksi agar lift bergerak, dan berhenti sesuai dengan
permintaan.

Geared Machine atau Mesin Penggerak


Di dalam ruang mesin terdapat satu mesin penggerak jenis
geared. Pada mesin ini, perputaran dari motor penggerak
ditransformasikan oleh roda gigi sehingga dari putaran motor
tinggi dapat berubah ke putaran rendah..Pada mesin penggerak
ini terdapat brake (rem) dimana rem ini akan berkerja jika
motor penggerak tidak dialiri listrik.

Primary Velocity Tranducer/ Encoder


Terdapat satu alat dengan mesin lift pada mesin penggerak
gunanya untuk mendeteksi putaran motor atau kecepatan dari
lift.

Governor
Governor adalah alat pengaman, dimana jika kecepatan lift
melebihi batas-batas yang telah ditentukan, maka governor ini
akan bekerja dan kereta akan berhenti baik oleh elektrik
maupun maupun mekanik.

Komponen di ruang Mesin (Machine Room)


ARD (Automatic Rescue Drive)

Control System atau Control Panel Yang berfungsi apabila sumber listrik dari PLN mendadak mati
dan lift akan berhenti disembarang tempat setelah lebih dari 15
Berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan kerja dari pada detik maka ARD akan bekerja untuk menjalankan lift ke lantai
lift tersebut. Permintaan baik dari luar maupun dari dalam terdekat. Setelah lift sampai pada lantai otomatis lift akan mati.
kereta dicatat dan diolah, kemudian memberikan intruksi- Lift akan normal kembali setelah listrik PLN hidup kembali.
Komponen di ruang luncur (Hoistway) Limit Switch/ Switch Batas Lintas
Ada dua jenis saklar batas lintas yaitu untuk membalik arah
Ruang luncur adalah lorong atau lintasan dimana kereta tersebut (direction switch) dan final switch. Biasanya komponen ini
bergerak naik dan turun. Lubang ini harus merupakan lubang terpasang di rel kereta, dipasang dibagian bawah dan dibagian
tertutup dan tidak ada hubungan langsung ke ruang di luarnya atas rel. Yang berfungsi untuk menjaga agar kereta tidak
kecuali untuk lubang dua buah lift berdampingan menabrak pit atau lantai kamar mesin.

Vane Plate/ Pelat Bendera


Dipasang di rel kereta yang berfungsi untuk mengatur
pemberhentian kereta pada lantai yang dikehendaki dan
mengatur pembukaan pintu pendaratan (landing door).

Landing Door/ Pintu Pendaratan


Terdiri dari beberapa bagian, antara lain door hanger, door sill,
dan door panel. Berfungsi untuk menutup ruang luncur dari
luar. Pada hall door ini dipasang alat pengaman secara seri
sehingga apabila salah satu pintu terbuka maka lift tidak akan
bisa dijalankan.

Buffer
Terletak di dua tempat yaitu: satu set untuk kereta dan satu set
untuk beban pengimbang/ counterweight. Berfungsi untuk
meredam tenaga kinetik kereta dan bobot pengimbang pada
saat jatuh.

Guide Rail atau Rel Pemandu Governor Tensioner


Profil baja khusus pemandu jalanya kereta (car) dan bobot merupakan pully berbandul sebagai penegang rope governor
pengimbang (Counterweight). Ukuran rel untuk kereta/ car yang terletak di pit.
biasanya lebih besar dari pada rel bandul pengimbang/
counterweight. Guide rail ini terpasang tegak lurus dari dasar
pit sampai di bawah slap ruang mesin.
Komponen di Car/ Kereta Switcing Box
Biasanya menjadi satu dengan COP. Yang terletak dibagian
Car/ Kereta bawah COP secara tertutup (yang dapat dibuka hanya dengan
kunci khusus) didalamnya terdapat tombol-tombol pengatur.
adalah kotak dimana penumpang naik dan dibawa naik turun.
Kereta ini dihubungkan langsung dengan bobot pengimbang
(Counterweight) dengan tali baja lewat pully penggerak di Floor Indicator
ruang mesin, Nomor penunjuk lantai dan arah jalannya kereta. Biasanya
terletak disisi atas pintu kereta (transom) atau pada COP.
Car Door/ Pintu Kereta
Terdiri dari beberapa bagian, antara lain: door hanger, door sill, Lampu Darurat atau Emergency Light
door panel dan door mekanisme yang mengatur buka tutup Biasanya terletak diatas atap kereta, fungsinya untuk menerangi
pintu. Berfungsi untuk menutup kereta dari luar. Pada pintu kereta dalam keadaan darurat (listrik mati) dengan sumber
kereta (car door) ini dipasang alat pengaman secara seri battery.
dengan pintu pendaratan/ landing door sehingga apabila pintu
terbuka maka lift tidak dapat dijalankan.
Switch Pintu Darurat (Emergency Exit Switch)
Terletak pada pintu darurat diatas kereta, fungsinya untuk
COP (Car Operating Panel)
memastikan agar kereta tidak berjalan apabila pintu darurat
Ada satu atau lebih COP. Biasanya terletak pada sisi depan dibuka untuk proses penyelamatan.
kereta (front return panel). Pada panel tersebut terdapat
tombol-tombol lantai dan tombol pengatur buka tutup pintu.
Safety Link
Mekanisme penggerak alat pengaman (safety device) diatas
Interphone
kereta yang dihubungkan dengan governor di kamar mesin.
Biasanya terletak pada COP (pada lokasi yang mudah dicapai) Berfungsi untuk menahan kereta over speed ke bawah (dalam
yang berfungsi untuk mengadakan komunikasi (dalam keadaan keadaan darurat).
tertentu) antara kereta, kamar mesin (Machine Room) dan
ruang kontrol gedung.
Komponen di luar ruang luncur atau di Hall
Alarm Buzzer
Yang berfungsi untuk memberi tanda bila lift berbeban penuh Tombol Lantai
atau tanda-tanda lain.
Tombol pemanggil kereta di lantai/ hall.

Switch Parkir
Biasanya terletak di lobby utama didekat tombol lantai (hall
button) berfungsi untuk mematikan dan menjalankan lift.

Switch kebakaran/ Fireman Switch


Biasanya terletak di lobby utama disisi atas hall button,
berfungsi untuk mengaktifkan fungsi fireman control/ fireman
operation.

Hall indicator atau Penunjuk Lantai


Biasanya terletak di transom atau hall button pada masing-
masing lift. Berfungsi untuk mengetahui posisi masing-masing
kereta.
SISTEM MEKANIKAL DAN
Pada umumnya System mekanikal dan elektrikal suatu gedung terdiri
dari:
ELEKTRIKAL (SISTEM UTILITAS) 1. Sistem Mekanikal
GEDUNG  System plumbing
 System Fire Fighting (System Pemadam kebakaran)
 System Tata Udara (AC / Air Conditioning)
Bangunan suatu gedung terdiri dari 3 komponen penting, yaitu
 Sistem transportasi vertical (lift)
struktur, arsitek dan utilitas atau yang dikenal juga dengan istilah ME
(mekanikal dan elektrikal) di gedung. Ketiganya satu sama lain saling 2. Sistem Elektrikal
terkait. Jika struktur mengedepankan kekuatan, arsitek lebih  Sistem Elektrikal / Arus Kuat
menekankan pada keindahan, maka ME (mekanikal & Elektrikal) lebih
mengedepankan pada fungsi. Sekuat apapun bangunan atau seindah  Sistem penangkal petir
apapun bangunan, jika tidak ditunjang dengan suatu system  Sistem telepon
mekanikal & elektrikal, maka bangunan tersebut tidak ada fungsinya.
 Sistem tata suara (Sound system)
Jadi sangat jelas antara ketiga komponen dalam suatu gedung yang  System fire protection (fierm alarm)
saling terkait satusama lain. Dengan demikian system mekanikal &
elektrikal termasuk salah satu komponen yang sangat penting. Jadi  Sistem Data / Jaringan Komputer
intinya suatu bangunan yang telah dirancang oleh para arsitek  Sistem MATV (master Television)
akhirnya harus dipakai, dihuni dan dinikmati. Untuk itu bangunan
harus dilengkapi dengan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan  Sistem CCTV (Close Circuit Television)
gedung / perkantoran itu sendiri.

Setiap gedung oleh perancangnya dimungkinkan dikonsep dalam B. Fungsi Umum masing masing Sistem
suatu paradigma tersebut. Dan konsep mekanikal dan
elektrikal untuk memenuhi sesuai dengan fungsinya.

1. System plumbing
A. Sistem Mekanikal dan Elektrikal Suatu
Sistem plumbing adalah suatu pekerjaan meliputi sistem
Gedung pembuangan limbah / air buangan (air kotor dan air bekas),
sistem venting, air hujan dan sistem penyediaan Air bersih.
2. System Fire Fighting (System Pemadam meliputi sarana penyesuaian tegangan listrik (trafo/
kebakaran) transformator), sarana penyaluran utama (Kabel feeder) dan
panel hubung utama atau LVMDP (Low Voltage Main
Sistem fire Fighting atau sistem pemadam kebakaran
Distribution Panel) dan panel distribusi utama di tiap gedung
disediakan di gedung sebagai preventif (pencegah) terjadinya
(SDP / Sub Distribution Panel) dan terakhir panel-panel di tiap
kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler, sistem hidran
lantai (PP-LP untuk penerangan, Panel Stop Kontak, Panel Stop
dan Fire Extinguisher. Dan pada tempat-tempat tertentu
Kontak UPS, Panel UPS OK dan PVAC utuk power AC).
digunakan juga sistem fire gas.Tetapi pada umumnya sistem
yang digunakan terdiri dari: sistem sprinkler, hidran dan fire
extinguisher. 6. Sistem penangkal petir
Secara umum sistem ini berfungsi untuk memproteksi gedung
3. System Tata Udara (AC / Air Conditioning) dan sekitarnya dari petir. Pekerjaan penangkal petir
menyangkut meliputi pemassangan dan penyediaan instalasi
Secara umum sistem tata udara berfungsi mempertahankan
penagkal petir, grounding dan pembuatan bak kontrol.
kondisi udara ruanga baik suhu maupun kelembaban agar
udara terasa lebih nyaman. Kenyamanan dalam suatu
ruangan diperkantoran / fungsi gedung lainnya merupakan 7. Sistem telepon
kebutuhan psikologis yang mulai banyak diperhatikan di zaman Sistem telepon berfungsi ssebagai alat komunikasi antar
modern ini instansi dalam gedung. Sistem ini menggunakan PABX yang
berfungsi sebagai sentral komunikasi telepon di dalam gedung
4. Sistem transportasi vertical (lift) (pelanggan) yang terhubung dengan telkom
Sudah menjadi suatu kebutuhan pada bangunan-bangunan
tingkat tinggi diperlukan suatu alat transfortasi vertical, untuk 8. Sistem tata suara (Sound system)
memudahkan transfortasi pengguna dan efisiensi bangunan itu Sistem ini berfungsi sebagai publik adress, paging dan
sendiri. Sistem transportasi vertikal didalam bangunan gedung pengumuman. Sistem ini terdiri dari peralatan untuk
adalah suatu sistem peralatan yang digunakan untuk memenuhi background music dan pengumuman darurat.
memindahkan orang / barang dari lantai bawah ke atas atau
sebaliknya, yang disebut lift atau elevator..
9. System fire protection (fire alarm)
5. Sistem Elektrikal Sistem fire protection atau disebut juga dengan sistem fire
alarm (sistem pengindra api) adalah suatu sistem terintegrasi
Sistem elektrikal merupakan suatu rangkaian peralatan yang didesain untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran,
penyediaan daya listrik untuk memenuhi kebutuhan daya listrik untuk kemudian memberi peringatan (warning) dalam sistem
tegangan rendah. Dalam rangkaian peralatan yang disediakan evakuasi dan ditindaklanjuti secara otomatis maupun manual
dengan deengan sistem instalasi pemadam kebakaran (sistem 1. Bas ( Building Automatic System)
Fire fighting).
Bas merupakan system independen yang mengintegrasikan funsgsi-
fungsi energy management, monitoring dan kontrol peralatan AC,
10. Sistem Data / Jaringan Komputer
pompa, Lift, Ventilasi, panel daya, penerangan, security, CCTV dan
Berfungsi sebagai jaringan komputer terintegrasi dalam lain-lain.
gedung. Sistem kabel data atau disebut juga Local Area
Network (LAN) merupakan jaringan computer yang Meskipun sistem ini sangat membantu dalam mengefektikan dalam
menghubungkan computer pc dari workstation untuk memakai pengelolaan sistem di gedung, tetapi kebanyakan gedung tidak
bersama sumberdaya(resource, misalnya printer, internet, dan memakai sistem ini. Dan sistem ini menjadi suatu keharusan bagi
lain-lain) dan saling bertukar informasi. gedung-gedung modern dan relatif besar, seperti bandara
international, mall, Hotel atau apatement dan lainnya.
11. Sistem MATV (master Television)
2. FIDS (Flay Information Display System)
Kebutuhan pengelolaan televisi dalam suatu bangungan
menjadi kebutuhan di perkantoran. Sistem ini dinamakan
FIDS merupakan sistem jaringan komputer yang ada di Bandara
dengan sistem master antena TV (MATV). Sistem MATV terdiri
international, yang mengolah data tentang informasi yang integral
dari beberapa perangkat penerima (receiver), mixer, dan
tentang informasi pesawat, baik keberangkatan, kedatangan, check
penguat sinyal.
inn dan lainnya.

12. Sistem CCTV (Close Circuit Television)


3. Sistem Instalasi Gas di Mall
Sistem CCTV merupakan bagian dari upaya untuk
mempermudah pekerjaan sekuriti sistem, yang terintegrasi Sistem instalasi gas di mall biasanya untuk Food Court (pusat
untuk memberikan kemudahan dalam proses pengontrolan makanan) biasanya di lantai teratas. Sistem instalasi gas di food court
dan pemantauan lebih akurat dan otomatis. Sekuriti sistem ini merupakan sentral instalasi gas untuk bahan bakar yang
biasanya meliputi pekerjaa untuk Mengawasi keluar masuk berkaiatan dengan masak memasak di food court tersebut.
orang ke gedung, mengawasi keluar masuk kendaraan dan
mengawasi lokasi parkir kendaraan dan mengamati ruangan- 4. Sistem Gas Medik
ruangan yang dianggap penting.
Sistem ini ada di rumah sakit, dalam upaya mngefektifkan sistem gas
yang ada di rumah sakit, terutama dalam hubungannya sentralisasi
C. Sistem Lainnya gas medik. Sistem gas medik terdiri dari instalasi oksigen, instalasi
vakum, instalasi N2O dan instalasi compresor.
5. Sistem Transfortasi vertikal dan Horizontal di Sistem belalai gajah atau disebut juga sistem garbarata digunakan
bandara untuk menghubungkan gedung dengan pesawat, terutama untuk
sarana akses jalan menuju ke dalam pesawat.
sistem transfortasi penumpang dan barang di gedung bandara tidak
haya sistem transfortasi vertikal saja seperti lift dan escalator, tetapi
8. Sistem AC di beberapa gedung
juga transfortasi vertikal, seperti travalator ( untuk penumpang), dan
untuk barang terutama menyangkut check inn dan juga chck out Pada umumnya sistem tata udara / sistem AC yang digunakan untuk
digunakan conveyor. gedung yang relatif kecil hanya menggunakan AC split atau AC
cassete atau split duct. Tetapi untuk gedung gedung besar dan
6. Sistem Pemadam Kebakaran di bank berhubungan dengan publik yang relatif besar, biasanya
menggunakan sistem AC AHU dengan media sistem pendingin air
Pada umumnya digedung, sistem pemadam kebakaran yang (chiller), seperti di Bandara dan Mall. Di Bandara sistem AC yang
digunakan teriri dari sistem instalasi Hydran, instalasi sprinkler dan digunakan biasnya menggunakan sistem AHU (air Handling unit)
Fire extinguiher. Tetapi di bank, karena banyak menyangkut masalah untuk area publik dan menggunakan FCU untuk perkantoran, dengan
kertas (bahan uang, atau uang itu sendiri, dan ruang arsip) yang media pendingin air (chiller), dan untuk di gedung-gedung yang
rentan hancur oleh air, maka sistem pemadam kebakarannya juga terpisah dari gedung utama tetap menggunakan AC split atau AC
ditambahkan sistem pemadaman menggunakan semacam fowder, cassete dengan media refrigeran sebagai pendinginnya. Untuk
untuk menghindari kerusakan pada bahan-bahan yang berasal dari Rumah sakit,hotel, apartemen atau Bank disamping AC split, untuk
kertas. yang lebih besar lagi biasanya juga digunakan AC VRV, suatu sistem
AC yang terdiri dari beberapa indoor AC tetapi outdoor nya hanya 1.
Sistem fire gas biasanya digunakan untuk ruangan tertentu, seperti: AC VRV ini sangat efektif untuk perawatan dan juga menghilangkan
ruang khazanah, ruang arsip, ruang Genset, ruang panel dan ruangan kesan semrawutnya penataan outdoor AC disamping biaya
eletronik (ruang central komputer: ruang hub dan server, IT, operasionalnya yang murah, tetapi biasa investasi awal yang sangat
Comunication dan lain-lain). mahal, sehingga tidak dijadikan alternatif.
Di Bank atau di gedung lainnya yang mengharuskan penggunaan AC
Sistem yang digunakan biasanya sistem fire gas terpusat, dimana secara simultan yang tidak boleh padam, sehingga sistem AC harus
tabung-tabung gas (foam, halon, FM 100, Co2 dan lain-lain), berjalan terus, sehingga perlu digunakan sejenis AC presisi yang
ditempatkan secara terpusat dan pendistribusiannya ke dalam bekerja secara sequencing (bergantian satu sama lain), das diletakan
ruangan dilewatkan melalui motorized valve / actuator, instalasi berhadapan.
pemipaan dan nozzle. Cara kerja sistem ini berdasarkan perintah dari
system fire alarm.

7. Sistem Garbarata (belalai gajah) di bandara


PERSYARATAN ADMINISTRATIF
Jika dilihat dari sisi pengertian, Rumah Susun adalah bangunan
gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang
DAN TEKNIS PEMBANGUNAN terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional
dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan
RUMAH SUSUN DI INDONESIA yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,
terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian
bersama, benda-benda bersama dan tanah bersama[1].

Pembangunan rumah susun memerlukan persyaratan teknis dan


Pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif
administratif yang lebih berat, karena spesifikasi rumah susun
pemecahan masalah kebutuhan perumahan dan pemukiman
memiliki bentuk dan keadaan khusus yang berbeda dengan
terutama di daerah perkotaan yang jumlah penduduknya terus
perumahan biasa (landed house). Pembangunan rumah susun harus
meningkat, karena pembangunan rumah susun dapat mengurangi
memenuhi berbagai persyaratan teknis dan administratif
penggunaan tanah, membuat ruang-ruang terbuka kota yang lebih
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam beberapa peraturan
lega dan dapat digunakan sebagai suatu cara untuk peremajaan kota
perundang-undangan, yakni :
bagi daerah yang kumuh. Pembangunan rumah susun memerlukan
persyaratan teknis dan administratif yang lebih berat, karena
 Undang-Undang Nomor 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun;
spesifikasi rumah susun memiliki bentuk dan keadaan khusus yang
dan
berbeda dengan perumahan biasa (landed house). Disamping itu
pelaku pembangunan juga harus dituntut benar-benar qualified di  Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 1988 tentang Rumah
bidangnya untuk melaksanakan pembangunan rumah susun. Susun.

A. Pendahuluan B. Persyaratan Administratif

Pada daerah perkotaan yang berpenduduk padat, di mana tanah Pembangunan rumah susun dan lingkungannya harus dibangun dan
yang tersedia sangat terbatas perlu dikembangkan pembangunan dilaksanakan berdasarkan perizinan yang diberikan oleh Pemerintah
perumahan dan pemukiman dalam bentuk rumah susun yang Daerah setempat sesuai dengan peruntukkannya (persyaratan
lengkap, seimbang, dan serasi dengan lingkungannya. Pembangunan administratif). Merujuk kepada penjelasan Pasal 6 Undang-Undang
rumah susun merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah Nomor 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun, yang dimaksud dengan
kebutuhan perumahan dan pemukiman terutama di daerah persyaratan administratif pembangunan rumah susun yaitu
perkotaan yang jumlah penduduknya terus meningkat, karena persyaratan yang mengatur mengenai[2] :
pembangunan rumah susun dapat mengurangi penggunaan tanah,
membuat ruang-ruang terbuka kota yang lebih lega dan dapat (i) perizinan usaha dari perusahaan pembangunan perumahan;
digunakan sebagai suatu cara untuk peremajaan kota bagi daerah (ii) izin lokasi dan/atau peruntukkannya; serta
yang kumuh.
(iii) perizinan mendirikan bangunan. (i) struktur bangunan;
Perizinan tersebut diajukan oleh penyelenggara pembangunan (ii) keamanan, keselamatan, kenyamanan;
kepada Pemerintah Daerah terkait dengan melampirkan
(iii) hal-hal yang beruhubungan dengan rancang bangunan;
persyaratan-persyaratan sebagai berikut[3]:
(iv) kelengkapan prasarana dan fasilitas lingkungan.
 sertifikat hak atas tanah;
 fatwa peruntukkan tanah; Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 1988 tentang Rumah Susun
juga mengatur mengenai persyaratan teknis pembangunan rumah
 rencana tapak;
susun, antara lain meliputi :
 gambar rencana arsitektur yang memuat denah dan
potongan beserta pertelaannya yang menunjukkan 1. Ruang;
dengan jelas batasan secara vertikal dan horizontal dari Semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari
satuan rumah susun; harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung
 gambar rencana struktur beserta perhitungannya; dengan udara dan pencahayaan langsung maupun tidak
langsung secara alami dalam jumlah yang cukup.
 gambar rencana menunjukkan dengan jelas bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama; 2. Struktur, komponen, dan bahan bangunan;
 gambar rencana jaringan dan instalasi beserta Rumah susun harus direncakanan dan dibangun dengan
perlengkapannya. struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan yang
memenuhi persyaratan konstruksi sesuai dengan standar yang
Jika dilihat dari persyaratan administratif pembangunan rumah susun berlaku.
terlihat bahwa pelaku pembangunan disamping harus memenuhi
3. Kelengkapan rumah susun;
persyaratan administratif tersebut, pelaku pembangunan juga harus
benar-benar qualified di bidangnya untuk melaksanakan Rumah susun harus dilengkapi dengan: jaringan air bersih,
pembangunan rumah susun. Hal ini disebabkan karena spesifikasi jaringan listrik, jaringan gas, saluran pembuangan air hujan,
rumah susun memiliki bentuk dan keadaan khusus yang berbeda saluran pembuangan air limbah, saluran dan/atau tempat
dengan perumahan biasa (landed house). pembuangan sampah, tempat untuk kemungkinan pemasangan
jaringan telepon dan alat komunikasi lainnya, alat transportasi
yang berupa tangga, lift atau eskalator, pintu dan tangga
C. Persyaratan Teknis
darurat kebakaran, tempat jemuran, alat pemadam kebakaran,
Ketentuan-ketentuan dalam persyaratan teknis diatur oleh Menteri penangkal petir, alat/sistem alarm, pintu kedap asap pada
Pekerjaan Umum dan semua persyaratan teknis tersebut harus sesuai jarak-jarak tertentu, dan generator listrik untuk rumah susun
dengan rencana tata kota setempat. Persyaratan teknis yang menggunakan lift.
pembangunan rumah susun antara lain mengatur mengenai[4] :
4. Satuan rumah susun; Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan prasarana
lingkungan yang berfungsi sebagai penghubung untuk
Satuan rumah susun dapat berada pada permukaan tanah, di
keperluan kegiatan sehari-hari bagi penghuni, baik ke dalam
atas atau di bawah permukaan tanah, atau sebagian di bawah
maupun ke luar dengan penyediaan jalan setapak, jalan
dan sebagian di atas permukaan tanah. Rumah susun juga
kendaraan, dan tempat parkir.
harus mempunyai ukuran standar yang dapat
dipertanggungjawabkan, memenuhi persyaratan sehubungan 8. Fasilitas bangunan.
dengan fungsi dan penggunaannya, serta harus disusun, diatur,
Dalam rumah susun dan lingkungannya harus disediakan
dan dikoordinasikan untuk dapat mewujudkan suatu keadaan
ruangan-ruangan dan/atau bangunan untuk tempat berkumpul,
yang dapat menunjang kesejahteraan dan kelancaran bagi
melakukan kegiatan masyarakat, tempat bermain bagi anak-
penghuni dalam menjalankan kegiatan sehari-hari untuk
anak, dan kontak sosial lainnya serta ruangan dan/atau
hubungan ke dalam dan ke luar.
bangunan untuk pelayanan kebutuhan sesuai standar yang
5. Bagian bersama dan benda bersama; berlaku.
bagian bersama yang berupa ruang untuk umum, ruang
Persyaratan teknis pembangunan rumah susun ini ditujukan untuk
tangga, lift, selasar, harus mempunyai ukuran yang dapat
menjamin keselamatan, keamanan, ketenteraman serta ketertiban
memberikan kemudahan bagi penghuni dalam melakukan
para penghuni dan pihak lainnya. Pengaturan atas bagian bangunan
kegiatan sehari-hari baik dalam hubungan sesama penghuni,
yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah
maupun dengan pihak-pihak lain.
mengandung hak atas bagian bersama, benda bersama, dan tanah
benda bersama harus mempunyai dimensi, lokasi, kualitas, bersama, memberikan landasan bagi sistem pembangunan yang
kapasitas yang dapat memberikan keserasian lingkungan guna mewajibkan kepada penyelenggara
menjamin keamanan dan kenikmatan para penghuni. pembangunan ("developer") untuk melakukan pemisahan rumah
susun atas satuan-satuan rumah susun dengan pembuatan akta
6. Kepadatan dan tata letak bangunan;
pemisahan dan disahkan oleh Instansi yang berwenang. Atas dasar
Kepadatan bangunan dalam lingkungan harus pemisahan yang dilakukan dengan akta dengan melampirkan
memperhitungkan dapat dicapainya optimasi daya guna dan gambar, uraian dan pertelaan yang disahkan oleh instansi yang
hasil guna tanah. Tata letak bangunan harus menunjang berwenang dan didaftarkan sebagaimana disyaratkan tersebut
kelancaran kegiatan sehari-hari dan harus memperhatikan memberikan kedudukan sebagai benda tak bergerak yang dapat
penetapan batas pemilikan tanah bersama, segi-segi kesehatan, menjadi obyek pemilikan ("real property").
pencahayaan, pertukaran udara, serta pencegahan dan
pengamanan terhadap bahaya yang mengancam keselamatan Sedangkan dalam segi lain, pengaturan tersebut memberikan
penghuni, bangunan, dan lingkungannya. landasan bagi sistem pemilikan, ditunjukkan bahwa hak milik atas
satuan rumah susun, dalam kedudukannya sebagai hak kebendaan,
7. Prasarana lingkungan;
meliputi hak milik atas satuan Yang bersifat perseorangan dan
terpisah, termasuk juga hak atas bagian bersama, benda bersama,
dan tanah bersama yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang Undang Nomor 16 Tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah Nomor 4
tidak terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan. Tahun 1988, dimana dalam undang-undang tersebut diatur tentang
pembangunan rumah susun dan tata cara pemilikan dan
D. Sanksi peralihannya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1985 tentang Rumah Pembangunan rumah susun dan lingkungannya harus dibangun dan
Susun, Pasal 21 dan Pasal 22, pelanggaran yang sengaja dilakukan dilaksanakan berdasarkan perizinan yang diberikan oleh Pemerintah
terhadap persyaratan administratif maupun teknis sebagaimana yang Daerah setempat sesuai dengan peruntukkannya (persyaratan
telah diuraikan sebelumnya, maka penyelenggara pembangunan administratif).
rumah susun diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 10
Ketentuan-ketentuan dalam persyaratan teknis diatur oleh Menteri
(sepuluh) tahun atau denda setinggi-tingginya Rp 100.000.000,-
Pekerjaan Umum dan semua persyaratan teknis tersebut harus sesuai
(seratus juta Rupiah). Sedangkan pelanggaran yang terjadi karena
dengan rencana tata kota setempat.
kelalaian, maka penyelenggara pembangunan rumah diancam
dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau
Terkait dengan sanksi yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 16
denda setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,- (satu juta Rupiah) dan
tahun 1985 tentang Rumah Susun ini, penulis berpendapat bahwa
dibebankan kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang belum
sanksi tersebut relatif ringan jika dibandingkan dengan kemungkinan
dilaksanakan.
resiko bahaya yang dihadapi penghuni jika terjadi pembangunan
rumah susun yang tidak sesuai dengan bestek yang ditetapkan
Terkait dengan sanksi yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 16
maupun kerugian keuangan negara jika anggaran pembangunan
tahun 1985 tentang Rumah Susun ini, penulis berpendapat bahwa
didanai oleh APBN. Untuk itu disarankan agar sanksi tersebut
sanksi tersebut relatif ringan jika dibandingkan dengan kemungkinan
disesuaikan dengan perkembangan hukum di masyarakat.
resiko bahaya yang dihadapi penghuni jika terjadi pembangunan
rumah susun yang tidak sesuai dengan bestek yang ditetapkan
maupun kerugian keuangan negara jika anggaran pembangunan DAFTAR PUSTAKA
didanai oleh APBN.  Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
E. Penutup
Pokok-Pokok Agraria, (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai
Indonesia Nomor 2043).
persyaratan administratif dan teknis pembangunan rumah susun,
yakni :  Undang-Undang Nomor 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 75,
Pengaturan tentang persyaratan administratif dan teknis Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3318).
pembangunan rumah susun rumah susun diatur dalam Undang-
 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah
Susun, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3372).

