ZUMI NURHASANAH
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
2
ABSTRAK
ABSTRACT
This research was carried out to study the effect of Merapi volcanic ash in
improving chemical properties of Ultisol soil and its influence on the growth and
production of soybean. The volcanic ash largely consist of minerals, such as glass
volkan, labradorite, augite, bitownite, hiperstine, and hornblende with high total
composition elements including Ca, Na, K and Mg that are potential to increase
reserves of minerals, enrich chemical composition and physical properties of soil.
The volcano ash was given on the Ultisol soil which is infertile. In this work,
amelioran volcanic ash was applied at dosage of 0; 2.5; 5; 10; 20; and 40 t/ha. The
result showed that the addition of Merapi volcanic ash did not increase the soil
pH. However, the higher the dose of the applied volcanic ash the higher the value
of Cation Exchange (K, Ca, and Mg) and Cation Exchange Capacity gained. In
addition, the volcanic ash can reduce the acidity (Aldd and Hdd) of Ultisol soil.
Plant tissue analysis showed that most of the N, P, and K nutrients were present in
soybeans, while most of the Ca and Mg were in the leaves with the highest
nutrient uptake in a dose of 20 t/ha. Merapi volcanic ash application can increase
plant height, leaf number, and soybean yields with the best dose of 20 t/ha.
3
ZUMI NURHASANAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
4
Disetujui,
Diketahui,
Ketua Departemen Kimia
Tanggal lulus:
5
PRAKATA
Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan
hidayah dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Efektivitas
Amelioran Abu Vulkanik Merapi dalam Mengubah Sifat Kimia Tanah Ultisol dan
Pertumbuhan Kedelai” ini dapat diselesaikan. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari pengaruh abu vulkanik gunung Merapi terhadap perubahan sifat
kimia tanah Ultisol dan pertumbuhan kedelai. Penelitian dilaksanakan sejak bulan
Februari 2011 sampai Agustus 2011 di Rumah Kaca dan Laboratorium Penelitian
dan Uji Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Charlena, M.Si
dan Ir. A. Kasno, M.Si selaku pembimbing yang selalu memberi bimbingan,
motivasi, saran, dan meluangkan waktunya kepada penulis selama berkonsultasi.
Terima kasih kepada Balai Penelitian Tanah yang telah memberikan fasilitas dan
penggunaan peralatan selama penulis melaksanakan penelitian. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu serta seluruh keluarga yang
senantiasa mendoakan, memberi motivasi, dan kasih sayang yang tiada henti.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bu Linca, Pak Narya, Pak
Ikhwan, Ka Tia, Mba Puji, Mba Iin dan para pegawai di Laboratorium Kimia dan
Rumah Kaca, Balai Penelitian Tanah, Bogor. Tidak lupa juga kepada teman-
teman S.M, Kimia 43, dan Kimia 44. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.
Zumi Nurhasanah
6
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
diambil dari Dusun Kopeng, Desa Kepuharjo, kedelai. Contoh tanah diambil setelah
Kecamatan Cangkringan, Sleman, tanaman kedelai dipanen. Tanah setelah
Yogyakarta (07o 36‟31” S, 110o27‟14” E). inkubasi 2 minggu dan panen dianalisis pH, P
Selain itu, digunakan juga benih kedelai Bray, KTK (Ca, Mg, K) dan KTK terekstrak
varietas Wilis, pupuk urea, SP-36, KCl, NH4OAc 1N pH 7, dan kemasaman dapat
kompos jerami, pot, kantong plastik, karung, ditukar (Al dan H) terekstrak KCl 1N.
serta bahan-bahan kimia untuk analisis tanah Contoh akar, tanaman, dan biji dianalisis hara
dan tanaman di laboratorium. N, P, K, Ca dan Mg.
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian di antaranya peralatan untuk Preparasi Sampel Tanah di Laboratorium
mengambil contoh tanah, peralatan untuk Pengeringan.Contoh tanah disebarkan di
melakukan percobaan di rumah kaca, dan atas tampah yang dialasi kertas sampul dan
peralatan untuk analisis di laboratorium, diberi label. Akar-akar atau sisa tanaman
seperti tabung perkolasi, tabung digestion, segar, kerikil, dan kotoran lain dibuang,
blok digestion, pH meter, Spektrofotometer kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan
UV-VIS, dan AAS. suhu 40 oC selama + 3 jam.
Penumbukan/Pengayakan.Contoh tanah
Metode disiapkan dengan ukuran partikel < 2 mm dan
< 0.5 mm sebagai berikut: contoh ditumbuk
Penelitian menggunakan rancangan acak pada lumpang porselen dan diayak dengan
lengkap (RAL) dengan 6 buah perlakuan dan ayakan dengan ukuran lubang 2 mm untuk
setiap perlakuan diulang 3 kali. Dengan analisis tekstur, P dan K ekstrak HCl 25%, P-
demikian unit percobaan yang dilibatkan Bray, KTK dan NTK, dan kemasaman dapat
sebanyak 3 x 6 = 18 unit pot. Perlakuan ditukar (Al dan H). Kemudian, disimpan
dilakukan dengan manambahkan abu dalam plastik yang sudah diberi nomor
vulkanik Gunung Merapi dengan dosis 0; 2.5; contoh. Contoh < 0.5 mm diambil dari contoh
5; 10; 20; dan 40 t/ha. Abu vulkanik yang < 2 mm, digiling dan diayak dengan ayakan
digunakan terlebih dahulu diayak 0.5 mm untuk analisis C-organik dan N-total.
menggunakan ayakan 600 mikron. Selain itu,
contoh tanah yang akan digunakan ditumbuk, Preparasi Sampel Tanaman di
diayak, dan dianalisis terlebih dahulu kadar Laboratorium
haranya. Contoh yang berasal dari lapangan
Penelitian dilakukan menggunakan 5 kg sebelum dianalisis terlebih dahulu dicuci
contoh tanah. Contoh tanah yang telah dengan air bebas ion untuk menghilangkan
dihaluskan dimasukkan ke dalam pot, debu-debu dan kotoran lainnya yang dapat
kemudian ditambah abu vulkanik sesuai memberikan kesalahan pada hasil analisis.
