NPM : 270110180165
Kelas : B
Diketahui :
Sebuah lereng di Jatinangor memiliki panjang lereng 20 m dengan sudut 43o.
Lereng tersebut terdiri dari dua profile tanah, yaitu top soil cokelat gelap (OH) dari 0 m
hingga 8 m dan sisanya tanah HWZ cokelat muda (MH) dengan perkiraan batas tanah
horizontal.
Berdasarkan uji lab,
Tanah top soil; γ = 17 kN / m3, φ = 7,68o dan c = 22,5 kPa
Tanah HWZ; γ = 18 kN / m3, φ = 9,72o dan c = 23,53 kPa
Ditanyakan :
1. Berapakah nilai yang didapatkan dari Metode Fellenius, Bishop, Janbu, Spencer,
Morgenstern & Price?
2. Metode apakah yang memiliki nilai FS terkecil? Jelaskan alasannya!
3. Apakah nilai FS dari hasil perhitungan manual dan komputasi (Slope/W) memiliki
perbedaan? Jika berbeda, jelaskan alasannya!
4. Jika lereng dikupas, bagaimana perbandingan nilai FS dari ke lima metode tersebut? dan
apakah nilai FSnya berbeda dari model lereng yang dibuat manual?
Jawab :
1. Nilai FS dari Metode Fellenius, Bishop, Janbu, Spencer, Morgenstern & Price
Metode Fellenius
Slide Mass Parameters
Method Ordinary
Factor of Safety 0.902
Total Volume 36.707 m³
Total Weight 646.98 kN
Total Resisting Moment 5,243.2 kN·m
Total Activating Moment 5,811.5 kN·m
Total Resisting Force
Total Activating Force
Metode Bishop
Metode Spencer
Slide Mass Parameters
Method Spencer
Factor of Safety 0.922
Total Volume 36.707 m³
Total Weight 646.98 kN
Total Resisting Moment 5,359.4 kN·m
Total Activating Moment 5,811.5 kN·m
Total Resisting Force 229.77 kN
Total Activating Force 249.17 kN
0.92
0.912
0.92
0.91
0.902
0.91
0.9
0.9
0.89
Ordinary Bishop Janbu Spencer Morgenstern &
Price
Limit Equilibrium Method (LEM) memberikan penilaian stabilitas lereng dalam hal
faktor keamanannya. Persyaratan utamanya adalah sifat kekuatan bahan tanah yang
terlibat dan tidak mempertimbangkan perilaku tegangan – regangannya sehingga metode
ini hanya memberikan perkiraan stabilitas lereng tetapi tidak memberikan informasi
tentang besarnya pergerakan lereng.
Salah satu pendekatan LEM adalah Metode Irisan. Beberapa metode populer yang
mengikuti prosedur irisan adalah Metode Fellenius (1927), Metode Bishop (1955),
Metode Janbu (1973), Metode Spencer (1967), dan Metode Morgenstern & Price (1965).
Masing-masing dari metode tersebut tidak memenuhi ketiga kondisi kesetimbangan statis
yaitu 1) kesetimbangan gaya dalam arah vertikal, 2) kesetimbangan gaya dalam arah
horizontal, dan 3) kesetimbangan momen di sekitar titik mana pun. Menurut Griffiths dan
Lane (1999), Asumsi side force merupakan salah satu ciri utama yang membedakan satu
metode kesetimbangan batas dari yang lain. Oleh karena itu, nilai FS yang dihasilkan dari
setiap metode pun berbeda – beda.
Berdasarkan data dari lereng heterogen soil (two different soil) & no pore water
pressure yang disajikan pada soal, kemudian diolah dengan Software GeoStudio –
Slope/W, besar nilai FS yang dihasilkan oleh tiap metode dengan titik busur yang sama
dan kriteria keruntuhan yang sama yaitu mohr-coulomb, ditampilkan pada diagram
batang diatas. Metode Ordinary (Fellenius) dan Metode Janbu memiliki nilai FS yang
terkecil yaitu FS = 0.902 & FS = 0.912. Hal tersebut dapat terjadi karena Metode
Ordinary (Fellenius) mengabaikan gaya normal dan gaya geser (karena diasumsikan
memiliki besaran nilai yang sama), sementara Metode Janbu tidak memenuhi
kesetimbangan momen. Metode lainnya, seperti Bishop, Spencer, dan Morgenstern &
Price memiliki nilai yang lebih besar karena syarat keseimbangan sudah terpenuhi untuk
semua gaya. Nilai FS yang didapat dari Metode Ordinary (Fellenius) dan Metode Janbu
lebih baik digunakan untuk pra-analisis. Namun, Metode Ordinary (Fellenius) dapat
akurat pada kondisi Ø = 0 dan analisis tegangan total dengan permukaan slip melingkar.
(after Duncan and Wright, 2005)
F=¿ ¿
F=¿ ¿
160+ 794,9766
F=
1012,48
955,0127
F=
1012,48
F=0,94
Sementara itu, nilai FS yang didapat dari perhitungan komputasi dengan metode
Ordinary (Fellenius) adalah 0,902. Dengan demikian, kedua nilai FS tersebut terdapat
dalam kategori yang sama yaitu Lereng Kritis (Bowles, 1989), namun memiliki selisih
sebesar 0,038. Manurut saya, hal tersebut disebabkan karena titik busur pada kedua model
lereng tidak benar – benar identik, kemudian irisan pada perhitungan komputasi lebih
banyak dibandingkan irisan pada perhitungan manual sehingga perhitungan komputasi
dapat lebih teliti dan menghasilkan nilai FS yang lebih kecil.
4. Hasil Nilai FS dari Metode Fellenius, Bishop, Janbu, Spencer, Morgenstern & Price
Setelah Lereng Dikupas dan Perbedaannya dengan Nilai FS Model Lereng yang
Telah Dikupas Manual.
Metode Fellenius
Metode Bishop
1.36
1.347
1.35
1.34
1.33 1.32
1.32
1.31
1.3
1.29
Ordinary Bishop Janbu Spencer Morgenstern &
Price
Setelah dilakukan pengupasan sebanyak 8o dan dibuat undakan pada lereng, nilai
FSnya pun meningkat dan relatif lebih stabil (FS = <1,25). Berdasarkan hasil nilai FS
pada lereng yang dikupas, Metode Ordinary (Fellenius) masih merupakan metode yang
memiliki nilai FS terkecil, sementara metode lainnya yaitu Metode Bishop, Spencer, dan
Morgenstern & Price memiliki nilai yang relatif besar dibandingkan metode lainnya.
Gambar kiri merupakan model lereng yang dibuat secara manual (FS = 1,28) & gambar kanan merupakan
model lereng yang dibuat di software GeoStudio-Slope/W (FS = 1,32).
Kedua model tersebut (telah dikupas 8o dan dibuat undakan) termasuk ke dalam
lereng yang relatif stabil karena kedua lereng tersebut memiliki nilai FS < 1,25. Namun,
nilainya memiliki selisih sebanyak 0,04. Menurut saya, hal tersebut dapat terjadi karena
lereng yang dibuat di Slope/W memiliki bentuk bidang gelincir yang lebih melingkar,
kemudian titik busurnya tidak sama.
Referensi Bacaan: