Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN NY. C DENGAN MIOMA UTERI


DI RUANG BOUGENVILE 2 RSUP. DR. SARDJITO

Disusun oleh :
Ainun Nur Zakina
P07120520019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK
2020/2021

LEMBAR PENGESAHAN
1
Telah disahkan “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.
C Dengan Mioma Uteri di Ruang Bougenvile 2 Rsup. Dr. Sardjito” guna memenuhi
tugas mandiri Stase Keperawatan Medikal bedah
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Tahun 2020/2021

Yogyakarta, Maret 2021

Diajukan oleh :
Ainun Nur Zakina
NIM. P07120520019

Mengetahui,

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

2
LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI

A. Pengertian
Mioma uteri adalah tumor yang paling umum pada traktus genitalis (Derek
Llewellyn- Jones, 1994).
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya (www.
Infomedika. htm, 2004).
Mioma uteri terbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos
jaringan fibrosus, sehingga mioma uteri dapat berkonsisten padat jika jaringan
ikatnya dominan dan berkonsentrasi lunak jika otot rahim yang dominan.
Mioma uteri biasa juga disebut leiomioma uteri, fibroma uteri,
fibroleiomioma, mioma fibroid atau mioma simpel. Mioma terdiri atas
serabut- serabut otot polos yang diselingi dengan jaringan ikat dan dikelilingi
kapsul yang tipis. Tumor ini dapat berasal dari setiap bagian duktus muller,
tetapi paling sering terjadi pada miomatreium. Disini beberapa tumor dapat
timbul secara serentak. Ukuran tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang
polong sampai sebasar bola kaki. Degenarasi ganas mioma uteri, ditandai
dengan terjadinya perlunakan serta warna yang keabu- abuan, terutama jika
mioma tumbuh dengan cepat atau ditemukan pada pot menopause. Adanya
bagian nekrotik, lunak dan perdarahan pada potongan mioma perlu diwaspadai
adanya proses ganas. Bila berasal dari miometrium, maka dinding uterus
menebal, sehingga terjadi pembesaran uterus.
Mioma uteri terjadi kira – kira 5% wanita selama masa reproduksi.
Tumor ini tumbuh dengan lambat dan mungkin baru dideteksi secara klinis
pada kehidupan dekade ke- 4. pada dekade ke – 4 ini insidennya mencapai
kira – kira 20%. Mioma sering terjadi pada wanita nulipara atau wanita yang
hanya mempunyai satu orang anak.
Bentuk mikroskopis sering sulit dibedakan dengan mioma uteri yang
hiperselluler. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering
ditemukan satu dari empat wanita selama masa reproduksi yang aktif.
Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri
memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operasi. Mioma uteri tidak
memberikan tanda dan gejala klinik yang bermakna namun lebih sering pada
dekade ke- 4 serta pada wanita kulit hitam dan sekitar 5 – 10 % merupakan
submukosa.
Diet dan lemak tubuh juga berpengaruh terhadap resiko terjadinya
mioma. Marshall (1998), Sato (1998) dan Chiaffarino menemukan bahwa
resiko mioma meningkat seiring bertambahnya indeks massa tubuh dan
konsumsi daging dan ham. Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa
reproduksi, karena diduga berhubungan dengan aktivitas estrogen. Dengan
demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum menarke dan akan mengalami
regresi setelah menopause, atau bahkan bertambah besar maka kemungkinan
besar mioma uteri tersebut telah mengalami degenerasi ganas menjadi
sarkoma uteri. Bila ditemukan pembesaran abdomen sebelum menarke, hal itu
pasti bukan mioma uteri tetapi kemungkinan besar kista ovarium dan resiko
untuk mengalami keganasan sangat besar.

B. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan
diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma
merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik
dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas
kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik,
adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1. Estrogen.
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat
pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen
eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan
ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen
seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%),
adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%).Mioma uteri
banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah
estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang
pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen
yang lebih banyak daripada miometrium normal.
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat
pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari
leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik
antara HPL dan Estrogen.

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga


kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

1. Umur :
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling
sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
2. Paritas :
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan
mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas,
atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik :
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.

4. Fungsi ovarium :
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan
mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah
kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis
GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat
mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma
mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap
reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan
produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-
like growth factor yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah
mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih
banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting
pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan
karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah
menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini
kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah
ooforektomi bilateral pada usia dini.

C. Simtomatologi
Gejala tergantung pada besar dan posisi mioma. Kebanyakan mioma
kecil dan beberapa yang besar tidak menimbulkan gejala dan hanya terdeteksi
pada pemeriksaan rutin. Jika mioma terletak subendometrium, mungkin
disertai minoragia. Jika perdarahan yang hebat menetap, pasien mungkin
mengalami anemia. Ketika uterus berkontraksi, dapat timbul nyeri kram.
Mioma subendometrium yang bertangkai dapat menyebabkan perdarahan
persisten dari uterus.
Dimanapun posisinya didalam uterus, mioma besar dapat
menyebabkan gejala penekanan pada panggul, disuria dan sering kencing serta
konstipasi atau nyeri punggung jika uterus yang membesar menekan rectum.
Mioma servic dapat menyebabkan nyeri panggul dan kesulitan melakukan
hubungan seksual. Mioma fibrosa dapat tidak menunjukan gejala/
menyebabkan perdarahan vagina abnormal. Gejala lain akibat tekanan pada
organ – organ sekitarnya mencakup nyeri, sakit kepala, konstipasi dan
masalah – masalah perkemihan. Menorrhagi dan metroragi terjadi karena
fibroid (dapat merusak lapisan uterus).

D. Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali
tanpa gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi
tiga jenis yaitu :
 Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan
saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus
melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam
ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma
yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa.
Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke
omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga
mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas
dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis
parasitik.
 Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila
masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan
menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan
berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang
berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah
perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma
subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam
otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan
otot rahim dominan).
 Mioma Uteri Submukosa
Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak.
Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada
keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas
permukaan ruangan rahim.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih
penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri
subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi
sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada
jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan
perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga
sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

Atropi : setelah menopause dan rangsangan estrogen menghilang.


Degenerasi hialin (merupakan perubahan degeneratif yang paling umum
ditemukan):
 Jaringan ikat bertambah
 Berwarna putih dan keras
 Disebut “mioma durum”
Degenerasi kistik:
 Bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair
 Menjadi poket kistik
Degenerasi membatu (calcareous degeneration) :
 Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri.
 Padat dan keras
 Berwarna putih
Red degeneration (carneous degeneration) :
 Terjadi paling sering pada masa kehamilan.
 Estrogen merangsang tumbuh kembang mioma.
 Aliran darah tidak seimbang (edema sekitar tungkai dan tekanan
hamil).
 Terjadi kekurangan darah menimbulkan nekrosis, pembentukan
trombus, bendungan darah dalam mioma, warna merah
(hemosiderosis/hemofusin).
 Proses ini biasanya disertai nyeri, tetapi dapat hilang sendiri.
Komplikasi lain yang jarang ditemukan meliputi: kelahiran preterm,
ruptur tumor dengan perdarahan peritoneal, shock dan bahkan
mencetuskan DIC.
Degenerasi Mukoid :
Daerah hyaline digantikan oleh bahan gelatinosa yang lembut. Biasanya
terjadi pada tumor yang besar, dengan aliran arterial yang terganggu.
Degenerasi Lemak:
Lemak ditemukan di dalam serat otot polos.
Degenerasi sarkomatous (transformasi maligna)
Terjadi pada kurang dari 1% mioma. Kontroversi yang ada saat ini adalah
apakah hal ini mewakili sebuah perubahan degeneratif ataukah sebuah
neoplasma spontan. Leiomyosarkoma merupakan sebuah tumor ganas yang
jarang terdiri dari sel-sel yang mempunyai diferensiasi otot polos.

E. Gambaran Klinik
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan
apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam
uterus. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
1. Besarnya mioma uteri.
2. Lokalisasi mioma uteri.
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena.
Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
 Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan
(30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa: menoragi, metroragi,
dan hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe.
Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area
permukaaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi
otot rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan
ulserasi dari lapisan endometrium.
 Penekanan rahim yang membesar :
o Terasa berat di abdomen bagian bawah.
o Gejala traktus urinarius: urine frequency, retensi urine, obstruksi
ureter dan hidronefrosis.
o Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal.
o Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
 Nyeri, dapat disebabkan oleh :
o Penekanan saraf.
o Torsi bertangkai.
o Submukosa mioma terlahir.
o Infeksi pada mioma.
 Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di
cornu. Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat
menghalangi implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan
kelahiran prematur pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa.
 Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan
edema ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.
 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi :
 Kehamilan dapat mengalami keguguran.
 Persalinan prematuritas.
 Gangguan proses persalinan.
 Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
 Pada kala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan
perdarahan.
Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.
Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri :

▪ Cepat bertambah besar, mungkin karena pengaruh hormon estrogen


yang meningkat dalam kehamilan.
▪ Degenerasi merah dan degenerasi karnosa : tumor menjadi lebih
lunak, berubah bentuk, dan berwarna merah. Bisa terjadi gangguan
sirkulasi sehingga terjadi perdarahan.
▪ Mioma subserosum yang bertangkai oleh desakan uterus yang
membesar atau setelah bayi lahir, terjadi torsi (terpelintir) pada
tangkainya, torsi menyebabkan gangguan sirkulasi dan nekrosis pada
tumor. Wanita hamil merasakan nyeri yang hebat pada perut
(abdoment akut).
▪ Kehamilan dapat mengalami keguguran.
▪ Persalinan prematuritas.
▪ Gangguan proses persalinan.
▪ Tertutupnya saluran indung telur sehingga menimbulkan infertilitas.
▪ Pada kala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan
perdarahan.
▪ Mioma yang lokasinya dibelakang dapat terdesak kedalam kavum
douglasi dan terjadi inkarserasi.
Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan :
▪ Subfertil (agak mandul) sampai fertil (mandul) dan kadang- kadang
hanya punya anak satu. Terutama pada mioma uteri sub mucosum.
▪ Sering terjadi abortus. Akibat adanya distorsi rongga uterus.
▪ Terjadi kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang
besar dan letak sub serus.
▪ Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir, terutama pada mioma
yang letaknya diservix.
▪ Inersia uteri terutama pada kala I dan kala II.
▪ Atonia uteri terutama paska persalinan ; perdarahan banyak, terutama
pada mioma yang letaknya didalam dinding rahim.
▪ Kelainan letak plasenta.
▪ Plasenta sukar lepas (retensio plasenta), terutama pada mioma yang
sub mukus dengan intra mural.

Penanganan berdasarkan pada kemungkinan adanya keganasan,


kemungkinan torsi dan abdomen akut dan kemungkinan menimbulkan
komplikasi obstetrik, maka :

▪ Tumor ovarium dalam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa
harus dikeluarkan.
▪ Waktu yang tepat untuk operasi adalah kehamilan 16 – 20 minggu.
▪ Operasi yang dilakukan pada umur kahamilan dibawah 20 minggu
harus diberikan substitusi progesteron :
- Beberapa hari sebelum operasi.
- Beberapa hari setelah operasi, sebab ditakutkan korpus luteum
terangkat bersama tumor yang dapat menyebabkan abortus.
▪ Operasi darurat apabila terjadi torsi dan aboment akut.
▪ Bila tumor agak besar dan lokasinya agak bawah akan menghalangi
persalinan, penanganan yang dilakukan :
- Coba reposisi, kalau perlu dalam narkosa.
- Bila tidak bisa persalinan diselesaikan dengan sectio cesarea
dan jangan lupa, tumor sekaligus diangkat.

F. Komplikasi
1) Perdarahan sampai terjadi anemia.
2) Torsi tangkai mioma dari :
a) Mioma uteri subserosa.
b) Mioma uteri submukosa.
3) Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4) Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
▪ Pengaruh mioma terhadap kehamilan.
 Infertilitas.
 Abortus.
 Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
 Inersia uteri.
 Gangguan jalan persalinan.
 Perdarahan post partum.
 Retensi plasenta.
▪ Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
 Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
 Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.

G. Pemeriksaan penunjang
a. USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga
dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik
USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak
dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya
membutuhkan diagnosa jaringan.
b. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola
gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga
bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk
tak teratur.
c. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
d. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
e. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
f. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi
hati, ureum, kreatinin darah.
g. Tes kehamilan.
I. Penanganan
Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu penanganan
secara konservatif dan penanganan secara operatif.
1. Penanganan konservatif sebagai berikut :
Ø Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
Ø Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
Ø Pemberian zat besi.
Ø Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3
menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan
pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi
gonadotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa
yang ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam
mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu. Terapi agonis
GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena
memberikan beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah
selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi
darah. Namun obat ini menimbulkan kahilangan masa tulang
meningkat dan osteoporosis pada wanita tersebut.
Catatan : Baru-baru ini, progestin dan antipprogestin dilaporkan
mempunyai efek terapeutik. Kehadiran tumor dapat ditekan
atau diperlambat dengan pemberian progestin dan
levonorgestrol intrauterin

2. Penanganan operatif, bila :


Ø Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
Ø Pertumbuhan tumor cepat.
Ø Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
Ø Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
Ø Hipermenorea pada mioma submukosa.
Ø Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
a) Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya
aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak
dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau
sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini
seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan
mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang
menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan
berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea.
Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians
Gynecologists (ACOG) adalah sebagai berikut :
Ø Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
Ø Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
Ø Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan
kehamilan dan keguguran yang berulang.
b) Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita
yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala.
Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut:
Ø Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat
teraba dari luar dan dikeluhkan olah pasien.
Ø Perdarahan uterus berlebihan :
o Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang
selama lebih dari 8 hari.
o Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
Ø Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :
o Nyeri hebat dan akut.
o Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang
kronis.
o Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan
tidak disebabkan infeksi saluran kemih.
c). Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi kemungkinan dapat
hamil sekitar 30 – 50%. Dan perlu disadari oleh penderita bahwa setelah
dilakukan miomektomi harus dilanjutkan histerektomi.
Lama perawatan :
- 1 hari pasca diagnosa keperawatan.
- 7 hari pasca histerektomi/ miomektomi.
Masa pemulihan :
- 2 minggu pasca diagnosa perawatan.
- 6 minggu pasca histerektomi/ miomektomi.

c) Penanganan Radioterapi
Ø Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
Ø Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
Ø Bukan jenis submukosa.
Ø Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
Ø Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause.
Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN MIOMA UTERI

1. Pengkajian.
Data subjektif :
- Pasien mengeluh nyeri saat menstruasi.
- Pasien mengatakan ada perdarahan abnormal.
- Pasien merasa penuh pada perut bagian kanan bawah.
- Pasien mengeluh adanya perubahan pola BAK dan BAB.
- Pasien merasa haidnya tidak teratur.
Data objektif :
- Ada benjolan pada perut bagian bawah yang padat, kenyal,
permukaan tumor rata serta adanya pergerakan tumor.
- Pemeriksaan ginekologi dengan pemeriksaan bimanual di dapat
tumor menyatu dengan rahim atau mengisi kavum douglas.
- Infertilitas atau abortus.

2. Diagnosa.
- Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan adanya penekanan
syaraf.
- Resiko terjadi anemi berhubungan dengan perdarahan abnormal
yang ditandai dengan perdarahan pervagina berlebihan, pasien
lemah, sklera pucat.
- Gangguan pola eliminasi; disuria berhubungan dengan
pembesaran uterus yang menekan vesika urinaria.
- Gangguan pola eliminasi; konstipasi berhubungan dengan
pembesaran uterus yang menekan rektum.
- Resiko terjadinya infertilitas berhubungan dengan penutupan
saluran indung telur.
- Resiko terjadinya abortus berhubungan dengan adanya distorsi
rongga uterus.
3. Perencanaan
a. Diangnosa
Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan adanya penekanan
pada organ dan syaraf viseral/akibat tindakan pembedahan
Tujuan : Nyeri dapat mengalami penurunan / berkurang.
Intervensi :
- Kaji tingkat nyeri pasien (skala)
- Kolborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik.
- Atur posisi tidur senyaman mungkin.
- Ajarkan teknik relaksasi/ distraksi untuk mengurangi nyeri.

b. Diangnosa
Resiko terjadi anemi berhubungan dengan perdarahan abnormal yang
ditandai dengan perdarahan pervagina berlebihan, pasien lemah, sklera
pucat.
Tujuan : Anemia dapat dicegah
Intervensi :
- Monitor jumlah darah yang keluar.
- Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan
cek Hb dan Ht.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penatalaksanaan nutrisi
adekuat.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penambah
darah (SF)
- Kaji TTV.

c. Diagnosa
Gangguan pola eliminasi; disuria berhubungan dengan pembesaran uterus
yang menekan vesika urinaria.
Tujuan : Disuria dapat dicegah.
Intervensi :
- Kaji pola miksi pasien
- Berikan penjelasan pada pasien mengenai penyebab disuria.
- Anjurkan kepada pasien agar tidak takut untuk miksi.
- Pasang kateter bila diperlukan
- Kolaborasi dengan doter untuk pemberian obat analgetik.

d. Diagnosa
Gangguan pola eliminasi; konstipasi berhubungan dengan pembesaran
uterus yang menekan rektum.
Tujuan : konstipasi dapat dicegah
Intervensi :
- kaji adanya tanda - tanda adanya konstipasi
- kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pencahar
- anjurkan pasien untuk relaksasi
- anjurkan pasien untuk banyak minum
- anjurkan pasien untuk banyak makan makanan berserat

e. Diagnosa.
Resiko terjadinya infertilitas berhubungan dengan penutupan saluran
indung telur.
Tujuan : Infertilitas dapat dicegah
Intervensi :
- Kolaborasi dengan ahli radiologi (USG) untuk menentukan
jenis tumor, letak mioma.
- Kolaborasi dengan ahli histerografi dan histeroskopi.
- Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk cek darah
lengkap.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang
adekuat.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya
(operasi, pengobatan infertilitas).
f. Diagnosa
Resiko terjadinya abortus berhubungan dengan adanya distorsi rongga
uterus.
Tujuan : abortus dapat teratasi
Intervensi :
- Kaji tanda – tanda perdarahan dan jumlah darah.
- Observasi dengah pemeriksaaan pelvis secara periodik setiap 3
– 6 bulan.
- Kolaborasi pemberian obat penguat janin, obat anemi (zat besi).
- Anjurkan pasien un tuk lebih banyak istirahat (bedrest total).
- Ajarkan pasien untuk relaksasi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang
adekuat.

4. Evaluasi.

1. Anemi dapat teratasi


2. Rasa nyeri berkurang
3. Pola eliminasiBAK
4. BAB teratasi
5. Infertilitas dapat dicegah
6. Abortus dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA

▪ Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. EGC

▪ http: //www. InfoMedika.com/ mioma uteri. Htm

▪ Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 1991.


Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi. POGI. Jakarta

▪ Sarjadi. 1995. Patologi Ginekologi Hipokrates. Fakultas Kedokteran


Universitas Diponegoro. Jakarta

▪ Sarwono Prawirahardjo. 1976. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka.


Jakarta

▪ Wiknjosastro Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirahardjo. Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN MIOMA UTERI

Hari/Tanggal : Rabu, 3 Maret 2021


Jam : 14:00
Tempat : Bougenvile 2 RSUP dr. Sardjito
Oleh : Ainun Nur Zakina
Sumber data : Primer dan sekunder
Metode : Wawancara dan RM pasien

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas Klien
1) Nama : Ny. C
2) Umur : 42 tahun
3) Tempat/Tanggal lahir : Medan/25 Agustus 1978
4) Agama/kepercayaan : Kristen
5) Suku Bangsa : Batak
6) Pendidikan : SMP
7) Pekerjaan : Usaha laundry
8) Alamat : Depok, Sleman
b. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Tn. S
2) Umur : 45 Tahun
3) Tempat/Tanggal lahir : Yogyakarta
4) Agama/kepercayaan : Kristen
5) Suku Bangsa : Jawa
6) Pendidikan : S1
7) Pekerjaan : Tidak bekerja
8) Hubungan dengan klien : Suami
9) Alamat : Depok, Sleman

2. Diagnosa Dan Informasi Medik Yang Penting Waktu Masuk


Tanggal Masuk : 1 Maret 2021
Tanggal Pengkajian : 3 Maret 2021
No. Medical Record : 01.96.25.26
Ruang Rawat : Bougenvile 2
Diagnosa Medik : Mioma uteri
Yang mengirim/merujuk : Dokter poli
Alasan Masuk : Rencana operasi

3. RIWAYAT KESEHATAN UMUM


a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama Masuk : Klien mengeluh sulit BAK, haid hanya 1-2 hari
lalu flek sampai dengan 2 bulan, 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
perdarahan terus menerus
2) Keluhan Saat Ini (Waktu Pengkajian) : Klien mengeluh nyeri setelah operasi,
tidak bisa banyak bergerak
b. Riwayat Kesehatan Dahulu : klien mengatakan tidak pernah mengidap penyakit
serius sebelumnya
c. Riwayat Kesehatan Keluarga : klien mangatakan tidak ada keluarga yang
menderita penyakit serupa (mioma uteri)
Genogram (min.3 generasi)
d. Riwayat alergi : tidak ada alergi
e. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan : -
f. Riwayat Sosial : klien berinteraksi dengan orang-orang sekitar seperti biasa

4. RIWAYAT OBSTETRIK
a. Status Obestetikus : P2 A0 H2
b. Riwayat Menstuasi :
1) Usia menarche : 17 tahun
2) Lama haid : 1-2 hari
3) Siklus haid : haid tidak teratur, kadang 6 bulan sekali
4) Banyaknya : sedikit
5) Warna : merah
6) Bau : amis darah
7) Keluhan : haid tidak teratur, berdarah hanya 1-2 hari
setelahnya flek bisa sampai 2 bulan
c. Riwayat Pernikahan :
1) Status : menikah
2) Umur waktu menikah pertama kali : 20 tahun
3) Frekuensi menikah : 1 kali
4) Lama menikah dengan suami yang sekarang : 22 tahun

d. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu :

Jenis Umur anak Keadaan Pemberi


Cara kel. (dari Keadaa Keadaan nifas an ASI
Tgl/thn Tempat Ditolong Kondisi
No Partu Ana kehamilan n saat persalinan yang lalu
partus partus oleh saat ini
s k sebelum- hamil lalu
nya)
Tidak Tidak Tidak
ASI
Yogy spont Laki Hidup/ ada ada ada
1 2000 bidan - ekskl
akarta an -laki sehat kelaina kelaina keluha
usif
n n n
Tidak Tidak Tidak
pere ASI
Yogy spont Hidup/ ada ada ada
2 2002 bidan mpu 2 tahun ekslkl
akarta an sehat kelaina kelaina keluha
an usif
n n n

e. Riwayat KB
a. Pernah Ikut KB/Tidak, Metoda : Tidak pernah KB
b. Lama penggunaan :
c. Alasan dilepas :
d. Keluhan :
e. Rencana KB yang akan datang : tidak ada rencana

f. Program terapi dokter :


a. Obat oral: -
b. Obat parenteral:
- Cefazolin 1gr/12jam
- Ketorolac 30gr/8jam
- Cefotaxim 1gr/12jam

5. Pengkajian Kesehatan Dasar


1. Pengkajian kebersihan dan kenyamanan fisik
Sebelum sakit Setelah sakit
a. Mandi : sendiri di tempat tidur dibantu
b. Gosok gigi : sendiri di tempat tidur dibantu
c. Cuci rambut : sendiri di tempat tidur dibantu
d. Kebersihan kuku : sendiri di tempat tidur dibantu
e. Ganti pakaian : sendiri di tempat tidur dibantu
f. Masalah/keluhan : belum dapat berakivitas mandiri setelah operasi

2. Pengkajian aktivitas, latihan fisik/olahraga, istirahat dan tidur yang optimal


a. Aktivitas dan latihan fisik/olahraga :
Sebelum sakit Setelah sakit
1) Aktivitas/rutinitas : aktif/normal tidak bisa banyak bergerak
2) Lat.fisik/olahraga : aktif/normal tidak bisa banyak bergerak
3) Keluhan : belum dapat beraktivitas seperti biasa setelah operasi
b. Istirahat dan tidur
Sebelum sakit Setelah sakit
1) Kebiasaan menjelang tidur : tidak ada tidak ada
2) Pola dan lama tidur dlm sehari : 8 jam >8 jam
3) Kebiasaan rekreasi : tidak ada
4) Keluhan/masalah : tidak ada masalah istirahat

3. Pengkajian dada dan oksigenasi


a. Sistem pernafasan
1) Inspeksi hidung : tidak ada kelainan
2) Palpasi hidung : tidak ada nyeri tekan
3) Inspeksi dada : tidak ada kelainan
4) Auskultasi paru-paru : vesikuler
5) Palpasi dada : tidak ada nyeri tekan
6) Perkusi dada : tidak ada kelainan
7) Respiratory rate (RR) : 20x/menit
8) Keluhan yang dirasakan : tidak ada keluhan
b. Sistem kardiovaskuler
1) Auskultasi jantung: tidak ada kelainan
2) Perkusi jantung: tidak ada kelainan
3) Denyut nadi/menit: 88x/menit
4) Keluhan yang dirasakan : tidak ada keluhan
c. Posisi yang nyaman/tidak mengganggu dalam bernafas: tidak ada posisi khusus
d. Riwayat penyakit pernafasan dan kardiovaskuler : tidak ada

4. Mempertahankan nutrisi untuk seluruh sel tubuh


1) Frekuensi makan dalam sehari: 2-3 kali
2) Variasi menu makanan: ayam, ikan, nasi, sayur, daging merah, tahu, tempe,
dll
3) Pantangan makanan: tidak ada
4) Kebiasaan saat makan: tidak ada kebiasaan khusus
5) Makanan selingan: keripik, jajanan pasar dll.
6) Masalah/keluhan yang dirasakan: tidak ada keluhan
7) BB sekarang: 77 kg
8) Tinggi badan: 160 kg

5. penkajian eliminasi
a. Eliminasi urin
1) Frekueni BAK: kurang lebih 5x sehari
2) Jumlah urin: kurang lebih 1500 ml perhari
3) Warna: bening kekuningan
4) Bau: amonia
5) Masalah/keluhan: sebelum sakit merasakan sulit BAK, ada rasa belum
tuntas setiap BAK. Setelah di rumah sakit dan operasi memakai kateter
b. Eliminasi fekal
1) Frekueni BAB: 1x sehari
2) Jumlah: pasien tidak memperhatikan
3) Warna: cokelat kekuningan
4) Bau: tidak ada kelainan
5) Masalah/keluhan: tidak ada keluhan
c. Pemeriksaan Hemoroid