[1] Pasal 1 angka 1, Undang-Undang Nomor 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun.

[2] Penjelasan Pasal 6, Ibid.

[3] Pasal 30, Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 1988 tentang Rumah Susun.

[4] Penjelasan Pasal 6 ayat (1), Op Cit.


air, yang bertujuan memfungsikan bangunan sebagai
MENGETAHUI PERATURAN DALAM tempat perawatan pasien.
MEMBANGUN RUANG OPERASI
RUMAH SAKIT
(2) Keandalan operasional dari prasarana di dalam ruang
operasi bangunan rumah sakit menjadi dasar perancangan
dan pemeliharaan dari instalasi utilitas rumah sakit.
Sebagai orang berkecimpung dalam dunia kontraktor, kadang kita
mendapat kontrak pembangunan gedung rumah sakit berikut
peralatan di dalamnya, termasuk membangun ruang operasi. Karena 3.2 Prasarana.
itu kita harus mengetahui atau paham betul terhadap peraturan
yang ditetapkan oleh pihak berwenang, supaya pekerjaan yang
dihasilkan bisa maksimal.
3.2.1 Prasarana yang dibutuhkan pada ruang operasi
Berikut ini adalah peraturan dari Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Direktorat Bina Upaya bangunan rumah sakit, meliputi :
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI tahun 2012,, perihal “Pedoman
Teknis Bangunan Rumah sakit Ruang Operasi” terutama Bab III
tentang “Pedoman Teknis Prasarana Ruang Operasi Rumah sakit” (1) Instalasi Mekanikal;
(yang di edit ulang dari aslinya berupa pdf)

BAB – III (2) Instalasi Elektrikal;

PEDOMAN TEKNIS PRASARANA RUANG OPERASI RUMAH


SAKIT (3) Instalasi proteksi kebakaran.

3.1. Umum.
3.3 Instalasi Mekanikal.

(1) Setiap prasarana Ruang Operasi Rumah Sakit


Instalasi mekanikal pada bangunan ruang operasi rumah
merupakan pekerjaan instalasi dan jaringan yang menyatu
sakit meliputi :
dengan bangunan dan lingkungannya, sebagian atau
seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau
dengan mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem
(1) Instalasi air bersih dan sanitasi. distribusinya.

(2) Instalasi gas medik, vakum medik. (2) Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air
berlangganan dan/atau sumber air lainnya yang memenuhi
persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-
(3) Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara (VAC). undangan.

(4) Kebisingan dan getaran. (3) Air bersih yang akan digunakan untuk cuci tangan di
scrub up (scrub station), harus di filter, dengan
3.3.1 Instalasi Air bersih, Sanitasi dan pembuangan kotoran menggunakan 3 jenis filter :
dan sampah.
Setiap bangunan ruang operasi rumah sakit harus dilengkapi (a) prefilter;
dengan :

(b) medium filter yang menyaring air bersih sampai dengan


(1) Instalasi air bersih, 5 micron; dan

(2) Instalasi sanitasi; dan (c) micro filter (fine) filter yang menyaring air bersih sampai
dengan 2 micron.
(3) pembuangan kotoran dan sampah.
(4) Perencanaan sistem distribusi air bersih pada bangunan
3.3.1.1 Instalasi air bersih. ruang operasi harus memenuhi debit air dan tekanan
minimal yang disyaratkan.

(1) Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang


direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan
3.3.1.2 Instalasi Sanitasi. fasilitas penampungan dan jenisnya.

(1) Instalasi pembuangan air kotor dan/atau air limbah (2) Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam
harus direncanakan dan dipasang dengan bentuk penyediaan tempat penampungan kotoran dan
mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya. sampah pada bangunan ruang operasi.

(2) Pertimbangan jenis air kotor dan/atau air limbah (3) Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan
diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem dalam bentuk penempatan pewadahan dan/atau
pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan
dibutuhkan. penghuni, masyarakat dan lingkungannya.

(3) Pertimbangan tingkat bahaya air kotor dan/atau air (4) Kotoran kamar bedah ditempatkan dalam bentuk wadah
limbah diwujudkan dalam bentuk sistem pengolahan dan kontainer, ditutup rapat, dan di bakar di tempat
pembuangannya. Air kotor dan/atau air limbah yang berasal pembakaran (incinerator).
dari buangan kamar bedah dan dibuang melalui slope sink
atau service sink, diproses terlebih dahulu sebelum dialirkan
ke instalasi pengolahan air limbah. 3.3.1.4. Ketentuan dan Standar.

(4) Air kotor berasal dari toilet, dapat langsung di salurkan Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan,
ke instalasi pengolahan air limbah. pemasangan, dan pemeliharaan, instalasi air bersih dan
instalasi sanitasi pada ruang operasi mengikuti SNI 03 –
6481 – 2000 atau edisi terakhir, Sistem Plambing 2000,
3.3.1.3 Pembuangan kotoran dan sampah. atau standar teknis lain yang berlaku.

(1) Sistem pembuangan kotoran dan sampah harus 3.3.2 Instalasi Gas Madik, Vakum Medik,
panel-panel yang berada di koridor-koridor, Bel dapat
(1) Instalasi gas medik dan vakum medik, meliputi : dimatikan, tetapi lampu indikator yang memonitor
gangguan/ kerusakan yang terjadi tetap menyala sampai
gangguan/kerusakan teratasi.
(a) Gas Oksigen;
(4) Selama terjadi gangguan, dokter anestesi dapat
(b) Gas Nitrous Oksida; memindahkan sambungan gas medisnya yang semula
secara sentral ke silinder-silinder gas cadangan pada mesin
anestesi.
(c) Gas Carbon dioksida;

3.3.3 Sistem Ventilasi


(d) Udara tekan medis dan udara tekan instrumen;

(1) Ventilasi di ruang operasi harus pasti merupakan


(c) Vakum bedah medik dan vakum medik. ventilasi tersaring dan terkontrol. Pertukaran udara dan
sirkulasi memberikan udara segar dan mencegah
pengumpulan gas-gas anestesi dalam ruangan.
(2) Dalam sentral gas medik, Oksigen, Nitrous Oksida,
Carbon dioksida, udara tekan medik dan udara tekan
instrumen disalurkan dengan pemipaan ke ruang operasi. (2) disarankan pertukaran udara di ruang bedah dua puluh
lima kali per jam.
Outlet-outletnya bisa dipasang di dinding, pada langit-langit,
atau digantung di langit-langit (ceiling pendant).
(3) Filter microbial dalam saluran udara pada ruang bedah
tidak menghilangkan limbah gas-gas anestesi. Filter
(3) Bilamana terjadi gangguan pada suatu jalur, untuk
penyaring udara praktis hanya menghilangkan partikel-
keamanan ruang-ruang lain, sebuah lampu indikator pada
partikel debu.
panel akan menyala dan alarm bel berbunyi, pasokan
oksigen dan nitrous oksida dapat ditutup alirannya dari
(4) Jika udara pada ruang bedah disirkulasikan, kebutuhan (10) Organisme-organisme mikro dalam udara bisa masuk
sistem buangan gas anestesi (scavenging) untuk gas ke dalam ruangan, kecuali tekanan positip dalam ruangan
(penghisapan gas) adalah mutlak, terutama untuk dipertahankan.
menghindari pengumpulan gas anestesi yang merupakan
risiko berbahaya untuk kesehatan anggota tim bedah.
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem
(5) Ruang bedah menggunakan aliran udara laminair. ventilasi alami dan mekanik/buatan pada bangunan Ruang
Operasi Rumah Sakit mengikuti SNI 03 – 6572 – 2001, Tata
cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara
(6) Sistem pengaliran udara searah dibuat dalam satu kotak pada bangunan gedung, atau pedoman dan standar teknis
dalam kamar operasi. Udara disaring dengan menggunakan lain yang berlaku.
high efficiency particulate filter (HEPA Filter).

3.3.4 Sistem pengkondisian udara.


(7) Sistem ventilasi dalam ruang operasi harus terpisah dari
sistem ventilasi lain di rumah sakit.
3.3.4.1 Ketentuan Kamar Operasi.

(8) Tekanan dalam setiap ruang operasi harus lebih besar


dari yang berada di koridor-koridor, ruang sub steril dan (1) Studi sistem distribusi udara ruang operasi menunjukkan
ruang pembersih (daerah scrub) (tekanan positip). bahwa penyaluran udara dari langit-langit, dengan gerakan
ke bawah menuju inlet pembuangan yang terletak di dinding
yang berlawanan, merupakan aliran udara yang paling
(9) Tekanan positip diperoleh dengan memasok udara dari efektif untuk menjaga pola gerakan konsentrasi kontaminasi
diffuser yang terdapat pada langit-langit ke dalam ruangan. pada tingkat yang dapat diterima.
Udara dikeluarkan melalui return grille yang berada pada + Langit-langit yang sepenuhnya berlubang, langit-langit
20 cm diatas permukaan lantai. sebagian berlubang dan diffuser yang dipasang di langit-
langit telah diterapkan dengan sukses.
steril tetap terjaga. Konsultasi dengan staf bedah rumah
sakit akan menentukan kelayakan penyediaan fasilitas ini.

(4) Sebuah sistem pembuangan udara atau sistem vakum


khusus harus dipasang untuk menghilangkan buangan gas
anestesi.

Sistem vakum medis telah digunakan untuk menghilangkan


gas anestesi yang tidak mudah terbakar. Satu atau lebih
Gambar 3.3.4.1.(1) – Kamar bedah outlet mungkin diletakkan di setiap ruang operasi untuk
memungkinkan penyambungan ke slang buangan gas
anestesi dari mesin anestesi.

(2) Penggunaan rata-rata kamar operasi di rumah


sakit tidak lebih dari 8 sampai 12 jam per hari
(kecuali kondisi darurat). Untuk alasan ini
dan untuk penghematan energi, sistem
pengkondisian udara harus

memungkinkan pengurangan pasokan udara ke


beberapa atau ke semua
Gambar 3.3.4.1.(4) - Scavenging
ruang operasi.

(3) Tekanan positif pada ruang harus tetap dipertahankan


pada saat volume berkurang untuk memastikan kondisi (5) Metode disinfeksi udara dengan penyinaran (irradiation)
di ruang operasi telah dilaporkan dengan hasil baik, namun
ini jarang digunakan ditempatkan pada lokasi yang mempermudah observasi
Keengganan untuk menggunakan irradiasi disebabkan: (pengamatan).
instalasinya memerlukan rancangan khusus, diperlukan
proteksi bagi pasien dan petugas, perlu memonitor effisiensi
lampu dan pemeliharaan. (6) effisiensi filter harus sesuai dengan tabel 1.

(6) Kondisi berikut direkomendasikan untuk ruang operasi, (7) seluruh instalasi harus memenuhi ketentuan yang
catherisasi, cystoscopy, dan bedah tulang: berlaku.

(1) harus mampu mencapai temperatur 200 sampai 240C; (8) semua udara harus di suplai dari langit-langit dan
dibuang atau dikembalikan pada sekurang-kurangnya 2
lokasi dekat dengan lantai (lihat tabel 3 untuk laju ventilasi
(2) kelembaban relatif udara harus dijaga antara 50% ~ minimum). Bagian bawah dari outlet pembuangan harus
60%; setidaknya 75 mm di atas lantai. Suplai diffuser harus dari
jenis tidak langsung. Induksi yang tinggi pada difuser langit-
langit atau difuser dinding harus dihindari.
(3) tekanan udara harus dijaga positif yang berhubungan
dengan ruang disebelahnya dengan memasok udara lebih
dari 15%; (9) bahan akustik tidak boleh digunakan sebagai lapisan
ducting kecuali dipasang filter terminal dengan effisiensi
minimum 90% arah hilir dari lapisan.
(4) pembacaan perbedaan tekanan di ruang harus dipasang Bagian dalam isolasi unit terminal dapat dikemas dengan
untuk memungkinkan pembacaan tekanan udara dalam bahan yang disetujui. Peredam suara yang dipasang pada
ruang. Menyekat seluruh dinding, langit-langit dan ducting harus dari jenis tidak terbungkus atau memiliki
tembusan (penetrasi) pada lantai dan pintu untuk menjaga lapisan film polyester yang diisi dengan bahan akustik.
kondisi tekanan yang terbaca.

(10) Setiap penyemprotan yang diterapkan pada insulasi


(5) Indikator kelembaban udara dan thermometer harus
dan kedap api harus ditangani dengan zat penghambat
pertumbuhan jamur. (c) prinsip-prinsip penghematan energi dan kelestarian
lingkungan.

(11) Panjang kedap air dibuat secukupnya, ducting


pengering udara dari bahan baja tahan karat harus dipasang (3) Sistem ini mengontrol kelembaban yang dapat
arah hilir dari peralatan humidifier untuk menjamin seluruh menyebabkan terjadinya ledakan. Kelembaban relatip yang
uap air menguap sebelum udara masuk ke dalam ruangan. harus dipertahankan adalah 45% sampai dengan 60%,
Pusat kontrol yang memantau dan memungkinkan dengan tekanan udara positif pada ruang operasi.
penyesuaian tekanan, temperatur dan kelembaban udara,
berada dilokasi meja pengawas ruang bedah
3.3.4.2 Instalasi Tata Udara Ruang Operasi (4) Uap air memberikan suatu medium yang relatip
konduktif, yang menyebabkan muatan listrik statik bisa
mengalir ke tanah secapat pembangkitannya. Loncatan
(1) Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara ruang di bunga api dapat terjadi pada kelembaban relatip yang
dalam ruang operas, harus dipertimbangkan temperatur dan rendah.
kelembaban udara.

(5) Temperatur ruangan dipertahankan sekitar 190C sampai


(2) Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban 240C.
udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan
pengkondisian udara dengan mempertimbangkan :
(6) Sekalipun sudah dilengkapi dengan kontrol kelembaban
dan temperatur, unit pengkondisian udara bisa menjadi
(a) fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang,
sumber micro-organisme yang datang melalui filter-
jenis peralatan, dan penggunaan bahan bangunan.
filternya. Filter-filter ini harus diganti pada jangka waktu
yang tertentu.
(b) kemudahan pemeliharaan dan perawatan, dan
(7) Saluran udara (ducting) harus dibersihkan secara (11) Penting untuk memilih perletakan lubang ducting udara
teratur. masuk dan keluar dari sistem ventilasi guna mencegah
terkontaminasinya udara buang terisap kembali jika angin
meniup dalam arah tertentu.
(8) Ruang operasi dilengkapi dengan sistem aliran laminar
ke bawah dengan hembusan udara dari plenum (8 sampai 9
m2). Pada kondisi kerja dengan lampu operasi dinyalakan (12) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
dan adanya tim bedah, suplai udara dan profil hembusan perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan kenyamanan
udara dipilih sedemikian rupa sehingga aliran udara tidak kondisi udara pada bangunan rehabilitasi medik mengikuti
lewat melalui setiap sumber kontaminasi sebelum mengalir SNI 03 – 6572 – 2001, atau edisi terakhir, Tata cara
kedalam area bedah atau diatas meja instrumen. perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada
bangunan gedung, atau pedoman dan standar teknis lain
yang berlaku.
(9) Jika pada area penyiapan instrumen/ peralatan steril
tidak dilakukan di bawah aliran udara aliran udara ke bawah
dari langit-langit, preparasi steril dengan sistem aliran 3.3.5 Kebisingan
laminar kebawah harus dibuat sendiri dalam area preparasi
steril atau tempat dimana preparasi steril dilakukan (contoh
di koridor kompleks bedah). (1) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap
kebisingan pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit,
pengelola bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus
(10) Sebaiknya dipastikan bahwa tidak ada emisi debu dari mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan,
bagian bawah langit-langit pada area preparasi dan ruang dan/ atau sumber bising lainnya baik yang berada pada
operasi ke dalam ruangan. Langit-langit dengan bagian bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit maupun di luar
bawah yang rapat sebaiknya digunakan atau ruangan di bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
bagian bawah langit-langit sebaiknya dapat menahan
tekanan khususnya di area preparasi dan ruang operasi.
(2) Indeks kebisingan maksimum pada ruang operasi adalah
45 dBA dengan waktu pemaparan 8 jam.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan (1) Sistem proteksi petir;
tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan
instalasi bedah mengikuti pedoman dan standar teknis yang
berlaku. (2) Sistem kelistrikan;

3.3.5 Getaran. (3) Sistem pencahayaan; dan

(1) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap (4) Sistem komunikasi.


getaran pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit,
pengelola bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus 3.4.1 Sistem Proteksi Petir.
mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan,
dan/ atau sumber getar lainnya baik yang berada pada
bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit maupun di luar (1) Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit yang
bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit. berdasarkan letak, sifat geografis, bentuk, ketinggian dan
penggunaannya berisiko terkena sambaran petir, harus
dilengkapi dengan instalasi proteksi petir.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan
tingkat kenyamanan terhadap getaran pada bangunan
Ruang Operasi Rumah Sakit mengikuti pedoman dan (2) Sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang harus
standar teknis yang berlaku. dapat mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang
disebabkan sambaran petir terhadap bangunan Ruang
Operasi Rumah Sakit dan peralatan yang diproteksinya,
3.4 Instalasi Elektrikal. serta melindungi manusia di dalamnya.

Instalasi Elektrikal pada bangunan ruang operasi rumah (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan,
sakit, meliputi : pemasangan, pemeliharaan instalasi sistem proteksi petir
mengikuti SNI 03 – 7015 – 2004, Sistem proteksi petir pada
bangunan gedung, atau pedoman dan standar teknis lain (3) Sambungan listrik pada outlet-outlet harus diperoleh
yang berlaku. dari sirkit-sirkit yang terpisah. Ini menghindari akibat dari
terputusnya arus karena bekerjanya pengaman lebur atau
suatu sirkit yang gagal yang menyebabkan terputusnya
3.4.2 Sistem Kelistrikan. semua arus listrik pada saat kritis.

3.4.2.1 Sumber daya listrik. 3.4.2.3 Terminal.

Sumber daya listrik pada bangunan Ruang Operasi Rumah (1) Kotak kontak (stop kontak)
Sakit, termasuk katagori “sistem kelistrikan esensial 3”, di
mana sumber daya listrik normal dilengkapi dengan sumber
daya listrik darurat untuk menggantikannya, bila terjadi (a) Setiap kotak kontak daya harus menyediakan sedikitnya
gangguan pada sumber daya listrik normal. satu kutub pembumian terpisah yang mampu menjaga
resistans yang rendah dengan kontak tusuk pasangannya.

3.4.2.2 Jaringan.
(b) Karena gas-gas yang mudah terbakar dan uap-uap lebih
berat dari udara dan akan menyelimuti permukaan lantai
(1) Kabel listrik dari peralatan yang dipasang di langit-langit bila dibuka, Kotak kontak listrik harus dipasang 5 ft ( 1,5 m)
tetapi yang bisa digerakkan, harus dilindungi terhadap di atas permukaan lantai, dan harus dari jenis tahan
belokan yang berulang-ulang sepanjang rak kabel, untuk ledakan.
mencegah terjadinya retakan-retakan dan kerusakan-
kerusakan pada kabel.
(2) Sakelar.
Sakelar yang dipasang dalam sirkit pencahayaan harus
(2) Kolom yang bisa diperpanjang dengan ditarik, memenuhi SNI 04 – 0225 – 2000, Persyaratan Umum
menghindari bahaya-bahaya tersebut. Instalasi Listrik (PUIL 2000), atau pedoman dan standar
teknis yang berlaku
.
3.4.2.4 Pembumian. (3) Segera menghentikan pemakaian dan melaporkan
Kabel yang menyentuh lantai, dapat membahayakan apabila ada peralatan listrik yang tidak benar.
petugas. Sistem harus memastikan bahwa tidak ada bagian
peralatan yang dibumikan melalui tahanan yang lebih tinggi
dari pada bagian lain peralatan yang disebut dengan sistem 3.4.2.6 Ketentuan dan Standar.
penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan,
system). Sistem ini memastikan bahwa hubung singkat ke pemasangan, dan pemeliharaan sistem kelistrikan pada
bumi tidak melalui pasien. bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit mengikuti:

3.4.2.5 Peringatan. (1) SNI 03 – 7011 – 2004, atau edisi terakhir, Keselamatan
Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan dalam pada bangunan fasilitas kesehatan.
pemakaian listrik membawa akibat bahaya sengatan listrik,
padamnya tenaga listrik, dan bahaya kebakaran. Kesalahan (2) SNI 04 – 7018 – 2004, atau edisi terakhir, Sistem
dalam instalasi listrik bisa menyebabkan arus hubung pasokan daya listrik darurat dan siaga.
singkat, tersengatnya pasien, atau petugas. Bahaya ini
dapat dicegah dengan :
(3) SNI 04 – 7019 – 2004, atau edisi terakhir, Sistem
pasokan daya listrik darurat menggunakan energi
(1) Memakai peralatan listrik yang dibuat khusus untuk tersimpan.
kamar operasi. Peralatan harus mempunyai kabel yang
cukup panjang dan harus mempunyai kapasitas yang cukup
untuk menghindari beban lebih. (4) atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku

(2) Peralatan jinjing (portabel), harus segera diuji dan 3.4.3 Sistem pencahayaan.
dilengkapi dengan sistem pembumian yang benar sebelum
digunakan.
3.4.3.1 Pencahayaan Umum.
ditempatkan pada tempat yang mudah dibaca dan dicapai,
(1) Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus oleh pengguna ruang.
mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan
buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan
fungsinya. (6) Pencahayaan umum disediakan dengan lampu yang
dipasang di langit-langit.

