Anda di halaman 1dari 270

Mahasiswa

Program Studi Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat

Penanggung Jawab:
Dosen Pembimbing
Dr. Acep Supriadi, M.Pd., M.AP
PROFESI KEPENDIDIKAN
Banjarmasin, Juni 2015

Penulis : Mahasiswa Prodi PPKn FKIP UNLAM


Editor : Ariani
: Deby Hapsari
: Khadijah
: Nurul Fajariah
: Wahyudi
Desain Cover : Yuhana
: Dahlia
Ukuran : 14,5 x 21 cm
Halaman : xv + 254
PERSEMBAHAN

Karya ini kami persembahkan kepada orang tua


kami, semua guru dan dosen khususnya untuk
Bapak Acep Supriadi, rekan-rekan mahasiswa,
serta untuk negeri kami tercinta, Indonesia.
PROFESI KEPENDIDIKAN vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena atas segala perkenan-Nya, penyusunan buku Profesi
Kependidikan ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.

Dewasa ini pendidikan di Indonesia dihadapkan dengan beberapa


permasalahan. Dalam Term of Reference EADC 2010 dengan Tema
“Cerdas Indonesiaku” memaparkan bahwa rendahnya kualitas guru di
Indonesia merupakan rangkaian dari rantai masalah pendidikan di
Indonesia yang harus diberantas hingga ke akarnya. Hal ini berkaitan
dengan peran guru yang merupakan komponen penting dalam dunia
pendidikan yang berada di barisan terdepan. Betapapun kemajuan
teknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk
meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun bila kualitas
guru tidak memadai dan tidak berkompeten maka hal tersebut akan
menjadi sia-sia karena guru merupakan variable penting bagi
keberhasilan pendidikan. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter
dan kepribadian anak bangsa. Sebagai sebuah mata pelajaran, PKn
juga menuntut profesionalisme guru dalam mengajar, karena guru
dituntut untuk menguasai seluruh aspek kompetensi, baik pedagogik,
sosial, kepribadian maupun kompetensi profesional.

Permaslahannya, masih banyak ditemukan guru yang mengajar


mata pelajaran PKn yang tidak berkompeten (tidak profesional). Salah
satu penyebabnya adalah dikarenakan Guru PKn tersebut belum
terlalu mengerti arti penting profesi yang diembannya. Perlu diketahui
Guru tidak bisa datang dari mana saja tanpa melalui sistem pendidikan

KATA PENGANTAR
PROFESI KEPENDIDIKAN vii

profesi dan seleksi yang baik. Untuk itu, perlu kiranya sebagai calon
Guru PKn haruslah tahu dan menyadari akan profesinya. Selayaknya
buku ini memaparkan berbagai hal penting tentang profesi
kependidikan, terkhusus untuk Guru PKn.

Buku ini terdiri atas sepuluh bab yang masing-masing mengkaji


masalah aktual dan relevan tentang profesi kependidikan dan profesi
Guru PKn yang diuraikan dengan jelas pada tiap bab dan memaparkan
berbagai realita serta peran Guru PKn dalam ranah memajukan
pendidikan di Indonesia. Di samping itu, tiap-tiap bab juga disertai
dengan referensi dari materi yang diuraikan, sehingga kiranya berguna
bagi para mahasiswa yang ingin memperdalam studinya atas aspek-
aspek tertentu tentang profesi kependidikan.

Bab I buku ini menyangkut sejarah profesi kependidikan. Profesi


keguruan bermula dari zaman sebelum masuknya agama ke
Indonesia, pada masa itu seorang Petapa disebut sebagai guru. Pada
masa kerajaan Budha/Hindu Biksu disebut sebagai guru. Kemudian
setelah agama Islam masuk ke Indonesia, ulama yang mengajar di
pesantren disebut guru. Istilah guru terus berkembang dari masa ke
masa dan pada saat penjajahan Belanda mulailah lahir sistem
pendidikan modern. Di Indonesia sendiri lahirnya guru berawal dari
PGRI. PGRI selalu berkembang hingga pada akhirnya pemerintah
memutuskan untuk mengangkat guru tanpa pendidikan (tanpa melalui
sekolah guru) pada tahun 1982 namun secara berangsur-angsur
dilengkapi dengan guru-guru yang lulus dari sekolah guru yang
pertama kali didirikan di Solo pada tahun 1852. Selanjutnya, yang lebih
jelas dan terperinci ada dalam Bab I.

KATA PENGANTAR
PROFESI KEPENDIDIKAN viii

Bab II, Bab III, Bab IV, dan Bab V di fokuskan pada pengertian
profesi kependidikan; ciri-ciri profesi kependidikan; ruang lingkup
profesi kependidikan; serta tujuan dan manfaat profesi kependidikan.
Sebagai langkah awal memahami profesi kependidikan perlu kiranya
sebagai calon guru mengetahui dan memahami dasar-dasar dalam
profesi dan pendidikan agar memiliki teori dan pengetahuan dasar
tentang profesi kependidikan itu sendiri.

Bab VI menyangkut masalah tentang profesi Guru PKn. Guru


profesional pada hakikatnya adalah mereka yang sudah mengabdikan
hidupnya untuk kebaikan manusia universal melalui jalur pendidikan.
Pencapaian kinerja keprofesionalan guru PKn dapat diukur melalui
komitmen, dan ikhitiar dirinya untuk menjadi guru yang kompeten.
Kesungguhan guru PKn untuk membangun human relation adalah
wujudnya proses belajar sepanjang hayat. Guru PKn yang professional
dan smart harus mampu menginspirasi dirinya dan anak didik menjadi
orang-orang terus menerus berani melakukan gagasan baik,
berorentasi melakukan yang terbaik bukan sekadar wacana, bekerja
sepenuhnya, jujur dan bertanggung jawab, serta komitmen untuk
berkeunggulan. Pada bab ini memaparkan tentang berbagai materi dan
kiat-kiat yang merujuk pada profesi Guru PKn.
Bab VII secara khusus mengkaji tentang peran Guru PKn dalam
manajemen berbasis sekolah (MBS). Manajemen berbasis sekolah
menuntut peran Guru PKnyang memiliki kewenangan dan tanggung
jawab didalam kelas dalam proses belajar-mengajar agar siswa
mampu berkembang dengan kreatifitas yang dimilikinya.Perancangan
pembelajaran kelas yang baik, jelasnya guru mengetahui kekuatan dan
kelemahan siswanya dan dia tahu tantangan yang terkandung dalam
kurikulum. Dia memiliki ragam strategi pembelajaran yang dapat

KATA PENGANTAR
PROFESI KEPENDIDIKAN ix

digunakan untuk membangkitkan kekuatan siswa yang dapat


mengurangi kelemahanynya. Dalam hal ini, Guru PKn memiliki peran
yang penting terhadap keberhasilan konsep MBS.

Bab VIII mengkaji tentang Guru PKn yang bermental mandiri.


Pada bab ini menguraikan masalah-masalah Guru PKn yang harus
memiliki mental mandiri (enter preuner). Proses pembentukan karakter
mandiri berawal dari pembentukan kemandirian akal. Akal merupakan
penentu awal dari pembentukan karakter. Untuk dapat membentuk akal
mandiri, guru sebagai ujung tombak pendidikan harus menjadi teladan
dalam hal kemandirian bagi siswanya, guru juga harus menyampaikan
pesan-pesan kemandirian dalam bentuk materi yang terintegrasi
dengan mata pelajaran yang sudah ada, serta guru perlu
menyampaikan sejarah atau profil orang-orang yang memiliki karakter
mandiri agar siswa lebih termotivasi untuk menjadi insan yang mandiri.

Bab IX buku ini secara panjang lebar membahas realita Guru PKn
di sekolah. Realitanya seorang guru PKn memang harus mencari-cari
sumber ilmu serta kajian issue untuk lebih di kaji dalam berbagai
macam permasalahan-permasalahan di masyarakat maupun
lingkungan serta media massa namun tak jarang pada masa sekarang
ini masih banyak Guru PKn yang masih menganggap permasalahan itu
kurang penting, dengan hanya memberikan materi secara teori bukan
praktiknya. Guru PKn yang masih sering atau lebih suka memberikan
materi atau bahan pelajaran yang membuat siswanya bosan dan jenuh
seperti memberikan bahan ajar melalui PPT kemudian siswa menulis
lalu dijelaskan yang membuat siswa tidak bersemangat dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini perlu adanya peran pemerintah dalam
menyokong terwujudnya kurikulum serta guru yang professional and
smart sehingga terciptanya keseimbangan.

KATA PENGANTAR
PROFESI KEPENDIDIKAN x

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


menjadikan arus globalisasi berkembang semakin cepat. Globalisasi
merubah segala aspek kehidupan bernegara tak terkecuali dunia
pendidikan. Kemajuan IPTEK telah membawa perubahan
yang signifikan dalam dunia pendidikan. Sehingga, kemampuan guru
terhadap materi/bahan ajar juga harus diikuti penguasaan teknologi
dan informasi seperti komputer, internet, dan lain-lain. Penguasaan
guru PKn terhadap materi pelajaran PKn sangat penting
guna menunjang keberhasilan pengajaran. Lebih jelasnya
permasalahan ini dibahas pada bab terakhir buku ini yaitu Bab X
mengkaji tentang tantangan dan harapan Guru PKn. Kenyataan-
kenyataan ini menuntut adanya guru Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn)sebagai agen pembelajaran (learning agent) yang profesional
dan cerdas untuk menjawab masalah-masalah warga negara yang
diakibatkan oleh globalisasi, sehingga globalisasi bukan sebagai
“senjata pembunuh karakter bangsa” melainkan menjadi sesuatu yang
semakin meningkatkan kualitas warga negara Indonesia, membangun
semangat nasionalisme dan meningkatkan eksistensi Indonesia dalam
kancah internasional. Jadi, diperlukan guru-guru PKn yang menguasai
informasi dan komunikasi dan mampu menumbuhkan jiwa-jiwa sadar
anak bangsa untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai warga
negara Indonesia yang baik.

Demikian buku ini menampilkan kajian tentang profesi


kependidikan dan realita serta peran Guru PKn sebagai sebuah profesi
yang dihandalkan oleh bangsa. Semoga dengan adanya buku profesi
kependidikan ini yang kiranya berguna bagi pengenalan dan perluasan
wawasan tentang profesi kependidikan tersebut. Walaupun buku ini
masih kurang lengkap karena masih ada aspek-aspek lain yang belum

KATA PENGANTAR
PROFESI KEPENDIDIKAN xi

termuat dalam buku ini, namun sebagai tahapan awal kami harapkan
buku ini dapat menambah literatur Indonesia yang masih terbatas
mengenai profesi kependidikan dan mendorong peminat lainnya untuk
menulis.

Pada kesempatan ini tidak lupa kami menyampaikan ucapan


terima kasih yang tiada berhingga kepada seluruh mahasiswa dan
mahasiwi Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
angkatan 2013 Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
Kalimantan Selatan yang telah membantu secara materi maupun non
materi dalam pembuatan buku ini. Penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada tim editor, mahasiswa dan mahasiswi Program Studi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan angkatan 2013 yang
dengan tulus hatinya dan dengan kerja sama yang baik telah
membantu secara teknik dalam penyusunan buku ini.

Akhirnya ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak


tercinta Dr. Acep Supriadi, M.Pd., M.AP yang telah memberikan
semangat dan motivasi yang tak henti-hentinya kepada kami sehingga
buku ini dapat terselesaikan dengan baik.

Banjarmasin, Juni 2015


Mahasiswa PPKn FKIP UNLAM

KATA PENGANTAR
PROFESI KEPENDIDIKAN xii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................... xii

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN ............................... 1


A.Sejarah Perkembangan Pendidikan di Dunia .................... 1
B.Perkembangan Pendidikan di Indonesia............................ 7
C.Sejarah Lahirnya Profesi Guru ........................................... 25
D.Perkembangan Profesi Keguruan atau Kependidikan ..... 28

BAB II Pengertian Profesi Kependidikan ................................... 38


A. Pengertian Profesi .............................................................. 38
B. Pengertian Profesi Menurut Para Ahli ............................... 40
C. Pengertian Pendidikan ....................................................... 42
D. Pengertian Kependidikan ................................................... 43
E. Pengertian Profesi Kependidikan ...................................... 44
F. Profesi Keguruan ................................................................ 46
G. Profesi Guru dan Dosen ..................................................... 48

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN .............................. 59


A. Karakteristik Ciri-Ciri Profesi Kependidikan ..................... 59
B. Ciri-Ciri Profesi Kependidikan Secara Umum dan Khusus 63
C. Ciri-Ciri Profesi Kependidikan .......................................... 68
D. Ciri-Ciri Profesional Guru ................................................... 73
E. Ciri-Ciri Seorang Guru yang Profesional .......................... 73

BAB IV RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN ............... 78


A. Profesi Kependidikan atau Keguruan ................................ 78

DAFTAR ISI
PROFESI KEPENDIDIKAN xiii

B. Tugas Profesi Kependidikan atau Pendidik ..................... 80


C. Kriteria Profesi Guru ........................................................... 82
D. Ruang Lingkup Profesi Kependidikan ............................... 83
E. Lingkup Profesi Guru (Guru dan Tugas Tambahan) ........ 85

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN ..... 92


A. Tujuan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) 92
B. Tujuan Ditinjau dari Lingkup Penddikan ........................... 92
C. Reorientasi Tujuan Pendidikan Nasional .......................... 105
D. Tujuan Profesi Kependidikan ............................................. 109
E. Manfaat Profesi Kependidikan ........................................... 113

BAB VI PROFESI GURU PKN ...................................................... 118


A. Pengertian Profesi Kependidikan ...................................... 118
B. Ciri-Ciri Profesi ................................................................... 120
C. Ciri-Ciri Profesi Keguruan ................................................... 124
D. Profesi Guru PKn ................................................................ 126
E. Menjadi Guru PKn yang Profesional dan Smart ............... 140

BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MENEJEMEN BERBASIS


SEKOLAH ..................................................................................... 150
A. Pengertian Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) ............. 150
B. Konsep Dasar Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) ........ 151
C. Tujuan Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) .................... 152
D. Karakteristik Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) .......... 153
E. Peran Guru PKn dalam Menejemen Berbasis Sekolah
(MBS) ................................................................................... 162

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI .................. 173

DAFTAR ISI
PROFESI KEPENDIDIKAN xiv

A. Guru dengan Mata Pelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan .............................................................. 173
B. Guru PKn yang Bermental Mandiri .................................... 183

BAB IX REAKLITA GURU PKN DI SEKOLAH ............................. 198


A. Guru Merupakan Salah Satu Faktor Penentu Tinggi
Rendahnya Mutu Penidikan di Indonesia ......................... 198
B. Pengertian Profesi .............................................................. 199
C. Guru Sebagai Jabatan Profesional .................................... 202
D. Sosok Guru Ideal ................................................................ 202
E. Realitas Guru di Indoesia Saat Ini ..................................... 204
F. Kompetensi Guru ................................................................ 207
G. Kompetensi Kepribadian .................................................... 211
H. Kompetensi Sosial .............................................................. 212
I. Kompetensi Profesional Guru PKn ................................... 213
J. Butir-Butir Kompetensi ....................................................... 215

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN ..................... 221


A. Guru PKn di Era Globalisasi .............................................. 221
B. Eksistensi Guru PKn .......................................................... 226
C. Permasalahan dan Tantangan Guru PKn .......................... 229
D. Harapan Peningkatan Kualitas Guru PKn ......................... 241

TENTANG PENULIS ..................................................................... 252


TENTANG DOSEN PEMBIMBING ................................................ 254

DAFTAR ISI
PROFESI KEPENDIDIKAN xv

DAFTAR ISI
PROFESI KEPENDIDIKAN 1

BAB I

SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN

A. Sejarah Perkembangan Pendidikan Di Dunia

Pendidikan dunia dimulai dari zaman purba dan zaman yunani


purba, kemudian zaman hellenisme tahun 150-500 SM, ke
zaman pertengahan 500-1500-an, zaman reformasi dan
kontra reformasi pada tahun 1600-an. Sejarah pendidikan
pada zaman purba tidak banyak memberikan kontribusi
kepada pendidikan pada zaman sekarang. Sedangkan sejarah
pendidikan pada zaman Yunani purba dipengaruhi oleh ahli
pendidikan pada masa itu, seperti:
1. Plato
Plato memiliki tujuan dalam pendidikan, yaitu :
a. Membentuk warga negara secara teoritis dan praktis, untuk
mengabdi pada negaranya, oleh sebab itu pendidikan
diselenggarakan oleh negara,
b. Membentuk manusia supaya mempergunakan akalnya
dengan bijaksana,
c. Membentuk manusia berkehendak untuk menopang sifat
keberaniannya, dan
d. Memunculkan hasrat manusia yaitu memiliki rasa
keingintahuan.
2. Pyhtagoras
Pyhtagoras memiliki tujuan pendidikan untuk membentuk
manusia susila, karena menurutnya manusia sejak kecil
mempunyai kecenderungan berbuat jahat.

