Anda di halaman 1dari 29

Arsitektur dan

Proteksi Kebakaran
CV
• Pendidikan: S1 (Univ. Udayana); S2 (ITB); S3 (Deakin
University).
• Pekerjaan: Dosen Universitas Udayana sejak 1997
• Pemegang SKA Arsitek, Perencanaan Kawasan,
Interior dan Landscape
• Arsitek beberapa bangunan di Bali, Sulawesi dan
Timor Leste;
• Tim profesi Ahli di beberapa kabupaten di Bali,
• Pengawas Konstruksi dan Pelaksana MK.
• Pemegang sertifikat BNSP: trainer, ATPA dan KTPA,
Assesor
• Penulis buku: (1) kebakaran pasar dan (2) disain
homestay)
• Penulis beberapa journal terindeks scopus

Oleh
Dr. Ir. I Dewa Gede Agung Diasana Putra ST. MT

Program Studi Arsitektur Masyarakat Profesi Keselamatan


Fakultas Teknik Kebakaran Indonesia (MPK2I)
Universitas Udayana (28 Maret 2022)
Konten
Arsitektur, Proteksi kebakaran, Perijinan dan
Tim Profesi Ahli

Ahli Arsitektur dan Keamanan Bangunan

Aspek-aspek BG dalam Pertimbangan Teknis

Arsitektur dalam Proteksi Kebakaran

Evaluasi Purna Huni--------Model Disain


Proteksi Passive
Keluhan tentang Proses Persetujuan BG
2. Pemilik
bangunan telah
1. Menghambat
dibantu arsitek
Proses Perijinan
profesional

3. Telah mengalami
5. TPA hanya proses review oleh
menyalahkan pegawai yang
tidak solutif memahami tentang
bangunan

4. Proses konsultasi / presentasi


yang menegangkan (takut presentasi
di hadapan TPA-merasa diadili)
Ahli Arsitektur dan Keamanan Bangunan
• Adanya potensi rencana bangunan gedung yang belum memenuhi
persyaratan teknis.
• Adanya bangunan gedung yang memiliki kompleksitas perencanaan
dan pelaksanaan
• Potensi bangunan atau bagiannya yang tidak berfungsi semestinya.
• Adanya potensi dampak penting terhadap masyarakat dan
lingkungannya dari rencana pembangunan dan/atau pemanfaatannya
(contoh dampak kemacetan dll).
• Adanya potensi yang mengakibatkan kerugian harta benda dan
kecelakaan bagi orang lain (cacat maupun hilangnya nyawa) dalam
kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran
bangunan gedung.
• Potensi kecelakaan dalam Bangunan karena terjadi bencana alam
maupun kebakaran
Disain Arsitektur
vs
Proteksi Kebakaran
Terkadang (seringkali) arsitek lebih mengedepankan
tampilan bangunan dibandingkan saran proteksi
kebakaran
Beberapa Kerugian pd Kegagalan BG
Aspek-aspek BG dalam Pertimbangan Teknis

1) Kesesuaian dengan peruntukan lokasi yang


diatur dalam perda.
2) Kesesuaian dengan persyaratan teknis
bangunan gedung :
• Persyaratan tata bangunan:
o meliputi persyaratan peruntukan dan
intensitas bangunan gedung,
o arsitektur bangunan gedung,
o persyaratan pengendalian dampak
lingkungan.
• Persyaratan keandalan bangunan gedung.
o Persyaratan keselamatan,
o kesehatan ,
o kenyamanan dan
o kemudahan
Persyaratan Tata Bangunan
✓ Persyaratan peruntukan dan intensitas
bangunan gedung,
• persyaratan peruntukan lokasi,
• kepadatan, ketinggian, dan jarak bebas
bangunan gedung.
✓ Arsitektur bangunan gedung,
• meliputi persyaratan penampilan
bangunan gedung, tata ruang dalam,
keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan bangunan gedung dengan
lingkungannya, serta pertimbangan nilai-
nilai arsitektur setempat.
✓ persyaratan pengendalian dampak
lingkungan.
Persyaratan Keandalan Bangunan
✓ Keselamatan
• persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk
mendukung beban muatan,
• kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.
✓ Kesehatan,
• Sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi dan
penggunaan bahan bangunan
✓ Kenyamanan.
• Ruang gerak, kondisi udara, pandangan, tingkat getaran
dan kebisingan
✓ Kemudahan.
• Kemudahan ke, dari dan di dalam bangunan
• Kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan
ruang
Persyaratan Keselamatan Bangunan
1. Mendukung beban muatan
• Kemampuan struktur bangunan gedung yang
stabil dan kukuh sampai dengan kondisi
pembebanan maksimum dalam mendukung
beban muatan hidup dan beban muatan mati,
serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan
untuk mendukung beban muatan yang timbul
akibat perilaku alam.
• Perhitungan struktur utk memberi waktu bagi
penguna dlm menyelamatkan diri sebelum runtuh
2. Pengamanan thd bahaya petir.
• kemampuan bangunan gedung untuk melindungi
semua bagian bangunan gedung, termasuk
manusia di dalamnya terhadap bahaya sambaran
petir.
Persyaratan Keselamatan Bangunan
3. Pengamanan thd Bahaya Kebakaran,
• Secara Pasif : (arsitek dan sipil)
o kemampuan stabilitas struktur dan elemennya,
o konstruksi tahan api,
o proteksi bukaan untuk menahan & membatasi
menjalarnya api dan asap.
o Jalur-jalur evakuasi dan zonasi ruang
o kompartemenisasi dan pemisahan
o Penyediaan ruang-ruang penyelamatan,
pemadaman dan penampungan sementara

• Secara aktif (ME):


o kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan
memadamkan kebakaran,
o pengendalian asap, dan
o sarana penyelamatan kebakaran
Persyaratan Kesehatan Bangunan
1. Sistem Penghawaan
• Kebutuhan sirkulasi an pertukaran udara secara pasif
maupun aktif.
2. Sistem pencahayaan,
• Kebutuhan pencahayaan yang harus disediakan baik secara
alami maupun buatan serta pencahayaan darurat
Persyaratan Kesehatan Bangunan
3. Sanitasi
• Sanitasi di dalam dan luar bangunan utk kebutuhan air bersih,
pembuangan air kotor dan limbah, sampah dan penyaluran air
hujan.
• Sistem sanitasi hrs mudah dalam pengoperasian dan
pemeliharaan serta tidak mengganggu lingkungan.
4. Bahan Bangunan
• Penggunaan bahan bangunan gedung aman thd kesehatan
pengguna dan tidak menimbulkan dampak negatif dan
lingkungan.
Persyaratan Kenyamanan Bangunan
✓ Kenyaman ruang gerak
• Kenyamanan dari dimensi ruang dan tata letak ruang.
✓ Keyamanan hubungan antar ruang,
• Kenyamanan yang diperoleh dari sirkulasi antar ruang
✓ Kenyamanan kondisi udara
• Kenyamanan yang diperoleh dari temperatur dan kelembaban dalam
ruang
✓ Kenyamanan pandangan
• Hak pribadi orang dalam melaksanakan kegiatan di dalam bangunan
tidak terganggu bangunan sekitarnya.
✓ Kenyamanan tingkat getaran dan kebisingan
• Kondisi kenyamanan yang tidak mengakibatkan pengguna dan fungsi
bangunan terganggu akibat getaran dan bising dari luar maupun
dalam bangunan.
Persyaratan Kemudahan Bangunan
✓ Kemudahan ke, dari dan di dalam bangunan
• Tersedianya fasilitas dan aksessibilitas yang mudah, aman dan
nyaman termasuk bagi diffable.
✓ Kemudahan hubungan horizontal
• Penyediaan jumlah, ukuran dan konstruksi pintu dan koridor sesuai
dgn fungsi ruang
✓ Kemudahan hubungan vertikal
• Berupa penyediaan tangga, ram dan sejenisnya serta lift dan atau
tangga berjalan
• Penghubung lantai vertikal ini mempertimbangkan kemudahan,
keamanan, keselamatan dan kesehatan pengguna.
• Gedung dengan lantai lebih dari 5 harus dilengkapi lift.
Persyaratan Kemudahan Bangunan
✓ Akses Evakuasi
• Meliputi sistem peringatan bagi pengguna, pintu darurat, jalur
evakuasi kecuali rumah tinggal
✓ Aksesibilitas bagi difable
• Merupakan keharusan bagi semua bangunan kecuali rumah
tinggal
Kecenderungan Disain (pencari PBG di beberapa kabupaten di Bali)

1. Lebih fokus pada kenyaman bangunan dan kemudahan bagi pengguna


(tapi kurang perhatian pada difable).
2. Berupaya bernegosisi pada bagian persyaratan tata bangunan.
o persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung,
o arsitektur bangunan gedung,
3. Memberikan perhatian yang cukup pada aspek kesehatan bangunan
maupun keselamatan bangunan terutama :
o Keselamatan struktur bangunan
o Sistem keamanan aktif pada bahaya kebakaran dan bahaya petir
4. Kurang memberi perhatian pada aspek2
o keselamatan bangunan (perencanaan disain - penganggulangan
kebakaran pasif) seperti penyediaan jalur evakuasi yang aman ,
nyaman dan cukup, kompartemensasi dll.
o kemudahan bangunan terutama difable dan lanjut usia.
Bagan Kecenderungan Fokus TPA
1. kenyaman bangunan dan kemudahan
bagi pengguna

Aspek-aspek BG yg
2. Berupaya bernegosisi pada bagian persyaratan

direview TPA
tata bangunan.