6. pengkajian keseimbangan cairan dan elektrolit


a. Intake cairan/24 jam: kurang kebih 1.5 liter perhari
b. Output cairan/24 jam: kurang lebih 1.5 liter perhari
c. Balance cairan
d. Konsumsi alkohol: -
e. CRT: <1 detik
f. Edema: tidak ada edema
g. Tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit: tidak ditemukan
h. Hasil pemeriksaan lab. : hemoglobin 9.8 gdL

7. Pengkajian respon-respon fisiologis tubuh terhadap kondisi penyakit patologis,


fisiologis dan kompensasi
a. Payudara
1) Inspeksi: bersih, simetris, tidak ada kelainan
2) Pengeluaran colostrum/ASI: tidak ada sekresi
3) Keadaan puting susu: menonjol
4) Palpasi mammae: tidak ada pembengkakan, tidak teraba massa.
5) Masalah/keluhan: tidak ada keluhan
b. Abdomen dan involusi uterus
1) Inspeksi abdomen: terdapat bekas operasi baru di perut bagian bawah
2) Kandung Kemih : tidak penuh
3) Luka operasi : - Ada, kalau ada, operasi apa : total abdominal
hysterectomy, salphingectomy, oopnorectomy
- Keadaan luka operasi : basah
- Heachting : belum diangkat
4) Masalah/keluhan: bekas operasi terasa sangat nyeri
c. Perineum
1) Kebersihan genitalia: bersih, terpasang kateter urin
2) Varises: tidak terdapat varises
3) Keutuhan perineum: utuh

8. pengkajian mekanisme dan fungsi regulasi


a. Keadaan umum : lemah-baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda-tanda vital :
1) Tekanan darah: 129/76 mmHg
2) Frekuensi nadi: 88x/menit
3) Frekuensi nafas: 20x/menit
4) Suhu: 37.1 derajat celcius
d. Pemeriksaan lab.:Hb, Ht, (hematologi rutin), dll: terlampir
e. Pemeriksaan USG, Ro, dll:-

9. Pengkajin fungsi sensorik


a. Indera penglihatan
1) Inspeksi mata: tidak ada kelainan, sklera tidak ikterik
2) Palpalsi mata: tidak ada nyeri tekan
3) Fungsi penglihatan: baik
4) Masalah/keluhan: tidak ada keluhan
b. Indera penciuman
1) Inspeksi hidung, tidak ada kelainan
2) Palpasi: tidak ada massa
3) Kemampuan membedakan beberapa bau yang berbeda: mampu
4) Masalah/keluhan: tidak ada masalah
c. Indera pengecapan
1) Inspeksi mulut, rongga mulut, gigi, lidah: bersih, gigi lengkap
2) Kemampuan membedakan rasa: baik
3) Masalah/keluhan: tidak ada keluhan
d. Indera pendengaran
1) Inspeksi: simetris, tidak ada kelainan
2) Palpasi:tidak ada massa
3) Fungsi pendengaran: baik
4) Masalah/keluhan: tidak ada keluhan
e. Indera perabaan
1) Inspeksi: tangan kiri terpasang infus, perut bagian bawah terdapat bekas
operasi
2) Palpasi: tidak teraba massa
3) Kemampuan membedakan rangsang: baik
4) Masalah/keluhan: luka bekas operasi terasa nyeri

10. Pengkajian penerimaan, perasaan serta reaksi positif dan negatif


a. Kemampuan menggunakan koping jika ada masalah: baik, tidak ada masalah
dalam mengontrol stres
b. Adanya support sistem: support sistem utama klien adalah keluarganya
c. Masalah/keluhan: tidak ada masalah
11. Pengkajian hubungan timbal balik antara emosi dan penyakit organik
a. Keadaan emosi saat ini: klien merasa agak sedih karena rahimnya diangkat
b. Pemahaman terhadap adanya hubungan timbal balik antara keadaan emosi dan
penyakit: klien paham bahwa penyakit yang diderita dapat berpengaruh
terhadap emosi
c. Masalah/keluhan yang dirasakan sekarang: adanya rasa sedih karena
kehilangan bagian/organ tubuh

12. Pengkajian hubungan interpersonal


a. Hubungan klien dengan anggota keluarganya yang tinggal serumah: baik
b. Hubungan klien dengan keluarga besarnya: baik
c. Hubungan klien dengan lingkungan sosial sekitarnya.: baik
d. Masalah/keluhan: tidak ada masalah

13. Pengkajian spiritual personal yang progresif


a. Kemampuan melaksankan ibadah: klien mengatakan rutin beribadah di gereja
b. Keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan : tidak ada
c. Masalah/keluhan: tidak ada masalah spiritual

14. Pengkajian lingkungan terapeutik


a. Tipe komunikasi dalam keluarga: komunikasi aktif, lancar, dan terarah
b. Kemampuan mengungkapkan perasaan: tidak ada hambatan mengungkapkan
perasaan antar keluarga klien
c. Masalah/keluhan: tidak ada masalah

Yogyakarta, 3 Maret 2021

Mahasiswa :

