Anda di halaman 1dari 20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data

penelitiannya.1 Sedangkan penelitian adalah suatu proses penyelidikan yang ilmiah

melalui pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyimpulan data berdasarkan

pendekatan, metode, dan teknik tertentu untuk menjawab suatu permasalahan.2

Penelitian ini menggunakan kerangka fenomenologis dengan memfokuskan pada

eksplorasi pengalaman dan makna mendampingi anak belajar daring pada ibu yang

memiliki anak uisia 5-12 tahun di Ciamis . Bab ini disusun dengan menguraikan

komponen penelitian penting di bawah sub-judul; rekrutmen penelitian , tempat dan

waktu penelitian, Etika penelitian Prosedur pengumpulan data ,keabsahan data,alat

bantu pengumpulan data dan analissis data Setiap sub-bagian menghubungkan

kerangka kerja dengan tujuan penelitian.

A.Rekrutmen Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi berhubungan dengan pemahaman

tentang kehidupan keseharian dan dunia intersubjektif (dunia kehidupan) partisipan.

Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau

fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa

individu. Fenomenologi dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan

dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji dan peneliti bebas untuk

menganalisi data yang diperoleh.

Menurut Creswell (2014:450), pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian

tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut

epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek)
dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun

dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk menunda interpretasi

tentang apa yang dikatakan oleh partisipan.

Pendekatan fenomenologi, menurut Polkinghorne (1989) dalam Creswell (2014: 452),

menggambarkan arti sebuah pengalaman hidup beberapa orang tentang sebuah konsep

atau fenomena. Orang-orang yang terlibat dalam menangani sebuah fenomena

melakukan eksplorasi terhadap struktur kesadaran pengalaman hidup manusia. Menurut

Cribe (1986) dalam Creswell (2014: 453), fenomenologi adalah suatu pendekatan dalam

sosiologi yang mengidentifikasi masalah dari dunia pengalaman inderawi yang

bermakna kepada dunia yang penuh dengan objek-objek yang bermakna, suatu hal yang

semula terjadi dalam kesadaran individual secara terpisah dan kemudian secara kolektif,

di dalam interaksi-interaksi antara kesadaran-kesadaran. Pendekatan fenomenologi

menurut Schutz digunakan untuk mengkaji cara-cara anggota masyarakat menyusun

dan membentuk ulang alam kehidupan sehari-hari (Denzin, 2009:336). Sedangkan

menurut Husserl (1998) peneliti fenomenologis berusaha mencari tentang hal-hal yang

perlu (esensial), struktur invarian (esensi) atau arti pengalaman yang mendasar dan

menekankan pada intensitas.


kesadaran dimana pengalaman terdiri hal-hal yang tampak dari luar dan

hal-hal yang berada dalam kesadaran masing-masing berdasarkan memori,

image dan arti.

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi karena

didukung oleh fakta bahwa: (1) data penelitian ini adalah data laten,

artinya fakta dan data yang nampak di permukaan, termasuk stress

psikologi ibu yang memiliki anak usia 5-12 tahun dalam mendampingi

belajar daring, ibu sebagai aktor yang diteliti hanyalah suatu fenomena

dari apa yang tersembunyi pada “diri” ibu di mana masih diperlukan

pemahaman dan pemaknaan yang dimiliki oleh ibu tentang stress psikologi

(2) ditinjau dari kedalamannya, penelitian ini mengungkap pengalaman ibu

,mendampingi anak daring dan (3) fokus penelitian melihat bagaimana

stress psikologi ibu dalam dalam mendampingi anak belajar daring

Penelitian ini akan dilakukan di STIKes Muhammadiyah Ciamis , terhadap ibu -ibu

yang memiliki anak usia 5-12 tahun yang mengikuti belajar daring ,dengan alasan di

STIKes Muhammadiyah Ciamis masih banyak ibu-ibu (Dosen /Tenaga Kependidikan )

yang memiliki anak usia 5-12 tahun yang masih harus didampingi oleh ibu untuk

belajar daringnya .

C.Waktu Penelitian

Tabel 1. Perincian Waktu Penelitian

Bulan Pelaksanaan Tahun 2021


April Mei Juni Juli
No Jadwal Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Tahap Persiapan
x x x x x x
Penyusunan Proposal x x x
Mengurus Perijinan x x
Menyusun Instrumen x x
2. Tahap Pelaksanaan x x x x x x
Pengumpulan Data x x x x x x
Analisis Data x x x x
Perumusan Hasil Penelitian x x
3. Tahap Penyelesaian x x x x x
Penyelesaian Kerangka Tesis x x x
Penulisan Tesis x x x x x x
Revisi dan Editing Tesis x x x x x x x
Penyerahan Tesis

D. Etika Penelitian
1: respect to autonomy
Prinsip ini menjelaskan bahwa dalam melakukan riset kesehatan, peneliti harus
menghargai kebebasan atau independensi responden dalam mengambil
keputusan1. Berdasarkan The Belmont Report, prinsip ini mengandung dua
pandangan yaitu: 1) individu harus dianggap sebagai orang yang memiliki
otonomi; dan 2) orang dengan otonomi rendah harus mendapatkan perlidungan
2
.
Strategi yang dilakukan untuk menjamin otonomi responden adalah dengan
memberikan inform consent sebelum dilakukan pengumpulan data, memberikan
hak kepada partisipan untuk mundur dari penelitian, dan tidak ada pemaksaan
dari peneliti.
2: promotion of justice
Prinsip keadilan berkaitan dengan kesetaraan (equality) dan keadilan (fairness)
dalam memperoleh risiko dan manfaat penelitian2, serta memiliki kesempatan
untuk berpartisipasi dan diperlakukan secara adil dan setara dalam penelitian 1.
Misalnya: dalam sebuah penelitian ada kelompok yang cenderung mendapatkan
risiko atau kerugian, sedangkan kelompok lain mendapatkan manfaat.
Terkait dengan penelitian, terdapat tiga jenis keadilan yang didapat partisipan,
yaitu1:
a. Keadilan berkaitan dengan perolehan sumberdaya (distributive justice)
b. Keadilan berkaitan dengan hak individu (right-based justice)
c. Keadilan berkaitan dengan penghormatan kesamaan dalam hukum (legal justice)
3.ensuring beneficence
Prinsip ini menyatakan bahwa penelitian yang dijalankan akan memberikan
sesuatu yang berguna bagi partisipan dan bagi komunitas yang terdampak.
Penelitian bukan sekedar menghasilkan data yang diperoleh dari partisipan,
namun juga memberi manfaat baik secara langsung dan tidak langsung bagi
partisipan.
Dalam prinsip beneficence terdapat dua aturan umum yaitu 1) jangan
membahayakan atau merugikan partisipan; dan 2) maksimumkan manfaat
dan minimumkan kerugian. Sehingga peneliti sebaiknya menilai risiko dan
manfaat yang akan diperoleh partisipan dalam penelitian yang hasilnya
harus dikomunikasikan kepada partisipan penelitian. Pengertian risiko
disini adalah kemungkinan kerugian yang akan terjadi dan kejadian
kecelakaan yang mungkin terjadi seperti kecelakaan dari sisi psikologis,
fisik, hukum, sosial dan ekonomi2.

-4: ensuring maleficence


Prinsip ini menyatakan bahwa peneliti harus mencegah terjadinya
kecelakaan atau hal-hal yang tidak diharapkan dalam penelitian baik secara
fisik atau psikologis bagi partisipan. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran
risiko dalam perencanaan penelitian.
Terdapat dua konsep yang dijalankan untuk memastikan bahwa penelitian
memiliki risiko yang rendah bagi partisipan yaitu anonymity dan
confidentiality1. Kedua konsep ini merupakan prinsip privacy dalam riset,
yaitu melindungi informasi partisipan dalam penelitian 4.
a. Konsep anonim (anonymity concept). Konsep ini menyatakan bahwa
peneliti sebaiknya menghilangkan seluruh informasi yang berkaitan
dengan identitas responden saat menyampaikan hasil penelitian dan
menampilkan data, seperti nama repsonden dan karakteristik lainnya.
Proses ini disebut dengan de- identification. Dengan penerapan anonim
maka akan terjamin kerahasiaan dalam penelitian. Namun konsep
anonim tidak mungkin dilakukan pada desain penelitian longitudinal
yang membutuhkan sistem pengkodean data berdasarkan identitas yang
unik (misalnya: nomor KTP, tanggal lahir) 4.
b. Konsep kerahasiaan (confidentiality concept). Konsep ini menyatakan
bahwa peneliti sebaiknya memastikan data tersaji secara anonim, agar
privasi partisipan terjaga serta data-data yang berkaitan dengan
partisipan seperti alamat dan lainnya tersimpan dengan aman.
Menurut Kevin Barge, untuk memastikan bahwa penelitian yang
akan dilakukan memenuhi syarat etik, maka sebaiknya peneliti
mengangkat lima pertanyaan berikut 5:
1. Apakah terdapat pihak/orang yang dapat diminta untuk mengajukan izin
penelitian?
2. Apakah kerahasiaan responden dapat dijaga? Jika tidak terjaga
kerahasiaannya, apakah konsekuensinya bagi responden? Apakah
langkah-langkah yang akan dijalankan untuk menjaga kerahasiaan
responden dapat dijalankan?
3. Apakah ada kemungkinan responden mengundurkan diri dari penelitian?
4. Apakah ada konflik kepentingan antara peneliti dengan lokasi
penelitian? Jika peneliti merupakan bagian dari organisasi
(lokasi penelitian), apakah ada ketentuan yang membedakan
peran sebagai peneliti atau anggota kelompok? Apakah peran
ganda peneliti dapat dikendalikan?
5. Apakah transparasi proses penelitian dapat disampaikan kepada
responden pada saat awal penelitian sampai dengan
penyampaian hasil penelitian?
Jika jawaban dari setiap pertanyaan tidak cukup baik atau tidak
sesuai dengan komitmen etika penelitian, maka peneliti harus
mempertimbangkan untuk mencari lokasi penelitian yang lain

E. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan

data peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan

(Sugiyono, 2009:224). Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui teknik

wawancara. Wawancara merupakan percakapan tanya jawab di antara dua orang yang

dikonstruksikan sehingga diperoleh data dan informasi (Esterberg, 2002:95).


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara secara mendalam (in

depth interview). Jenis wawancara ini melibatkan satu proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan partisipan atau orang yang diwawancarai (Hariwijaya, 2007: 73-

74). Tujuan wawancara mendalam bukanlah hanya dilakukan untuk menguji hipotesis,

tetapi minat untuk memahami pengalaman hidup orang lain dan makna yang mereka

dapatkan dari pengalaman itu. Wawancara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh data-data mengenai; 1) pengalaman ibu dalam mendampingi anak belajar

daring , dan 2)tingkat stress psikologi ibu dalam mendampingi anak belajar daring l

(Seidman, 2013:46).

Wawancara mendalam adalah cara pengumpulan data yang dianjurkan dalam penelitian

fenomenologi (Creswell, 2014: 224). Berikut ini merupakan langkah-langkah

wawancara, yaitu; (1)menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan,

(2)menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan, (3)

mengawali atau membuka alur wawancara, (4)melangsungkan alur wawancara, (5)

mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya, (6) menuliskan

hasil
wawancara ke dalam catatan lapangan, dan (7) mengidentifikasi tindakan hasil

wawancara yang telah diperoleh (Sugiono,2009:322).

Tata cara sebelum peneliti dapat melakukan wawancara yaitu, dengan melakukan

perizinan dengan lembaga terkait. Pertama, peneliti melakukan perizinan ke STIKes

Muhammadiyah Ciamis Kedua, setelah STIKes memberikan izin kemudian Keua

STIKes merekomendasikan peneliti kepada dosen/tenaga kependidikan . Ketiga,

peneliti membuat infom concent dengan partisipan yaitu ibu dalam hal ini dosen/tenag

kependidikan .

Setelah peneliti mendapatkan calon pastisipan yang diwawancara, maka tahap

selanjutnya yaitu peneliti mendekati secara individual untuk menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian. Kemudian, peneliti meminta persetujuan mereka untuk terlibat dalam

penelitian ini. Jika mereka menyetujui, wawancara dilakukan berdasarkan waktu dan

tempat yang telah ditentukan oleh partisipan. Proses wawancara akan dilakukan secara

bergantian. Ibu-ibu diberikan beberapa pertanyaan semi struktur yang sudah ada dalam

protokol wawancara (lihat lampiran halaman ……). Waktu lamanya wawancara sekitar

15 sampai 30 menit sesuai dengan yang tertulis dalam protokol wawancara. Wawancara

dilakukan secara mendalam sehingga diharapkan segala pengalaman yang didapatkan


dalam proses pembelajaran tersebut dapat disampaikan oleh

narasumber dalam kegiatan wawancara ini. Topik penelitian ini

tidak sensitif sehingga sangat meminimalisir adanya manipulasi

data dari partisipan. Waktu wawancara dilakukan satu hari .setelah

ibu-ibu mendampingianak daring Hal ini dilakukan agar ibu masih

ingat dengan jelas pengalaman mendampingi anak daring . Proses

wawancara dilakukan untuk mendapatkan makna dari pengalaman

partisipan setelah mendampingi anak belajar daring

F.Keabsahan Data

Keabsahan data atau kredibilitas data adalah upaya meningkatkan drajat kebenaran data

dengan memastikan data itu absah dan berkualitas. Ada berbagai teknik untuk

melakukan pemeriksaan keabsahan data. Dalam penelitian ini, terdapat empat kriteria

trustworthiness, yakni credibility, dependibility, transferability, dan confirmability

(Denzin & Lincoln, 1994).

Pertama, yaitu credibility. Credibility adalah cara yang dilakukan cara yang dilakukan

yaitu melalui triangulasi data. Triangulasi merupakan pengecekan yang dilakukan

terhadap berbagai sumber dengan berbagai waktu dan berbagai cara (Sugiyono, 2009).

Menurut Denzin (1978) teknik triangulasi dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu

triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi penyidik dan teori (Moleong,

2005:330). Menurut Patton (1987), peneliti menggunakan triangulasi sumber, yaitu

dengan mengecek kembali dan membandingkan drajat kepercayaan dari informasi yang

di dapat pada waktu yang berbeda dan alat yang berbeda (Moleong, 2005: 330).

Keabsahan dan kesahihan data mutlak diperlukan dalam studi kualitatif. Oleh karena

itu dilakukan pengecekan keabsahan data. Adapun perincian dari teknik di atas adalah

sebagai berikut:

a. Keterpercayaan (Credibility)
Kriteria ini dipergunakan untuk membuktikan, bahwa data seputar stress
psikologi pada ibu yang mendampingi anak belajar daring yang diperoleh

dari beberapa sumber di lapangan benar-benar mengandung nilai kebenaran


28
(truth value). Dengan merujuk pada pendapat Lincoln dan Guba, maka

untuk mencari taraf keterpercayaan penelitian ini akan ditempuh upaya

sebagai berikut:

1) Trianggulasi

Trianggulasi ini merupakan cara yang paling umum digunakan

bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif. Dalam

pandangan Moleong, trianggulasi adalah “teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding keabsahan

26
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 1, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), 42
27
Y. S. Lincoln, & Guba E. G, Naturalistic Inquiry, (Beverly Hill: SAGE Publication. Inc, 1985), 301
28
Ibid. 301
29
data”. Dengan cara ini peneliti dapat menarik kesimpulan yang

mantap tidak hanya dari satu cara pandang sehingga dapat diterima

kebenarannya.

Penerapannya, peneliti membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara serta data dari dokumentasi yang

berkaitan. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang dapat

teruji kebenarannya bilamana dibandingkan data yang sejenis yang

diperoleh dari sumber lain yang berbeda. Sumber tersebut antara lain:

ibu -ibu yang memiliki anak……. Trianggulasi berfungsi untuk mencari

data, agar data yang dianalisis tersebut shahih dan dapat ditarik

kesimpulan dengan benar.

2) Pembahasan Sejawat

Pemeriksaan sejawat menurut Moleong adalah teknik yang

dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir

yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan

sejawat.30 Dari informasi yang berhasil digali, diharapkan dapat terjadi

perbedaan pendapat yang akhirnya lebih memantapkan hasil penelitian.

Jadi pengecekan keabsahan temuan dengan menggunakan metode ini

adalah dengan mencocokkan data dengan sesama peneliti.

3) Memperpanjang Keikutsertaan

Seperti yang telah dikemukakan bahwa dalam penelitian

kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci, maka keikutsertaan

peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Agar data yang

29
Moleong, Metodologi Penelitian ..., 330.
30
Ibid. 332.
diperoleh sesuai dengan kebutuhan pengamatan dan wawancara

tentunya tidak dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan

perpanjangan keikutsertaan dalam penelitian.

b. Keteralihan (Transferability)

Standar transferability ini merupakan pertanyaan empirik yang

tidak dapat dijawab oleh peneliti kualitatif sendiri, melainkan dijawab dan

dinilai oleh pembaca laporan penelitian. Hasil penelitian kualitatif memiliki

standar transferability yang tinggi bilamana para pembaca laporan

penelitian ini memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang

konteks dan fokus penelitian. Dalam prakteknya peneliti meminta kepada

beberapa rekan akademisi dan praktisi pendidikan untuk membaca draft

laporan penelitian untuk mengecek pemahaman mereka mengenai arah

hasil penelitian ini.

Teknik ini digunakan untuk membuktikan bahwa hasil penelitian

mengenai stress psikologi pada ibu yang mendampingi anak belajar daring

dapat ditransformasikan/dialihkan ke latar dan subyek lain. Pada dasarnya

penerapan keteralihan merupakan suatu upaya berupa uraian rinci,

penggambaran konteks tempat penelitian, hasil yang ditemukan sehingga

dapat dipahami oleh orang lain.

c. Kebergantungan (Dependability)

Teknik ini dimaksudkan untuk membuktikan hasil penelitian ini

mencerminkan kemantapan dan konsistensi dalam keseluruhan proses

penelitian, baik dalam kegiatan pengumpulan data, interpretasi temuan

maupun dalam melaporkan hasil penelitian. Salah satu upaya untuk menilai

dependabilitas adalah melakukan audit dependabilitas itu sendiri. Ini dapat


dilakukan oleh auditor, dengan melakukan review terhadap seluruh hasil

penelitian. Dalam teknik ini peneliti meminta beberapa ekspert untuk

mereview atau mengkritisi hasil penelitian ini. Mereka adalah pembimbing

dan dosen-dosen yang lain.

d. Kepastian (Confirmability)

Standar konfirmabilitas lebih terfokus pada audit kualitas dan

kepastian hasil penelitian. Audit ini dilakukan bersamaan dengan audit

dependabilitas. Teknik ini digunakan untuk mengadakan pengecekan

kebenaran data mengenai peran kesungguhan belajar, motivasi pendidik

serta dukungan spiritual orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar anak

didik dan berbagai aspek yang melingkupinya untuk memastikan tingkat

validitas hasil penelitian. Kepastian mengenai tingkat obyektivitas hasil

penelitian sangat tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap

pandangan, pendapat dan penemuan penelitian.

G..Alat Bantu Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti

sebagai instrumen utama. Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi

menetapkan fokus penelitian, memilih partisipan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat

kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2009:306). Peneliti sebagai instrumen atau alat

penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

lingkungan yang harus diperkirakan bermakna atau tidak bagi penelitian,


a) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua

aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data

sekaligus,

b) Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu

instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap

keseluruhan situasi kecuali manusia,

c) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat

dipahami dengan pengetahuan semata dan untuk memahaminya,

kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan

pengetahuan kita,

d) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang

diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan

segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk menguji

hipotesis yang timbul seketika,

e) Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan

menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh

penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiyono,

2009:308).

Walaupun instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah

peneliti itu sendiri, tetapi peneliti tetap menggunakan panduan dalam

melakukan proses pengumpulan data. Panduan yang digunakan yaitu

protokol wawancara. Protokol wawancara merupakan form


pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti untuk membantu peneliti

dalam proses wawancara (Creswell, 2015: 446). Protokol wawancara

disusun secara rinci yang didalamnya terdapat pertanyaan inti dan

pertanyaan lanjutan. Protokol wawancara yang digunakan oleh

peneliti ini merupakan hasil adopsi dari Assmussen & Creswell

(Creswell, 2015:447).

Alat yang akan digunkan digunakan dalam penelitian ini antara lain

voice recorder ,instrument dan file note )

H.Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-

milah, mengorganisasikan dan menjadikan data itu menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan


menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan menemukan apa yang dapat diceritrakan kepada

oranglain, (Moleong, 2005: 248). Analisis data dilakukan secara terus

menerus, berlangsung saat pengumpulan data berlangsung dan setelah

pengumpulan data selesai (Sugiyono, 2009: 273).

Dalam penelitian fenomenologi terdapat metode-metode analisis

yang terstruktur dan spesifik yang dikembangkan oleh Moustakas

(1994) (Creswell, 2015: 268-270), yaitu:

2. Mendeskripsikan pengalaman personal dengan fenomena yang

sedang dipelajari;

3. Membuat daftar pernyataan penting;

4. Mengambil pernyataan penting tersebut kemudian dikelompokkan

menjadi unit makna atau tema;

5. Menuliskan deskripsi tekstural (apakah yang dialami) dari

pengalaman partisipan;

6. Mendeskripsikan deskripsi stuktural (bagaimana pengalaman

tersebut terjadi).

Dalam melakukan proses analisis data, terdapat beberapa tahapan

yang harus dilakukan (Moustakas (1994), yaitu:

a) Horizonalisasi

Pada tahap ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan

pengalaman individu. Pengalaman individu yang dideskripsikan

tidak hanya meliputi pengalaman dari para partisipan tetapi juga


pengalaman dari diri peneliti sendiri. Deskripsi dari pengalaman

peneliti akan dijelaskan dalam refleksi peneliti. Proses selanjutnya

yang dilakukan oleh peneliti yaitu melakukan transkrip wawancara.

Transkrip wawancara dilakukan untuk dapat memperoleh data yang

lebih tekstural. Transkrip berfungsi untuk dapat menemukan tentang

pemahaman/pengalaman yang dialami oleh partisipan (Giorgi &

Giorgi, 2003).

b) Deskripsi Tekstural

Pada tahap ini peneliti memfokuskan pada pengalaman apa

yang didapatkan oleh partisipan. Proses deskripsi tekstural yaitu

dengan cara peneliti menceritakan pengalaman-pengalaman apa

yang telah partisipan dapatkan. Pengalaman-pengalaman tersebut

meliputi pengalaman partisipan menerima pembelajaran sosiologi,

pengalaman partisipan berinteraksi dengan teman-teman di kelas

atau di pondok dan juga pengalaman partisipan terhadap masyarakat

yang multikultural di luar sekolah atau di masyarakat.

