Anda di halaman 1dari 14

GEOLOGI DAERAH CITATAH DAN SEKITARNYA

KECAMATAN CIPATAT, KABUPATEN BANDUNG BARAT


JAWA BARAT
DAN
ANALISIS KESTABILAN TEROWONGAN
B5 UTARA DAN SELATAN KUBANG KICAU
DENGAN METODE RMR DAN PENYANGGANYA
KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR
JAWA BARAT

Oleh:
Muhamad Indra Gunawan1), Mustafa Luthfi2), dan Denny Sukamto Kadarisman3)

Tujuan penelitian dan pemetaan geologi Daerah Citatah dan sekitarnya, Kecamatan Cipatat, Kabupaten
Bandung Barat, Jawa Barat adalah untuk mengetahui kondisi geologi wilayah tersebut mencakup
geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi, serta kajian analisis kestabilan terowongan B5
utara dan selatan Kubang Kicau dengan metode RMR dan penyangganya, di Desa Bantar Karet, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, penelitian lapangan, analisa
laboratorium dan studio yang keseluruhan dituangkan dalam sebuah laporan Tugas Akhir. Hal yang dicapai
dalam penelitian dan pemetaan geologi Daerah Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa
Barat adalah sebagai berikut: Geomorfologi daerah penelitian secara morfogenesa dapat dibagi menjadi 3
(tiga) satuan geomorfologi, yaitu Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan, Satuan Geomorfologi
Perbukitan Karst, Satuan Geomorfologi Kaki Gunungapi. Pola aliran sungai yang terdapat di daerah
penelitian adalah trellis yang dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan antiklin dan sinklin. Tipe
genetika sungai subsekuen, konsekuen, obsekuen dan stadia erosi sungai berada pada tahapan muda hingga
dewasa. Jentera geomorfik daerah penelitian termasuk kedalam jentera geomorfik muda hingga dewasa.
Satuan batuan yang terdapat di daerah penelitian dari tua ke muda adalah Satuan Batuan Batugamping
(Formasi Rajamandala) berumur Oligosen Akhir-Miosen Awal pada lingkungan pengendapan laut dangkal.
Secara selaras diatasnya diendapkan Satuan Batuan Batupasir Selang-seling Batulempung (Formasi Citarum)
berumur Miosen Awal pada lingkungan pengendapan laut dalam. Secara tidak selaras diendapkan Satuan
Breksi Vulkanik (Hasil Gunungapi Tua) berumur Plistosen pada lingkungan darat.
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah struktur kekar, lipatan dan sesar. Struktur
kekar berupa kekar gerus (shear fracutre) dan kekar tarik (extension fracture). Struktur lipatan berupa
struktur Antiklin Salajambe dan Sinklin Citatah yang terlipat kuat sehingga membentuk lapisan terbalik,
serta struktur sesar berjenis Sesar Naik Citatah dan Sesar Mendatar Citatah. Keseluruhan struktur geologi
yang ada di daerah penelitian terjadi dalam satu periode yaitu Orogenesa Kala Miosen Tengah hingga
Pliosen dengan arah gaya utama N340oE atau arah umum baratlaut-tenggara.
Hasil kajian analisa kestabilan terowongan B5 Utara dan Selatan Kubang Kicau, dengan litologi berupa Tuf
Breksian dan terdapat Urat-urat Kuarsa, Kelas batuan III, jenis massa batuan sedang, Stand-up time B5 Utara
680 jam (28 hari) - 1000 jam (42 hari), sedangkan Stand-up time B5 Selatan 850 jam (35 hari) - 1040 jam
(43 hari). Rekomendasi penyangga di daerah penelitian adalah Rock bolt panjang 2,4 meter, spasi 1,3–1,4
meter dan Strap dan Wire mesh pada atap dan dinding.

Kata kunci: Geologi, Citatah, Kubang Kicau B5.

1. UMUM wilayah penelitian sebesar 7 km x 7 km atau 49


Km². (Gambar 1)
Daerah penelitian berada ±115 km di sebelah
Kesampaian lokasi daerah penelitian dapat
timur Kota Bogor. Secara geografis daerah
ditempuh sekitar 3–4 jam perjalanan dari Kota
penelitian dibatasi oleh batas-batas lintang dan
Bogor, dengan menggunakan transportasi
bujur sebagai berikut: 107°22’09”–107°26’07”
kendaraan roda 4 (empat), sedangkan untuk
BT dan 06°48’06”–06°52’04” LS. Dengan luas
meliput daerah penelitian hanya dapat dilakukan
dengan menggunakan kendaraan roda dua atau
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik -Universitas Pakuan 1
berjalan kaki.daerah penelitian dapat dicapai timurlaut baratdaya
dengan kendaraan roda dua atau berjalan kaki.

Foto 1. Kenampakan Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat


Patahan berupa perbukitan yang terpatahkan, yang
diambil dari Desa Sumurbandung ke arah tenggara.

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian


2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst
2. KONDISI GEOLOGI Genetika satuan ini dikontrol oleh perbukitan
yang dibangun oleh batugamping dan dicirikan
2.1. Geomorfologi oleh adanya gua-gua, lembah uvala dan dolina
Berdasarkan ciri-ciri dari pembagian sebagai hasil pelarutan batuan oleh air. Satuan ini
fisiografi Jawa Barat menurut van Bemmelen menempati 10% dari luas daerah penelitian dan
(1949), maka daerah penelitian termasuk ke dalam ditempati oleh Satuan Batuan Batugamping.
Zona Bandung. Karena secara umum morfologi Secara morfometri, satuan ini berada pada
daerah penelitian mempunyai bentuk morfologi ketinggian antara 575–930 mdpl serta kemiringan
perbukitan, memanjang dari arah relatif lereng berkisar antara 15°–55° atau curam-terjal
baratdaya–timurlaut, yang tersusun oleh batuan (Foto 2). Proses-proses geomorfologi yang
sedimen yang terlipat dan tersesarkan. dijumpai pada satuan ini adalah pelapukan batuan
Berdasarkan genetika pembentukan berupa tanah dengan ketebalan tanah berkisar dari
bentangalamnya, serta merujuk pada aspek 0,2–2 m. Proses erosi drainase (ravine erosion).
struktur, proses dan tahapan (Lobeck, 1939 dan tenggara baratlaut
Konsep Davis, 1954). Geomorfologi daerah
penelitian dibagi menjadi 3 (tiga) satuan
geomorfologi, yaitu:

1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat


Patahan.
Genetika satuan ini dikontrol oleh struktur
geologi berupa perlipatan dan patahan, dengan
bentuk perbukitan memanjang kearah relatif Foto 2. Kenampakan Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst
barat–timur (Foto 1). Satuan geomorfologi ini berupa bukit-bukit batugamping yang diambil dari
menempati 65% dari luas daerah penelitian, Desa Cirawamekar ke arah baratdaya.
ditempati Satuan Batuan Batupasir Selang-seling Jentera geomorfik satuan geomorfologi ini
Batulempung. adalah tahapan geomorfik dewasa, berdasarkan
Secara morfometri, satuan ini berada pada atas bentuk-bentuk bentangalamnya yang sudah
ketinggian antara 400–965 mdpl serta kemiringan mengalami perubahan diakibatkan oleh proses
lereng berkisar antara 4°–55° atau landai–terjal. pelapukan dan pelarutan batuan oleh air yang
Proses-proses geomorfologi yang dijumpai pada menghasilkan gua-gua.
satuan ini adalah pelapukan batuan berupa tanah
dengan ketebalan tanah berkisar dari 0,5–1,5 m. 3. Satuan Geomorfologi Kaki Gunungapi
Proses erosi saluran (drainage erosion).
Jentera geomorfik satuan geomorfologi ini Genetika satuan ini dikontrol oleh proses
adalah tahapan geomorfik dewasa, berdasarkan pengendapan material piroklastik hasil erupsi
atas bentuk-bentuk bentangalamnya yang sudah gunungapi. Satuan ini menempati 25% dari luas
mengalami perubahan dimana bukit antiklin sudah daerah penelitian. Endapan material piroklastik ini
berubah menjadi lembah antiklin (reverse berasal dari aktivitas erupsi Gunungapi dan masih
topography) yang diakibatkan oleh proses merupakan bagian dari kaki gunungapi dari
pelapukan dan erosi yang cukup intensif. Gunungapi Tangkuban Perahu yang terletak di

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik -Universitas Pakuan 2


bagian timur daerah penelitian. Satuan ini Berdasarkan Mandala Sedimentasi Jawa Barat
ditempati oleh Satuan Batuan Breksi Vulkanik. menurut Martodjojo (1984), daerah penelitian
Secara morfometri satuan ini berada pada termasuk kedalam Mandala Sedimentasi
ketinggian antara 350–927 mdpl serta kemiringan Cekungan Bogor (Gambar 2). Mandala Cekungan
lereng berkisar antara 8°–35° atau landai–curam Bogor didasari oleh batuan Melange yang ditutupi
(Foto 3). Arah kelerengan satuan ini berarah ke oleh endapan laut dalam berupa lereng bawah.
barat, didasarkan pada gunungapi yang berada di
2.3.2. Stratigrafi Regional Mandala Cekungan
sebelah timur daerah penelitian. Proses-proses
Bogor
geomorfologi yang dijumpai pada satuan ini
adalah pelapukan batuan berupa tanah dengan Tabel 1. Kolom Stratigrafi Regional Cekungan Bogor
ketebalan tanah berkisar dari 0,7–2 m. Proses Jawa Barat (Martodjojo, 1984)
erosi drainase (ravine erosion).
Jentera geomorfik satuan geomorfologi ini
adalah tahapan geomorfik muda, berdasarkan atas
bentuk-bentuk bentangalamnya yang belum
mengalami perubahan yang cukup berarti dimana
proses erosi belum merubah bentuk bentangalam.
barat
b timur
i
a m
r ur
a
t

Foto 3. Kenampakan Satuan Geomorfologi Kaki Gunungapi


diambil di Desa Citatah ke arah utara.

2.2. Pola Aliran dan Tipe Genetika Sungai Berdasarkan ciri litologi dan kesamaan fisik di
Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai daerah penelitian, dijumpai batugamping yang
yang umumnya dikontrol oleh struktur geologi merupakan ciri dari Formasi Rajamandala,
berupa perlipatan sinklin dan antiklin. Hubungan batupasir selang-seling batulempung ciri dari
sungai utama dengan anak sungai relatif tegak Formasi Citarum dan breksi vulkanik yang
lurus sehingga menyerupai bentuk pagar. merupakan ciri dari Vulkanik Kuarter. (Tabel 1)
Sedangkan tipe genetika sungai yang berkembang
di daerah penelitian adalah tipe genetika sungai 2.3.3. Stratigrafi Daerah Penelitian
subsekuen, konsekuen dan obsekuen. Berdasarkan hasil pengamatan, pengukuran
dan pemerian batuan-batuan yang tersingkap di
daerah penelitian maka daerah penelitian dibagi
2.3. Stratigrafi menjadi 3 (tiga) satuan batuan, dengan urutan
2.3.1. Stratigrafi Regional batuan dari yang tertua hingga termuda sebagai
berikut: (Tabel 2)
Tabel 2. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian. (Tanpa skala)

Gambar 2. Peta Mandala Sedimentasi Jawa Barat


(Martodjojo, 1984)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik -Universitas Pakuan 3


1. Satuan Batuan Batugamping (Formasi hubungan stratigrafi dengan satuan yang ada
Rajamandala) diatasnya adalah selaras dikarenakan kemenerusan
umur satuan batuan.
Penamaan satuan ini berdasarkan kehadiran
Satuan Batuan Batugamping yang terdapat di
batugamping (Foto 4). satuan ini menempati 23%
daerah penelitian memiliki ciri litologi yang sama
dari luas daerah penelitian, tersebar dari barat ke
dengan ciri Formasi Rajamandala (Martodjojo,
timur dan dapat diamati dengan jelas di Desa
1984) yang terdiri dari batugamping. Dengan
Ciptaharja, Desa Citatah, Desa Gunungmasigit
demikian, Satuan Batuan Batugamping
dan Desa Cirawamekar. Ketebalan Satuan Batuan
merupakan Formasi Rajamandala. (Tabel 3)
Batugamping dihitung dari penampang geologi
diperoleh ketebalan 1100 meter. Sedangkan
ketebalan Formasi Rajamandala pada lokasi 2. Satuan Batuan Batupasir Selang-seling
tipenya berkisar antara 60–100 meter. Batulempung (Formasi Citarum)
Ciri litologi satuan batuan ini di daerah Penamaan satuan ini berdasarkan perselingan
penelitian pada umumya berupa batugamping batupasir dengan batulempung. Satuan ini
bioklastik, masif. Tersingkap dengan kondisi menempati 54% dari luas daerah penelitian,
segar sampai lapuk, dan tidak menunjukkan tersebar dari barat ke timur daerah penelitian dan
adanya bentuk perlapisan. tersingkap di Sungai Cirawamekar, Sungai
Batugamping Bioklastik, putih kecoklatan, Citatah, Sungai Cigarungkang, Sungai Cirendei
ukuran halus–sedang, kemas terbuka, terpilah dan Sayatan Jalan. Kedudukan jurus perlapisan
buruk, komposisi foraminifera dan masadasar batuan berkisar antara N49°E–N83°E dengan
mikrit. Berdasarkan hasil analisa petrografi dari kemiringan batuan berkisar antara 20°–84°.
batugamping yang diambil di Desa Ketebalan Satuan Batuan Batupasir Selang-seling
Gunungmasigit (LP28) dan Desa Citatah (LP60), Batulempung dihitung dari penampang geologi
diperoleh nama batuan Packstone (Dunham, diperoleh ketebalan lebih kurang 2875 meter.
1962). Sedangkan ketebalan Formasi Citarum menurut
Umur satuan ini berdasarkan hasil analisa fosil Martodjojo (1984) adalah 1372 meter.
foram besar dengan munculnya fosil Miogypsina Ciri litologi satuan ini di daerah penelitian
sp yang memiliki kisaran hidup dari Lower Te– tersingkap dengan kondisi segar sampai lapuk.
Upper Tf dan fosil Spiroclypeus sp yang Pada umumnya menunjukkan bentuk perlapisan
memiliki kisaran hidup dari Td–Upper Te, dan dan di beberapa tempat tidak menunjukkan
mengacu pada persebaran foram besar (Klasifikasi perlapisan. Di bagian bawah terdiri dari batupasir
Huruf menurut Adam, 1970), maka umur satuan dengan ketebalan kurang dari 1 meter dan
ini adalah Oligosen Akhir–Miosen Awal. batulempung dengan ketebalan kurang dari 1
Sedangkan lingkungan pengendapan satuan ini meter, lebih ke atas terdapat perselingan antara
berdasarkan hasil analisa jumlah persentasi batupasir dan batulempung, dengan ketebalan
kandungan foram besar dan mikrit, maka batupasir berkisar antara 6–52 cm dan
lingkungan pengendapan satuan ini adalah Back batulempung dengan tebal berkisar antara 3–15
Reef. cm (Foto 5). Batupasir menunjukkan perulangan
menebal ke atas. Struktur sedimen yang dijumpai
timur barat
pada satuan ini umumnya adalah struktur lapisan
bersusun (graded bedding), laminasi sejajar
(parallel lamination), laminasi silangsiur (cross
lamination), gelembur gelombang (convolute) dan
struktur pembeban (load cast) terbalik.
Batupasir, abu-abu, ukuran butir halus-kasar,
menyudut tanggung-membundar tanggung, kemas
terbuka, terpilah buruk, porositas baik, sementasi
karbonat, tersusun oleh mineral kuarsa, orthoklas,
plagioklas dan lithik. Berdasarkan hasil analisa
petrografi pada sayatan tipis batupasir yang
Foto 4. Singkapan Batugmping yang dijumpai di Desa
diambil pada LP45 di Desa Gunungmasigit dan
Gunungmasigit (LP30). LP15 di Desa Citatah, memperlihatkan batupasir
jenis Arkose Wacke (Diagram Gilbert, 1953).
Hubungan stratigrafi Satuan Batuan Batulempung, abu-abu, ukuran butir lempung,
Batugamping dengan satuan di bawahnya tidak bersifat karbonatan.
diketahui, karena satuan yang lebih tua tidak
tersingkap di daerah penelitian Sedangkan
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik -Universitas Pakuan 4
timurlaut baratdaya Berdasarkan ciri-ciri yang ditemukan di daerah
timur baratd
laut aya penelitian, yaitu perselingan batupasir dengan
batulempung, serta adanya struktur sedimen
berupa lapisan bersusun graded bedding, paralel
lamination, cross lamination dan convolute,
dengan lapisan batupasir menebal keatas. Maka
penulis menyimpulkan bahwa Satuan Batuan
Batupasir Selang-seling Batulempung diendapkan
di laut dalam dengan Fasies Turbidit Klasik
(Classical Turbidite, CT) yang berada di bagian
Foto 5. Singkapan perselingan antara batupasir dan Lower fan pada kipas bawah laut menurut Walker,
batulempung yang dijumpai di Desa Gunungmasigit
1978. (Gambar 3)
Umur satuan ini berdasarkan persebaran
foraminifera planktonik dengan munculnya fosil
Globorotalia mayeri kisaran hidup N7–N23 dan
punahnya fosil Globorotalia suteri kisaran hidup
dari N1–N8, mewakili umur satuan batuan bagian
atas. Pada bagian bawah munculnya fosil
Globigerinoides sacculifera kisaran hidup N6–
N23 serta Globigerinoides quadrilobatus kisaran
perselingan batupasir dan
hidup N6–N23 dan punahnya fosil Globorotalia batulempung (Lp30)
suteri kisaran hidup N1–N8. Maka umur satuan
ini adalah N6–N8 atau Miosen Awal. Gambar 3. Perselingan batupasir dan batulempung yang
Lingkungan pengendapan satuan ini disebandingkan dengan Fasies Model Turbidit.
berdasarkan hasil analisa kandungan foraminifera
bentonik yang diambil pada lokasi pengamatan Hubungan stratigrafi Satuan Batuan Batupasir
LP82 di Desa Ciptaharja, LP51 di Sungai Selang-seling Batulempung dengan satuan di
Cirendei yang mewakili bagian atas dan bawah. bawahnya yaitu Satuan Batuan Batugamping
Hasil analisa foraminifera bentonik hanya adalah selaras. Hal ini didasarkan atas
menyimpulkan adanya pencampuran fosil kemenerusan umur satuan batuan, sedangkan
(reworked fossil) yang membuktikan telah hubungan dengan satuan yang ada diatasnya
terjadinya proses resedimentasi dari laut dangkal adalah tidak selaras. Hal ini didasarkan atas
ke laut dalam. Bukti-bukti yang memperkuat perbedaan kedudukan lapisan batuan.
bahwa satuan ini merupakan endapan laut dalam Satuan Batuan Batupasir Selang-seling
adalah dijumpainya struktur sedimen graded Batulempung yang terdapat di daerah penelitian
bedding, paralel lamination, cross lamination dan memiliki ciri litologi yang sama dengan ciri
convolute terbalik (Foto 6). Struktur-struktur Formasi Citarum (Martodjojo, 1984) yang terdiri
sedimen tersebut merupakan struktur-struktur dari perselingan batupasir dan batulempung,
sedimen dari sekuen Bouma yang batulanau, napal, dan batupasir konglomeratan,
mengindikasikan mekanisme pengendapan dengan demikian penulis menyatakan bahwa
turbidit. satuan batuan ini merupakan Formasi Citarum.
A B
3. Satuan Batuan Breksi Vulkanik
Penamaan satuan ini berdasarkan kehadiran
breksi. Satuan ini menempati 25% dari luas
daerah penelitian, tersebar di Sungai
Cirawamekar, Sungai Citatah, Sungai Cirendei
dan Sayatan Jalan. Ketebalan Satuan Batuan
C D
Breksi Vulkanik dihitung dari penampang geologi
diperoleh ketebalan 100 meter.
Ciri litologi satuan batuan ini di daerah
penelitian tersingkap dengan kondisi segar sampai
lapuk. Pada umumnya tidak menunjukkan
perlapisan. (Foto 7)
Foto 6. Foto A: graded bedding, Foto B: parallel lamination dan Breksi, abu-abu kehitaman, ukuran fragmen
cross lamination, Foto C: convolute, Foto D: load cast 0,2–48 cm, menyudut tanggung–membundar
terbalik. tanggung, kemas terbuka, terpilah buruk, porositas
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik -Universitas Pakuan 5
baik, sementasi non karbonat, tersusun oleh 3. Fasies medial volcanic-clastic. Fasies ini
fragmen batuan beku, mineral piroksen, dicirikan oleh aliran debris (lahar) endapan
plagioklas, orthoklas, kuarsa, lithik dan fluviatil konglomerat dengan beberapa
masadasar. Berdasarkan hasil analisa petrografi endapan piroklastik.
pada sayatan tipis breksi vulkanik yang diambil 4. Fasies distal volcanic-clastic. Fasies ini
pada LP21 di Desa Sumurbandung dan LP68 di dicirikan oleh dominasi endapan rombakan
Desa Citatah, memperlihatkan fragmen jenis batuan gunungapi seperti breksi lahar, breksi
Andesit (Klasifikasi William, 1954) dan fluviatil, batupasir dan lanau. Endapan primer
masadasar Tuf Kristal Gelas (Pettijohn, 1975). hanya berupa tufa dan sedikit tufa lapili.
Umur satuan ini didasarkan pada kontak antara
Satuan Batuan Breksi Vulkanik dengan satuan
batuan dibawahnya. Berdasarkan hasil
pengamatan lapangan terhadap singkapan breksi
vulkanik, terlihat bahwa satuan ini menutupi
batuan-batuan yang lebih tua. Hubungan
stratigrafi antara Satuan Batuan Breksi Vulkanik
dengan satuan dibawahnya berupa kontak
ketidakselarasan dengan jenis ketidakselarasan
bersudut, hal ini di dasarkan atas perbedaan
kedudukan. Berdasarkan data-data tersebut maka
Satuan Batuan Breksi Vulkanik diperkirakan
berumur lebih muda dari satuan batuan Gambar 4. Model Lingkungan Pengendapan Gunungapi
dibawahnya yang berumur N8. (Vessel dan Davies, 1981).
Lingkungan pegendapan satuan ini
berdasarkan ciri litologinya yang berupa batuan Satuan Batuan Breksi Vulkanik yang terdapat di
daerah penelitian dicirikan oleh breksi dengan
masadasar tuf yang apabila dibandingkan dengan
model fasies pengendapan gunungapi yang
dikemukakan Vissel dan Davies (1981) mirip
dengan satuan lahar, maka Satuan Batuan Breksi
Vulkanik yang terdapat di daerah penelitian
diendapkan pada Fasies medial volcanic-clastic.
Hubungan stratigrafi Satuan Batuan Breksi
Vulkanik dengan satuan di bawahnya adalah tidak
selaras. Hal ini didasarkan atas perbedaan
kedudukan lapisan batuan. Sedangkan dengan
satuan diatasnya tidak diketahui.
Foto 7. Singkapan Breksi Vulkanik yang dijumpai Satuan Batuan Breksi Vulkanik yang terdapat
di Desa Cirawamekar (LP21). di daerah penelitian memiliki ciri litologi yang
sama dengan Endapan Hasil Gunungapi Tua dari
yang berasal dari hasil gunungapi, maka Satuan
Gunung Tangkuban Perahu, maka satuan batuan
Batuan Breksi Vulkanik di daerah penelitian
ini merupakan Formasi Hasil Gunungapi Tua dari
diendapkan di darat yang berasosiasi dengan
Gunung Tangkuban Perahu.
aktivitas gunungapi.
Untuk menentukan fasies pengendapan
gunungapi, penulis menggunakan model 2.3.4. Kesebandingan Stratigrafi Daerah
pengendapan gunungapi dari Vissel dan Davies Penelitian dengan Peneliti Terdahulu
(1981). Berdasarkan dari pengelompokkan satuan
Vissel dan Davies (1981) membagi fasies batuan yang terdapat di daerah penelitian, penulis
pengendapan gunungapi menjadi 4 fasies, yaitu: dapat menyebandingkan hubungan stratigrafi
1. Fasies volcanic core. Fasies ini dicirikan oleh daerah penelitian dengan peneliti terdahulu
lava (lava berlembar) dan endapan piroklastik (Martodjojo, 1984) dengan melihat kolom
berbutir halus-kasar serta breksi kolovium. kesebandingan stratigrafi (Tabel 3).
2. Fasies proximal volcanic-clastic. Fasies ini
dicirikan oleh breksi vulkanik (endapan blok
dan debu), aliran piroklastik, serta sedikit
breksi kolovium dan endapan piroklastik
jatuhan.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik -Universitas Pakuan 6
Tabel 3. Kolom Kesebandingan Daerah Penelitian dengan pembatas Cekungan Pati, “Florence” timur,
Peneliti Terdahulu menurut Martodjojo (1984) “Central Deep”. Cekungan Tuban dan juga
tercermin dari pola konfigurasi Tinggian Karimun
Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian
Masalembo. Pola Meratus tampak lebih dominan
terekspresikan di bagian timur.

2.4.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian


Berdasarkan dan pengamatan lapangan yang
meliputi pengukuran jurus dan kemiringan lapisan
batuan serta pengukuran unsur-unsur struktur
geologi berupa milonitisasi dan breksiasi di
daerah penelitian, maka struktur geologi yang
berkembang di daerah penelitian terdiri dari: (1).
Kekar, (2). Lipatan, (3). Sesar.

2.4.2.1. Kekar
Struktur kekar yang berkembang di daerah
Satuan batuan yang terdapat di daerah penelitian terdapat 2 (dua) jenis, yaitu: kekar
penelitian mulai dari yang tua ke muda adalah gerus (shear fracture) dan kekar tarik (extension
Satuan Batuan Batugamping sebanding dengan fracture).
Formasi Rajamandala, Satuan Batuan Batupasir Di daerah penelitian kekar gerus (shear
Selang-seling Batulempung sebanding dengan fracture) dijumpai berarah N342°E–N345°E
Formasi Citarum. Diatas satuan Batuan Batupasir dengan kemiringan berkisar antara 46°–50°, dan
Selang-seling Batulempung terdapat Formasi pasangannya dengan arah N70°E–N74°E dengan
Saguling, Formasi Bantargadung dan Formasi kemiringan berkisar antara 35°–45°. Tension
Cantayan (Martodjojo, 1984) tetapi pengendapan fracture mempunyai pola dengan arah umum
formasi tersebut tidak sampai ke daerah baratlaut–tenggara (N144°E–N146°E).
penelitian, dikarenakan daerah penelitian sudah
mengalami kenaikan cekungan (regresi) sehingga
di daerah penelitian tidak ditemukan. Sedangkan
Satuan Batuan Breksi Vulkanik sebanding dengan
Vulkanik Kuarter.

2.4. Struktur Geologi


2.4.1. Struktur Geologi Regional
Foto 8. Pola kekar gerus (shear fracture) di daerah penelitian,
Secara umum, ada tiga arah pola umum
foto diambil pada Singkapan Batupasir Selang-seling
struktur yaitu arah timurlaut–baratdaya (NE–SW)
Batulempung di Sungai Cirawamekar.
yang disebut Pola Meratus, arah utara–selatan (N–
S) atau Pola Sunda dan arah timur–barat (E–W). 2.4.2.2. Struktur Lipatan
Perubahan jalur penunjaman berumur kapur yang
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap
berarah timurlaut–baratdaya (NE–SW) menjadi
perlapisan batuan yang tersingkap di lapangan, di
relatif timur–barat (E–W) sejak kala Oligosen
daerah penelitian dijumpai struktur perlipatan
sampai sekarang telah menghasilkan tatanan
berupa antiklin dan sinklin.
geologi Tersier di Pulau Jawa yang sangat rumit
disamping mengundang pertanyaan bagaimanakah
2.4.2.2.1. Antiklin Salajambe
mekanisme perubahan tersebut. Kerumitan
tersebut dapat terlihat pada unsur struktur Pulau Penamaan Antiklin Salajambe didasarkan
Jawa dan daerah sekitarnya. pada sumbu antiklin yang melewati Desa
Pola Meratus di bagian barat terekspresikan Salajambe, berada dibagian selatan Sinklin
pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah Citatah. Arah sumbu lipatan relatif barat–timur
terekspresikan dari pola penyebaran singkapan dengan panjang sumbu 5,8 km. Struktur Antiklin
batuan pra-Tersier di Daerah Karangsambung. Salajambe ini dibuktikan dengan adanya
Sedangkan di bagian timur ditunjukkan oleh sesar pembalikan arah kemiringan lapisan batuannya,

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik -Universitas Pakuan 7


sayap bagian utara dengan besar kemiringan
berkisar 56°–64° dan arah jurus antara N255°E–
N280°E. Sedangkan pada sayap bagian selatan
dengan besar kemiringan berkisar 59°–67° dan
arah jurus antara N64°E–N68°E. Berdasarkan
besar kemiringan pada kedua sayapnya, maka
Antiklin Salajambe merupakan antiklin yang
simetris.
Foto 9. Milonitisasi yang di jumpai di Sungai Cirawamekar
2.4.2.2.2. Sinklin Citatah
(LP5) merupakan produk hasil Sesar Naik Citatah.
Penamaan Sinklin Citatah didasarkan pada
sumbu sinklin yang melewati Desa Citatah,
berada dibagian utara Antiklin Salajambe. Arah
sumbu lipatan relatif barat–timur dengan panjang
sumbu 5,1 km. Struktur Sinklin Salajambe ini
dibuktikan dengan adanya arah kemiringan
lapisan batuannya yang berhadapan, dimana arah
kemiringan lapisan batuan pada sayap bagian
utara dengan besar kemiringan berkisar 30° dan
arah jurus antara N74°E. Sedangkan pada sayap Foto 10. Perlapisan tegak pada Singkapan Batupasir Selang-
bagian selatan dengan besar kemiringan berkisar seling Batulempung di Sungai Citatah (LP14)
56° dan arah jurus antara N255°E. Berdasarkan merupakan hasil eretan Sesar Naik Citatah.
besar kemiringan pada kedua sayapnya, maka 2.4.2.3.2. Sesar Mendatar Citatah
Sinklin Citatah merupakan sinklin yang asimetris.
Penamaan Sesar Mendatar Citatah didasarkan
2.4.2.3. Struktur Sesar sesar ini melewati Desa Citatah, berada dibagian
tengah daerah penelitian. Arah sesar ini
Berdasarkan hasil pengamatan unsur-unsur memanjang baratlaut–tenggara dengan panjang
struktur geologi di daerah penelitian, dapat sesar 5,9 km. Adapun indikasi adanya Sesar
diketahui bahwa di daerah peneltian terdapat 2 Mendatar Citatah di lapangan adalah:
(dua) sesar, yaitu: Sesar Naik Citatah dan Sesar 1. Breksiasi dengan arah umum N152°E yang
Mendatar Citatah. dijumpai di Sungai Cirawamekar. (Foto 11A)
2. Pergeseran lapisan batuan (offset) dengan arah
2.4.2.3.1. Sesar Naik Citatah N140°E pada perselingan batupasir dan
batulempung di Sungai Citatah. (Foto 11B)
Penamaan Sesar Naik Citatah didasarkan
3. Kelurusan sungai Citatah.
sesar ini melewati Desa Citatah, berada dibagian
4. Kedudukan jurus dan kemiringan yang tidak
utara Sinklin Citatah. Arah sesar ini memanjang
teratur di sepanjang Sungai Cigarungkang.
relatif barat–timur dengan panjang sesar 7,9 km.
Berdasarkan dari data-data diatas dapat
Adapun indikasi adanya Sesar Naik Citatah di
disimpulkan bahwa Sesar Mendatar Citatah
lapangan adalah:
dengan arah baratlaut–tenggara mempunyai
1. Milonitisasi dengan arah N56°E yang dijumpai
pergerakan menganan (dextral).
di lokasi pengamatan LP5 di Sungai
Cirawamekar. (Foto 9) B
A
2. Kedudukan lapisan batuan yang relatif tegak
dengan arah N75°E/75° yang dijumpai pada
perselingan batupasir dan batulempung di
lokasi pengamatan LP14 di Sungai Citatah.
(Foto 10)
3. Kedudukan lapisan batuan yang relatif tegak
dengan arah N63°E/65° yang dijumpai pada
perselingan batupasir dan batulempung di
lokasi pengamatan LP74 di Sungai Cipatat.
Foto 11. Foto A: Breksiasi yang di jumpai di Sungai Cirawamekar
merupakan produk hasil Sesar Mendatar Citatah, Foto B: Pergeseran
lapisan batuan pada perselingan batupasir dan batulempung di Sungai
Citatah. (Garis merah merupakan batas kontak batuan, panah biru
menunjukkan arah pergeseran).

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik -Universitas Pakuan 8


2.4.3. Umur dan Mekanisme Pembentukan Batuan Batupasir Selang-seling Batulempung.
Struktur Pembentukan struktur ini disertai dengan
terjadinya pengangkatan pada daerah penelitian
Pembentukan struktur geologi di daerah dari laut menjadi daratan, yang kemudian terjadi
penelitian di mulai pada Kala Miosen Tengah, pembentukan Gunungapi.
yaitu mulai terjadi orogenesa (tektonik) dengan Pada Kala Plistosen di daerah penelitian
arah gaya utama N340°E. Pembentukan struktur terjadi aktivitas gunungapi, dimana daerah
geologi diawali terbentuknya kekar-kekar dan penelitian tertutupi oleh material hasil produk
dilanjutkan terjadinya perlipatan dan kemudian Gunungapi Gunung Tangkuban Perahu yang
terbentuknya Sesar. secara tidak selaras menutupi satuan batuan
Keseluruhan struktur geologi yang terdapat di sebelumnya.
daerah penelitian terjadi pada satu periode, yaitu Proses pelapukan, erosi dan sedimentasi di
dari Kala Miosen Tengah–Pliosen dengan arah daerah penelitian sudah berlangsung sejak Satuan
gaya utama N340°E. Batuan Batugamping dan Satuan Batuan
Apabila dikaitkan dengan pola struktur yang Batupasir Selang-seling Batulempung terangkat
terjadi selama zaman Tersier dari Pulunggono dan menjadi daratan dan proses tersebut masih terus
Martodjojo (1994), maka pola struktur yang berlangsung hingga saat ini.
terjadi di daerah penelitian berpola baratdaya–
timurlaut atau Pola Meratus.
3. ANALISIS KESTABILAN
TEROWONGAN B5 UTARA DAN
SELATAN KUBANG KICAU DENGAN
METODE RMR DAN PENYANGGANYA,
KECAMATAN NANGGUNG,
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

3.1. Latar Belakang


Sistem penambangan dengan menggunakan
metode tambang bawah tanah (underground
mining) saat ini masih jarang digunakan
dibandingkan dengan metode tambang terbuka
(surface mining). Ada dua tahap utama dalam
Gambar 5. Diagram Rosette yang meproyeksikan hubungan metode tambang bawah tanah: pengembangan
arah pola umum kedudukan batuan dengan arah (development) dan produksi (production). Tahap
gaya utama. (Panah merah menunjukkan arah gaya pengembangan termasuk pembuatan jalan masuk
utama).
dan penggalian fasilitas-fasilitas bawah tanah lain.
2.5. Sejarah Geologi Untuk menjaga kestabilan terowongan
diperlukan penyangga-penyangga terowongan.
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai Berbagai metode penyangga (ground support)
pada Kala Oligosen Akhir–Miosen Awal, pada telah dikembangkan. Penyanggaan yang optimal
kala ini diendapkan Satuan Batuan Batugamping akan mendukung kelangsungan kinerja dan juga
(Formasi Rajamandala) yang diendapkan di keselamatan semua pekerja. Klasifikasi massa
lingkungan laut dangkal. Kemudian pada Kala batuan merupakan suatu metode empiris untuk
Miosen Awal terjadi penurunan cekungan mengkelaskan massa batuan berdasarkan
(transgresi) dan diendapkan Satuan Batuan karakteristik geomekaniknya. Dari metode ini,
Batupasir Selang-seling Batulempung (Formasi dapat menghasilkan rekomendasi penguatan atau
Citarum) yang diendapkan pada lingkungan laut penyanggaan terowongan yang tepat.
dalam dengan mekanisme arus turbid atau aliran Untuk mendapatkan penyangggaan optimal
gravitasi. diperlukan sifat geomekanikal batuan.
Pada Kala Miosen Tengah hingga Pliosen di
daerah penelitian terjadi aktivitas tektonik 3.2. Letak dan Kesampaian Daerah Penelitian
(orogenesa) yang mengakibatkan batuan-batuan
mengalami proses deformasi sehingga Daerah penelitian terletak di Desa Bantar
menyebabkan terbentuknya perlipatan (Antiklin Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,
Salajambe dan Sinklin Citatah) dan pensesaran Propinsi Jawa Barat, berada ±75 km di sebelah
(Sesar Naik Citatah dan Sesar Mendatar Citatah) barat Kota Bogor. Secara geografis, berada pada
pada Satuan Batuan Batugamping dan Satuan
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik -Universitas Pakuan 9
106°33’15”–106°34’29” BT dan 6°39’23”– Uji dengan alat PLI untuk memperoleh kuat
6°40’26” LS. tekannya, dimana sebelumnya diukur terlebih
Kesampaian lokasi daerah penelitian dapat dahulu dimensi dari sampel tersebut.
ditempuh lebih kurang 2,5 jam dengan
menggunakan kendaraan roda empat atau roda B. UCS (Uniaxsial Compressive strength)
dua. Sedangkan lokasi-lokasi pengamatan yang
Pengujian ini menggunakan mesin tekan
terdapat di daerah penelitian dapat ditempuh
(compressive machine) untuk memecahkan batuan
dengan berjalan kaki melalui terowongan
yang berbentuk silinder, balok atau prisma dari
sepanjang lebih kurang 1 km, dapat juga
satu arah (uniaxsial) dengan luas perconto A dan
menggunakan troli (kereta penumpang tambang)
panjang perconto l. Pada pengujian ini gaya (kN)
dan mobil, yang merupakan sarana para pekerja
dan perpindahan (mm) menurut sumbu aksial dan
tambang untuk menuju lokasi tambang.
lateral direkam hingga batuan pecah.
3.3. Geologi Daerah Penelitian 2. RQD (Rock Quality Designation)
Berdasarkan pembagian fisiografi Jawa Barat Nilai RQD diperoleh dari presentase jumlah
menurut van Bemmelen (1949), daerah penelitian kekar yang terdapat dalam suatu lubang buka
termasuk kedalam Zona Bogor yang mempunyai terowongan yang panjangnya lebih dari 10 cm.
ekspresi morfologi berbukit-bukit. Memiliki
beberapa bukit dengan ketinggian 755 mdpl
Panjang Core > 10 cm
dibagian barat dan 687 mdpl dibagian timur.
Terletak pada ketinggian 450-815 mdpl dengan RQD = x 100 %
kemiringan lereng 40-60% atau curam-terjal. Panjang total core (lubang bor)
Batuan yang terdapat di daerah penelitian yaitu
batuan piroklastik yang terdiri dari tuf batuapung 3. Jarak antar kekar
pasiran dan tuf batuapung yang termasuk Batuan Jarak antar kekar disini adalah jarak rata-rata
Gunungapi Gunung Salak serta breksi dan aliran antar bidang rekahan dalam suatu lubang bukaan.
lava terutama andesit yang termasuk Batuan
Gunungapi Tua. 4. Kondisi kekar
Secara umum struktur geologi yang terdapat di Kondisi kekar dipengaruhi oleh panjang kekar,
daerah penelitian dikontrol oleh struktur regional regangan, kekasaran, material pengisi dan tingkat
yang berarah utara-selatan atau pola sunda. pelapukan.
Struktur tersebut berpengaruh terhadap batuan
yang ada dan kestabilan daerah penelitian. A. Panjang kekar
Panjang kekar didefinisikan sebagai panjang
3.4. Karakteristik Geomekanika Berdasarkan dari kekar pada massa batuan dan dapat diukur
Klasifikasi RMR panjangnya.
Ada beberapa klasifikasi yang telah dibuat B. Rengangan
dan diteliti sebagai acuan untuk memperoleh data
geomekanika dari suatu daerah, salah satu yang Regangan adalah jarak tegak lurus yang
peneliti gunakan adalah klasifikasi yang memisahkan batuan dinding dari kekar yang
dikembangkan oleh Bieniawski, 1989 dengan terbuka.
metode RMR (Rock Mass Rating). C. Kekasaran
Adapun klasifikasi yang digunakan sebagai acuan
dalam RMR (Tabel 4), yaitu: Kekasaran merupakan komponen penting
1. Kuat tekan batuan dalam kuat geser terutama untuk kekar yang
2. RQD (Rock Quality Designation) mengalami pergeseran atau yang terisi oleh
3. Jarak antar kekar material lain. Kekasaran yang saling mengunci
4. Kondisi kekar dan menempel akan mempertinggi kuat geser.
5. Kondisi airtanah D. Material Pengisi
6. Orientasi kekar
Material pengisi kekar antara lain: kalsit,
klorit, lempung, lanau, kuarsa dan lain
1. Kuat tekan batuan sebagainya.
A. PLI (Point Load Index)

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik -Universitas Pakuan 10


E. Tingkat Pelapukan Tabel 6. Penyesuaian pembobotan orientasi kekar

Seringkali massa batuan di sisi bidang kekar Jurus dan Kemiringan


Sangat
Mengun-
Tidak Sangat tidak
mengun- Sedang mengun- menguntung-
mengalami pelapukan dan kadang teralterasi oleh orientasi kekar
tugkan
tungkan
tungkan kan
proses hidrotermal. Terowongan 0 -2 -5 -10 -12
Pembobotan Pondasi 0 -2 -7 -15 -25
5. Kondisi airtanah Lereng 0 -5 -25 -50 -60

Dalam pembuatan terowongan, sebaiknya


diukur kecepatan aliran airtanah dalam liter/menit Tabel 7. Kelas massa batuan yang ditentukan dari pembobotan total
per panjang 10 m penggalian. Pembobotan 100–81 80–61 60–41 40– 1 < 20
No. Kelas I II III IV V
6. Orientasi kekar Deskripsi Sangat baik Baik Sedang Jelek Sangat jelek

Orientasi kekar digambarkan oleh jurus dan


kemiringan. Jika jurus kekar relatif tegak lurus
terhadap arah sumbu aksis terowongan, sedangkan 3.5. Alat Penyangga
jika jurus kekar relatif sejajar terhadap arah 1. Baut batuan (Rock bolt)
sumbu aksis terowongan maka kondisi ini
dikatakan tidak menguntungkan. Pemasangan baut batuan dikombinasikan
dengan strap dan mesh. Hal ini dimaksud untuk
Tabel 4. Parameter Klasifikasi dan Pembobotan. menghindari terjadinya jatuhan hancuran batuan
Parameter S elang Nilai
dan bidang lemah yang membentuk blok-blok
PLI (M Pa) > 10 4 – 10 2–4 1–2
Untuk nilai yang
kecil di pakai hasil
tidak jatuh atau tergelincir
Kuat Tekan
1 Batuan UCS
UCS (M Pa) > 250 100 – 200 50 – 100 25–50 5 – 25 1 – 5 < 1
2. Pengikat (Strap) dan Kawat Anyaman
Pembobotan 15 12 7 4 2 1 0
RQD (%) 90 – 100 75 – 90 50 – 75 25 - 50 25 (Mesh)
2
Pembobotan 20 17 13 8 3
Spasi Antar Kekar >2m 0,6 – 2 m 200 - 600 mm 60 – 200 mm < 60 mm
Pengikat (Strap) bermanfaat untuk mencegah
3
Pembobotan 20 15 10 8 5 blok batuan untuk jatuh, dengan mengikat dan
Panjang <1m 1–3m 3 - 10 m 10 – 20 m > 20 m menahan blok batuan pada atap yang pecah
0
Pembobotan 6 4 2 1
sepanjang bidang lemahnya, umum
Regangan Tidak ada < 0,1 mm 0,1 - 1 mm 1 -5 mm > 5 mm
Pembobotan 6 5 4 1 0
diikat/dikombinasikan dengan atau tanpa mesh
Kekasaran
Sangat
Kasar Sedikit kasar Halus Polesan/Licin
yang diikatkan pada baut batuan.
kasar
Kondisi
4 Pembobotan 6 5 3 1 0
Kekar
Isian Tidak ada
Isian keras < Isian keras > Isian lunak <
Isian lunak > 5 mm 3.6. Hasil Penelitian
5 mm 5 mm 5 mm
Pembobotan
Derajat
6 4 2 2 1
3.6.1. Litologi Daerah Penelitian
Terlapukan Sangat Terlapukan
Tidak ada Sedikit lapuk
pelapukan sedang terlapukan sempurna
Pembobotan 6 5 3 1 0
Dari hasil pengamatan di lapangan, terdapat
Aliran / 10 m jenis batuan piroklastik yaitu tuf breksian. Pada
Tidak ada < 10 10 – 25 25 – 125 > 125
panjang tunnel
(L/min)
batuan tersebut terdapat kekar-kekar yang terisi
Kondisi
Airtanah Tekanan pori oleh mineral kuarsa dengan tebal 3-15 cm.
5 0 < 0,1 0,1 – 0,2 0,2 – 0,5 > 0,5
dibagi tegangan
utama
Tuf breksian, abu-abu, ukuran butir halus-kerakal,
Keadaan Umum Kering Lembab Basah M enetes M engalir menyudut-membundar tanggung, kemas terbuka,
Pembobotan 15 10 7 4 0 terpilah buruk, porositas baik, kompak, non
karbonat. Kuarsa, putih, non logam, bentuk kristal
Tabel 5. Efek jurus/kemiringan kekar di dalam terowongan concoidal, gores putih, kekerasan 7 Mosh. (Foto
Arah jurus tegak lurus sumbu terowongan 12)
Arah jurus sejajar Mengabaikan
Maju melawan sumbu terowongan Jurus
Maju searah kemiringan
kemiringan
Dip Dip Dip Dip Dip Dip Dip
45o–90o 20o–45o 45o–90o 20o–45o 45o–90o 20o–45o 0o–20o
Sangat
Sangat Tidak
Mengun- tidak
mengun- Sedang mengun- Sedang Sedang
tungkan mengun-
tungkan tungkan
tungkan

Foto 12. Singkapan Tuf Breksian dengan kekar


yang terisi oleh mineral kuarsa di Lokasi
pengamatan Kubang Kicau B5 Selatan.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik -Universitas Pakuan 11


3.6.2. Klasifikasi Geomekanik Sistem RMR Gambar 6. Grafik Stand-up Time LP Kubang Kicau B5 Utara dan Selatan

Tabel 8. Lokasi Pengamatan Kubang Kicau B5 Utara


Tanggal 31-Mei-16 09-Jun-16
No. Pengamatan 1 Pembobotan 2 Pembobotan
Lokasi (m) ke 31,4 35,4
UCS (Mpa) 113,76 12 113,76 12
RQD (% ) 76 17 73 13
Jk (cm) 30–180 15 50–150 15
Panjang
P 300–500 2 300–600 2
(cm)
a
Regangan
r 0,1–1 4 0,1–1 4
a (mm)
m Kk Kekasaran Kasar 5 Kasar 5
e
t Isian Keras < 5 mm 4 Keras < 5 mm 4
e
r Derajat
Sedikit lapuk 5 Sedikit lapuk 5
pelapukan
Ka Menetes 4 Menetes 4
Searah, N 320 Searah, N 335
Orientasi kekar -12 -12
E/7 E/71
RMR 56 52
Kelas Batuan III III
3.6.4. Perhitungan Tinggi, Beban dan Volume
Jenis Massa Batuan Sedang Sedang
runtuh
Tabel 9. Lokasi Pengamatan Kubang Kicau B5 Selatan Perhitungan Tinggi dan Beban (Unal,1983)
Tanggal 03-Jun-16 09-Jun-16
No. Pengamatan 1 Pembobotan 2 Pembobotan
ht = (100-RMR)/100 x Lebar Terowongan
Lokasi (m) ke 1 4 P = ht x BJ Keterangan:
UCS (Mpa) 111,47 12 111,47 12 ht = Tinggi runtuh
RQD (% ) 64 13 60 13 Dimana BJ = 2,50 gr/cm3 P = Beban batuan
Jk (cm) 30–100 15 40–180 15 BJ = Berat Jenis batuan
P Panjang
a 200–600 2 100–400 4 Perhitungan Volume
(cm)
r Regangan
a 0,1–1 4 0,1–1 4
Volume = Luas Terowongan x Beban batuan
(mm)
m Kk Kekasaran Sedikit kasar 3 Sedikit kasar 3
e
t Isian Keras < 5 mm 4 Keras < 5 mm 4
Tabel 12. Perhitungan Tinggi, Beban dan Volume runtuh
e Derajat
r Sedikit lapuk 5 Sedikit lapuk 5
pelapukan LP. Kubang Kicau B5 Utara Selatan
Ka Basah 7 Basah 7 Tanggal 31-Mei-16 09-Jun-16 03-Jun-16 09-Jun-16
Searah, N 176 Searah, N 168
Orientasi kekar -12 -12 No. Pengamatan 1 2 1 2
E/77 E/76
RMR 53 55 RMR 56 52 53 55
Kelas Batuan III III
Roof Span (m) 4 3 3 3
Jenis Massa Batuan Sedang Sedang
BJ (gr/cm³) 2,5 2,5 2,5 2,5
Luas terowongan (m²) 16 12 12 12
3.6.3. Stand-up Time Tinggi runtuh (m) 1,76 1,92 1,88 1,8
Merupakan evaluasi rentang waktu antara Beban runtuh (ton/m²) 4,4 4,8 4,7 4,5
bukaan terowongan dengan batuan yang akan Volume runtuh (ton/m³) 70,4 57,6 56,4 54
runtuh pertama kali tanpa penyangga, nilai ini
dihasilkan dari nilai RMR versus jarak bukaan 3.6.5. Rekomendasi Penyangga
terowongan.
Berdasarkan hasil pengolahan data di
Tabel 10. Stand-up Time Lokasi Pengamatan KK B5 Utara peroleh nilai RMR antara 52-56 (Kelas batuan III)
No. Lokasi (m)
RMR
Roof Span
Stand-up Time
dengan jenis massa batuan sedang, maka
Pengamatan ke (m) rekomendasi yang tepat untuk 2 (dua) lokasi
1 31,4 56 4 1000 jam (42 hari)
pengamatan adalah Rock bolt dengan tambahan
2 35,4 52 3 680 jam (28 hari)
Strap dan Wire mesh.
Tabel 11. Stand-up Time Lokasi Pengamatan KK B5 Selatan n = Volume runtuh / Rmax (FRb)
No. Lokasi (m) Roof Span
RMR Stand-up Time s = Luas Terowongan / n Keterangan:
Pengamatan ke (m)
n = Jumlah Baut batuan
1 1 53 3 850 jam (35 hari)
s = Spasi Baut batuan
2 4 55 3 1040 jam (43 hari)
FRb = Harga faktor keamanan
Rock bolt

