Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikaum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah swt atas limpahan Rahmat, dan Hidayah-Nya

maka makalah ini dapat tersusun sedemikian rupa. Penyusunan makalah ini

merupakan langkah awal kami dengan beranjak pada pepatah “tak ada gading yang

tak retak” sebab “ kalau tak retak bukanlah gading”. Apabila ada kesalahan maka

kesalahan itulah yang dapat menjadi lilin penerang menuju perbaikan demi

tercapainya kesempurnaan.

Makalah ini kami selesaikan guna memenuhi syarat-syarat dan beban studi

mata kuliah “LITERASI INFORMASI”.

Makalah ini tersusun berkat adanya kerja sama anggota kelompok dan dukungan dari

berbagai pihak,karena itu kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada

, Ns. Ogian syahputra s.kep.MKM, Selaku Dosen Pembimbing Mata

Kuliah,dan rekan-rekan Mahasiswa (i) yang ikut membantu dalam menyelesaikan

makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,untuk itu kami

mohon saran-saran dan perbaikan dari semua pihak semoga dapat berguna bagi kita

semua.

Amiin ya Rabbal’alamin.......

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... i


Daftar Isi..................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan masalah........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

A. literasi informasi............................................................................................. 3

B. Literasi informasi dalam pendidikan .............................................................. 5

C. Pengaruh literasi informasi dalam pemdidikan .............................................. 18

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 25

A. Kesimpulan .................................................................................................... 25

Daftar pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan informasi dan sumber informasi di era globalisasi ini begitu

pesat. Ledakan informasi yang begitu besar ini tentu memiliki dampak yang begitu

beragam, baik dampak yang positif maupun negatif bagi para pencari dan pengguna

informasi. Salah satu dampak positifnya adalah terbukanya berbagai macam

informasi sehingga pencari informasi memiliki kesempatan yang besar untuk

mendapatkan sebanyak-banyaknya informasi yang tersedia. Namun dibalik itu juga

terdapat dampak negatifnya, salah satunya karena banyaknya informasi yang tersedia,

pencari informasi sangat rawan terjerembab dalam informasi yang tidak sesuai

dengan kebutuhan atau bahkan memperoleh informasi yang salah. Maka diri itu, kita

dituntut untuk memiliki keterampilan atau skill untuk memenuhi kebutuhan informasi

yang sering disebut dengan istilah literasi informasi.

Lasa HS (2009: 190) mendefinisikan bahwa literasi informasi disebut juga

melek informasi. Seseorang yang melek informasi adalah yang bisa mengakses

informasi secara efektif dan efisien, mampu mengevaluasi informasi secara kritis dan

menggunakan informasi secara akurat dan kreatif (American Association of School

Librarians, 1998). Pendidikan memiliki peranan penting dalam rangka melakukan

filterisasi terhadap informasi yang ada. Selain itu, melalui pendidikan kita juga akan

1
belajar untuk mampu mengelola informasi yang ada secara tepat guna. Kita dituntut

agar mampu memanfaatkan informasi dengan benar.

Bagi para pendidik dan peserta didik tentunya literasi informasi merupakan

salah satu kebutuhan pokok. Pendidik membutuhkan literasi informasi demi

kelancaran kegiatan pembelajarannya. Tidak sebatas itu saja, pendidik yang

profesional adalah pendidik yang memiliki dan mampu menguasai berbagai informasi

yang ada. Seorang pendidik yang kaya akan informasi tentu saja akan semakin kreatif

dan inovatif. Sedangkan bagi peserta didik, kebutuhan informasi merupakan sarana

mereka untuk belajar dan menggali pengetahuan-pengetahuan baru. Dengan bantuan

para pendidik, peserta didik akan mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi

mereka. Maka dengan kata lain agar peserta didik mampu memiliki dan menguasai

literasi maka dibutuhkan para pendidik yang melek informasi pula.

B. RUMUSAN MASALAH

A. Apa itu literasi informasi ?

B. Apa itu literasi imformasi dalam pendidikan ?

C. Pentingnya literasi informasi dalam pendidikan ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. LITERASI INFORMASI.

Sejak terbukanya kebebasan informasi dan menjamurnya teknologi media,

pertumbuhan media massa dan media baru mengalami ledakan. Ledakan informasi

yang begitu besar ini tentu memiliki dampak yang beragam, baik dampak yang positif

maupun negatif bagi para pencari dan pengguna informasi. Salah satu dampak

positifnya adalah terbukanya berbagai macam informasi sehingga pencari informasi

memiliki kesempatan yang besar untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya.

Namun dibalik itu juga terdapat dampak negatif, salah satunya karena banyaknya

informasi yang tersedia, pencari informasi sangat rawan terjerembab dalam informasi

yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau bahkan memperoleh informasi yang salah.