dengan dosisnya. Contoh tanah dan abu Contoh tanaman tersebut secepatnya
vulkanik dicampur sampai homogen. dikeringkan dalam oven (70 oC) selama + 3
Kemudian disiram sampai pada kapasitas jam. Contoh yang telah kering kemudian
lapang. Campuran tanah dan abu vulkanik digiling dengan grinder mesin yang
diinkubasi selama 2 minggu. menggunakan filter dengan kehalusan 0.5
Selanjutnya tanah ditanam 3 biji benih mm. Contoh yang telah digiling dimasukkan
kedelai, tanaman kedelai dipelihara sampai ke dalam botol plastik ditutup rapat-rapat
panen. Pemeliharaan yang perlu dilakukan agar tidak terkontaminasi.
adalah penyiraman, penjarangan, penyiangan
serta pengamatan. Selain ditambah abu Penetapan kadar air kering mutlak
vulkanik, setelah penanaman kedelai (Balittanah 2009)
campuran tanah dan abu vulkanik ditambah Sebanyak 1.000 g contoh ditimbang
dengan pupuk urea dengan dosis 100 kg/ha, dalam pinggan aluminium yang telah
pupuk SP-36 dan KCl masing-masing dengan diketahui bobotnya. Dikeringkan dalam oven
dosis 200 kg/ha. pada suhu 105 oC selama 4 jam. Pinggan
Pengamatan tanaman dilakukan terhadap diangkat dan dimasukkan ke dalam eksikator.
tinggi tanaman dan jumlah daun pada umur 2, Setelah contoh dingin kemudian timbang.
4, 6 dan 8 minggu setelah tanam. Pada saat
panen tanaman diamati bobot kering akar, Kadar Air (%)
tanaman dan biji kedelai. Selain itu, juga = (kehilangan bobot / bobot contoh) x 100
diamati perubahan sifat kimia tanah dan Faktor koreksi kadar air (fk)
kadar hara dalam akar, tanaman dan biji = 100 / (100 – kadar air)
3
Penentuan fosfor dan kalium ekstrak HCl selang waktu 30 menit. Filtrat ditampung
25% (Balittanah 2009) dalam labu ukur 50 ml, diimpitkan dengan
Sebanyak 2.000 g sampel tanah amonium asetat pH 7.0 untuk pengukuran
ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam kation dapat ditukar: K, Ca, dan Mg.
botol kocok, kemudian ditambahkan 10 ml Selanjutnya, tabung perkolasi yang masih
HCl 25% lalu dikocok dengan mesin kocok berisi contoh, diperkolasi dengan 80 ml
selama 5 jam. Selanjutnya disaring dan etanol 96% untuk menghilangkan kelebihan
dibiarkan semalam. Untuk penentuan fosfor, amonium dan perkolat dibuang. Selanjutnya
diambil 0.5 ml ekstrak jernih ke dalam diperkolasi dengan NaCl 10% sebanyak 50
tabung reaksi, lalu ditambahkan 9.5 ml air ml, filtrat ditampung dalam labu ukur 50 ml
bebas ion dan dikocok. Setelah diencerkan, dan diimpitkan dengan larutan NaCl 10%.
diambil 1 ml ekstrak contoh encer dan deret
standar masing-masing dimasukkan ke dalam Pengukuran Kapasitas Tukar Tation
tabung reaksi, ditambahkan 5 ml larutan (KTK) cara Kolorimetri
pereaksi pewarna P dan dikocok. Selanjutnya Sebanyak 0.5 ml perkolat NaCl dan deret
dibiarkan selama 30 menit, lalu diukur standar NH4+ masing-masing dipipet ke
absorbansnya menggunakan spektrofotometer dalam tabung reaksi. Selanjutnya
UV-Vis (693 nm). Untuk penentuan kalium, ditambahkan 9.5 ml akuades (pengenceran
diambil 1 ml ekstrak jernih sampel ke dalam 20x). Ditambahkan berturut-turut larutan
tabung reaksi, ditambahkan 9 ml air bebas sangga Tartrat, Na-fenat, dan NaOCl 5%
ion dan dikocok. Setelah diencerkan, ekstrak masing-masing sebanyak 2 ml, dikocok dan
contoh dan deret standar kalium diukur dibiarkan 15 menit. Selanjutnya diukur
menggunakan AAS. dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 636 nm.
Kadar P potensial mg P2O5 (100 g)-1
= ppm kurva x (ml ekstrak/1000 ml) x (100 KTK (me/100g)
g/g contoh) x fp x (142/190) x fk = me kurva x 50 ml 1000 ml-1 x 1000g 2.5 g-1
Kadar K potensial mg K2O (100g)-1 x 0.1 x fp x fk
= ppm kurva x 10 x 94/78 x fk
Pengukuran Nilai Tukar Kation (NTK) K,
Penetapan P tersedia metode Bray 1 Ca, dan Mg
(Balittanah 2009) Sebanyak 1 ml perkolat NH4-Ac dan deret
Sebanyak 2.000 g contoh tanah standar K, Ca, Mg masing-masing
ditimbang, kemudian ditambahkan 20 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
pengekstrak Bray 1, dikocok selama 5 menit, kemudian ditambahkan 9 ml akuades
kemudian disaring. Dipipet 1 ml ekstrak (pengenceran 10x) dan ditambahkan 1 ml
jernih ke dalam tabung reaksi. Contoh dan larutan La 0.25%. Kemudian diukur dengan
deret standar masing-masing ditambahkan AAS (untuk Ca dan Mg) dan flamefotometer
pereaksi pewarna fosfat sebanyak 5 ml, (untuk K).
