Materi Parasitologi
Materi Parasitologi
PARASITOLOGI
(BlO 3151)
OLEH
MARDHIYAH FAKIH MARJIYO
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2004
TINJAUAN MATA KULIAH
Deskripsi Singkat :
Mata kuliah Parasitologi termasuk dalam kelompok mata Kuliah Keahliah
Berkarya. Mata kuliah ini dengan bobot 2,1 SKS, merupakan mata kuliah pilihan
dengan prasyarat Systematik Hewan (BlO 2161), diasuh oleh pengajar. Dalam mata
kuliah ini dibahasi tiga belas pokok bahasan. Terutama membahas tentang
pengelompokan jasad parasit, fisiologi (daur hidup, reproduksi, perilaku), patologi ,
gejala penyakit, epidemi, ekologi jasad parasit. Reaksi sel inang, respon inang,
praadaptasi dan adaptasi parasit, berbagai aspek imun dalam penyakit parasitik.
Pengelompokan arthropoda sebagai agen / penyebab penyakit, sebagai inang dan
atau vektor dan suatu penyakit parasitik dan cara pengendaliannya.
Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan sudah berkembang penelitian
yang menggunakan teknik teknik molekuler di berbagai bidang ilmu. Untuk itu pada
matakuliah ini diberikan juga penjelasan mengenai pengembangan dan penerapan
biologi molekuler pada teknik pemeriksaan parasit dan aplikasi molekuler yang telah
diterapkan pada diagnose dan deteksi penyakit parasitik. Selain itu untuk lebih
memahami mata kuliah ini pada beberapa topik diberikan praktikum supaya
mahasiswa mampu memahami pengetahuan organisme parasit secara mendalam.
Selain itu mahasiswa juga diberikan tugas untuk membuat tulisan atau makalah
secara mandiri.
Tujuan Pembelajaran:
Memberi bekal pemahaman kepada mahasiswa untuk mengenal berbagai jenis
parasit, dan mengidentifikasi masalah yang ada di dalam masyarakat yang ada dalam
hubungannya dengan penyakit parasitik serta cara pengendaliannya, sehingga setelah
menyelesaikan mata kuliah ini mampu:
1. menjelaskan tentang pengertian dasar parasitologi dan cakupan dengan ilmu yang
terkait serta arti pentingnya dalam perkembangan kesehatan masyarakat.
2. menjelaskan keanekaragaman, peran dan aktifitas parasit di lingkungannya.
3. mampu mendiagnose berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh jasad parasit.
4. mampu mengaplikasikan, mengakomodasi,dan membantu menangani masalah
yang ada di lingkungannya yang berhubungan dengan masalah jasad parasit
POKOK BAHASAN
Materi Pembelajaran Mingguan
Minggu : Ke 1
Pokok Bahasan : Parasit, Parasitisme dan Ruang Lingkup Parasitisme
Metode Pembelajaran : Ceramah
Alokasi waktu : 100 menit
Evaluasi : UTS
Pustaka Acuan : 1 ,2, 8
3. Evolusi Parasitisme
• Langkah-langkah evolusi parasit :
Semua kegiatan organisme langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
perjuangan untuk memperoleh makanan. Dalam perjuangan itu timbul pola
penyesuaian diri yang kompleks yang disebut adaptasi.
• Praadaptasi dan adaptasi :
Kemampuan orgaisme untuk menunjukkan sifat penyesuaian terhadap
beberapa perubahan kebiasaan atau habitatnya.
Dan kehidupan bebas hingga pelan-pelan menuju kehidupan parasit
4. Asal-usul Parasit
Asal — usul kelompok protozoa sampai kelompok metazoa.
Asal usul parasitisme dan kehidupan bebas
Perubahan struktur organisme
Minggu Ke :2
Topik : Protozoa Usus dan Protozoa Atrial
Metode Pembelajaran : Ceramah
Estimasi Waktu : 100 menit
Evaluasi : UTS
Pustaka Acuan : 1 dan 5
1. Protozoa Usus.
Morfologi dan kiasifikasi :
Pengertian protozoa
Ukuran protozoa
Ektoplasma, endoplasma, alat gerak
Klasifikasi protozoa:
Manusia menjadi inang beberapa protozoa usus
1.1. Rhizopoda
* Entamoeba histolytica
* Entamoeba coil
* Entamoeba hartmani
* Entamoeba polechi
* Endoimax nana
* Entamoeaba gingivalis
* Jodamoeba butchili
Perbedaan sifat-sifat Amuba yang hidup dalam manusia pada berbagai stadium yaitu:
trofozoit, prekista, kista, metakista trofozoit yang meliputi:
* ukuran
* benda-benda di dalam endoplasma
* bentuk-bentuk atau tipe pseudopodia
* pergerakan
Dan ke 7 spesies akan dibahas lebih lanjut yaitu E. histoiyticai.
Entamoeba histolytica :
Struktur dan karakter :
Ada empat stadia :
Trofozoit : bentuk tidak teratur
Adanya membran plasma adanya eritrosit dalam endoplasma
Nukleus satu
Prekista : bulat tidak teratur, adanya membran plasma, nukleus 1 – 2, tanpa eritrosit,
ada cadangan makanan.
Kista: bentuk bulat, ada dinding kista, nukleus 2 – 4
Metakista trofozoit : kista yang sudah mengalami pertumbuhan lebih lanjut.
Patologi :
Amubiasis usus :
Luka-luka di usus besar tempat-tempat utama adalah daerah soekum dan
sigmoidorektum
Luka dini, nekrosis kecil pada permukaan mukosa
Perubahan jaringan meliputi histolisis, trombosis kapiler
Amubiasis sistemik, terutama hati yang terserang, alat-alat lain jarang.
Dapatjuga terjadai Amubiasis paru-paru, otak, limpa, alat kelamin dan kulit, walaupun
jarang sekali.
Gejala klinik:
Sangat variabel tergantung lokalisasinya dan beratnya infeksi
Dapat terjadi infeksi sekunder. Infeksi menahun biasanya tanpa gejala
Gambar 1. Kista Protozoa Intestinal manusia (pewarnaan dengan Iodine)
1 dan 2 Entamoeba histolytica (1 dan 4 inti), 3 dan 4 Entamoeba coil (1
dan 8 inti)
5. Endolimax nana; 6. lodamoeba butchili; 7. Chilomastix mesnili
8. Giardia lamblia (Chatterjee, 1977)
Diagnosis :
Pemeriksaan tinja segar secara langsung dan tidak langsung
Pemerikasaan sigmoideskop
Pemeriksaan aspirat abses hati
Epidemi dan pencegahan:
Distribusi kosmopolitan terutama di daerah tropik.
Manusia merupakan hospes reservoar untuk orang lain, kucing, anjing.
Penderita asimptomatik merupakan reservoar
Kista tahan dan tetap bertahan di tanah selama 8 hari pada 28 – 34° C
Giardia lamblia
Penyebab : Giardiasis, Lambliasis
Daur hidup dan cara Penularannya
Stadium pertumbuhan : trofozoit dan kista
Memperbanyak din dengan cara mitosis pada bentuk kista
Memgalami pembelahan binair (belah pasang) pada stadium trofozoit
Lingkungan basa dan diet kaya K.H. yang disenangi
Di lingkungan luar dengan keadaan lembab dapat hidup brbulan-bulan
Penularan dengan perantaraan makanan dan minuman Patologi dan Gejala Klininis
Anak-anak lebih serig menderita enteritis akut atau kronis dan pada orang dewasa.
Gejala gastrointestinal, iritasi usus
Infeksi yang lebih lanjut diare kronis berlemak, absorbsi berak-berak encer lebih sering.
Diagnosis
Pada pemeriksaan langsung dengan menemukan kista dalam tinja padat, trofosoit
dalam tinja encer atau segar.
Dengan cara konsentrasi lebih bagus dan lebih teliti.
Pemeniksaan isi duodenum lebih baik dari pada pemeriksaan tinja
1.3. Ciliata pada usus manusia : Balantidium coli
Perbedaan sifat pada stadium trozoit dan kista
Perbedaan dengan E. histolytica
Tricomonas vaginalis
Penyebab vaginitis
Daur hidup dan morfologi
Hanya ada bentuk trofozoit dengan ukuran (7-23) u X 95 — 15) U
Axostyle jelas, ada membrana undulata, Kromatin penyebarannya uniform
Tempat hidup : vagina, prostat
Cara reproduksi dengan pembelahan binair
Minggu Ke : 3
Pokok Bahasan : Protozoa Darah dan Jaringan
Metode Pembelajaran : Ceramah
Estimasi Waktu : 100 menit
Evaluasi : UTS
Pustaka Acuan : 4,5.6
1. PROTOZOA DARAH
Ada beberapa protozoa darah yang menginfeksi manusia
* Trypanosoma spp.
