Pembagian Isim
Pembagian Isim
“harokat akhir dari isim mufrod diganti fathah, kemudian akhir kata tersebut ditambahkan alif
dan nun atau ya dan nun, dengan nun-nya dikashroh”
“akhir kata isim mufrod ditambahkan dengan wawu dan nun yang didahului oleh harokat
dhommah atau dengan ya’ dan nun yang didahului oleh harokat kasroh, dengan nun berharokat
fathah”
2. Jama' Muannats Salim (سـالِـ ُم ِ )جـ ْمـ ُع الـ ُمـ َؤنَّـ
َ ث ال َ
Yaitu Isim yang menunjukan jumlah banyak untuk perempuan.
Misal:
Para muslimah (ت ٌ ( ) ُمـ ْسلِـ َمmuslimaatun atau muslimaatin)
ٍ ُمـسْـلِـ َمـا- ـات
Cara membuat jama' muannats salim:
“ta’ marbutoh pada isim mufrod muannats dihilangkan, kemudian harokat akhir dijadikan fathah,
lalu ditambahi dengan alif dan ta’”
Yaitu Isim yang menunjukan jumlah banyak, tetapi benjuk jama’ tersebut tidak beraturan.
Misal :
para lelaki (ٌ)ر َجـال
ِ , isim mufrodnya () َرجُـ ٌل
Jama' taksir memiliki banyak pola dan tidak teratur, tidak seperti halnya jama' mudzakkar salim
dan jama' muannats salim yang hanya memiliki satu pola. Untuk mengetahui jama' taksir suatu
isim, maka sering-seringlah “melihat kamus”.
Yaitu lima macam isim yang bentuk dan perubahannya sama, yaitu:
1. ك
َ ْ أبـيـ- ك
َ أبـَا- ك
َ أبُـو--> Bapakmu
2. ك
َ أخيـ
ِ -ك َ أ ُخـو--> Saudaramu
َ أخـا- ك
3. ك
َ َحـمـِي- ك
َ حـ َ َمـا- ك
َ َحـ ُمـو--> Iparmu
4. ك
َ فِـيــ- ك
َ فـَا- ك
َ فـُو--> Mulutmu
Yaitu isim yang berakhiran ya' laazimah ()ي, yang sebelumya berharokat kasroh.
Misal:
o Aisyah (ُ)عائِ َشة, tidak bisa dibaca tanwin : (ٌ)عائِ َشة
o Ibrohim ()إبراهي ُم, tidak bisa dibaca tanwin : ()إبراهي ٌم
Daftar pustaka
K.H.MocH.Anwar, Ilmu Nahwu Terjamah Matan Al-Ajurumiyyah dan ‘Imrity, Sinar Baru
Grafindo, Bandung, 2009.
http://www.freewebs.com/arabindo/w03.htm
Kalam / Jumlah ( )اَ ْل َكالَ ُم \ اَ ْلجُمْ لَ ُة
Ialah susunan kata yang memberikan pengertian. Dalam bahasa Indonesia disebut dengan " Kalimat "
Kalimah ( ) اَ ْل َكلِ َم ُة
Ialah susunan huruf yang memiliki pengertian. Dalam bahasa Indonesia dinamakan " Kata " Misalnya :
aku, kamu, meja, buku, pena,mengerti, faham, makan, dll. Apabila beberapa kalimah disusun dengan
benar, maka akan terbentuk kalam/jumlah = kalimat.
Adapun kalimah itu dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
Contoh :
Arti Isim Jamak Isim Mufrod
Gunung- gunung اَ ْل ِج َبا ُل اَ ْل َج َب ُل
Kitab- kitab ُال ُك ُتبُ اَ ْل ِك َتاب
Guru- guru األَ َسا ِتي ُْذ األُسْ َت ُاذ
Masjid- masjid ال َم َسا ِج ُد ال َمسْ ِج ُد
Sampai disini, setiap bertemu dengan kalimah isim, kita harus sudah mampu mengetahui isim itu isim
apa. Mufrod, Tatsniyah, atau Jama’, Mudzakkar atau Muannats dengan melihat huruf tambahan yang
ada pada akhir isim itu.
C. Isim-isim Yang Lain
Yang dimaksud dengan isim-isim yang lain, yaitu semua kalimah yang meskipun pada kalimah itu tidak
terdapat tanda-tanda isim, akan tetapi kalimah itu termasuk kalimah isim. Ada pun 3 macam kalimah
isim yang termasuk jenis ini, yaitu :
1. Isim Dhomir (kata ganti)
2. Isim Isyaroh (kata tunjuk)
3. Isim Maushul (kata sambung ).
1. Isim Dhomir
Dalam bahasa Indonesia, Isim Dhomir dikenal dengan istilah Kata Ganti. Secara garis besar Isim dlomir
dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Isim Dhomir Munfashil (terpisah dengan kalimah lain)
2. Isim Dhomir Muttashil (terangkai dengan kalimah lain )
Untuk bisa mengetahui dan membedakan kedua isim dhomir itu, marilah kita memperhatikan beberapa
contoh kalimat / kalam di bawah ini :
Aku akan menolong mu ك ُ = أَ َنا اَ ْن
َ ص ُر
Kamu membawa bukuku = ْاَ ْنتَ َح َم ْلتَ ِك َت ِابي
Dia sedang membaca buku nya = ه َُو َي ْق َرا ُ ِك َتا َب ُه
Mereka mengunjungi desa kita = ُه ْم َي ُز ْور ُْو َن َقرْ َي َت َنا
Kata-kata yang tercetak miring ( Aku, Kamu ,Dia dan Mereka) pada contoh-contoh di atas, merupakan
contoh-contoh untuk isim dhomir munfashil dalam bahasa Indonesia.
Sedangkan kata-kata yang dicetak tebal ( mu, ku, nya dan kita ) adalah contoh-contoh untuk isim dhomir
muttashil. Coba amati dan fahami dengan seksama !
Hafalkan isim dhomir dibawah ini dengan baik!
Isim Dhomir Munfashil Isim Dhomir Muttashilnya Arti
ِه/ ُ ه َُو هDia (lk) satu
ُه َما/ ُه َما ُه َماDia (lk) dua
ُه ْم/ ُه ْم ُه ْمDia (lk) banyak
ِي َها َ هDia (pr) satu
ِه َما/ ُه َما ُه َماDia (pr) dua
َّ هِن/ َّ هُنَّ هُنDia (pr) banyak
ك َ َ أَ ْنتKamu (lk) satu
أَ ْن ُت َما ُك َماKamu (lk) dua
أَ ْن ُت ْم ُك ْمKamu (lk) banyak
ِت ك ِ أَ ْنKamu (pr) satu
أَ ْن ُت َما ُك َماKamu (pr) dua
َّ أَ ْن ُتنَّ ُكنKamu (pr) banyak
ْ أَ َنا يSaya
َنحْ نُ َناKita
Perbedaan antara Isim Dhomir Munfashil dan Isim Dhomir Muttashil ialah :
1) Isim Dhomir Munfashil selalu berdiri sendiri, terpisah dari kalimah yang lain. Misal :
= أَ َنا ت ِْل ِمي ٌْذsaya seorang murid
= أَ ْنتَ ُم َعلِّ ٌمkamu seorang guru
2) Isim Dhomir Muttashil tidak bisa berdiri sendiri, dan harus dirangkai dengan kalimah yang lain.
Misalnya:
ك َج ِد ْي ٌد َ = ِك َتا ُبbukumu baru
لَ ُك ْم اَعْ َمالُ ُك ْمbagimu amalmu =
ولَ َنا اَعْ َمالُ َناdan َ bagi kami amal kami =
2. Isim Isyaroh
Dalam bahasa Indonesia, isim Isyaroh disebut dengan kata tunjuk. Sesuai dengan namanya, isim ini
digunakan untuk menunjuk suatu benda. Oleh karena itu , kita cukup menghafal dan mengetahui cara
penggunaannya saja.
Adapun isim-isim Isyaroh itu ialah :
َه َذاIni ( untuk isim mufrod mudzakkar )
َه ِذ ِهIni ( untuk isim tmufrod muannats )
انِ َه َذIni ( untuk isim muannats mudzakkar )
ان ِ َه َتIni ( untuk isim tatsniyah muannats )
َهؤُ آل ِءmereka ini ( untuk jama’ mudz. /muannats)
ك َ ِ َذلItu ( untuk isim mufrod mudzakkar )
ك َ ت ِْلItu ( untuk isim mufrod muannats )
َذلِ ُك َماItu ( untuk isim tatsniyah mudzakkar )
ت ِْل ُك َماItu ( untuk isim tatsniyah muannats )
ك َ اُولَ ِئItu / mereka itu (untuk isim jama’)
ُه َناDi sini
اك َ ُه َنDi sana.
Keterangan :
1) Isim yang jatuh setelah isim isyaroh dinamakan musyar ilaih ( yang ditunjuk )
2) Antara isim isyaroh dengan musyar ilaih harus bersesuaian dalam hal : Mufrod / Jama’nya, dan
Mudzakkar / Muannatsnya. Apabila musyar ilaihnya isim mufrod mudzakkar, maka isim isyarohnya
harus mufrod mudzakkar. Apabila musyar ilaihnya mufrod muannats, maka isim isyarohnya juga harus
mufrod muannats. Begitulah seterusnya.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini !
Arti Musyar ilaih Isim Isyaroh
ini seorang murid lk2 ت ِْل ِمي ٌْذ َه َذا
ini seorang murid pr. تلمي َذةٌ َه ِذ ِه
ini dua orang murid lk2. ان ِ ان َه َذ َ
ِ تلميذ
ini dua orang murid pr. ان ِ تلمي َذ َت
ِ ان َها َت
ُ َ َّ
ini banyak murid التال ِميْذ َهؤُ آل ِء
Nah, pada contoh-contoh diatas, kita dapat melihat bahwa isim Isyaroh selalu berbeda, menyesuaikan
dengan Musyar ilaih nya. Begitulah untuk seterusnya.
3. Isim Maushul
Dalam bahasa Indonesia Isim Maushul dinamakan kata Sambung. Karena fungsinya menghubungkan
antara isim yang di depannya (‘Aid) dengan isim yang di belakangnya (Shilah). Isim maushul,
diterjemahkan dengan.’.........yang / kang’ atau diterjemah sesuai dengan isim yang sebelumnya. Contoh:
1- هلل الَّذِيْ َه َدا َنا ِل َه َذاِ ِ اَ ْل َح ْم ُد
ْ
1) (ُ )اَل َحمْ دUtawi sekabehe puji, iku( ِ )هللkagungane Allah,( ْ )الَّذِيDzat, ( ) َهدَ اkang wus mituduhi sopo dzat, () َنا
ing kita, ( )لِ َه َذاkanggo iki. (Adapun segala puji adalah bagi Allah, yang telah menunjuki kita, untuk ini)
2- ه َُوهللاُ الَّذِيْ الَإِلَ َه إِاَّل ه َُو
2) ()ه َُوUtawi Deweke, iku ( ُ )هللاAllah. ( ْ )الَّذِيDzat, ( )الَإِلَ َهkang ora ana pangeran, ( ) ِاالَّ ه َُوkejaba Deweke. (Dia
adalah Allah, dzat yang tiada tuhan selain Dia).
3- صاَل ت ِِه ْم َساه ُْو َن َ َو ْي ٌل ل ِْلم
َ ُْصلِّي َْن الَّ ِذي َْن ُه ْم َعن
3) (ٌ)و ْيلUtawi َ neraka Wail, iku (صلِّي َْن َ )ل ِْل ُمkanggo wong-wong kang padha sholat, ( )الَّ ِذي َْنhiya wong akeh, () ُه ْم
kang utawi dheweke kabeh, ( صالَت ِِه ْم َ ْ ) َعنsaking sholate dheweke kabeh, iku ( ) َساه ُْو َنwong-wong kang
padha lalai. (Adapun Neraka Wail adalah untuk orang-orang yang sholat, yang mereka itu dari sholat
mereka adalah orang-orang yang lalai)
Adapaun isim-isim maushul itu ialah :
Isim Maushul A r t i
ْ اَلَّذِيuntuk mufrod mudzakkar
ْ اَلَّتِيuntuk muf rod muannats
ِ اَلَّ َذي- ان
ْن ِ اَلَّ َذuntuk tatsniyah mudzakkar
ِ اَلَّ َتي- ان
ْن ِ اَلَّ َتuntuk tasniyah muannats
َّ
ال ِذي َْنuntuk jama’ mudzakkar
ْ اللَّ َواتِي- الآلتِيuntuk jama’ muannats
ْ َمنuntuk semua yang berakal
َماuntuk semua yang tak berakal
Kalimah yang setelah isim maushul (shilah), harus memiliki / menyimpan dhomir yang kembali kepada
kalimah yang sebelum isim maushul (‘Aid). Dan antara isim maushul dengan ‘aid harus saling
bersesuaian / cocok. Misalnya :
ُاَ ْل َح ْم ُد هّلِل ِ الَّذِيْ اَ ْو َج َد َنا َوعْ َده
(ُ )اَ ْل َح ْمدUtawi puji, iku ( )هللkagungane Allah, ( ْ )الَّذِيDzat, ( َ )اَ ْو َجدkang wus mujudake sopo Dzat, ( ) َناing kita, (
ُ)وعْ َدهَ ing janjine Dzat. (Adapun segala puji itu adalah milik Allah, yang telah mewujudkan janjiNya kepada
kita )
Keterangan :
• Lafadz هللاadalah ‘Aid
• Lafadz ْ اَلَّذِيisim Maushul
• Lafadz اَ ْوج َدadalah Shilah, yang didalamnya tersimpan dhomir yang kembali kepada 'Aid (yaitu )هو
• Lafadzُ هpada lafadz ُ َوعْ َدهadalah dhomir muttashil.
Sampai disini, kita harus sudah mampu :
1) Membedakan kalimah isim dari kalimah-kalimah yang lain.
2) Kita harus sudah bisa membedakan antara Isim mufrod mudzakkar / muannats, isim Tatsniyah
Mudzakkar / muannats, dan antara Isim Jama’ Mudzakkar / muannats / Taksir.
3) Hafal Isim-isim Dhomir, isim-isim Isyaroh, dan juga isim-isim Maushul, dengan baik. Misalnya :
• Perbanyaklah latihan seperti ini, hingga kamu terbiasa dan faham betul dengan jenis-jenis kalimah
isim.
Kalimah Fi’il ialah kalimah/kata yang artinya menunjuk pada suatu perbuatan. Misalnya : makan, minum,
tidur, menolong, berkata, berjalan, dll. Kalimah Fi’il (kata kerja) terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
1) Fiil Madhi (kata kerja bentuk lampau)
2) Fiil Mudhori’ (kata kerja bentuk sedang / akan)
3) Fiil Amr (kata kerja perintah).
1. FI’IL MADHI () اَ ْلفِعْ ُل ْالمَاضِ ى
(Kata Kerja Bentuk Lampau)
Sebelum mempelajari fi’il madli lebih jauh, kita harus tahu bahwa fi’il madli merupakan asal bagi fi’il -
f'i’il yang lain. Baik fi’il Mudlore’ maupun fi’il Amar, semua terbuat dari fi’il Madhi. Oleh karena itu
penjelasan tentang fi'il madhi harus kita fahami betul.
Fiil Madli ialah kata kerja bentuk lampau, dimana pekerjaannya telah selesai dikerjakan. Itulah sebabnya
fi’il madli diterjemahkan dengan ‘telah......atau ‘wus....... Misalnya :
= اَ َك َلtelah makan, ص َر َ = َنtelah menolong
ض َر َ = َحtelah datang, ب َ = َذ َهtelah pergi
A. Ciri-ciri Fi’il Madhi
Fiil Madhi kita bedakan dari fi’il-fi’il yang lain, dengan memperhatikan cirinya, yaitu : ‘mengikuti salah
satu dari wazan-wazan fi’il madli yang telah tertentu’. Wazan-wazan fi’il madhi adakalanya terdiri dari 3
huruf, 4 huruf, 5 huruf atau 6 huruf.
Wazan ialah ukuran. Wazan fi’il madli, berarti ‘ukuran untuk fi’il madli’. Artinya, jika suatu kalimah
menyamai salah satu dari wazan fi’il madli itu, berarti kalimah itu ‘fi’il madli’. Atau jika suatu kalimah
dinyatakan sebagai fi’il madli, maka kalimah itu harus mengikuti / menyamai salah satu dari wazan-
wazan fi’il madli itu dalam hal : (1) Jumlah huruf dan (2) Kharokat. Contoh :
• Kalimat ص َر َ َنadalah fi’il madhi, karena ia menyamai wazan fi’il madhi َف َع َل
• Kalimah ب َ اَ ْذ َهadalah fi’il madhi, karena ia menyamai wazan fi’il madhi اَ ْف َع َل
• Kalimah َقا َت َلadalah fi’il madhi, karena ia menyamai wazan fi’il madhi اع َل َ َف
• Kalimah َت َع َاو َنadalah fi’il madhi, karena ia menyamai wazan fi’il madhi َت َفا َع َل, dst…
B. Wazan-wazan Fi’il Madli
Karena fi'il Madhi itu ada yang terdiri dari 3 huruf, 4 huruf, 5 huruf dan 6 huruf, maka wazan-wazannya
adalah :
1. Wazan-wazan Fi’il Madhi 3 huruf.
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
ب َ َذ َه, د ََخ َل, ب َ َك َت, ص َر َ َف َع َل َن
َف ِر َح, َع ِم َل, ب َ ِ َحس, َف ِع َل َعلِ َم
َج ُه َل, َك ُر َم, ض ُح َم َ , َف ُع َل َحس َُن
2. Wazan-wazan Fi’il Madhi 4 huruf :
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
آ َم َن, أَ ْف َر َد, أَ ْف َس َد, أَ ْد َب َر, أَعْ لَ َم, أَ ْف َع َل أَحْ َس َن
َسا َقى, َما َّد, َش َاو َر,اج َر َ َه, اع َل َقا َت َل َ َف
َّ َّ
َبي ََّن, َيس ََّر, َوك َل, كف َر, َعل, َف َّع َل َفرَّ َح
َ َق َّ
َبسْ َم َل, َح ْو َق َل, ب َ َج ْل َب, َفعْ لَ َل َحمْ َد َل
Fi’il Madhi 4 huruf, adakalanya memang asli terdiri dari 4 huruf. Tapi adakalanya berasal dari fi’il madhi 3
huruf yang diberi tambahan 1 huruf, sehingga menjadi 4 huruf.
3. Wazan-wazan Fi’il Madhi 5 huruf.
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
إِعْ َت َم َر,ب َ إِ ْق َت َر,َ إِ ْب َت َدأ, إِ ْف َت َع َل إِجْ َت َم َع
َت َيس ََّر, َت َو َّس َل, َت َو َّك َل, َت َف َّع َل َت َكلَّ َم
َت َبا َي َع,َ َت َوا َعد, َت َسا َئ َل, َت َفا َع َل َت َع َاو َن
ص َد َع َ إِ ْن,َ إِ ْن َك َفأ, إِ ْن َت َف َع, إِ ْن َف َع َل إِ ْن َك َس َر
َّ إِسْ مَر, َّ إِصْ َفر, َّإِ ْف َع َّل إِحْ مَر
َت َش ْي َط َن, َت َمسْ َك َن, َتدَحْ َر َج, ب َ َت َفعْ لَ َل َت َج ْل َب
4. Wazan-wazan Fi’il Madli 6 huruf.
Wazan Mauzun (kalimah yang mengikuti wazan)
إِسْ َت َح َّل, ص َر َ إِسْ َت ْن, إِسْ َت ْف َع َل إِسْ َت ْغ َف َر
إِ ْف َع ْو َع َل إِحْ لَ ْولَى
Perhatikan !!
Semua fiil yang mengikuti wazan-wazan fi'il madhi diatas, dalam hal: ‘jumlah huruf dan kharokatnya’,
berarti fi’il madli. Dan fiil yang mengikuti wazan-wazan itu, dinamakan mauzun (yang mengikuti wazan).
Huruf-huruf tambahan yang ada pada mauzun, sama persis dengan huruf-huruf tambahan yang ada
pada wazan, demikian juga letak huruf-huruf tambahan itu. Contoh :
أَ ْك َر َمadalah Fi madhi 4 hrf, mengikuti wazan أَ ْف َع َل
َقا َت َلadalah Fi Madhi 4 hrf, mengikuti wazan اع َل َ َف
إِ ْن َك َس َرadalah Fi Madhi 5 hrf, mengikuti wazan إِ ْن َف َع َل
إِجْ َت َم َعadalah Fi Madhi 5 hrf, mengikuti wazan إِ ْف َت َع َل
َّ إِحْ مَرadalah Fi Madhi 5 hrf, mengikuti wazan إِ ْف َع َّل
إِسْ َت ْغ َف َرadalah Fi Madhi 6 hrf, mengikuti wazan إِسْ َت ْف َع َل
Begitu seterusnya, pelajarilah dengan seksama, hingga benar-benar faham.
C. Perubahan Fi’il Madhi karena perbedaan pelaku.
Fiil-fi’il Madli mengalami perubahan pada huruf akhirnya dengan adanya huruf-huruf tertentu yang
ditambahkan. Dimana huruf-huruf tambahan itu menunjukkan 'siapa pelaku' dari fi’il madhi itu.
Penjelasan tentang fi’il madli kita cukupkan sampai di sini dulu. Yang penting,
1. Kita kita harus paham dan hafal wazan-wazan fi’il madhi, sehingga kita bisa membedakan fi'il madhi
dari fi'il-fi'il yang lain dengan menggunakan wazan-wazan itu sebagai patokannya.
2. Kita harus hafal dan faham perubahan-perubahan fi'il madhi sesuai dengan dhomir-dhomir
pelakunya, sehingga kita bisa tahu siapa-siapa pelaku dari fi'il madhi itu.
2. FI’IL MUDHORI’
(Kata kerja bentuk sedang / akan)
Yaitu fi’il (kata kerja) untuk suatu pekerjaan yang sedang / akan dikerjakan. Itulah sebabnya fi’il
mudhore’ selalu diterjemah/dibaca dengan “sedang............” atau “akan.............” Misalnya :
ُب← َي ْك ُتب َ َك َتsedang menulis اَ ْد َخ َل←ي ُْد ِخ ُلsedang memasukkan
ْ
أَ َك َل ← َيأ ُك ُلsedang makan َقا َت َل ← يُقا ِت ُلsedang berperang
ُ َق َرأَ← َي ْق َرأsedang membaca ُي َق ِّط ُع ← َق َّط َعsedang memotong
A. Cara Membuat Fi’il Mudhori’ dari Fi’il Madhi
Yaitu dengan menambahkan salah satu dari huruf-huruf Mudhoro’ah pada permulaan fi’il madhi,
kemudian merubah kharokat bacaannya. Adapun Khuruf Mudhoro’ah itu ialah : Alif, Nun, Yak, dan Tak (ا
ت, ي, ن, ) . Misalnya :
ُ ص َر ← َي ْن
ص ُر ي ُْد ِخ ُل ← اَ ْد َخ َل َ َن
ب َقا َت َل ← يُقا ِت ُلَ َي ْك ُتبُ ← َك َت
َي ْد ُخ ُل ← د ََخ َل َي ْق َط ُع ← َق َط َع
Akan tetapi jika fiil madhinya terdiri dari 3 huruf dan huruf pertamanya berupa Wawu, maka sebelum
ditambahkan huruf mudhoro’ah, wawu tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu, baru ditambahkan
huruf Mudhoro’ah itu. Misalnya :
َو َقي ← َيقِي َي ِع ُد ← َو َع َد
ص َل َ َو ِج َل ← َي ِج ُل يَصِ ُل ← َو
Dan jika fi’il madhinya terdiri dari 4 huruf atau lebih, serta huruf pertamanya berupa Alif , maka
sebelum ditambahkan huruf mudloro’ah, huruf alif tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu, baru
ditambahkan huruf mudloro’ah. Misalnya :
ب ← ي ُْو ِجبُ اَ ْف َع َل ← ُي ْف ِع ُلَ اَ ْو َج
َ ْ َ ْ
إِسْ َت ْغ َف َر ← َيسْ تغفِ ُر إِنك َس َر ← َينكسِ ُر
ْ َ
Khusus pada fi’il mudhori’ yang berasal dari fi’il madhi 4 huruf, maka huruf Mudhoro’ahnya harus
didhommah, sedangkan pada fi’il-fi’il mudhori’ yang lain, semua huruf mudhoro’ahnya dibaca fatkhah.
Misalnya :
َُفرَّ َح ← ُي َفرِّ ُح أَحْ َس َن ← يُحْ سِ ن
اج َر ← ُي َها ِج ُر َ َز َّكى ←ي َُز ِّكى َه
B. Perubahan Fi’il Mudhori’, karena perbedaan Dhomir pelakunya
َي ْك ُتبُ ه َُوDia (lk. 1) sedang menulis
َ ان ه ُما ِ َي ْك ُت َبDia (lk. 2) sedang menulis
َي ْك ُتب ُْو َن ُه ْمDia (lk.Banyak) sedang menulis
ِي َ َت ْك ُتبُ هDia (pr. 1) sedang menulis
ان ُه َما ِ َت ْك ُت َبDia (pr. 2) sedang menulis
َّ َي ْك ُتب َْن هُنDia (pr.Banyak) sedang menulis
َت ْك ُتبُ أنتKamu (lk. 1) sedang menulis
َت ْكت ُبا َ ِن اَ ْن ُت َماKamu (lk. 2) sedang menulis
َت ْك ُتب ُْو َن اَ ْن ُت ْمKamu(lkbanyak)sedang menulis
ت ِ َت ْك ُت ِبي َْن اَ ْنKamu (pr. 1) sedang menulis
ان اَ ْن ُت َما ِ َت ْك ُت َبKamu (pr. 2) sedang menulis
َّ َت ْك ُتب َْن اَ ْن ُتنKamu(prbanyak)sedang menulis
اَ ْك ُتبُ اَ َناSaya sedang menulis
ُ َن ْك ُتبُ َنحْ نKita sedang menulis
Jika kita perhatikan perubahan perubahan fi’il mudlori’ diatas, maka kita menemukan bahwa :
Huruf mudhoro’ah ( )ا, () ن, () ي, atau ( )تyang terletak pada permulaan fi’il, disamping sebagai tanda fi’il
mudhori’, juga sebagai petunjuk ‘siapa’ pelaku dari fi’il mudhori’ itu. (Saya, Kamu, Dia atau Kita).
Sedangkan tambahan huruf pada akhir tiap-tiap fi’il mudlori’ merupakan petunjuk ‘berapa banyak’
pelakunya (satu, dua, atau banyak. Perhatikan daftar perubahan di atas dengan seksama.
2. Fi’il Mudlore’ Mu’tal Alif. Yaitu semua fi’il Mudhore’ yang huruf terakhirnya berupa Alif ( ) ا. Misalnya :
= َي ْخ َشىtakut = َي َرىmelihat
= َيرْ َوىsegar ضى َ ْ = َيرmeridhoi
3. Fi’il Mudhore’ Mu’tal Yak. Yaitu semua fi’il Mudhore’ yang huruf terakhirnya berupa Yak () ي.
Misalnya :
= َي ْقضِ ىmenetapkan = َيرْ مِيmelempar
= َي ْن ِوىberniat = َي ْهدِىmenunjuki
3. Fi’il Mudhore’ Fi’il Lima (5).
Yaitu semua fi’il Mudhore’ yang pelakunya dhomir:
misalnya : ت ِ أَ ْن, أَ ْن ُت ْم, أَ ْن ُت َما, ُه ْم, ُه َما
Dlomir Fi’il 5
ِ ُي َك ِّذ َب, ان
ان ِ ُي َعلِّ َم, َي ْف َتحا َ ِن, ان ِ َيضْ ِر َب,ان ِ َي ْك ُت َب,ُه َما َي ْف ُعالَ ِن
ِّ
ُي َكذب ُْو َن, ُي َعلم ُْو َن, َيف َتح ُْو َن, َيضْ ِرب ُْو َن, َي ْك ُتب ُْو َن,ُه ْم َي ْفعُلُ ْو َن
ِّ ْ
ِ َتضْ ِر َب,ان
ان ِ ان َت ْك ُت َب ِ ُت َك ِّذ َب, ان
ِ ُت َعلِّ َم, َت ْف َتحا َ ِن,اَ ْن ُت َما َت ْف ُعالَ ِن,
ُي َك ِّذب ُْو َن, ُي َعلِّ َم ْو َن, َي ْف َتح ُْو ِن, َتضْ ِرب ُْو َن, َت ْك ُتب ُْو َن,اَ ْن ُت ْم َت ْف ُعلُ ْو َن
ُت َك ِّذ ِبي َْن, ُت َعلِّ ِمي َْن, َت ْف َت ِحي َْن, َتضْ ِر ِبي َْن, َت ْك ُت ِبي َْن,ت َت ْف ُع ِلي َْن
ِ اَ ْن
3. FI’IL AMAR
(Kata Perintah)
Dalam bahasa Indonesia, fi’il Amar dikenal dengan istilah kata perintah . Misalnya :
= َت َعلَّ ْمSinaua ! / Belajarlah !
= ْ ا ُ ْك ُتبNulisa ! / Menulislah !
= إِ ْق َر ْأMacaa ! / Bacalah !
Seperti halnya fi’il Mudhore’ itu bentukan dari fi’il madhi, maka fi’il Amarpun juga dibentuk dari fi’il
madhi. Adapun caranya yaitu :
1. Apabila fi’il madhinya terdiri dari 3 huruf, maka fi’il amarnya dibentuk mengikuti 3 kemungkinan
wazan :
ِا ْف َع ْل ِا ْف ِع ْل ا ُ ْف ُع ْل
Tergantung kharokat ‘ain fi’il pada fi’il mudhori’nya. Jika‘ain fi’il pada fi’il mudhore’nya fatkhah, maka
‘ain fi’il pada fi’il amarnyapun harus fatkhah ( َي ْف َع ُل – ِا ْف َع ْل- ) َف َع َل. Jika ‘ain fi’il pada fi’il mudhore’nya
kasroh, maka ‘ain fi’il pada fi’il amarnya juga kasroh ( َي ْف ِع ُل – ِا ْف ِع ْل- ) َف َع َل. Begitupula jika ‘ain fi’il pada fi’il
mudhore’nya dhommah, maka ‘ain fi’il pada fi’il amarnya juga harus didhommah ( َي ْف ُع ُل – اُ ْف ُع ْل- ) َف ُع َل. Lihat
contohnya !
Agar kita lebih bisa faham dan hafal jenis-jenis Fi'il dengan lebih baik, maka perbanyaklah latihan-latihan
seperti di bawah ini !
3- َف ْاذ ُكر ُْونِيْ أَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوا لِيْ َوالَ َت ْكفُر ُْو ِن: الى َ َقا َل هللاُ َت َع
ْ|ن|ي ِ ف| اُ ْذ ُكر ُْو | ِن|يْ | أذكرْ | ك ْم َ|و|اشكر ُْوا| ِل|يْ َ|و|ال|تكفر ُْو
ُ ْ َ َ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ َقا َل | هللاُ | َت َع
َ :| الى
Tarkibnya :
= َقا َلfi'il madhi, wazannya َف َع َل, pelakunya dhomir ُ = ه َُو | هللاisim mufrod mudz. | الى َ = َت َعfi'il madhi,
wazannya ( ) تفاع َل, pelakunya dhomir ف َ َ َ | = ه َُوkharf | = اذكر ُْوfi'il amar, dari ْ اذكر- ذ َك َر – َي ْذ ُك ُر,َ dhomirnya
ُ ْ ُ ُ ْ ُ
ُ ْ
= اَنت ْم | ِنNun Wiqoyah (untuk menjembatani jika 'yak mutakallim' jatuh setelah fi'il) | ْ = يdhomir
muttashil / yak mutakallim. | ْ = أَ ْذ ُكرfi'il mudhore', dari () َذ َك َر, dhomirnya ( َ) اَ ْنت. | = ُك ْمisim dhomir
muttashil. | = َوkharf 'athaf. | = ا ْش ُكر ُْواfi'il amar, dari ( ْ) َش َك َر – َي ْش ُك ُر – ا ُ ْش ُكر, dhomirnya ( ) اَ ْن ُت ْم. | = ِلkharf
jar. | ْ = يisim dhomir muttashil. | = َوkharf 'ataf. | َ = الkharf nahi. | = َت ْكفُر ُْوfi'il mudhore' / fi'il 5, dari ( َك َف َر
َي ْكفُ ُر- ), dhomirnya ( ) اَ ْن ُت ْم. | = ِنNun wiqoyah.
3. KALIMAH KHARF
(Kata Sandang)
A. Pengertiannya
Kharf ialah kalimah yang tidak bisa berdiri sendiri, akan tetapi harus dirangkai dengan kalimah yang lain.
Baik dirangkai dengan isim atau dirangkai dengan fi’il. Dalam bahasa Indonesia kharf dikenal dengan
istilah “kata sandang”
Di atas telah kita pelajari, bahwa kalimah isim itu memiliki ciri-ciri tertentu, dan kalimah fi’il juga memiki
ciri-ciri yang tertentu pula. Maka, jika suatu kalimah tidak memiliki ciri-ciri isim dan tidak memiliki ciri-ciri
fi’il, berarti kalimah itu kalimah Kharf.
Contoh : ( َياkharf Nida) = wahai
ف َ (kharf Jawab/ ataf)= maka / kemudian
( أي َْنKharf Istifham) = dimana
َ( الKharf Nahi) = jangan
َ( الKharf Nafi) = tidak
dan lain-lain .
B. Macam-macam Kharf
Kharf ada banyak sekali macamnya, dan masing –masing kharf memiliki tugas dan fungsi yang berbeda.
Akan tetapi disini akan kita sebutkan macam-macamnya saja dulu, agar kita bisa mengenali pada saat
kita menjumpainya. Sedangkan untuk tugas dan fungsinya, nanti kita pelajari sambil berjalan sesuai
dengan yang kita butuhkan.
a. Terdiri dari 1 huruf :
Kharf Arti Contoh
َ اapakah ك َ َاَلَ ْم َنصْ َرحْ ل
ب ِ dengan, demi, di هلل ِ ِبا, ِب ْال َم َّك ِة, ِب ْال َقلَ ِم
َ تdemi هلل ِ َتا
َسـ... akan / bakal َسـ َيقُ ْو ُل ال ُّس َف َها ُء
… َفـmaka َف ُه ْم الَ ي ُْؤ ِم ُن ْو َن
َكـseperti ت ِ الَ َك ْال َب َش ِر َب ْل ه َُو َك ْال َيقُ ْو
َ لـ/ لِـuntuk/milik ك َ َه َذا َل
َ ك َو ل َِولَ ِد
َوDan, demi َو ْال َعصْ ِر
b. Terdiri dari 2 huruf
Kharf Arti Kharf Arti
َ الtidak/tidak ada آhe…….!
م ُْذnalikane / ketika ا ِْذjika , karena , ketika
ْ مِنsebagian dari اَ ْمUtawa / atau
َماapa?,ora, sesuatu ْ اَنYento / bila
َّ نtemen-temen ْ اِنLamun, senajan
َه ْلapa ta ? / apakah اَ ْوatau
َواhe…..! ْ اَيyakni, he…..
ْ َكيsupaya, untuk َب ْلmalah, bahkan
ْ لَنora ْ َعنdari/ tentang
لَ ْمora bakal / tak kan ْ فِيdidalam
َك ْمberapa ? َق ْدbenar-benar / terkadang
َياHe…..! لَ ْوjika
c. Terdiri dari 3 huruf
ُّ اَيendi sewiji-wiji/apa saja ْ أيtegese/artinya
ْ ِا َذنTiba-Tiba َ اَالapata ora/apakah tidak/ingatlah
ا ًِذاTiba-Tiba , Apabila , ketika اَ َماanapun/adapun
َّ اِنsesungguhnya َ الَتTidak Ada
َبلَىBenar َ لَيْتSemoga
ُث َّمKemudian ُم ْن ُذAwit / Semenjak
َّ رُبBanyak َ َخالKecuali / Selain
ف َ َس ْوAkan َغي َْرKecuali / Selain
َعدَاSelain َعلَىDi atas / ing ngatase
Catatan :
Apa yang telah kita pelajari dari mulai isim, fi'il dan kharf, maka kalau bisa kita harus hafal. Setidak-
tidaknya kita harus faham betul, sehingga kapan saja kita bertemu maka kita bisa tahu bahwa itu isim /
fi'il / kharf.
I’ROB ( ( اإلعراب
(perubahan pada akhir kalimah)
A. Pengertian I’rob
I’rob ialah perubahan pada tiap-tiap akhir kalimah. Perubahan-perubahan itu dikarenakan adanya
perbedaan ‘amil (penyebab), yang masuk pada kalimah-kalimah itu. Jika suatu kalimah dimasuki ‘amil
Rafi’, maka kalimah itu harus beri’rab rafa’. Dan jika yang masuk adalah ‘amil Nashib, maka kalimah itu
harus beri’rab nashab. Demikian pula jika yang masuk adalah ‘amil Jar, maka kalimah itupun harus
beri’rab jar. Begitu seterusnya.
Contoh Keterangan
َجا َء َز ْي ٌدhuruf دpada َز ْي ٌدdi dzommah
ت ِب َز ْي ٍد ُ ْ َم َررhuruf دpada َز ْي ٍدdikasroh
ْت َز ْي ًدا ُ َراَيhuruf دpada َز ْي ًدdifatkhah
انِ َ
ْذ ي م
ِ ان ت ِْل
ِ َجا َء ت ِْل ِمي َْذdengan alif ( ) اsetelah ت ِْلمِي َذ
ْن َ
ِ ْن تِل ِميْذي ْ ِ ت ِبت ِْل ِم ْي َذيُ ْ َم َررdengan Yak ( )يsetelah تلمي َذ
ْ ْ
ْت تِل ِم ْي ِذي َْن تِل ِم ْي ِذي َْن ُ َراَيdengan Yak ( )يsetelah تلمي ِذ
B. Pembagian I’rob
I’rob dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1) I’rob Rafa’ ( ) الرَّ ْف ُع
2) I’rob Nashab ( ُ) ال َنصْ ب
3) I’rob Jar ( ُّالجر َ )
4) I’rob Jazm ( الج ْز ُم َ )
I’rob Rafa’ dan I’rob Nasab bisa terdapat pada Isim dan Fi’il, I’rob Jar khusus hanya pada Isim, dan I’rob
Jazm khusus pada Fi’il. Jadi , Isim tidak memiliki I’rob Jazm dan Fi’il tidak memiliki I’rob Jar.
C. Tanda-tanda I’rob ( ب ِْ ات
ِ اْإلِعْ َرا ُ ) َعالَ َم
Masing-masing I’rob memiliki ‘tanda-tanda’ yang telah tertentu, dan tanda-tanda itu digunakan pada
‘tempat-tempat’ yang telah tertentu pula. Penjelasan tentang I’rob ini agak rumit, sehingga butuh
kehati-hatian dan perhatian yang ekstra. Karena bab I’rob ini bab yang sangat penting dan mutlak
digunakan pada setiap saat.
(1). I'rob Rafa'
I’rob Rafa’ memiliki 4 tanda, yaitu :
(1) Dzommah (2) Alif (3) Wawu (4) Tetepe huruf Nun
Keterangan :
1 . Dhommah ( _ _ُ /_ٌ _ _ )
Menjadi tanda untuk I’rob Rafa’ pada 4 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Mufrod, baik mudzakkar maupun Muannats.
Mis. : ُ الَ ِّت ْل ِمي َْذة, الت ِْل ِمي ُْذ
2. Pada Isim Jama’ Taksir. Misal : األ ْش َجا ُر, ُاَ ْل ُك ُتب
3. Pada Isim Jama’ Muannats. Misal : ات ُ ال َقا ِن َت,ات
ُ الصال َِح
َ
4. Pada Fi’il Mudhori’ Shohih Akhir. Misal : َي ْد ُخ ُل, َُي ْك ُتب
Jadi, pada 4 tempat di atas, apabila i’robnya rafa’ maka tanda rafa’nya dengan dhommah. Atau apabila
salah satu dari ke 4 tempat di atas berkharokat dzommah, berarti i’robnya mesti rafa’.
2. Alif ( ) ا
Menjadi tanda I’rob Rafa’ hanya pada Isim Tatsniyah saja.
Misalnya : ان ِ اَ ْلم ُْؤ ِم َن َت,ان
ِ اَ ْلم ُْؤ ِم َن
المسلمتان, المؤمسلمان
3. Wawu ( ) و
Menjadi tanda untuk I’rob Rafa’ pada 2 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Jama’ Mudzakkar. Misal : المسلِم ُْو َن, المؤم ُن ْو َن
2. Pada Isim 5 (lima) . Misal : والمُسْ ل ِِم ْ اَ ُخ, اَب ُْوه َُري َْر َة
Adapun Isim 5 ( lima) itu ialah : ذ, ُ ف, َح ٌّم, اَ ٌخ, ٌاَب ُ
Catatan :
Apabila isim 5 telah diberi tanda i’rob, maka ia tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus dirangkai dengan
isim yang lain. Misalnya :
ِ ذو|ال ُّن ْو َري,
ْن ُ ك َ | فُ ْو, َحم ُّْو| َنا, اَ ُخ ْو| ُه ْم, اَب ُْو| ُك ْم
4. Tetepe huruf Nun ( ) َنatau huruf ‘Nun yang tetap ada',
Menjadi tanda untuk i’rob
rafa’ pada Fi’il 5 (lima).
Misalnya : َت ْك ُت ِبي َْن, َت ْك ُتب ُْو َن,ان ِ َت ْك ُت َب, َي ْك ُتب ُْو َن,ان
ِ َي ْك ُت َب
Kapan Isim Harus Beri'rob Rafa' ?
Isim harus beri'rob rafa' apabila :
1. Menjadi Mubtada (subyek)
2. Menjadi Khobar (predikat)
3. Menjadi Shifat dari Maushuf yang beri'rob Rafa'
4. Menjadi Fa'il (pelaku fi'il)
5. Menjadi Naib Fa'il (pengganti Fa'il)
2. I’rob Nashab
I’rob Nashab memiliki 5 tanda, yaitu :
(1) Fatkhah , (2) Alif , (3) Kasroh , (4) Yak , dan
(5) Membuang huruf Nun
Keterangan :
1. Fatkhah ( __َ_/_ً_ )
Menjadi tanda bagi I’rob Nashab pada 3 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Mufrod. Misal : التلميذ َة, ال ِّت ْل ِم ْي َذ
2. Pada Isim Jama’ Taksir. Misal : ار َ االَ ْش َج, ب َ ال ُك ُت
3. Pada Fi’il Mudlori’ Shohih Akhir. Misal : ب َ يضر
ِ ,يف ُع َل
2. Alif ( ) ا
Menjadi tanda I’rob Nashab hanya pada Isim 5 saja.
Misalnya :ك َ اَ َخا, َحمَّا ُك ْم, ُ َفاه, ال ٍ َذا َم, اَ َبا َب ْك ٍر
3. Kasroh ( ِ )
Menjadi tanda bagi i’rob nashab pada 1(satu) tempat saja, yaitu pada : Isim Jama’ Muannats.
Misalnya : ت ِ الصَّال َِحا,ِ المؤمنات,ات ُ اَ ْلمُسْ لِ َم
4. Yak ( ) ي
Menjadi tanda bagi i’rob nashab pada 2 tempat, yaitu :
1. Pada Isim Tatsniyah. Misal :ْن ِ اَ ْلمُسْ لِ َم َتي, ْن ِ اَ ْلمُسْ لِ َمي
2. Pada Isim Jama’ Mudzakkar. Misal : المؤ ِم ِني َْن, المسل ِمي َْن
5. Membuang Nun
Menjadi tanda untuk I’rob Nashab pada Fi’il 5 saja. Misal :
اَنْ َي ْف ُعلُ ْوا- َي ْف ُعلُ ْو َن, َ لَنْ َي ْف ُعال- َي ْف ُعالَ ِن
اَنْ َت ْف ُعلُ ْوا- َت ْف ُعلُ ْو َن, َ لَنْ َت ْف ُعال- َي ْف ُعالَ ِن
ْ َلنْ َت ْف ُعلِي- َت ْف ُعلِي َْن
Kapankah Isim Harus Beri’rob Nashab ?
Isim harus beri’rob Nashab apabila menjadi :
1. Maf’ul Bih (obyek penderita / yang dikenai pekerjaan)
2. Shifat dari Maushuf yang beri’rob Nashab
3. Maf’ul liajlih (sebab / karena)
4. Isimnya إنatau saudara-saudaranya
5. Khobarnya كانatau saudara-saudaranya
6. Khal (yang menjelaskan keadaan)
7. Maful Muthlaq/Mashdar (yang menjelaskan keadaan fi’il)
8. Tamyiz (yang menjelaskan dzat/jenis yang masih samar)
9. Maf’ul Fih/Dzorof (yang menjelaskan tempat/zaman)
10. Munada Idhofah (mudhof dan mudhof ilaih yang jatuh setelah harf Nida)
11. Mustatsna bi illa
12. Maf’ul Ma’ah.
3. I’rob Jar
I’rob Jar memiliki 3 tanda, yaitu :
(1) Kasroh, (2) Fatkhah, (3) Yak
Keterangan :
1. Kasroh ( --ِ-- )
menjadi tanda bagi I’rob Jar pada 3 tempat, yaitu :
1) Pada Isim Mufrod. Misal : التلمي َذ ِة, التلمي ِذ
2) Pada Isim Jama’ Taksir. Misal : ار ِ اَاْل َ ْش َج, ب ِ ال ُك ُت
3) Pada Isim Jama’ Muannats.
Misal : تِ الصالحا,ِ المؤمنات, ت ِ المسلما
2. Fatkhah ( )
Menjadi tanda bagi I’rob jar pada satu tempat saja, yaitu :
pada Isim Ghoiru Munshorif
Misalnya : فِيْ َم َسا ِج َد, ِب َد َنا ِني َْر, ِب َد َرا ِه ْي َم
(Penjelasan lebih lanjut tentang Isim Ghoiru Munshorif, nanti menyusul, sambil berjalan)
3. Yak ( ) ى
Menjadi tanda bagi I’rob Jar pada 3 tempat, yaitu :
1) Pada Isim Tatsniyah. Misal : ْن ِ اَلجْ ا َ ِهلَي,ْن
ِ المُسْ لِ َمي
2) Pada Isim Jama’ Mudzakkar. Misal : اَ ْل َجا ِهلِي َْن,المُسْ لِ ِمي َْن
3) Pada Isim Lima. Misalnya : ال ٍ ذِيْ َم,ْك َ اَ ِخي,اَ ِبيْ َب ْك ٍر
Kapankah isim itu harus beri'rob Jar ?
Isim harus beri'rob Jar apabila :
1. didahului oleh salah satu harf Jar
2. Menjadi Mudhof ilah
3. Tawabi' (isim-isim yang i'robnya mengikuti isim-isim yang sebelumnya).
TABEL I’ROB
Nama Isim Rafa’ Nashab Jar Jazm
Isim Mufrod Mudz dhommah fatkhah kasroh -
contohnya ب ِ اب اَ ْل ِك َتا َ اَ ْل ِك َتابُ اَ ْل ِك َت
IsimTats. Mudz. alif yak yak -
contohnya ْنِ ْن اَ ْل ِك َتا َبي ِ ان اَ ْل ِك َتا َبي ِ اَ ْل ِك َتا َب
Isim Jama’ Mudz wawu yak yak -
contohnya اَ ْل ِك َتاب ُْو َن اَ ْل ِك َت ِابي َْن اَ ْل ِك َت ِابي َْن
Isim mufrod muanats dhommah fatkhah kasroh -
contohnya اَ ْل ِك َتا َب ُة اَ ْل ِك َتا َب َة اَ ْل ِك َتا َب ِة
Isim Tats Muanats alif yak yak -
contohnya ْن ِ ْن اَ ْل ِك َتا َب َتي
ِ ان اَ ْل ِك َتا َب َتي ِ اَ ْل ِك َتا َب َت
Isim Jama’ Muannats dhommah kasroh kasroh -
contohnya ت ِ ت اَ ْلمُسْ لِ َما ِ ات اَ ْلمُسْ لِ َما
ُ اَ ْلمُسْ لِ َم-
Isim Jama’ Taksir dhommah fatkhah kasroh -
contohnya ب ِ ب اَ ْل ُك ُت
َ اَ ْل ُك ُتبُ اَ ْل ُك ُت
Isim 5 wawu alif yak -
contohnya اَب ُْو َب ْك ٍر اَ َبا َب ْك ٍر اَبُيْ َب ْك ٍر
Fi’il Mudhore’ shohir dhommah fatkhah - sukun
contohnya ْص ُر اَنْ َي ْنص َُر لَ ْم َي ْنصُر ُ َي ْن
Fi’il Mudhore’Mu’tal Alif dhommah muqoddar fatkhah muqodar - membuang alif
contohnya ض لَ ْم َ ْضى َير َ ْضى اَنْ َير َ َْير
Fi’il Mudhore’ Mu’tal Wawi dhommah muqoddar fatkhah dzohir - membuang wawu
contohnya َي ْغ ُز ْو َي ْغ ُز َو اَنْ َي ْغ ُز لَ ْم
Fi’il Mudhore’ Mu’tal Yak-i dhommah muqoddar fatkhah dzohir - membuang yak
contohnya ِى اَنْ َيرْ ِم لَ ْم َ َيرْ مِى َيرْ م
Fi’il 5 tetepe huruf nun membuang nun - membuang nun
contohnya َي ْك ُتب ُْو َن اَنْ َي ْك ُتب ُْوا لَ ْم َي ْك ُتب ُْوا
I'ROB FI'IL
Sebelum kita membicarakan I'rob-irob Isim, perlu kita lebih dulu membicarakan I'rob Fi'il, karena
pembicaraan I'rob fi'il lebih sedikit dan tak kalah penting untuk kita bicarakan agar ketika kita praktek
membaca, kita bisa menyebutkannya.
2. Mabni Dhommah
Fi'il Madhi wajib mabni dhommah ( huruf terakhirnya wajib dikharokati dhommah) apabila bertemu
dengan Wawu Jama' ( ْ)وYaitu wawu yang menunjukkan bahwa pelaku fi'il itu, jumlahnya banyak
Misalnya :
َت َع َاو ُن ْوا, اِسْ َت ْغ َفر ُْوا, َقا َتلُ ْوا, اَ ْخ َرج ُْوا, َخ َرج ُْوا, صر ُْوا
َ َن, َك َتب ُْوا
3. Mabni Sukun
Fi'il Madhi wajib mabni Sukun ( huruf terakhirnya wajib dikharokati sukun ) apabila bertemu dengan Tak
Fa'il ( ُتنَّ ُت ْم, ت ُِ َُِ ,) ُت َما, Nun Fa'il ( ) َنا, dan Nun Niswah ( ) َن
Misalnya :
ُ َك َتب, َّ َك َت ْب ُتن, َك َت ْب ُت ْم, َك َت ْب ُت َما, , ت
َك َتب َْن, َك َت ْب َنا, ْت ِ َك َت ْب, ََك َتبْت
Cara menta'rib Fi'il Madhi :
بَ َك َت: adalah fi'il madhi mabni fatkhah, karena tidak bertemu dengan Wawu Jama', Tak Fa'il, Nun Fa'il,
dan Nun Niswah.
َك َتب ُْوا: adalah fi'il-fi'il madhi mabni dhommah, karena bertemu dengan Wawu Jama'
َ َك َتبْت: adalah fi'il-fi'il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan Tak Fa'il.
َك َت ْب َنا: adalah fi'il-fi'il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan Nun Fa'il.
َك َتب َْن: adalah fi'il-fi'il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan Nun Niswah.
َح َّتى َت ْد ُخلُ ْوا: adalah fi'il mudhori' Fi'il 5, i'robnya nashab karena didahului oleh 'amil nashib ()ح َّتى,
َ tanda
nashabnya dengan membuang huruf Nun
Keterangan :
Apabila fi'il Mudhore' kemasukan 'Amil Nashib, maka I'robnya wajib nashab. Adapun tanda nashabnya,
tergantung dengan fi'il Mudhore'nya.
* Apabila fi'il Mudhore'nya Shohih Akhir, maka tanda Nashabnya dengan fatkhah dhohir (tampak) .
* Apabila fi'il Mudhore'nya Mu'tal Akhir, maka tanda Nashabnya dengan fatkhah muqoddar (fatkhah
yang hanya dikira-kirakan / tidak tampak. Kecuali fi'il Mudhore' Mu'tal Yak, maka tanda nashabnya
dengan fatkhah dhohir (tampak)
* Apabila fi'il Mudhore'nya Fi'il 5, maka tanda Nashabnya dengan membuang huruf Nun.
Keterangan :
Apabila fi'il Mudhore' kemasukan 'Amil Jazim, maka I'robnya wajib Jazm. Adapun tanda Jazmnya,
tergantung dengan fi'il Mudhore'nya.
* Apabila fi'il Mudhore'nya Shohih Akhir, maka tanda Jazmnya dengan Sukun (tampak) .
* Apabila fi'il Mudhore'nya Mu'tal Akhir, maka tanda Jazmnya dengan 'membuang huruf 'illahnya'
* Apabila fi'il Mudhore'nya Fi'il 5, maka tanda Jazmnya dengan membuang huruf Nun.
Misalnya :
_______________
Nahwu dasar untuk pemula, ditulis oleh : M. Katib Masyhudi, pengasuh Pondok Pesantren Fadlun
Minalloh Wonokromo 1, Pleret, Bantul, Yogyakarta.
====================
LANGKAH KE DUA
MENYUSUN BAHAN
(ISIM, FI'IL, DAN KHARF YANG TELAH KITA PELAJARI KITA SUSUN AGAR MENJADI JUMLAH YANG
SEMPURNA)
بسم هللا الرحمن الرحيم
Semata-mata karena idzin dan pertolonganNya, kami tuliskan di dalam buku ini cara yang Insya Alloh
sangat memudahkan bagi siapa saja yang ingin belajar ilmu Nahwu agar bisa membaca Kitab Gundul
ataupun teks-teks berbahasa Arab lainnya.
Semoga buku ini menjadi bagian dari amal jariyah kami, dan memberikan kemudahan serta manfaat
yang besar bagi santri-santri yang tengah berjuang menuntut ilmu, khususnya di Pondok Pesantren
Fadlun min Alloh dan semua santri yang ingin bisa membaca kitab gundul pada umumnya.
Harapan saya, buku ini juga menjadi sebab Allah SWT melimpahkan karuniaNya kepada istri tercinta
saya Nur Nadhifah, anak-anak saya yang terkasih dan tersayang Ahmad Faiz Abiyoso, Naila Rahmatus
Saniyah dan Ahmad Faishol Abimanyu, sehingga mereka menjadi manusia-manusia yang shalih dan
shalihah, berilmu dan beramal, gigih dan tabah dalam menjalani hidup di dunia ini untuk Allah dan
Rasulnya. Amin.
Susunan kalimah yang membentuk jumlah / kalam, pada dasarnya hanya ada dua :
1. Jumlah Ismiyah (jumlah yang diawali dengan Isim). Jumlah ini tersusun atas : Mubtada' + Khobar
2. Jumlah Fi'liyah (jumlah yang diawali dengan Fi'il). Jumlah ini tersusun atas : Fi'il + Fa'il.
Namun, adakalanya tersusun beberapa kalimah, akan tetapi tidak termasuk jumlah / kalam, karena
susunan kalimah tersebut tidak menghasilkan pengertian yang sempurna. Susunan kalimah seperti ini
ada 3 yaitu :
1. Mudhof dan mudhof ilaih (ialah 2 isim atau lebih, yang dirangkai menjadi satu, sehingga menjadi satu
rangkaian dan satu pengertian). Misalnya :
ِ = َرس ُْو ُل هّللاutusan Allah
ِ ْت هّللا
ُ = َبيrumah Alloh
ُان ْالوُ ض ُْو ِء َباب
ِ = اَرْ َكbab rukun-rukun wudhu
2. Jar dan Majrur (ialah kharf jar dan isim sesudahnya yang dijarkan. keduanya menjadi satu rangkaian
yang tak bisa dipisahkan).
Misalnya :
= فِي ْال َم ْد َر َس ِةdi sekolahan
= م َِن ْال َم ِد ْي َن ِة ِالَي ْال َم َّك ِةdari Madinah ke Makkah
3. Shifat Maushuf (sifat dan yang disifati) biasa juga disebut dengan Na'at dan Man'ut.
Misalnya :
= هّللَا ُ ْال َعظِ ْي ُمAllah yang maha besar
من الرَّ ِحي ِْم ِ ْ = هّللا ِ الرَّ حAllah yang pengasih dan penyayang
Susunan-susunan kalimah di atas belum merupakan jumlah / kalam, karena belum nemberikan
pengertian yang sempurna.
BAB ISIM-ISIM YANG HARUS DIRAFA'KAN
Mubtada (subyek)
Khobar (predikat)
Shifat dari Maushuf yang beri'rob Rafa'
Fa'il (pelaku fi'il)
Naib Fa'il (pengganti Fa'il)
1. Khobar Mufrod
Ialah khobar yang hanya terdiri dari 'satu kalimah isim' walaupun 'satu kalimah isim' itu, berupa isim
mufrod, atau isim tatsniyah, atau isim jama'.
Contoh :
َز ْي ٌدUtawi Zaid, iku ت ِْل ِمي ٌْذmurid lanang siji َز ْي ٌد ت ِْل ِمي ٌْذ
Adapun Zaid, adalah seorang murid lk 2
َفطِ ْي َم ُةUtawi Fathimah, iku ٌ ت ِْل ِم ْي َذةmurid wadon siji ٌَفطِ ْي َم ُة ت ِْل ِمي َْذة
(Adapun Fathimah , adalah seorang murid (pr)
َز ْيد ُْو َنUtawi Zaid akeh, iku ت ِْل ِمي ُْذ ْو َنmurid-murid kabeh َز ْيد ُْو َن ت ِْل ِمي ُْذ ْو َن
(Adapun Banyak Zaid itu, adalah murid)
ُ اَ ْل ُم َعلِّ َمUtawi guru wadon akeh, iku ات
ات ٌ َعالِ َمwong-wong kang pada pinter ات ُ اَ ْلم َُعلِّ َم
ٌ ات َعالِ َم
(Adapun Guru-guru (pr) itu, adalah orang-orang yang pandai)
Ta'rib :
= َز ْي ٌدisim mufrod mudzakkar, I'robnya rafa' karena menjadi mubtada', tanda rafa'nya dengan dhommah.
= ت ِْل ِمي ٌْذisim mufrod mudzakkar, I'robnya rafa' karena menjadi khobar, tanda rafa'nya dengan dhommah.
= َفطِ ْي َم ٌٌُُةisim mufrod muannats, I'robnya rafa' karena menjadi mubtada', tanda rafa'nya dengan
dhommah.
ٌ = ت ِْل ِم ْي َذةisim mufrod muannats, I'robnya rafa' karena menjadi khobar, tanda rafa'nya dengan dhommah.
Catatan untuk diingat :1. Kalau ada isim di permulaan jumlah, berarti itu Mubtada'. Berarti di situ mesti
ada khobarnya. Kalau mubtada sudah ditemukan khobarnya, maka harus sudah mahamke. Kalau belum
mahamke, berarti khobarnya belum pas.
2. Mubtada' dan khobar harus beri'rob Rafa'. Kecuali apabila khobarnya berupa jar-majrur atau fi'il,
maka tidak harus rafa', akan tetapi mengikuti aturan I'robnya sendiri. Sedangkan rafa'nya khobar hanya
mahal (menempati) saja.
Misalnya :
َ َز ْي ٌد َلنْ َي ْق َر َء ْال ِك َت,
ِ َز ْي ٌد فِي الد, اب
َّار
2. Khobar Jumlah Ismiyah.
Ialah khobar yang berupa jumlah ismiyah (mubtada + khobar) atau jumlah ismiyah yang menjadi khobar
dari suatu mubtada'. Contoh :
َز ْي ٌدutawi Zaid, iku ُ اَب ُْوهutawi bapake Zaid, iku م َُعلِّ ٌمguru َز ْي ٌد اَب ُْوهُ م َُعلِّ ٌم
(Adapun Zaid, bapaknya adalah seorang guru)
َفطِ ْي َم ُةutawi Fathimah, iku ا ُ ُّم َهاutawi ibune Fathimah, iku م َُعلِّ َم ٌةguru َفطِ ْي َم ُة اُ ُّم َها م َُعلِّ َم ٌة
(Adapun Fathimah itu, ibunya adalah seorang guru)
• Lafadz َفطِ ْي َم ُةadalah isim mufrod muanats, beri'rob rafa' karena menjadi mubtada’, tanda rafa’nya
dhommah. Sedangkan susunan ا ُ ُّم َها ُم َعلِّ َم ٌةadalah jumlah ismiyah yang menjadi khobarnya َفطِ ْي َم ُة
Lafadz ( ا ُ ُّم َهاterdiri dari = ا ُ ُّمmudhof, dan = َهاmudhof ilaih) adalah mubtada’. Dan lafadz معلمةadalah isim
mufrod muannats, beri’rob rafa’ karena menjadi khobarnya أمها, tanda rafa’nya dhommah.
• Lafadz فطيمة و زليحة, masing-masing adalah isim mufrod muannats yang beri’rob rafa’, karena menjadi
mubtada’, tanda rafa’nya dengan dhommah.
Sedangkan lafadz جاريتهما ذاهبةterdiri dari ( جاريتهماadalah mubtada', dan ذاهبةadalah khobar) adalah
jumlah ismiyah yang menjadi khobar dari lafadz فطيمة و زليحة.
• Lafadz جاريته َماadalah susunan mudhof dan mudhof ilaih, terdiri dari =جاريةmudhof, dan = هماmudhof
ilaih
Lafadz جاريةadalah isim mufrod muannats, beri’rob rafa’ karena menjadi mubtada’, tanda rafa’nya
dengan dhommah.
Dan lafadz هماadalah isim dhomir muttashil, i’robnya jar karena menjadi mudhof ilaih, tandanya mabni
karena isim dhomir.
3. Khobar 'Jumlah Fi'liyah'
Yaitu khobar yang terbentuk dari Jumlah Fi'liyah, atau Jumlah Fi'liyah yang menjadi khobar. Jadi, khobar
jumlah fi’liyah itu mesti minimal terdiri dari fi’il dan fa’il. Contoh :
() ُه ْمUtawi deweke kabeh, iku ( ) َي ْق َر ُئ ْو َنlagi maca sapa deweke kabeh ( )دَ رْ َس ُه ْمing pelajarane deweke kabeh
(Adapun mereka, adalah sedang membaca pelajaran mereka) ُه ْم َي ْق َر ُئ ْو َن دَ رْ َس ُه ْم
• Lafadz زي ٌدadalah isim mufrod mudz, i'robnya rafa' karena menjadi mubtada, tanda rafa'nya dengan
dhommah.
• Lafadz ُ َي ْك ُتبadalah fi'il mudhore' shohih akhir. Fa'ilnya, dhomir )(ز ْي ٌد َ ه َُوyang tersimpan didalam fi’il itu.
• Lafad الدرسَ adalah isim mufrod mudz. i'robnya nashab karena menjadi maf'ul bih dari ُ َي ْك ُتبtanda
nashabnya dengan fatkhah.
• Rangkaian س َ ْ يكتبُ الدَّرadalah jumlah Fi'liyah ( karena terdiri dari : Fi'il + Fa'il + Maf'ul bih, yang disini
menduduki posisi Khobar dari lafadz َز ْي ٌد
• Jadi, lafad زي ُدadalah Mubtada, yang khobarnya berupa khobar jumlah fi'liyah.
4. Khobar Jar - Majrur.
Yaitu khobar yang terbentuk dari 'jar - majrur'. Atau rangkaian jar-majrur yang menduduki posisi khobar.
Jar-majrur ialah, istilah untuk 'kharf jar dan isim dibelakangnya yang dijarkan'. Contoh :
َز ْي ٌدUtawi Zaid, iku َّار ِ فِىْ الدana ing ngomah (Adapun Zaid adalah berada di rumah) َّار ِ َز ْي ٌد فِىْ الد
Keterangan :
• Lafadz زي ٌدadalah isim mufrod mudzakkar, beri'rob rafa' karena menjadi mubtada, tanda rafa'nya
dhommah.
• Lafadz ْفِىadalah kharf jar
• dan Lafadz الدارِ adalah isim mufrod mudzakkar, I'robnya jar karena didahului oleh kharf jar, tanda
jarnya kasroh karena isim mufrod..
• Rangkaian َّارِ ( فِى الدdinamakan Jar-Majrur) , menduduki I'rob rafa' karena menjadi khobar.
ِ زي ٌد فِى الدadalah Jumlah Ismiyah, yang khobarnya berupa Jar-majrur (khobar jar-majrur)
• Jadi lafadz َّار
ال َّتالَ ِمي ُْذUtawi murid-murid, iku فِي َم ْد َر َست ِِه ْمingdalem sekolahane deweke kabeh. (Murid-murid berada di
sekolahan mereka). ال َّتالَ ِمي ُْذ فِي َم ْد َر َست ِِه ْم
5. Khobar Mudhof dan Mudhof ilaih.
Yaitu khobar yang berupa mudhof dan mudhof ilaih. Mudhof dan mudhof ilaih ialah 2 isim atau lebih
yang dirangkai menjadi satu, sehingga membentuk satu pengertian, dan menduduki satu jabatan.
Contoh :
ُ اَ ْل ِك َتابUtawi kitab, iku ك
َ عِ ْن َدana ingdalem sandingira (Adapun Kitab itu, adalah berada di dekatmu) ُاَ ْل ِك َتاب
َ عِ ْن َد
ك
Ta'ribnya :
• Lafadz ُ الكتابadalah isim mufrod mudz., beri'rob rafa' karena sebagai mubtada, tanda rafa'nya
dhommah.
• Lafadz عندكterdiri dari lafadz عندdan كyang dirangkai menjadi satu sehingga menjadi satu pengertian,
dan menduduki satu jabatan. Rangkaian seperti ini dinamakan 'mudhof dan mudhof ilaih'.Lafadz =عند
isim dzorof, I'robnya rafa' karena menjadi mubtada' tandanya mabni fatkhah. dia sebagai mudhof.
Lafadz = كisim dhomir muttashil, I'robnya jar karena mudhof ilaih, tanda jarnya mabni.
• Jadi, الكتابُ عندكadalah jumlah ismiyah, yang khobarnya berupa mudhof dan mudhof ilaih, yaitu عندك
Catatan untuk diingat :
1. Khobar bisa berupa : isim, fi'il, jar-majrur, ataupun mudhof dan mudhof ilaih, bahkan bisa berupa
jumlah. Yang penting menerangkan mubtada, dan cocok dibaca dengan iku / adalah.
2. Di dalam jumlah, khobar tidak mesti jatuh setelah mubtada' langsung, tetapi kadang terpisah oleh jar-
majrur atau kalimah lain sehingga khbarnya ada jauh di belakang. Bahkan dalam hal-hal tertentu, khobar
harus didahulukan dari mubtadanya.
3. Khobar harus beri'rob rafa', itu apabila khobar mufrod. Adapun selain khobar mufrod, rafa'nya hanya
makhal saja
Di bawah ini contoh jumlah fi'liyah yang fi'ilnya muta'addi (membutuhkan obyek / yang dikenai
pekerjaan), sehingga susunannya cukup dengan : Fi'il + Fa'il + Maf'ul bih
ِ ال ِّت ْل ِم ْي َذmurid loro, س
َ َق َراWus maca, sopo ان َ ْ الدَّرing pelajaran س ِ َق َراَ ال ِّت ْل ِم ْي َذ
َ ْان الدَّر
Dua murid (lk) telah membaca pelajaran
َي ْق َر ُءLagi maca, sopo ال َّتالَ ِمي ُْذmurid akeh, س َ َْي ْق َر ُء ال َّتالَ ِمي ُْذ الدَّر
َ ْ الدَّرing pelajaran س
Murid-murid sedang menulis pelajaran
ُ َي ْق َرأLagi maca, sopo ْال ُم َدرِّ س ُْو َنguru-guru, ْال َم َجلَّ َةing majalah َي ْق َرأ ُ ْالمُدَ رِّ س ُْو َن ْال َم َجلَّ َة
Guru-guru (lk) sedang membaca majalah
Keterangan : َ َق َراdan َي ْق َر ُء adalah fi'il madhi dan fi'il mudhore', fi'il Muta'addi (butuh obyek / maf'ul bih)
Ta'rib :
• Lafadz َفطِ ْي َم ُةadalah isim mufrod muannats, i’robnya rafa, karena menjadi fa’il dari fi’il ْ َت ْبكِىtanda
rafa’nya dommah, karena ia isim mufrod.
• Lafadz َس ُن ْوسِ ىadalah isim mufrod mudzakkar. I’robnya rafa’, karena menjadi fa’il dari fi’il ُ َيمْ َرضTanda
rafa’nya dhommah muqoddar (dhommah yang disembunyikan ), karena ia isim manqush (isim yang
berakhir dengan huruf Yak)
• Lafadzانِ اَل ِّت ْل ِم ْي َذ, adalah isim tatsniyah mudzakkar, i’robnya rafa’, karena menjadi fail dari fi’il َ َق َراtanda
rafa’nya alif, karena isim tatsniyah.
Dan begitu untuk seterusnya, silahkan anda mencobanya.
ُ َت ْق َراLagi maca sopo ُ ال ِّت ْل ِم ْي َذةmurid, َدرْ َس َهاing pelajarane َت ْق َرا ُ ال ِّت ْل ِم ْي َذةُ دَرْ َس َها
Murid (pr.1) sedang membaca pelajarannya
2) Meski fa’ilnya isim jama’, fi’il nya tetap mufrod. Contoh :
ُ َي ْق َراLagi maca, sopo ْالمُسْ لِم ُْو َنwong Islam akeh, آن َ ْ ْالقُرing Al Qur’an آن َ َْي ْق َرا ُ ْالمُسْ لِم ُْو َن ْالقُر
Orang-orang Islam sedang membaca Al Qur’an
ُ َي ِجبWajib َعلَ ْي ُك ْمingatase sira kabeh, opo ْ َتص ُْوم ُْوا اَنposo sopo sira kabeh, ان
َ ضَ َر َمingdalem wulan
Romadhon ان َ َي ِجبُ َع َل ْي ُك ْم اَنْ َتص ُْوم ُْوا َر َم
َ ض
Wajib atas kamu semua, berpuasa di bulan Romadhon
C. Macam-macam Fa’il
Fa’il dibagi menjadi 2 macam.
1) Fa’il isim dzohir
yaitu Fa'il yang berupa isim yang berada di belakang fi'ilnya. Contoh-contoh Fa'il yang telah disebutkan
di atas, semuanya adalah fa'il-fa'il isim dhohir. Kecuali pada fi'il اَنْ َت ِبرُّ ْواdan اَنْ َتص ُْوم ُْوا, maka fa'il dari ke
dua fi'il ini berupa dhomir اَ ْن ُت ْمyang tersimpan di dalam kedua fi'il itu. Perhatikan dengan seksama semua
contoh-contoh di atas !
2) Fa’il isim dhomir
yaitu Fa’il yang tidak tampak, karena berupa isim dhomir yang tersimpan di dalam fi’ilnya. Perhatikan
kembali dengan seksama perubahan-perubahan fi'il madhi, mudhori' dan amar yang telah kita pelajari.
Kita telah ketahui bahwa semua perubahan-perubahan itu sesuai dengan isim-isim dhomir yang menjadi
fa'il dari fi'il-fi'il itu.
ُْت \اَ ْك ُتب َ ْ الدَّرing pelajaran, ْ فِي ِك َت ِابيingdalem kitabingsun ُْت \اَ ْك ُتب
ُ َك َتبwus nulis / lagi nulis sapa ingsun, س ُ َك َتب
َ
ْس فِي ِكت ِابي َ ْالدَّر
Saya telah / sedang menulis pelajaran di dalam bukuku.
َذ َه ْب ُت ْم \ َت ْذ َهب ُْو َنwus berangkat / lagi berangkat sapa sira kabeh, ِالَي َم ْد َر َس ِت ُك ْمmaring sekolahanira kabeh, ص َباحً ا
َ
ingdalem wektu esuk ص َباحً ا َ َذ َه ْب ُت ْم \ َت ْذ َهب ُْو َن ِالَي َم ْد َر َس ِت ُك ْم
Kalian telah berangkat / sedang berangkat ke sekolahan kalian diwaktu pagi.
ْ ا ِْذ َه ِبيBerangkata sapa sira wadon !, ِ ِالَي َم ْد َر َستِكmaring sekolahanira, ُك َّل َي ْو ٍمingdalem saben-saben dina
ا ِْذ َه ِبيْ ِالَي َم ْد َر َستِكِ ُك َّل َي ْو ٍم
Berangkatlah kamu pr, ke sekolahmu setiap hari
Keterangan :
Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh di atas, semuanya adalah fi'il. Sedangkan
fa'ilnya, adalah isim-isim dhomir yang tersimpan di dalam fi'il-fi'il itu (fa'il isim dhomir)
4. Baik jumlah ismiyah maupun jumlah fi'liyah, adakalanya hanya menjadi bagian dari suatu jumlah
(mungkin sebagai khobar, fa'il, ataupun maf'ul bih.
1) Fi’il tersebut diubah dari mabni ma’lum (bentuk kata kerja aktif) menjadi fi’il mabni majhul (bentuk
kata kerja pasif)
2) Maf’ul bih (obyek penderita) dari fi’il tersebut, dijadikan naib fa’il (pengganti fa’il), sehingga yang
semula i’robnya nashab karena menduduki jabatan maf’ul bih, sekarang i’robnya berubah menjadi rafa’
karena telah menjadi Naib Fa’il.
Cara menjadikan fi’il mabni ma’lum (kata kerja aktif) menjadi fi’il mabni majhul (kata kerja pasif) ialah :
1. Untuk fi’il Madli, maka dengan :
ض َّم اَوَّ لُ ُه َو ُكسِ َر َما َق ْب َل اَخ ِِر ِه ُ ( didommah huruf awalnya dan dikasroh huruf yang sebelum akhir )
Contoh :
1. ص َر َ = َنmenolong, menjadi = ُنصِ َرditolong
2. ب َ ض َر َ = memukul, menjadi ب َ = ض ُِرdipukul
3. ب َ = َك َتmenulis, menjadi ِب َ = ُكتditulis
2. Untuk Fi’il Mudlori’, maka dengan :
ض َّم اَ َّولُ ُه َوفُت َِح َما َق ْب َل اَخ ِِر ِه ُ ( didommah huruf awalnya, dan difatkhah huruf yang sebelum akhir )
Contoh :
1. ص ُر ُ َي ْنmenjadi ص ُر َ ُي ْن
2. ُ َيضْ ِربmenjadi ُيُضْ َرب
3. ُ َي ْك ُتبmenjadi ُُي ْك َتب
Jadi, naib fa’il itu pada dasarnya adalah maf’ul bih dari suatu fi’il, yang karena tidak disebutkan fa’ilnya,
maka ia dijadikan sebagai pengganti fa’il tersebut.
ص ُر َ هو ُنصِ َر ُي ْنDia (lk 1) ditolong
انِ ص َر َ هما ُنصِ َرا ُي ْنDia (dua lk ) ditolong
صر ُْو َن َ هم ُنصِ رُوا ُي ْنMereka (lk) ditolong
ص ُر َ ت ُتن ْ ْ هي ُنصِ َرDia (pr) ditolong
ان ِ ص َر ْ
َ هما ُنصِ َر َتا ُتنDia ( pr 2) ditolong
صرْ َن َ هنّ ُنصِ رْ َن ُي ْنMereka (pr) ditolong
ص ُر َ انت ُنصِ رْ تَ ُت ْنKamu (lk) ditolong
ان ِ ص َر َ انتما ُنصِ رْ ُت َما ُت ْنKamu (2lk) ditolong
صر ُْو َن َ انتم ُنصِ رْ ُت ْم ُت ْنKamu semua ditolong
ص ِري َْن َ ت ُت ْن ِ ْ انت ُنصِ رKamu (pr) ditolong
ان ِ ص َر َ انتما ُنصِ رْ ُت َما ُت ْنKamu (2pr ) ditolong
صرْ َن َ انتنّ ُنصِ رْ ُتنَّ ُت ْنKamu (lk ) ditolong
ص ُر َ ت ا ُ ْن ُ ْ انا ُنصِ رSaya ditolong
ص ُر َ نحن ُنصِ رْ َنا ُن ْنKita ditolong
Contoh-contoh Jumlah yang tidak disebutkan fa'ilnya, sehingga fi’ilnya mabni Majhul dan maf'ul
bihnya dijadilan Naib Fa’il
ِب َ ُكتDiwajibake َعلَ ْي ُك ُمingatase sira kabeh, opo ص َيا ُم َ َك َما ُكتkaya olehe diwajibake opo shiyam,
ِّ الshiyam, ِب
َعلى ال ِذي َْنingatase wong akeh مِنْ ق ْبلِك ْمsaking sakdurunge sira kabeh. ِب َعلَى الَّ ِذي َْن مِنْ َق ْبلِ ُك ْم
َّ َ ُ َ َ ص َيا ُم َك َما ُكت
ِّ ِب َعلَ ْي ُك ُم ال
َ ُكت
Ta'ribnya :
• Lafadz ِب َ ُكتadalah fi’il madhi mabni majhul.
• Dan lafadz ص َيا ُم
ِّ الadalah isim mufrod mudzakkar, beri’rob rafa’ karena menjadi naib fa’il. Tanda rafa’nya
dengan dhommah, karena isim mufrod.
Adapun jika disebutkan fa'ilnya adalah :
َ َك َتWus majibake sopo ُ هَّللاAlloh, َعلَ ْي ُك ُمingatase sira kabeh, ص َيا َم
ب ِّ الing shiyam, َك َماkaya olehe َك َت َب ُهAlloh wus
َّ
majibake sapa Alloh ing shiyam, َعلى ال ِذي َْنingatase wong akeh, مِنْ َق ْبلِ ُك ْمsaking sadurunge sira kabeh. Allah
َ
telah mewajibkan shiyam atas kamu semua, sebagaimana Allah telah mewajibkan shiyam atas orang-
orang yang sebelum kamu semua ص َيا َم َك َما َك َت َب ُه هَّللا ُ َعلَى الَّ ِذي َْن مِنْ َق ْبلِ ُك ْم
ِّ ب هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ُم ال
َ َك َت
َ َوا َِذا قُ ِرLan nalikane diwaca, opo ُ ْالقُرْ آنal Qur’an, َفاسْ َت ِمعُواmangka padha ngrungokna sopo sira kabeh, لَ ُه
ئ
maring al Qur'an. (Dan ketika dibacakan alQur’an, maka dengarkanlah) ئ ْالقُرْ آنُ َفاسْ َت ِمعُوا َل ُه َ َوا َِذا قُ ِر
Ta'ribnya :
• Lafadz ئ َ قُ ِرadalah fi’il madhi mabni majhul.
• Dan lafadz ُ ْالقُرْ آنadalah isim mufrod mudzakkar, beri’rob rafa’ karena sebagai naib fa’il. Adapun tanda
rafa’nya dengan dhommah, karena ia isim mufrod.
Adapun jika disebutkan fa'ilnya, adalah :
َ َوا َِذا َق َرأLan nalikane wus maca, sapa ئ َ ْ ْالقُرing al Qur’an, َفاسْ َت ِمعُواmangka padha
ِ ال َقwong kang maca, آن
ُ ار
ngrungokna sopo sira kabeh لَ ُهmaring al Quran. (Dan ketika pembaca telah membacakan al Qur’an,
َ ْئ ْالقُر َ
maka dengarkanlah) آن َفاسْ َت ِمعُوا لَ ُه ِ َو ِا َذا َق َرأ ال َق
ُ ار
َ ْئ ْالقُر َ
Tarkib : آن َفاسْ َت ِمعُوا لَ ُه ِ َوا َِذا َق َرأ ال َق
ُ ار
• Lafadz َوadalah kharf isti'naf (untuk mengawali jumlah) dan lafadz ا َِذاadalah kharf syarat.
• Lafadz َ َق َرأadalah fi’il madhi mabni ma’lum, i'robnya mabni fatkhah karena tidak bertemu dengan
wawu jama', tak fa'il, nun fa'il, dan nun niswah.
• Lafadz ئ ِ ال َقadalah isim mufrod, I'robnya rafa' karena menjadi fa'il, tanda rafa'nya dhommah karena
ُ ار
isim mufrod.
• Lafadz آن َ ْ ْالقُرadalah isim mufrod mudzakkar, i’robnya nasab karena menjadi maf’ul bih, tanda nasabnya
dengan fatkhah, karena ia isim mufrod.
• Lafadz َفاسْ َت ِمعُواadalah ف َ = kharf jawab, dan اسْ َت ِمعُواadalah fi'il amar, I'robnya mabni jazm, tanda
jazmnya membuang huruf Nun.
• Lafadz لَ ُهadalah : = َلkharf jar, dan ُ =هisim dhomir muttashil, I'robnya jar karena didahului oleh kharf
jar, tandanya mabni.
4. Tawabi' (Isim-isim yang i'rob dan hukumnya mengikuti isim yang sebelumnya). Tawabi' ada 4 macam,
yaitu :
1. Shifat dari Maushuf yang beri’rob Rafa’
Sifat - Mausuf ialah 2 isim atau lebih yang berangkaian (jejer), dimana isim yang dibelakang mensifati
isim yang di depannya, dan disebut Shifat / Na’at, sedangkan isim yang di depannya, yang disifati,
dinamakan Maushuf / Man’ut
Shifat, i’robnya mengikuti maushufnya. Jika maushufnya beri’rob rafa’, maka shifatnya juga ikut beri’rob
rafa’. Dan jika maushufnya beri’rob nashab, maka shifatnya juga harus beri’rob nashab. Begitu pula
apabila maushufnya beri’rob jar, maka shifatnya juga beri’rob jar. Shifat - Maushuf dibaca dengan
‘YANG’ atau ‘KANG’.
Disamping shifat harus mengikuti maushuf dalam hal i’robnya, shifat harus juga mengikuti maushuf
dalam hal :
1. Mudzakkar atau Muannatsnya. (jika maushufnya mudzakkar, maka shifatnya harus juga mudzakkar.
Begitu pula sebaliknya)
2. Mufrod atau jama’nya. (jika maushufnya isim mufrod, maka shifatnya harus juga isim mufrod. Begitu
pula jika maushufnya isim jama’, maka shifatnyapun harus juga isim jama’)
3. Nakiroh atau ma’rifatnya. (jika maushufnya berupa isim nakiroh, maka shifatnya harus juga isim
nakiroh. Dan jika maushufnya isim ma’rifat, maka shifatnya harus juga isim ma’rifat).
Pendeknya, sifat dan mausuf itu ialah 2 isim atau lebih yang berjajar, dan memiliki kesamaan jenis,
serta cocok diberi ma’na kang,
Contoh-contoh jumlah (kalimat) yang didalamnya terdapat rangkaian sifat - mausuf.
م َُح َّم ٌدUtawi Muhammad, iku َولَ ٌدanak, صالِ ٌح َ kang sholih (Muhammad adalah anak yang sholih) م َُح َّم ٌد َولَ ٌد
صا ِل ٌحَ
َه َذاUtawi iki, iku ٌ ِك َتابkitab, َج ِد ْي ٌدkang anyar (Ini adalah sebuah kitab yang baru). َه َذا ِك َتابٌ َج ِد ْي ٌد
َ Sholat sopo kita, فِى ْال َمسْ ِج ِدingdalem masjid, ْال َك ِبي ِْرkang agung. صلَّ ْي َنا فِى ْال َمسْ ِج ِد ْال َك ِبي ِْر
صلَّ ْي َنا َ
َفطِ ْي َم ُةUtawi Fatimah, iku ٌ اُسْ َت َاذةguru, ٌ َماه َِرةkang pinter. (Fatimah adalah seorang guru yang pandai) َفطِ ْي َم ُة
ٌاُسْ َت َاذةٌ َماه َِرة
Catatan :
Sifat harus sama dengan mausuf seperti yang disebutkan diatas, adalah sifat yang disebut dengan Sifat
Haqiqi atau Na’at Haqiqi. Selain itu, asal cocok diterjemah dengan ‘kang…(yang…)’ berarti itu sifat /
na'at. Fi'il yang jatuh setelah isim nakiroh juga Shifat / Na'at yang harus dibaca ' kang '.
Misalnya :
َوا َّتقُ ْواLan wedia sopo sira kabeh , َي ْومًاing suwijining dina, ُترْ َجع ُْو َنkang bakal den balikake sapa sira kabeh,
ِ ِالَىmaring Allah. (dan takutlah kamu semua, terhadap suatu hari, yang kamu semuaakan dikembalikan
هللا
kepada Allah) هللا ِ َوا َّتقُ ْوا َي ْومًا ُترْ َجع ُْو َن ِالَى
َز ْي ٌدUtawi Zaid iku ت ِْل ِمي ٌْذmurid, َي َت َعلَّ ُمkang lagi nyinau الُّغَ َةbahasa ْال َع َر ِب َّي َةkang bangsa Arab, فِى َم ْد َر َس ِت ِهingdalem
sekolahane. (Zaid adalah seorang murid yang mempelajari bahasa Arab di sekolahnya). َز ْي ٌد ت ِْل ِمي ٌْذ َي َت َعلَّ ُم الُّغَ َة
ْال َع َر ِب َّي َة فِى َم ْد َر َس ِت ِه
Tarkib :
• Lafadz ا َّتقُ ْواadalah fi’il amar, fa’ilnya adalah dhomir اَ ْن ُت ْمyang tersimpan pada fi'il itu.
• Sedangkan lafadz َي ْومًاadalah isim mufrod mudzakkar, i’robnya nashab karena menjadi maf’ul bih, tanda
nashabnya dengan fatkhah
• Lafadz ُترْ َجع ُْو َنadalah fi'il 5 mabni majhul. Adapun naib fa'ilnya, ialah dhomir اَ ْن ُت ْمyang tersimpan
didalam fi'il itu. Lafadz ُترْ َجع ُْو َنdisini dibaca kang , karena menjadi shifat dari lafadz ( َي ْوماfi'il jatuh setelah
isim nakiroh) ً
َ
• Lafadz ز ْي ٌدadalah isim mufrod mudzakkar, i’robnya rafa’ karena menjadi mubtada, tanda rafa’nya
dhommah karena ia isim mufrod.
• Lafadz ت ِْل ِمي ٌْذadalah isim mufrod, i’robnya rafa’ karena menjadi khobarnya lafadz ز ْي ٌد, َ tanda rafa’nya
dhommah.
• Sedangkan lafadz َي َت َعلَّ ُمadalah fi’il mudhore’ shohih akhir, beri’rob rafa’ karena tidak didahului oleh
‘amil, tanda rafa’nya dengan dhommah, karena ia fi’il mudhore’ shohih akhir.
• Lafadz َي َت َعلَّ ُمdibaca kang, karena ia menjadi shifat dari lafadz ( ت ِْل ِمي ٌْذfi'il jatuh setelah isim nakiroh)
Catatan yang perlu diingat :
1. Sebagai pengganti Fa'il, maka Naib Fa'il juga termasuk isim yang harus di rafa'kan.
2. Sampai sekarang ini, berarti sudah 5 tempat rafa'nya isim
( al Marfu'at ) yang telah kita pelajari. Yaitu :
(1) Mubtadak, (2) Khobar, (3) Fa'il, (4) Naib Fa'il, dan (5) Sifat dari Mausuf yang I'rabnya rafa'
ِك َتابُ َه َذاutawi kitabe wong iki, iku َج ِد ْي ٌدanyar (Kitabnya orang ini, baru) ِك َتابُ َه َذا َج ِد ْي ٌد
ِك َتا ُب ُه ْمutawi kitabe deweke kabeh, iku َج ِد ْي ٌدanyar (Kitab mereka baru) ِك َتا ُب ُه ْم َج ِد ْي ٌد
َه َذاutawi iki, iku ْ ِك َتابُ الَّذِيkitabe wong َيقُ ْو ُمkang ngadeg sapa wong, أَ َما َم ْال َفصْ ِلingdalem ngarepe kelas. (Ini
adalah kitabnya orang yang berdiri di depan kelas itu) َه َذا ِك َتابُ الَّذِيْ َيقُ ْو ُم أَ َما َم ْال َفصْ ِل
َه َذاutawi iki, iku ِك َتابُ ال ِّت ْل ِم ْي ِذkitabe iki murid (Ini, kitabnya murid itu) َه َذا ِك َتابُ ال ِّت ْل ِم ْي ِذ
Isim Nakiroh.
ialah kebalikan dari isim ma'rifah. Yaitu isim yang masih bersifat umum, dan belum diberikan
pembatasan. Isim Nakiroh, biasanya ber'tanwin' dan tidak ada AL ()ال. Dan bila pada permulaan isim
nakiroh diberikan AL, maka isim nakiroh berubah menjadi isim ma'rifat. Misalnya :
ْتٌ = َبيrumah ٌ = كتابkitab
ٌ = َم ْد َر َسةsekolahan اج ٌة َ = َد َرsepeda
= َر ُج ٌلseorang laki-laki = َد ْف َت ٌرsebuah buku
Pokoknya selain isim ma'rifah yang di atas, semua isim adalah nakiroh .
Keterangan :
I'rob Ma'thuf (yang diikutkan / yang setelah kharf 'athaf) harus mengikuti Ma'thuf 'alaih (yang diikuti /
yang sebelum kharf 'athaf). Begitu pula posisinya di dalam jumlah. Jika yang di'athafi Fa'il, maka yang
di'athafkan juga ikut menjadi fa'il. Jika yang di'athafi Maf'ul, maka yang di'athafkan juga ikut menjadi
maf'ul. Begitu seterusnya.
Cara menerjemahkan :
( ) َقا َمwus ngadeg sapa ()ز ْي ٌد
َ Zaid, (( َوlan wus ngadeg, sapa ()'ع ْمرٌو
َ Amr. (Zaid telah berdiri dan juga 'Amr)
َقا َم َز ْي ٌد َو َع ْمرٌو
ان م ََُّح ٌد اَ َبا َا َح ٍد مِنْ ِر َجالِ ُك ْم َولكِنْ َرس ُْو َل هلّلا ِ َو َخا َت َم ال َّن ِب ِّيي َْن
َ َما َك
(ان َ ) َما َكora ana, sapa ( )م ََُّح ٌدMuhammad, ora ana iku (ٍ )اَ َبا اَ َحدbapake wong suwiji ( )مِنْ ِر َجالِ ُك ْمsaking wong-
wongira kabeh, ( ْ)ولكِن َ anging tetapine ana sapa Muhammad, ana iku (ِ )رس ُْو َل هلّلا َ utusane Alloh ()و َخا َت َم ال َّن ِب ِّيي َْن
َ
lan pungkasane para nabi
Ta'ribnya :
( ) َماadalah kharf Nafi
(ان َ ) َكadalah fi'il madhi naqish yang merafa'kan mubtada' dan menasabkan khobar.
