Anda di halaman 1dari 36

TANTANGAN MASA DEPAN – MENGENAL

LINGKUNGAN ITB
Dengan mempelajari materi ini, peserta akan:

I. Menerima sifat adaptif sebagai modal untuk menghadapi tantangan masa

depan.

II. Memahami tantangan masa depan (konsep VUCA dan contoh isu VUCA).

III. Memahami cara dan modal menghadapi tantangan masa depan (Alpine

Style Model).

IV. Mengetahui informasi dasar yang berkaitan soal sarana & prasarana di ITB.

V. Mengetahui identitas ITB.

VI. Mengetahui informasi dasar multikampus.

VII. Mengetahui fungsi dari setiap elemen dan sistem KM ITB.

VIII. Mengetahui berbagai pergerakan lain yang ditawarkan di KM ITB.

IX. Menerima inspirasi berkegiatan di kampus guna menumbuhkan rasa ingin

tahu dalam semangat berkegiatan dan berorganisasi di kampus.


TANTANGAN MASA DEPAN.......................................................................................... 5
VUCA........................................................................................................................... 7

Memandang masalah dari kacamata VUCA................................................................ 9

Covid-19 .................................................................................................................. 9

Over informasi, hoaks, dan post-truth ................................................................... 10


Krisis Iklim ............................................................................................................. 11

Cara Menghadapi Tantangan Masa Depan .............................................................. 13


Skills ...................................................................................................................... 14

Insights.................................................................................................................. 15

Traits ..................................................................................................................... 15
MENGENAL LINGKUNGAN ITB................................................................................... 18

Pendahuluan ............................................................................................................ 19

Pengenalan multikampus ......................................................................................... 19

Manfaat jangka panjang multikampus bagi ITB:....................................................... 20


Untuk dukungan pembangunan nasional dan regional: .......................................... 21

Kondisi Aktual dan Permasalahan ............................................................................ 21

Urgensi berkemahasiswaan ..................................................................................... 21

7 Budaya kampus ..................................................................................................... 22

Sistem KM ITB........................................................................................................... 25
Elemen KM ITB ...................................................................................................... 25

Hubungan Antar Elemen Penyusun KM ITB .......................................................... 29

Kemahasiswaan Multikampus .............................................................................. 30

Ragam kegiatan di KM ITB..................................................................................... 33


Langkah pertama perjalananmu telah kamu lalui. Kamu sudah
mengetahui jati dirimu sebagai mahasiswa serta visi Indonesia

di masa depan. Pertanyaan baru muncul: mungkinkah kita mencapai

visi tersebut, menjadikan Indonesia benar-benar “Emas”?

Untuk mendapatkan emas, banyak tantangan yang harus dilalui

dalam prosesnya. Begitu pula untuk menjadikan Indonesia “emas”,

begitu banyak halang rintang yang harus kita lalui bersama.


Tetapi, tantangan macam apa? Hari ini kamu akan mempelajari

tantangan itu.

Selain mengenal tantangan untuk meraih emas, kamu juga akan

dikenalkan dengan tempatmu belajar dan menimba ilmu: ITB. Meski

tak langsung melihatnya, kami harap kamu merasakan suasana dan


semangatnya.

“We choose to go to the moon in this decade and do the other


things, not because they are easy, but because they are hard.”

― John F. Kennedy
TANTANGAN MASA DEPAN
"There are two things we can say with certainty about the future: it will be

different, and it will surprise. ”

- Bonnie, Hagemann, Prof Sattar Bawany et al (2016), ‘2016 Research on

Trends in Executive Development: A Benchmark Report’

Kata Hatta, tujuan perguruan tinggi adalah mencetak insan akademis. Insan

akademis yang dimaksud adalah insan yang memiliki dua peran: untuk selalu

mengembangkan diri sehingga menjadi generasi yang tanggap dan mampu

menghadapi tantangan masa depan, serta peran yang akan muncul dengan

sendirinya apabila mengikuti watak ilmu itu sendiri—mencari dan membela

kebenaran ilmiah. Tantangan masa depan yang akan dihadapi mahasiswa

angkatan 2019 keatas pasti berbeda dengan tantangan masa depan yang

dihadapi mahasiswa tahun 90an.

Misalnya, mahasiswa tahun 90an harus menghadapi rezim Soeharto yang

membatasi kebebasan berpendapat dan berorganisasi. Menghadapi tantangan

seperti itu, mereka melakukan berbagai demonstrasi dan mengeluarkan Tritura

(Tiga Tuntutan Rakyat), yaitu (1) Bubarkan Partai Komunis Indonesia; (2) Rombak

Kabinet Dwikora; dan (3) Turunkan Harga. Mahasiswa di masa kini menghadapi

masalah lain, misalnya keberadaan Covid yang membatasi pergerakan-

pergerakan lapangan. Maka terbentuklah pergerakan-pergerakan yang

dilakukan via sosial media (misalnya permintaan penurunan UKT yang dilakukan

berbagai universitas yang dilakukan via twitter).


Di masa kini juga, perubahan terjadi dengan semakin cepat, sebagai salah satu

akibat dari kemajuan teknologi dan informasi. Sudah dijelaskan di materi

sebelumnya, mahasiswa jaman dahulu mendapat privilege informasi,

sedangkan mahasiswa masa kini kelebihan informasi. Maka, kemampuan untuk

menghadapi perubahan, mempelajari hal-hal baru, dan menjaga keseimbangan

mental dalam situasi yang tidak dikenal menjadi penting.