* Leishmania spp
* Plasmodium spp.
1.1. Trypansoma spp.
Penyebab tripanosomiasis
Struktur dan fungsi bentuk-bentuk pertumbuhan trypanosoma
* Leishmania (amastogot)
* Leptomonas (promastigot)
* Critidia (epimastigot)
* Trypanosoma (tripomastigot)
Ada 2 tipe tripanosomiasis : American trypanosoma dan African trypanosoma
Perbedaan antara stercoraria trypanosoma dan salivaria trypanosoma
Fisiologi:
Oksigen dipakai dengan perantaraan enzim pernafasan logam berat
Dektrose dioksidasi lebih cepat oleh sel darah merah yang mengandung parasit dan
pada sel eritrosit yang tidak dihinggapi parasit.
Asam laktat hanya dioksidasi oleh sel yang mengandung parasit.
P. vivax mengunakan dektrose dan asam laktat 3 X lebih banyak dari pada P.
falciparum
Makanan diperoleh dari darah dan jaringan inang
P.malariae mempunyai masa hidup yang terpanjang.
P.falciparum mempunyai masa hidup yan terpendek.
Gejala Klinis:
Anemia, splenomegali, demam, berkeringat
Kekebalan:
Didapat secara aktif tergantung pada infeksi baru atau lama daripada stimulus antigen
dan parasit atau dan hasil metabolismenya.
Di daerah hiperendemi penduduk ash dilindungi sejak masih anak-anak oleh
kekebalan pasif dan ibunya selama tiga bulan pertama
Terjadi perubahan genetik di dalam sel darah merah yang menghasilkan kekebalan
alamiah terhadap malaria
Perubahan pada permulaan eritrosit mengganggu perlekatan serta invasi merozoit
Kekebalan seluler dan humoral mempunyai peranan dalam perlindungan.
Kekebalan merupakan spesies spesifik pada beberapa kasus dapat “strain spesifik”
Epidemi:
Penyakit malaria mempunyai penyebaran di seluruh dunia, di daerah tropik, subtropik,
dan daerah dingin.
Diagnosis:
Dengan pemeriksaan mikroskopik sediaan darah yang diambil dan penderita
Dibuat sediaan darah tebal dan tipis.
2. Protozoa Jaringan
Protozoa yang hidup dalam janingan tubuh organisme : Toxoplasma gondii
Penyebab toxoplasmosis
Dapat memparasiti binatang termasuk herbivora, carnivora, dan omnivora.
Diagnosis:
PertemuanTes serologi yang biasa digunakan ada 3 macam:
1. Sabin and Feidmen Dye Test (tes wama Sabin & Feigmen)
2. Tes zat anti fluoresen. Tes mi sensifitasnya lebih unggul dan pada nomor satu.
3. Tes hemoglutinasi tidak langsung.
1. Fascioloposis buski
Penyebab fasciolopsiasis
Disampaikan oleh Busk pada th. 1843 dalam duodenum seorang pelaut India Timur
yang telah meninggal
Morfologi dan daur hidup
Cacing cukup besar (10 cm). Telur berisi mirasidium sewaktu dikeluarkan, mengalami
embrionisasi di luar.
Daur hidup sangat kompleks
Inang definitif adalah manusia
Habitat : cacing dewasa melekat pada mukosa usus halus bagian atas dengan batil
isap
Inang perantara I : sejenis siput , beberapa spesies dapat menjadi inangnya antara lain
Segmentina sp. , Hippentis sp. Dalam tubuh siput mengalami pertumbuhan menjadi
sporosist redia serkaria
Inang perantara II : sejenis tanaman air antara lain enceng gondok (Eichornia), bambu
air
Patologi:
Peradangan pada daerah uterus, abses terlihat pada perlekatan cacing. Sakit di
daerah epigastrium. Infeksi berat edema, asites, kadang-kadang terjadi stasis usus
dan obstruksi
2.Trematoda Hati
Ada beberapa spesies yang dapat menginfeksi jaringan hati.
• Clonorchis sinensi
• Fasciola gigantica
• Fasciola hepatica
• Dicrocolium dendriticum
• Opisthorchisfelineus
Clonorchis sinensis
Morfologi , daur hidup dan cara penularnya:
Cacing pipih bentuk daun memanjang tidak berduri
Ukuran (1 2 — 20) X ( 3 — 5) um
Telur : kuning cokiat, ukuran 29 X 16 um
Inang definitif manusia
Habitat : saluran empedu dari duktus pankreatikus
Inang perantar I : keong beroperkulum beberapa spesies antara lain Alocinnia sp.,
Bulinus sp., Parafossarulus sp..
Dalam tubuh keong mirasidium mengalami pertumbuhan dan perbanyakan rnenjadi
Sporosist redia serkaria
Inang perantara II : kelompok familia Cyprinidae ( rneta serkaria bentuk kista).
Menjadi cacing dewasa di dalam cabang-cabang kecil bagian distal saluran empedu.
Tidak dapat ditemukan di dalam duodenum, karena hanya dapat bertahan terhadap zat
pencernaan selarna beberapa jam. Cacing dewasa dapat tahan hidup selama kurang
lebih 25 tahun. Menghasilkan telur 1 100 - 2400/ hari (dalam tinja anjing dan kucing).
Dalam manusia?.
Epidemi:
Jumlah orang yang terkena infeksi tergantuung kebiasaan cara makan dan tidak selalu
sebanding dengan frekuensi parasit di dalarn hewan sebagai reservoar
Pada infeksi menahun atau hebat, di daerah yang sangat endemik akibatnya kurang
baik.
Diagnosis dan Pencegahan:
Diagnosis pasti berdasarkan penemuan telur yang bebas di dalam tinja atau, drainase
empedu. Memasak ikan dengan sempurna
Patologi:
Cacing dewasa di saluran empedu menyebabkan peradangan pada epitel . Luas
peradangan berhubungan dengan intensitas dan lamanya infeksi. Lesi disebabkan
oleh iritasi mekanik dan produk toksis yang dikeluarkan cacing.
Gejala Klinis
Telur-telur melepaskan antigen yang larut dan merangsang timbulnya abses kecil.
Serkaria yang menembus kulit
- menyebabkan urtikaria
- meninggalkan bekas sebagai makula kecil-kecil
- menyebabkan reaksi radang akut dengan edema
- makula berubah menjadi pustula menjadi radang kemudian mengalami
hemoragi
Kalau ada garukan terjadi infeksi sekunder.
Diagnosis:
Dengan menemukan telur dalam spesimen tinja atau urine
Pada infeksi kronis dengan jumlah cacing sedikit, dilakukan tes penetasan yaitu
mengencerkan spesimen tinja dengan air murni dalam botol sedimentasi ( gelas kimia).
Ditutup dengan kertas alumonium untuk mencegah masuknya sinar
Biopsi rektal untuk menemukan telur pada pasien dengan infeksi ringan, kronik dan
inaktif. Jaringan biopsi dihancurkan dan diperiksa di bawah mikroskop.
Epidemi:
Infeksi pada manusia hampir semuanya disebabkan oleh sumber infeksi yang terdapat
pada manusia. Primata, insektivora dan binatang mengerat merupakan sumbernya.
Distribusi S. japonikum : di Timur jauh, Cina ,India, Jepang, Filipina. Selain manusia
hewan juga kucing ,anjing, tikus, babi.
S. haematobium : Afrika, Asia Kecil. Siprus.
Inang perantaranya Oncomelania sp. dapat tahan hidup dalam keadaan kering
Distribusi:
Tergantung dari:
* distribusi hospes perantara keong
* kesempatan menginfeksi manusia
* perilaku manusia untuk membuang tinjanya
Angka tertinggi pada anak-anak.
Morfologi
• Panjang mencapai 10 m.
• Skolek memanjang ada suatu lekukan (groves) disebut bothria sebagai alat
pelekat.
• Setiap proglotid mempunyai alat kelaminjantan dan betina dan sath porus uterinus.
• Porus uterinus berdampingan dengan porus genitalis.
• Dalam setiap proglotid terdapat testes dan vitellaria yang tersebar pada sisi lateral.
• Telur beroperkulum dengan ukuran (60-80) x (40-60) mikron.
Daur hidup
Telur keluar bersama tinja tidak berembrio, akan tumbuh embrio disebut karasidium.
Karasidium keluar berenang dalam air. Korasidium tertelan oleh suatu crustacea
tumbuh menjadi proserkoid. Jika crustacea yang terinfeksi ini dimakan ikan, maka
tumbuh menjadi pleroserkoid. Manusia terinfeksi karena makan ikan mentah yang
terkontaminasi.