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 2

3. Socrates
Tujuan pendidikan menurut Socrates yaitu untuk
membawa manusia pada kebijakan.
4. Aristoteles
Berpendapat bahwa dalam pendidikan harus mengenal
pembawaan dan kecenderungan anak supaya ia mendapat
bimbingan sebaik-baiknya.
Sedangkan pendidikan pada abad ke-17 dipengaruhi oleh
beberapa ahli, yaitu:
1. Prancis Bacon
Bacon berpendapat bahwa:
a. Dalam menemukan dan mengembangkan pengetahuan,
pandangan harus diarahkan kepada realita ala mini serta
hal-hal praktis yang ada didalamnya,
b. Alam lingkungan adalah sumber pengetahuan yang bisa
didapat lewat alat-alat indra,
c. Menggunakan metode berpikir induktif, yaitu mulai dari
menemukan fakta-fakta khusus kemudian dianalisis
sehingga menimbulkan simpulan,
d. Bila memungkinkan dapat mengembangkan pengetahuan
dengan eksperimen-eksperimen,
e. Penggunaan bahasa daerah lebih diutamakan.
2. Johan Amor Comenius
Yang terkenal dengan buku-bukunya yang berjudul:
Jangua Linguarum reserata atau pintu terbuka bagi bahasa,
Orbic pictus atau gambar dunia, Didactika Magna atau buku
didaktik yang besar.

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 3

Kemudian pada abad ke-18 berkembanglah paham


rasionalisme. Aliran ini bertujuan memberikan kekuasaan bagi
manusia untuk berpikir sendiri dan bertindak untuk dirinya,
karena latihan-latihan yang diperlukan untuk memperkuat akal
atau resiko. Tokoh pada abad ke-18 yang menunjukan bukti
pendidikan adalah :
3. John Locke
Teorinya yang terkenal adalah teori tabularasa atau blank
sheet of paper. Menurut Locke ada tiga langkah yang
digunakan dalam proses belajar, yaitu :
a. Mengamati hal-hal yang ada diluar diri manusia,
b. Mengingat apa yang telah diamati dan dihapalkan,
c. Berpikir.

Selanjutnya pada abad ke-18 ini muncul juga aliran baru


yaitu aliran naturalis sebagai reaksi terhadap aliran rasionalis.
Dengan tokohnya ialah:
1. J.J. Rousseau
Menurut Rousseau ada tiga asas pengajar, yaitu:
a. Asas pertumbuhan,
b. Asas aktifitas,
c. Asas individualis.

Pada abad ke-19 yaitu zaman developmentalisme,


penganut aliran ini memandang proses pendidikan sebagai
suatu perkembangan jiwa. Pendidikan adalah suatu proses
perkembangan yang berlangsung dalam setiap individu.
Tokoh-tokoh aliran ini ialah:

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 4

1. Pestalozzi
Yang menyatakan tujuan pendidikan adalah
meningkatkan derajat sosial seluruh umat manusia. Dengan
mengembangkan semua aspek individualnya yaitu otak,
tangan dan hati mereka. Sesudah mengetahui hukum-hukum
perkembangan anak, adalah menyediakan syarat-syarat
tertentu agar kekuatan-kekuatan anak bisa berkembang
dengan baik. inilah merupakan hakikat pendidikan pestalozzi.
2. Herbart
Herbart mendasarkan teorinya pada psikologi asosiasi.
Herbart menginginkan pembentukan manusia yang susila
serta bermoral tinggi. Tujuan pendidikannya ialah membentuk
watak susila, melalui pengembangan minat yang seluas-
luasnya. Menurut Herbart ada lima langkah dalam proses
belajar mengajar, yaitu:
a. Persiapan.
b. Presentasi.
c. Asosiasi.
d. Generalisasi, dan
e. Aplikasi.
3. Frobel
Frobel bermaksud mengembangkan semua kapasitas dan
kekuatan yang laten pada anak-anak. Frobel yakin anak-anak
lahir berbekal potensi-potensi. Tujuan pendidikannya adalah
mengembangkan semua potensi itu akan menjadi aktual.
Pendidikan frobel adalah perkembangan yang diawasi. Titik

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 5

berat pendidikannya adalah kreativitas, artinya agar


pendidikan anak berhasil dengan baik, dibutuhkan kreatifitas
anak itu sendiri mengembangkan dirinya. Tujuan akhir
pendidikan Frobel adalah mencapai integritas diri dengan
alam atau kosmos ini, sesuai dengan kehendak Tuhan
penciptanya.
Tokoh terakhir dari aliran developmental adalah Stanli
Hall. Tujuan pendidikannya adalah mengembangkan semua
kekuatan-kekuatan yang ada sehingga memperoleh
kepribadian yang harmonis. Dari kempat pandangan tokoh
pendidik developmentalisme ini dapat disarikan konsep-
konsepnya sebagai berikut:
a. Mengaktualisasi semua potensi,
b. Cara-cara untuk mengwujudkan tujuan diatas.
Zaman Nasionalisme pada abad selanjutnya sebagai
upaya membentuk patriot-patriot bangsa, mempertahankan
bangsa dari imperialisme, antara lain perang-perang yang
dilakukan oleh kaisar Napoleon. Tokoh-tokohnya antara lain
La Chalotais di Perancis, Fichte di Jerman, dan Jefferson di
Amerika Serikat. Tujuan pendidikan mereka adalah untuk
menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan negara,
yang diutamakan negara adalah:
a. Pendidikan sekuler,
b. Pendidikan jasmani,
c. Pendidikan kejuruan.
Untuk menyukseskan pendidikan-pendidikan tersebut
maka diadakan pendidikan berikut:
a. Bahasa dan kesusastraan nasional,

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 6

b. Pendidikan kewarganegaraan,
c. Lagu-lagu kebangsaan,
d. Sejarah negara,
e. Geografi negara, dan
f. Pendidikan jasmani.
Di Jerman oleh Hitler, di Italia oleh Musolini, dimana
pendidikan nasional juga digerakkan diluar sekolah. Akibat
negatif pendidikan ini adalah munculnya Chauvinisme di
Jerman, yaitu kegilaan terhadap tanah air, yang menimbulkan
bencana perang dunia I.
Abad ke-19 ditandai oleh liberalisme dan positivisme.
Bukti-bukti liberalisme antara lain sekolah. Sekolah dipakai
untuk memperkuat kedudukan penguasa pemerintahan, yang
banyak pengetahuan dia lah yang berkuasa, yang mengarah
ke individualisme. Sebagai reaksi terhadap dampak
liberalisme, positivisme, dan individualisme, muncullah aliran
sosial dalam pendidikan pada abad ke-20. Tokoh-tokohnya
ialah Paul Natorp dan George Kerchensteiner di Jerman serta
John Dewey, di Amerika Serikat. Tokoh ini berpendapat
masyarakat mempunyai arti yang lebih esensial daripada
individu.
Buku-buku John Dewey yang terkenal adalah:The School
and societi tentang tujuan sosial dan sekolah, dan How The
Think. Dewey berpendapat bahwa segala sesuatu harus
ditimbang menurut kegunaan praktisnya bagi kehidupan
sosial. proses belajar mengajarnya mempunyai dua aspek,
yaitu : aspek psikologi dan juga aspek sosiologi.

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 7

Ahli pendidik lain yang juga terkenal pada abad ke-20


adalah Maria Montessore, Ovide Decroly, dan Hellen Parkurst.
Menurut mereka sekolah perlu menyediakan bermacam-
macam alat untuk:
a. Melatih fungsi motoris,
b. Melatih fungsi sensoris, dan
c. Belajar bahasa.

