Referat Retinopati Prematuritas
Referat Retinopati Prematuritas
Retinopathy of Prematurity
Disusun oleh :
Pembimbing :
2011
i
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Retinopathy of Prematurity
oleh pembimbing sebagai salah satu syarat kepaniteraan klinik di bagian anak
ii
KATA PENGANTAR
Penulisan referat ini dapat terwujud atas bantuan dari berbagai pihak,
2. dr. Sri Aminah, Sp.A., selaku dosen pembimbing dan penguji materi Ilmu
3. dr. Fita Wirastuti, Sp.A., selaku dosen pembimbing Ilmu Kesehatan Anak
iii
Dalam penulisan referat ini, masih terdapat banyak kekurangan baik dalam
hal sistematika penulisan maupun isi dan kandungan referat ini. Oleh karena itu,
saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaan referat ini. Semoga
Allah Yang Maha Kuasa memberi berkah khususnya kepada semua pihak yang
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Kepustakaan .................................................................................................24
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perkembangan pembuluh darah retina pada bayi yang lahir prematur. ROP
salah satu penyebab utama kebutaan anak di seluruh dunia, hal ini dilaporkan pada
tahun 1980, dimana sebanyak 7000 anak di Amerika Serikat dinyatakan buta
akibat ROP.
Pada tahun 1941 sampai 1953 terjadi peningkatan kejadian ROP di seluruh
dunia, lebih dari 12.000 bayi menderita ROP. Pada tahun 1951, dua ahli Inggris
merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan memberatnya ROP, tetapi
tambahan pada bayi prematur tidak secara langsung akan menurunkan kejadian
B. Tujuan Penulisan
vi
Referat ini ditulis bertujuan untuk memahami definisi, etiologi,
vii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Retina
multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata.
Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliaris, dan
berakhir di tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm
di belakang garis schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm di belakang garis ini
pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel
berpigmen retina sehingga juga bertumpuk dengan membrane bruch, koroid, dan
sklera.
viii
Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi dalamnya adalah :
ix
2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang
5. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal
Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 2,3 mm pada kutub
yang berdiameter 1,5 mm. Di tengah makula, sekitar 3,5 mm di sebelah lateral
diskus optikus, terdapat fovea, yang merupakan suatu cekungan yang memberikan
pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop. Foveola adalah bagian tengah
fovea dimana sel fotoreseptornya adalah sel kerucut dan merupakan bagian retina
Retina menerima darah dari dua sumber yaitu khoriokapilaria dan cabang-
termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan
x
epitel pigmen retina sedangkan cabang-cabang arteri sentralis retina
pada bayi prematur. ROP seringkali mengalami regresi atau membaik tetapi dapat
penderitanya. Semakin kecil berat badan dan muda usia neonatus, maka insiden
ROP semakin meningkat. Hal ini masih menjadi suatu masalah meskipun dengan
C. Etiologi
xi
Retina merupakan jaringan yang unik. Pembuluh darah retina mulai
terbentuk pada 3 bulan setelah konsepsi dan menjadi lengkap pada waktu
kelahiran normal. Jika bayi lahir sebelum waktunya, hal ini dapat mengganggu
tumbuh abnormal misalnya rapuh dan bocor, yang dapat menimbulkan perdarahan
pada mata. Jaringan parut dapat terbentuk dan menarik retina terlepas dari
permukaan dalam mata. Pada keadaan yang berat akan mengakibatkan hilangnya
minggu masa gestasi atau dengan berat badan lahir kurang dari 3 pon perlu
2. Penyakit jantung
6. Anemia
8. Apnea
9. Bradikardia
xii
11. Perdarahan intraventrikuler
D. Patofisiologi
bahwa berat badan lahir rendah, usia gestasi yang rendah, dan penyakit penyerta
lebih kecil, lebih tidak sehat, dan lebih immatur memiliki risiko yang jauh lebih
minggu. Pembuluh retina tumbuh keluar dari optic disc sebagai perpanjangan dari
matur. Pembuluh darah choroid (yang terbentuk pada usia gestasi 6 minggu)
mensuplai retina avaskular yang tersisa. Bagian nasal dari retina akan
minggu.
xiii
bayi prematur mengakibatkan terhentinya proses maturasi dari pembuluh retina
normal. Terdapat dua teori yang menjelaskan patogenesis ROP. Sel-sel spindel
mesenkimal, yang terpapar kondisi hiperoksia, akan mengalami gap junction. Gap
dan Hittner. Ashton menjelaskan akan adanya dua fase pada proses terjadinya
pembuluh retina dan destruksi sel-sel endotel kapiler yang irreversibel. Keadaan
E. Klasifikasi
membagi lokasi penyakit ini dalam zona-zona pada retina (1,2, dan 3), penyebaran
penyakit berdasarkan arah jarum jam (1-12), dan tingkat keparahan penyakit
dalam stadium (0-5). Dalam anamnesis dari bayi prematur, harus mencakup hal-
o Usia gestasi saat lahir, khususnya bila lebih kurang dari 32 minggu
o Berat badan lahir kurang dari 1500 gram, khususnya kurang dari 1250
gram
xiv
Retinopathy of prematurity dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi, luas,
1. Zona I
Dibatasi oleh lingkaran imajiner yang memiliki radius 2x jarak optik disk
ke makula.
2. Zona II
Meluas dari pinggir zona I ke titik tangensial sampai nasal ora serata dan
area temporal.
3. Zona III
Merupakan daerah sisa temporal anterior yang berbentuk sabit ke zona II.
xv
Derajat 1 : Pertumbuhan pembuluh darah abnormal yang ringan. Pada
Pada stadium ini biasanya akan membaik sendiri dan bayi akan
Pembuluh darah abnormal tersebut akan tumbuh ke arah sentral dan tidak
stadium ini ada bayi yang akhirnya membaik dan tidak memerlukan terapi
serta mempunyai penglihatan yang normal. Pada bayi dengan stadium III
retina.
ditambah robekan lapisan retina sebagian yang berawal pada ridge. Retina
xvi
Derajat 5A : corong terbuka
Plus disease
“Plus disease” merupakan vena yang berdilatasi dan arteri yang berkelok-
kelok pada fundus posterior. “Plus disease” dapat muncul pada stadium
Treshold disease
F. Prosedur Pemeriksaan
Semua bayi prematur dengan berat badan lahir dibawah dari 1500 gram
dan masa gestasi dibawah 32 minggu memiliki resiko untuk menderita ROP,
Bayi yang lahir pada usia gestasi 23-24 minggu, harus menjalani
xvii
Bayi yang lahir pada usia gestasi 25-28 minggu, harus menjalani
Bayi yang lahir pada usia gestasi ≥ 29 minggu, pemeriksaan mata pertama
dilatasi fundus dan depresi skleral. Instrumen yang digunakan adalah spekulum
Sauer (untuk menjaga mata tetap dalam keadaan terbuka), depresor skleral Flynn
adanya penyakit plus. Mata dirotasikan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya
penyakit zona 1. Apabila pembuluh nasal tidak terletak pada nasal ora serrata,
temuan ini dinyatakan masih berada pada zona 2. Apabila pembuluh nasal telah
G. Diagnosis Banding
1. Incontinentia pigmenti
Penyakit ini letal pada bayi laki-laki, hanya terdapat pada bayi perempuan.
Pada bulan pertama, bayi memiliki pembuluh darah retina yang berkelok-
xviii
kelok dengan tidak adanya perfusi pembuluh darah retina perifer.
blue sclera. selain terjadi anomali okular, sistem nervus sentral terganggu
perdarahan vitreus.
H. Penatalaksanaan
Terapi Medis
oftalmologis terhadap bayi-bayi yang memiliki faktor risiko. Saat ini, belum ada
standar terapi medis yang baku untuk ROP. Penelitian terus dilakukan untuk
xix
(PUFAs) dalam kadar normal pada retina yang sedang berkembang, seperti
ROP, banyak ahli percaya bahwa memaksimalkan saturasi oksigen pada penderita
ROP dapat merangsang regresi dari penyakit ini. Namun, sebuah studi multisenter
diatas 95%. Namun, saturasi oksigen yang lebih tinggi juga tidak memperparah
Terapi Bedah
ablatif saat ini terdiri dari krioterapi atau terapi laser untuk menghancurkan
area retina yang avaskular. Terapi ini biasanya dilakukan pada usia gestasi 37-
40 minggu, apabila ROP terus memburuk, mungkin dibutuhkan lebih dari satu
tindakan.
b. Krioterapi
Krioterapi merupakan terapi utama ROP sejak era 1970an. Prosedur ini
dapat dilakukan dengan anestesi umum ataupun topikal. Karena tingkat stress
setelah prosedur ini selesai. Komplikasi yang paling umum terjadi adalah
xx
perdarahan intraokuler, hematom konjunctiva, laserasi konjunctiva, dan
dipertimbangkan lebih efektif untuk mengobati penyakit pada zona 1 dan juga
mengenai ketajaman visus dan kelainan refraksi, terapi laser tampaknya lebih
terapi laser lebih mudah dilakukan dan lebih bisa ditoleransi oleh bayi.
bulan dan 2 tahun. Berdasarkan studi ini, para oftalmologis membagi ROP
xxi
2. Mata dengan zona 2, stadium 2 atau 3 dengan penyakit plus
xxii
masa interval follow-up lanjutan yang harus dijalani oleh pasien tersebut sehingga
setiap 1-2 minggu untuk menentukan apakah diperlukan terapi tambahan. Pasien
matur. Banyak pasien yang kehilangan penglihatannya akibat monitor yang tidak
tepat waktu dan tidak sesuai. Pada pasien yang tidak ditatalaksana, ablasio retina
Selain itu, 20% dari bayi-bayi prematur menderita strabismus dan kelainan
bulan hingga bayi berusia 3 tahun. Sebanyak 10% bayi-bayi prematur juga dapat
xxiii
I. Prevensi
antenatal yang baik. Semakin matur bayi yang lahir, semakin kecil kemungkinan
keparahan ROP. Selain itu, penelitian lain juga menyatakan bahwa terapi
J. Komplikasi
ambliopia, strabismus, nistagmus, katarak, ruptur retina, dan ablasio retina. Pada
penelitian yang dilakukan Vanderveen dkk, strabismus pada penyakit ini dapat
K. Prognosis
xxiv
Prognosis ROP ditentukan berdasarkan zona penyakit dan stadiumnya.
Pada pasien yang tidak mengalami perburukan dari stadium I atau II memiliki
prognosis yang baik dibandingkan pasien dengan penyakit pada zona 1 posterior
atau stadium III, IV, dan V. Faktor yang penting adalah deteksi awal dan
DAFTAR PUSTAKA
diagnosis
xxv
june 5, 2010. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1225022-diagnosis
[Medline].
[Medline].
xxvi
11. McNamara A J, Connolly P. Retinopathy of Prematurity in
Publishers. 1999;177-90.
Prematurity. http//www.AboutKidsHealth.html
(Online). www.nei.nih.gov/health/rop/rop.asp
Press, Surabaya.
17. http://neoreviews.aappublications.org/cgi/content/full/neoreviews;2/7/e
174/F1
xxvii