STANDAR .................. Ketua STIKES karyaHusada Semarang OPERASIONAL PROSEDUR ..................................... 1.Pengertian Demam tifoid banyak ditemukan di masyarakat perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini erat kaitannya dengan kualitas higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. 2.Tujuan Prosedur ini dibuat dimaksudkan agar petugas kesehatan di puskesmas BLOOTO dapat melakukan penanganan penderita Demam tifoid dengan baik dan benar 3.Kebijakan Langkah- langkah Penanganan Demam Tifoid wajib sesuai dengan langkah- langkah SPO ini. 4.Referensi Perawatan Dasar DEPKES RI Tahun 2014 5.Alat Alat : Tempat tidur, Stetoskop, Arloji, Thermometer, Tensimeter
6.Prosedur PENATALAKSANAAN
a. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
1. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi. 2. Diet tinggi kalori dan tinggi protein. 3. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas. 4. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, kesadaran), kemudian dicatat dengan baik di rekam medik pasien. b. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan mengurangi keluhan gastrointestinal. c. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini pertama untuk demam tifoid adalah kloramfenikol, ampisilin atau amoksisilin (aman untuk penderita yang sedang hamil), atau trimetroprim-sulfametoxazole (kotrimoksazol). d. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif, dapat diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu Ceftriaxone, Cefotaxime (diberikan untuk dewasa dan anak), Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun karena dinilai mengganggu pertumbuhan tulang). Tabel 17. Antibiotik dan dosis penggunannya
Indikasi demam tifoid dilakukan perawatan di rumah atau rawat jalan:
a. Pasien dengan gejala klinis yang ringan, tidak ada tanda-tanda komplikasi serta tidak ada komorbid yang membahayakan. b. Pasien dengan kesadaran baik dan dapat makan minum dengan baik. c. Pasien dengan keluarganya cukup mengerti tentang cara-cara merawat serta cukup paham tentang petanda bahaya yang akan timbul dari tifoid. d. Rumah tangga pasien memiliki atau dapat melaksanakan sistem pembuangan ekskreta (feses, urin, muntahan) yang mememenuhi syarat kesehatan. e. Dokter bertanggung jawab penuh terhadap pengobatan dan perawatan pasien. f. Dokter dapat memprediksi pasien tidak akan menghadapi bahaya- bahaya yang serius. g. Dokter dapat mengunjungi pasien setiap hari. Bila tidak bisa harus diwakili oleh seorang perawat yang mampu merawat demam tifoid. h. Dokter mempunyai hubungan komunikasi yang lancar dengan keluarga pasien.
KONSELING DAN EDUKASI
Edukasi pasien tentang tata cara: a. Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari demam tifoid yang harus diketahui pasien dan keluarganya. b. Diet, pentahapan mobilisasi, dan konsumsi obat sebaiknya diperhatikan atau dilihat langsung oleh dokter, dan keluarga pasien telah memahami serta mampu melaksanakan. c. Tanda-tanda kegawatan harus diberitahu kepada pasien dan keluarga supaya bisa segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk perawatan
KRITERIA RUJUKAN
a. Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum tampak perbaikan.
b. Demam tifoid dengan tanda-tanda kedaruratan. c. Demam tifoid dengan tanda-tanda komplikasi dan fasilitas tidak mencukupi.