Anda di halaman 1dari 10

TULISAN ILMIAH

PERMASALAHAN DAN REKAYASA KONSTRUKSI


TANAH EKSPANSIF DI BIDANG TEKNIK SIPIL

Dosen Pengampu:
Rinal Khaidar Ali, S.T., M. Eng.

NIP. 198505040214011225

Disusun Oleh:

Arif Setiawan
NIM. 21010119120017

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

2021
Daftar Isi

Daftar Isi ....................................................................................................................................ii


Daftar Gambar ......................................................................................................................... iii
Permasalahan Tanah Ekspansif.................................................................................................. 1
1. Menemu kenali Masalah ................................................................................................. 1
2. Deskripsi Permasalahan Tanah Ekspansif ...................................................................... 1
3. Dampak Tanah Ekspansif di Bidang Teknik Sipil .......................................................... 3
4. Rekayasa Penanganan Tanah Ekspansif ......................................................................... 5
Daftar Pustaka ............................................................................................................................ 7

ii
Daftar Gambar

Gambar 1. Penurunan Bangunan Akibat Tanah Ekspansif ................................................. 3


Gambar 2. Non-uniform Settlement pada saat konstruksi ................................................... 3
Gambar 3. Kerusakan Jalan Akibat Tanah Ekspansif ......................................................... 4

iii
Permasalahan Tanah Ekspansif

1. Menemu Kenali Masalah

Di Indonesia, banyak terdapat daerah yang sering mengalami periode kering yang
panjang diikuti dengan periode basah yang pendek. Daerah-daerah tersebut rawan terhadap
tanah ekspansif. Tanah ekspansif memiliki karakteristik mineral lempung yang
mengandung montmorillonite yang dapat menyebabkan perubahan volume tanah, dan illite
serta kaolinite yang daoat bersifat ekspansif bila ukuran partikelnya sangat halus. Pada
kondisi ini, air hanya tersedia untuk proses pelapukan sehingga kation yang terakumulasi
tidak akan hilang terbawa pergerakan air keluar sistem. Secara umum, mineral lempung
terbentuk melalui proses pelapukan material asal seperti feldsfar, mika dan batu gamping.
Proses pelapukan ini dapat berupa disintegrasi, oksidasi dan pelepasan. Khusus
pembentukan montmorillonite sering kali diasosiasikan dengan proses disintegrasi yang
ekstrim, hidrasi kuat, serta sedikit atau tanpa pelepasan.
Dengan demikian, montmorillonite terbentuk pada daerah dengan system drainase yang
tidak begitu baik, sehingga kation magnesium, kalsium, sodium dan besi dapat terakumulasi
dalam system. Kondisi seperti ini sering ditemui pada daerah kering sedang dengan curah
hujan rendah atau tinggi tetapi bersifat musiman, khususnya daerah dimana penguapan lebih
tinggi dari penyerapan.
Di Indonesia sendiri banyak daerah yang memiliki jenis tanah lempung ekspansif,
hampir 20% tanah di jawa dan kurang lebih 25% tanah di Indonesia merupakan jenis tanah
ekspansif. Tanah ekspansif memiliki perilaku kembang dan susut yang tinggi. Perilaku ini
dapat terjadi karena adanya perubahan kadar air, sehingga daya dukungnya sangat
dipengaruhi oleh perubahan kadar air. Efek dari tanah ekspansif akan berpengaruh terhadap
daya dukung tanah, sehingga sangat menyebabkan tanah di daerah tersebut mempunyai
kekurangan yang dapat mempengaruhi bangunan di sekitarnya yang memerlukan daya
dukung tanah.

2. Deskripsi Permasalahan Tanah Ekspansif

Tanah lempung ekspansif merupakan tanah yang memiliki tingkat sensitifitas yang
tinggi terhadap perubahan kadar air. Tanah dasar yang bersifat ekspansif akan mengembang
disertai dengan peningkatan tekanan air pori yang dapat menyebabkan bangunan atau
struktur lainnya terangkat di saat kondisi kadar air tinggi. Sebaliknya, disaat kadar air

1
rendah, tanah ekspansif akan menyusut dan dapat menyebabkan penurunan bangunan
(settlement). Efek dari tanah ekspansif akan berpengaruh terhadap daya dukung tanah,
sehingga sangat menyebabkan tanah di daerah tersebut mempunyai kekurangan yang dapat
mempengaruhi bangunan di sekitarnya yang memerlukan daya dukung tanah. Menurut buku
Pedoman Penanganan Tanah Ekspansif untuk Konstruksi Jalan Departemen Pekerjaan
Umum tahun 2005, yang dimaksud dengan tanah ekspansif adalah tanah atau batuan yang
kandungan lempungnya memiliki potensi kembang susut akibat perubahan kadar air.
Mineral tanah lempung ekspansif memiliki kapasitas pertukaran ion yang tinggi,
mengakibatkan tanah ekspansif memiliki potensi kembang susut yang tinggi apabila terjadi
perubahan kadar air. Selain itu, tanah ekspansif mempunyai sifat-sifat yang kurang baik,
seperti plastisitas yang tinggi sehingga sulit dipadatkan, dan permeabilitas rendah sehingga
air sulit keluar dari tanah. Sifat–sifat tersebut menyebabkan tanah ekspansif memiliki
kembang susut yang tinggi.
Kembang susut terjadi akibat adanya perubahan sistem tanah dengan air yang
mengakibatkan terganggunya keseimbangan gaya-gaya di dalam struktur tanah. Gaya Tarik
yang bekerja dalam partikel yang berdekatan terdiri dari gaya elektrostatis yang bergantung
pada komposisi mineral. Partikel lempung pada umumnya berbentuk pelat pipih dengan
permukaan bermuatan listrik negatif dab ujung-ujungnya bermuatan positif. Muatan negatif
ini diseimbangkan oleh kation air tanah yang terikat pada permukaan pelat oleh suatu gaya
listrik. Sistem gaya internal kimia-listrik ini harus dalam keadaan seimbang antara gaya luar
dan hisapan matrik. Apabila susunan kimia air tanah berubah sebagai akibat adanya
perubahan komposisi maupun keluar masuknya air tanah, keseimbangan gaya-gaya dan
jarak antar partikel akan membentuk keseimbangan baru. Perubahan jarak antar partikel ini
disebut sebagai kembang-susut.
Tanah ekspansif dalam keadaan kadar air rendah atau hisapan yang tinggi akan menarik
air lebih kuat dibanding tanah yang sama dengan kadar air yang lebih tinggi. Perubahan
kadar air pada zona aktif dekat permukaan tanah, akan menentukan besarnya kembang
susut. Pada zona ini terjadi perubahan kadar air dan volume yang lebih besar.
Sifat yang menonjol dari tanah ekspansif adalah daya dukungnya yang sangat rendah,
kekakuannya menurun drastis pada kondisi basah dan kembang susutnya sangat tinggi bila
mengalami perubahan kadar air sehingga akan retak-retak pada kondisi kering dan
mengembang pada kondisi basah. Hal ini disebabkan tanah ekspansif banyak mengandung
mineral montmorillonite bermuatan negatif yang besar, menyerap air yang banyak dengan
mengisi rongga pori sehingga tanahnya mengembang dan akibat selanjutnya adalah

2
kekuatannya menurun drastis. Oleh karena itu diperlukan penanganan khusus untuk
mengatasi perilaku tanah ekspansif yang kurang menguntungkan tersebut.

3. Dampak Tanah Ekspansif di Bidang Teknik Sipil

Tanah ekspansif merupakan jenis tanah yang bermasalah dalam suatu proyek
konstruksi khususnya untuk pekerjaan timbunan tanah dasar suatu bangunan. Dengan
perubahan volume tanah akibat kadar air yang rendah dapat emngakibatkan penurunan pada
bangunan di atasnya (Settlement) terlebih jika penurunannya tidak seragam (Non-uniform
Settlement). Penurunan tersebut dapat terjadi pada masa konstruksi maupun selama
operasional bangunan. Selain penurunan, akibat kadar air yang tinggi dalam tanah dapat
pula mengakibatkan tanah mengembang sehingga dapat menyebabkan bangunan terangkat
(Uplift). Gambaran penurunan (settlement) bangunan akibat tanah ekspansif ditunjukan
pada gambar 1 dan gambar 2.

Gambar 1. Penurunan Bangunan Akibat Tanah Ekspansif

Gambar 2. Non-uniform Settlement pada saat konstruksi

Tanah ekspansif juga sangat beresiko pada konstruksi vertikal seperti dinding penahan
tanah (Retaining Wall) dan basement, dimana jika kadar air dalam tanah tinggi maka akan
mengurangi kekuatan daya dukung tanah sehingga menyebabkan tekanan tanah lateral/

3
tekanan tanah aktif menjadi tinggi yang berakibat pada keruntuhan bangunan penahahn
tanah.

Kembang susut yang terjadi pada tanah ekspansif akibat adanya perubahan kadar
air mengakibatkan perubahan volume tanah. Apabila permukaan tanah relatif rata, maka
perubahan volume pada arah horizontal akan tertahan oleh massa tanah yang ada di
sekelilingnya sehingga perubahan volume cenderung ke arah vertikal. Sebaliknya apabila
tanah ekspansif terdapat pada timbunan yang mempunyai lereng maka pengembangan dan
penyusutan arah horizontal tidak ada gaya yang memberikan perlawanan. Perubahan
volume ke arah horizontal akan mengakibatkan longsoran pada lereng timbunan badan
jalan karena tambahan tekanan lateral yang besar pada tanah ekspansif.

Tanah ekpansif pada musim penghujan mengembangan arah vertikal terjadi di


bawah suatu konstruksi jalan dan beban konstruksi tidak mampu mengimbangi terhadap
tekanan vertikal tersebut, sehingga jalan akan bergelombang dan disertai terjadinya
retakan. Sebaliknya pada musim kemarau pada badan jalan dengan timbunan tinggi dan
lereng cukup curam, air yang terkandung dalam tanah akan menguap yang mengakibatkan
terjadi penyusutan yang dapat menimbulkan penurunan atau sliding pada badan jalan dan
diperparah oleh beban repitisi dari trafic lalu lintas maka penurunan pada badan jalan
tersebut tidak dapat kembali sehingga menimbulkan penimbulkan penurunan yang
berlebihan seolah-olah badan jalan terlihat longsor. Kerusakan jalan akibat kembang-susut
tanah ditunjukan pada gambar 3.

Gambar 3. Kerusakan Jalan Akibat Tanah Ekspansif

Banyak kasus kerusakan jalan yang terjadi pada jalan yang melewati daerah yang
memiliki tanah ekspansif seperti di Provinsi Jawa Tengah (ruas jalan Semarang-Purwodadi,
Demak-Godong, Demak-Kudus, Wirosari-Cepu), di Provinsi Jawa Timur ( ruas jalan
Ngawi-Caruban, Surabaya-Gresik, Gresik-Lamongan), di Provinsi Yogyakarta (ruas jalan

4
Yogya-Wates) dan di Provinsi Jawa Barat (jalan tol Jakarta-Cikampek). Kejadian ini
disebabkan oleh perilaku tanah ekspansif yang berada di bawah perkerasan jalan yang
mempunyai sifat mengembang dan menyusut yang besar. Sifat kembang-susut ini
merupakan faktor yang dominan terhadap kejadian kerusakan karena mendorong perkerasan
jalan kearah vertikal dan dapat menarik secara lateral. Masalah kembang-susut ini terjadi
pada tanah ekspansif dengan perubahan kadar air yang tinggi, sehingga fleksibilitas
perkerasan tidak mampu mengikuti perubahan sifat tanah ekspansif, maka kerusakan jalan
tidak dapat dihindari.