( AINUN NUR ZAKINA )


NPM : PO712050019
5. Pemeriksaan Penunjang
A. pemeriksaan laboratorium
Ny. C di ruang bougenvil 2 di rumah sakit umum pusat dr. sardjito Yogyakarta tanggal 2
Maret 2021
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
Pemeriksaan (satuan)
2/3/2021 Lekosit 9.01 10^3 /mL 4.50-11.50
Eritrosit 4.57 10^6/mL 4.60-6.00
Hemoglobin 9.8 g/dL 13.0-18.0
Hematokit 32.5% 40.0-54.0
MCV 71.1 fL 80.0-94.0
MCH 21.4 pg 26.0-94.0
Trombosit 296 x10^3 150-450
Netrofil % 69.4% 50.0-70.0
Limfosit % 18.4% 18.0-42.0
Monosit % 5.9% 2.0-11.0
Eosinofil % 4.9% 1.0-3.0
Basofil % 0.4% 0.0-2.0
Netrofil # 5.25 10^3/mL 2.30-8.60
Limfosit# 1.66 10^3/mL 1.62-5.37

(sumber data sekunder: RM pasien)

A. ANALISA DATA

Tabel 3.7 Analisa Data


Pasien Ny. D di Ruang Bougenvile 1 Rumah Sakit umum pusat dr. sardjito yogyakarta
DATA PENYEBAB MASALAH
Data subjektif: Kondisi Nyeri akut (SDKI
pembedahan D.0077, HAL. 172)
-klien mengatakan perutnya sakit bekas operasi
Data objektif:
-terdapat bekas laserasi perasi pada perut bagian bawah
klien
-klien post OP hari ke 0
-klien tampak meringis dan lemas
Data subjektif: Pembedahan Harga diri rendah
situasional (SDKI
-klien mengatakan merasa sedih karena rahimnya telah
D.0087, HAL. 194)
diangkat
-klien mengatakan masih sulit menerima dirinya
sekarang
Data objektif:
-klien berbicara pelan dan lirih
-klien tampak lesu dan tidak bergairah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASAR PRIORITAS

1. Nyeri akut
2. Harga diri rendah situsional
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Pasien / NO CM : Ny. C/01.96.25.26 Ruang: bougenvil 2
Hari/ Tgl/ PERENCANAAN
Jam DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TIN
3/3/2021 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
keperawatan selama 3x24 jam Observasi:
tingkat nyeri: menurun. Dengan -identifikasi lokasi, karakteristik,
kriteria hasil: kualitas, dan intensitas nyeri
-identifikasi skala nyeri
-kelihan nyeri menurun
-indikasi factor yang memperbera
-meringis menurun Terapeutik:
(SLKI L.08066 HAL. 145) -berikan teknik nonfarmakologis r
Edukasi:
-ajarkan Teknik nonfarmakologis
Kolaboratif:
-kolaborasi pemberian analgetic
(SIKI I.08238, HAL. 201)
3/3/2021 Harga diri rendah Setelah dilakukan asuhan Promosi harga diri
situasional keperawatan 3x24 jam harga diri: Observasi:
meningkat. Dengan kriteria hasil: -monitor verbalisasi yang merend
-monitor tingkat harga diri
-penerimaan penilaian terhadap
Terpeutik:
diri sendiri meningkat
-diskusikan alasan mengkritik diri
-percaya diri berbicara -fasilitasi lingkungan yang mening
meningkat Edukasi:
(SLKI L.09069 HAL. 30) -jelaskan kepada keluarga penting
perkembangan konsep positif diri
(SDKI 09308 HAL. 364)

D. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien / NO CM : Ny. C/01.96.25.26 Ruang: bougenvil 2
Hari/ DIAGNOSA
Tgl/ Jam KEPERAWATAN PELAKSANAAN
3/3/2021 Nyeri akut Observasi: 1. nyeri pada p
1. mengindentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, seperti ditusuk
frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri terus menerus,
2. mengidentifikasi skala nyeri tajam, intensita
3. mengindikasi factor yang memperberat dan 2. skala nyeri 4
meringankan nyeri 3. nyeri menin
Terapeutik: digerakkan dan
4. memberikan teknik nonfarmakologis relaksasi 4. pasien mera
napas dalam 5. pasien dan k
Edukasi: Teknik relaksa
5. mengajarkan Teknik nonfarmakologis relaksasi 6. diberikan pa
napas dalam kalau perlu, tid
Kolaboratif:
6. mengkolaborasikan pemberian analgetic
3/3/2021 Harga diri rendah Observasi: 1. klien menga
situasional 1. memonitor verbalisasi yang merendahkan diri belum menerim
sendiri telah diangkat
2. memonitor tingkat harga diri
Terpeutik: 2. harga diri kl
3. mendiskusikan alasan mengkritik diri 3. klien menga
4. memfasilitasi lingkungan yang meningkatkan harga wanita ada di r
diri sekarang rahim
Edukasi:
5. menjelaskan kepada keluarga pentinganya 4. klien selalu
dukungan dalam perkembangan konsep positif diri satu anggota k
klien merasa sendiri
dirinya rendah
5. keluarga kli
keluarga meru
kekuatan terbe
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien/No. C.M Ny. C/01.96.25.26 Ruang: bougenvil 2
HR/
JAM EVALUASI
TGL/
Dx.Kep (WIB) PELAKSANAAN (S O A P) PARAF
JAM/
SHIFT
Rabu, Nyeri akut Observasi: S: nyeri pada perut bawah bekas operasi, seperti ditusuk
3/3/2021 13.20 1. mengindentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, tusuk, nyeri berlangsung terus menerus, sangat sering
Shift frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri terjadi, nyeri tajam, intensitas nyeri sedang, skala nyeri Ainun
siang 13.25 2. mengidentifikasi skala nyeri 4
13.26 3. mengindikasi factor yang memperberat dan
meringankan nyeri
Terapeutik: O: pasien terlihat meringis, terdapat balutan luka operasi
13.35 4. memberikan teknik nonfarmakologis relaksasi pada perut bagian bawah
napas dalam
Edukasi:
13.35 5. mengajarkan Teknik nonfarmakologis A: masalah belum teratasi
relaksasi napas dalam
Kolaboratif:
16.00 6. mengkolaborasikan pemberian analgetic P: lanjutkan intervensi
Harga diri Observasi: S: klien mengatakan sedih dan masih belum menerima
rendah 16.10 1. memonitor verbalisasi yang merendahkan diri dirinya bahwa rahimnya telah diangkat
situasional sendiri Ainun
16.20 2. memonitor tingkat harga diri
Terpeutik: O: harga diri klien rendah karena peristiwa pembedahan
16.20 3. mendiskusikan alasan mengkritik diri yang harus dilakukan, keluarga klien selalu menemani
16.25 4. memfasilitasi lingkungan yang meningkatkan klien
harga diri
Edukasi:
16.25 5. menjelaskan kepada keluarga pentinganya A: masalah belum teratasi
dukungan dalam perkembangan konsep positif
diri klien P: lanjutkan intervensi
Kamis, Nyeri akut Observasi: S: nyeri pada perut bawah bekas operasi, seperti ditusuk
3/3/2021 13.30 1. mengindentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, tusuk, nyeri berlangsung terus menerus, sangat sering
Shift frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri terjadi, nyeri tajam, intensitas nyeri sedang, skala nyeri Ainun
siang 13.35 2. mengidentifikasi skala nyeri 3, terasa berkurang daripada kemarin
13.35 3. mengindikasi factor yang memperberat dan
meringankan nyeri
Terapeutik: O: pasien terlihat meringis, terdapat balutan luka operasi
14.10 4. memberikan teknik nonfarmakologis relaksasi pada perut bagian bawah
napas dalam
Edukasi:
14.10 5. mengajarkan Teknik nonfarmakologis A: masalah belum teratasi
relaksasi napas dalam
Kolaboratif:
16.00 6. mengkolaborasikan pemberian analgetic P: lanjutkan intervensi
Harga diri Observasi: S: klien mengatakan sedih dan masih belum menerima
rendah 16.10 1. memonitor verbalisasi yang merendahkan diri dirinya bahwa rahimnya telah diangkat, namun merasa
situasional sendiri bersuykur keluarganya tetap berada di sisinya Ainun
16.15 2. memonitor tingkat harga diri
Terpeutik:
16.25 3. mendiskusikan alasan mengkritik diri O: harga diri klien rendah karena peristiwa pembedahan
16.30 4. memfasilitasi lingkungan yang meningkatkan yang harus dilakukan, keluarga klien selalu menemani
harga diri klien, klien mulai tampak tersenyum
Edukasi:
16.30 5. menjelaskan kepada keluarga pentinganya
dukungan dalam perkembangan konsep positif A: masalah belum teratasi
diri klien
P: Lanjutkan intervensi
Jumat, Nyeri akut Observasi: S: nyeri pada perut bawah bekas operasi, seperti ditusuk
5/3/2021 09.30 1. mengindentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, tusuk, nyeri berlangsung terus menerus, sangat sering
Shift pagi frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri terjadi, nyeri tajam, intensitas nyeri ringan, skala nyeri Ainun
09.35 2. mengidentifikasi skala nyeri 2, nyeri yang dirasakan sangat berkuramg dan bisa
09.35 3. mengindikasi factor yang memperberat dan ditoleransi
meringankan nyeri
Terapeutik:
11.10 4. memberikan teknik nonfarmakologis relaksasi O: balutan luka di perut klien tampak bersih, klien tidak
napas dalam tampak meringis lagi saat bergerak ringan di tempat
Edukasi: tidur
11.10 5. mengajarkan Teknik nonfarmakologis
relaksasi napas dalam
Kolaboratif: A: masalah teratasi
08.00 6. mengkolaborasikan pemberian analgetic
P: pertahankan intervensi
Harga diri Observasi: S: klien mengatakan perlahan lahan bisa menerima
rendah 11.15 1. memonitor verbalisasi yang merendahkan diri kondisinya sekarang. Klien mengatakan keluarga,
situasional sendiri dokter, juga perawatnya memberikan banyak semangat Ainun
11.20 2. memonitor tingkat harga diri
Terpeutik:
11.25 3. mendiskusikan alasan mengkritik diri O: harga diri klien rendah karena peristiwa pembedahan
11.35 4. memfasilitasi lingkungan yang meningkatkan yang harus dilakukan namun perlahan membaik,
harga diri keluarga klien selalu menemani klien, klien mulai
Edukasi: tampak tersenyum
11.35 5. menjelaskan kepada keluarga pentinganya
dukungan dalam perkembangan konsep positif
diri klien A: masalah teratasi

P: pertahankan intervensi

Anda mungkin juga menyukai