Dampak negatif kebebasan informasi sangat dirasakan pada generasi mudakita

termasuk dikalangan pelajar. Apalagi dengan adanya pekembangan kurikulum

pendidikan nasional yang mengisyaratkan adanya pemanfaatan teknologi

informasi.Salah satu contoh kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi

memiliki pengaruh terhadap proses pembelajaran ialah peserta didik diberi

kesempatan dan dituntut untuk mampu mengembangkan kecakapannya dalam

menguasai teknologi informasi dan komunikasi – khususnya komputer, sehingga

peserta didik memiliki kemampuan dalam menggunakan teknologi pada proses

pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai kecakapan berpikir dan belajar peserta

3
didik.Berkembangnya kecakapan dalam penguasaan Teknologi Informasi dan

Komunikasi pada peserta didik yang kurang diimbangi dengan perhatian dan

pengawasan dari orang-orang tua akan berakibat semakin dalam terbawa derasnya

pengaruh negatif.

Literasi informasi merupakan keterampilan penting yang harus dimiliki setiap

individu. Dengan memiliki literasi informasi setiap orang dapat mengetahui dan

menggunakan informasi yang mereka butuhkan dengan relevan. Zurkowski (Farida

dkk., 2006: 23) merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah literasi

informasi (Information Literacy). Dia menggambarkan orang-orang yang pada waktu

itu (sekitar 30 tahun yang lalu) melek informasi sebagai orang yang terdidik di dalam

pengaplikasian informasi terhadap pekerjaan mereka. Mereka menggunakan sarana

informasi sebagai alat pemecahan masalah.

Lasa HS (2009: 190) juga mendefinisikan bahwa literasi informasi disebut

sebagai kemampuan melek informasi yang dimiliki seseorang. Seseorang yang melek

informasi adalah yang bisa mengakses informasi secara efisien dan efektif, mampu

mengevaluasi informasi secara kritis dan menggunakan informasi secara akurat dan

kreatif (American Association of School Librarians, 1998). Literasi informasi

merupakan kesadaran akan kebutuhan informasi seseorang, mengidentifikasi,

pengaksesan secara efektif efisien, mengevaluasi, dan menggabungkan informasi

secara legal ke dalam pengetahuan dan mengkomunikasikan informasi tersebut.

4
Menurut Hancock yang dikutip oleh Andayani (2008: 3) bahwa literasi informasi

dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mengenali kebutuhan

informasi, mengidentifikasi dan mencari sumber-sumber informasi yang tepat,

mengetahui cara memperoleh informasi yang terkandung dalam sumber yang

ditemukan, mengevaluasi kualitas informasi yang diperoleh, mengorganisasikan

informasi, dan menggunakan informasi yang telah diperoleh secara efektif.

Berdasarkan pengertian literasi informasi yang diuraikan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa definisi dari literasi informasi adalah serangkaian kemampuan

yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan informasi itu dibutuhkan,

memiliki kemampuan untuk mencari, menganalisis, mengevaluasi, serta

mengkomunikasikan informasi secara efektif. Literasi informasi juga merupakan

kunci utama dari pembelajaran sepanjang hayat yang akan menjadi bekal seseorang

untuk menemukan informasi sesuai dengan kebutuhannya.

B. LITERASI INFORMASI DALAM PENDIDIKAN

Dewasa ini berbagai lembaga pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar

sampai dengan pendidikan tinggi ada yang mulai, sedang, dan telah membangun

program literasi informasi. Literasi informasi yang merupakan terjemahan

dari information literacy dalam pengertian ringkas diartikan sebagai keberaksaraan

informasi atau kemelekan informasi

5
Informasi merupakan suatu hal yang bisa menjadi sebuah kekuatan sekaligus

sumber kebingungan bagi banyak orang. Setiap harinya kita dihadapkan dengan

informasi yang banyak dan begitu pesat, dalam berbagai format yang terhitung pula

jumlahnya. Keterampilan dasar dalam melek informasi yang tidak lain adalah

kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi dari

berbagai sumber secara efektif, menjadi sebuah keahlian yang teramat penting dan

harus dikuasai oleh semua pihak baik pustakawan maupun pengguna.

Hasugian (2008) Keterampilan mencari dan menemukan informasi menjadi

faktor pendukung dan semacam fasilitas untuk belajar secara lebih efektif dan efisien.

Seseorang yang sudah melek informasi dianggap akan mampu menjelajahi informasi

yang semakin lama semakin luas dan rumit, baik yang menggunakan sumber-sumber

tercetak maupun yang elektronik. Program penguasaan literasi informasi dianggap

dapat menciptakan keberaksaraan yang berbasis keterampilan (Skill- Based

Literacy). Untuk lebih memperdalam tentang mengenai urgensi dari literasi informasi

dalam dunia pendidikan. Terlebih dahulu kita ketahui tentang apa itu literasi

informasi, berikut uraiannya.

Istilah literasi informasi pertama kali dikemukakan pada tahun 1974 oleh Paul

Zurkowsky, salah seorang presiden pada Information Industry Association of United

States, dalam proposal yang diajukannya kepada National Commision on Libraries

and Information Science. Pada proposalnya itu ia menyebutkan bahwa salah satu

yang harus dicapai dalam program nasional adalah literasi informasi secara universal.

6
1. Dalam Amstrong (2015), The UK’s Chartered Institute of Library and

Information Professionals (CILIP) membuat satu definisi literasi informasi

pada tahun 2005 bahwa lietrasi informasi adalah kemampuan untuk

mengetahui kapan dan kenapa kita membutuhkan informasi, mengetahui

dimana kita dapat menemukan dan bagaimana mengevaluasinya, serta dapat

menggunakan dan mengkomunikasikan sesuai etika.