( )م ََُّح ٌدadalah isim mufrod mudzakkar, I'robnya rafa' karena menjadi fa'ilnya
(ٍ )اَ َبا اَ َحدadalah rangkaian mudhof-mudhof ilaih. ( )اَ َباmudhofnya, adalah isim 5, i'robnya nashab karena
menjadi khobarnya (ان َ ) َك, tandanya dengan alif. (ٍ )اَ َحدmudhof ilaihnya, adalah isim mufrod mudzakkar,
I'robnya jar karena mudhof ilaih, tandanya dengan kasroh..
( ْ )مِنadalah kharf jar
()ر َجالِ ُك ْم ِ adalah rangkaian mudhof-mudhof ilaih. ( ال ِ )ر َج
ِ mudhofnya, adalah isim jama' taksir, i'robnya jar
ُ
karena didahului oleh kharf jar. ك ْمmudhof ilaihnya adalah isim dhomir muttashil, i'robnya jar karena
mudhof ilaih.
(َ ْ)ولكِنadalah kharf 'athaf.
(ِ )رس ُْو َل هلّلا َ adalah rangkaian mudhof-mudhof ilaih. ( )رس ُْو َل َ mudhafnya, adalah isim mufrod mudzakkar,
i'robnya nashab karena di'athafkan kepada ( )اَ َبا اَ َح ٍدyang beri'rob nasab karena khobarnya () َكان
(ِ )هلّلاadalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya jar karena mudhof ilaih, tandanya dengan kasroh.
()و َ adalah kharf 'athaf
()خا َت َم ال َّن ِب ِّيي َْنَ adalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya nasab karena di'atafkan kepada ( )رس ُْو َل َ yang beri'rob
nasab, tandanya dengan fatkhah.
( )ال َّن ِب ِّيي َْنadalah isim jama' mudzakkar, i'robnya jar karena mudhof ilaih, tanda nya dengan yak.
3. Taukid dan Muakkad
Taukid ialah " yang menguatkan ", dan muakkad ialah " yang dikuatkan ", jadi taukid mesti jatuh setelah
muakkad. Taukid bisa berupa isim bisa berupa fi'il, dan bisa berupa harf.
Taukid ada 2 macam, yaitu : Taukid Lafdziy dan Taukid Ma'nawiy.
Taukid lafdziy ialah taukid dengan pengulangan lafadz baik isim, fi'il, kharf , atau bahkan jumlah..
Misalnya :
(جا َ َء َز ْي ٌد َز ْي ٌدdengan mengulangi isim )
ك الالَّ ِحقُ ْو َن َ اك أَ َتا
َ ( أَ َتdengan pengulangan fi'il )
هللا الَ اَقُ ْو ُل َذل َِك ِ ( الَ الَ َوdengan pengulangan kharf )
ًْت َزيْدا ُ ض َرب َ ْت َزي ًْدا ُ ض َرب
َ ( dengan pengulangan jumlah )
Adapun Taukid ma'nawi ialah taukid dengan menggunakan lafadz-lafadz yang telah tertentu untuk
mentaukidi. Lafadz-lafadz itu ialah :
( )اِهْ ِد َناMituduhana sapa Panjenengan ing kita, ( )الص َِّرا َطing dalan ( )المُس َتقِي َمkang jejeg, (ِين
َ اط الَّذ
َ )صِ َرhiya
dalanipun tiyang-tiyang ingkang........
َ اط المُس َتقِي َم صِ َرا َط الَّذ
ِين َ اِهْ ِد َنا الص َِّر......
Tunjukilah kami jalan yang lurus, yakni jalannya orang-orang yang........
Keterangan :
Lafadz ( )أ ُخ ْوadalah isim 5, yang i'robnya rafa', karena menjadi badal dari lafadz ()ز ْي ٌد,
َ tanda rafa'nya
wawu. Sedangkan lafadz ( )ز ْي ٌد َ adalah isim mufrod, i'rabnya rafa' karena menjdi fa'ilnya ( )جا َء,
َ tanda
rafa'nya dengan dhommah.
Lafadz (اط َ )صِ َرadalah isim mufrad mudzakkar, i'robnya nasab, karena menjadi badal dari lafadz (
َ)الص َِّراط, tanda nasabnya dengan fatkhah. Sedangkan lafadz ( اط َ )الص َِّرadalah isim mufrod mudzakkar,
i'rabnya nasab karena menjdi maf'ul bih kedua dari ()اِهْ ِد َنا, tanda nasabnya dengan fatkhah.
2. Badal Ba'd min Kul ( ) ال َبعْ ضُ م َِن ْال ُك ِّل. Yaitu apabila badal merupakan bagian dari mubdal minhu. Di sini,
badal wajib memiliki dhomir yang kembali kepada mubdal minhu walaupun adakalanya dhomir itu
hanya muqoddar ( dikira-kirakan ) Misalnya :
( ْت َ ) Mukul sapa ingsun ( ) َزي ًْداing Zaid ( ) َر ْأ َس ُهhiya ing sirahe Zaid ْت َز ْي ًدا َر ْأ َس ُه
ُ ض َرب ُ ض َرب
َ
Saya memukul Zaid kepalanya
َ Lan ngrezqinana sapa sira (ُ )أَهْ لَهing keluargane deweke ( ت
()وارْ ُز ْق َّ ) م َِنsaking buah-buahan ( ْ ) َمنhiya
ِ الث َم َرا
ْ
ing wong ( )آ َم َنkang iman sapa wong ( ) ِمن ُه ْمsaking deweke kabeh (ِ)باهلل ِ kelawan Allah ()و ْال َي ْو ِم
َ lan kelawan
ِ ت َمنْ آ َم َن ِم ْن ُه ْم ِبا
dina ( ) ْاآلخ ِِرkang akhir. هلل َو ْال َي ْو ِم ْاآلخ ِِر َّ َ
ِ َوارْ ُز ْق أهْ لَ ُه م َِن الث َم َرا
Dan berilah rizqi keluarganya dari buah-buahan, yakni orang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir,
dari mereka
3. Badal Isytimal ( ) االشتمالYaitu apabila badal merupakan sesuatu yang terkandung dalam mubdal
minhu. Di sini, badal wajib memiliki dhomir yang kembali kepada mubdal minhu. Misalnya :
( ْ )أَعْ َج َبنِيGawe gumun ing ingsun, sapa ( )ز ْي ٌد
َ Zaid (ُ )عِ ْل ُمهhiya ilmune Zaid أَعْ َج َبنِيْ َز ْي ٌد عِ ْل ُم ُه
Zaid membuatku terkesima ilmunya
َ ) َيسْ أَلُ ْو َنTakon sapa deweke kabeh ing sira ( ) َع ِن ال َّشه ِْر ْال َح َر ِامsaking sasi harom (ال
(ك ٍ )قِ َتhiya saking perang (ِ)فِ ْيه
ingdalem sasi harom ال فِ ْي ِه ْ َ
َ َيسْ ألُ ْو َن
ٍ ك َع ِن ال َّشه ِْر ال َح َر ِام قِ َت
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan harom, yakni tentang perang di dalam bulan harom
4. Badal Gholat ( ) Yaitu apabila badal merupakan ralat dari mubdal minhu. Misalnya :
ُ ) َوأَ َك ْلLan mangan sapa ingsun ( ) ُخب ًْزاing roti ( ) َت ْمرً اmaksudku ing kurma ت ُخب ًْزا َتمْ رً ا
(ت ُ َوأَ َك ْل
Saya makan roti (maksud saya)makan kurma
(ت َ ) َنWus nulungi sopo ingsun, ( ) ُه ْمing deweke kabeh (Aku telah menolong mereka) صرْ ُت ُه ْم
ُ ْصر َ َن
I’rabnya :
• Lafadz اب َ اَ ْل ِك َتadalah isim mufrod mudzakkar, i’robnya nasab, karena menjadi maful bih dari َ َق َرأtanda
nashabnya dengan fatkhah karena ia isim mufrod.
• Lafadz س َ ْ الدَّرadalah isim mufrod mudzakkar, I’robnya nashab karena mehjadi maf’ul bih, tanda
nashabnya dengan fatkhah.
• Lafadz ُه ْمadalah isim dhomir muttashil, i’robnya nashab karena menjadi maf’ul bih, tanda nashabnya
mabni (ajeg)
B. Beberapa kaidah yang berkaitan dengan Maf’ul Bih.
1. Maf’ul bih tidak harus berupa kalimah isim. Adakalanya, kalimah fi’il atau bahkan jumlah, bisa juga
menduduki posisi maf’ul bih. Pokoknya, setiap yang cocok dibaca ING, berarti maf’ul bih. Contoh :
(ْ)واسْ أَل
َ Lan nyuwuna sopo sira, (ك َ ing Pangeranira, ( َ )أَنْ َيرْ ُزقing supaya ngrezekeni sopo Pangeranira,(
َ )ر َّب
َ ) ing sira, ()ولَ ًدا
ك َ ing anak (صالِحً ا
َ ) kang sholih (dan mintalah kamu kepada Tuhanmu agar dia merizqikan
kepadamu seorang anak yang sholih) صالِحً ا َ َّك أَنْ َيرْ ُز َق
َ ك َولَ ًدا َ َواسْ أ َ ْل َرب
(ُ )أَ َش َهدNyekseni sopo ingsun, ing ( )أَنَّ م َُح َّم ًداsetuhune utawi Muhammad SAW iku(ِ)رس ُْو ُل هللا َ utusanipun
Allah. (Saya bersaksi bahwasanya Muhammad itu adalah Rasul Allah) هللا ِ ل
ُ ُوْ سرَ ا ً
َّد
م َ َّأَ َش َه ن
ُح
م َ أ ُ
د
Susunan kalimah هللا َ
ِ أنَّ م َُح َّم ًدا َرس ُْو ُلadalah jumlah ismiyah, yang menduduki posisi i’rob nasab, karena
menjadi maf’ul bih.
Adakalanya maf’ul bih didahulukan dari fa’ilnya. Contoh:
ب
َ ض َر َ Wus mukul ك َ ing sira , sapa َز ْي ٌدZaid (Zaid telah memukulmu) ك َز ْي ٌد َ ض َر َب
َ
َ إِيَّاing Panjenengan (duh Allah), َنعْ ُب ُدnyembah sopo kula sedaya, َّاك
ك َ َوإِيlan ing Panjenengan, َُنسْ َت ِعيْن
nyuwun pitulungan sapa kula sedaya (Hanya kepadaMu (ya Allah) kami semua menyembah, dan hanya
kepadaMu kami minta tolong) ُك َنسْ َت ِعيْن َ َّاك َنعْ ُب ُد َوإِيَّا
َ إِي
2. Suatu fi’il, kadang butuh 2 atau 3 maf’ul.
Contoh:
ُ َعلَّمmulang sopo ingsun ك
ْت ِ عُلُ ْو َم ال ِّديing ilmu-ilmu agama (Aku mengajarkanmu ilmu-ilmu
َ ing sira, ْن
agama) ْن ِّ ُ
ِ ك عُل ْو َم الدي ُ َّ
َ َعل ْمت
تُ َسا َ ْلtakon sopo ingsun ْاالُسْ َتا َذing guru, َمسْ اَلَ ًةing masalah (Aku bertanya kepada guru, suatu masalah) ت
ُ َسا َ ْل
ًْاالُسْ َتا َذ َمسْ اَلَة
Tentang fi’il-fi’il yang membutuhkan 2 atau 3 maf’ul ini, nanti akan dibicarakan dalam bab tersendiri.
Keterangan :
Pada contoh-contoh di atas, semua kalimah yang digaris bawahi, adalah kalimah-kalimah yang
menduduki posisi ‘maf’ul bih’. Oleh karena itu harus dinashabkan’ dan harus diterjemah dengan ING.
Penting untuk diketahui, bahwa yang memiliki maf’ul bih bukan hanya fi'il saja, akan tetapi isim fa'il
kadang juga membutuhkan maf'ul, misalnya : ُهللا َبالِ ٌغ أَمْ َره َ ّان. Isim masdar, kadang juga membutuhkan
ِ ولَ ْوالَ َد ْف ُع. Pendeknya yang cocok dibaca ING, maka itu maf'ul bih. baik jatuh
َ هللا ال َّن
maf'ul. misalnya : اس
setelah fi'il maupun setelah isim.
2. AT TAWABI'
Di depan telah diterangkan, bahwa Tawabi' ialah isim-isim yang i'robnya mengikuti isim-isim yang
sebelumnya. Tawabi' ada 4 macam, yaitu :
a) Shifat, i'robnya mengikuti maushufnya (isim yang disifati).
b) 'Athaf, i'robnya mengikuti isim yang di ngathafi.
c) Badal, i'robnya mengikuti isim ysng dibadali,
d) Taukid, i'robnya mengikuti yang ditaukidi.
Keterangan :
1. Shifat dari Maushuf yang beri’rob Nashab.
Di atas telah diterangkan, bahwa i’rob shifat, mengikuti i’rob maushufnya. Artinya, jika suatu maushuf
beri’rob nashab, maka shifatnya harus juga beri’rob nashab. Itulah sebabnya shifat dari maushuf yang
beri’rob nashab, termasuk isim yang harus dinashabkan juga. Contoh :
ُ َي ْك ُتبLagi nulis sapa ال َّتالَ ِمي ُْذmurid-murid, ing س َ ْالدَّرpelajaran َ ْال َج ِديْدkang anyar (Murid-murid sedang menulis
pelajaran yang baru) س ال َج ِدي َد ْ ْ َّْر ُ َ َّ ُ ْ
َ َيكتبُ التال ِميْذ الد
ُ َراَيwus ningali sopo ingsun, ْالمُسْ لِ ِمي َْنing wong-wong Islam ْالمُجْ َت ِه ِدي َْنkang pada rajin-rajin, َي ْذ َهب ُْو َنlagi pada
ْت
berangkat sapa deweke kabeh إِلَى ْال َمسْ ِج ِدmaring masjid (Saya melihat orang-orang Islam yang rajin-rajin
sedang berangkat ke masjid) ْت ْالمُسْ لِ ِمي َْن ْالمُجْ َت ِه ِدي َْن َي ْذ َهب ُْو َن إِلَى ْال َمسْ ِج ِد
ُ َراَي
Ta'ribnya :
• Lafadz ُ َي ْك ُتبadalah fi’il mudhore’,
• Lafadz ال َّتالَ ِمي ُْذadalah isim jama’ taksir, I’robnya rafa’ karena menjadi fa’ilnya ُ َي ْك ُتب.
• Lafadz س َ ْ الدَّرadalah isim mufrod mudzakkar, beri’rob nashab, tanda nashabnya dengan fatkhah,
karena menjadi maf’ul bih dari fi’il ُ َي ْك ُتب, dan ia merupakan maushuf (yang disifati)
• Lafadz ْال َج ِد ْي َدadalah isim mufrod mudzakkar, i’robnya nashab, karena menjadi shifat dari maushuf yang
beri’rab nashab.
Ta'ribnya :
Lafadz الَ َتجْ ِزىadalah fi’il mudhore’ mu'tal akhir, I'robnya rafa' karena tidak didahului oleh 'amil nashib
ataupun 'amil jazim, tanda rafa'nya dhommah muqoddar (tersembunyi). Dibaca 'kang' karena menjadi
sifat ( fi'il jatuh setelah isim nakiroh adalah sifat)
Untuk Tawabi' yang lain, silahkan melihat kembali penjelasannya pada pembahasan al marfu'at (isim-
isim yang harus dirafa'kan) Yaitu : 'Athaf, i'robnya mengikuti isim yang di ngathafi. Badal, i'robnya
mengikuti isim ysng dibadali, dan Taukid, i'robnya mengikuti yang ditaukidi.
أَقُ ْو ُمngadeg sopo ingsun, إ ْكراَمًاkerana mulyaake لِأْل ُسْ َتا ِذmaring guru. (Saya berdiri, karena memuliakan
terhadap guru) أَقُ ْو ُم إ ْكراَمًا ِلأْل ُسْ َتا ِذ
ِ فِى َس ِبي ِْلingdalem dalane Allah َخ ْو ًفاkerana wedi لِس ُْخطِ ِهmaring siksane Alloh
َجا َه ْد َناjihad sopo ingsun هللا
(Saya berjihad fi sabilillah karena takut murkaNya) هللا َخ ْو ًفا لِس ُْخطِ ِه ِ َجا َه ْد َنا فِى َس ِبي ِْل
و َيعْ ت ُِقlan
َ merdekaake ُه ْمing deweke kabeh, sapa اَب ُْو َب ْك ٍرAbu bakar, هللا
ِ ِا ْبتِغَا َء َوجْ ِهkerana golek maring wajahe
Alloh (Abu Bakar memerdekakan mereka, karena mencari wajah Allah) هللا ِ َو َيعْ ِتقُ ُه ْم اَب ُْو َب ْك ٍر ِا ْبتِغَا َء َوجْ ِه
(ْت َ ) Mukul sapa ingsun ( ْ ) ِا ْبنِيing anakingsun ( ) َتأْ ِد ْيبًاkerana ndidik adab ْت ِا ْبنِيْ َتأْ ِد ْيبًا
ُ ض َرب ُ ض َرب
َ
( ) َوالَ َت ْق ُتلُواLan aja mateni sapa sira kabeh, ( )أَ ْوالَدَ ُك ْمing anak-anakira kabeh, ()خ ْش َي َة إمْ الَ ٍق
َ kerana wedi mlarat.
َوالَ َت ْق ُتلُوا أَ ْوالَ َد ُك ْم َخ ْش َي َة إ ْمالَ ٍق
Catatan :
1) Setiap kalimah isim mashdar qolbiy yang cocok dibaca kerana / karena, berarti mesti maf’ul liajlih.
I’rabnya harus dinasab.
2) Jika isim yang dijadikan maf’ul liajlih bukan isim mashdar qolbiy, maka di depannya harus diberi kharf
jar ( ) ِل, sehingga maf’ul li ajlih itu harus beri’rob jar.
Contoh :
إِعْ َملُ ْواngamala sapa sira kabeh ْال َخي َْرing kebagusan هللا َ ْب َمر
ِ ضا ِة ِ َ ل َِطلkerana golek ridhane Alloh. (Berbuat
baiklah kamu semua, untuk mencari ridho Allah). هللا َ ْب َمر
ِ ضا ِة ِ َإِعْ َملُ ْوا ْال َخي َْر ل َِطل
صالَ َة
َّ أق ِِم ال
لِ ُدلُوكِ ال َّشمْس
َه َذا الرَّ ُج ُلUtawi iki wong lanang, iku َقن َِعbisa nrima sapa deweke, لِ ُزهْ ٍدkerana zuhud (Laki-laki ini bisa
qona'ah karena zuhud) َه َذا الرَّ ُج ُل َقن َِع لِ ُزهْ ٍد
I’rabnya :
• Lafadz ُ أَقُ ْومadalah fi’il Mudhore, I'robnya rafa' karena tidak didahului 'amil Nashib ataupun 'amil Jazim.
Tanda rafa'nya dhommah. Fa’ilnya dhomir اَ َنا.
• Lafadz ْإكراَمًاadalah isim mufrod, i’robnya nashab karena menjadi maf’ul liajlih, tanda nashabnya
dengan fatkhah.
I’rabnya :
• Lafadz َجا َه ْد َناadalah fi’il madli, mabni sukun karena bertemu dengan nun fa'il () َنا. fa’ilnya dhomir َُنحْ ن
• Lafadz خ ْو ًفاadalah
َ isim mufrod mudzakkar, beri’rob nashab karena menjadi maf’ul liajlih, tanda
nashabnya fatkhah.
4. ISIMNYA َّ إِنATAU SAUDARA-SAUDARANYA
Inna ( َّ )إِنdan saudara-saudaranya, ialah kharf-kharf yang hanya masuk ke dalam jumlah ismiyah. Jadi,
apabila ada Inna ( ّ )إِنatau saudara-saudaranya, disitu mesti permulaan jumlah ismiyah, Dan apabila
jumlah ismiyah dimasuki Inna atau saudara-saudaranya, maka terjadi perubahan sebagai berikut :
(1). mubtada'nya berubah menjadi isimnya Inna atau saudaranya, dan harus beri’rob nashab
(2). sedangkan khobarnya tetap rafa’,dinamakan khobarnya Inna. Itulah sebabnya Inna / saudara-
saudaranya dinamakan kharf yang menashabkan mubtada’ dan merafa’kan khobar
) ) إِنَّ َز ْي ًداSatemene Utawi Zaid, iku ) )مُجْ َت ِه ٌدwong kang rajin (Sesungguhnya Zaid itu orang yang rajin) َّإِن
َز ْي ًدا مُجْ َت ِه ٌد
2) َ لَيْتuntuk tamanni (mengharap sesuatu yang sulit/tak mungkin tercapainya). Contoh :
( ْ ) َيالَ ْي َتنِيEe…muga-muga utawi ingsun, iku ( ت ُ ) ُك ْنdadi sapa ingsun, dadi iku ( ) ُت َرابًاlemah. (Ee..semoga
aku menjadi tanah ) ت ُت َرابًا ْ
ُ َيالَ ْي َتنِيْ ُكن
( ْ ) َيالَيْتَ َق ْومِيEe………muga-muga utawi kaumku, iku ( ) َيعْ لَم ُْو َنngerteni sapa deweke kabeh, ( ) ِب َماkelawan
apa, ( ) غَ َف َرwus ngapura ( ْ ) لِيmaring aku, sapa ( ْ ) َربِّيpangeranku, ()و َج َع َل َ lan wus ndadekake sopo
pangeranku,( ْ ) نِيing aku, ( ) م َِن ْال ُم ْك َر ِمي َْنsaking golongane wong-wong kang den mulyaake. (He…Semoga
kaumku mengetahui dengan apa Tuhanku mengampuniku dan menjadikan aku sebagian dari orang-
orang yang dimuliakan) َيالَيْتَ َق ْومِيْ َيعْ لَم ُْو َن ِب َما َغ َف َر لِيْ َربِّيْ َو َج َعلَنِيْ م َِن ْال ُم ْك َر ِمي َْن
3) La’alla ( ) لَ َع َّلuntuk tarajji (mengharap sesuatu yang mungkin tercapainya) Contoh :
( )لَ َع َّل السَّا َع َةmuga-muga utawi dina qiyamat, iku( ُ ) َت ُك ْونdadi opo dina qiyamat, dadi iku ( ) َق ِر ْيبًاparek.
(Semoga hari qiyamat menjadi dekat ) لَ َع َّل السَّا َع َة َت ُك ْونُ َق ِر ْيبًا
(َ)لَ َع َّل هللاMuga-muga utawi Allah, iku ( ) َيرْ َح ُمmelasi sapa Allah, ( ) َناing kita. (Semoga Allah membelas
kasihani kepada kita) هللا َيرْ َح ُم َنا َ لَ َع َّل
َ
4) Lakinna َّ لكِنuntuk istidrok menyelipkan ucapan yang berlawanan). Contoh :
(اسِ )ولَكِنَّ اَ ْك َث َر ال َّن
َ Anging tetapine utawi akehe menungsa, iku (( الَ َي ْش ُكر ُْو َنora pada syukur sopo deweke
kabeh.(Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukurinya) اس الَ َي ْش ُكر ُْو َن ِ َولَكِنَّ اَ ْك َث َر ال َّن
( ض َر َ ) َحwus teka, sapa ( ( ال َّتالَ ِمي ُْذmurid- murid, ( ) َو َلكِنَّ َزي ًْداanging tetapi utawi Zaid, iku ( ( ٌغَا ِئبwong kang
ora ana. (Murid-murid telah datang, akan tetapi Zaid tidak ada) ٌض َر ال َّتالَ ِمي ُْذ َولَكِنَّ َز ْي ًدا غَا ِئب َ َح
َ
5) Kaanna ( َّ ) َكأنuntuk tasybih (menyerupakan). Contoh :
( ) َكأَنَّ َز ْي ًداKaya-kaya setuhune utawi Zaid, iku ( ) َق َم ٌرrembulan (Sungguh, sepertinya Zaid adalah bulan )
َكأَنَّ َزي ًْدا َق َم ٌر
() َكأَنَّ ْالع ِْل َمkaya-kaya setuhune utawi ilmu, iku ) ) ُن ْو ٌرcahaya, ( ِىال َح َيا ِة
ْ ) فingdalem urip iki. (Sepertinya,
sungguh ilmu itu adalah cahaya di dalam kehidupan) َكأَنَّ ْالع ِْل َم ُن ْو ٌر فِى ْال َح َيا ِة
Catatan :
َّ إِنdan saudara-saudaranya hanya masuk pada permulaan jumlah / mubtada. Itulah sebabnya jika ada
َّإِنatau salah satu dari saudara-saudaranya, berarti mesti mubtada', cuma i'robnya menjadi nashab
karena menjadi isimnya ّ إِنatau saudara-saudaranya itu. Kecuali jika kalimah itu berupa jar- majrur,
berarti ia khobar muqoddam (khobar yang didahulukan) dan jika khobarnya didahulukan, berarti
mubtada' nya / isimnya harus diakhirkan. Contoh :
( )إِنَّ لِ ُك ِّل َشيْ ٍءSatemene iku tetep keduwe saben-saben suwiji, () َق ْلبًاana atine. (آن
ِ ْ)و َق ْلبُ ْال ُقرLan
َ utawi atine al-
Quran, iku ( )يسsurat Yaasiiin. (Sesungguhnya setiap sesuatu itu memiliki hati. Dan hatinya al-Quran,
adalah surat Yasiin). آن يس ِ ْإِنَّ لِ ُك ِّل َشيْ ٍء َق ْلبًا َو َق ْلبُ ْالقُر
( )إِنَّ فِيْ َذل َِكsaktemene iku tetep ingdalem kang kaya mangkono , ( ت ٍ َ ) اَل ياyekti ana tanda-tanda
ُ
kekuasaane Allah, ( )لِ َق ْو ٍمkeduwe kaum, ( ) َيعْ قِل ْو َنkang pada mikir sapa deweke kaum. (Sesungguhnya di
dalam yang demikian itu, nyata-nyata ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir) ك َ ِإِنَّ فِيْ َذل
ت ِل َق ْو ٍم َيعْ ِقلُ ْو َن
ٍ َ اَل يا
I’rabnya :
• Lafadz َّإِنadalah kharf yang menashabkan mubtada' dan merafa'kan khobar.
• Lafadz لِ ُك ِّلadalah jar - majrur. Lafadz َشيْ ٍءadalah beri'rab jar karena menjadi mudlof ilaih dari lafadz ُك ِّل
(mudhof) , tanda jarnya dengan kasroh. Jadi, لِ ُك ِّل َشيْ ٍءadalah rangkaian jar - majrur sekaligus rangkaian
mudlof-mudlof ilaih, yang menjadi 'khobar nya َّ إِنyang didahulukan' (khobar muqoddam)
• Lafadz َق ْلبًاadalah isim mufrod, beri'rob nashab, karena mubtada' muakhkhor (mubtada' yang
diakhirkan dari khobarnya) yang dimasuki َّ إِن.
• Lafadz َوadalah wawu ibtida', dan lafadz آن ِ ْ َق ْلبُ ْالقُرadalah rangkaian mudhof - mudhof ilaih, yang
menjadi mubtada’
Lafadz ُ َق ْلبadalah isim mufrod mudzakkar, i'robnya rafa' karena sebagai mubtada', tanda rafa'nya dengan
dhommah. Sedangkan Lafadz آن ِ ْ ْالقُرadalah isim mufrod, i'robnya jar karena mudhof ilaih, tanda jarnya
dengan kasroh.
• Lafadz يسberi'rob rafa', karena khobar dari آن ِ َْق ْلبُ ْالقُر
َ ) َكATAU SAUDARA-SAUDARANYA.
5. KHOBARNYA (ان
Seperti halnya إِ ََّن, maka ان َ َكdan saudara-saudaranya juga hanya masuk pada permulaan jumlah Ismiyah.
Sehingga kapan ada ان َ َك, di situ mesti permulaan jumlah ismiyah (ada mubtada' dan ada khobar).
2) Untuk ان َ َكdan saudara-saudaranya yang bisa ditashrif, (memiliki bentuk mudhore', amar, mashdar
dan seterusnya sesuai dengan tashrifannya) maka semua tashrifannya itu juga memiliki fungsi dan tugas
yang sama dengan ( َكانdalam hal merafa’kan isimnya dan menasabkan khobarnya) Contoh :
(ُ) َوهللاUtawi Allah, iku ( ُ ) َي ِجبwajib, apa ( ) َك ْو ُنهanane Allah, ana iku ( ) َعالِمًاDzat kang pinter (Allah itu, wajib
keberadaannya, sebagai Dzat yang Maha Mengetahui) َوهللاُ َي ِجبُ َك ْو ُن ُه َعالِمًا
C. Macam-macam Mashdar
1. Mashdar Lafdziy.
Ialah mashdar, yang asal lafadznya, sama dengan asal lafadz fi’ilnya. Lihat contoh-contoh mashdar di
atas !
2. Mashdar Ma’nawiy.
Ialah jika antara mashdar dan fi’ilnya, hanya memiliki kesamaan ma’na saja, tidak memiliki kesamaan
lafadz.
Contoh :
(ت ُ ْ)جلَسَ wis lungguh sapa ingsun, ( ) قُع ُْو ًداkelawan lungguh temenanan. (saya telah benar-benar duduk)
ُ ُ َْجلَس
ت قع ُْو ًدا
( ْتُ ) قُمwis ngadeg sapa ingsun, ( ) وُ قُ ْو ًفاkelawan ngadeg temenanan. (saya benar-benar telah berdiri) مْت
ُ ُق
ًوُ قُ ْوفا
D. Kaidah-kaidah Mashdar
1. Harus Nashab.Lihat contoh-contoh di atas !
2. Harus cocok diterjemah dengan : kelawan / dengan
(تْ ) َذ َه َبLunga, sapa ( ) َفطِ ْي َم ُةFathimah, () ِا َلى َم ْد َر َس ِت َهاmaring maring sekolahane, ( )مَاشِ َي ًةkhale wong kang mlaku
(Fathimah berangkat ke sekolahnya dalam keadaan orang yang berjalan) ت َفطِ ْي َم ُة ِالَى َم ْد َر َس ِت َها مَاشِ َي ًة ْ َذ َه َب
(ت ْ ing buah, ( ) َناضِ َج ًةkhale mateng (saya makan buah dalam keadaan
ُ )اَ َك ْلMangan sapa ingsun, ( )ال َفا ِك َه َة
masak) ت ْال َفا ِك َه َة َناضِ َج ًة
ُ اَ َك ْل
Tarkib :
• Lafadz ب َ َذ َهadalah fi’il madhi, I'robnya mabni fatkhah sebab tidak bertemu dengan wawu jama', tak
fa'il, nun fa'il, dan nun niswah.
• Lafadz ُع َم ٌرadalah isim mufrod, beri’rab rafa’, karena menjadi fa’ilnya lafadz ب َ َذ َه,tanda rafa’nya
dhommah.
• Lafadz ِالَىadalah kharf jar ( mengjarkan isim )
• Lafadz َم ْد َر َس ِت ِهadalah dua kalimah yang dirangkai menjadi satu (mudhof dan mudhof ilaih). Lafadz
( َم ْد َرس ِةmudhof) adalah isim mufrod muannats i’rabnya jar, karena didahului oleh kharf jar ِالَىDan lafadz ِه
(mudhof ilaih), adalah isim dhomir muttashil, i’rabnya jar karena mudhof ilaih, tandanya mabni.
• Lafadz مَاشِ يًاadalah isim mufrad mudzakkar, i’rabnya nasab karena menjadi khal, tanda nasabnya
dengan fatkhah.
1. Isim yang diberi khal dinamakan shohibul khal, dan harus isim ma’rifat (lihat contoh-contoh di atas).
2. Khal harus isim nakiroh. Seandainya khal berupa isim ma’rifat, maka harus isim ma’rifat yang memiliki
sinonim dengan isim nakiroh. Misalnya :
( ) اِجْ َت ِه ْدtemen-temena sapa sira, ( ك َ ) َوحْ َدkhale ijenira. (Bersungguh-sungguhlah engkau, dalam keadaan
sendirian).
Lafadz (َك َ walaupun isim ma’rifat, tapi sinonim dengan lafadz ( ) ُم ْن َف ِر ًداyang isim nakiroh. Sehingga
َ )وحْ د,
bisa menjadi khal. ك = اِجْ َت ِه ْد ُم ْن َف ِر ًدا
َ اِجْ َت ِه ْد َوحْ َد
3. Adakalanya, khal berupa jumlah. (baik jumlah ismiyah ataupun jumlah fi’liyah)
• Khal jumlah ismiyah, biasanya dibantu dengan ( َوwawu khal). Misalnya :
( صلِّى َ ُ ) اSholat sapa ingsun , ( ُ ) َوال َّناسkhale utawi menungsa iku ( ) َي َنام ُْو َنlagi pada turu (Saya melakukan
sholat, dalam keadaan orang-orang sedang tidur) صلِّى َوال َّناسُ َي َنام ُْو َن َ ُا
Lafadz ُال َّناس adalah mubtada’, sedangkan lafadz َي َنام ُْو َنadalah khobar. Jadi, susunan ال َّناسُ َي َنام ُْو َنadalah
jumlah ismiyah (mubtada’ dan khobar), yang disini menduduki posisi khal dari dhomir ( ) اَ َناyang menjadi
fa’il dari fi’il mudhore’صلِّى َ ُ ا. Sedangkan huruf َوyang ada pada awal jumlah, dinamakan wawu khaliyah
(yang dibaca KHALE)
• Khal jumlah fi’liyah, Misalnya :
ُ )راَي
(ْت َ Ningali sapa ingsun, ()زي ًْدا َ ing Zaid, ( ) َيقُ ْو ُمkhale lagi ngadek sapa Zaid (Saya melihat Zaid dalam
keadaan sedang berdiri) ْت َز ْي ًدا َيقُ ْو ُم ُ َراَي
(ت َ Ngrungu sapa ingsun, (ِ ) َرس ُْو َل هللاing Rasulullah Saw. (ُ ) َيقُ ْولKhale lagi ngendika sapa Rasulullah
ُ ْ)سمِع
Saw. (Saya mendenganr Rasulullah Saw. Dalam keadaan beliau bersabda) هللا َيقُ ْو ُل ُ َْسمِع
ِ ت َرس ُْو َل
I’rabnya :
• Lafadz َيقُ ْو ُمadalah fi’il mudhore’. Fa’ilnya dhomir ه َُوyang tersimpan di dalam fi’il mudhore’ itu. Jadi,
lafadz َيقُ ْو ُمpada hakekatnya adalah jumlah fi’liyah ( fi’il dan fa’il ) , yang menduduki posisi khal.
4. Setiap fi’il yang jatuh setelah isim ma’rifat, dan setelah jumlah sempurna, maka fi’il itu menjadi khal.
Lihat dua contoh terakhir di atas !
8. TAMYIZ ( )اَل َّت ْم ِي ْي ُز
( dibaca dengan : Apane )
A. Pengertian Tamyiz
Tamyiz ialah isim yang beri’rob nashab, yang disebutkan untuk menerang kan jenis, ukuran, timbangan,
atau bilangan yang masih samar dan butuh diterangkan. Tamyiz biasa dibaca dengan ‘APANE’, dan
isim/fi’il yang ditamyizi disebut dengan Mumayyaz.
B. Kaidah yang berkaitan dengan Tamyiz.
1. Tamyiz harus isim Nakiroh.
2. Tamyiz harus diletakkan setelah kalam sempurna (jika f’il, telah ada fa’ilnya, atau jika mubtada’ telah
ada khobarnya)
C. Macam-macam Tamyiz dan Contoh-contohnya
1. Tamyiz yang menjelaskan bilangan. Misalnya :
( ) َف َجه ََّزBanjur nyiapake, sapa ( )اَب ُْو َب ْك ٍرAbu bakar, nyiapake ing ( )اَ َحدَ َع َش َرsewelas, apane (ً )ل َِواءpasukane, (
ال ْالمُرْ َت ِّدي َْن
ِ )لِقِ َتkanggo merangi maring wong-wong kang pada murtad. (Maka Abu bakar menyiapkan
sebelas pasukan untuk memerangi orang-orang yang murtad itu) ال ْالمُرْ َت ِّدي َْن ِ َف َجه ََّز اَب ُْو َب ْك ٍر اَ َحدَ َع َش َر ل َِوا ًء لِقِ َت
(َّب
َ صب َ Zaid, apane ( ) َع َر ًقاkeringete (Zaid bertetesan keringatnya) َّب َز ْي ٌد َع َر ًقا
َ ) َتMili-mili, sapa ()ز ْي ٌد َ صبَ َت
A. Pengertiannya.
Ialah isim Zaman atau isim Makan yang beri’rab nashab, yang diletakkan dibelakang fi’il, untuk
menerangkan waktu atau tempat terjadinya fi’il tersebut, sehingga dzorof selalu menyimpan ْ )) فِىdalam
pemaknaannya. Dalam bahasa Indonesia, dzorof disebut dengan keterangan tempat (dzorof makan)
atau keterangan waktu (dzorof zaman). Itulah sebabnya dalam penerjemahan bahasa Jawa, dzorof
diterjemah dengan : ingdalem…………………
Contoh :
ُ )راَي
(ْت ِ اإل ْث َني
َ ing Zaid, (ْن
َ ningali sapa ingsun, ()ز ْي ًدا ِ ) َي ْو َمingdalem dina Senin, ( )اَ َما َم ْال َمسْ ِج ِدingdalem ngarepe
masjid (Saya melihat Zaid, di hari Senin, di depan masjid) ْن اَ َما َم ْال َمسْ ِج ِد ِ اإل ْث َني ُ َراَي
ِ ْت َزي ًْدا َي ْو َم
(ب َ )ض َر َ Zaid, ( ) َك ْلبًاing asu, (ِ ) اَ َما َم َب ْي ِتهingdalem ngarep omahe Zaid, (ُِمْعة
َ wus gebug, sapa ()ز ْي ٌد َ ) َي ْو َم ْالج
ingdalem dina Jum’at. (Zaid telah memukul anjing di depan rumahnya, di hari Jum’at) ب َز ْي ٌد َك ْلبًا اَ َما َم َب ْي ِت ِه َ ض َر
َ
ْ
َي ْو َم ال ُج ْم َع ِة
() َي ُز ْورbakal niliki, sapa ()ز ْي ٌد
َ Zaid, (ُ )اَ َباهing bapake Zaid, ( )غ ًَداingdalem wektu sesuk. (Zaid akan
mengunjungi bapaknya besuk) َي ُز ْو ُر َز ْي ٌد اَ َباهُ غَ ًدا
(ْت َ berangkat sapa ingsun, (ِ )إِلَى ْال َم ْد َر َسةmaring sekolahan, ()ص َباحً ا
ُ )ذ َهب َ ingdalem wektu esuk (aku berangkat
َ ْت إِلَى ْال َم ْد َر َس ِة
ke sekolah di waktu pagi) ص َباحً ا ُ َذ َهب
(ك َ ) ُجلُ ْو ُسutawi lungguhira, ( اع ًة َ ) َسingdalem wektu sak jam, ( ِس ْالع ِْل ِم
ِ )فِى َمجْ لingdalem majlis ilmu, iku ( ) َخ ْي ٌر
luwih bagus (ْق ٍ )مِنْ عِ ْت ِق اَ ْلفِ َرقِيtinimbangane merdikakake sewu budak (dudukmu selama satu jam di
majlis ilmu itu lebih baik daripada memerdekakan seribu budak) ِِس ْالع ِْل ِم َخ ْي ٌر مِنْ عِ ْت ِق اَ ْلف ِ اع ًة فِى َمجْ ل َ ُجلُ ْو ُس
َ ك َس
ْق
ٍ َرقِي
Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh di atas, semua beri’rab nashab, karena
menduduki posisi maf’ul fih (dzorof)
Munada’
Wajib Dhommah tanpa tanwin Wajib Nashab
Mufrod ‘Alam
َيا َر ُج ُل
Nakiroh ghoiru Maqsudah
( )الَاِل َهOra ana pangeran ( ) ِاالَّ هللاkejaba Allah (Tidak ada tuhan kecuali Allah) ُ الَاِل َه ِاالَّ هللا
Keterangan :
• Lafadz ال َّتالَ ِمي ُْذadalah ( اَ ْلمُسْ َت ْث َنى ِم ْن ُهyang darinya dikecualikan)
Lafadz َّ ِاالadalah ( اَ َداةُ ْاإلسْ ت ِْث َنا ِءalat untuk mengecualikan).
Dan Lafadz َز ْي ًداadalah ( اَ ْلمُسْ َت ْث َنىyang dikecualikan).
• Lafadz الَاِل َهadalah ( اَ ْلمُسْ َت ْث َنى ِم ْن ُهyang darinya dikecualikan).
Lafadz َّ ِاالadalah ( اَ َداةُ ْاإلسْ ت ِْث َنا ِءalat untuk mengecualikan).
Dan lafadz هللاadalah ( اَ ْلمُسْ َت ْث َنىyang dikecualikan).
Jadi, اَ ْلمُسْ َت ْث َنىialah isim yang jatuh setelah اَدَ اةُ ْاإلسْ ت ِْث َنا ِءdan isim yang sebelum اَدَاةُ ْاإلسْ ت ِْث َنا ِء, dinamakan
اَ ْلمُسْ َت ْث َنى ِم ْن ُه
B. Macam-macam alat untuk mengecualikan.
Selainَّ ِاالyang biasa digunakan untuk mengecualikan ada 8 yaitu :
Selain =َ َخالKecuali = َس َوا َءKecuali = َِّاال
Selain = = َحا َشا غَ ْي ُرselain/bukan Kecuali = سِ َوى
Selain = َعدَاKecuali =س َُوى
C. Macam-macam Mustatsna (yang dikecualikan)
Mustatsna ada 2 macam, yaitu :
1. Mustatsna Muttashil. Ialah, apabila mustatsna sejenis dengan Mustatsna Minhunya. Misalnya :
(ْت ُ )راَيَ wus ningali sapa ingsun, ( ) ْاالَ َسا ِت ْي َذing pira-pira guru, sun tingali ( ) ُه ْمutawi deweke kabeh, iku ( َق ْد
)اِجْ ت َمع ُْواtemen-temen wus kumpul sapa deweke kabeh, ( )فِى ْال َم ْد َر َسةingdalem sekolahan, ( ) ِاالَّ َخال ًِداkejaba
َ
Khalid. (Saya melihat, guru-guru telah berkumpul di sekolahan, kecuali Khalid) ْت ْاالَ َسا ِتي َْذ ُه ْم َق ْداِجْ َت َمع ُْوا فِى ُ َراَي
ْال َم ْد َر َس ِة ِاالَّ َخال ًِدا
Jika kita perhatikan ( َخالِ ًداmustatsna), maka kita menemukan adanya kesamaan jenis dengan ْاالَ َسا ِت ْي َذ
(mustatsna minhu). Jadi, mustatsna dalam jumlah ini, adalah mustatsna muttashil.
ْ wong-wong kang pada lelungan, ( ) ِاالَّ َز ْي ًداkejaba Zaid (Para musafir telah
َ wus teka, sapa ()الم َُسافِر ُْو َن
()جا َء
datang, kecuali Zaid) َجا َء ْال ُم َسافِر ُْو َن ِاالَّ َز ْي ًدا
َ sebagai Mustatsna, maka kita temukan ia sejenis dengan ْالم َُسافِر ُْو َنyang menjadi
Jika kita perhatikanز ْي ًدا
Mustatsna Minhunya. Berarti Mustatsna dalam jumlah ini, juga muttashil.
2. Mustatsna Munqothi’. Ialah apabila Mustatsna, tidak sejenis dengan Mustatsna minhunya. Misalnya :
ْ )اِحْ َت َر َقwus kobong apa ( )الدَّا ُرomah, ( ب
(ت َ ) ِاالَّ ْال ُك ُتkejaba buku-buku iku. (rumah itu telah terbakar, kecuali
buku-buku itu) ب ُ ُ ْ َّ ْ َ َ
َ اِحْ ت َرقت الدَّا ُر ِاال الكت
ْ para jama’ah haji ( َّ ) ِاالkejaba ( )اَمْ ت َِع َت ُه ْمbarang-barange deweke kabeh.
( ) َق ِد َمwus teka sapa (ُ)الحُجَّ اج
(Jama’ah haji telah dating, kecuali barang-barang mereka) َق ِد َم ْالحُجَّ ا ُج ِاالَّ اَمْ ت َِع َت ُه ْم
Perhatikan kalimah بَ ْال ُك ُتdan اَ ْم ِت َع َةyang kedudukannya sebagai mustatsna pada kedua contoh di atas,
maka keduanya tidak sejenis dengan الدَّا ُرdan ْالحُجَّ ا ُجsebagai mustatsna minhunya. Berarti, kedua jumlah
di atas, mustatsnanya munqothi’
(ُ )الَ َي ْن َجحora lulus, sapa ( )ال َّتالَ ِمي ُْذmurid-murid, (ُ ) ِاالَّ ْالمُجْ َت ِهدkejaba murid kang sregep (murid-murid tidak
lulus, kecualimurid yang rajin) الَ َي ْن َج ُح ال َّتالَ ِمي ُْذ ِاالَّ ْالمُجْ َت ِه ُد
الَ َي ْن َج ُح ال َّتالَ ِمي ُْذ ِاالَّ ْالمُجْ َت ِه َد
3. I’rob mustatsna wajib mengikuti ‘amil yang sebelumnya. Yaitu apabila jumlahnya berupa jumlah
naqish (tidak disebutkan mustatsna minhunya). Misalnya :
( ) َما َقا َمora ngadeg sapa ( ) ِاالَّ َز ْي ٌدkejaba Zaid (tidak ada yang berdiri kecuali Zaid) َما َقا َم ِاالَّ َز ْي ٌد
(ْت َ ) َمora ningali sapa ingsun, ( ) ِاالَّ َزي ًْداkejaba ing Zaid (saya tidak melihat, kecuali Zaid) ْت ِاالَّ َزي ًْدا
ُ اراَي ُ اراَي
َ َم
(ت ُ ْ ) َما َم َررora ketemu sapa ingsun, ( ) ِاالَّ ِب َزيْدkejaba kelawan Zaid (saya tidak bertemu kecuali dengan Zaid)
ت ِاالَّ ِب َز ْي ٍد
ُ َْما َم َرر
Artinya sama dengan diatas َجا َءنِىْ ْال َق ْوم ُس َُوى َز ْي ٍد
Artinya sama dengan diatas َجا َءنِىْ ْال َق ْوم ُ َس َوا َء َز ْي ٍد
2. Khusus pada alat istitsna َحا َشا, َع َدا, َخال, َ maka disamping mustatsnanya dibaca jar, boleh juga ia dibaca
nashab, karena dianggap sebagai maf’ul bih dari alat-alat istitsna itu. Karena ada yang memasukkan alat-
alat istitsna ini kedalam kategori fi’il ( bukan kharf ), sehingga mustatsna menjadi maf’ul bihnya. Contoh :
َ wus teka ( ْ )نِىing ingsun, sapa (ُ )الرِّ َجالwong lanang akeh ( )خالَ َز ْي ٍدsakliyane
()جا َء َ Zaid / ()خالَ َزي ًْدا
َ nyulayani
َ َ َ َ َ َ
ing Zaid (telah datang kepadaku banyak laki-laki, selain Zaid) َجا َءنِىْ الرِّ َجا ُل خال ز ْي ٍد \ خال زي ًْدا
Artinya sama dengan yang diatas َجا َءنِىْ الرِّ َجا ُل َعدَ ا َز ْي ٍد \ َز ْي ًدا
Artinya sama dengan yang diatas َجا َءنِىْ الرِّ َجا ُل َحا َشا َز ْي ٍد \ َزي ًْدا
3. Bahkan Mustatsnanya َ َخالdan َع َداwajib nashab, apabila َ َخالdan َعدَ اdimasuki oleh َماmasdariyah
(selagine). Karena disini, keduanya adalah fi’il, sehingga mustatsnanya dijadikan maf’ul bihnya.
Misalnya :
َ wus teka ( ْ )نِىing ingsun, sapa (ُ )الرِّ َجالwong-wong lanang, ( َاخال
()جا َء َ ) َمselagine nyulayani ()زي ًْدا
َ ing Zaid
(telah datang kepadaku banyak laki-laki, selagi bukan Zaid) اخالَ َزي ًْدا َ َجا َءنِىْ الرِّ َجا ُل َم
Sda َجا َءنِىْ الرِّ َجا ُل َما َع َدا َز ْي ًدا
F. Adapun I’robnya lafadz َغ ْي ُر, sama dengan i’robnya “mustatsna dengan َّ“ ِاال. Yaitu :
1. Harus nasab apabila kalamnya, kalam tam mujib. Perhatikan contoh di bawah ini dengan seksama !
َجا َءنِىْ ْال َق ْو ُم ِاالَّ َزي ًْدا = َجا َءنِىْ ْال َق ْو ُم َغي َْر َز ْي ٍد
2. Boleh nasab dan boleh rafa’, apabila kalamnya tam manfiy. Contoh :
اجا َءنِىْ ْال َق ْو ُم ِاالَّ َز ْي ًدا \ ِاالَّ َز ْي ٌد
َ اجا َءنِىْ ْال َق ْو ُم غَ ي َْر َز ْيدٍ\ َغ ْير َُز ْي ٍد = َم
َ َم
3. Mengikuti ‘amilnya (bisa rafa’, bisa nasab, dan bisa jar), apabila kalamnya berupa kalam Naqish (tidak
disebut mustatsna minhunya). Misalnya :
( ) َما َقا َمora ngadeg, sapa (ٍ ) َغ ْي ُر َز ْيدsakliyane Zaid َما َقا َم غَ ْي ُر َز ْي ٍد = َما َقا َم ِاالَّ َز ْي ٌد
(ْت ُ اراَيَ ) َمora ningali sapa ingsun, ( )غَ ي َْر َز ْي ٍدing sakliyane Zaid ْت ِاالَّ َز ْي ًدا ُ اراَي ُ اراَي
َ ْت غَ ي َْر َز ْي ٍد = َم َ َم
ُ( ) َما َم َررْ تora ngliwati sapa ingsun, (ٍ)بغَ ي ِْر َز ْيد َّ ُ ُ َْما َم َرر
ِ kelawan sak liyane Zaid ت ِب َغي ِْر َزيْد ٍ= َما َم َررْ ت ِاال ِبز ْي ٍد
َ
I’ROB MUSTATSNA
dengan illa dengan ghoiru,siwa,suwa dan sawa-a dengan kholaa, ‘adaa dan khasyaa
اجا َء غَ ْي ُر َز ْي ِد
َ َم
Boleh nashab atau Jar
( )الَ ِال َهora ana pangeran ( )ُ ِاالَّهللاkejaba Allah. (Tidak ada Tuhan, selain Alloh) ُ الَ ِال َه ِاالَّهللا
( )الَ ِا ْك َرا َهora ana paksaan, ( ْن ِ الَ ِا ْك َرا َه فِى ال ِّدي
ِ ) فِى ال ِّديingdalem agama (tidak ada paksaan di dalam agama) ْن
َ )الَ َطora ana taat ( ) ِل َم ْخلُ ْو ٍقmaring mahluq ( )فِى َمعْ صِ َي ِة ْال َخال ِِقingdalem ma’shiyat maring Alloh (tidak ada
(اع َة
taat kepada mahluq, di dalam ma’shiyat kepada Alloh) اع َة لِ َم ْخلُ ْو ٍق فِى َمعْ صِ َي ِة ْال َخال ِِق َ الَ َط
Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh diatas, semua harus beri’rob nashab, karena
isim nakiroh yang secara langsung dimasuki La, dan La nya tidak berulang (hanya satu)
B. Isim La boleh Nashab / rafa’, karena La boleh beramal (menashabkan) dan boleh ilgho’ (tidak
beramal). Yaitu apabila La berulang dan bertemu dengan isim nakiroh. Misalnya :
( )الَ َر ُج َلora ana utawi wong lanang, ( َّار ِ )فِى الدiku ingdalem omah, (َ)والَاِمْ َراَة
َ lan ora ana utawi wong wadon,
iku ingdalem omah. (tidak seorangpun laki-laki berada di rumah, dan tidak seorang wanitapun)
َّار َوالَ ِا ْم َراَ َة
ِ الَ َر ُج َل فِى الد
ٌَّار َوالَاِمْ َراَةِ الَ َر ُج ٌل فِى الد
Jika lafadz َر ُج َلdan ِا ْم َراَ َةdibaca nashab, berarti menjadi isimnya َ الyang beramal. Dan jika lafadz ر ُج ٌلdan َ
ِا ْم َراَ ٌةdibaca rafa’, berarti َ الtidak beramal. Sehingga lafadz ر ُج ٌلmenjadi
َ mubtada’ dan lafadz َّار
ِ فِى الد
menjadi khobarnya.
C. Apabila La tidak bertemu langsung dengan isim nakiroh, maka isimnya La wajib rafa’ (karena ia
menjadi mubtada’ muakhkhor), dan La harus berulang. Misalnya :
1. Wajib menashabkan. Bila LA bertemu langsung dengan isim Nakiroh, dan LA tidak berbilang.
2 َّارِ الَ َر ُج َل فِىالد. Boleh beramal &Boleh ilgho’ (tidak beramal). Bila LA berbilang.
3 ٌَّار َوالَ ِا ْم َراَةَ\اِمْ َراَة َ الَ َر ُج َل. Wajib Rafa’. Bila LA tidak bertemu langsung dengan isim nakiroh.
ِ \ر ُج ٌل فِى الد
ََّار َر ُج ٌل َوالَاِمْ َراة َ
ِ ٌ ال فِى الد
A. Pengertiannya.
Ialah isim yang dinasabkan, yang jatuh setelah Wawu Ma’iyyah ( Wawu yang berarti ‘serta’)
14. Matbu'at ( yaitu isim-isim yang diikutkan pada isim-isim yang sebelumnya)
Penjelasan tentang al matbu'at, telah disebutkan di depan. Matbu'at ada 4, yaitu : Shifat Maushuf, Athaf
Ma'thuf, Taukid Muakkad, dan Badal Mubdal.