4. Rekayasa Penanganan Tanah Ekspansif

Rekayasa penangan konstruksi di atas tanah ekspansif pada prinsipnya adalah


menjaga agar perubahan kadar air tidak terlalu tinggi atau dengan mengubah sifat tanah
lempung ekspansif menjadi tidak ekspansif. Dengan adanya perubahan kadar air yang tidak
terlalu tinggi dan perubahan sifat ekspansif tanah pada periode musim hujan dan kemarau,
maka tidak terjadi perubahan volume yang berarti. Berikut ini merupakan rekayasa
konstruksi di atas tanah ekspansif.
a. Penggantian Material
Pada cara ini, material ekspansif digali dan diganti dengan material yang non ekspnsif.
Material non ekspansif ini kemudian berfungsi sebagai beban yang akan mengurangi
pengembangan vertikal (heave) serta mengurangi daerah zona aktif. Penggunaan
material granular dengan permeabilitas tinggi harus dihindari karena akan memudahkan
akses aliran air atau pengaruh kapirerasi pada tanah ekspansif di bawahnya. Material
pengganti harus memiliki sifat non ekspansif dan granular, akan lebih baik bila dipasang
membran atau barrier kadar air. Penggunaan ‘Full Depth Asphalt Pavement’ sangat
dianjurkan.
b. Perubahan Sifat secara Fisik
Metode ini dilakukan dengan cara tanah setempat digali atau digaruk dan dilakukan
pencampuran dengan bahan yang lebih baik (bahan stabilisasi), diaduk kemudian
dipadatkan kembali dengan tujuan mengurangi potensi pengembangannya. Kadang-
kadang tanah ekspansif ini dicampur dengan pasir atau tanah lainnya (stabilisasi
mekanis). Potensi ekspansif akan berkurang dengan berkurangnya kepadatan kering.
Kepadatan yang rendah dan pada kadar air yang di atas kadar air optimum pada tanah
ekspansif menghasilkan potensi pengembangan yang lebih rendah dibanding pemadatan
yang tinggi dan pada kadar air yang rendah.

5
Pada penerapan metode ini, kepadatan dan kadar air untuk pemadatan harus diterapkan
secara ketat berdasarkan hasil pengujian laboratorium. Metode ini efektif untuk tanah
dengan kadar air lapangan yang lebh rendah dibanding pemadatan yang tinggi dan pada
kadar air yang rendah.
c. Memperkecil Perubahan Kadar Air
Pada metode ini tanah ekspansif dihilangkan, diperkecil, dipertahankan terhadap
perubahan kadar air (w) sehingga tanah tidak terjadi pengembangan (swelling) pada
waktu musim hujan dan tidak terjadi susut (shringkage) pada waktu kemarau/musim
panas.
Untuk mempertahankan perubahan kadar air (w) tanah ekspansif dapat dilakukan dengan
dua metode, yaitu : arah harisontal (horisontal barrier) dan arah vertikal (vertical
barrier). Bahan yang dipakai untuk metode ini adalah geomembran untuk membungkus
lapisan tanah yang mengalami perubahan kadar air yang besar pada daerah zona aktif.
Geomembrane dapat berupa geosintetik, pelat beton dan aspal.
d. Perubahan Sifat secara Kimiawi
Pada metode ini tanah ekspansif dilakukan stabilisasi. Stabilisasi tanah ekspansif
bertujuan untuk menurunkan nilai indeks plastisitas dan potensi mengembang, yaitu
dengan mengurangi butiran halus atau kadar lempungnya. Stabilitasi tanah ekspansif
biasanya dangan kapur atau kadar campuran pada umumnya berkisar antara 3 sampai 8%
berat. Kapur dapat menimbulkan pertukaran ion lemah sodium oleh ion kalsiium yang
berada pada permukaan tanah lempung, sehingga presentase partikel halus cenderung
menjadi partikel yang lebih kasar. Selain itu, stabilisasi tanah juga dapat menggunakan
semen. Stabilisasi dengan bahan semen dapat meningkatkan butiran tanah menjadi suatu
kesatuan yang lebih keras, sehingga akan terjadi pengurangan nilai indeks plastisitas,
nilai batas cair (LL), dan potensi perubahan volume serta penambahan nilai batas susut
(SL) dan nilai kuat geser tanah.

6
Daftar Pustaka

Aribudiman, Nyoman I., dkk. Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif yang Ditambahkan
Semen dan Abu Sekam Padi Sebagai Subgrade Jalan. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Volume
18, Nomor 2, Juli 2014.
Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Pedoman Penanganan Tanah Ekspansif untuk Konstruksi
Jalan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Das, B.M, Endah, N dan Indrasurya, 1988, Mekanika Tanah (Prinsip– prinsip Rekayasa
Geoteknis). Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Gunarso, Andreas, dkk. Stabilitas Tanah Lempung Ekspansif dengan Campuran Larutan
NaOH 7,5 %. Jurnal Karya Teknik Sipil, Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017.
Hardiyatmo, Hary Christady., 1992, Mekanika Tanah 1. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai