Anda di halaman 1dari 60

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GASTRITIS DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAIRATU


KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

PROPOSAL

OLEH :

YULIANTI WALI

NPM. 1420116157

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2020

i
ii

LEMBARAN PERSETUJUAN

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GASTRITIS DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAIRATU
KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

PROPOSAL

Disusun Oleh :
YULIANTI WALI

NPM: 1420116157

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Endah Fitriasari, S.Kep.,M.Kep. Maritje S.J. Malisngorar,S.Si.,M.Sc

NIDN : 1216058801 NIDN : 1229018701

Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

(Ira Sandi Tunny, S.Si.,M.Kes)


NIDN. 1208098501
iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Robb semesta alam,
berkat rahmat dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
dengan judul “Gambaran Karakteristik Pasien Gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Kairatu Kabupaten Seram bagian Barat Tahun 2020”.

Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


pendidikan strata satu (S1) pada Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Maluku Husada. Begitu banyak hambatan dan rintangan
yang penulis hadapi dalam penyusunan proposal ini, namun berkat bimbingan,
motivasi, dan kerja sama berbagai pihak sehingga proposal dapat terselesaikan.
Tak lupa pula penulis menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan terima kasih
kepada:

1. Hamdan Tunny S.Kep.,M.Kes., selaku Pembina Yayasan STIKes Maluku

Husada.

2. Rasma Tunny.,S,Sos., selaku Ketua Yayasan Maluku Husada yang telah

memberikan fasilitas yang cukup memadai bagi penulis selama menjalani

pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada.

3. Lukman La Basy,S.Farm.,M.Sc.,Apt, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Maluku Husada.

4. Ira Sandi Tunny,S.Si.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Maluku Husada beserta seluruh staf pengajar/Dosen ilmu keperawatan

STIKes Maluku Husada yang telah memberikan ilmu pengetahuan khususnya

ilmu keperawatan selama penulis menjalani proses pendidikan ini.


iv

5. Ns. Endah Fitriasari,S.Kep.,M.Kep selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, fikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan, arahan

dan masukan bagi kesempurnaan usulan proposal ini.

6. Maritje S.J.Malisngorar.,S.Si.,M.Sc., selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, fikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan,arahan

dan masukan bagi kesempurnaan usulan proposal.

7. Kedua orang tuaku yang tercinta “Ayahanda tercinta Suleman Wally dan

Ibunda tercinta Ida Wati Arham" yang telah memberikan Do’a , kasih sayang

harapan serta semangat yang sangat luar biasa kepada peneliti hingga dapat

menyelesaikan proposal ini dengan baik.

8. Semua keluargaku terima kasih telah memberikan semangat, dorongan,

motivasi, dan Do’a kepada peneliti dalam penyusunan proposal ini.

9. Teman-teman kelompok penelitian, yang selalu memberikan Do’a, semangat

dan motivasi serta masukan-masukan yang tak henti-henti kepada peneliti

dalam penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari, proposal ini masih jauh dari kata sempurnah, maka

dari itu penulis berharap adanya kritikan dan saran yang membangun, sehingga

usulan proposal ini bias menjadi lebih baik ke depannya.

Kairatu September 2020

Penulis
v

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
LEMBARAN PERSETUJUAN…………………………………… ii
KATA PENGANTAR……………………………………………… iii
DAFTAR TABEL…………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
1.1 Latar Belakang……………………………………............ 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………….............. 4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………............ 5
1.3.1 Tujuan Umum………………………………........... 5
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………….............. 5
1.4 Manfaat Penelitian……………………………….............. 6
1.4.1 Manfaat Teoritis....................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis......................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 8
2.1 Tinjauan Umum Tentang Konsep
Karakteristik……………………………………………... 8
2.1.1 Definisi Karakteristik……………………………… 8
2.1.2 Umur……..………………………............................ 8
2.1.3 Jenis Kelamin……………………………………… 9
2.1.4 Pendidikan…………………………………………... 10
2.1.5 Pekerjaan……………………………………………. 11
2.1.6 Agama……………………………………………… 11
2.1.7 Suku…………………………………………………. 12
2.1.8 Ekonomi Penghasilan……………………………….. 12
2.2 Tinjauan Umum Tentang Konsep Gatritis………………... 13
2.2.1 Definisi Gastritis….………..………………………... 13
2.2.2 Fungsi Lambung ……...…………….………………. 13
2.2.3 Etiologi ………………...………………………...…. 14
2.2.4 Patofisiologi …………………………………............ 19
2.2.5 Fakor-Faktor Resiko Gastritis ……………………… 19
2.2.6 Klasifikasi…………………………………………… 23
vi

2.2.7 Menisfestasi Menisfestasi Klinnik…………………... 24


2.2.8 Komplikasi…………………….…………………….. 25
2.2.9 Pemeriksaan Penunjang……………………………... 26
2.2.10 Masalah Yang Terjadi Pada Gastritis……………… 26
2.2.11 Penatalaksana Gastritis…………………………….. 26
2.3 Tinjauan Umum Tentang Konsep Pengetahuan…………... 28
2.3.1 Definisi Pengetahuan……………………………… 28
2.3.2 Tingkat Pengetahuan………………………………... 28
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan….. 30
2.3.4 Pengukuran Tingkat Pengetahuan…………………... 33
2.3.5 Jenis-Jenis Pengetahuan…………………………….. 34
2.3.6 Cara Memperoleh Pengetahuan……………………... 35
2.3.7 Cara Moderen Dalam Memperoleh Pengetahuan…… 36
2.4 Keaslian Penelitian……………………………………… 38
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL................................................ 39
3.1 Kerangka Teori….. …………....………………………… 39
BAB IV METODE PENELITIAN...................................................... 40
4.1 Desain Penelitian…………………………………............ 40
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian……………………............ 40
4.2.1 Tempat Penelitian..................................................... 40
4.2.2 Waktu Penelitian...................................................... 40
4.3 Populasi Sampel dan Sampling.......................................... 40
4.3.1 Populasi...............................………………………. 40
4.3.2 Sampel....................................…………………… 42
4.3.3 Sampling..............……………………………......... 42
4.4 Variabel Penelitian………………………………............. 42
4.5 Definisi Operasional..……………………………………. 43
4.6 Instrumen Penelitian........................................................... 44
4.7 Prosedur Pengumpulan Data…………………………….. 44
vii

4.8 Analisis Data...................................................................... 47


4.9 Etika Penelitian................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.4 Keaslian Penelitian………………………………………... 38


Tabel 4.5 Definisi Operasional………………………………………. 43
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,

kronik, difus dan lokal yang disebabkan oleh makanan, obat-obatan, zat kimia,

stress dan bakteri (Nuari, 2015). Penyakit gastritis atau maag merupakan

penyakit yang sangat kita kenal dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit ini

sering ditandai dengan nyeri ulu hati, mual, muntah, cepat kenyang, nyeri

perut dan lain sebagainya. Penyakit maag sangat mengganggu karena sering

kambuh akibat pengobatan yang tidak tuntas. Sebenarnya kunci pengobatan

penyakit maag adalah dapat mengatur agar produksi asam lambung terkontrol

kembali sehingga tidak berlebihan, yaitu dengan menghilangkan stress dan

makan dengan teratur (Yatmi, 2017 ).

Penyakit gastritis yang diakibatkan oleh produksi asam lambung yang

berlebihan dapat diperparah oleh faktor-faktor yang menyebabkan

kekambuhan gastritis. Biasanya waktu makan yang tidak teratur, gizi atau

kualitas makanan yang kurang baik, jumlah makanan terlalu banyak atau

bahkan terlalu sedikit, jenis makanan yang kurang cocok atau sulit dicerna,

dan kurang istirahat, porsi pekerjaan yang melebihi kemampuan fisik/psikis.

Pada penderita gastritis gejalanya biasanya lambung terasa tidak enak, mual,

muntah, kram perut dan biasanya menyebabkan muntah darah (Ardian , 2018).

Prevelensi awal penyakit ini menurut World Health Organization

(WHO) (2017) tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan mendapatkan

1
2

hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris

22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia,

insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun.

Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah

penduduk setiap tahunnya. Persentase dari angka kejadian gastritis di

Indonesia adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di

Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952

jiwa penduduk (Pasaribu, 2017).

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2018, gastritis merupakan

salah satu penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di

Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan Depkes RI (2017) gastritis masuk dalam 10 penyakit terbanyak

pada pasien rawat inap di rumah sakit Indonesia dengan persentase 4,95%. Di

Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi. Dari penelitian dan

pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian

gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu

di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%,

Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7%

dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang

sehat (Supono, 2015).

Presentase dari angka kejadiangastritis di Kota Ambon adalah Jumlah

4,92 %. Berdasarkan profil kesehatan Kota Ambon tahun 2011-2016, gastritis

merupakan salah satu penyakit dalam sepuluh penyakit terbanyak pasien rawat
3

inap Rumah Sakit di Ambon dengan jumlah 10. 237 kasus (4,92%). (Dinas

Kesehatan Kota Ambon Tahun 2016).

Hasil penelitian Kurniyawan, (2017) berjudul Gambaran faktor-faktor

yang mempengaruhi kekambuhan gastritis mengatakan karakteristik menurut

jenis kelamin, Laki-laki 12 (43%), perempuan 16 (57%). Dapat disimpulkan

bahwa dari 28 responden karakteristik perempuan yang sering mengalami

penderita gastritis dibandingkan laki-laki. Berdasarkan usia 12-15 tahun (0%),

16-20 tahun 4 (14%), 21-30 tahun 6 (21%), 31- 40 tahun 8 (29%), 41- 50

tahun 7 (25%), 51- 60 tahun 2 (7%), > 60 tahun 1 (4%). Dapat disimpulkan

dari 28 responden dilihat dari karakteristik usia 31- 40 tahun yang paling

sering mengalami gastritis dibandingkan usia lain. Berdasarkan karakteristik

pendidikan SD 5 (18%), SMP 8 (29%), SMA 15 (54%). Dapat disimpulkan

dari 28 responden dilihat dari karakteristik pendidikan SMA yang paling

sering yang mengalami dibandingkan dengan pendidikan yang lain.

Berdasarkan karakteristik pekerjaan PNS 1 (4%), Tani 4 (14%), Swasta 11

(39%),

Prevalensi angka kejadian gastritis di Puskesmas Kairatu pada tahun

2018 dari bulan Januari-Desember berjumlah 281 orang kemudian mengalami

peningkatan di tahun 2019 berjumlah 286 orang.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan wawancara dengan Kepala

Puskesmas Kairatu Bagian Kepala KTU pada tanggal 28 September 2020,

diperoleh data dari bulan Januari hingga Desember 2018, angka kunjungan

pasien gastritis berjumlah 281, sedangkan tahun 2019 berjumlah 286, pada
4

tahun 2020 dari bulan Januari-September 157 pasien. Dari data mengatakan

bahwa karakteristik menurut jenis kelamin laki-laki terdapat 25 (44,6) yang

mengalami gastritis dan 13 (55,4%) tidak mengalami gastritis, dilihat dari

jenis kelamin perempuan terdapat 31 (55,4%) yang mengalami gastritis dan

ada 5 (27,8%) yang tidak mengalami gastritis. Dapat di simpulkan dari jenis

kelamin yang paling sering mengalami gastritis adalah perempuan

dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu ada salah satu pasien gastritis

mengatakan bahwa banyak mengkonsumsi alkohol makanan-makanan yang

pedas, merokok dan kopi berlebihan. Petugas kesehatan hendaknya

menjelaskan tentang bagimana jumlah makanan, frekuensi makanan jenis

makanan yang baik dan tepat bagi penderita gastritis agar pasien dapat

merubah perilaku pola makannya menjadi lebih baik sehingga tidak terjadi

kekambuhan pada pasien penderita gastritis dan penyakit gastritisnya tidak

semakin parah. maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan

judul “Gambaran Karakteristik Pasien Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2020”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut: “Bagaimana Gambaran Karakteristik Pasien Gastritis di Wilayah

Kerja Puskesmas Kairatu Kabupaten Seram bagian Barat Tahun 2020”?.


5

1.3 Tujuan Umum

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Karakteristik Pasien Gastritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Kabupaten Seram bagian Barat

Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi gambaran umur pasien gastritis di Wilayah

Kerja Puskesmas Kairatu.

2. Untuk mengidentifikasi gambaran jenis kelamin pasien gastritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu.

3. Untuk mengidentifikasi gambaran pendidikan pasien gastritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu.

4. Untuk mengidentifikasi gambaran pekerjaan pasien gastritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu.

5. Untuk mengidentifikasi gambaran suku pasien gastritis di Wilayah

Kerja Puskesmas Kairatu.

6. Untuk mengidentifikasi gambaran ekonomi penghasilan pasien

gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu.

7. Untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan pasien gastritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu.


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat berguna sebagai

referensi dan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan

gambaran karakteristik pasien tentang gastritis serta upaya pencegahan

dan pengaruhnya terhadap kesehatan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian yang baik tentunya memiliki manfaat bagi peneliti

sendiri ataupun bagi masyarakat sekitar. Bukan hanya sebagai dasar

teori namun juga harus di praktikan secara langsung dalam kehidupan

peneliti ini memiliki manfaat secara praktis bagi:

1. Bagi Responden

Memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada responden

terkhusunya bagi pasien tentang pengetahuan mengenai gastritis.

2. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi perawat

khususnya mengenai penyakit gastritis tentang pentingnya

karakteristik pasien terhadap proses pencegahan penyakit gratritis.

3. Bagi Puskesmas Perawatan Kairatu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan

pertimbangan berkaitan dengan karakteristik pasien tentang

gastritis.
7

4. Bagi Peneliti

Memberi pengalaman baru bagi peneliti dalam melaksanakan

peneliti dan memperkokoh landasan teoritis tentang pengetahuan

dan pemahaman mengenai karakteristik pasien tentang gastritis.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberikan informasi atau kontribusi pada mahasiswa jurusan

Ilmu Keperawatan dalam melakukan penelitian dan dapat dijadikan

dasar untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Konsep Karakteristik

2.1.1 Definisi Karakteristik

Karakteristik berarti hal yang berbeda tentang seseorang,

tempat, atau hal yang menggambarkannya. Sesuatu yang membuatnya

unik atau berbeda. Karakteristik dalam individu adalah sarana untuk

memberitahu satu terpisah dari yang lain, dengan cara bahwa orang

tersebut akan dijelaskan dan diakui. Sebuah fitur karakteristik dari

orang yang biasanya satu yang berdiri di antara sifat-sifat yang lain

(Sunaryo, 2016). Karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, agama, suku dan ekonomi/penghasilan.

2.1.2 Umur

Umur adalah usia seseorang yang dihitung berdasarkanhari ulang

tahun terakhirnya (Nuari, 2015). Umur adalah lama waktu hidup atau

ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Usia meningkatkan atau

menurunkan kerentanan terhadap penyakit tertentu. Pada umumnya

kualitas hidup menurun dengan meningkatnya umur. Penderita yang

dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat dia masih

muda mempunyai harapan hidup yang lebih tinggi, sebagai tulang

8
9

punggung keluarga, sementara yang tua menyerahkan keputusan pada

keluarga atau anak-anaknya.

Kategori umur menurut Departemen Kesehatan Republik

Indonesia tahun 2016 yakni sebagai berikut :

1. Masa balita usia 0 – 5 tahun

2. Masa kanak-kanak usia 5 – 11 tahun

3. Masa remaja awal usia 12 – 16 tahun

4. Masa remaja akhir usia 17 – 25 tahun

5. Masa dewasa awal usia 26 – 35 tahun

6. Masa dewasa akhir usia 36 – 45 tahun

7. Masa lansia awal usia 46 – 55 tahun

8. Masa lansia akhir usia 56 – 65 tahun

9. Masa manula usia 65 – ke atas

2.1.3 Jenis Kelamin

Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, manusia dibedakan

menurut jenis kelaminnya yaitu pria dan wanita. Istilah gender berasal

dari bahasa inggris yang berarti jenis kelamin. Gender adalah pembagain

peran kedudukan, dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang

ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki

yang dianggap pantas sesuai norma-norma dan adat istiadat,

kepercayaan, atau kebiasaan masyarakat (Sunaryo, 2016).


10

2.1.4 Pendidikan

Menurut Sunaryo, (2016) Jalur pendidikan sekolah terdiri dari :

1. Pendidikan dasar

Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal selama 9

tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang

pendidikan menengah. Di akhir masa pendidikan dasar selama tahun

pertama (SD/MI), para siswa harus mengikuti dan lulus dari Ujian

Nasional (UN) untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat

selanjutnya (SMP/MTs) dengan lama pendidikan 3 tahun.

2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah sebelum dikenal dengan sebutan

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) adalah jenjang pendidikan

dasar.

3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah. Penyelenggaraan tertinggi adalah akademi,

institusi, sekolah tinggi, universitas. Secara luas pendidikan

mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan

hingga liang lahat, berupa interaksi individu dengan lingkungannya,

baik cara formal maupun informal. Proses dan kegiatan pendidikan

dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok

(Sunaryo, 2014).
11

2.1.5 Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan

nafkah atau pencaharian masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau

pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu yang lebih untuk

memperoleh informasi (Depkes RI, 2016).

Menurut ISCO (International Standard Clasification of

Oecupation) pekerjaan diklasifikasikan :

1. Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli

jenis, pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik

pemerintah maupun swasta, tenaga administrasi tata usaha

2. Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang penjualan

dan jasa.

3. Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat

angkut/bengkel

2.1.6 Agama

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan

yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi

yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya.

Agama dan kepercayaan spiritual sangat mempengaruhi pandangan klien

tentang kesehatan dan penyakitnya, rasa nyeri dan penderitaan, serta

kehidupan dan kematian. Sehat spiritual terjadi saat individu

menentukan keseimbangan antara nilai-nilai dalam kehidupannya,

tujuan, dan kepercayaan dirinya dengan orang lain.


12

Penelitain menunjukkan hubungan antara jiwa, daya pikir, dan

tubuh. Kepercayan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap

kesehatan seseorang (Sunaryo, 2016).

2.1.7 Suku

Mengatakan, klasifikasi penyakit berdasarkan suku sulit dilakukan

baik secara praktis maupun secara konseptual, tetapi karena terdapat

perbedaan yang besar dalam frekuensi dan beratnya penyakit di antara

suku maka dibuat kalsifikasi walaupun terjadi kontroversial. Pada

umumnya penyakit yang berhubungan dengan suku berkaitan dengan

faktor genetik atau faktor lingkungan (Sunaryo, 2016).

2.1.8 Ekonomi Penghasilan

Individu yang status sosial ekonominya berkecukupan akan

mampu menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, individu yang status sosial

ekonominya rendah akan mengalami kesulitan di dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya (Sunaryo, 2016).

Menurut Badan Pusat Statisitik (BPS) 2018 pendapatan

digolongkan menjadi 4 yaitu :

1. Golongan pendapatan sangat tinggi (> Rp 3.500.000 per bulan)

2. Golongan pendapatan tinggi ( Rp 2.500.000 – Rp 3.500.000 per

bulan)

3. Golongan pendapatan sedang ( Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 per

bulan)
13

4. Golongan pendapatan rendah (< Rp 1.500.000 )

2.2 Tinjauan Umum Tentang Konsep Gastritis

2.2.1 Definisi Gastritis

Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang bersifat

akut, kronik, difus dan lokal yang disebabkan oleh makanan, obat-

obatan, zat kimia, stress dan bakteri (Nuari, 2015). Gastritis merupakan

suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus atau

lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh diperut, tidak

nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah. (Suratun, 2016). Gastritis

adalah peradangan mukosa lambung (lambung). dapat tersebar atau

terlokalisasi dan dapat diklasifikasikan menurut penyebab, perubahan

seluler, atau distribusi lesi. Gastritis bisa erosif (menyebabkan borok

atau nonerosive). walaupun perubahan mukosa yang berasal dari

gastritis akut biasanya sembuh setelah beberapa bulan, ini tidak benar

untuk gastritis kronis (Ignatavicius, 2017).

Nyeri ulu hati merupakan salah satu tanda gejala yang khas pada

penderita gastritis. Definisi nyeri secara umum merupakan perasaan

tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya yang mengalami dapat

menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. Nyeri dibagi menjadi

dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut biasanya berlangsung

tidak lebih dari 3 bulan dan nyeri kronis berlangsung lebih dari 3 bulan

(Dwi, 2018). Nyeri pada gastritis timbul karena pengikisan mukosa


14

yang dapat menyebabkan kenaikan mediator kimia seperti

prostaglandin dan histamin pada lambung yang ikut berperan dalam

merangsang reseptor nyeri (Dwi, 2018).

2.2.2 Fungsi Lambung

1. Fungsi penampung makanan yang masuk melalui esofagus,

menghancurkan makanan dan menghaluskan makanan dengan

gerakan peristaltik lambung dan getah lambung.

1) Mekanis : menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan

mengeluarkan kimus ke dalam usus. Pendorang makanan

terjadi secara gerakan peristaltik setiap 20 detik

2) Kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampurkan dengan

asam lambung dan enzim-enzim bergantung jenis makanan

enzim yang dihasilkan antara lain:

a) Pepsin : Memecah putih telur menjadi asam amino

(albumin dan pepton) agar dapat diabsorpsi di intestinum

minor.

b) Asam garam (HCL) : mengasamkan makanan sebagai

anteseptik dan disenfektan yang masuk kedalam makanan.

Disamping itu mengubah pepsinogen menjadi pepsin dalam

keadaan suasana asam.

c) Renin : sebagai ragi yang membekukan susu, membentuk

kasein dan kasinogen dari protein


15

d) Lapisan lambung : memecah lemak menjadi asam lemak

untuk merangsang sekresi getah lambung

3) Fungsi banterisid: Oleh asam lambung

4) Membantu proses pembentukkan eritrosit: lambung

menghasilkan zat faktor intrinsik bersama dengan faktor

ekstrinsik dari makanan, membentuk zat yang disebut anti-

anemik yang berguna untuk pertukaran eritrosit yang disimpan

dalam hati. (Syaifuddin, 2017).

2.2.3 Etiologi

Ignatavicius (2017) mengatakan gastritis dapat menyebabkan

perubahan didalam sel-sel lambung yang mengarah ke malnutrisi,

limfoma, atau kanker lambung. Pasien rawat inap, terutama dalam

peraturan perawatan kritis, harus memiliki obat pencegahan untuk

menghindari perkembangan gastritis.

Yatmi (2017) mengatakan bahwa banyak faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya gastritis akut, seperti beberapa jenis obat,

alcohol, bakteri, virus, jamur, stress akut, radiasi, alergi atau

intoksikasi dari bahan makanan dan minuman, garam empedu,

iskemia, dan trauma langsung.

1. Obat-obatan, seperti Obat Anti inflamasi Nonsteroid/OAINS

(Indometasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfanomide,

Steroid, Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluro-2-


16

deoxyuridine) Salsilat dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa

lambung.

2. Minuman beralkohol: seperti whisky, vodka, dan gin

3. Infeksi bakteri: seperti H. Pylori (paling sering) H heilmanii,

Streptococci, Staphylococci, Proteus spesies, Clostridium

spesies, E coli, Tuberculosis, dan secondary syphilis.

4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.

5. Infeksi jamur: seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan

Phycomycosis.

6. Sterss fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma

pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan saraf pusat,

dan refluks usus-lambung.

7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan, makanan berbumbu

dan minuman dengan kandungan kafein dan alcohol merupakan

agen-agen penyebab iritasi mukosa lambung.

8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu

(komponen penting alkali untuk aktifitas enzim-enzim

gastrointertinal) dari usus kecil kemukosa lambung sehingga

menimbulkan respons peradangan mukosa.

9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran

darah ke lambung.

10. Trauma langsung lambung,berhubungan dengan kesimbangan

antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga


17

integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respon peradangan

pada mukosa.

11. Secara fisiologis ada beberapa faktor, yang dapat menyebabkan

kerusakan mukosa lambung meliputi: 1) kerusakan mukosa

barrier, yang menyebabkan difusi balik Ion H+ meningkat, 2)

perfusi mukosa lambung terganggu,dan 3) jumlah asam lambung

yang tinggi.

Yatmi (2017). Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya

tahan terhadap asam yang kuat. Tetapi lapisan lambung mengalami

iritasi dan peradangan karena beberapa penyabab:

1) Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh

Helicobakter pylori (bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil

lender di lapisan lambung). Tidak ada bakteri lainnya yang dalam

keadaan normal tubuh di dalam lambung yang bersifat

asam,tetapi jika lambung tidak menghasilkan asam, berbagai

bakteri bisa tumbuh di lambung. Bakteri inibiasanya

menyebabkan gastritis menetap atau gastritis sementara.

2) Gastritis karena stress akut, merupakan jenis gastritis yang paling

berat,yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera)

yang terjadi secara tiba. Cederanya sendiri mungkin tidak

mengenai lambung seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas

atau cedera yang mengakibatkan perdarahan hebat.


18

3) Gastritis erosive krinis bisa merupakan akibat dari: bahan-bahan

seperti obat-obatan, terutama aspirin dan obat anti peradangan

non-steroid lainnya,penyakit Crohn, infeksi virus dan bakteri.

Gastritis ini terjadi secara perlahan-lahan pada orang yang sehat.

Bisa disertai dengan perdarahan atau pembentukan ulkus (borok,

luka terbuka), paling sering terjadi pada alkoholik.

4) Gastritis karena virus atau jamur bisa terjadi pada penderita

penyakit menahun atau penderita yang mengalami gangguan

system kekebalan.

5) Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi

terhadap infestasi cacing gelang Eosinopil (sel darah putih)

terkumpul di dinding lambung.

6) Gastritis atrofik terjadi jika antibody menyerang lapisan

lambung, sehingga lapisan lambung menjadi sangat tipis dan

kehilangan sebagian atau seluruh selnya yang menghasilkan

asam dan enzim. Gastritis atrifik bisa menyebabkan anemia

permistosa karena mempengaruhi penyerapan vitamin B12 dari

makanan.

7) Penyakit meniere merupakan jenis gastritis yang penyebabnya

tidak diketahui. Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya

melebar, kelenjarnya membesar dan memiliki kista yang terisi

cairan. Sekitar 10% penderita penyakit ini menderita kanker

lambung.
19

8) Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak

diketahui. Sel plasma (salah satu jenis sel darah putih) terkumpul

di dalam dinding lambung dan organ lainnya. Gastritis juga bisa

terjadi jika seseorang menelan bahan korosif atau meneriam

terapi penyinaran dengan dosis yang berlebihan.

2.2.4 Patofisiologi

Prostaglandin menyediakan penghalang mukosa pelindung

yang mencegah lambung dari mencerna dirinya sendiri dengan proses

yang disebut asam autodigesti. jika ada kerusakan pada penghalang

pelindung, cedera mukosa terjadi. cedera yang dihasilkan diperburuk

oleh pelepasan histamin dan stimulasi saraf vagus. asam hidroklorat

kemudian berdifusi kembali ke mukosa dan melukai pembuluh darah

kecil. difusi-belakang ini menyebabkan edema, pendarahan, dan erosi

lapisan perut. perubahan patologis gastritis termasuk kongesti

vaskular, edema, infiltrasi sel inflamasi akut, dan perubahan degenerasi

pada epitel superfisial lapisan lambung (Ignatavicius, 2017).

2.2.5 Faktor-Faktor Risiko Gastritis

Brunner & Suddarth (2016) faktor-faktor resiko yang sering

menyebabkan terjadinya gastritis ialah sebagai berikut:

1. Pola makan

Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah

terserang penyakit gastritis atau maag. Pada waktu isi perut harus

diisi tetapi dibiarkan kosong atau ditunda waktu pengisiannya,


20

asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga

timbul rasa nyeri.

2. Rokok

Akibat negative dari rokok, sesungguhnya sudah mulai

terasa pada waktu orang baru milai mengisah rokok. Dalam asap

rokok yang dihisap, terdapat kurang lebih 300 macam bahan

kimia, diantaranya acrolein, nikotin, asap rokok, gas CO. Nikotin

itulah yang menghalangi terjadinya rasa lapar. Itu sebabnya

seseorang menjadi tidak lapar karena merokok, sehingga akan

meningkatkan asam lambung dan dapat menyebabkan gastritis.

3. Kopi

Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein, kafein

ternyata dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf

pusat (otak), system pernapasan, system pembuluh darah dan

jantung. Oleh sebab itu tidak heran bila meminum kopi dalam

jumlah yang wajar (1-3 cangkir) tubuh kita terasa segar, bergairah,

daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau mengantuk. Kafein

dapat menyebabkan stimulasi system saraf pusat sehingga dapat

meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi hormone gastrin pada

lambung dan pepsin. Sekresi asam yang meningkatkan dapat

menyebabkan iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung

sehingga terjadi gastritis.


21

4. Helicobakter Pylori

Helicobakteri Pylori adalah kuman gram negatif, basil yang

berbentuk kurva dan batang Helicobakteri Pylori adalah suatu

bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang

kronis (gastritis) pada manusia infeksi H.plylori ini sering

diketahui sebagai penyebab utama terjadi ulkus peptikum dan

penyebab tersering terjadinya gastritis.

5. AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)

Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang

secara kimia heterogen menghambat aktifitas siklooksigenasi,

menyebabkan penurunan sistesis prostaglandin dan precursor

tromboksan dari asam arakhidonat. Misalnya aspirinubufrofen dan

noproxen yang dapat menyebabkan peradangan pada lambung jika

pemakaian obat-obatan tersebut hanya sesekali maka

kemungkinan terjadi masalah lambung.

6. Alcohol

Alcohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada

dinding lambung dan membuat dinding lambung menjadi lebih

rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.

Berdasarkan penelitian orang minum alcohol 75 gr (4 gelas

minggu) selama 6 bulan dapat menyebabkan gastritis.


22

7. Makanan pedas

Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan

merangsang system pencernaan, terutama lambung dan usus

kontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu

hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut

membuat penderita semakin berkurang nafsu makannya. Bila

kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari 1x dalam

seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus menerus dapat

menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis.

8. Terlambat makan

Secara alami lambung akan terus memproduksi asam

lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam

setelah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak

terserat dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan

pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang

telat makan sampai 2-3 jam maka asam lambung yang diproduksi

semakin banyak dan terlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa

lambung serta menimbulkan rasa nyeri disekitar epigastrium

(Dwigint, 2015).

Menurut Dona 2017 faktor resiko terjadinya gastritis adalah

1. Infeksi lambung, khususnya H. Pylori

2. Penggunaan obat anti inflamasi steroid atau nonsteroid

kronis atau berlebihan


23

3. Anoreksia

4. Penyakit autoimun

5. Pajanan terhadap benzena, timah, atau nikel di tempat kerja

6. Irritan lokal kronik seperti alkohol, terapi radiasi, dan

merokok

7. Komorbiditas kronis termasuk penyakit ginjal (uremia) atau

penyakit radang sistemik seperti crohn

2.2.6 Klasifikasi

Yatmi (2017) klasifikasi gastritis berdasarkan tingkat keparahannya:

1. Gastritis akut adalah inflamasi akut dari lambung biasanya terdapat

pada mukosa. Dan secara garis besar gastritis akut dapat dibagi

menjadi dua bagian yaitu gastritis eksogen akut dan gastritis

endogen akut. Bahan kimia, termis, mekanis iritasi bacterial adalah

faktor-faktor penyebab yang biasanya terjadi pada gastritis eksogen

akut. Sedangkan yang terjadi karena kelainan tubuh adalah

penyebab adanya gastritis endogen akut.

2. Gastritis kronis didefinisikan sebagai peradangan mukosa kronis

yang akhirnya menyebabkan atrofi mukosa dan metaplasia epitel.

Gastritis kronis adalah suatu peradangan pemukaan mukosa

lambung yang bersifat menahun

Yuliani (2018) gastriris kronik diklasifikasikan dengan tiga

perbedaan sebagai berikut:


24

1) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan,edema, serta

perdarahan dan erosi mukosa.

2) Gastritis atrofik, di mana peradangan terjadi pada seleruh lapisan

mukosa. Pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan

kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan

karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dans el chief.

3) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-

nodul pada mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis, dan

hemoragik.

2.2.7 Menisfestasi Klinik

Manifestasi klinis dan gangguan ini cukup bervariasi, mulai

dari keluhan ringan hingga muncul perdarahan pada saluran cerna

bagian atas. Pada beberapa orang, gangguan ini tidak menimbulkan

gejala yang khas (Brunner & Suddarth, 2016). Manifestasi gastritis

akut dan kronik hampir sama. Berikut:

1. Manifestasi gastritis akut

1) Anoreksia

2) Nyeri pada epigastrium

3) Mua

4) Perdarahan saluran cerna (hematemesis Melena)

5) Anemia (tanda lebih lanjut)

6) Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium

7) Kembung dan teras sesak


25

8) Keluar keringat dingin

9) Nafsu makan menurun

10) Suhu badan naik

11) Pusing

12) Pucat

13) Lemas

2. Manifestasi gastritis kronik

1) Mengeluh nyeri ulu hati

2) Anoreksia

3) Naucea

4) Nyeri seperti ulkus peptic

2.2.8 Komplikasi

1. Gastritis Akut

Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah perdarahan

saluran cerna bagian atas (SCBA), berupa hematemesis dan

melena, yang berakhir dengan shock hemoragik. Apabila

prosesnya hebat, sering juga terjadi ulkus, namun jarang terjadi

perforasi (Brunner & Suddarth 2016).

2. Gastritis Kronis

Komplikasi yang timbul pada gastritis kronik adalah gangguan

penyerapan vitamin B12. Akibat kurangnya penyerapan vitamin

B12 ini, meyebabkan timbulnya anemia pernesiaosa, gangguan


26

penyerapan zat besi, dan peyempitan daerah pyorus (pelepasan dari

lambung ke usus dua belas jari) (Brunner & Suddarth 2016).

2.2.9 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Yuliani (2018) pemeriksaan penunjang sebagai berikut:

1. Hemoglobin dan Hematosit menurun

2. Anemia

3. Fecal positif berdarah

4. Helicobacter pylori positif

2.2.10 Masalah Yang Terjadi Pada Gastritis

Menurut Brunner & Suddarth (2016) antara lain:

1. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan masukan nutrisi yang adekuat.

3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan

2.2.11 Penatalaksanaan Gastritis

Menurut Ignatavicius (2017) penatalaksaan sebagai berikut:

Gastritis akut diobati secara simtomatik dan suportif. Jika pasien

mengalami perdarahan dengan kehilangan darah simtomatik, transfusi

darah

1. Terapi Obat

1) Inhibitor pompa proton digunakan untuk mengurangi sekresi

asam lambung
27

2) H2 histamin blocker dapat digunakan sebagai penggantian

inhibitor pompa proton

3) Antadisa digunakan sebagai zat penyangga.

4) Antibiotik dengan inhibitor pompa proton dan mungkin

subsalisilat bismut dapat digunakan jika penyebabnya adalah

H. Pylori atau infeksi bakteri lainnya.

5) Menginstruksikan pasien untuk menghindari penggunaan

obat-obatan yang terkait dengan iritasi lambung, termasuk

steroid dan NSAIDs, atau memberikan agen gastroprotektif

ketika iritan digunakan terapi.

2. Terapi diet dan gaya hidup utnuk menghindari tembakau,

alkohol, dan makanan yang menyebabkan iritasi lambung, seperti

yang mengandung kafein, asam tingkat tinggi (tomat, buah

jeruk), rempah-rempah-rempah “panas”, dan volume bir ringan

saat makan.

3. Ajarkan teknik untuk mengurangi stress dan ketidaknyamana,

seperti relaksasi progresif, stimulasi kulit, citra terpadu, dan

gangguan
28

2.3 Tinjauan Umum Tentang Konsep Pengetahuan Gastritis

2.3.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses

sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

perilaku terbuka (over behavior). Pengetahuan (knowledge) juga

diartikan sebagai hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan

sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. (Notoadmodjo, 2016).

Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal, termasuk

mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja

maupun tidak sengaja dan terjadi setelah orang melakukan kontak atau

pengamatan terhadap suatu objek tertentu. (Mubarak, 2016).

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman

dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih baik dari pada tidak didasari oleh pengetahuan.


29

Pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah

mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu

tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, yang dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan materi telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang

sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masi ada kaitanya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

austisfikasi atau penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-


30

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Noatoatmojo, 2017)

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2016) Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka

seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari

orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi

yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang

kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan

dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu

ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti

mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang

tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek


31

positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan

menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin

banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan

sikap makin positif terhadap obyek tersebut .

2. Media Massa / Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia

bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana

komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,

surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa

membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai

sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

pengetahuan terhadap hal tersebut.

Sumber informasi adalah suatu proses pemberitahuan

yang dapat membuat seseorang mengetahui informasi dengan

mendegar atau melihat sesuatu secara langsung maupun tidak


32

langsung. Semakin banyak informasi yang didapat akan semakin luas

pengetahuan seseorang

3. Sosial Budaya Dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan

masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja

yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan


33

professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan

etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan

lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta

lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan

lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca. Kemampuan

intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan

hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

7. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu keyakinan ini bisa

mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya

positif maupun nagatif.

2.3.4 Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Menurut (Juliani, 2018) bahwa pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi


34

yang ingin diukur dari subyek peneliti atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan

dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

Menurut Syaifuddin (2017) skor yang sering digunakan untuk

mempermudah dalam mengategorikan jenjang dalam penelitian biasanya

ditulis dalam persentase misalnya pengetahuan

1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 – 100 %

2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56 – 75 %

3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai < 56 %

2.3.5 Jenis-Jenis Pengetahuan

Pada umumnya pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya:

1. Pengetahuan Langsung (Immediate)

Pengetahuan immediate adalah pengetahuan langsung yang hadir

dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan pikiran. Umumnya

dibayangkan bahwa kita mengetahui sesuatu itu sebagaimana

adanya, khususnya perasaan ini berkaitan dengan realitas-realitas

yang telah dikenal sebelumnya seperti pengetahuan tentang pohon,

rumah, binatang, dan beberapa individu manusia. Namun, apakah

perasaan ini juga berlaku pada realitas-realitas yang sama sekali

belum pernah dikenal dimana untuk sekali melihat kita langsung

mengenalnya.
35

2. Pengetahuan Tak Langsung (Mediate)

Pengetahuan mediate adalah hasil dari pengaruh interpretasi dan

proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu.

3. Pengetahuan Indrawi (Perceptual)

Pengetahuan indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui

indra (seperti mata, telinga dan lain-lain).

4. Pengetahuan Konseptual (Conceptual) Pengetahuan konseptual juga

tidak terpisah dari pengetahuan indrawi. Pikiran manusia secara

langsung tidak dapat membentuk suatu konsepsi-konsepsi tentang

objek-objek dan perkara-perkara eksternal tanpa berhubungan

dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi saling berpengaruh

satu dengan lainnya dan pemisahan di antara keduanya merupakan

aktivitas pikiran. (Juliani, 2018).

2.3.6 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2016) dari berbagai macam cara yang

telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang

sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

1. Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan Cara kuno atau

tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode

penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara ini antara lain:

2. Cara coba-coba (Trial and Error) Melalui cara coba-coba atau

dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Cara coba-coba
36

ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.

3. Cara kekuasaan atau otoritas Pengetahuan yang diperoleh

berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas

pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu

pengetahuan.

4. Melalui jalan pikiran Kemampuan manusia menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dalam

memperoleh kebenaran pengetahuan manusia menggunakan jalan

pikirannya

2.3.7 Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih popular

disebut metodologi penelitian (research methodology). Menurut

Deobold van Dalen, mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan

pengamatan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan

membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan

dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok,

yaitu:

1. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala yang muncul pada saat

dilakukan pengamatan.

2. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul

pada saat dilakukan pengamatan.


37

3. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala

yang berubahubah pada kondisi-kondisi tertentu


38

2.4 Keaslian Penelitian

Tabel . 2.4 Keaslian Penelitian

No. Judul/Pengarang Desain Sampel Variabel Intrumen Analisis Hasil


1. Gambaran Rancangan sebanyak Variabel Kuesioner Analisis Dari hasil penelitian
Karakteristik Pasien penelitian 167 Independen : Univariat ini diperoleh bahwa
Gastritis Di Rumah yang respond- Karakterist- karakteristik pasien
Sakit Santa digunakan en ik Pasien penderita gastritis
Elisabeth Medan adalah Gastritis rumah sakit santa
Tahun 2018 deskriptif elisabeth medan
Luce Yulpina dengan teknik tahun 2018 dengan
Silaban. pengambilan usia 26 – 36 Tahun
sampel total 68 orang (37,13%),
sampling. jenis kelamin
perempuan 110
orang (65,87%),
pendidikan SMA 85
orang (50,90%),
bekerja adalah tidak
bekerja 73 orang
(43,71%), suku
Batak toba 98 orang
(58,68%).
Kesimpulan gastritis
terjadi pada usia
produktif dari usia
26-36 tahun terjadi
pada perempuan
dengan pendidikan
SMA, tidak bekerja
dan suku batak toba.
2. Hubungan Pola Penelitian sampel Variabel Kuesioner Analisis berdasrkan hasil
Makan Dengan kuantitatif berjumla- Independen : Univariat bivariat dengan
Resiko Gastritis menggunaka-n h 155 Pola makan menggunakan uji
Pada Mahasiswa desain responden Variabel Chi-square
Yang Menjalani deskritif Dependen : diperoleh p value =
Sistem KBK. kolerasi Resiko 0.004 dima p value
Tahun 2016 dengan Gastritis <0.005. hasil ini
Sri Hartanti. pendekatan berarti ada
Cross hubungan pola
sectional makan dengan
resiko gastriris pada
mahasiswa yang
menjalani system
KBK.
3. Perbedaan : perbedaan dari kedua penelitian di atas dengan penelitian saya adalah terdapat pada metode penelitian dan analisis
yaitu : peneliti pertama deskriptif dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Peneliti kedua mengunakan penelitian
desain deskritif kolerasi dengan pendekatan Cross sectional penelitian deskriptif dengan menggunakan jenis Survey Cross
Sectional dan analisis bivariat.
39

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

Gambaran Karakteristik Pasien Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu

Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2020.

3.1 Gambar kerangka Teori


Gambaran Karakteristik Pasien Gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat

Faktor – Faktor Resiko


Karakteristik :
Gastritis :
 Umur
 Pola makan
 Jenis kelamin
 Rokok
 Pendidikan
 Kopi
 Pekerjaan
 Helicobacter
 Suku
pylori
 Ekonomi
 AINS (Anti
Inflamasi Non penghasilan
Steroid)
 Alkohol Agama
 Makanan pedas

Keterangan :

= Diteliti
= Tidak diteliti
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kuantitatif dengan

menggunakan desain penelitian deskriptif dengan menggunakan jenis Survey

Cross Sectional.. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang didasarkan pada

satu sampel, tidak berbentuk perbandingan ataupun hubungan antara dua

variabel atau lebih (Sugiyono, 2016).

4.2 Tempat dan Waktu

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan di rencanakan di Wilayah Kerja Puskesmas

Kairatu.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan di rencanakan pada Oktober - September 2020.

4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

4.3.1 Populasi

Menurut Notoatmodjo (2015), Populasi adalah keseluruhan objek

penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah

pasien gastritis berjumlah 157 orang.

40
4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki

oleh populasi tersebut. Dengan demikian sampel adalah sebagian dari

populasi yang karakteristinya hendak diselidiki, dan bisa mewakili

keseluruhan populasinya sehingga jumlah lebih sedikit dari populasi

(Sugiyono 2016). Penentuan sampel menggunakan rumus Slovin, yaitu:.

Keterangan :
n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi
e = % taraf kesalahan yaitu 5% (0,05)

Maka perhitungan total sampel dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut:
Besar sampel dari populasi 100 orang adalah:

157
n=
1 + 157 (0,05)₂

157
n=
1 + 157 (0,0025)

157
n = 1+ = 113
1,3925

41
4.3.3 Sampling

Dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel menggunakan

teknik Purposive Sampling, adalah tekhnik pengambilan sampel sumber

data dengan pertimbangan tertentu, karena tidak semua sampel memiliki

kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti (Sugiyono 2016).

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian

pada populasi target dan populasi terjangkau (Nursalam, 2017).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Pasien gastritis yang bersedia untuk dijadikan responden

2) Usia < 60 tahun

2. Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan sebagian subyek yang

memenuhi inklusi dari penelitian karena berbagai sebab (Nursalam,

2017). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

1) Pasien gastritis yang tidak kooperaktif

2) Pasien gastritis dengan komplikasi

4.4 Variabel Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2015), variabel mengandung pengertian

ukuran atau ciri dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan

yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang dimiliki oleh kelompok lain.

42
4.4.1 Variabel Tuggal

Variabel Tunggal adalah variabel yang hanya mengungkapkan

variabel untuk mendeskripsikan unusur atau factor-faktor didalam

setiap gejala yang termaksut variabel tersebut, penelitian seperti ini

disemutvariabel tunggal. (Hamidi, 2010). Variabel tuggal dalam

penelitian ini adalah karakteristik pasien gastritis

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.1
Definisi Operasional Gambaran Karakteristik Pasien Gastritis Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kairatu
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala
Operasional Pengukuran
Variabel Pasien gastritis Kuesioner Kriteria :
Independen : akan dilihat dari 1. Usia Ordinal
Karakteristik karakteristik pada 19-25 Tahun
pasien gastritis pasien yang 26 -36 Tahun
melekat pada 37 – 50 Tahun
dirinya sesuai > 51 Tahun
dengan indikator 2. Jenis kelamin Nominal
yang akan Laki-laki
dilakukan. Perempuan
3. Pendidikan Ordinal
SD
SMP
SMA/SMK
PT
4. Pekerjaan Nominal
PNS
Tani
Swasta
IRT
Tidak bekerja
5. Suku Nominal
Jawa
Bugis
Buton
Ambon

43
6. Ekonomi penghasilan Ordinal
< Rp. 1.500.000
≥ Rp. 1.500.000
Pengetahuan Segala sesuatu Kuisioner Baik : Apabila jawaban
tentang gastritis yang dipahami responden baik yaitu >
oleh pasien 80% (17 – 20 poin yang
tentang gastritis. benar)
Cukup : Apabila
jawaban responden baik
60-80 (12-16 poin yang
benar)
Kurang : Apabila
jawaban responden baik
yaitu <60% (<12 poin
yang benar)

1.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun dengan

hajat untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif maupun data

kuantitatif (Nursalam, 2017). Kuesioner dalam penelitian diartikan sebagai

daftar pernyataan yang sudah tersusun dengan baik dan responden

memberikan jawaban sesuai pemahaman (Hidayat, 2015).

Instrumen dalam penelitan ini adalah dengan menggunakan kuesioner

penelitian Luce Yulpina Silaban di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tahun 2018 dengan sampel 167 responden.

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

4.7.1 Cara Pengumpulan Data

Metode yang di gunakan dalam pengumpulan data adalah dengan

menggunakan kuesioner. lembar kuesioner ini berisi sejumlah

pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai gambaran karakteristik

44
pasien gastritis. Adapun langkah-langkah pengumpulan data sebagai

berikut :

1. Penelitian meminta surat pengantar dari kampus untuk melaksanakan

studi pendahuluan dengan tujuan mencari data awal pada jumlah ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu. Peneliti meminta izin

kepada Kepala Puskesmas untuk melakukan penelitian.

2. Peneliti mendatangi sampel penelitian yang setuju berpatisipasi

dalam penelitian menghitung sampel minimal yang telah di tetapkan

yang kemudian di jadikan reponden dalam penelitian

3. Pengumpulan data dilakukan peneliti sendiri dengan menggukanan

kuesioner terhadap responden yang telah menyetujui untuk di

jadikan sebagai sampel

4. Responden dengan cara menandatangani lembar menjadi responden.

Mendistribusikan kuesioner penelitian kepada sampel dan mohon

agar sampel penelitian menjawab semua pertanyaan yang tersedia.

5. Peneliti mengakses kembali kelengkapan kuesioner yang telah di isi

responden dan akan melengkapi kekurangan dengan memberikan

penjelasan kembali pada responden yang belum jelas

6. Kaesioner yang telah di isi oleh responden di kumpulkan oleh

peneliti dan data yang di perlukan telah di isi lengkap oleh responden

sehingga layak untuk di jadikan data dalam penelitian.

45
4.7.2 Pengolahan Data

Data yang di kumpulkan selanjutnya di olah dengan beberapa tahap

yaitu:

1. Pengeditan Data (Editing)

Memeriksa kembali data-data yang telah di kumpulkan ada

kesalahan atau tidak.

2. Pengkodean Data (coding)

Pemberian nomor-nomor kode atau bobot pada jawaban yang

bersifat kategori.

1) Karakteristik pasien gastritis :

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Pendidikan

d. Pekerjaan

3. Tidak bekerja Memberikan Skor (scoring)

Setelah di lakukan koding data, maka di lakukan pemberian skore

pada masing-masing sub variabel dan di jumlahkan

4. Memproses Data (Processing)

Setelah data di kumpulkan kemudian di proses dengan computer

menggunakan program komputer untuk di analisis

46
5. Pembersihan Data (cleaning)

Pembersihan data di lakukan untuk mengoreksi jika ada kesalahan

pengolahan data sehingga dapat di perbaiki.

4.8 Analisis Data

Dalam penelitian ini di gunakan analisis data univariat dan analisis bivariat

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah seluruh variabel yang akan digunakan

dalam analisis ditampilkan dalam distribusi frekuensi, analisis univariat

untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel tersebut.

4.9 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitan, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada

instansi tempat peneliti dalam hal ini di ajukan kepada Puskesmas Kairatu.

Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan

menentukan masalah etika penelitian meliputi:

1. Informent consent

Lembaran persetujuan di berikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti

menjelaskan maksut dan tujuan riset yang di lakukan serta dampak yang

mungkin terjadi selama pengumpulan data. Jika responden bersedia

diteliti, maka mereka harus menandatangani lembaran persetujuan tersebut

2. Anonymity (tanpa nama)

47
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden

tetapi lembar tersebut di berikan kode atau inisial

3. Confidential (kerahasiaan)

Kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

data tertentu yang di laporkan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2016. Textbook Of Medical-Surginal Nursing Volume I.

Depkes RI (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Republik


Indonesia
Donna, D., Ignatavicius, M., & Linda, Workman. (2017). Medical Surgical
Nursing: Patient Centered Care. United States OF Amerika: Saunders
Elsevier.
Dinas Kesehatan Kota Ambon. 2016. Angka Kejadian Gastritis.
Dwigint, S. (2018). Hubungan Pola Makan terhadap Sindrom Dispepsia pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (Doctoral
Dissertation, Fakultas Kedokteran). https://scholar.google.co.id/.
Diakses 20 Februari, 2019
Hamidi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Praktis Penulisan
Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Pres.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nuari, N., A. (2015). Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.
https://scholar.google.co.id/. Diakses 13 Maret, 2019.
Ratu Ardian (2018). Penyakit Hati Lambung usus Ambeinen. Yogyakarta: Nuha
Medika. https://scholar.google.co.id/. Diakses 18 Februari, 2019.
Pasaribu, M. P., Lampus, B. S., & Sapulete, M. (2017). The Relationship Between
Eating Habits with the Gastritis at the Medical Faculty Level of
Student 2010 Sam Ratulangi University Manado. Jurnal Kedokteran
Komunitas dan Tropik, 2(2) https://scholar.google.co.id/. Diakses 06
Maret, 2019.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitati fdan R&D. Bandung :
PT Alfabet.
Sunaryo (2016). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

48
Suratun Et, All (2016) Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Cv. Trans
Info Media.
Syaifuddin, H. (2017). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wahyu, D., & Supono, N. H. (2015). Pola Makan Sehari-hari Penderita Gastritis.
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, 1(1). Diakses 11 Februari,
2019.
Winkelman, C., & Ignatavicius, D. D. (2017). Clinical Companion for Medical-
Surgical Nursing: Patient-Centered Collaborative Care. United States
OF Amerika: Elsevier Health Sciences
Yatmi, F. (2017). Pola Makan Mahasiswa dengan Gastritis yang terlibat dalam
Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan di Universitas Islam Negeri
Jakarta (Bachelor's thesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2017). https://scholar.google.co.id/.
Diakses 19 Februari, 2019.
Juliani, F., Herlina, H., & Nurchayati, S. (2018). Hubungan Pola Maka dengan
Risiko Gastritis pada Remaja. Jurnal Online Mahasiswa (JOM)
Bidang Ilmu Keperawatan, 5(2), 643-651.
https://scholar.google.co.id/. Diakses 15 Februari, 2019.

49
KUESIONER

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GASTRIIS DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAIRATU
KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

a. Petunjuk Pengisian Identitas

Beri tanda (√) pada jawaban yang anda anggap sesuai

Nama (inisial) :

Umur : Tahun

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Tingkat Pendidikan : 1. SD 3. SMA

2. SMP 4. Perguruan Tinggi

Pekerjaan : 1. PNS 3. Tani

2. Swasta 4. IRT

5. Tidak bekerja

50
Suku : 1. Jawa 3. Buton

2. Bugis 4. Ambon

Ekonomi/Penghasilan : 1. < 1.500.000

2. ≥ 1.500.000

1. Apakah anda pernah mendapat informasi tentang gastritis (Maag)

a. Pernah b. Tidak Pernah

2. Apabila sudah pernah, informasi yang didapat melalui?

a. Media Cetak b. Media Elektronik

b. Petugas Kesehatan c. Lain-lain

3. Apakah salah satu anggota keluarga anda ada yang mengalami penyakit

gastritis (maag)?

a. Pernah b. Tidak Pernah

b. Petunjuk pengisian : berilah tanda (√) pada jawaban yang anda maksud
Keterangan :
1. SS : Sangat setuju
2. S : Setuju
3. TS : Tidak setuju
4. STS : Sangat tidak setuju

No. Pertanyaan SS S TS STS


1. Maag adalah suatu kondisi peradangan pada
lambung .
2. Banyak pikiran dan tekanan emosional yang
berlebihan dapat menyebabkan sakit maag
3. Makan dengan porsi terlalu banyak/terlalu
sedikit tidak menyebabkan sakit maag
4. Minuman kopi dan minuman beralkohol bukan
penyebab sakit maag

51
5. Maag disebabkan oleh infeksi virus
helicobacter pylori
6. Merokok adalah pemicu sakit maag
7. Mengkonsumsi minuman kopi dapat berisiko
kambuhnya sakit maag
8. Sering mengkonsumsi obat-obatan seperti obat
anti nyeri tidak berisiko terkena maag
9. Usia tua lebih berisiko terkena penyakit maag
10. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh pada
penyakit maag
11. Orang yang memiliki beban kerja berat tidak
berisiko terkena penyakit maag
12. Nyeri ulu hati merupakan tanda dan gejala sakit
maag
13. Pada orang yang mempunyai sakit maag perut
akan terasa sakit seperti
terbakar saat atau setelah makan
14. Nafsu makan orang yang terkena maag
meningkat
15. Perut terasa nyeri, perih (kembung dan sesak)
dibagian atas perut (ulu hati)

52

Anda mungkin juga menyukai