3. Memberikan perhatian yang cukup pada aspek


kesehatan bangunan maupun keselamatan
struktur dan keamanan aktif thd bhy kebakaran
dan petir
4. Kurang memberi perhatian pada aspek2
o keselamatan bangunan (perencanaan
disain - penganggulangan kebakaran
pasif)
o kemudahan bangunan terutama
difable dan lanjut usia.

Fokus disain pencari ijin Peluang Fokus TPA


Arsitek dalam Proteksi Kebakaran (passive Design)

Proteksi Pasive Proteksi Proteksi


Proteksi
(arsitek dan active active (MEP)
Pasive
ahli struktur (MEP) (arsitek dan
ahli struktur

Managemen Managemen
Keselamatan Keselamatan
Kebakaran Kebakaran
(pengelola) (pengelola)

Proteksi Proteksi
Pasive
active
(arsitek dan
ahli struktur (MEP)

Managemen
Keselamatan
Kebakaran (pengelola)
Hal-hal yang sering dilupakan arsitek
terkait proteksi kebakaran
• Jumlah dan jarak tangga kebakaran yang sesuai
• Disain tangga kebakaran dan jalur2 evakuasi
• Identifikasi penghuni dan mitigasi penyelamatan
• Jumlah fire fighting lobby (tangga, lift & lobby)
• Lintasan bersama, ujung buntu dan batas jarak tempuh
• Lokasi R. Pompa Kebakaran dan tangki air kebakaran
• Void
• R. Fire Commad Center (FCC) – Pusat Kendali Kebakaran
• Route Fire Engine (Truck) di sekeliling Gedung disainnya
Parameter Nilai Parameter
Evaluasi Purna Huni------- 1. Konstruksi
Sistem evaluasi
Tidak mudah terbakar
Penghambat Terlindung Tidak
Mudah terbakar
biasa Kayu Rangka kayu
api terlindung berat
Model Disain Proteksi NFPA 220 tipe konstruksi
bangunan
Type I
443 332
Tipe II
222 111
Tipe II
000
Tipe III
211 200
Tipe IV
2HH
Tipe V
111 000
Pasive (Pasar Tradisional 2.Daerah berbahaya
+2 +1 0
Bahan mudah terbakar terpisah
-1 0 -1 -1 -1
Menyebar
-2

Diproteksi Tanpa proteksi


Bertingkat) Dgn konst. &sprinkler Dgn konst. zoning
+2 +1 0 -1 -2

Bukaan
Fasade bukaan Tertutup Terbuka
Metode vertikal
+2
 25%
+1
 50%
0
 75%
-1
100%
-2
• Sejauh ini belum ada system evaluasi Bukaan vertikal Tanpa bukaan atap Dengan bukaan atap Penghisap

Vertikal
<5 % 5% > 5% >10% mekanik
proteksi kebakaran untuk pasar -2 -1 0 1 +2 -1

3.
4. pemakaian Peralatan Memiliki peralatan api manual yang berfungsi Tidak ada / tidak
tradisional Pemadaman Api secara > standar Sesuai standar Jumlah Tidak sesuai standar berfungsi
• NFPA 101 lebih kepada evaluasi untuk Manual
2 (+1) 0 (-1) -1 (-2) -2

kegiatan bisnis 5. Penyelesaian interior Tingkat penyebaran api


> 75 200 > 25 75 25
• Terdapat beberapa kekhususnya pasar -2/(-1) 0 2/ (1)

tradisional di Indonesia dibandingkan akses keluar Jalan buntu maksimal


>22,8630,46 >15,2422,86
Tidak ada jln buntu> 50 ft. & jarak tempuhnya adl:
> 60,69 30,48- 60,69 15,24– 30,48 15.24
aktivitas bisnis (di dalam NFPA) Jalur Keluar -2 -1 -1 0 1 2
Sistem keluar Jalur tunggal Multi jalur Jalur langsung
• Variabel atau komponen evaluasi:
Rintangan Tanpa rintangan
o Konstruksi
o Daerah bahaya 7. Tangga Kebakaran
-2 -1 0/(1)
Jumlah /kapasitas > standar Jumlah /kapasitas sesuai standar
2
Tidak
o Bukaan vertical Dgn akses Melalui Terbuka sesuai

tertutup
langsung ke ruang Dgn akses langsung Melalui ruang standar
o Pemakaian peralatan pemadam daerah aman fungsi ke daerah aman fungsi
+2/(+1) -1/ (-2) 1/(0) 0/(-1) -1/(-2) -2
kebakaran 8. Koridor Tanpa partisi Partisi penuh yang tahan api
o Penyelesaian interior -2
< 1 jam
-1
1 jam
0
1 -2 jam
1
>2 jam
2
o Jalur keluar 9. Persiapan keadaan darurat Memiliki SOP Tidak
Staff terlatih Tidak
o Tangga kebakaran Penghuni terlatih tidak
+2 0 -1 -2
o Koridor 10. Sistem alarm kebakaran Tidak ada, Tanpa Dengan sepengetahuan dinas kebakaran
o Persiapan keadaan darurat secara manual tidak
berfungsi
sepengetahuan dinas Terlepas
kebakaran kebakaran
dari dinas Berhubungan dgn dinas
kebakaran
o Sistem alarm kebakaran -2 0/ (-1) +1/ (0) +2/ (+1)
11. Control asap Tidak ada Pembatas asap
o Control asap pasif Aktif
-2 0 2
Kelemahan Pasar Tradisional Di Bali (bangunan lama)
• Penempatan barang-barang mudah terbakar yang menyebar diseluruh lantai sehingga akan
memudahkan penyebaran api saat kebakaran. Disamping itu penempatan barang-barang
mudah terbakar dalam jumlah yang sangat besar dalam satu lantai tanpa usaha pemisahan
sebagai upaya memperkecil areal bahaya.
• Adanya bukaan vertikal dengan fasade yang terbuka hampir mencapai 75 % menyebabkan
bukaan tersebut sebagai sarana pergerakan asap yang efektif dan dapat dengan mudah
menyebar ke lantai lainnya dalam bangunan tersebut.
• Pemakaian bahan kayu pada bukaan kios pada pasar memberikan nilai kurang bagi
parameter penyelesaian interior, karena bahan kayu ini memiliki tingkat penyebaran api yang
cukup tinggi (70 - 275).
• Tangga umumnya merupakan tangga terbuka dan tidak memiliki handrail yang memenuhi
syarat serta letaknya yang berada di sekitar barang-barang mudah terbakar.
• Tidak adanya upaya kompartemensasi bagi bangunan yang dapat mencegah penyebaran
api, panas maupun asap sehingga mengurangi kemampuan bangunan dalam evakuasi
penghuni saat kebakaran.
• Tidak adanya upaya kontrol asap baik aktif maupun pasif pada bangunan.
Nilai Positif dari Pasar Tradisional Di Bali (bangunan
lama)
• Konstruksi bangunan yang terbuat dari beton bertulang dengan tingkat fire
resistance yang dimilikinya adalah 2 jam.
• Adanya bukaan atap pada bukaan vertikal yang dapat dimanfaatkan sebagai
sarana untuk menyalurkan asap maupun panas ke luar bangunan sehingga
tidak sampai menghambat upaya evakuasi terhadap penghuni.
• Jalur keluar yang ada menggunakan sistem multi sehingga penghuni
memiliki banyak alternatif untuk menyelamatkan diri serta tidak adanya lorong
buntu pada bangunan. Hanya adanya penyempitan pada jalur yang ada
menyebabkan penurunan nilai yang ada.
• Tangga dengan posisi di sisi bangunan dan jumlahnya sesuai kebutuhan
cukup memberikan nilai positif bagi bangunan.
Upaya Perbaikan
Upaya Perbaikan
Upaya Perbaikan
Upaya Perbaikan
Resume
• Arsitek diharapkan : memberikan nasehat, pendapat, serta
pertimbangan profesional untuk persetujuan rencana teknis
bangunan gedung maupun dalam penyusunan pedoman,
standar atau peraturan bangunan utk menjamin persyaratan
keandalan bangunan termasuk proteksi passive terhadap
bahaya kebakaran.
• Mengupayakan melakukan evaluasi purna huni bangunan
terhadap bahaya kebakaran
• Tetap berupaya mempertimbangkan kemanan bangunan
disamping kenyamanan dan Kesehatan bangunan.
• Berupaya melakukan rekayasa disain sehingga aspek
keamanan tercapai tanpa mengesampingkan aspek
kenyamanan dan Kesehatan.
29

Anda mungkin juga menyukai