dikocok dan dibiarkan 30 menit. Selanjutnya,
diukur absorbansnya menggunakan Kation (me/100g)
spektrofotometer UV-Vis (693 nm). = (ppm kurva/bst kation) x ml ekstrak 1.000
ml-1 x 1000 g g contoh -1 x 0.1 x fp x fk
Kadar P2O5 tersedia (ppm) Kejenuhan basa
= ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 1000g/g = jumlah kation dd/KTK x 100 %
contoh x fp x 142/190 x fk
Penentuan Kemasaman dapat ditukar (Al
Penentuan KTK dan NTK (Balittanah dan H) (Balittanah 2009)
2009) Sebanyak 2.500 g tanah < 2 mm sampel
Sebanyak 2.500 g contoh tanah tanah ditimbang kemudian dimasukkan ke
ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam dalam botol kocok 50 ml, selanjutnya
tabung perkolasi yang telah dilapisi filter ditambahkan 25 ml KCl 1N. Campuran
flock dan pasir terlebih dahulu, lapisan atas dikocok dengan mesin kocok selama 30
ditutup dengan penambahan pasir. Ketebalan menit kemudian disaring. Ekstrak jernih
setiap lapisan pada sekeliling tabung dipipet 5 ml ke dalam erlenmeyer,
diupayakan sama dan disiapkan pula blanko. ditambahkan 3 tetes indikator PP kemudian
Kemudian diperkolasi dengan amonium dititar dengan NaOH baku sampai warna
asetat pH 7.0 sebanyak 2 x 25 ml dengan merah jambu. Ditambahkan sedikit larutan
5
penelitian dilakukan oleh Winarso et al. Jenis tanah yang digunakan mempunyai
(2009) konsentrasi Al tanah Ultisol di daerah kandungan C-organik tergolong tinggi dan
Kentrong, Banten sekitar 6.02 cmol(+)kg-1 kandungan N-total tergolong sedang dengan
dan konsentrasi ini dapat mengakibatkan nisbah C/N tergolong rendah menurut kriteria
toksik bagi tanaman. Tingginya kandungan analisis tanah (Lampiran 4).
Al pada tanah Ultisol merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan rendahnya Analisis pH tanah setelah inkubasi 2
kandungan P2O5 di dalam tanah. Fosfat dapat minggu dan setelah panen
diikat kuat oleh Al dan Fe pada tanah-tanah
masam sehingga menjadi tidak tersedia bagi Reaksi tanah (pH) perlu diketahui karena
tanaman. setiap tanaman memerlukan lingkungan pH
tertentu. Selain itu, pH juga mempengaruhi
Tabel 1 Analisis awal tanah Ultisol ketersediaan unsur hara di dalam tanah.
Parameter Satuan Nilai Perbedaan pengukuran pH tanah dalam H2O
pH H2 O 4.21 dan KCl menunjukkan karakteristik muatan.
Pada tanah dengan muatan positif, pH lebih
KCl 3.71
rendah diukur di dalam H2O, sedangkan
Tekstur Pasir % 8 untuk muatan negatif pH lebih rendah diukur
Debu % 26 di dalam larutan KCl.
Liat % 66
Pengaruh penambahan abu vulkanik
Merapi tidak meningkatkan pH tanah. Terjadi
Bahan C % 3.13
sedikit peningkatan nilai pH pada saat
Organik
N % 0.36 inkubasi 2 minggu (Lampiran 5), tetapi
analisis tanah pada saat setelah panen
C/N 7
menunjukkan bahwa nilai pH kembali
Ekstrak HCl P2O5 mg/100g 16.84 menurun (Lampiran 6). Hasil ini sama seperti
25%
yang dilakukan oleh Zuraida (1999),
K2O mg/100g 12.12
pemberian abu vulkanik pada tanah gambut
P-Bray 1 P2O5 ppm 6.70 meningkatkan pH dibandingkan kondisi awal,
NTK K me/100g 0.02 tetapi pada akhirnya nilai pH cenderung
Na me/100g 0.02 menurun kembali mendekati pH awal.
Gambar 1 menunjukkan bahwa pH tanah
Ca me/100g 0.43
setelah panen lebih rendah dibandingkan
Mg me/100g 0.05 setelah 2 minggu inkubasi. Selain itu,
KTK me/100g 1.94 Gambar 1 juga menunjukkan bahwa
kemasaman cadangan (kemasaman dalam
Aldd cmol(+)/kg 8.95
KCl) lebih rendah dibandingkan kemasaman
Hdd cmol(+)/kg 1.15 aktif (kemasaman dalam H2O), hal ini
KB % 26.70 disebabkan pada tanah masam terdapat
hidrogen dan aluminium yang dapat
dipertukarkan, salah satunya menggunakan
Nilai NTK dan KTK tergolong rendah.
kation lain pada unbuffered salt solution (KCl
Kehilangan kation atau mineral yang dapat
1M) (Rowell 1995). Ion Al3+ menggantikan
dipertukarkan pada tanah Ultisol sangat
ion K+ dari larutan KCl selanjutnya ion Al3+
berhubungan dengan rendahnya muatan
akan terhidrolisis dan membentuk Al(OH)3
negatif permukaan atau kapasitas pertukaran
serta membebaskan ion H+ sehingga pH tanah
kation. Akibatnya, banyak mineral dalam
semakin masam.
bentuk kation tercuci dan tanah menjadi
miskin hara (Rosmarkam dan Yuwono 2002).
Nilai kejenuhan basa tergolong rendah, yaitu Al3+ + H2O Al(OH)2+ + H+
sebesar 26.70%, hal ini menunjukkan bahwa Al (OH)2+ + 2H2O Al(OH)3 + 2H+
73.30% kation dalam tanah ditempati oleh
ion H+ dan Al3+. Menurut Utomo (2008) Kemasaman aktif atau kemasaman aktual
tanah Ultisol merupakan tanah mineral yang disebabkan oleh adanya ion H+ dalam larutan
berkembang dan mengalami pelapukan lanjut tanah, sedangkan kemasaman potensial atau
serta pencucian intensif. Pencucian intensif kemasaman tertukarkan dihasilkan oleh ion
menyebabkan tanah bereaksi masam dengan H+ dan Al3+ tertukarkan yang diadsorbsi oleh
kejenuhan basa rendah sampai lapisan bawah. koloid tanah.
7
+OH- +OH-
5
H2PO4 H2O + HPO4
- 2-
H2O + PO43-
4
pH H2O
3 Reaksi diatas menggambarkan pada kisaran
2 pH asam sampai basa, larutan tanah
1 mengandung berbagai bentuk anion fosfat
(Depdikbud 1991).
0
Fosfat dalam suasana asam (H2PO4-)
0 2.5 5 10 20 40
diikat sebagai senyawa Fe-fosfat, Al-fosfat
Dosis abu (t/ha) yang sukar larut. NH4F yang terkandung
(a) dalam pengekstrak Bray akan membentuk
senyawa dengan Fe dan Al dengan
5 membebaskan ion fosfat. Ion fosfat dan
4 molibdat berkondensasi dalam larutan asam
heteropoli menghasilkan asam molibdofosfat
pH KCl
3
heteropoli (asam fosfat molibdat) berwarna
2 kuning. Asam fosfat molibdat yang
1 dihasilkan direduksi dengan asam askorbat
0
sehingga menghasilkan kompleks warna biru
(biru molibdem) yang dapat larut. Intensitas
0 2.5 5 10 20 40
warna biru sebanding dengan banyaknya
Dosis abu (t/ha) fosfor yang mula-mula dimasukkan dalam
(b) asam heteropoli selektif menghasilkan warna
Gambar 1 Perbandingan pH setelah inkubasi biru (Basset et al. 1994). Reaksinya dapat
2 minggu ( ) dan setelah panen digambarkan sebagai berikut:
( ) (a) pH H2O, (b) pH KCl.
PO43-+12MoO42- + 27H+ H7[P(Mo2O7)6] + 10 H2O
Kation-kation Al pada tanah masam dapat (kompleks kuning)
juga mempengaruhi peningkatan kemasaman
H7[P(Mo2O7)6] + C6H8O6 biru molibdem
tanah karena apabila ion-ion Al mengalami
hidrolisis akan meningkatkan konsentrasi ion Pengaruh penambahan abu vulkanik
H+ di dalam tanah sehingga pH tanah Merapi dapat meningkatkan kadar P-tersedia
menurun (Muzar 2008). Dengan pelepasan di dalam tanah, semakin tinggi dosis abu
H+, maka tanah relatif menjadi masam. yang ditambahkan kadar P-tersedia juga
Sampai tingkat kemasaman tertentu, Al semakin meningkat, kecuali pada dosis 2.5
tertukar dianggap kation yang dominan t/ha (Lampiran 5). Tingginya kadar P2O5
pengaruhnya terhadap kemasaman tanah potensial dan tersedia sebesar 196.3 mg/100g
(Rosmarkam dan Yuwono 2002). dan 89 mg/kg (Lampiran 7) pada analisis abu
vulkanik merupakan salah satu faktor yang
Analisis P-tersedia tanah setelah inkubasi menyebabkan kadar fosfat di dalam tanah
2 minggu dan setelah panen juga semakin meningkat. Gambar 2
menunjukkan bahwa kadar fosfat tanah
Fosfor di dalam tanah terdapat dalam setelah panen cenderung menurun
tiga bentuk yaitu H2PO4-, HPO42-, dan PO43-, dibandingkan setelah 2 minggu inkubasi,
tetapi pada umumnya fosfor diserap tanaman kecuali pada dosis 0 dan 2.5 t/ha yang justru
dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4-) meningkat.
dan ion ortofosfat sekunder (HPO42-) karena
35
ortofosfat merupakan bentuk fosfat yang
Kadar P (ppm)
30
dapat dimanfaatkan secara langsung oleh 25
tanaman. Bentuk ion ortofosfat primer dan 20
ion ortofosfat sekunder di dalam tanah 15
bergantung pada pH tanah. Pada pH rendah, 10
5
tanaman lebih banyak menyerap ion 0
ortofosfat primer, sedangkan pada pH yang
0 2.5 5 10 20 40
lebih tinggi ion ortofosfat sekunder lebih
Dosis abu (t/ha)
banyak diserap tanaman.
Gambar 2 Kadar P-tersedia setelah inkubasi 2
minggu ( ) dan setelah panen ( ).
8
Al + H (me/100g)
hidroksida, Fe-hidroksida, maupun dengan 10
mineral silikat. Liat akan bereaksi cepat 8
dengan fosfat membentuk fosfat hidroksida 6
yang sukar larut. 4
2
H H 0
0 2.5 5 10 20 40
O O Dosis abu (t/ha)
(a)
Al OH + H2PO4 Al – H2PO4 + OH
- -
12
10
Aldd (me/100g)
H H 6
4
Analisis kemasaman dapat ditukar (Al dan 2
H) tanah setelah inkubasi 2 minggu dan 0
setelah panen 0 2.5 5 10 20 40
Dosis abu (t/ha)
Kemasaman dapat ditukar terdiri atas Al 3+ (b)
dan H+ pada koloid tanah. Al3+ dan H+ ini
dapat ditukar oleh K+ dari pengekstrak KCl 1 1,4
M. Selanjutnya dilakukan titrasi 1,2
Hdd (me/100g)
1,0
menggunakan NaOH dan HCl dengan reaksi
0,8
sebagai berikut: 0,6
0,4
H+(aq) + NaOH H2O + Na+ 0,2
0,0
Al3+(aq) + 3NaOH Al(OH)3(s) + 3Na+(aq) 0 2.5 5 10 20 40
Dosis abu t/ha)
Al(OH)3(s)+3NaF(aq) 3NaOH(aq) +AlF3(s) (c)
Gambar 3 Kadar Al3+, H+ setelah inkubasi 2
NaOH + HCl NaCl +H2O minggu ( ) dan setelah panen ( ),
(Rowell 1995) (a) kemasaman, (b) Aldd, (c) Hdd.
