Anda di halaman 1dari 27

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Berfikir Kritis


Bertfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu
dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk
membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,
menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman (Pery dan Potter, 2005).
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan
keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan
yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi,
ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak
terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar. Berfikir kritis dalam
kebidanan adalah komersial untuk kebidanan professional karena cara
berfikir ini terdiri dari atas pendekatan holisik untuk pemecahan masalah.

2.1.1 Metode Berfikir Kritis


Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking:
a. Debate : Metode yang digunaka untuk mencari, membantu dan
merupakan keputusan yang beralasan bagi seseorang atau
kelompok dimana dalam proses terjadi perdebatan atau
argumentasi.
Contoh  debat antara bidan A dan bidan B mengenai aborsi
b. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya
sendiri dalam proses mengambil keputusan.
Contoh  berdebat dalam hati
c. Group discussion : Sekelompok orang memperbincangkan suatu
masalah.
Contoh  diskusi para bidan mengenai kesehatan reproduksi
remaja Indonesia
d. Persuasi : Komunikasi yeng berhubungan dengan mempengaruhi
perbuatan, sikap dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas
an, argument, atau bujukan
Contoh  Iklan yang mengajak masyarakat untuk mengikuti
program KB
e. Propaganda : Komunikasi dengan menggunakan berbagai media
yang sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa
pendengar.
Contoh  ceramah bidan mengenai imunisasi melalui radio
f. Coercion : Mengancam atau menggunakan kekuatan dalam
berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak.
Contoh  Bidan yang menjual produk susu untuk BBL
g. Kombinasi beberapa metode
Merupakan metode berfikir kritis dengan menggabungkan
beberapa metode lainnya.
Contoh  propaganda dan coercion

2.1.2 Karakteristik Berfikir Kritis


Karakteristik berfikir kritis adalah :
a. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu
konsep. Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan
mental tentang realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek,
atribut dan sejenisnya. Dengan demikian konseptualisasi
merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis
menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
b. Rasional dan beralasan
Artinya argument yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan
mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
c. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan
asumsi atau persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan
tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan
menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
d. Bagian dari suatu sikap
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir
kritis akan selalu menguji apakah sesuatu menguji apakah
sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk disbanding
yang lain.
e. Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif
menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis
semua isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
f. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan
kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
g. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi
dan kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternative
solusi tindakan yang akan diambil.

2.1.3 Proses Berfikir Kritis


a. Mengenali masalah (defining and clarifying problem), meliputi
mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok,
membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih
informasi yang relevan, merumuskan masalah.
b. Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta
maupun opini, mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi,
mengenali kemungkinan emosi maupun salah penafsiran
kalimat, mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan
ideologi.
c. Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi
mengenali data-data yang diperlukan dan meramalkan
konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan
maslah/ kesimpulan yang diambil.
Proses berfikir kritis tidak jauh berbeda dengan 7 langkah
manajemen Varney:
1. Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :
a) Riwayat kesehatan
b) Pemeriksaan fisik pada kesehatan
c) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d) Meninjau data laboratorium dan membandingkan
dengan hasil studi.
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang
lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu
dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi
bidan akan melakukan konsultasi.

2. Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar
terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa
yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman
wanita yang diidentifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering
menyertai diagnose. Sebagai contoh yaitu pada trimester ke
3 merasa takut terhadap proses persalinan dan persalinan
yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak
termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnose”
tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang
membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi rasa sakit.

3. Mengidentifikasikan diagnose atau masalah potensial.


Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial
benar-benar terjadi.

4. Mengiidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang


memerlukan penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan / atau untuk di konsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama
asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi
juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus,
misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi.
Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat
dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan ibu atau anak (misalnya, pendarahan kala 3 atau
perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai
APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi
yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus
menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps
tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter.

5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh.


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Loangkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnose, atau
masalah yang telah di identifikasi atau diantisipasi, pada
langkah ini informasi / data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa


yang sudah di identifikasikan dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan
penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi,
kultur atau masalah psikologis.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan


menyeluruh ini harus rasional dan benar-banar valid
berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan
dilakukan oleh klien.