2. Bruce dalam Supriyanto (2010) Literasi informasi adalah kemampuan untuk

mengakses, mengevaluasi, mengorganisasi dan menggunakan informasi

secara efektif untuk pembelajaran secara formal dan informal, memecahkan

masalah, membuat keputusan dalam pekerjaan maupun pendidikan. Konsep

literasi informasi bermula dari pendidikan pemakai di perpustakaan. Prinsip

kegiatan yang ada dalam pendidikan pemakai sama dengan apa yang

dikembangkan melalui program literasi informasi, yaitu mengembangkan

kemampuan pemakai dalam menetapkan hakikat dan rentang informasi yang

dibutuhkan, mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien,

mengevaluasi informasi dan sumber secara kritis, menggunakan informasi

untuk keperluan tertentu.

Dari beberapa definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa Literasi

informasi dapat diartikan sebagai serangkaian keterampilan untuk mengidentifikasi,

menemukan, mengevaluasi, menyusun, menciptakan, menggunakan dan

mengkomunikasikan informasi kepada orang lain untuk menyelesaikan dan mencari

jalan keluar dari suatu masalah yang sedang dihadapi.

7
Mulyadi, Dalam literasi informasi terdapat karakteristik orang yang melek

jaringan atau orang yang literasi informasinya tinggi adalah:

1. Memiliki kesadaran akan luasnya penggunaan jasa dan sumber informasi

berjejaring

2. Memiliki pemahaman bagaimana sistem informasi berjejaring diciptakan dan

dikelola.

3. Dapat melakukan temu balik informasi tertentu dari jaringan dengan

menggunakan serangkaian alat temu balik informasi.

4. Dapat memanipulasi informasi berjejaring dengan memadukannya dengan sumber

lain dan meningkatkan nilai informasinya untuk kepentingan tertentu.

5. Dapat menggunakan informasi berjejaring untuk menganalisis dan memecahkan

masalah yang terkait dengan pengambilan keputusan, baik untuk kepentingan

tugas maupun pribadi, serta menghasilkan layanan yang mampu meningkatkan

kualitas hidup.

6. Memiliki pemahaman akan peran dan penggunaan informasi berjejaring untuk

memecahkan masalah dan memperingan kegiatan dasar hidup.

Seseorang dikatakan melek informasi apabila karakteristik diatas ada pada

dirinya. Tentunya literasi ini juga mengambil andil penting terhadap pengetahuan dan

keterampilan seseorang dalam menggunakan teknologi sebagai solusi dalam

pendidikan yang dijalaninya.

Dalam dunia pendidikan kemampuan literasi informasi merupakan kompetensi

yang sangat perlu untuk dimiliki oleh setiap peserta didik. Sering kita mendengar

8
pribahasa yang mengatakan “jangan beri ikan, berilah pancingnya”. Kemampuan

literasi informasi adalah ”pancing” bagi sang murid supaya ia dapat belajar mandiri

(students’ freedom to learn). Peserta didik akan diajarkan pada sebuah metode untuk

menelusuri informasi dari berbagai sumber informasi yang terus berkembang. Karena

tidak akan ada seorang pun pada zaman sekarang ini yang mampu untuk mmengikuti

semua informasi yang ada. Berdasarkan catatan menunjukkan bahwa sekarang ini

perkantoran saja menghasilkan 2,7 miliar dokumen pertahun dan satu juta publikasi

diterbitkan setiap tahun.

Oleh karenanya, literasi informasi merupakan bekal yang sangat berharga untuk

tercapainya pembelajaran seumur hidup. Juga sekarang ini kita—menurut Alfin

Toefler sedang memasuki era minformasi atau ”gelombang ketiga” dalam peradaban

manusia. Fattah (2014) Mengatakan bahwa di mana informasi menjadi komoditas

yang setiap hari diperebutkan dalam pentas pertarungan global ini. Siapa yang dapat

menguasai informasi dialah yang akan bertahan hidup, dan kuncinya adalah literasi

informasi.

Literasi informasi pada dunia pendidikan dianggap sebagai serangkaian

keterampilan yang bersifat generik dan dapat diterapkan di segala bidang ilmu.

Program-program literasi informasi di pendidikan pada umumnya berdasarkan

pandangan untuk keterampilan mencari, menemukan, dan menggunakan informasi.

Munculnya beragam pilihan informasi yang tersedia baik itu tercetak,

elektronik, image, spatial, suara, visual, maupun yang bersifat numerikal membuat

literasi informasi menjadi semakin penting di era informasi seperti sekarang ini.

9
Permasalahan yang terjadi bukanlah tidak tersedianya informasi yang cukup, tetapi

karena begitu banyaknya informasi yang tesedia dalam berbagai format sehingga

menimbulkan pertanyaan tentang keaslian, kesahihan, dan kebenarannya. Masalah

lain yang muncul dalam berinteraksi dengan informasi adalah waktu yang tidak

pernah cukup dan sulit mengetahui informasi apa saja yang tersedia.

Boyer dalam Abdul (2008) menyatakan bahwa memberdayakan peran informasi

merupakan tujuan penting dari pendidikan. Ia menyatakan, informasi merupakan

sumber yang sangat berharga. Pendidikan harus dapat memberdayakan semua orang

untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Memang disadari

bahwa untuk mengubah informasi menjadi pengetahuan bukanlah perkerjaan yang

mudah. Setelah mengtahui tentang literasi informasi berikut penulis uraikan urgensi

dari literasi informasi bagi pendidikan yang salah satunya perguruan tinggi antara

lain:

1. Menyediakan metode yang telah teruji. Untuk dapat memandu

seseorang/mahasiswa kepada berbagai sumber informasi yang terus berkembang.

Sekarang ini individu berhadapan dengan informasi yang beragam dan berlimpah.

Informasi tersedia melalui perpustakaan, sumber-sumber komunitas, organisasi

khusus, media, dan internet. Maka dengan adanya liteasi informasi disediakan lah

berbagai macam metode yang telah teruji guna memandu seseorang dalam

mencari informasi yang benar.

2. Mendukung usaha nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Lingkungan

belajar yang proaktif mensyaratkan setiap mahasiswa memiliki kompetensi

10
literasi informasi. Dengan keahlian informasi tersebut maka mahasiswa akan

selalu dapat mengikuti perkembangan bidang ilmu yang dipelajarinya.

3. Menyediakan perangkat tambahan untuk memperkuat isi perkuliahan. Dengan

kompetensi literasi informasi yang dimilikinya, maka mahasiswa dapat mencari

bahan-bahan yang berhubungan dengan perkuliahan sehingga dapat menunjang

isi perkuliahan tersebut.

4. Meningkatkan pembelajaran seumur hidup. Meningkatkan pembelajaran seumur

hidup adalah misi utama dari institusi pendidikan tinggi. Dengan memastikan

bahwa setiap individu memiliki kemampuan intelektual dalam berpikir secara

kritis yang ditunjang dengan kompetensi informasi yang dimilikinya maka

individu dapat melakukan pembelajaran seumur hidup secara mandiri.

Selain bermanfaat dalam dunia pendidikan, literasi informasi menjadi penting

untuk dikuasai berdasarkan fakta-fakta yang ditemui pada dunia kerja. Beberapa fakta

yang menunjukkan pentingnya kompetensi informasi dalam dunia kerja antara lain:

jumlah informasi yang diperoleh individu dalam sehari sangat banyak, kantor-kantor

menghasilkan informasi dalam bentuk dokumen yang sangat banyak per tahun,

publikasi dunia terus meningkat dan pada umumnya setiap pekerja selalu meluangkan

waktu untuk membaca. Dengan demikian literasi informasi juga sangat penting untuk

dunia kerja.

Sebagai Closing Statement Setiap orang dalam menjalani kehidupannya pasti

dihadapkan pada berbagai macam permasalahan dan pilihan yang terkadang

membingungkan, permasalahan tersebut semuanya solusinya dapat kita selesaikan

11
dan kita putuskan dengan mengumpulkan informasi (literasi informasi). Selain itu

keputusan yang kita ambil akan menjadi baik tergantung pada bagaimana informasi

itu bisa kita peroleh secara tepat.

Globalisasi diartikan sebagai kesemarakan kehidupan manusia yang ditandai

dengan perkembangan yang pesat, cepat dan mendunia. Masyarakat dunia dalam

era sekarang ini telah masuk dalam era global. Suka atau tidak suka globalisasi

ini memaksa manusia untuk bisa mengikutinya, sebab arus globalisasi

merupakan arus yang tidak bisa ditolak (irreversible). Dalam dunia pendidikan,

arus globalisasi telah menyeret beberapa perubahan. Menurut Surakhmad (1999)

sebagaimana dikutip oleh Azzyumadri Azra(2012: 54-55), bahwa terjadi

peralihan paradigma dalam dunia pendidikan diantaranya:

1. Peralihan dari pendidikan yang mengutamakan nilai kehidupan budaya

feodal aristokrasi ke pendidikan yang menggalakan kehidupan nilai

budaya demokrasi;

2. Peralihan pendidikan yang memihak kepada kepentingan penguasa dan

kekuasaan kepada pendidikan yang mengutamakan kepentingan

kerakyatan;

3. Peralihan pengelolaan pendidikan yang terpusat (sentralistik) kepada

pengelolaan yang berbasis kekuatan masyarakat;

4. Peralihan sikap kependidikan yang mengutamakan keseragaman ke sikap

pendidikan yang menghargai keberagaman;

12
5. Peralihan manajemen pendidikan yang memupuk ketergantungan

masyarakat kepada pola manajemen pendidikan yang mengutamakan

kemandirian;

6. Peralihan dari pendidikan yang mengondisi masyarakat takluk kepada

gaya pemerintahan melalui kebijakan penguasa ke pendidikan

yangmenyadarkan masyarakat tentang pentingnyaperaturan dan kepastian

hukum;

7. Peralohan dari metodologi pendidikan yang mengutamakan pengawetan

dan konformisme nilai usang yang disakralkan kepada metodologi

pendidikan yang merintispengembangan ilmu dan pemanfaatan

teknologi;

8. Peralihan dari pandangan kependidikan yang lebih bersifat pelaksanaan

kewajiban ke pandangan yang mendidik dan menyadarkan warga negara

mengenai HAM;

9. Peralihan dari orientasi pendidikan yang mengutamakan pelestarian dan

keseimbangan dari sudut kepentingan politik ke orientasi pelestarian

pendidikan yang mengutamakan perubahan, pertumbuhan dan kemajuan;

10. Peralihan dari sikap kependidikan yang konformitif, memasung dan

punitif ke sikap pendidikan yang memotivatif, merangsang dan

menghargai kreatifitas serta inovasi;

11. Peralihan dari pandangan pendidikan yang tertutup ke pendidikan yang

merangsang kerjasama, terbuka, dan fleksibel;

13
12. Peralihan dari program kurikuler yang statis, skolastik, tradisional ke

program kurikuler yang dinamis, riil dan kontekstual.

Kerangka perubahan akibat globalisasi dalam dunia pendidikan sebagaimana

dipaparkan di atas memperlihatkan kompleksitas perubahan dan pergeseran

paradigma pendidikan. Sudah seharusnya hal tersebut membawa pengaruh yang

positif untuk pendidikan nasional di negara ini, sehingga dunia pendidikan kita

bisa memiliki daya saing dan mampu berkompetisi dengan pendidikan diluar

negeri. Persoalannya, fenomena yang ada seringkali memperlihatkan indikasi yang

bertolak belakang. Penyelenggaraan pendidikan dianggap kurang bisa beradaptasi

dengan perubahan dan perkembangan jaman. Realitanya memang demikian.

Perguruan tinggi kita masih jauh dibawah peringkat dalam kelas dunia bahkan

asia (peringkat 309 sedunia yang diwakili oleh UI). Kondisi semacam ini jelas

memerlukan upaya konkrit, sistematis dan terarah untuk meningkatkan kualitas

pendidikan.

Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah dengan merekonstruksi lembaga

pendidikan melalui komponen komponennya.

Sebagaimana mengutip Husaini Usman (2008), dalam Iskandar Agung

(2009: 294-295), bahwa lembaga pendidikan melalui pendekatan sistem yang

merupakan satu-kesatuan yang terdiri dari sub-sistem atau komponen-

komponen saling berhubungan satu sama lain secara integratif dan sinergis

untuk mencapai tujuan dan hasil yang efektif dan efisien. Komponen tersebut

diantaranya adalah konteks, input, proses, output dan outcam. Konteks antara lain

14
terdiri dari landasan hukum, kebijakan dan lainnya. Inputterdiri dari raw

input(karakteristik siswa, kemampuan siswa dan lain-lain), instrumental input

(manajemen sekolah, kurikulum, sarana dan prasarana, fasilitas pendukung

belajar, anggaran dan sebagainya), environmental input(lingkungan

masyarakat, sekolah dan keluarga. Proses terdiri dari manajemen belajar-mengajar

(perencanaan, persiapan sampai evaluasi pengajaran).

Outputmeliputi prestasi akademis dan nonakademis. Outcameantara lain

meliputi kesempatan tamatan untuk melanjutkan studi,bekerja dan

mengembangkan diri. Dalam pada itu ada beberapa komponen yang dipaparkan di

atas harus dijadikan fokus mendesain pendidikan nasional agar

mampuberkompetisi dalam era global.Beberapa diantaranya penulis uraikan

alasannya:

1. SiswaMohd Sharif Mohd Saad staf pengajar Fakultas Manajemen Informasi

(MARA) di Malaysia pernah menuturkan bahwa literasi informasi menjadi

pendorong utama terciptanya personal empowermentdan student freedom to

learn. Oleh karena itu, sudah seharusnya pemahaman tentang literasi informasi

ini disampaikan kepada siswa didik semenjak dini. Sebab literasi informasi

ini adalah sebuah modal yang sangat berharga agar pembelajaran kepada

siswa akan tercapai dengan optimal. Bukan hanya itu, literasi informasi juga

merupakan bekal bagi semua orang untuk mengikuti pembelajaran seumur

hidup.

15
2. KurikulumKurikulum dalam pendidikan di era global harus memiliki

kekuatankelimuan baik secara teori maupun praktik (Fitri Oviyanti,

2013:284). Hal ini diberlakukan agar output dari pendidikan adalah

mampu mencetak intelektual-intelektual yang menguasai pengetahuan secara

konsep sekaligus praktisi yang memiliki karya secara nyata. Tuntutan

semacam ini yang dibutuhkan dalam dunia global sekarang ini.

Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang disesuaikan dengan

tuntutan jaman dan tentunya terintegrasi dengan sumber-sumber infromasi

yang sudah up to date.