Larva pleroserkoid tumbuh menjadi cacing dewasa. Parasit ini dapat hidup lama
mencapai 25 tahun
Penyebaran geografis
Ditemukan di Timur jauh dan Asia Tenggara
Patologi
Penderita menunjukan manifestasi klinik seperti gangguan saraf, pencernaan, rasa
tidak enak, dan rasa sakit pada perut, kekurangan gizi dan anemi. Gangguan pada
traktus digestivus dengan rasa penuh di epigastrium, nausea, dan munta. Absorbsi
cairan toksin dan proglotid yang mengalami degenarasi. Pada gejala anemi ditemukan
pada penderita yang pernah memuntahkan proglotid.
Dilaporkan cacing ini banyak mengabsorbsi vitamin B12 dan inangnya sebanyak 50
kali daripada T saginata.
Diagnosis
Dengan menemukan telur yang beroperkulum atau proglotid yang dikeluarkan
bersama tinja atau di dalam muntahan.
Sparganosis
Sparganosis (sparganum mansoni) adalah penyakit yang disebabkan oleh larva
pleroserkoid cacing pita Peudophyllidea ( Dibotyriocephalus mansonoides) yang cacing
dewasanya terdapat dalam usus kucing dan anjing tidak menyerang manusia.
Sparganum proliferans, stadium plerosercoid menyerang janingan manusia namun
cacing dewasanya belum diketahui
Cacing dewasa hanya mempunyai tiga sampai empat proglotid, terdiri atas skoleks,
progiotid imature, mature, dan proglotid gravid, panjang 3-6 mm.
Bentuk kepala sferis, mempunyai 2 baris kait yang berjumlah 20-30- buah dan 4 batil
isap. Proglotid gravid mengandung kira-kira 5000 butir telur, telur seperti telur Taenia
sp.
Daur Hidup
Inang definitif : anjing
Inang perantara manusia, hewan herbivora lain misal : sapi, kambing, biri-biri.
Manusia dapat sercara kebetulan terlibat dalam daur hidup parasit tersebut karena
menelan telurnya hal ini dapat terjadi akibat tercemarnya tangan oleh telur-telur
sewaktu membelai anjing. Bagian yang terinfeksi yaitu hati dapat mencapai 66%, paru-
paru 10%, usus 7-8 % dan jantung.
1. Nematoda Usus
Pendahuluan
Cacing nematoda sebagian besar bersifat parasit baik pada menusia, hewan dan
tumbuhan Betuk panjang silindris , ukuran mikroskopis sampai lebih satu m. Cacing
tidak bersegmen, bilateral simetris,mempunyai sistem pencernaan. Jenis kelamin
terpisah, cacing betina lebih kecil dan cacing jantan. Penyebab penyakit pada manusia
dan vertebrata.umumnya bersifat patogen.
Pada manusia:
• Ascaris lumbricoides
• Enterobius vermicularis
• Trichiura trichiura
• Capilaria philipinensis
• Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
• Strongyloides strecorales dan Trichostrongylus spp.
Pada anjing:
• Toxocara canis
• T.cati
• A.. brarsiliensis
• A. caninum
Ke empat tersebut di atas pada manusia sebagai larva migrans
1. Ascaris lumbricoides
Parasit mi lebih banyak terdapat di daerah yang beriklim panas dan lembab dan
berikim sedang. Penyebab ascaiasis.
Morfologi dan daur hidup
Cacing nematoda yang terbesar, ujung runcing dengan tiga bibir yang berkembang
sempuma. Ukuran cacing betina 20—35 cm, ujung posterior runcing Cacingjantan
15—31 cm, ujung posterior rnelengkung.
Telur yang dibuahi bentuk oval melebar, rnernpunyai lapisan tebal permukaan tidak
rata, warna cokiat ukuran 75 X 50 urn
H.d. manusia
2. Enlerobius vermicularis
Penyebab enterobiasis / oxyuriasis
3. Trichuris trichiura
Penyebab trichuriasis.
infeksi cacing ini di daerah panas, lembab dan sering terlihat bersama infeksi Ascaris
Gambar 10. Tempat perlekatan Ancyostoma duodenale (cacing kait) pada intestinum
(Catterjee, 1977)
Strongyloides stercorales
Pendahuluan :
Banyak di Negara tropis
Infeksi pada manusia dapat berlangsung lama (dapat selama hidupnya) :
*karena reinfeksi dapat terjadi setiap saat
*adanya autoinfeksi yang terus-menerus dengan jalan endogenose
Pada hewan dapat terbatas karena parasit ini menjadi resisten terhadap infeksi
berikutnya Misal : pada anjing dan kucing
Morfologi, daur hidup dan cara penularannya :
S.stercorales ada bentuk parasitik dan bentuk bebas
S. stercorales betina yang parasitik ukuran : p. 2X lebar (4 urn)
Jantan hidup bebas : p. 0,7 mm X 1 (45um)
Penyakit: Strongyloidiasis
Daur hidup sangat bervariasi, pandai menyesuaikan cara perkembanganya dengan
perubahan kebutuhan dan lingkungan sekitarnya
Dalam kondisi yang menguntungkan
Kelembapan, suhu, tersedianya makanan , cacing dapat hidup dalam tanah.