B. Perkembangan Pendidikan Di Indonesia

Pendidikan sudah sepatutunya menentukan masa depan


negara. Bila visi pendidikan tidak jelas, yang dipertaruhkan
adalah kesejahteraan dan keamajuan bangsa. Visi pendidikan
harus diterjemahkan ke dalam sistem pendidikan yang
memiliki sasaran jelas, dan tanggap terhadap masalah-
masalah bangsa. Karena itu, perubahan dalam subsitem
pendidikan merupakan suatu hal yang sangat wajar, karena
kepedulian untuk menyesuaikan perkembangan yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sudah
seyogyanya sistem pendidikan tidak boleh jalan di tempat,
namun setiap perubahan juga harus disertai dan dilandasi visi
yang mantap dalam menjawab tantangan zaman.
Di Indonesia, berubahnya subsistem pendidikan
(kurikulum, UU) biasanya tidak ditanggapi dengan antusiasme,
namun malah sebaliknya membuat masyarakat ragu apakah
penguasa di Indonesia memiliki visi pendidikan yang jelas atau
tidak. Visi pendidikan diharapkan mampu menentukan tujuan
pendidikan yang jelas. Karena, tujuan pendidikan yang jelas

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 8

pada gilirannya akan mengarahkan ke pencapaian kompetensi


yang dibutuhkan serta metode pembelajaran yang efektif. Dan
pada akhirnya, kelak pendidikan mampu menjawab tuntutan
untuk mensejahterakan masyarakat dan kemajuan bangsa.
Setidaknya ada empat tujuan yang menjadi idealisme
pendidikan.
1. Perolehan pengetahuan dan keterampilan (kompetensi)
atau kemampuan menjawab permintaan pasar.
2. Orientasi humanistic.
3. Menjawab tantangan-tantangan sosial, ekonomi, serta
masalah keadilan
4. Kemajuan ilmu itu sendiri.
Dari keempat tujuan pendidikan di atas, setidaknya poin
nomor dua yang berorientasi pada tujuan memanusiakan
manusia atau humanistis, menjadi poin yang penting dalam
proses pendidikan, dan sudah sepatutnya bahwa pendidikan
harus menjunjung hak-hak peserta didik dalam memperoleh
informasi pengetahuan.
1. Pra Kemerdekaan
Pendidikan modern di Indonesia dimulai sejak akhir abad
ke 18, ketika Belanda mengakhiri politik “tanam paksa”
menjadi politik etis, sebagai akibat kritik dari kelompok sosialis
di negeri Belanda yang mengecam praktik tanam paksa yang
menyebabkan kesengsaraan maha dasyat di Hindia belanda.
Pendidikan “ongko loro” diperkenalkan bukan saja sebagai
elaborasi terhadap desakan kaum sosialis di negeri Belanda,
namun juga didasari kebutuhan pemerintah pendudukan untuk
mendapatkan pegawai negeri jajaran rendah di dalam

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 9

administrasi penduduknya. Pendidikan yang digerakkan oleh


penjajah Belanda kemudian ditiru kembangkan oleh kaum
nasionalis Indonesia.
Sejarah pendidikan di Indonesia modern dimulai dengan
lahirnya gerakan Boedi Oetomo di tahun 1908, “Pagoeyoeban
Pasoedan” di tahun 1913, dan Taman siswa di tahun 1922.
Perjuangan kemerdekaan menghasilkan kemerdekaan RI
tahun 1945. Soekarno, Presiden pertama Indonesia membawa
semangat “nation and character building” dalam pendidikan
Indonesia.
Diseluruh pelosok tanah air didirikan sekolah, dan anak-
anak dicari untuk disekolahkan tanpa dibayar. Untuk
meningkatkan kualitas guru, didirikan pendidikan guru yang
diberi nama KPK-PKB, SG 2 tahun, SGA/KPG, kursus B-1 dan
kursus B-2.
Masa prakemerdekaan begitu banyak persoalan yang
menrpa dunia pendidikan di Indonesia. Pendidikan pada saat
itu masih dipengaruhi oleh kolonialisme, alhasil bangsa ini
dididik untuk mengabdi kepada penjajah atau setelah pasca
kemerdekaan adalah untuk kepentingan para penguasa pada
saat itu. Karena, pada saat penjajahan semua bentuk
pendidikan dipusatkan untuk membantu dan mendukung
kepentingan penjajah. Pendidikan di zaman penjajah adalah
pendidikan yang menjadikan penduduk Indonesia bertekuk
lutut di bawah ketiak kolonialis. Bangsa ini tidak diberikan
ruang yang lebar guna membaca dan mengamati banyak
realitas pahit kemiskinan yang sedemikian membumi di bumi
pertiwi. Dalam pendidikan kolonialis, pendidikan bagi bangsa

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 10

ini bertujuan membutakan bangsa ini terhadap eksistensi


dirinya sebagai bangsa yang seharusnya dan sejatinya wajib
dimerdekakan.
Konsep ideal pendidikan kolonialis adalah pendidikan
yang sedemikian mungkin mampu mencetak para pekerja
yang dapat dipekerjakan oleh penjajah pula, bukan lagi untuk
memanusiakan manusia sebagaimana dengan konsep
pendidikan yang ideal itu sendiri. Tujuan pendidikan kolonial
tidak terarah pada pembentukan dan pendidikan orang muda
untuk mengabdi pada bangsa dan tanah airnya sendiri, akan
tetapi dipakai untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma
masyarakat pendjajah agar dapat ditransfer oleh penduduk
pribumi dan menggiring penduduk pribumi menjadi budak dari
pemerintahan kolonial. Selain itu,agar penduduk pribumi
menjadi pengikut negara yang patuh pada penjajah, bodoh,
dan mudah ditundukkan serta dieksploitasi, tidak
memberontak, dan tidak menuntut kemerdekaan bangsanya.
2. Pendidikan Pasca Kemerekaan dan Masa Orde Lama
Tidak jauh berbeda setelah masa kemerdekaan,
pendidikan di masa pasca kolonial melahirkan beberapa hal
diantaranya:
a) Terdapat banyak sikap hidup yang bisu dan kelu.
Kebudayaan bisu dan budaya pedagogi yang hanya
mengandalkan memori otak sehingga menjadikan sekolah
hanya sebagai tempat untuk mendengarkan guru ceramah
tanpa siswa diberikan kesempatan untuk berpikir kritis.
Pada sast ini siswa tidak memiliki pilihan untuk tidak

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 11

mengikuti metode ceramah ini, karena guru diposisikan


sebagai subjek sentral yang harus dihormati oleh murid.
b) Penduduk dipinggiran kota (di kampung-kampung kumuh)
ternyata belum mampu berkembang dan dapat
diikutsertakan dalam proses pendidikan.
c) Model sekolah yang mengikuti model barat ternyata belum
hilang bekas-bekas pengaruhnya dalam mengalami
kegagalan.
d) Di sekolah-sekolah, bahasa ibu (bahasa daerah asli)
didiskualifikasi secara sistematis, diganti dengan bahasa
intelektual dan artificial penguasa di bidang politik.
e) Kaum elit dan intelektual yang mendapatkan pendidikan
dari luar negeri ternyata tidak akrab dengan masyarakat
pribumi.
Oleh karena itu, secara garis besar pendidikan di awal
kemerdekaan diupayakan untuk dapat menyamai dan
mendekati sistem pendidikan di negara-negara maju,
khususnya dalam mengejar keserbaterbelakangan di berbagai
sector kehidupan.
Secara umum pendidikan orde lama sebagai wujud
interpretasi pasca kemerdekaan di bawah kendali kekuasaan.
Soekarno cukup memberikan ruang bebas terhadap
pendidikan. Pemerintahan yang berasaskan sosialisme
menjadi rujukan dasar begaimana pendidikan akan dibentuk
dan dijalankan demi pembangunan dan kemajuan bangsa
Indonesia di masa mendatang. Pada prinsipnya konsep
sosialisme dalam pendidikan memberikan dasar bahwa
pendidikan merupakan hak semua kelompok masyarakat

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 12

tanpa memandang kelas sosial. Pada masa ini Indonesia


mampu mengekspor guru ke negara tetangga, dan banyak
generasi muda yang disekolahkan di luar negeri dengan
tujuan agar mereka kelak dapat kembali ke tanah air untuk
mengaplikaskan ilmu yang telah mereka dapat. Tidak ada
halangan ekonomis yang merintangi seseorang untuk belajar
di sekolah, karena diskrikinasi dianggap sebagai tindakan
kolonialisme. Pada saat inilah merupakan suatu era dimana
setiap orang merasa bahwa dirinya sejajar dengan yang lain,
serta setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan.
Orde lama berusaha membangun masyarakat sipil yang
kuat, yang berdiri di atas demokrasi, kesamaan hak dan
kewajiban antara warga negara, termasuk dalam bidang
pendidikan. Sesungguhnya, inilah amanat UUD 1945 yang
menyebutkan salah satu cita-cita pembangunan nasional
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyakpemikir-
pemikir yang lahir pada masa itu, sebab ruang kebebasan
betul-betul dibuka dan tidak ada yang mendikte peserta didik.
Tidak ada nuansa kepentingan politik sektoral tertentu untuk
menjadikan pendidikan sebagai alat negara maupun kaum
dominan pemerintah. Soekarno pernah berkata “…sungguh
alangkah hebatnya kalau tiap-tiap guru di perguruan taman
siswa itu satu persatu adalah Rasul Kebangunan ! Hanya guru
yang dadanya penuh dengan jiwa kebangunan dapat ‘
menurunkan’ kebangunan ke dalam jiwa sang anak”.
Dari perkataan Soekarno itu sangatlah jelas bahwa
pemerintahan orde lama menaruh perhatian serius yang

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 13

sangat tinggi untuk memajukan bangsanya melalui


pendidikan.
Dibawah menteri pendidikan Ki Hadjar Dewantara
dikembangkan pendidikan dengan sistem “among”
berdasarkan asas-asas kemerdekaan, kodrat alam,
kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan yang dikenal
sebagai “Panca Dharma Taman Siswa” dan semboyan “ing
ngarso sung tolodho, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani” pada tahun 1950 diundangkan pertama kali
peraturan pendidikan nasional yaitu UU No. 4 Tahun 1950
yang kemudian disempurnakan (jo) menjadi UU No. 12 Tahun
1954 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Pada tahun 1961 di undangkan UU No. 22 Tahun
1961 tentang pendidikan tinggi, dilanjutkan dengan UU No.14
Tahun 1965 tentang Majelis pendidikan nasional, dan UU No.
199 Tahun 1965 tentang pokok-pokok sistem pendidikan
nasional pancasila. Pada masa akhir pendidikan Presiden
Soekarno, 90% bangsa Indonesia berpendidikan SD.
a. Posisi Siswa sebagai Subjek dalam Kurikulum Orde Lama
Jika kita berbicara tentang kurikulum, maka sudah
sepatutnya kita membicarakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum pada era orde lama dibagi menjadi 2
kurikulum di antaranya:
1) Rentang Tahun 1945-1968

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 14

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan


memakai istilah dalam bahasa Belanda “leer plan” artinya
rencana pelajaran. Perubahan arah pendidikan lebih bersifat
politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan
nasonal. Sedangkan, asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan
“Rencana Pelajaran 1947”, yang baru dilaksanakan pada
tahun 1950. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak
menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan
adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat.
Pada masa tersebut siswa lebih diarahkan bagaimana
cara bersosialisasi dengan masyarakat. Proses pendidikan
sangat kental dengan kehidupan sehari-hari. Aspek afektif dan
psikomotorik lebih ditekankan dengan pengadaan pelajaran
kesenian dan pendidikan jasmani. Oleh karena itu, yang lebih
penting adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran bela
negara.
2) Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang
disebut “Rencana Pelajaran Terurai 1952”. Silabus mata
pelajarannya jelas sekali. Dan seorang guru mengajar satu
mata pelajaran. Pada masa ini memang kebutuhan peserta
didik akan ilmu pengetahuan lebih diperhatikan, dan satuan
mata pelajaran lebih dirincikan. Namun, dalam kurikulum ini
siswa masih diposisikan sebagai objek karena guru menjadi
subjek sentral dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Guru
yang menentukan apa saja yang akan diperoleh siswa di

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 15

kelas, dan guru pula yang menentukan standar-standar


keberhasilan siswa dalam proses pendidikan.
3) Kurikulum 1964
Fokus kurikulum 1964 adalah pengembangan daya cipta,
rasa, karsa, karya, dan moral (Panca Wardhana). Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:
moral, kecerdasan, emosional/aristik, keterampilan, dan
jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. Pada kurikulum
1964 ini, arah pendidikan mulai merambah lingkup praksis.
Dalam pengertian bahwa setiap pelajaran yang diajarkan di
sekolah dapat berkorelasi positif dengan fungsional praksis
siswa dalam masyarakat.
3. Pendidkan Masa Orde Baru
Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998, dan
dapat dikatakan sebagai era pembangunan nasional. Dalam
bidang pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan
dasar, terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan dengan
adanya Instruksi Presiden (Inpres) Pendidikan Dasar. Namun,
yang disayangkan adalah pengaplikasian inpres ini hanya
berlangsung dari segi kuantitas tanpa diimbangi dengan
perkembangan kualitas. Yang terpenting pada masa ini adalah
menciptakan lulusan terdidik sebanyak-banyaknya tanpa
memperhatikan kualitas pengajaran dan hasil didikan.
Pelaksanaan pendidikan pada masa orde baru ternyata
banyak menemukan kendala, karena pendidikan orde baru
mengusung ideologi “keseragaman” sehingga memampatkan
kemajuan dalam bidang pendidikan. EBTANAS, UMPTN,

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 16

menjadi seleksi penyeragaman intelekstualitas peserta didik.


Selain itu, masa ini juga diwarnai dengan ideologi militeralistik
dalam pendidikan yang bertujuan untuk melanggengkan status
qou penguasa. Pendidikan militeralistik diperkuat dengan
kebijakan pemerintah dalam penyiapan calon-calon tenaga
guru negeri.
Pada pendidikan orde baru kesetaraan dalam pendidikan
tidak dapat diciptakan karena unsur dominative dan submisif
sangat kental dalam pola pendidikan orde baru. Pada masa
ini, peserta didik diberikan beban materi pelajaran yang
banyak dan berat tanpa memperhatikan keterbatasan alokasi
kepentingan dengan faktor-faktor kurikulum yang lain untuk
menjadi peka terhadap lingkungan. Beberapa hal negatif lain
yang tercipta pada masa ini adalah:
a) Produk-produk pendidikan diarahkan untuk menjadipekerja.
Sehingga berimplikasi pada hilangnya eksistensi manusia
yang hidup dengan akal pikirannya (tidak memanusiakan
manusia).
b) Lahirnya kaum terdidik yang tumpul akan kepekaan sosial,
dan banyaknya anak muda yang berpikiran positivistic
c) Hilangnya kebebasan berpendapat.
Pemerintahan orde baru yang dipimpin Soeharto
mengedepankan moto “membangun manusi Indonesia
seutuhnya dan masyarakat Indonesia”. Pada tahun 1969-1970
diadakan Proyek Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP) dan
menemukan empat masalah pokok dalam pendidikan di
Indonesia: pemerataan, mutu, relevansi, dan efisiensi
pendidikan. Dan hasilnya digunakan untuk membentuk Badan

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 17

Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan


(BP3K). pada masa orde baru dibentuk BP-7 yang menjadi
pusat pengurus utamaan (mainstreaming) pancasila dan UUD
1945 dengan produknya mata air Pendidikan Moral Pancasila
(PMP) dan penataran P-4. Ditahun 1980 mulai timbul masalah
pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah “pengangguran
terdidik”. Depdiknas di bawah Menteri Wardiman
Djojohardiningrat (Kabinet pembangunan VI) mengedepankan
wacana pendidikan “link and match” sebagai upaya untuk
memperbaiki pendidikan Indonesia pada masa itu.
a. Posisi Siswa Sebagai Subjek dalam Era Orde Baru
Telah dipaparkan sebelumnya bahwa pada masa ini
seluruh bentuk pendidikan ditujukan untuk memenuhi hasrat
penguasa, terutama untuk pembangunan nasional. Siswa
sebagai peserta didik, dididik untuk menjadi manusia “pekerja”
yang kelak akan berperan sebagai alat penguasa dalam
menentukan arah kebijakan negara. Pendidikan bukan
ditujukan untuk mempertahankan eksistensi manusia, namun
untuk mengeksploitasi intelektualitas mereka demi hasrat
kepentingan penguasa.
1) Kurikulum 1968
Kelahiran kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti
Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk
Orde lama. Dengan suatu pertimbangan untuk tujuan pada
pembentukan manusia Pancasila sejati.Kurikulum 1968
menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:
kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 18

kecakapan khusus. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis,


tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan.
Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi
yang pasif, dengan hanya menghapal teori-teori yang ada,
tanpa ada pengaplikasian dari teori tersebut. Aspek afektif dan
psikomotorik tidak ditonjolkan pada kurikulum ini. Praktis,
kurikulum ini hanya menekankan pembentukan peserta didik
hanya dari segi intelektualnya saja.
2) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar
pendidikan lebih efektif dan efisien berdasar MBO
(management by objective). Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi: tujuan
instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK),
materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-megajar, dan
evaluasi.
Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting,
karena setiap guru wajib untuk membuat rincian tujuan yang
ingin dicapai selama proses belajar-mengajar berlangsung.
Tiap guru harus detail dalam perencanaan pelaksanaan
program belajar mengajar. Setiap tatap muka telah di atur dan
dijadwalkan sedari awal. Dengan kurikulum ini semua proses
belajar mengajar menjadi sistematis dan bertahap.
3) Kurikulum 1984

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 19

Kurikulum 1984 mengusung “process skill approach”.


Proses menjadi lebih penting dalam pelaksanaan pendidikan.
Peran siswa dalam kurikulum ini menjadi mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model
ini disebut cara belajar siswa aktif (CBSA) atau Student Active
Learning (SAL). CBSA memposisikan guru sebagai fasilitator,
sehingga bentuk kegiatan ceramah tidak lagi ditemukan dalam
kurikulum ini. Pada kurikulum ini siswa diposisikan sebagai
subjek dalam proses belajar mengajar. Siswa juga diperankan
dalam pembentukan suatu pengetahuan dengan diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapat, bertanya, dan
mendiskusikan sesuatu.
4) Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk
memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya, teruatama
kurikulum 1975 dan 1984. Pada kurikulum ini dibentuk opresi
kepada siswa mulai terjadi dengan beratnya beban belajar
siswa, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi
muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-
masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain.
Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat
juga mendesak agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum.
Akhirnya, kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super
padat. Siswa dihadapkan dengan banyaknya beban belajar
yang harus mereka tuntaskan, dan mereka tidak memiliki
pilihan untuk menerima atau tidak terhadap banyaknya beban
belajar yang harus mereka hadapi.

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 20

4. Pendidikan pada Masa Reformasi


Era reformasi telah memberikan ruang yang cukup besar
bagi perumusan kebijakan-kebijakan pendidikan baru yang
bersifat reformatif dan revolusioner. Bentuk kurikulum menjadi
berbasis kompetensi. Begitu pula bentuk pelaksanaan
pendidikan berubah dari sentralistik (orde lama) menjadi
desentralistik. Pada masa ini pemerintah menjalankan amanat
UUD 1945 dengan memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya dua puluh persen (20%) dari anggaran
pendapatan belanja negara.“Negara memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen
(20%) dari anggaran pendapatan dan belanja negara, serta
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”.
Dengan didasarkan oleh UU No. 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah, yang diperkuat dengan UU No. 25
tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah,
maka pendidikan digirng pada pengembangan lokalitas, di
mana keberagaman sangat diperhatikan. Masyarakat dapat
berperan aktif dalam pelaksanaan satuan pendidikan.\
Pendidikan di era reformasi 1999 mengubah wajah sistem
pendidikan Indonesia melalui UU No.22 tahun 1999, dengan
ini pendidikan menjadisektor pembangunan yang
didesentralisasikan. Pemerintah memperkenalkan model
“Manajemen Berbasis Sekolah”. Sementara untuk
mengimbangi kebutuhan akan sumber daya manusia yang
berkualitas, maka dibuat sistem:Kurikulum Berbasis
Kompetensi.

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 21

Memasuki tahun 2003 pemerintah membuat UU No.20


Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menggantikan
UU No. 2 tahun 1989, dan sejak saat itu pendidikan dipahami
sebagai:“usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
Mendiknas (Menteri Pendidikan Nasional) kebinet bersatu
Bambang Sudibyo memperkenalkan beberapa inovasi penting
bagi daerah yang berhasil melaksanakan pembangunan
pendidikan, mengelola pengadaan buku untuk sekolah, dan
mengembangkan wajib belajar 9 tahun, menetapkan guru
sebagai profesi agar bisa sejajar dengan profesi terhormat
lainnya.
Tak ada gading yang tak retak, pendidikan di masa
reformasi juga belum sepenuhnya dikatakan berhasil. Karena,
pemerintah belum memberikan kebebasan sepenuhnya untuk
mendesain pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan lokal, misalnya penentuan kelulusan siswa masih
diatur dan ditentukan oleh pemerintah. Walaupun telah ada
aturan yang mengatur posisi siswa sebagai subjek yang
setara dengan guru, namun dalam pengaplikasiannya, guru
masih menjadi pihak yang dominan dan mendominasi
siswanya, sehingga dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
proses pendidikan Indonesia masih jauh dari dikatakan untuk
memperjuangkan hak-hak siswa.

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 22

a. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


Pada pelaksanaan kurkulum ini, posisi siswa kembali
ditempatkan sebagai subjek dalam proses pendidikan dengan
terbukanya ruang diskusi untuk memperoleh suatu
pengetahuan. Siswa justru dituntut untuk aktif dalam
memperoleh informasi. Kembali peran guru diposisikan
sebagai fasilitator dalam perolehan suatu informasi. KBK
berupaya untuk menekankan pada ketercapaian kompetensi
siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi
pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru,
tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif. Hal ini mutlak diperlukan mengingat KBK juga
memiliki visi untuk memperhatikan aspek afektif dan
psikomotorik siswa sebagai subjek pendidikan. Berikut
karakteristik utama KBK, yaitu:
1. Menekankan pencapaian kompetensi siswa, bukan
tuntasnya materi.
2. Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan disesuaikan
dengan potensi siswa (normal, sedang, dan tinggi).
3. Berpusat pada siswa.
4. Orientasi pada proses dan hasil.
5. Pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan
bersifat kontekstual.
6. Guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.
7. Buku pelajaran bukan hanya satu-satunya sumber belajar.
8. Belajar sepanjang hayat.

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 23

9. Belajar mengetahui (learning how to know)


10. Belajar melakukan (learning how to do)
11. Belajar menjadi diri sendiri (learning how o be)
12. Belajar hidup dalam keberagaman (learning how to live
together)
Pengembangan KBK mempunyai beberapa keunggulan
dibandingkan dengan model-model lainnya.
1. Pendekatan ini bersifat alamiah (kontekstual), karena
brangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta
didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai
dengan potensinya masing-masing.
2. Kurikulum berbasis kompetensi boleh jadi mendasari
pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasa
ilmu pengetahuan, keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan,
kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian
dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar
kompetensi tertentu.
3. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang
dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan
pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan
keterampilan.
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
Secara umum KTSP tidak jauh berbeda dengan KBK
namun perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan
dalam penyusunan, yaitu mengacu pada desentralisasi sistem
pendidikan. Pemerintah pusat menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 24

hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam


bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi
sekolah dan daerahnya.
Jadi pada kurikulum ini sekolah sebagai satuan
pendidikan berhak untuk menyusun dan membuat silabus
pendidikan sesuai dengan kepentingan siswa dan kepentingan
lingkungan. KTSP lebih mendorong pada lokalitas pendidikan.
Karena KTSP berdasar pada pelaksanaan KBK, maka siswa
juga diberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan
secara terbuka berdasarkan sistem ataupun silabus yang telah
ditetapkan oleh masing-masing sekolah.
Dalam kurikulum ini, unsur pendidikan dikembalikan
kepada tempatnya semula yaitu unsur teoritis dan praksis.
Namun, dalam kurikulum ini unsur praksis lebih ditekankan
dari pada unsur teoritis. Setiap kebijakan yang dibuat oleh
satuan terkecil pendidikan dalam menentukan metode
pembelajaran dan jenis mata ajar disesuaikan dengan
menentukan metode pembelajaran dan jenis mata ajar
disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan lingkungan sekitar.
Kurikulum ini diharapkan mampu memfasilitasi siswa untuk
mengenal nailai-nilai sosial yang ada dimasyarakat sekitar
dengan cara menginventarisir kebutuhan, menentukan metode
pengembangan, mempelajari dan terjun langsung ke
lapangan. Siswa pun menjadi subjek yang berhak pula
menentukan pelajaran apa yang akan mereka dapatkan di
sekolah, sehingga ketika mereka lulus, mereka dapat
langsung mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapat di
sekolah pada masyarakat sekitar.