(2) Ruang fasilitas/akomodasi petugas dan ruang pemulihan


sebaiknya dibuat untuk memungkinkan tembusnya (7) Disarankan pencahayaan ruangan menggunakan lampu
(penetrasi) cahaya siang langsung/tidak langsung. fluorecent, dengan pemasangan sistem lampu recessed
karena tidak mengumpulkan debu.

(3) Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan


tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang (8) Pencahayaan harus didistribusikan rata dalam ruangan.
dalam bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit perlu
mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi, dan (9) Dokter anestesi harus mendapat cukup pencahayaan,
penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau sekurang-kurangnya 200 footcandle ( = 2.000 Lux), untuk
pantulan. melihat wajah pasiennya dengan jelas.

(4) Pencahayaan buatan yang digunakan untuk (10) Untuk mengurangi kelelahan mata (fatique),
pencahayaan darurat harus dipasang pada bangunan Ruang perbandingan intensitas pencahayaan ruangan umum dan di
Operasi Rumah Sakit dengan fungsi tertentu, serta dapat ruang operasi, jangan sampai melebihi satu dibanding lima,
bekerja secara otomatis dan mempunyai tingkat disarankan satu berbanding tiga.
pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.

(11) Perbedaan intensitas pencahayaan ini harus


(5) Semua sistem pecahayaan buatan, kecuali yang dipertahankan di koridor, tempat pembersihan dan di
diperlukan untuk pencahayaan darurat, harus dilengkapi ruangannya sendiri, sehingga dokter bedah menjadi terbiasa
dengan pengendali manual, dan/atau otomatis, serta
dengan pencahayaan tersebut sebelum masuk ke dalam
daerah steril. Warna warni cahaya harus konsisten. (b) Menyediakan berkas cahaya yang memberikan
pencahayaan diametral (lingkaran) dan mempunyai fokus
yang tepat untuk ukuran luka pembedahan. Ini dilakukan
3.4.3.2 Pencahayaan tempat operasi/bedah. dengan menyesuaikan tombol-tombol pengontrol yang
terpasang di armatur/fixture lampu.
(1) Pencahayaan tempat operasi/bedah tergantung dari Hal terpenting adalah menghindari terjadinya bagian yang
kualitas pencahayaan dari sumber sinar lampu gelap di daerah yang dibedah.
operasi/bedah yang menggantung (overhead) dan refleksi Suatu fokus dengan ke dalaman 10 sampai 12 inci (25
dari tirai. sampai 30 cm) memberikan intensitas yang relatif sama
pada permukaan dan kedalaman luka potong.
Untuk menghindari kesilauan, suatu bagian berupa lingkaran
(2) Cahaya atau penyinaran haruslah sedemikian sehingga dengan diameter 25 cm memberikan zona intensitas
kondisi patologis bisa dikenal. maksimum sebesar 5 cm di tengah bagian dan dengan 1/5
(seperlima) intensitas disekelilingnya.

Lampu operasi/bedah yang menggantung (overhead),


haruslah : (c) Hilangkan bayangan. Sumber cahaya yang majemuk
(banyak) atau reflektor yang majemuk (banyak)
mengurangi terjadinya bayangan. Pada beberapa unit
(a) Membangkitkan cahaya yang intensif dengan rentang
hubungannya tetap; yang lain mempunyai sumber sumber
dari 10.000 Lux hingga 20.000 Lux yang disinarkan ke luka
cahaya yang terpisah yang bisa diatur untuk mengarahkan
pemotongan tanpa permukaan pemotongan menjadi silau.
cahaya dari sudut pemusatan.
Harus memberikan kontras terhadap kedalaman dan
hubungan struktur anatomis.
Lampu sebaiknya dilengkapi dengan kontrol intensitas. (d) Pilihlah cahaya yang mendekati biru/putih (daylight).
Dokter bedah akan meminta cahaya agar lebih terang jika Kualitas cahaya dari tissue yang normal diperoleh dengan
diperlukan. Lampu cadangan harus tersedia. energi spektral dari 1800 hingga 6500 Kelvin (K).
Disarankan menggunakan warna cahaya yang mendekati
warna terang (putih) dari langit tak berawan di siang hari, mikro organisme yang telah mapan dan menyebabkannya
dengan temperatur kurang lebih 5000 K. terbang mengudara.
Panas yang dihasilkan beberapa armatur/fixture di
keluarkan oleh fan-fan ke luar ruangan.
(e) Kedudukan lampu operasi/bedah harus bisa diatur Panas yang dikeluarkan ke dalam ruangan oleh lampu
menurut suatu posisi atau sudut. operasi/bedah yang digantung, harus dapat didinginkan oleh
Pergerakan ke bawah dibatasi sampai 1,5 m di atas lantai sistem pengkondisian udara.
kalau dipergunakan bahan anestesi mudah terbakar. Disarankan menggunakan lampu operasi jenis LED (;Light
Jika hanya dipergunakan bahan tidak mudah terbakar, Emmitted Diode) dengan temperatur lampu yang memenuhi
lampu bisa diturunkan seperti yang dikehendaki. sehingga dihasilkan lampu yang lebih fokus dan efek panas
Umumnya lampu operasi/bedah digantung pada langit-langit kecil.
dan armatur/fixturenya bisa digerakkan/digeser-geser. (g) Lampu operasi/bedah menghasilkan kurang dari 25.000
Beberapa jenis lampu operasi/bedah mempunyai lampu microwatt per cm2 energi penyinaran (radiant energy).
ganda atau track ganda dengan sumber pada tiap track . Jika mempergunakan banyak lampu (multi bulb), secara
Lampu operasi direncanakan untuk dipergunakan guna kolektip penyinaran tidak boleh melebihi limit tersebut pada
memperoleh intensitas cahaya yang cukup dan bayangan satu tempat.
yang sekecil mungkin pada luka pembedahan. Diluar jangkauan tersebut, energi penyinaran yang
Armatur/fixture disesuaikan sedemikian hingga dokter dihasilkan oleh sinar infra merah berubah menjadi panas di
bedah bisa mengarahkan sinar dengan perantaraan dekat permukaan jaringan yang terbuka.
pegangan-pegangan yang steril pada armatur/fixture Sebagian gelombang infra merah dan gelombang panas
tersebut. diserap oleh mangkok filter yang menutupi bola lampu pijar.
Fixture/armature harus digerakkan seperlunya untuk (h) Lampu operasi harus mudah dibersihkan. Track (jalur)
mengurangi tersebarnya debu. yang masuk ke dalam langit-langit dapat mengurangi
akumulasi debu. Track yang tergantung atau suatu
(f) Lampu operasi/bedah harus menghasilkan panas yang fixture/armatur yang terpasang terpusat, harus mempunyai
serendah rendahnya untuk menghindari luka pada jaringan permukaan-permukaan yang halus yang mudah dicapai
(;tissue) yang terekspos, untuk membuat ketenangan kerja untuk pembersihan.
tim, dan untuk mengurangi mikro organisme di udara. (i) Ikuti peraturan keselamatan instalasi listrik untuk lokasi
Ketika lampu memanas, aliran-aliran konveksi mengganggu anestesi.
peralatan tersebut sedang dipergunakan. Kemungkinan
(3) Suatu lampu tambahan mungkin diperlukan untuk lokasi jatuhnya debu bisa terjadi pada rumah sakit yang
kedua di tempat operasi/bedah. Beberapa rumah sakit mempunyai jendela dengan tirai-tirai tersebut.
memiliki unit lampu satelit yang menjadi bagian dari
armature lampu gantung.
Lampu ini hanya bisa dipakai untuk lokasi kedua kalau (7) Meskipun kondisi ruang operasi digelapkan, perawat
pembuatnya menyatakan bahwa intensitas tambahannya atau dokter anestesi harus dapat dengan baik mengenali
masih dalam batas radiant energi yang aman jika digunakan warna kulit pasien dan memonitor kondisinya. Jika
bersamaan dengan sumber cahaya utama. pembiusan hanya menggunakan zat anestesi yang tidak
mudah terbakar, semacam lampu tambahan bisa dipasang
di lantai.
(4) Suatu sumber cahaya yang berasal dari sirkit yang
berlainan harus ada yang dapat dipergunakan pada saat
sumber listrik utama terganggu. 3.4.3.3 Ketentuan dan Standar.
Ini memerlukan sumber daya listrik darurat yang terpisah.
Terbaik jika lampu operasi dilengkapi sedemikian rupa Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan,
sehingga suatu sakelar otomatik dipasang untuk sumber pemasangan, dan pemeliharaan sistem pencahayaan pada
daya lampu darurat tersebut, jika sumber listrik yang bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit mengikuti:
normal terganggu.