3. Media dan Sarana-prasarana Media Pembelajaran menjadi salah satu faktor

penting dalam pendidikan di era sekarang ini, sebab dengan perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi pembelajaran sekarang sudah semakin

praktis. Memangkas berbagai kendala di era sebelumnya. Dengan teknologi,

pembelajaran lebih padat dan berisi. Bahkan juga akan memperkaya

wawasan pengetahuan dan terjadi sistem pembelajaran yang tidak

berbatas waktu dan tempat. Pendidikan era modern sudah beralih dari

semula berbasis modul dan penuturan menjadi berbasis ICT, berbasis

research. Dalam hal ini guru diperankan sebagai manager pembelajaran,

mediator, klarifikator, danevaluator.Demikian dengan sarana dan

prasarana. Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka sarana dan

prasarana pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan

yang terbaru. Meski hal ini tidak mutlak sepenuhnya menjadi tanggung-

16
jawab lembaga pendidikan, namun bagaimanapun juga sarana dan prasarana

yang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

sangat membantu peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan secara

efektif dan efisien. Sebagian memang bisa dibebankan kepada siswa untuk bisa

surviveinformasi dan pengetahuan melalui belajar mandiri. Maka

pengarahan dan bimbingan ke arah belajar mandiri berbasis ICT ini perlu

diberikan, terutama cara bagaimana mengakses infromasi yang

dibutuhkan, memilih informasi serta menggunakan informasi tersebut baik di

rumah maupun di sekolah.

4. Kompetensi tenaga pengajar Salah satu peran tenaga pengajar adalah sebagai

mediator pengetahuan. Sudah selayaknya, mereka memiliki kompetensi

yang memadai agar dalam memediasi pengetahuan yang mendunia ini mampu

mencapai hasil yang memuaskan sehingga mampu bersaing dalam kancah

global nantinya. Terutama karena tantangan globalisasi ini berdampak

pada persaingan karya dan yang sangat ketat. Oleh karena itu tenaga pengajar

menguasai pembelajaran yang sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan

teknologi.

5. Proses pembelajaran menjadi faktor pemicu keberhasilan pembelajaran

yang efektif dan efisien. Dengan pesatnya perkembangan di segala bidang

tentunya menuntut sistem pembelajaran yang tepat agar siswa secara efektif

dan efisien pula mendapatkan pengetahuan yang mengglobal. Hal

inimenjadi alasan perlunya pembenahan proses pembelajaran.

17
Pembelajaran di era global harus lebih menekankan penerapan

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, aktif dan

konstruktiviskarena dianggap mampu membentuk karakter pembelajar pada

diri peserta didik serta bisa memicu motivasi dan kreatifitas (Fitri Oviyanti,

2013: 285).

6. Prestasi dan AlumniPada mulanya prestasi diukur dengan kecerdasan intelektual

siswa. Namun kecerdasan intelektual saja kini dianggap hanya

menyumbangkan sebagian kecil dari prestasi dibandingkan dengan

kecerdasan emosional. Artinya, mengandalkan IQ tinggi tidak menjadi

jaminan kalau tidak dibarengi dengan kemauan dan kemampuan secara

emosional mengembangkan diri melalui pemanfaatan pengetahuan yang

sudah meningkat. Pemanfaatan informasi dan sumber-sumber informasi akan

menjadi pintu gerbang memasuki gudang informasi dan pengetahuan

yang bisa mengantarkan seseorang menjadi sukses dan berhasil. Sekali lagi,

bahwa teknologi menjadi sangat berperan menjadi media menuju sukses

seseorang. Adapun kemampuan literasi menjadi cara dan strategi yang

efektif dalam memanfaatkan teknologi dan informasi tersebut

C. PENTINGNYA LITERASI INFORMASI DALAM PENDIDIKAN

Literasi informasi tidak hanya sekedar mengajarkan masyarakat bagaimana cara

mencari informasi, bukan pula mengajarkan bagaimana seseorang dapat

18
menggunakan teknologi informasi dengan cepat. Namun dengan progra literasi

informasi inilah setiap individu diharapkan dapat menerima dan mensiasati

perubahan-perubahan dalam masyarakat global secara kritis, bijak, positif dan mampu

memanfaatkan informasi yang dibutuhkannya menjadi pengetahuan baru dan

menambah khasanah pengetahuan baik bagi dirinya maupun orang lain. Pendidikan

memiliki peranan penting dalam menciptakan generasi-generasi yang melek akan

informasi. Kuhlthau (Farida dkk, 2006:3) menjelaskan bahwa anak-anak kita saat ini

hidup, tumbuh, dan belajar di dalam lingkungan yang kaya akan informasi.

Lingkungan pembelajaran ini menuntut semua individu baik secara langsung ataupun

tidak langsung untuk berhubungan dengan sejumlah besar informasi. Informasi-

informasi ini yang nantinya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai dan

mengambil keputusan suatu permasalahan yang ada secara kritis. Para peserta didik

akan memperoleh manfaat atau keuntungan dari pengaksesan terhadap sejumlah besar

informasi dari berbagai sumber yang tersebar luas di seluruh penjuru dunia.

Literasi informasi sangat diperlukan agar dapat hidup sukses dan berhasil dalam

era masyarakat informasi dan dalam penerapan kurikulum di dunia pendidikan.

Seseorang yang memiliki literasi informasi akan berusaha terus belajar untuk

memperoleh informasi dan menciptakan pengetahuan baru. Menurut Gunawan (2008,

9) ada 7 (tujuh) langkah dalam memperoleh kemampuan literasi informasi yaitu, 1)

merumuskan masalah; 2) mengidentifikasi sumber informasi; 3) mengakses

informasi; 4) menggunakan informasi; 5) menciptakan karya; 6) mengevaluasi; 7)

menarik pelajaran. Apabila peserta didik dalam pembelajaran selalu berlatih tentang

19
hal-hal di atas maka mereka akan dapat menguasai literasi informasi dengan baik.