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 25

C. Sejarah Lahirnya Profesi Guru

Pada zaman dahulu, sebelum agama masuk Indonesia,


seseorang yang ingin belajar harus mengunjungi seseorang
petapa. Petapa itulah yang disebut dengan guru oleh
muridnya yang menuntut ilmu ditempat tersebut. Pada masa
kerajaan Budha atau Hindu di Indonesia orang belajar di
Bihara. Biksu yang mengajar membaca serta menulis huruf
sansekerta di Bihara tersebut dan disebut sebagai guru. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka bekerja di
ladang. Para siswa juga memberikan sedekah dari
masyarakat untuk membantu kehidupan sehari-hari.
Setelah agama Islam masuk ke Indonesia orang belajar
supaya dapat membaca Al-Qur’an dan melakukan shalat
dengan benar. Ulama yang mengajar dipesantren juga
dinamakan guru, para siswa biasanya tinggal dirumah ulama
tersebut dan membantu bercocok tanam untuk kebutuhan
hidup sehari-hari. Pada masa perdagangan Portugis dan
Belanda yang datang ke Indonesia umumnya beragama
Kristen, selain berdagang mereka juga menyebarkan agama
yang dianutnya. Untuk mempelajari agama kristen diperlukan
kemampuan membaca dan menulis huruf latin, yang
mengajarkan agama kristen tersebut adalah seorang pendeta
yang juga disebut sebagai guru.
Setelah memasuki masa penjajahan Belanda, untuk
kepentingan penjajahannya belanda memerlukan pegawai
yang pandai menulis dan membaca huruf latin. Karena itu,
mereka mendirikan sekolah dan mengajarkan ilmu

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 26

pengetahuan yang tidak berkaitan dengan agama. Inilah awal


mula sistem pendidikan modern di Indonesia di mulai.
Pada zaman kemerdekaan Indonesia rakyat
memperjuangkan pertahanan kemerdekaannya. Kaum guru
Indonesia bertekad turut berjuang mempertahankan
kemerdekaan Indonesia yang diwujudkan dalam salah satu
tujuan kelahiran PGRI yaitu : Turut aktif mempersatukan
kemerdekaan RI.
Lahirnya guru berawal dari lahirnya PGRI. Dimana tepat
100 hari setelah proklamasi kemerdekaan tepatnya pada
tanggal 25 November 1945, PGRI dilahirkan. kelahiran PGRI
sebagai wadah organisasi guru yang sedang berevolusi
kemerdekaan, merupakan manifestasi akan keinsafan dan
rasa tanggung jawab kaum guru Indonesia dalam memenuhi
kewajiban akan pengabdiannya serta partisipasinya kepada
perjuangan menegakkan dan mengisi kemerdekaan RI.
Walaupun PGRI telah berkembang keseluruh pelosok
tanah air, namun perjalanan sejarahnya tak terlepas dari arus
perjuangan bangsa Indonesia dalam tekad menegakkan
kemerdekaan. Kongres PGRI II tahun 1946 di Surakarta dan
kongres PGRI III tahun 1948 di Madiun dilaksanakan saat
memuncaknya perjuangan bangsa Indonesia menentang
penjajahan Belanda yang berusaha menentang kembali
daerah jajahannya di Indonesia. Melalui kongres PGRI II di
Surakarta dan kongres PGRI III di Madiun, PGRI telah
menggariskan haluan dan sifat perjuangannya, yaitu:
1. Mempertahankan NKRI,

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 27

2. Meningkatkan pendidikan dan pengajaran nasional sesuai


dengan falsafah Negara Pancasila dan UUD 1945,
3. Tidak bergerak dalam lapangan politik,
4. Bekerja sama dengan serikat-serikat buruh atau pekerja
lainnya,
5. Bergerak ditengah-tengah masyarakat.
Selain dari itu, pendidikan guru menjadi masalah penting
dalam masa perluasan pendidikan. Sekolah guru
(Kweekschool) pertama dibuka pada tahun 1852 di Solo,
segera diikuti oleh sekolah guru lainnya di pusat bahasa-
bahasa utama di Indonesia. sekolah-sekolah ini menghasilkan
jumlah guru yang cukup, tidak diadakan syarat khusus untuk
melakukan profesi guru ini. Karena gudang dan kantor
pemerintah dapat diterima sebagai guru, mutu pendidikan
sangat rendah, diantaranya banyak guru-guru yang tidak
pandai berbahasa melayu, yang tidak lancar membaca atau
tidak dapat mengalikan.
Karena kebutuhan guru yang mendesak setelah tahun
1863, pemerintah memutuskan pada tahun 1892 akan
mengangkat guru tanpa pendidikan sebagai guru. Pada tahun
1875 diadakan bagi mereka yang ingin mendapatkan
kualifikasi guru tanpa melalui sekolah guru. Gaji guru yang
berwenang penuh sejumlah 30 sen- 50 sen perbulannya, yang
kemudian dinaikkan pada tahun 1878 menjadi minimal 75 sen
dan maksimum 150 sen perbulannya.

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 28

D. Perkembangan Profesi Keguruan/ Kependidikan

Guru (dalam bahasa Jawa) adalah seseorang yang digugur


dan ditiru oleh siswanya. Harus digugur artinya segala sesuatu
yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini
sebagai kebenaran oleh semua siswanya. Seorang guru juga
harus ditiru artinya seorang guru menjadi suri tauladan bagi
semua siswanya (mulai dari cara berpikir, cara bicara dan cara
guru berprilaku sehari-hari). Dari sinilah sosok seorang guru
memiliki peran yang luar biasa dominannya bagi semua siswa.

Profesi guru adalah termasuk profesi yang tua didunia.


Pekerjaan mengajar telah ditekuni orang sejak lama.
Perkembangan profesi guru sejalan dengan perkembangan
masyarakat. Pada zaman Prasejarah proses pembelajaran
berlangsung melalui pengamatan dan dilakukan oleh keluarga.
Kemudian pada Zaman Yunani dan Romawi Kuno one-to-one
untuk kelompok elit masyarakat dilakukan oleh tutor. Hal ini
terus berkembang pada pendidikan keagamaan di gereja.
Selanjutnya sistem persekolahan mulai berkembang pada
zaman Koloni Amerika (1600-1800), dan sistem klasikal untuk
masyarakat urban berkembang pada abad ke-19. Pada abad
ke-20 (1900-1999) sekolah berkembang dalam sistem klasikal
yang dilengkapi dengan berbagai media dan pemanfaatan
teknologi. Perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan
konsepsi dari kelas dalam pengertian ruangan yang dibatasi
empat dinding menuju kelas yang tanpa batas dan bersifat
maya (virtual). Pada abad ke-21 sekarang danseterusnya
dapat dipastikan akan ada perubahan mengenai sistem

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 29

persekolahan, yang secara pelan namun pasti mengarah


kepada virtual school. Semua terjadi berkat perkembangan
teknologi komunikasi informasi.
Sejalan dengan perkembangan sistem persekolahan
tersebut diatas, maka dalam sebuah proses pendidikan guru
merupakan salah satu unsur yang sangat penting selain
komponen lainnya. Selain itu profesi guru juga telah dan terus
mengalami perubahan. Profesi guru di abad-21 ini dianggap
sebagai unsur yang paling penting karena guru dituntut
mampu mamahami, mendalami dan dituntut berkemampuan
melaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dilihat dari perkembangan profesi keguruan di Indonesia,
jelas bahwa pada mulanya guru-guru di Indonesia di angkat
dari orang-orang yang tidak berpendidikan khusus untuk
memangku jabatan seorang guru. Guru-guru mulanya
diangkat dari orang-orang yang tidak di didik secara khusus
menjadi guru, secara berangsur-angsur dilengkapi dan
ditambah dengan guru-guru yang lulus dari sekolah guru
(kweekschool) yang pertama kali didirikan di Solo pada tahun
1852.Karena kebutuhan guru yang mendesak maka
pemerintah Hindia Belanda mengangkat lima macam guru,
yaitu:
1. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru
yang berwenang penuh,
2. Guru yang bukan lulusan sekolah guru, tetapi lulus ujian
yang diadakan untuk menjadi guru,
3. Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu,