Fase langsung:
C.dewasa betina menembus lapisan usus kecil
berproduksi secara partenogenesis dan bertelur ( 50 X 32 Urn)
Telur menetas dalam dinding usus menjadi larva
Larva bermigrasi dan jaringan, menuju lumen usus ,keluar bersama tinja, sampai ke
tanah
(st. rabditiform), 1. filariform
Banyak variasi autoinfeksi dan hiperinfeksi
Autoinfeksi terjadi pada manusia dan hewan:
a.1. : monyet, kera, hewan piaraan, ruminansia, rodensia, kuda, anjing/kucing ayam.
Beberapa spesies, dapat ditularkan lewat air susu induknya : S. fulleborn dan S. ratti
Struktur Larva rhabditoid : stadium makan namun tidak bersifat infektif
Struktur Larva filariform : stadium tidak makan namun bersifat infektif bagi inangnya
Morfologi keduanya juga berbeda
Gejala klinik :
Akibat masuknya larva lewat kulit : gatal- gatal, pembengkakan
Infeksi ke paru-paru : batuk – batuk, bronchopneumonia, pendarahan, gangguan paru
dan lain
Cacing dalam usus : gangguan ringan, diare, edema, fibrosis, luka-luka, sakit perut,
anemi, berat badan menurun, sembelit, tinja berdarah
2.Larva Migrans
2.1. Visceral Larva Migrans
Visceral larva migrans disebabkan oleh Toxocara canis atau Toxocara cati
Larva yang bermigrasi di alat dalam manusia, namun tidak dapat menjadi dewasa
dalam tubuh manusia. Larva tersebut menjadi dewasa dalam tubuh anjing dan kucing
1. Nematoda Darah
Pendahuluan
Terdapat lebih 200 spesies parasit filaria hanya sedikit yang menginfeksi manusia.
Pada manusia ada 3 spesies
• Wuchereria bancrofti
• Brugia malayi
• Onchocerca volvulus
Ketiganya sering menimbulkan gej ala sisa yang bersifat patologis
Mempunyai sikius hidup yang sangat kompleks
Kemudian ditemukan beberapa spesies yang juga parasit pada manusia
• Manzonella ozardi
• Manzonella perstans (Dipetalonema perstans)
• Manzonella streptocerca
• Dirofilaria immitis
• Dirofilaria spp.
1.3. Loa-loa
Pendahuluan
Dikenal dengan cacing Afrika
Pertama kali diternukan dalam mata wanita Negro di Hindia Barat (1770)
Diskripsi cacing dewasa cacing yang dikeluarkan dan mata seorang wanita dan Old
Calabar Afrika Barat oleh Argyl Robertson (1895)
Morfologi dan daur hidup
Cacing dewasa jantan dan betina hidup berrnigrasi dalam jaringan subcukan.
Mikrofilaria berada dalam darah
Karakter mikrofilania: ada sheet, inti sampai ke ujung ekor, ukuran 250 — 300 urn
Mikrofilania sukar terdeteksi dalam darah
Gejala klinik:
Cacing dewasa bermigrasi di jaringan subkutan
Migrasi mi tidak rnenirnbulkan apa-apa
Ada gejala sewaktu batas antara hidumh meliwati konjungtiva rnata
Penderita dengan Loa-loa aktif, tanpa rnikrofilarernia
“Calabar swelling” bersifat sementara disebut juga angioderna = pernbengkakan
subkutan
setempat.
Suatu tipe reaksi peradangan yang disebabkan oleh respon hospes terhadap cacing!
produk
metabolitnya
Pembengkakan mi ditemukan di setiap bagian tubuh terutama ekstrernitas
Pembengkakan mi berlangsung 1 —3 han, didahului rasa sakit, pruritus, urtikania
Diagnosis:
Didasarkan riwayat klinik (calabar swelling)
• Migrasi cacing rnelalui rnata
• Eosinophilia
• Berternpat tinggal di daerah endemi
• Sampel darah diambil pukul 10 pagi —2 siang
• Mengeluankan cacing dewasa dani mata.
Epidemi:
Daerah enderni daerah hutan hujan di Afrika tengah, Barat dan Sudan
Hospes reservaoar rnanusia
1.5. Manzonelaperstans
Manson pertarna kali menemukan mikrofilaria dalam preparat apus darah dan pasien
orang
Afrika (1891) Daniel mendapatkan cacing dewasa yang diarnbil dan seorang India di
Amerika Selatan (1898).
Morfologi dan daur hidup:
Cacing dewasa ditemukan di rongga badan (peritonium, pleura)Mikrofilania bersifat
non
periodik, tidak ada “sheet” , inti mencapai ujung ekor, panjang 190 — 200 urn.
Mikrofilania terdapat dalarn darah
Inang perantara adalah lalat kecil.
Klinis:
Asimptomatis
Gambar 11,atas : Daur hidup Wuchereria bancrofti, Brugia malayi,
Onchocerca volvulus, Loa-loa (Melhorn, 1998)
Bawah : Penderita elephantiasis (Zaman, 1998)
Biasanya eosinopbilia, pruritus, nyeri abdomen, urtikaria, pembengkakan mirip
“calabar
Diagnosis :
Pemeriksaan darah sama dengan W. bacrofli dan B. malayi
Dirofilaria sp.
3. Nematoda Jaringan
Pendahuluan
Cacing panjang dan halus ditemukan di berbagai daerah diseluruh dunia dan
merupakan
parasit anjing dan karnifora lainnya di Amerika Utara
Ada beberapa spesies:
• Dracunculus medinensis
• Trichinella spiralis
2.1. Dracunculus medinensis
Morfologi dan daur hidup
Cacing betina ukuran panjang sam m, lebar dua mm.Cacing jantan panjang dua cm.
Habitat cacing dewasa di jaringan subkutaneus.
Cacing betina bila gravid berisi larva rhabditiform bermigrasi ke jaringan subkutan
menuju kulit atau bagian lainnya, biasanya di pergelangan kaki, terbentuklah papula di
dermis.Papula menjadi vesikel ulkerasi, sebagian uterus keluar dan tubuh cacing,
keluarlah larva ke dalam air, masuk cyclops terminum /termakan
manusia dewasa
Gejala klinis.
Bila cacing dapat dikeluarkan tidakterjadi penyakit. Kalau putus reaksi peradangan dan
terjadi selulitis sepanjang migrasi cacing. Terjadi infeksi sekunder, artitres, sumertes,
dan gejala laju tergantung tempat luka (les
Gambar 12. Kaki terinfeksi Dracunculus medinensis
2. Peran Arthropoda
Arthropoda perlu dipelajari dalam hubungannya dengan kesehatan manusia dan
hewan vertebrata. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa hal:
• dapat menularkan penyakit
• menyebabkan gangguan sebagai parasit
• mengandung zat-zat toksin yang berbahaya
• menyebabkan gangguan bagi mereka yang alergi
• dapat juga penyebab anthropophobia.
2.1. Dapat menularkan penyakit
Penularan dapat terjadi secara mekanik dan biologis
Penularan secara mekanik yaitu dengan menggunakan bagian tubuh antara lain kaki,
proboscis dan sebagainya.
Penularan secara biologis
Arthropoda berfiingsi sebagai vektor suatu penyakit ada beberapa cara:
• trans ovarium
• cyclico developmen
• lyclico propagative
• propagative
2.4.Penyebab entomophobia
Misalnya melihat laba-laba yang besar, ulat yang berbulu tebal menyebabkan
orang ketakutan dan sebagainya.
3. Kelas Myriapoda
Sifat dan Karakter
Bentuk silindris, tubuh terdiri dan kepala dan abdomen. Kepala dengan
sepasang antena, sepasang mandibula, satu atau dua pasang maksilla. Abdomen
terdiri dan 6-200 ruas, setiap ruas mempunyai sepasang kaki.