Untuk dapat menghadapi tantangan masa depan, kita perlu memahami

terlebih dahulu tantangan seperti apa yang akan kita hadapi? Konsep VUCA

akan membantu kita memahami tantangan masa depan.

VUCA

Suatu konsep bernama VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity)

mendeskripsikan sifat perubahan yang sedang dan akan dihadapi dunia. Dalam

konteks KAT, VUCA didefinisikan sebagai sifat tantangan masa depan. VUCA

menjelaskan situasi ketika ancaman dunia tersebar dan tidak pasti, konflik

bersifat inheren namun tidak dapat diprediksi, dan kemampuan kita untuk

mempertahankan dan mempromosikan kepentingan nasional yang mungkin

dibatasi oleh kendala sumber daya material dan personal. VUCA adalah

‘kacamata’ yang dapat membantu kita memahami tantangan yang akan kita

hadapi (permasalahan-permasalahan yang ada).

Komponen pertama dari VUCA adalah volatilitas (volatility), yaitu cenderung

berubah secara tiba-tiba atau ekstrem (fluktuatif).


Kedua, ketidakpastian (uncertainty), yaitu unreliable, tidak diketahui, dan

apabila diketahui, informasinya tidak lengkap sehingga gambaran

besarnya menjadi tidak diketahui. Ketidakpastian ini mempersulit kita untuk

membuat prediksi, dan seringkali menghasilkan prediksi yang berbeda untuk

kasus yang sama.

Ketiga, kompleksitas (complexity) adalah komponen yang mengacu pada

keterhubungan (interconnectivity) setiap komponen dengan komponen lainnya

dalam suatu sistem. Masalah yang muncul dalam konteks ini adalah akibat

tumpang tindihnya berbagai kejadian dan penyebabnya (kausalitasnya).

Terakhir, ambiguitas (ambiguity) yaitu sebuah kondisi ketika sesuatu memiliki

multiple meanings dan tidak jelas. Kondisi uncertainty berkaitan dengan hal-hal

yang tidak diketahui, sementara ambiguity menjelaskan kondisi ketika ada

banyak kemungkinan kejadian (tapi tidak jelas kejadian apa yang akan terjadi).

Meski tantangan masa depan menjadi semakin bersifat VUCA, kebanyakan dari

kita masih memandang suatu permasalahan sebagai suatu yang bersifat ‘status

quo’: stabil, certain, simpel, dan jelas. Tantangan-tantangan yang ada bisa

bersifat VUCA atau bisa juga hanya VU, UC, dan lainnya. Sebelum menggunakan

kacamata VUCA, kita harus terlebih dahulu menentukan cakupan permasalahan

yang ingin kita pahami.

Kita tidak dapat menghindari kemajuan yang terjadi untuk bertahan di jaman

sekarang. Kita hanya bisa beradaptasi. Seperti ungkapan dari Albert Einstein,
“The measure of intelligence is the ability to change.” Karena itulah mahasiswa hari

ini dan kedepannya harus mampu ikut berkembang dari segi kompetensi

maupun perspektif agar mahasiswa dapat membaca kondisi yang terjadi

dengan baik, memanfaatkan sumber daya yang dimiliki seoptimal mungkin, lalu

menjawab tantangan apapun yang harus dihadapi melalui gerakan yang

kreatif dan relevan.

Perlu ditekankan bahwa dengan bersifat VUCA bukan berarti tantangan tidak

dapat diselesaikan. Tetapi, dengan menggunakan konsep VUCA untuk

memandang masalah, kita mencoba memahami dengan lebih baik tantangan

yang akan kita hadapi dan lalui.

Memandang masalah dari kacamata VUCA

Covid-19

Ini isu yang paling relevan dengan para peserta OSKM. Umat manusia belum

pernah menghadapi hal yang seperti ini sebelumnya. Memang, pandemi bukan

hal yang pertama kali terjadi. Umat manusia pernah menghadapi flu Spanyol,

black death, dan lain-lain. Namun, pandemi Covid-19 terjadi di masa globalisasi,

ketika seluruh dunia terhubung, sehingga ketika satu komponen terdisrupsi,

komponen lain akan terkena pengaruhnya. Covid-19 bersifat volatile karena

sifatnya fluktuatif (misalnya, penderita Covid di Jawa Barat yang mendadak

bertambah). Covid-19 juga bersifat kompleks, banyak komponen yang terlibat

(baik untuk menyelesaikannya dan yang terkena dampaknya), dalam hal ini

pemerintah, tenaga kesehatan, sektor bisnis, dan seluruh lapisan masyarakat.


Segala aspek dalam kehidupan kita terdisrupsi: kegiatan belajar mengajar,

bermain dengan teman, berbelanja, berobat. Covid-19 juga bersifat uncertain

karena kita tidak memiliki data yang lengkap tentang pandemi ini. Di sisi lain,

Covid-19 juga bersifat ambigu karena banyak kemungkinan waktu selesainya

pandemi ini (Apakah tahun depan kita sudah dapat beraktivitas seperti biasa,

ataukah kita masih harus beraktivitas dari rumah? Mungkinkah bulan depan

covid-19 selesai?).

Dalam berkemahasiswaan, Covid-19 jelas sangat berpengaruh. Contohnya

OSKM Online yang sedang dilakukan. Kemahasiswaan harus beradaptasi dan

mengubah metode-metode yang biasanya dilakukan, tanpa mengubah nilai-

nilai yang ingin disampaikan (tujuan OSKM tetap sama: menyambut mahasiswa

baru dan mengenalkan KM ITB kepada mahasiswa baru, medianya yang

berubah).

Over informasi, hoaks, dan post-truth

Mahasiswa (dan masyarakat lainnya) dihadapkan dengan masalah baru:

overinformasi. Hoaks, berita-berita yang tidak memiliki dasar, informasi yang

disebarkan demi keuntungan kelompok tertentu. Selain itu, dengan banyaknya

hal yang bisa diakses dalam sekali klik, sulit untuk dapat fokus mengerjakan

sesuatu.

Hoaks adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar tetapi dibuat seolah-

olah benar adanya. Menurut KBBI, hoaks adalah berita bohong/berita tidak
bersumber. Hoaks adalah fenomena yang khas disebabkan oleh kemudahan

pembuatan, akses, dan penyebaran informasi dalam perkembangan teknologi

informasi sekarang ini. Sedangkan post-truth adalah ‘pengabur kebenaran’. Ia

adalah hoaks namun diterima secara umum sehingga dianggap sebagai

‘kebenaran’. Overinformasi, hoaks, dan post-truth dapat memperkeruh

permasalahan yang sudah ada. Misalnya seseorang mengatakan A, namun

banyak media yang bilang ia mengatakan B. Ada juga yang bilang ia mengatakan

C. Hal ini menyebabkan permasalahan utama menjadi ambigu (punya multiple

meanings), gambaran besarnya menjadi tidak lengkap (uncertain), dan

berkaitan dengan masalah lain (kompleks). Selain itu, fenomena ini dapat

terjadi sewaktu-waktu, sehingga bersifat volatile.

Krisis Iklim

Musuh sejati kehidupan modern adalah keruntuhan ekologi. Aktivitas

manusia melepaskan puluhan milyar ton emisi gas rumah kaca (GRK) ke

atmosfer yang terus meningkat setiap tahunnya. Menurut UN, produksi emisi

GRK oleh aktivitas manusia telah mencapai rekor dalam sejarah dan tanpa ada

tanda perlambatan yang terlihat. Temperatur bumi selama empat tahun

kebelakang merupakan empat rekor terpanas.

Perjanjian Paris telah menyepakati untuk menahan kenaikan temperatur global

di bawah 2 derajat Celsius, dan berupaya untuk membatasinya lebih rendah

lagi, yaitu 1.5 derajat Celsius. Jika produksi emisi secara global tidak dikurangi,

temperatur bisa meningkat hingga 3 derajat Celsius pada tahun 2100,

mengakibatkan kerusakan irreversible yang lebih parah pada ekosistem.


Dampak kehancuran yang terjadi saat ini nyata adanya dan merugikan seluruh

penghuni bumi. Gletser dan lapisan es di wilayah kutub dan gunung sudah

mencair lebih cepat dari sebelumnya, menyebabkan kenaikan permukaan laut.

Hampir dua pertiga dari kota-kota di dunia dengan populasi lebih dari lima juta

berlokasi di daerah-daerah yang berisiko terdampak naiknya permukaan laut

dan hampir 40 persen populasi dunia hidup dalam jarak 100 km dari pantai.

Sayangnya, bencana ini sudah tidak terelakkan. Walaupun semua negara

mencapai target Perjanjian Paris pada 2030, dampak dari emisi yang sudah

dihasilkan tetap akan menyebabkan kenaikan permukaan laut setinggi 20

cm pada tahun 2030.

Krisis iklim tidak hanya soal es yang mencair dan bumi yang menghangat saja.

Kenaikan temperatur bumi menyebabkan kerusakan lahan pangan, cuac a

buruk yang semakin sering, kekurangan air bersih, dan seluruh aspek

kehidupan manusia. Tren fesyen dan pola makan manusia akan berubah.

Perdamaian akan terganggu karena sumber daya yang semakin sulit didapat.

Keragaman biologis berkurang. Semakin banyak orang mati karena polusi udara

(sekarang saja sudah hampir 9 juta orang mati setiap tahun karena polusi

udara), cuaca buruk, banjir, kebakaran hutan yang semakin sering dan lama,

kelaparan, kekeringan. Mungkin kita tidak bahkan akan bisa menikmati sepak

bola karena suhu semakin panas dan lapangan tenggelam.

Krisis iklim bersifat volatile karena fluktuatif (cuaca yang berubah secara

ekstrem, kebakaran hutan Australia yang sangat masif), uncertain karena

ilmuwan masih belum betul-betul memahami sistem iklim (karena sangat besar
dan kompleks) sehingga informasi yang dimiliki kurang, complex karena dampak

dan penyelesaiannya melibatkan seluruh negara, seluruh orang dan lapisan

masyarakat di dunia, serta ambigu (banyak kemungkinan kenaikan suhu yang

dapat terjadi: apakah kita akan tetap di bawah 1.5 derajat Celcius? Atau justru

melebihi 2 derajat Celcius? 3? 4?).