Peran pendidik juga sangat dibutuhkan dalam memotivasi peserta didik agar mereka

mau belajar menguasai kemampuan tersebut.

Manfaat yang diperoleh apabila peserta didik mampu menguasai literasi informasi

ini nantinya dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan tempat

mereka belajar atau di lingkungan sosial lainnya. Setidaknya mereka tahu benar

bagaimana memfilterisasi informasi yang ada sehingga mampu membedakan mana

informasi yang penting dan tidak penting. Prasetiawan (2011: 3) menyatakan bahwa

manfaat dari literasi antara lain membekali individu dengan keterampilan untuk

pembelajaran seumur hidup (lifelong learning), seseorang tidak sekedar mengetahui

cara menggunakan komputer/internet namun juga memanfaatkannya secara positif,

literasi informasi membantu pengguna memanfaatkan informasi relevan sebagai

sarana decision making (pengambilan keputusan), literasi informasi memungkinkan

untuk mengkritisi daya guna informasi, dan yang paling penting yaitu literasi

informasi mendorong kita untuk berpikir kritis dan kreatif (critical & creative

thinking).

Literasi informasi sesungguhnya memudahkan seseorang dalam melakukan

berbagai hal yang berhubungan dengan informasi. Informasi merupakan bagian

penting dari pendidikan. Pendidikan harus dapat memberdayakan semua orang untuk

mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Apalagi bagi seorang

pendidik, informasi merupakan suatu kebutuhan penting agar pendidik tersebut

mampu menyampaikan pembelajaran dengan baik. Dimulai dari pemilihan sumber

20
materi yang akan digunakan, proses pembelajaran, hingga mengevaluasi

pembelajaran membutuhkan literasi informasi. Prefisionalisme seorang pendidik

bergantung pada seberapa tingkat literasi informasi yang dimiliki oleh pendidik

tersebut. Kaitannya dengan dunia pendidikan, literasi informasi memiliki banyak

sekali manfaat. Adapun manfaat dari literasi informasi menurut Adam (2008: 1)

antara lain membantu mengambil keputusan, menjadi manusia pembelajar, dan

menciptakan pengetahuan baru.

Literasi informasi berperan dalam membantu memecahkan suatu persoalan.

Dengan memiliki informasi yang cukup, seorang pendidik dapat mengambil

keputusan dengan mudah dalam memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan

dengan pembelajaran. Literasi informasi akan membantu pendidik dalam menentukan

strategi, model, metode, atau bahkan dalam pemilihan media pembelajaran yang tepat

untuk diterapkan di suatu kelas. Semakin banyak informasi yang dimiliki oleh

seorang pendidik maka akan semakin kreatif dan inovatis pendidik tersebut dalam

mengelola kelas. Literasi informasi juga berperan penting dalam meningkatkan

kemampuan seseorang menjadi manusia pembelajar. Dengan memiliki keterampilan

dalam mencari, menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi, seorang

pendidik dapat melakukan pembelajaran secara profesional. Selain itu literasi

informasi juga memiliki peranan dalam menciptakan pengetahuan baru. Dengan

memiliki literasi informasi, seorang pendidik akan mampu memilih informasi mana

yang benar dan mana yang salah sehingga tidak mudah percaya dengan informasi

21
yang diperoleh. Pendidik akan mampu memfilterisasi informasi mana yang sekiranya

tepat guna dan bermanfaat bagi peserta didiknya.

Kemampuan seorang pendidik sangat diperlukan dalam memilih sumber

belajar bagi peserta didiknya. Tidak hanya monoton menggunakan salah satu

referensi saja, namun harus kaya akan sumber. Begitu pula dengan sumber informasi

yang harus digunakan oleh pendidik. Informasi dapat ditampilkan dalam beberapa

format dan dapat dimasukkan ke dalam sumber yang terdokumentasi (buku, jurnal,

laporan, tesis, grafik, lukisan, multimedia, rekaman suara). Semua itu harus benar-

benar dapat dimanfaatkan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran. Ada beberapa

literasi yang dapat digunakan oleh para pendidik demi mendukung literasi informasi

antara lain literasi perpustakaan (library literacy), literasi visual (visual literacy),

literasi media (media literacy), literasi komputer (computer literacy), dan literasi

jaringan (network literacy) (Bhandari, 2003: 2).

Literasi perpustakaan membantu seseorang menjadi pengguna mandiri

perpustakaan dan mampu untuk menetapkan, menempatkan, mengambil dan

menemukan kembali informasi dari perpustakaan. Seorang pendidik harus

memanfaatkan perpustakan sebagai sarana literasi demi menambah literasi

informasinya. Setiap sekolah pasti memiliki perpustakaan, namun sangat disayangkan

jika perpustakaan hanya dijadikan pelengkap sarana sekolah saja tanpa benar-benar

dimanfaatkan oleh pendidik untuk kegiatan pembelajaran. Pendidik harus

mengajarkan dan memberi contoh kepada peserta didiknya dengan menunjukkan

22
betapa besar dan banyaknya informasi dan pengetahuan yang dapat diperoleh di

perpustakaan.

Literasi visual (visual literacy) dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

memahami dan menggunakan gambar, termasuk kemampuan untuk berfikir, belajar

dan menjelaskan istilah yang digambarkan. Literasi visual terdiri merupakan

pengadaan dan pembangunan ilmu pengetahuan secara mendalam yang dilanjutkan

dengan berfikir secara visual, yaitu kemampuan untuk menyusun gambaran pikiran

dalam bentuk, garis dan warna, serta penciptaan tampilan visual yaitu kemampuan

untuk menggunakan simbol visual untuk menampilkan ide dan memberitahukan

artinya. Sedangkan literasi media (media literacy) didefiniskan sebagai kemampuan

untuk memperoleh, menganalisis dan menghasilkan informasi untuk hasil yang

spesifik. Literasi media dibutuhkan dalam mengevaluasi informasi, seseorang atau

dalam hal ini pendidik harus mampu berfikir kritis dan mampu menyaring informasi

yang diperolehnya agar nantinya informasi tersebut dapat disalurkan pada peserta

didik. Seseorang dikatakan literat terhadap media apabila peduli pada interaksi sehari-

hari dengan media dan pengaruhnya terhadap gaya hidup, menafsirkan dengan efektif

pesan media untuk menyampaikannya sesuai dengan pengertian sebenarnya,

menyampaikan dengan baik tentang berita yang ditutupi media, sensitif terhadap

perkembangan isi dari media yang berarti pembelajaran mengenai budayanya.

Literasi media mendukung literasi informasi karena infomasi berasal dari berbagai

media maka dibutuhkan kemampuan untuk menganalisis informasi dengan kritis agar

tidak termanipulasi oleh informasi yang diperoleh. Dengan literasi visual dan literasi

23
media guru dapat membuat berbagai macam media pembelajaran yang inovatif dan

pastinya tidak monoton dan membosankan. Selain itu model pembelajaran yang dapat

digunakan juga akan lebih kreatif lagi dengan memanfaatkan kedua literasi tersebut.

Sedangkan untuk mengkomunikasikan ataupun menciptakan karya baru dari

informasi yang diperoleh adalah dengan literasi komputer dan literasi jaringan.

Literasi Komputer (computer literacy) secara umum dapat diartikan sebagai

perangkat komputer yang berfungsi untuk menciptakan dan memanipulasi dokumen,

serta di dalamnya akrab dengan adanya email dan internet. Literasi Jaringan (network

literacy) adalah kemampuan untuk menentukan lokasi akses dan menggunakan

informasi dalam lingkungan jaringan pada tingkat nasional, regional dan

internasional. Beberapa komponen di atas merupakan bentuk-bentuk literasi yang

mendukung tercapainya tujuan dari literasi informasi itu sendiri.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa di era globalisasi

informasi ini, literasi informasi bermanfaat bagi setiap individu, baik

pendidik, peserta didik, maupun anggota masyarakat lainnya. Literasi

informasi yang dimiliki setiap individu akan membekali keterampilan untuk

pembelajaran seumur hidup dengan mengetahui penggunaan teknologi

informasi sehingga memungkinkan terciptanya sebuah pengetahuan baru dan

membantu seseorang dalam mengambil keputusan-keputusan dengan

berpikir kritis dan kreatif ketika menghadapi berbagai masalah maupun

ketika membuat suatu kebijakan agar mampu bertahan dalam persaingan.

25
DAFTAR PUSTAKA
American Association of School Librarians (1998).
Andayani, Sri. 2008. Information Literacy Kunci Sukses Pembelajaran Di Era
Informasi. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Sri%20Andayani,
%20S.Si.,M.Kom./Information%20Literacy%20Kunci%20Sukses%20Pembel
ajaran%20Di%20Era%20Informasi.pdf [Diakses 10 Maret 2017].
Bhandari, KM. 2003. “Information Literacy”. Tulssaa Journal. Vol.3 Number 1,
November. Tribhuvan University.
Farida, Ida, dkk. 2006. Information Literacy Skill: Dasar Pembelajaran Seumur
Hidup. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Gunawan, Agustin Wydia [dkk]. 2008. Literasi Informasi: 7 Langkah Knowledge
Management. Jakarta: Universitas Atma Jaya.
Lasa HS. 2009. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
Maslahah, Khoirul. 2013. Bunga Rampai Layanan Perpustakaan Berbasis
Humanisme. Surakarta: Perpustakaan IAIN Surakarta.
Prasetiawan, Imam Budi. (2011). Keberaksaraan Informasi (Information Literacy)
bagi SDM Pengelola Perpustakaan di Era Keterbukaan Informasi. [Online]
pada: http://eprints.rclis.org/17553/1/Keberaksaraan_Informasi__Information
_ Literacy__bagi_SDM_Pengelola_Perpustakaan_mei_2011.pdf [Diakses 10
Maret 2017].
http://the-great-teacher.blogspot.com/2017/08/pentingnya-literasi-informasi-
bagi.html
https://sourceofknowledge07.wordpress.com/2018/03/17/pentingnya-literasi-
informasi-dalam-dunia-pendidikan-saat-ini/
https://docplayer.info/61655768-Signifikansi-literasi-informasi-information-literacy-
dalam-dunia-pendidikan-di-era-global.html

26

Anda mungkin juga menyukai