Yang perlu diperhatikan dalam bidang kesehatan yaitu:
Ordo Chilopoda (Centipedes)
Tubuh terdiri atas 20 ruas. Setiap ruas mempunyai sepasang kaki, dikenal
dengan binatang berkaki seratus. Hidup di bawah tumpukan kayu, tumpukan barang,
dan hidup sebagai karnivora. Mempunyai kelenjar racun, yang bermuara dekat ujung
cakar dan sepasang kaki pada segmen abdomen yang pertama. untuk melumpuhkan
korban (Faust, et a!., 1975). Contoh:
1.1. Copepoda
Anggota dan Copepoda berukuran mikroskopis, mempunyai kehidupan bebas, ada
juga yang parasit. Jenis kelamin terpisah, individu jantan biasanya jauh lebih kecil
daripada betina.
Contoh: Cyclops viridis (water flea).
Berperan sebagai inang perantara beberapa spesies cacing
1.2. Brachiura
Kelompok Crustacea parasitik temporer pada ikan, mirip Copepoda. Kelompok mi
disebut “kutu gurami” atau “kutu ikan”, parasit pada ikan laut danikan air tawar. Individu
betina meletakan telurnya di atas bath potongan kayu, serta benda lain, larvanya mirip
individu dewasa.Individu jantan dan betina dapat berenang bebas dan mereka
meninggalkan mangsanya secara teratur pada musim perkawinan.
2.3.2.1. Sarcoptidae
Contoh :Sarcoptes scabei
Tungau mi mempunyai distribusi yang luas di dunia. Menyebabkan dermatitis
scabies.
Keterangan gambar :
A.Hewan jantan (sementara mengisap darah) B. betina tanpa darah (unfed)
C. Betina sedang mengisap darah (masuk kulit kaki)
D.Telur dalam abdomenyang betina (Melhorn, 1998)
3. 2. Subordo Brachycera
Kelompok subordo mi mempunyai antena lebih pendek daripada thorax.
Palpi beruas sath atau dua.
Perilaku
Nyamuk tertarik oleh : cahaya terang, pakaian wama gelap, adanya manusia
dan hewan
Daya penarik jarak jauh :
Perangsangan bau dan zat-zat yang dikeluarkan hewan dan manusia, terutama C02,
asam amino,lokalisasi yang dekat dengan keadaan hangat dan lembab.
Peranan:
Aedes sp. vektor
• demam kuning
• demam dengue
• filariasis malayi dan bancrofti
• encephalitis virus
Anopheles sp.
• Wuchereria bancrofli
• w. malayi
• malaria
Culex sp. : misalnya Culex fatigans menggigit pada malam han.
• filaniasis (.B. malayi dan W bancrofli)
• encephalitis virus
Mansonia sp. :Filaria malayi
Gambar 17. Nyamuk Anopheles sp., Aedes sp, Culex sp. (Melhorn, 1998).
A. Stadium telur, B. Stadium larva, C. Stadium pupa, D. Stadium dewasa
Gambar 18. Telur yang baru menetas dan larva yang baru muncul (Zaman,
1998)
Keterangan :
128 & 129. Telur Anopheles sp. Dengan larva yang baru muncul
130. Larva Anopheles sp. yang baru muncul
131. ookinet dari midgut nyamuk yang terinfeksi malaria.
3.4. Ordo Hemiptera
Perlu dipelajari dalam dunia kesehatan manusia karena menghisap darah dan dapat
menularkan penyakit. Mempunyai proboscis. Jika tidak digunakan proboscis ini
dibengokkan ke belakang di bawah kepala. Tipe alat mulut penusuk dan penghisap.
Metamorphose tidak sempurna. famili yang perlu diperhatikan.
3.4.2. Reduviidae
Banyak terdapat di Amerika Utara dan Selatan, ada 3 spesies di Asia dan Afrika
Morfologi dan perilaku:
Badan panjang pipih, dorso ventral, Thorax warna cokiat hitam, ganis merah dan
kuning
.Kepala seperti kerucut, mempunyai sepasang mata menonjol dan sepasang antene.
Proboscis melengkung ke arah ventral di bawah kepala
Thorax sepasang sayap yang hemiletra (sepasang sayap belakang membraneus).
Aktif pada malam hari dan mengisap darah , siang hari bersembunyi di sela-sela
dinding atau tanah
1.2. Untuk mengetahui tingkat infeksi suatu parasit dapat dilakukan dengan:
* Metoda Kato
* Katz Metoda Stoll
Untuk diagnose parasit usus khususnya cacing dengan mengidentifikasi morfologi telur
yang sukar teridentifikasi karena kesamaan dalam bentuk telur. Untuk mengatasi mi
dapat dengan pengamatan larva. Untuk keperluan mi hams dilakukan pembiakan!
kulturi telur cacing.