6. Melaksanakan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara
efesien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan
atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian dilakukan
oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim
kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri
ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya. Manajemen yang efesien akan menyikat
waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

7. Evaluasi
Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan
diagnose. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif
sedangkan sebagian belum efektif.

2.1.4 Berfikir Kritis dalam Kebidanan


Berfikir meliputi proses yang tidak statis , berubah setiap saat.
Berfikir kritis dalam kebidanan adalah komponen dasar dalam
pertanggunggugatan professional dan kualitas asuhan kebidanan.
Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi bidan
mencapai sukses dalam berbagai aktivitas dan merupakan suatu
penerapan profesionalisme serta pengetahuan teknis atau
keterampilan teknis dalam memberikan asuhan kebidanan.
Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi,
mempertanyakan maupun menjawab, membangun pertanyaan yang
merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk mencari jawaban
dengan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.
Bidan setiap hari mengambil keputusan.
Bidan menggunakan keterampilan berpikirin kritis dalam
berbagai cara:
a. Bidan menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dari
lingkungannya.
b. Bidan menangani perubahan yang berasal dari stressor
lingkungan.
c. Bidan penting membuat keputusan.

Beberapa tahun yang lalu ditemukan bahwa berpikir kritis


dalam kebidanan diperlukan untuk mengeksplorasi. Berpikir kritis
dalam kebidanan adalah komponen dasar dalam
pertanggunggugatan professional dan kualitas asuhan kebidanan.
Pemikir kritis dalam kebidanan menunjukkan kebiasaan perasaan :
percaya diri, kontekstual perspektif, kreatifitas, fleksibilitas, ingin
tahu, intuisi, keterbukaan, tekun, refleksi.

2.1.5 Manfaat Berfikir Kritis dalam Kebidanan


Berikut ini merupakan manfaat berpikir kritis dalam kebidanan
adlah sebagai berikut:
a. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas kebidanan
sehari-hari
b. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam
kebidanan
c. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah kebidanan
d. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing
indikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan
e. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan
tindakan yang dilakukan
f. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam kebidanan
g. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam
kebidanan
h. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data
kebidanan
i. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas
kebidanan
j. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan
dan kesimpulan yang dilakukan
k. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam
kebidanan
l. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip aktivitas nilai-
nilai keputusan
m. Mengevaluasi penampilan kinerja bidan dan kesimpulan asuhan
kebidanan

2.1.6 Model Berfikir Kritis


Costa, dkk (1985) mengidentifikasikan model berfikir kritis :
a. Remembering : menggunakan pengalaman masa lalu untuk
mendekati pikiran saat ini
b. Repeating : semakin sering menggunakan cara berfikir kritis
dalam menghadapi setiap persoalan kehidupan sehingga
memudahkan mengambil keputusan
c. Reasoning : berfikir kritis yaitu pegambilan keputusan atas
dasar pertimbangan yang akurat serta penentuan pilihan atas
alternative yang ditetapkan
d. Reorganizing : mengorganisasi kembali terhadap apa yang
sementara menjadi focus perhatian untuk mengidentifikasi
secara tepat terhadap fenomena yang menjadi perhatian utama.
e. Relating : menghubungkan dan menemukan relasi diantara
fenomenayang dipikirkan.
f. Reflection : mennunda dalam pengambilan keputusan dengan
tujuan menganalisa kembali secara hati – hati akan apa yang
telah dipertimbangkan.

2.1.7 Model Berfikir Kritis dalam Kebidanan


Dalam penerapan pembelajaran berfikir kritis di pendidikan
kebidanan, dapat digunakan tiga model, yaitu sebagai berikut :
a. Feeling model
Model ini menekankan pada rasa, kesan dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikiran kritis mencoba mengedepankan perasaan
dalam melakukan pengalaman, kepekaan dan melakukan
aktivitas kebidanan dan perhatian. Misalnya terhadap aktivitas
dalam pemeriksaan tanda vital, bidan merasakan gejala,
petunjuk, dan perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.

b. Vision model
Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir,
mengorganisasi dan menerjemahkan perasaan untuk
merumuskan hipotesis, analisis, dugaan, dan ide tentang
permasalahan bidanan kesehatan klien. Berpikir kritis ini
digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran
sebagai pedoman yang tepa untuk merespon ekspresi.

c. Examine model
Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi.
Bidan menguji ide dengan bantuan criteria yang relevan. Model
ini digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis,
mencari, menguji, menlihat, konfrimasi, kolaborasi,
menjelaskan, dan menentukan, sesuatu yang berkaitan dengan
ide.

2.1.8 Bentuk-Bentuk Berfikir Kritis


Bentuk – bentuk berfikir kritis
a. Bentuk berfikir :
1. Total recall : Mengingat fakta-fakta atau mengingatkan
dimana dan mengapa kita menemukan sesuatu yang
diperlukan
2. Habits : Kebiasaan memungkinkan sesuatu dikerjakan tanpa
mempunyai metode yang baru yang digunakan setiap saat
3. Inguiry : Menguji isu-isu secara mendalam dan pertanyaan
yang segera menjadi suatu kenyataan. Ingury adalah cara
berpikir yang utama yang digunakan guna mengambil
keputusan
4. New idea and creativity : Ide yang baru dan kreatifitas
adalah merupakan hal yang penting dalam kebidanan sebab
merupakan hal yang penting dalam kebidanan sebab
merupakan akar yang perlu dikembangkan dalam
memberikan asuhan kebidanan
5. Knowing how you think : Jika bidan berada dalam suatu
proses mengetahui, maka bidan akan dapat mengetahui apa
yang dipikirkan

2.1.9 Penerapan Berfikir Kritis dalam Asuhan Nifas


Proses berpikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam
memberikan asuhaan kebidanan, dalam bingkai manajemen
kebidanan. Sehingga, apabila bidan memberikan asuhan kebidanan
kepada klien dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen
kebidanan dengan sistematis dan terpola, maka bidan tersebut telah
menerapkan proses berpikir kritis. Penerapan dalam asuhan
kebidanan ibu hamil adalah dengan melaksanakan antenatal care
sesuai dengan program maka bidan telah menerapkan proses
berpikir kritis. Penerapan dalam asuhan kebidanan ibu hamil adalah
dengan melaksanakan antenatal care sesuai dengan program yang
telah disepakati sebagai upaya pencegahan dan penanganan secara
dini penyulit dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat
kehamilan, dengan proses kehamilan dapat berjalan dengan baik,
ibu dapat melahirkan bayinya dengan sehat dan selamat.

Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam kebidanan yaitu :


a. Penggunaan bahasa dalam kebidanan
Berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara
reflektif. Bidan menggunakan bahasa verbal dan nonverbal
dalam mengekspresikan idea, pikiran, info, fakta, perasaan,
keyakinan dan sikapnya terhadap klien sesame bidan, profesi.
Secara nonverbal saat melakukan pendokumentasian kebidanan.
Dalam hal ini berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan
bahasa secara reflektif. Lima macam penggunaan bahasa dalam
konteks berfikir kritis :
1. Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi
2. Mengekspresikan perasaan dan sikap
3. Melaksanakan perencanaan kebidanan atau ide-ide dalam
tindakan kebidanan
4. Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi,
mengekspresikan keraguan dan keheranan
5. Mengekspreiskan pengandaian
b. Argumentasi dalam kebidanan
Sehari-hari bidan dihadapkan pada situasi harus berargumentasi
untuk menemukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu,
memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap suatu
tuntutan/tuduhan. Badman (1988) argumentasi terkait dengan
konsep berfikir dalam kebidanan berhubungan dengan situasi
perdebatan, upaya untuk mempengaruhi individu ataupun
kelompok.
c. Pengambilan keputusan
Dalam praktik kebidanan, sehari-hari, bidan selalu dihadapkan
pada situasi dimana harus mengambil keputusan dengan tepat.
Hal ini dapat terjadi dalam interaksi teman sejawat profesi lain
dan terutama dalam penyelesai masalah manajemen di ruangan.
d. Penerapan dalam proses kebidanan
1. Pengkajian : Mengumpulkan data, melakukan observasi
dalam pengumpulan data berpikir kritis, mengelola dan
mengkatagorikan data menggunakan ilmu-ilmu lain.
2. Perumusan diagnose kebidanan : Tahap pengambilan
keputusan yang paling kritis, menentukan masalah dan
dengan argument yang secara rasional
3. Perencanaan kebidanan : Menggunakan pengetahuan untuk
mengembangkan hasil yang diharapkan, keterampilan guna
mensitesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan
4. Pelaksanaan kebidanan : Pelaksanaan tindakan kebidanan
adalah keterampilan dalam menguji hipotesa, tindakan nyata
yang menentukan tingkat keberhasilan.
5. Evaluasi kebidanan : Mengkaji efektifitas tindakan bidan
harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan
kebutuhan dasar klien
2.1.10 Faktor yang Mempengaruhi Berfikir Kritis
1. Kondisi fisik
Menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4) kondisi fisik
adalah kebutuhan fisiologis yang paling dasar bagi manusia
untuk menjalani kehidupan. Ketika kondisi fisik siswa
terganggu, sementara ia dihadapkan pada situasi yang menuntut
pemikiran yang matang untuk memecahkan suatu masalah maka
kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya. Ia tidak
dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak
memungkinkan untuk bereaksi terhadap respon yang ada.