c) Deskripsi Struktural

Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan pengalaman

multikultural yang di miliki atau diperoleh siswa. Proses deskripsi

pengalaman pada tahap ini dapat dilihat perdasarkan setting, yaitu

meliputi waktu (kapan) dan tempat (dimana) pengalaman tersebut

berlangsung. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisi tentang

bagaimana makna multikultural menurut partisipan.


d) Gambaran Makna akan Fenomena

Pada tahap terakhir ini merupakan proses penggabungan antara

deskripsi struktural dan deskripsi tekstural. Dalam proses ini, peneliti

penjelaskan pengalaman apa yang partisipan dapatkan di sekolah

setelah menerima materi sosiologi yaitu masyarakat multikultural

dan bagaimana pengalaman partisipan mengalami fenomena tersebut

sehingga lahirlah makna multikultural menurut para partisipan.

(Creswell, 2014: 268-269)


Triangulasi juga dapat dilakukan dengan mencross checkkan data

dengan jurnal peneliti (sumber data sekunder). Cara peneliti melakukan

triangulasi data, berdasarkan Moleong (2005:331) menjelaskan

triangulasi dengan sumber dapat dilakukan dengan mengadakan

member check. Peneliti melakukan pengecekan data wawancara dengan

partisipan tentang pengalaman siswa mendapatkan pembelajaran

sosiologi. Dalam penelitian ini proses member check dilakukan dengan

cara melihat hasil wawancara dengan partisipan dan mengecek apakah

hasil transkrip sesuai dengan yang dikatakan oleh peneliti atau tidak.

Masukan dari partisipan peneliti gunakan untuk melengkapi hasil

penelitian. Pengecekkan anggota (member check) dilakukan sebagai

upaya untuk memeriksa apakah telah berhasil mengungkap perspektif

partisipan (Putra, 2012:122).

Kedua yaitu dependability. Dependability merupakan cara yang

dilakukan untuk mengecek keseluruhan proses penelitian (Sugiyono,

2017: 374). Proses pengecekan dilakukan antara peneliti dengan dosen

pembimbing. Pengecekan dilakukan melalui diskusi tentang proses

penyusunan penelitian ini, mulai dari pemilihan judul, fokus masalah,

dan terkait proses penelitian. Proses penelitian meliputi cara memilih

partisipan, pengambilan data dan juga proses analisa data. Kegiatan ini

juga merupakan bentuk konsultasi antara peneliti dan pembimbing tesis.

Ketiga yaitu transferability. Transferability merupakan langkah

yang dilakukan peneliti dalam membuat laporan penelitian. Cara

yang
telah dilakukan oleh peneliti yaitu dengan membuat laporan penelitian dengan jelas,

terperinci, dan sistematis. Peneliti juga menjelaskan hasil penelitian secara deskriptif.

Yaitu peneliti menjelaskan secara detail melalui kata-kata yang terstruktur dan penuh

dengan makna konseptual.

Kriteria yang keempat yaitu confirmability. Confirmability yaitu

berisi tentang kualitas hasil penelitian. Penelitian dapat dinyatakan

berkualitas jika penelitian tersebut tidak hanya menceritakan hal-hal yang

fiktif tetapi penelitian tersebut benar-benar sesuai dengan keadaan yang

nyata ada di lapangan. Atau penelitian tersebut benar-benar terjadi dan

disusun melalui beberapa proses hingga tersusun laporan penelitian ini.

Proses penyusunan laporan penelitian ini dapat dicek mulai dari peneliti

mengurus surat izin penelitian (terdapat pada lampiran……hal……) hingga

peneliti berhasil membangun relasi dengan pihak sekolah dan guru mata

pelajaran sosiologi sebagai seorang gate keeper. Confirmability dapat

diketahui dengan melihat catatan harian peneliti ketika melakukan

penelitian (contoh jurnal harian dapat dilihat pada lampiran ……………

hal…..). Proses pengecekkan kualitas data penelitian ini juga dapat dilihat

dari hasil transkrip wawancara. Contoh transkrip wawancara dapat dilihat

pada lampiran XI di halaman 170.

Anda mungkin juga menyukai