Pengaruh penambahan abu vulkanik
Merapi dapat menurunkan kadar Al setelah Menurut Rowell (1995) selain
panen. Semakin tinggi dosis abu yang dikarenakan bahan organik tanah mampu
9
KTK (me/100g)
15
Kapasitas Pertukaran Kation (KTK)
merupakan jumlah total kation yang dapat 10
dipertukarkan pada permukaan koloid. 5
Koloid tanah (mineral liat dan humus)
bermuatan negatif sehingga dapat menjerap 0
kation. Muatan pada permukaan tanah dapat 0 2,5 5 10 20 40
bersumber dari substitusi isomorfik dalam Dosis abu (t/ha)
kisi kristal dan ionisasi gugus fungsional Gambar 4 Nilai KTK tanah 2 minggu
pada permukaan padatan penyusun matriks inkubasi ( ) dan setelah panen
tanah. Substitusi isomorfik merupakan proses ( ).
penggantian kation pusat pada kisi kristal
oleh kation lain yang memiliki ukuran yang Kenyataan menunjukkan bahwa KTK
relatif sama tanpa menyebabkan kerusakan dari berbagai tanah sangat beragam bahkan
srtuktur mineralnya (Depdikbud 1991). tanah sejenisnya pun berbeda nilai KTKnya.
Kation dapat ditukar seperti Ca2+, Mg2+, Besarnya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat
K , dan Na+ dalam kompleks jerapan tanah
+
dan ciri tanah itu sendiri, diantaranya reaksi
dapat ditukar dengan kation NH4+ dari tanah atau pH, tekstur tanah atau jumlah liat,
pengekstrak sehingga kation terlepas dan jenis mineral liat, bahan organik, pengapuran
terdapat bebas dalam larutan tanah. Untuk dan pemupukan (Hakim et al. 1986).
penetapan KTK tanah, kelebihan kation
penukar NH4+ dicuci dengan etanol 96% agar Analisis NTK tanah setelah inkubasi 2
NH4+ yang tidak terjerap dalam koloid tanah minggu dan setelah panen
bisa tercuci. Selanjutnya, NH4+ yang terjerap
diganti dengan kation Na+ dari larutan NaCl, Koloid liat pada umumnya bermuatan
sehingga NH4+ yang terjerap dalam koloid negatif. Muatan negatif ini dinetralkan
tanah dapat diukur sebagai KTK. dengan menarik kation-kation seperti K+,
Na+, Mg2+, Ca2+ dan lain lain. Hal ini dapat
- Na+ - NH4+ terjadi karena gaya elektrostatis pada
- K+ - NH4+ permukaan liat. Kation-kation yang dijerap
- Ca2+ + NH4+ - NH4+ umumnya dalam bentuk hidrat, jumlah
- Mg2+ - NH4+ molekul-molekul air yang mengelilingi
- dll - NH4+ kation menentukan jarak kation dengan
kompleks jerapan. Karena kation-kation
- NH4+ - Na+ dijerap pada permukaan kristal, dan bukan di
- NH4+ - Na+ dalam kristal maka kation-kation tersebut
dapat dipertukarkan dengan kation lainnya.
- NH4+ + NaCl - Na+
Mekanisme ini akan menghambat kehilangan
- NH4+ - Na+
ion dari tanah dan mempertahankan ion-ion
- NH4+ - Na+
10
dalam bentuk yang dapat diserap tanaman mineral yang dapat melapuk dan melepaskan
(Anwar dan Sudadi 2004). unsur-unsur penyusunnya ke dalam tanah
Pengaruh penambahan abu vulkanik pada waktu proses pembentukan tanah
Merapi dapat meningkatkan kadar hara K, contohnya plagioklas, amfibol, dan piroksin
Ca, dan Mg dibandingkan kontrol (Lampiran (Prasetyo et al. 2004). Sampel tanah dengan
5). Hasil ini sesuai yang dilakukan Zuraida susunan mineral didominasi oleh mineral
(1999) penambahan abu vulkanik gunung mudah lapuk berarti tanah tersebut
Kelud meningkatkan kadar Ca dan Mg, tetapi mempunyai cadangan sumber hara tanah
kadar Na dan K menurun. Gambar 5 yang tinggi.
menunjukkan bahwa kandungan hara K Menurut penelitian yang dilakukan oleh
setelah penen meningkat, sedangkan Anda dan Wahdini (2010) abu vulkanik
kandungan hara Ca dan Mg menurun tersusun oleh volkan kaca (50%) dengan
dibandingkan setelah 2 minggu inkubasi. unsur utama Si, labradorit sebesar 26% (Na
Penurunan kadar hara Ca dan Mg di dalam dan Ca), augit sebesar 13% (Mg, Fe, dan Ca),
tanah salah satunya dikarenakan sebagian bitownit (Na dan Ca), hiperstin (Mg, Fe, dan
hara sudah diserap tanaman. Ca), dan hornblende (Fe, Mg, Ca, dan Na)
(Tafakresnanto dan Prasetyo (2001); Prasetyo
0,4 et al. (2004) dalam Pramuji dan Bastaman
Kadar K (me/100g)
4
Proses pelapukan fisik maupun kimia
3 mengakibatkan terjadinya pelapukan batuan
2 yang merupakan fenomena awal terjadinya
proses pembentukan tanah. Dimana proses
1
pelapukan melibatkan beberapa reaksi seperti
0 oksidasi, reduksi, oksidasi-reduksi, hidrasi,
0 2.5 5 10 20 40 hidrolisis, dan pelarutan.
Dosis abu (t/ha) Secara kimiawi, di dalam lingkungan
(b) dimana batuan terbentuk, struktur dan valensi
0,8 ion-ion dalam mineral bersifat stabil, tetapi
Kadar Mg (me/100g)
4
diperlukan tanaman. Selain itu, basa-basa
3
umumnya mudah tercuci sehingga tanah
dengan kejenuhan basa tinggi menunjukkan 2
bahwa tanah tersebut belum banyak 1
mengalami pencucian dan merupakan tanah 0
yang subur (Hardjowigeno 2003).