(1) SNI 03 – 2396 – 2001, Tata cara perancangan sistem


(5) Umumnya dokter bedah menyukai bekerja dalam kamar pencahayaan alami pada bangunan gedung,
yang digelapkan dengan hanya pencahayaan yang kuat di
tempat operasi/bedah.
Kondisi ini terutama untuk dokter bedah dengan instrumen (2) SNI 03 – 6575 – 2001, Tata cara perancangan sistem
endoscopy dan mikroskop operasi. pencahayaan buatan pada bangunan gedung,

(6) Jika ruangannya berjendela, tirai yang tidak tembus (3) SNI 03 – 6574 – 2001, Tata cara perancangan sistem
cahaya boleh ditutup untuk menggelapkan ruangan jika pencahayaan darurat, tanda arah dan tanda peringatan,
(4) atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku. 3.4.4.4 Alat panggil perawat (nurse call)
Alat panggil perawat, terutama digunakan untuk komunikasi
antara ruang pemulihan, dan pos perawat ruang operasi.
Tabel 3.4.3.2Tingkat pencahayaan rata-rata, renderansi,
dan temperatur warna yang direkomendasikan 3.4.4
Instalasi Komunikasi. 3.5 Instalasi Proteksi Kebakaran.
Instalasi komunikasi di bangunan rumah sakit, ruang Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, harus dilindungi
operasi, meliputi : terhadap bahaya kebakaran, meliputi :

3.4.4.1 Telepon. (1) Sistem Proteksi Pasif; dan


Telepon, terutama digunakan untuk komunikasi antara
ruang operasi dengan instansi atau perseorangan yang
berada di luar bangunan rumah sakit. (2) Sistem Proteksi Aktif.

3.4.4.2 Interpon. 3.5.1 Sistem Proteksi Pasif,


Interpon, terutama digunakan untuk hubungan antara ruang
di ruang operasi, maupun di luar ruang operasi, tetapi masih 3.5.1.1 Umum.
dalam lingkungan rumah sakit.

(1) Proteksi pasif meliputi elemen konstruksi bangunan,


3.4.4.3 CCTV. seperti :
Kamera CCTV diletakkan melekat dengan lampu operasi,
dimaksudkan untuk pengambilan video langsung atau
terekam, terhadap kegiatan selama operasi pembedahan. (a) proteksi struktur bangunan yang dinyatakan dengan
Rekaman dapat dilihat langsung atau tidak langsung dengan Tingkat Ketahanan Api (TKA); dan
televisi yang diletakkan di ruang rapat, atau ruang-ruang
lain yang dianggap perlu.
(b) kompartemenisasi yang membatasi kebakaran dan asap.
(2) Proteksi pasif terutama untuk menahan dan membatasi
penjalaran api, asap dan panas, dengan demikian akan
memberikan lingkungan yang aman untuk evakuasi dan
penyelamatan.

Gambar 3.5.1.1.(3) – Kemampuan memikul beban struktur


bangunan, kemampuan menahan penjalaran api dan
kemampuan menahan panasPada sisi lain tingkat ketahanan
api terhadap struktur bangunan akan memastikan bahwa
struktur stabil jika terpapar ke api, dan penghuni serta regu
pemadam kebakaran tidak terpapar ke risiko akibat
keruntuhan struktur bangunan.
Gambar 3.5.1.1.(2) – Penjalaran api internal dalam gedung

(4) Sistem pengendalian asap pada suatu kompartemen


(3) Ketentuan kompartemen api dengan periode tingkat akan memaksa asap mengalir ke luar bangunan baik secara
ketahanan api (TKA), untuk memastikan bahwa kebakaran alamiah atau mekanis.
tidak akan menjalar ke kompartemen lain di dalam periode
tertentu, artinya membolehkan penghuni untuk
meninggalkan bangunan yang terbakar.
Gambar 3.5.1.1.(5) - Presurisasi tangga

3.5.1.2. Proteksi pasif pada komplek ruang operasi.

(1) Pada kompleks ruang operasi, banyak terdapat


peralatan-peralatan medik (lampu operasi, mesin anestesi,
ceiling pendant, meja operasi, instrumen-instrumen bedah,
Gambar 3.5.1.1.(4) – Efek cerobong dan gerakan asap, monitor, mobile x ray, dan sebagainya, yang tidak
Lantai 4 bebas asap diinginkan untuk disiram air pada saat terjadinya kebakaran.

(2) Sesuai ketentuan yang berlaku, sistem springkler


(5) Sistem presurisasi udara diterapkan pada tangga eksit otomatik, boleh tidak digunakan, asalkan seluruh dinding,
untuk menahan asap tidak masuk ke jalur utama
lantai, langit-langit dan bukaan-bukaan (pintu, jendela dan
penyelamatan, dan juga memberikan waktu lebih banyak
untuk penghuni meninggalkan bangunan. sebagainya) menggunakan bahan/material yang mempunyai
Tingkat Ketahanan Api minimal 2 (dua) jam

(3) Apabila kompleks ruang operasi berada menyatu dengan


ruang lain di dalam bangunan, maka kompleks ruang
operasi harus dianggap sebagai satu kompartemen,
sehingga segala ketentuan yang menyangkut tingkat
ketahanan api strukturnya harus dipenuhi.
3.5.1.6 Ketentuan dan Standar.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan,
pemasangan, dan pemeliharaan sistem proteksi pasif pada
bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit mengikuti:
(1) SNI 03 – 1736 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara (4) Alat pemadam kebakaran jenis APAR dengan isi gas
perancangan sistem proteksi pasif untuk pencegahan netral yang ramah lingkungan di gunakan untuk
bahaya kebakaran pada bangunan gedung, pemadaman api bila terjadi kebakaran, dan diletakkan di
lokasi yang tepat di luar kamar bedah.

3.5.2 Sistem Proteksi Aktif.


3.5.2.2 Ketentuan dan Standar.

3.5.2.1 Proteksi kebakaran aktif di kompleks ruang operasi.


(1) Di seluruh komplek ruang operasi yang merupakan satu Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan,
kompartemen, harus dilengkapi dengan detektor asap pada pemasangan, dan pemeliharaan sistem proteksi aktif pada
seluruh ruangannya. bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit mengikuti:

(2) Bilamana terjadi kebakaran di ruang operasi, peralatan (1) SNI 03 – 3988 – 1990, atau edisi terakhir, Pengujian
yang terbakar harus segera disingkirkan dari sekitar sumber kemampuan pemadaman dan penilaian alat pemadam api
oksigen dan mesin anestesi atau outlet pipa yang ringan.
dimasukkan ke ruang operasi. Hal ini untuk mencegah
terjadinya ledakan.
(2) SNI 03 – 1745 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara
perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang
(3) Bilamana terjadi kebakaran, semua pasien harus segera untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
dipindahkan dari tempat berbahaya, semua petugas harus gedung.
memahami ketentuan tentang cara-cara melakukan
pemadaman kebakaran, mereka harus mengetahui secara
tepat tata letak kotak alarm kebakaran dan mampu (3) SNI 03 – 3985 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara
menggunakan alat pemadam kebakaran yang disediakan perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi
untuk itu. dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan gedung.
(4) SNI 03 – 3989 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara
perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatik
untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung.
(Sumber. “Pedoman Teknis Bangunan Rumah sakit Ruang
Operasi.” Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI tahun 2012)

Anda mungkin juga menyukai