2. Keyakinan/motivasi
Kort (1987) mengatakan motivasi merupakan hasil faktor
internal dan eksternal. Motivasi adalah upaya untuk
menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga
seseorang agar mau berbuat sesuatu atau memperlihatkan
perilaku tertentu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Menciptakan minat adalah cara yang
sangat baik untuk memberi motivasi pada diri demi mencapai
tujuan. Motivasi yang tinggi terlihat dari kemampuan atau
kapasitas atau daya serap dalam belajar, mengambil resiko,
menjawab pertanyaan, menentang kondisi yang tidak mau
berubah kearah yang lebih baik, mempergunakan kesalahan
sebagai kesimpulan belajar, semakin cepat memperoleh tujuan
dan kepuasan, memperlihatkan tekad diri, sikap kotruktif,
memperlihatkan hasrat keingintahuan, serta kesediaan untuk
menyetujui hasil perilaku.

3. Kecemasan
Kecemasan adalah keadaan emosional yang ditandai dengan
kegelisahan dan ketakutan terhadap kemungkinan
bahaya/kemalangan/nasib buruk. Jika terjadi ketegangan
hipotalamus dirangsang dan mengirim implus untuk
menggiatkan tubuh untuk bertindak. Kelelahan terjadi apabila
penyebab ketegangan keras sehingga pertahanan tubuh
menurun.

Tingkat kecemasan terdiri dari :


a. Cemas ringan : yang ditandai dengan meningkatnya
kesadaran, terangsang untuk melakukan tindakan,
termotivasi secara positif, sedikit mengalami peningkatan
tanda vital.
b. Cemas sedang : yang ditandai dengan kondisi lebih tegang,
menurunnya konsentrasi dan persepsi, sadar tetapi fokusnya
sempit, sedikit mengalami peningkatan tanda vital, gejala
fisik berkembang seperti sakit kepala, sering berkemih,
mual, papitasi (jantung berdebar) dan letih.
c. Cemas berat : ditandai dengan persepsi menjadi terganggu,
perasaan tentang terancam ketakutan meningkat, komunikasi
menjadi terganggu, mengalami peningkatan tanda vital lebih
dramatis, terjadi gejala diare, nyeri dada dan muntah.
d. Panik : ditandai dengan perasaan terancam, gangguan
realitas, dapat membahayakan diri sendiri/orang lain,
kombinasi dari gejala fisik bisa lebih buruk jika tidak segera
diatasi.

Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat :


a. Konstruktif : memotivasi individu untuk belajar,
mengadakan perubahan terutama perubahan pada perasaan
yang tidak nyaman, berfokus pada kelangsungan hidup.
b. Destruktif : menimbulkan tingkah laku yang mal adaptive,
disfungsi yang menyangkut kecemasan berat/panic
c. Perkembangan intelektual.
Perkembangan intelektual adalah suatu perkembangan
kontinu dari bagan / struktur inteligensi sebagai hasil
interaksi antara kematangan dan pengaruh luar berbentuk
pengalaman dan integrasi dari setiap bahan baru dan lama.
Seseorang yang semakin cemas akan semakin cakap dalam
membuat tujuan, berinisyatif, tidak hanya menunggu
perintah saja, tetap pada tujuan, tidak mudah dibelokan oleh
orang lain atau suasana lain, dan semakin kritis.

2.2 Evidence Based Practice


Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata
(Inggris) maka evidence Base dapat diartikan sebagai
berikut Evidence  adalah Bukti atau fakta dan  Based  adalah Dasar.  
Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti.
Evidence Based Midwifery (Practice) didirikan oleh RCM dalam
rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah
dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. EBM
secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian
murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada
tahun 2003 (Hemming set al, 2003). Itu dirancang 'untuk
membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan
kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan
bayi '(Silverton, 2003). EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti
harus berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif
mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan
konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort
studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidan benar dapat
menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian lebih
lanjut.
Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan
sebagai asuhan kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji
menurut metodologi ilmiah yang sistematis.

2.2.1 Manfaat Evidence Base 


a. Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan
berdasarkan bukti ilmiah 2.
b. Meningkatkan kompetensi (kognitif)
c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam
memberikan asuhan yang bermutu
d. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan
kebidanan klien mengharapkan asuhan yang benar, seseuai
dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

2.2.2 Etika Pemanfaatan Evidence Based Practice


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala
bidang berpengaruh terhadap meningkatnya kritis masyarakat
terhadap mutu pelayanan kesehatan terutama pelayanan
kebidanan. Menjadi tantangan bagi profesi bidan untuk
mengembangkan kompetensi dan profesionalisme dalam
menjalankan praktik kebidanan serta dalam memberikan
pelayanan berkualitas.
Sikap etis professional bidan akan mewarnai dalam setiap
langkahnya, termasuk dalam mengambil kepustusan dalam
merespon situasi yang muncul dalam usaha. Pemahaman tentang
etika dan moral menjadi bagian yang fundamental dan sangat
penting dalam memberikan asuhan kebidanan dengan senantiasa
menghormati nilai-nilai pasien.
Etika merupakan suatu pertimbangan yang sistematis
tentang perilaku benar atau salah, kebijakan atau kejahatan yang
berhubungan dengan perilaku. Etika berfokus pada prinsip dan
konsep yang membimbing manusia berfikir dan bertindak dalam
kehidupannya dilandasi nilai-nilai yang dianutnya.

2.2.3 Karakteristik Evidence Based Practice


Menurut Sackett et al. Evidence Based Medicine (EBM)
adalah suatu pendekatan medic yang di dasarkan pada bukti –
bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan
penderita. Dengan demikian dalam praktiknya, EBM memadukan
antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti bukti
ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya. Pengertian lain dari
EBM adalah proses yang digunakan secara sistemik untuk
menentukan, menelaah/ me-review dan memanfaatkan hasil-hasil
studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik.
Jadi secara lebih rincinya lagi, EBM merupakan
keterpaduan antara (1) bukti-bukti ilmiah., yang berasal dari studi
yang terpercaya (best research evidence); dengan (2) keahlian
klinis (clinical expertice) dan (3) dan nilai nilai yang ada pada
masyarakat (patient values). Publikasi ilmiah adalah
pempublikasian hasil penelitian atau hasil pemekiran yang telah
di telaah dan disetujui dengan beberapa pertimbangan baik dari
accountable aspek metodologi maupun accountable aspek ilmiah
yang berupa jurnal, artikel, e-book atau buku yang diakui.
Adapun accountable aspek ilmiah adalah mensurvey secara
langsung tentang suatu permasalahan dengan penelitian untuk
mendapatkan dasar yang valid dan dapat dipertanggung
jawabkan. Maksudnya adalah : melalui evidence based medicine
kita mengadakan survey tentang keluhan sejumlah penderita,
kelainan fisik sejumlah penderita penyakit tertentu dan mensurvei
hasil terapinya. Sedangkan accountable aspek metodologis adalah
ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan
tata cara tertentu dalam pengumpulan data hasil penelitian yang
telah ditelaah dan diakui kebenarannya.

2.2.4 Proses Explorasi Evidence Based Practice


Belum di ketik

2.2.5 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Memanfaatkan


Evidence Based Practice
a. Pengertian Asuhan Postnatal Care
Posnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10
atau lebih dari 28 setelah persalinan. Dimana selama waktu itu
kehadiran yang continue dari bidan kepada ibu dan
bayi  sedang di perlukan bertujuan untuk mendeteksi dini
adanya kompiliasi dan penyulit pada masa postnatal.

b. Konsep dasar masa nifas


Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum
hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari
(Prawirohardjo, 2002).
Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat – alat kandung kembali seperti
pra hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu
(Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul
Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera
setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya
pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak
hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac
Donald,1995:281).

c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam
pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung
jawab dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama
masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta
keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan
administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan
keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik,
serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara
mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana
tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat
proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
9. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan
dalam peranannya sebagai orang tua.

d. Tahapan Masa Nifas


Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat –
alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk
pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau
sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau
tahunan.

e. Perubahan Fisik Masa Nifas


1. Rasa Kram dan mules dibagian bawah perut akibat
penciutan rahim  (involusi)
2. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochia)
3. Kelelahan karena proses melahirkan.
4. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.
5. Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK.
6. Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)
7. Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)
Perubahan psikis masa nifas
1. Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah
melahirkan sampai hari ke 2 (Fase Taking In)
2. Ibu merasa merasa kwatir akan ketidak mampuan merawat
bayi, muncul perasaan sedih (Baby Blues disebut Fase
Taking Hold (hari ke 3 – 10)
3. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya
disebut Fase Letting Go.   (hari ke 10-akhir masa nifas)
f. Pengeluaran Locea
1. Lochea rubra : hari ke  1 – 2.Terdiri dari  darah segar
bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa
vernix      kaseosa, lanugo, dan mekonium
2. Lochea sanguinolenta  : hari ke 3 – 7. Terdiri dari : darah
bercampur lendir, warna kecoklatan.
3. Lochea serosa : hari ke 7 – 14. Berwarna
kekuningan.              
4. Lochea alba  : hari ke 14 – selesai nifas. Hanya merupakan
cairan putih lochea yang  berbau busuk dan terinfeksi
disebut lochea purulent.

g. Tujuan Kunjungan Masa Nifas


1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-
kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan
bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi
pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan
mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

h. Kunjungan Masa Nifas


1. Kunjungan I : 6 – 8 jam setelah persalinan, tujuannya :
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
merujuk bila perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah    perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi

2. Kunjungan II :  6 hari setelah persalinan, tujuannya :


a) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau
perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman
dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan dan
memperhatikan tanda – tanda penyakit
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan 
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari– hari

3. Kunjungan III  : 2 minggu setelah persalinan.


Tujuannya :  sama dengan di atas ( 6 hari setelah
persalinan )

4. Kunjungan IV  : 6 minggu setelah persalinan.


Tujuannya :
a) Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang
dialami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini
(Mochtar, 1998).

i. Perkembangan Evidence Base Dalam Praktik Kebidanan


Postnatal Care
Kebiasaan Keterangan

Tampon Vagina Tampon vagina menyerap darah


tetapi tidak menghentikan
perdarahan, bahkan perdarahan
tetap terjadi dan dapat
menyebabkan infeksi

Gurita atau sejenisnya Selama 2 jam pertama atau


selanjutnya penggunaan gurita
akan menyebabkan kesulitan
pemantauan involusio rahim

Memisahkan ibu dan Bayi benar-benar siaga selama 2


bayi jam pertama setelah kelahiran. Ini
merupakan waktu yang tepat
untuk melakukan kontak  kulit ke
kulit untuk mempererat bonding
attachment serta keberhasilan
pemberian ASI

j. Asuhan Kebidan Postnatal


a) Deteksi dini komplikasi masa postnatal
b) Persiapan pasien pulang
c) Home visit dalam asuihan postnatal
d) Suport sistem dalam asudan postnatal
e) Breastfeeding
f) Peran menjadi orang tua
g) Kelompok ibu postpartum
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Yusari, SST., M.Kes, dkk. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. Jakarta : TIM,2016

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/evidence-based-pada-asuhan
neonatus.html#ixzz3IpF6Nos1
Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC :
Jakarta..
Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi,
Jakarta.
Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta. 
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-evidence-based-kebidanan-
dalam.html#ixzz3Gx1S0jtk

Anda mungkin juga menyukai