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik -Universitas Pakuan 12


Kekuatan Rock bolt adalah 2,53 ton/meter muda, adalah Satuan Batuan Batugamping
Panjang Rock bolt yang digunakan 2,4 meter (Formasi Rajamandala), diendapkan pada Kala
FRb = panjang Rock bolt x Kekuatan Rock bolt Oligosen Akhir–Miosen Awal pada lingkungan
pengendapan laut dangkal. Secara selaras
Tabel 13. Perhitungan Jumlah dan Spasi Rock bolt diatasnya diendapkan Satuan Batuan Batupasir
LP. Kubang Kicau B5 Utara Selatan
Selang-seling Batulempung (Formasi
Tanggal 31-Mei-16 09-Jun-16 03-Jun-16 09-Jun-16 Citarum), diendapkan pada Kala Miosen Awal
No. Pengamatan 1 2 1 2 pada lingkungan pengendapan laut dalam.
RMR 56 52 53 55 Secara tidak selaras diendapkan Satuan Batuan
Roof Span (m) 4 3 3 3 Breksi Vulkanik (Hasil Gunungapi Tua),
BJ (gr/cm³) 2,5 2,5 2,5 2,5 diendapkan pada Kala Plistosen pada
Luas terowongan (m² ) 16 12 12 12 lingkungan darat.
Tinggi runtuh (m) 1,76 1,92 1,88 1,8 3. Struktur geologi yang dijumpai di daerah
Beban runtuh (ton/m²) 4,4 4,8 4,7 4,5 penelitian berupa struktur kekar berupa kekar
Volume runtuh (ton/m³) 70,4 57,6 56,4 54 gerus (shear fracture) dan kekar tarik
FRb 6,1 6,1 6,1 6,1 (extension fracture), struktur lipatan berupa
Jumlah Rb (buah) 12 9 9 9 Antiklin Salajambe dan Sinklin Citatah, serta
Spasi Rb (m) 1,4 1,3 1,3 1,4
struktur sesar berjenis Sesar Naik Citatah dan
Sesar Mendatar Citatah. Keseluruhan struktur
Tabel 14. Rekomendasi Penyangga LP Kubang Kicau B5 Utara
geologi yang ada didaerah penelitian terjadi
Tanggal 31-Mei-16 09-Jun-16 dalam satu periode yaitu orogenesa Kala
No. Pengamatan 1 2
Miosen Tengah hingga Pliosen dengan arah
RMR 56 52
gaya utama N340°E atau arah umum baratlaut–
Kelas Batuan III III
Jenis Massa Batuan Sedang Sedang
tenggara.
Stand-up Time 1000 jam (42 hari) 680 jam (28 hari) 4. Daerah penelitian studi khusus berada di B5
1. Rock bolt (Panjang 2,4 m), spasi 1,3-1,4 m Utara dan Selatan Kubang Kicau, PT. ANTAM
Rekomendasi Penyangga
2. Strap dan Wire mesh pada atap dan dinding Pongkor. Dengan litologi berupa Tuf Breksian
dan terdapat Urat-urat Kuarsa. Kelas batuan
Tabel 15. Rekomendasi Penyangga LP Kubang Kicau B5 Selatan III, jenis massa batuan sedang, Stand-up time
Tanggal 03-Jun-16 09-Jun-16 B5 Utara 680 jam (28 Hari) – 1000 jam (42
No. Pengamatan 1 2 hari), sedangkan Stand-up time B5 Selatan 850
RMR 49 51 jam (35 hari) – 1040 jam (43 hari).
Kelas Batuan III III
Rekomendasi Penyangga di daerah penelitian
Jenis Massa Batuan Sedang Sedang
Stand-up Time 850 jam (35 hari) 1040 jam (43 hari)
adalah:
1. Rock bolt (Panjang 2,4 m), spasi 1,3-1,4 m
1. Rock bolt panjang 2,4 meter, spasi 1,3–1,4
Rekomendasi Penyangga
2. Strap dan Wire mesh pada atap dan dinding meter.
2. Strap dan Wire mesh pada atap dan
dinding.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah DAFTAR PUSTAKA
diuraikan di bab-bab sebelumnya, maka dapat
1. Bakosurtanal, 2010, Peta Rupabumi Digital
disimpulkan sebagai berikut:
Indonesia Lembar Padalarang No. 1209-224,
1. Satuan geomorfologi di daerah penelitian
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
secara morfogenesa dapat dibagi menjadi 3
Nasional (Bakosurtanal), Edisi : 1 – 2010,
(tiga) satuan geomorfologi, yaitu Satuan
Cibinong, Bogor.
Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan,
2. Blow, W. H. and Postuma J. A. 1969. “Range
Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst, Satuan
Chart, Late Miosen to Recent Planktonic
Geomorfologi Kaki Gunungapi. Pola aliran
Foraminifera Biostratigraphy”, Proceeding of
trellis, dengan tipe genetika sungai subsekuen,
The First.
konsekuen, obsekuen dan stadia erosi sungai
3. Kadarisman, D.S, 1997, Pedoman Praktikum
berada pada tahapan muda hingga dewasa.
Petrografi, Laboratorium Petrografi, Program
Jentera geomorfik daerah penelitian termasuk
Studi Geologi, Fakultas Teknik Universitas
kedalam jentera geomorfik muda hingga
Pakuan, Bogor.
dewasa.
4. LPKM., 1995, Jasa Konsultasi Geomekanika
2. Satuan batuan yang terdapat di daerah
Untuk Evaluasi Kestabilan Lombong di Vien
penelitian berdasarkan litostratigrafi dapat
Ciguha dan Vein Kubang Kicau Unit
dibagi menjadi 3 (tiga) satuan dari tua ke
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik -Universitas Pakuan 13
Pertambangan Emas Pongkor, Laporan Tugas 10. Walker, R.G., 1978, "Deep-water sandstone
Akhir, Institut Teknologi Bandung. facies and ancient submarine fans: model for
5. Luthfi, 2010, Prinsip-Prinsip Sedimentologi, exploration for stratigraphic traps", American
Jurusan Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Association of Petroleum Geologists Bulletin,
Pakuan, Bogor. 62 (6), p. 932-966.
6. Martodjojo, 1984, Evolusi Cekungan Bogor
Jawa Barat, Disertasi Doktor, Institut PENULIS:
Teknologi Bandung, Bandung.
7. Noor, 2014, Geomorfologi, Edisi Pertama, 1. Muhamad Indra Gunawan, ST. Alumni
Penerbit Deepublish (CV Budi Utama), Jalan (2017) Program Studi Teknik Geologi,
Kaliurang Km 9,3 Yogyakarta Fakultas Teknik – Universitas Pakuan.
8. Singh, B., and Goel R.K., Rock Mass 2. Ir. Mustafa Luthfi, MT. Staf Dosen Program
Classification. A Practical Approach in Civil Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik –
Engineering. Universitas Pakuan.
9. Sudjatmiko., 1972, Peta Geologi Lembar 3. Ir. Denny Sukamto Kadarisman, MT. Staf
Cianjur, Jawa Barat, Skala 1:100.000, Pusat Dosen Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Teknik – Universitas Pakuan.
Bandung.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik -Universitas Pakuan 14

Anda mungkin juga menyukai