Cara Menghadapi Tantangan Masa Depan

Kemampuan untuk berubah dari kebiasaan yang mengakar sejak masa lalu dan

merespon masa depan (tanpa mengubah nilai-nilai yang dimiliki) adalah

kapasitas kepemimpinan yang paling penting saat ini. Hari ini kita menghadapi

lingkungan yang berubah dengan cepat yang semakin menuntut kita untuk

mengubah diri. Semakin dramatis perubahan di lingkungan kita, semakin sedikit

kita dapat mengandalkan pola masa lalu, dan semakin banyak yang kita

butuhkan untuk belajar memperhatikan dan mendengarkan peluang yang

muncul di masa depan.


Dalam bukunya, Patrick Hollingworth menjelaskan ada tiga ‘wawasan’ yang

perlu kita ketahui tentang diri sendiri agar tantangan masa depan dapat

kita hadapi. Hal ini ia sebut sebagai Alpine Style Model.

Skills

1. Sensemaking

Sensemaking adalah cara kita menyusun hal yang tidak diketahui menjadi

sesuatu yang lebih dikenal (di dunia VUCA, sulit untuk mengetahui sesuatu

sepenuhnya).

2. Decision Making

Kemampuan pengambilan keputusan yang baik menjadi penting karena

keputusan yang kita ambil akan mempengaruhi kehidupan kita kedepannya.

3. Getting Critical

Menghadapi tantangan bersifat VUCA, kita harus senantiasa kritis terhadap

segala sesuatu dan tidak langsung menerima informasi begitu saja


Insights

1. Strength

Mengetahui kekuatan yang dimiliki.

2. Weaknesses

Mengetahui kelemahan yang dimiliki.

3. Risk-attitude

Kesadaran akan sikap kita untuk menghadapi risiko. Ini penting karena di dunia

VUCA, kita akan menemukan diri kita menghadapi risiko secara terus menerus

meningkat. Pertama-tama kita harus dapat mengetahui risiko dari tindakan

yang kita ambil, kemudian menyikapi risiko tersebut.

Traits

1. Growth-mindset (pemikiran yang fleksibel dan terbuka terhadap perubahan,

selalu berkembang dan bertumbuh)

2. Always be learning (senantiasa belajar dan memperbarui wawasan)

3. Anti-alpha (tidak menjadi ‘alpha’, justru bekerja sama dan berinteraksi)

Dari pengetahuan yang sudah didapatkan tentang VUCA, diharapkan peserta

dapat mendefinisikan peran sebagai mahasiswa masa kini dari perspektif yang

lebih luas.

Contoh penyelesaian tantangan masa depan dengan Alpine Style Model:

KM ITB menghadapi tantangan berupa Covid-19 yang membuat anggotanya

harus bekerja secara jarak jauh. Namun, OSKM harus tetap diselenggarakan.

Maka, dibentuklah sebuah kepanitiaan OSKM yang harus beradaptasi dengan


kondisi yang ada. Anggota kepanitiaan tersebut lantas harus memiliki wawasan

pertama: skills.

1. Sensemaking -> kepanitiaan tersebut mendefinisikan apa yang terjadi

sebenarnya (Covid-19, PJJ, pengumuman SBMPTN yang dipercepat,

perbedaan waktu masuk antara maba dan mahasiswa tingkat 2 ke atas)

2. Decision making -> kepanitiaan tersebut menentukan keputusan-

keputusan krusial (tanggal pelaksanaan OSKM misalnya) dengan

mempertimbangkan banyak hal (peraturan yang berlaku, protokol saat

Covid, peraturan dari rektorat, dll)

3. Getting critical -> kepanitiaan tersebut mengkritisi segala kemungkinan

yang mungkin terjadi

Wawasan kedua yang harus dimiliki: insights.

1. Strength -> kepanitiaan OSKM mengidentifikasi ‘kekuatan’ apa yang

dimilikinya untuk menghadapi tantangan pandemi ini, misalnya nama

OSKM yang sudah dikenal

2. Weakness -> kepanitiaan OSKM mengidentifikasi kelemahannya untuk

menghadapi tantangan pandemi ini, misalnya panitia yang kurang

koordinasi

3. Risk-attitude -> Risiko yang mungkin terjadi adalah kurangnya keterlibatan

mahasiswa karena OSKM dilakukan secara online (ada mahasiswa yang

akses internetnya sangat terbatas), dan untuk menghadapi risiko

tersebut panitia menggalang dana dan menyediakan beasiswa kuota

kepada maba-maba yang membutuhkan. Panitia juga menyediakan


handbook dan mengunggah video di internet agar mahasiswa yang tidak

bisa mengikuti kegiatan secara real time bisa melihatnya di lain waktu

Wawasan ketiga yang harus dimiliki: traits.

1. Growth-mindset -> pemikiran panitia OSKM harus berkembang. Hal-hal

krusial apa saja di OSKM apa saja yang disampaikan? Bagaimana agar hal-

hal tersebut bisa tetap disampaikan meski kondisinya serba-daring?

OSKM tidak terbatas bentuk, selama tujuan utamanya yaitu menyambut

maba dan memperkenalkan KM ITB tercapai, bentuk dan medianya tidak

terbatas.

2. Always be learning-> Selain mindset yang harus selalu berkembang, panitia

OSKM juga harus selalu belajar. Ketika ada pembaruan baru terhadap

pandemi, harus sigap mempelajarinya dan beradaptasi. Pandemi ini

sendiri adalah hal yang baru dan harus dipelajari agar eksekusi OSKM

bisa berjalan dengan baik. Panitia juga harus selalu belajar dari evaluasi

yang ada sehingga tidak terjadi kesalahan yang sama dan dapat

meningkatkan kualitasnya.

3. Anti-alpha -> Yang bekerja di kepanitiaan OSKM ini bukan hanya

ketuanya, bukan hanya satu orang, namun seluruh anggota kepanitiaan

OSKM bekerja bersama untuk dapat mensukseskan OSKM sesuai dengan

kemampuannya masing-masing.
MENGENAL LINGKUNGAN
ITB
Pendahuluan

Setelah sebelumnya telah memahami terkait mengapa mahasiswa perlu

mendefinisikan peran, pada tahap ini peserta mulai diberikan bagaimana cara

ia bisa berperan di dalam KM ITB. Sebelum lebih lanjut memasuki lingkup

kemahasiswaan, peserta perlu paham terkait lingkungan ruang ia bergerak saat

ini, yang tak lain adalah ITB. Bukan hanya lingkungan kampus di Ganesha saja

yang perlu dipahami, namun pengetahuan terkait multikampus juga perlu

dimiliki oleh peserta. Setelah paham terkait lingkungan bergeraknya, peserta

kemudian diberikan kembali materi mengenai kemahasiswaan di ITB, namun

karena materi tersebut pernah disampaikan saat OSKM, maka ada baiknya jika

mentor berperan sebagai fasilitator dalam mereview materi dan membiarkan

peserta mencoba menjelaskan ulang materi tersebut. Untuk memperdalam

pemahaman peserta terkait berkemahasiswaan, mentor dapat melakukannya

dengan memantik diskusi terkait kegiatan peserta selama jenjang sebelumnya

agar lebih mudah memberikan gambaran mengenai kesamaan dan perbedaan

kegiatan berkemahasiswaan.

Pengenalan multikampus

Latar belakang adanya multikampus ini karena wilayah Indonesia yang begitu

luas, maka penyebaran pendidikan tinggi teknik yang berkualitas oleh ITB

sangat penting untuk diupayakan. Penyelenggaraan Multi-Kampus ITB

bertujuan untuk menumbuhkan dan menyebarluaskan fungsi institut

teknologi, pengembangan penelitian dan pendidikan di masa yang akan


datang secara nasional sehingga dapat meningkatkan jumlah sarjana

teknik di Indonesia. Multi-kampus atau pendirian kampus di luar Ganesha -

Bandung merupakan salah satu strategi ITB untuk penyebarluasan pendidikan

tinggi teknik yang berkualitas di tanah air, sekaligus untuk ITB bisa

meningkatkan kapasitas dalam menampung jumlah mahasiswa, yang dengan

demikian kiprah ITB bagi kepentingan dan kemajuan Nusa dan Bangsa akan

dapat terus meningkat. Kampus ITB-Ganesha memerlukan infrastruktur (fisik

dan non-fisik) yang mempunyai kemampuan penting dalam menghubungkan

berbagai potensi di dalam maupun di luar kampus sejalan dengan perwujudan

infrastruktur kampus masa depan (wide-networks).

Kampus yang sudah dibangun di jatinangor dan cirebon (Kampus Watubelah

dan Kampus Arjawinangun) dan yang masih dalam tahap perencanaan yaitu

walini dan bekasi.

Manfaat jangka panjang multikampus bagi ITB:

• Kebijakan multikampus akan menambah energi inovasi teknologi dan

pengembangan pengetahuan di garda terdepan dengan peningkatan

kapasitas melalui kebijakan ruang untuk fasilitas akademik dan

infrastruktur di lokasi kampus baru.

• Pengembangan multikampus akan mengurangi ketergantungan

terhadap Kampus ITB-Ganesha dalam penyediaan fasilitas untuk

aktivitas akademik dan akan mengurangi kongesti dan memungkinkan

Kampus ITB-Ganesha direstrukturisasi sebagai pusat penelitian dasar

dalam kebijakan multikampus.


Untuk dukungan pembangunan nasional dan regional:

• Kampus baru akan menambah kapasitas ITB untuk menampung

permintaan regional dan nasional akan pendidikan tinggi teknik dan

penelitian untuk kepentingan masyarakat, regional dan nasional.

• Manfaat jangka panjang untuk menghasilkan lulusan dari program

sarjana dan program magister baru yang dibutuhkan untuk

pengembangan sumber daya manusia jangka panjang.

Kondisi Aktual dan Permasalahan

Ada permasalahan utama dalam ITB multikampus adalah fasilitas yang yang

kurang memadai. Banyak fasilitas yang rusak dan tidak diperbaiki sampai

sekarang (seperti platform toilet di GKU 1 Jatinangor), beberapa laboratorium

kampus Jatinangor masih berkualitas kurang baik, perpustakaan yang belum

lengkap dibanding perpustakaan Ganesha dan pembangunan kampus Cirebon

yang belum rampung.