0 2.5 5 10 20 40
Dosis Abu (t/ha)
Serapan hara tanaman (a)
80
Selain analisis tanah dilakukan juga
60
Serapan N
Semakin tinggi dosis abu yang ditambahkan tanaman kedelai, serapan P cenderung
maka serapan N pada daun dan biji kedelai menyebar. Serapan tertinggi sebagian besar
semakin meningkat, sedangkan pada batang diperoleh pada dosis 20 t/ha (Lampiran 10).
dan akar tanaman kedelai, serapan N Bagian tanaman yang berkaitan dengan
cenderung menyebar. Serapan hara N pembiakan generatif seperti daun-daun
tertinggi diperoleh pada dosis 20 t/ha, kecuali bunga, tangkai sari, kepala sari, butir tepung
pada daun serapan tertinggi pada dosis 40 sari, daun buah, dan bakal biji banyak
t/ha (Lampiran 9). mengandung fosfor. Jadi, untuk pembentukan
bunga dan buah banyak diperlukan fosfor.
Serapan P Selain itu, fosfor juga berperan dalam sintesa
hijau daun, fosfor mendorong pertumbuhan
Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk akar-akar muda yang berguna bagi resistensi
ion ortofosfat primer (H2PO4-) dan ion terhadap kekeringan (Santoso 2010).
ortofosfat sekunder (HPO42-). Sebagian besar
fosfor di dalam tanaman berfungsi sebagai Serapan K
zat pembangun dan terikat dalam senyawa-
senyawa organik dan hanya sebagian kecil Kalium diserap tanaman dalam bentuk ion
terdapat dalam bentuk anorganik sebagai ion- K+. Ion kalium mempunyai fungsi psikologis
ion fosfat (Santosa 2010). pada asimilasi zat arang. Kalium berperan
Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui selama pembentukan bunga dan buah. Oleh
bahwa sebagian besar fosfor terdapat pada karena itu, kalium mudah bergerak. Selain
biji kedelai. Kandungan P pada biji kedelai itu, kalium berfungsi pada pembentukan
tergolong sedang sampai tinggi, sedangkan jaringan penguat (Santosa 2010).
pada daun, batang, dan akar tergolong sangat Berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui
rendah. Menurut Rosmarkam dan Yuwono bahwa sebagian besar hara K terdapat pada
(2002) fosfor ditemukan relatif dalam jumlah biji kedelai. Kandungan hara K pada biji
lebih banyak dalam buah dan biji tanaman. kedelai tergolong sangat tinggi, pada daun
tergolong sedang, sedangkan pada batang dan
0,4 akar tergolong sangat rendah (Rosmarkam
0,3 dan Yuwono 2002).
0,3
Serapan P
0,2 10
0,2 8
Serapan K
0,1
0,1 6
0,0 4
0 2.5 5 10 20 40
2
Dosis abu (t/ha)
(a) 0
8 0 2.5 5 10 20 40
Dosis abu (t/ha)
6
Serapan P
(a)
4
40
2
Serapan K
30
0
20
0 2.5 5 10 20 40
Dosis abu (t/ha) 10
(b) 0
Gambar 7 Serapan hara P tanaman kedelai, 0 2.5 5 10 20 40
(a) daun ( ), batang ( ), akar ( )
Dosis abu (t/ha)
(b) biji ( ).
(b)
Gambar 8 Serapan hara K tanaman kedelai,
Pengaruh penambahan abu vulkanik
(a) daun ( ), batang ( ), akar ( )
Merapi dapat meningkatkan serapan hara P.
(b) biji ( ).
Semakin tinggi dosis abu yang ditambahkan
maka serapan P pada daun dan biji semakin
Pengaruh penambahan abu vulkanik
meningkat, sedangkan pada batang dan akar
Merapi dapat meningkatkan serapan hara K.
13
Semakin tinggi dosis abu yang ditambahkan t/ha, sedangkan pada biji dan batang serapan
maka serapan K pada daun dan biji kedelai tertinggi pada dosis 40 t/ha (Lampiran 12).
semakin meningkat, sedangkan pada akar Menurut hasil analisis, kandungan Ca pada
serapan K cenderung menyebar dengan daun kedelai tergolong sedang, pada biji dan
serapan tertinggi pada dosis 20 t/ha batang tergolong rendah, sedangkan pada
(Lampiran 11). Berbeda dengan serapan pada akar tergolong sangat rendah.
daun, akar, dan biji, serapan pada batang
menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis Serapan Mg
abu serapan hara K semakin rendah.
Magnesium diserap tanaman dalam
Serapan Ca bentuk Mg2+ dan merupakan bagian dari hijau
daun yang tidak dapat digantikan oleh unsur
Kalsium diserap tanaman dalam bentuk lain, kecuali di dalam hijau daun terdapat
Ca2+. Unsur ini terdapat sebagai kalsium pula sebagai ion di dalam air-sel. Walaupun
oksalat pada lamela-lamela tengah dari Magnesium diserap tanaman dalam jumlah
dinding-dinding sel. Selain itu, terdapat juga yang sedikit dibandingkan unsur makro lain
pada batang yang berpengaruh baik pada seperti N, P, dan Ca, tetapi Mg2+ mempunyai
pertumbuhan ujung dan bulu-bulu akar. peranan penting dalam penyusunan klorofil.
Fungsi kalsium di antaranya sebagai pengatur Menurut G.H Collings (1995) dalam Santoso
permeabilitas dari dinding sel (Santosa 2010). (2010) kadar magnesium dari klorofil
Kalsium terdapat pada tanaman yang banyak tanaman sebesar 2.7%.
mengandung protein karena Ca juga berperan Gambar 10 menunjukkan bahwa sebagian
dalam pembuatan protein atau bagian yang besar Mg terdapat pada bagian daun. Hal ini
aktif dari tanaman (El Frando 2010). berkaitan dengan adanya Mg yang terdapat
Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui pada klorofil daun. Klorofil merupakan
bahwa sebagian besar Ca terdapat pada kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat
bagian daun. dalam tumbuhan, menyerap cahaya merah,
biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya
3 hijau yang menyebabkan tumbuhan
3 memperoleh ciri warnanya. Terdapat dalam
kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang
Serapan Ca
2
diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi
2
cahaya dalam proses fotosintesis (Rifai
1 1996).