Urgensi berkemahasiswaan

Sebelum memasuki materi mengenai berkemahasiswaan di KM ITB, perlu

diberikan penjelasan mengapa berkemahasiswaan itu menjadi penting

dilakukan. Hal ini berkaitan dengan materi identitas mahasiswa, dimana salah

satu tugas perguruan tinggi menurut Moh. Hatta untuk membentuk insan
akademis. Sehingga, seluruh proses yang berlangsung di perguruan tinggi

adalah proses pendidikan dalam rangka membentuk karakter. Proses ini tidak

akan cukup dilakukan di dalam kelas-kelas kuliah saja, mahasiswa juga perlu

untuk mendidik dirinya sendiri sehingga perlu untuk senantiasa melakukan

kritik dan koreksi atas diri sendiri. Upaya mendidik diri sendiri ini tidak akan

berjalan efektif apabila dilakukan sendiri-sendiri, sehingga dibutuhkan alat

untuk mengorganisasikan upaya-upaya tersebut. Alat ini yang disebut sebagai

organisasi kemahasiswaan.

7 Budaya kampus

7 Budaya kampus ini merupakan hal baik yang dilakukan di kampus sehingga

menjadi dasar-dasar dalam berkegiatan di kampus. Budaya-budaya tersebut

diantaranya:

1. Integritas

Integritas adalah sifat yang menjunjung tinggi kesatuan yang utuh sehingga

memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kejujuran dan keadilan.

2. Kajian

Kajian adalah pembiasaan untuk meneliti, mempertimbangkan dan

memutuskan secara komprehensif atas suatu bahasan.


3. Peduli lingkungan

Peduli Lingkungan adalah usaha yang dilakukan untuk memberdayakan

lingkungan sekitar.

4. Apresiasi

Apresiasi adalah memberikan penghargaan dari suatu pencapaian yang baik.

5. Berkarya

Berkarya adalah mencipta sesuatu (mengarang, melukis, dsb) serta menambah

nilai tambah atas karya.

6. Berpikir Kritis-Solutif

Berpikir Kritis-Solutif adalah cara bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas

dari hasil pemikiran menggunakan teknik sistematis cara berpikir dan

menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide ide yang digagas (Paul dan Elder,

2005) serta mengorientasikan pemikirannya kedalam sebuah perumusan

pemecahan masalah.

7. Berhimpun

Berhimpun adalah kegiatan berkumpul atas dasar kesamaan bidang keilmuan.

Perlu dipahami bahwa “budaya berhimpun” tidak selalu harus di “himpunan”,

berhimpun arti paling dasarnya adalah berkumpul, di wadah apapun


Bagaimana hubungan antara elemen KM ITB, mahasiswa dengan budaya

kampus?

Penjelasan gambar:

Budaya kampus merupakan budaya baik yang turun dari harapan terbentuknya

insan akademis secara lebih sederhana dan mudah diaplikasikan dalam

kegiatan sehari-hari. Sehingga, dalam setiap kegiatan berkemahasiswaan dalam

elemen-elemen KM ITB atau bentuk wadah berkemahasiswaan lain di luar

elemen KM ITB dilakukan dengan menggunakan budaya-budaya tersebut.


Sistem KM ITB

Elemen KM ITB

P1 = Aspirasi program kebutuhan mahasiswa jurusan/unit

P2 = Aspirasi program kebutuhan mahasiswa beberapa jurusan/unit

P3 = Aspirasi program kebutuhan seluruh mahasiswa

Sistem KM ITB digambarkan seperti bagan di atas. Terdapat 5 elemen yang

masing-masing memiliki peran dan fungsinya masing-masing.


Kongres KM ITB

a. Peran

Kongres KM ITB merupakan lembaga legislatif di KM ITB. Menurut Konsepsi KM

ITB, Kongres KM ITB adalah “perwujudan dari kedaulatan” tertinggi di KM

ITB, yang kedaulatan tertingginya terletak pada tangan seluruh anggota biasa

KM ITB. Kongres KM ITB merupakan lembaga yang berisi perwakilan setiap

HMJ, senator, yang merepresentasikan suara dari mahasiswa S1 ITB yang

tergabung dalam HMJ tersebut. Sedangkan, UKM tidak memiliki perwakilan di

Kongres KM ITB karena menurut Konsepsi KM ITB, basis dari KM ITB adalah HMJ

bukan UKM, dengan asumsi ketua dan anggota UKM merupakan anggota dari

HMJ sehingga suara dari UKM ke Kongres KM ITB juga dapat dijamin oleh

perwakilan HMJ di Kongres KM ITB.

b. Fungsi

Kongres KM ITB menjalankan dua fungsi utama yaitu fungsi legislasi dan

fungsi pengawasan.

Fungsi legislasi bertujuan untuk membentuk produk hukum dalam KM ITB

yang berupa amandemen konsepsi atau AD/ART dan menyusun TAP Kongres.

Produk hukum yang dikeluarkan oleh Kongres KM ITB wajib dipatuhi oleh

lembaga eksekutif maupun anggota biasa KM ITB.

Fungsi pengawasan bertujuan untuk mengawasi keberjalanan lembaga

eksekutif di KM ITB yaitu Kabinet KM ITB juga MWA WM agar seluruh kegiatan

yang lembaga eksekutif lakukan harus seizin Kongres KM ITB.


Kabinet KM ITB

a. Peran

Kabinet KM ITB adalah badan eksekutif di tingkat pusat.

b. Fungsi

Tugas utama kabinet adalah mendinamisasi kampus melalui pencerdasan

dan pemberdayaan mahasiswa tingkat satu. Selain itu, Kabinet juga

merupakan eksekutor dalam rangka pemenuhan kebutuhan anggota KM

ITB yang telah dirumuskan dalam GBHP KM ITB. Dalam keberjalanannya,

Kabinet KM ITB juga mengkoordinasikan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ),

dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) untuk melaksanakan program pemenuhan

kebutuhan seluruh mahasiswa dan program terpusat. Kabinet KM ITB juga

mendapatkan dukungan sumber daya manusia dari kedua lembaga tersebut.

MWA-WM

a. Peran

ITB memiliki status Perguruan Tinggi Badan Hukum (PTN-BH) yang memiliki

otonomi pengelolaan dalam akademik dan non-akademik. Dalam Statuta ITB,

dijelaskan bahwa MWA merupakan organ tertinggi di ITB yang menyusun

dan menetapkan kebijakan umum ITB serta mengawasi pelaksanaannya.

Dapat disimpulkan bahwa MWA adalah pemegang kekuasaan tertinggi di

ITB, yang anggotanya adalah perwakilan seluruh stakeholder ITB.


b. Fungsi

MWA-WM adalah perwakilan mahasiswa yang tergabung dalam tim MWA.

MWA-WM hanyalah satu orang, sementara Tim MWA-WM adalah sebuah tim

yang membantu MWA-WM dalam menjalankan tugasnya. Adapun tujuan

adanya wakil mahasiswa di MWA yaitu:

• Ikut berperan aktif, mewakili, dan didukung aktif oleh seluruh mahasiswa

ITB

• Sebagai penyalur perjuangan aspirasi mahasiswa yang legal formal dan

efektif

• Sumber informasi kebijakan strategis ITB yang bermanfaat bagi

pengembangan KM ITB dan meningkatkan daya tawar serta kemudahan

birokrasi dalam advokasi permasalahan kemahasiswaan

Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)

a. Fungsi

HMJ adalah organisasi di ITB yang telah disahkan oleh program studi terkait

dan berfungsi untuk mewadahi kebutuhan sektoral mahasiswa dalam

bidang keilmuan dan keprofesian. HMJ bersifat otonom di dalam struktur KM

ITB, tetapi memiliki hubungan koordinatif dengan kabinet KM ITB. Artinya,

Himpunan memiliki kewenangan penuh atas program dan aktivitasnya di

tingkat jurusan.
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

a. Fungsi

Unit atau UKM adalah organisasi yang berdasarkan pada kesamaan minat

dan bakat, sehingga lembaga ini memiliki fungsi yang serupa dengan HMJ, yaitu

untuk mewadahi kebutuhan sektoral mahasiswa, namun dalam bidang minat

dan bakat. UKM dibagi menjadi lima rumpun yaitu agama, seni budaya,

olahraga, media, dan Pendidikan. UKM juga bersifat otonom di dalam

struktur KM ITB.

Hubungan Antar Elemen Penyusun KM ITB

Hubungan antar lembaga dijelaskan pada bagan dalam bentuk garis-garis dan

panah.

Penjelasan dari hubungan antar lembaga adalah sebagai berikut.

a. Garis Perwakilan: Menjelaskan hubungan HMJ dengan Kongres KM ITB

yaitu setiap HMJ berhak mengirimkan seorang utusan ke kongres yang disebut

sebagai senator. Setiap HMJ berhak mengirimkan perwakilannya ke Kongres.

b. Garis Koordinasi: Menjelaskan hubungan HMJ dan UKM dengan

Kabinet KM ITB yaitu dalam upaya melakukan segala kegiatan di dalam

KM ITB, Kabinet KM ITB harus berkoordinasi dengan HMJ dan UKM. Salah

satu contoh kegiatan koordinasi ini adalah Musyawarah Arah Gerak, dimana
Kabinet KM ITB mengkoordinasikan program kerja selama satu kepengurusan

yang dilakukan bersama dengan HMJ dan UKM yang berkaitan. Garis

koordinasi menandakan posisi kabinet, HMJ, dan UKM setara.

c. K1: Menjelaskan hubungan Kongres KM ITB dengan Kabinet KM dan

MWA WM ITB yaitu Kongres KM ITB memiliki kontrol penuh selaku

lembaga legislatif terhadap segala program dan fungsi kerja sebagai upaya

Kabinet KM ITB dan MWA WM ITB selaku lembaga eksekutif dalam memenuhi

kebutuhan anggota biasa KM ITB.

Kemahasiswaan Multikampus

kemahasiswaan Multi Kampus ITB adalah ditentukannya Karesidenan

Multikampus KM ITB sebagai badan eksekutif untuk `mewadahi kebutuhan

kemahasiswaan di kampus masing-masing. Pada Konsepsi KM ITB amandemen

2020, adanya Badan Kelengkapan Keresidenan Multikampus KM ITB adalah

adalah upaya taktis untuk mewadahi kegiatan kemahasiswaan Anggota

Biasa KM ITB yang berada di setiap multi kampus ITB, dan sekaligus

menjadi penjelas definisi dan posisi mahasiswa multi kampus ITB. Kampus

utama ITB yang dimaksud pada amandemen Konsepsi dan AD/ART KM ITB 2020

adalah Kampus ITB Ganesha, karena kegiatan kemahasiswaan KM ITB pada saat

ini masih terpusat pada kampus tersebut. Karesidenan Multikampus KM ITB

dipimpin oleh seorang Ketua Keresidenan Multikampus KM ITB yang

bertanggung jawab kepada Ketua Kabinet KM ITB. Tugas utama Keresidenan

Multikampus KM ITB adalah mendinamisasi kampus melalui


pendampingan, pencerdasan, pemberdayaan mahasiswa, dan

pemenuhan kebutuhan kemahasiswaan di kampusnya masing masing.

Karesidenan Multikampus diharapkan dapat memantik Kolaborasi untuk

kebermanfaatan yang lebih luas, pemenuhan kebutuhan dasar yang lebih masif,

penyamaan arah gerak dan pandangan untuk multikampus ke depan yang

berkelanjutan.

Beberapa kegiatan unit juga himpunan yang sudah ada di ITB Multikampus.

HMJ yang ada di ITB Jatinangor :

- Himasda (Himpunan Mahasiswa Sumber daya air)

- KMIL (Keluarga Mahasiswa Rekayasa Infrastruktur Lingkungan)

- HMPG (Himpunan Mahasiswa Teknik Pangan)

- HMTB "Rinuva" (Himpunan Mahasiswa Teknik Bioenergi dan Kemurgi)

- HMRH (Himpunan Mahasiswa Rekayasa Hayati )

- Himarekta "Agrapana" (Himpunan Mahasiswa Rekayasa Pertanian)

- HMH 'Selva' (Himpunan Mahasiswa Rekayasa Kehutanan)

- HMPP 'Vadra' (Himpunan Mahasiswa Teknologi Pasca Panen )

UKM yang ada di ITB Jatinangor :

- UBT
- UKM

- PKM

- KMK

- MBWG

- LSS

- KPA

HMJ yang ada di ITB Cirebon:

- HMP Pangripta Loka komisariat

- MTI (BSO)

- Terikat (BSO)

UKM yang ada di ITB Cirebon:

• Klub Olahraga ITB Kampus Cirebon 'Cinta Raga'

• UKM Kebudayaan dan Kesenian ITB Kampus Cirebon

• UKM Pendidikan ITB Kampus Cirebon

• UKM Keagamaan ITB Kampus Cirebon


Untuk mendukung kemahasiswaan di ITB dan khususnya di multikampus maka

selaku mahasiswa senantiasa tidak hanya memikirkan bagaimana

mendapatkan benefit dari kemahasiswaan tetapi juga memberikan benefit

kepada kemahasiswaan itu sendiri, juga untuk memperkuat kolaborasi

diperlukan modal sosial yang dapat dirincikan menjadi kepercayaan atas

persamaan, timbal balik, dan jaringan. Dimana modal sosial tersebut tumbuh

tidak hanya berdasarkan kepentingan semata.

Ragam kegiatan di KM ITB

Selain kegiatan-kegiatan yang ada di dalam elemen-elemen KM ITB, adapun

beberapa wadah pergerakan yang bisa menjadi opsi proses aktualisasi diri

mahasiswa, salah satunya sekolah sektoral. Sekolah sektoral tidak bersifat pasti,

setiap tahunnya bisa berubah menyesuaikan kebutuhan. Sekolah sektoral yang

disebutkan sebagai berikut merupakan sekolah sektoral yang dirasa dibutuhkan

di tahun ini oleh Kabinet KM ITB saat ini, diantaranya:

Sekolah dari PSDM Kabinet KM ITB

Sekolah PSDM ini diadakan untuk mahasiswa tingkat satu hingga tingkat tiga.

Fungsi utama sekolah ini yaitu untuk rangkaian kaderisasi berupa pendidikan

dan pelatihan guna membentuk kader-kader yang siap menjadi penggerak di

lingkungannya. Pada tahun-tahun sebelumnya sering dikenal sebagai Diklat


Aktivis Terpusat (untuk mahasiswa tingkat 2 dan 3) dan Diklat Dasar Aktivis

Terpusat (untuk mahasiswa TPB).

Di tahun ini, PSDM juga menambahkan bentuk sekolah baru, yaitu Sekolah Ilmu

Baik (nama yang digunakan belum pasti sama, karena akan ada penyesuaian

lebih lanjut terkait substansi sekolah yang akan dibawakan), yang memiliki

fungsi utama untuk sekolah penurunan ilmu baik yg hilang proses

pengajarannya akibat pandemik.

Kelas Kemasyarakatan

Kelas kemasyarakatan merupakan salah satu wadah untuk pembelajaran

terkait gerakan sosial masyarakat. Kelas kemasyarakatan sendiri akan banyak

membahas tentang materi dasar gerakan sosial masyarakat yang mengacu

pada kurikulum sosmas yang telah disusun oleh Kabinet KM ITB. Biasanya

bentuk pembelajaran ini ditahun-tahun sebelumnya dilaksanakan dalam BSP

(Bilik Sekolah Pengmas). Namun, BSP dan Kelas Kemasyarakatan sendiri ada

kemungkinan untuk berubah baik dari segi metode maupun kegiatannya

sendiri.

Anda mungkin juga menyukai