1
0 4
3
0 2.5 5 10 20 40
Serapan Mg
3
Dosis abu (t/ha) 2
(a) 2
8 1
1
Serapan Ca
6
0
4
0 2.5 5 10 20 40
2 Dosis abu (t/ha)
0 (a)
0 2.5 5 10 20 40 0,1
Dosis abu (t/ha) 0,1
Serapan Mg
(b) 0,1
Gambar 9 Serapan hara Ca tanaman kedelai, 0,1
(a) biji ( ), batang ( ), akar ( ) 0,0
(b) daun ( ). 0,0
0,0
Pengaruh penambahan abu vulkanik 0 2.5 5 10 20 40
Dosis abu (t/ha)
Merapi dapat meningkatkan serapan Ca.
Semakin tinggi dosis abu yang ditambahkan (b)
maka serapan Ca semakin meningkat. Pada Gambar 10 Serapan hara Mg tanaman
daun dan akar serapan tertinggi pada dosis 20 kedelai, (a) daun ( ), biji ( )
(b) batang ( ), akar ( ).
14
Perlu dilakukan analisis silikat untuk Hairiah K., Widianto, dan D Suprayogo.
mengetahui apakah silikat berpengaruh 2005. Dapatkah pengembangan budidaya
terhadap sifat kimia tanah sehingga tanaman pangan pada tanah masam
mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena selaras dengan konsep pertanian sehat?.
sebagian besar abu vulkanik tersusun oleh Dalam Makarim, et al. (penyunting).
mineral silikat. Abu vulkanik Gunung Merapi Prosiding Lokakarya Pengembangan
dapat digunakan sebagai bahan amelioran Kedelai di Lahan Sub-optimal.
tanah masam. Puslitbangtan Bogor 87-116.
Muzar A. 2008. Aplikasi Limbah Cair Pabrik Tafakresnanto C dan BH Prasetyo. 2001.
Kelapa Sawit terhadap Tanah Ultisol dan Peranan data mineral tanah dalam
Pengaruhnya pada Tanaman Kedelai. menunjang interpretasi sumber daya
Jurnal Agrivigor 8:224-232. tanah. Jurnal Tanah dan Air 2(1): 47-56.
Pramuji dan Bastaman. 2009. Teknik Analisis Tisdale SJ, WL Nelson and JD Beaton. 1985.
Mineral Tanah untuk Menduga Cadangan Soils and Soil Fertility. New York: Mc
Sumber Hara. Buletin Teknik Pertanian Grow Hill Book.
14(2):80-82.
[USDA] United State Department of
Prasetyo BH, JS Adiningsih, K Subagyono, Agricultural. 1975. Soil Taxonomy – A
dan RDM Simanungkalit. 2004. Basis System of Soil Classification for
Mineralogi, kimia, fisika, dan biologi Making and Interpreting Soil. Washington
lahan sawah. hlm. 29-82. Dalam F. Agus DC:Government Printing Office.
(Ed.). Tanah Sawah dan Teknologi
Pengelolaannya. Bogor: Pusat Penelitian Utomo B. 2008. Perbaikan Sifat Tanah
Tanah dan Agroklimat. Ultisol untuk Meningkatkan Pertumbuhan
Eucalyptus Urophylla pada Ketinggian 0-
Prasetyo, Suriadikarta. 2009. Karakteristik, 400 meter [karya ilmiah]. Medan:
Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Universitas Sumatera Utara.
Tanah Ultisol untuk Pengembangan
Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Widyati E. 2009. Pemanfaatan Sludge
Jurnal Litbang Pertanian 25:2. Industri Pulp dan Kertas sebagai
Amelioran Tanah untuk Memacu
Rifai MA dkk. 1996. Kamus Biologi Bagian Rehabilitasi Lahan. Jurnal BS 44:41-48.
Fisiolog. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Wild A. 1995. Soils and Environment.
Rosmarkam, Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Cambridge University Press.
Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Winarso S, Eko H, Syekhfani, dan Didik S.
Rowell DL. 1995. Soil Science Method & 2009. Pengaruh Kombinasi Senyawa
Applications. Singapore: Longman Humik dan CaCO3 terhadap Aluminium
Singapore Publisers. dan Fosfat Typic Peleudult Kentrong
Banten. Jurnal Tanah Tropica 14:89-95.
Santoso SC. 2010. Mineral Bagi Tanaman. [
Terhubung Berkala]. Zuraida. 1999. Penggunaan Abu Volkan
www.sugihciptasantosa.com. [09 Oktober sebagai Amelioran pada Tanah Gambut
2011]. dan Pengaruhnya terhadap Sifat Kimia
Tanah dan Pertumbuhan Jagung [Skripsi].
Sediyarso M, Suping. 1987. Pengaruh Abu Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Galunggung terhadap Tanah Pertanian.
Bogor: Pusat Penelitian Tanah.
LAMPIRAN
18
Penumbukan Tanah
Pengayakan Abu
Pengayakan Tanah
ukuran 0,5 mm
Penimbangan Abu
Analisis tanah (kadar air, pH, P- Setelah panen Analisis Daun, Biji,
Bray 1, NTK, KTK, dan
Batang, dan Akar (N, P,
kemasaman dapat ditukar (Aldd
K, Ca, dan Mg)
dan Hdd)
20
= 7.39 %
Faktor koreksi kadar air (fk) = 100 / (100 – kadar air)
100
= (100 −7.39)
= 1.0798
Penentuan P-tersedia
300
y = 28.22x - 2.839
250 R² = 0.999
200
150
100
50
0
-50 0 5 10 15
ppm kurva
y = 28.22x – 2.839
x = 2.3331 ppm
Kadar P2O5 tersedia (ppm) ulangan 1
= ppm kurva x ml ekstrak/1000 ml x 1000g/g contoh x fp x 142/190 x fk
= 18.83 ppm
Dengan perhitungan yang sama untuk ulangan 2 dan ulangan 3 sehingga diperoleh
rerata kadar P2O5 sebesar 18.15 ppm
Penentuan KTK
140
120 y = 7.915x - 6.743
R² = 0.990
100
80
60
40
20
0
-20 0 5 10 15 20
25
Lanjutan
ppm kurva
y = 7.915x – 6.743
x = 8.432 ppm
= 10.12 me/100g
Dengan perhitungan yang sama untuk ulangan 2 dan ulangan 3 sehingga diperoleh
rerata nilai KTK sebesar 10.62 me/100g
Lanjutan
Penentuan kadar K
7000
6000 y = 1279.0x - 309.0
R² = 0.993
5000
4000
3000
2000
1000
0
-1000 0 2 4 6
ppm kurva
y = 1279.0 x – 309.0
x = 0.9484 ppm
Kadar K
= (ppm kurva/bst kation) x 50 ml 1000 ml-1 x 1000 g 2.5 g-1 x 0.1 x fp x fk
= 0.9484/39 x 2 x 5 x 1.0798
= 0.2626 me/100g
Dengan perhitungan yang sama untuk ulangan 2 dan ulangan 3 sehingga diperoleh
rerata kadar K sebesar 0.2478 me/100g
Penentuan Kadar Ca
4500
4000 y = 207.4x + 55.66
3500 R² = 0.999
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 10 20 30
ppm kurva
y = 207.4 x + 55.66
x = 2.0122 ppm
27
Lanjutan
Kadar Ca
= (ppm kurva/bst kation) x 2 x fp x fk
= 2.0122/20 x 2 x 10 x 1.0798
= 2.1728 me/100g
Dengan perhitungan yang sama untuk ulangan 2 dan ulangan 3 sehingga diperoleh
rerata kadar Ca sebesar 2.2136 me/100g
Penentuan kadar Mg
7000
y = 1572.0x + 225.0
6000 R² = 0.994
5000
4000
3000
2000
1000
0
0 1 2 3 4 5
ppm kurva
y = 1572.0 x + 225.0
x = 0.1915 ppm
Kadar Mg
= (ppm kurva/bst kation) x 2 x fp1 x fk
= 0.1915/12,15 x 2 x 10 x 1.0789
= 0.3404 me/100g
Dengan perhitungan yang sama untuk ulangan 2 dan ulangan 3 sehingga diperoleh
rerata kadar Mg sebesar 0.3155 me/100g
28
Lanjutan
Contoh perhitungan:
140
120 y = 7.631x - 2.421
R² = 0.998
100
80
60
40
20
0
-20 0 5 10 15 20
ppm kurva
y = 7.631 x – 2.421
x = 5.9522 ppm
Kadar N (%) = ppm kurva x ml ekstrak 1000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x fp x fk
= ppm kurva x 25/1000 x 100/125 x 10 x fk
= 5.9522 x 0.2 x 1.0013
= 1.1920 %
Dengan perhitungan yang sama untuk ulangan 2 dan ulangan 3 sehingga diperoleh
rerata kadar N pada daun sebesar 1.1395 %
Lanjutan
Contoh perhitungan:
0,700
0,600 y = 0.030x + 0.000
R² = 0.999
0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
0 10 20 30
ppm kurva
y = 0.030 x +0,000
x = 1.8333 ppm
kadar P (%)
= ppm kurva x ml ekstrak 1000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x BA P/BM PO4 x fp x fk
= ppm kurva x 25/1000 x 100/250 x 31/95 x 10 x fk
= 1.8333 x 0.1 x 31/95 x 1.0013
= 0.0599 %
Dengan perhitungan yang sama untuk ulangan 2 dan ulangan 3 sehingga diperoleh
rerata kadar P pada daun sebesar 0.0595 %
Lanjutan
Contoh perhitungan:
6000
5000 y = 252.7x - 271.8
R² = 0.991
4000
3000
2000
1000
0
-1000 0 10 20 30
ppm kurva
y = 252.7x – 271.8
x = 4.4788 ppm
kadar K
= ppm kurva x ml ekstrak 1000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x fp x fk
= ppm kurva x 25/1000 x 100/250 x 50 x fk
= 4.4788 x 0.5 x 1.0013
= 2.2423 %
Dengan perhitungan yang sama untuk ulangan 2 dan ulangan 3 sehingga diperoleh
rerata kadar K pada daun sebesar 1.9491 %
Lanjutan
Contoh perhitungan:
6000
y = 273.5x + 178.3
5000 R² = 0.995
4000
3000
2000
1000
0
0 5 10 15 20 25
ppm kurva
y = 2735x + 178.3
x = 14.5949 ppm
kadar Ca
= ppm kurva x ml ekstrak 1000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x fp x fk
= 14.5949 x 25/1000 x 100/250 x 10 x fk
= 1.4614 %
Dengan perhitungan yang sama untuk ulangan 2 dan ulangan 3 sehingga diperoleh
rerata kadar Ca pada daun sebesar 1.5478 %
Lanjutan
Contoh perhitungan:
6000
y = 540.8x + 144.0
5000
R² = 0.996
4000
3000
2000
1000
0
0 5 10 15
ppm kurva
y = 540.8x + 144.0
x = 5.1350 ppm
kadar Mg
= ppm kurva x ml ekstrak 1000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x fp x fk
= ppm kurva x 25/1000 x 100/250 x 10 x fk
= 5.1350 x 0.1 x 1.0013
= 0.5142 %
Dengan perhitungan yang sama untuk ulangan 2 dan ulangan 3 sehingga diperoleh
rerata kadar Mg pada daun sebesar 0.5127 %