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 30

4. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang


merupakan calon guru,
5. Guru yang diangkat karena keadaan yang amat mendesak.
Guru ini berasal dari warga yang pernah mengecap
pendidikan. Tentu saja yang terakhir ini sangat beragam
dari daerah lainnya.
Walaupun sekolah guru telah dimulai dan kemudian juga
didirikan sekolah normal, namun pada mulanya bila dilihat dari
kurikulumnya dapat kita katakan hanya mementingkan
pengetahuan yang diajarkan saja. Kedalamnya belum
dimasukkan secara khusus kurikulum ilmu mendidik dan
psikologi. Sejalan dengan pendirian sekolah-sekolah yang
lebih tinggi tingkatannya dari sekolah umum seperti Hollands
Inlandse School (HIS), Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs
(MULO), Hogere Burgeschool (HBS), dan Algemene
Middelbare School (AMS), maka secara berangsur-angsur
didirikan pua lembaga pendidikan guru atau kursus-kursus
untuk mempersiapkan guru-gurunya, seperti Hogere
Kweekschool (HKS), untuk guru HIS dan khusus Hoofdacte
(HA) untuk calon kepala sekolah.
Keadaan yang demikian berlanjut sampai zaman
pendudukan Jepang dan awal perang kemerdekaan,
walaupun dengan nama dan bentuk lembaga pendidikan guru
yang disesuaikan dengan keadaan waktu itu. Selangkah demi
selangkah pendidikan guru meningkatkan dan mempunyai
lembaga pendidikan guru yang tunggal, yakni Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidkan (LPTK).

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 31

Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada


penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen
beserta strategi penerapannya. Maister (1997)
mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekedar
pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih
merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari
seorang teknisis bukan hanya memiliki keterampilan yang
tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
Memperhatikan kualitas guru di Indonesia memang jauh
berbeda dengan guru-guru yang ada di Amerika Serikat atau
Inggris. Di Amerika Serikat pengembangan profesional guru
harus memenuhi standar sebagaimana yang dikemukakan
Stiles dan Horsley (1998) dan NRC (1996) bahwa ada empat
standar pengembangan profesi guru, yaitu:
1. Standar pengembangan profesi A adalah pengembangan
profesi untuk guru Sains, memerlukan pembelajaran isi
Sains yang diperlukan melalui perspektif-perspektif dan
metode-metode inquiri. Para guru dalam sketsa ini melalui
sebuah proses observasi fenomena alam, membuat
penjelasan-penjelasan dan pengujian penjelasan-
penjelasan tersebut berdasarkan fenomena alam.
2. Standar pengembangan profesi B adalah pengembangan
profesi untuk guru Sains memerlukan pengintegrasian
pengetahuan Sains, pembelajaran, pendidikan, dan siswa,
juga menerapkan pengetahuan tersebut ke pengajaran
Sains. Pada guru yang efektif tidak hanya tahu Sains namun
mereka juga tahu bagaimana mengajarkannya. Guru yang
efektif dapat memahami bagaimana siswa mempelajari

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 32

konsep-konsep yang penting, konsep-konsep apa yang


mampu dipahami siswa pada tahap-tahap pengembangan,
profesi yang berbeda, dan pengalaman, contoh dan
representasi apa yang bisa membantu siswa belajar.
3. Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan
profesi untuk para guru Sains memerlukan pembentukan
pemahaman dan kemampuan untuk pembelajaran
sepanjang masa. Guru yang baik biasanya tahubahwa
dengan memilih profesi guru, mereka telah berkomiten
untuk sepanjang masa. Pengetahuan baru selalu dihasilkan
sehingga guru berkesempatan terus untuk belajar.
4. Standar pengembangan profesi D adalah program-progam
profesi untuk guru Sains harus koheren (berkaitan) dan
terpadu. Standar ini dimaksudkan untuk menangkal
kecendrungan kesempatan-kesempatan pengembangan
profesi terfragmentasi dan tidak berkelanjutan. Apabila guru
di Indonesia telah memenuhi standar profesional guru
sebagaimana yang berlaku di Amerika Serikat maka kualitas
Sumber Daya Manusia Indonesia semakin baik. selain
memiliki standar profesional guru sebagaimana uraian di
ats, di Amerika Serikat sebagaimana diuraikan dalam jurnal
Educational Leadership 1993 (dalam Supriadi 1998)
dijelaskan bahwa untuk menjadi profesional seorang guru
dituntut untuk memiliki lima hal, yaitu:
a) Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses
belajarnya,

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 33

b) Guru menguasai secara mendalam bahan atau mata


pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya
kepada siswa,
c) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa
melalui berbagai cara evaluasi,
d) Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang
dilakukannya dan belajar dari pengalamannya,
e) Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat
belajar dalam lingkungan profesinya.
Walaupun jabatan guru tidak harus disebut sebagai
jabatan profesional penuh, statusnya mulai membaik. Di
Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI) yang mewadahi persatuan guru, dan juga mempunyai
perwakilan di DPR atau MPR. Apakah para wakil organisasi ini
telah mewakili semua keinginan para guru, baik dari segi
profesional maupun kesejahteraan ? apakah guru betul-betul
jabatan profesional, sehingga jabatan guru terlindungi,
mempunyai otoritas tinggi dalam bidangnya, dihargai dan
mempunyai status yang tinggi dalam masyarakat, semuanya
akan tergantung kepada guru itu sendiri dan unjuk kerjanya,
serta masyarakat dan pemerintah yang memakai atau
mendapatkan layanan guru.
Dalam sejarah pendidikan guru di Indonesia, guru pernah
mempunyai status yang sangat tinggi dalam masyarakat,
mempunyai wibawa yang sangat tinggi, dan dianggap sebagai
orang yang serba tahu. Peran guru saat itu tidak hanya
mendidik anak didepan kelas, tetapi mendidik masyarakat,

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 34

tempat bagi masyarakat, untuk bertanya, baik untuk


memecahkan masalah pribadi maupun masalah sosial.
Kemudian profesi guru ketika itu pada tahun 1960-an,
profesi guru masih menjadi suatu profesi yang banyak
diminatisehingga proses seleksinya pun relatif ketat.
Sehingga, pada saat itu mereka yang diterima untuk bisa
belajar dilembaga pendidikan guru adalah para lulusan terbaik
dari sekolah menengah. Selain itu, di era 1960-an, profesi
guru tidak hanya dianggap prestisius di negeri sendiri, tetapi
diapresiasi juga oleh Negara tetangga kita Malaysia.
Namun, kewibawaan guru mulai memudar sejalan dengan
kemajuan zaman, perkembangan ilmu dan teknologi, dan
kepedulian guru meningkat tentang imbalan atau balas jasa.
Dalam era teknologi yang maju sekarang, guru bukan lagi
satu-satunya tempat bertanya bagi masyarakat. Pendidikan
masyarakat mungkin lebih tinggi dari guru, dan kewibawaan
guru berkurang antara lain karena status guru dianggap kalah
gengsi dari jabatan lainnya yang mempunyai pendapat yang
lebih baik.
Selain itu, sampai masa orde baru profesi guru
mengalami masa kemunduran. Tidak semua lulus lembaga
pendidikan guru memutuskan pilihan hidupnya sebagai guru.
Terlebih ada juga sebagian lulusan lembaga guru yang
diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS) tetapi
tidak bekerja sebagai guru. Nyatanya kondisi itu dipicu oleh
persepsi yang berkembang mengenai situasi kekinian terkait
dengan profesi guru, diantaranya: gaji guru yang relatif
rendah, rumitnya prosedur birokrasi yang harus dihadapi guru

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 35

dalam perkembangan karirnya, merosotnya status guru


ditengah-tengah masyarakat. Akibatnya, guru menjadi sangat
sulit untuk mendapatkan lulusan sekolah menengah atas yang
berprestasi dan memiliki keminatan menjadi guru.
Terlebih, reposisi peran dan tanggung jawab lembaga
pendidikan guru yang terus berkembang turut berpengaruh
dalam menyiapkan profil guru yang berkualitas. Pendidikan
tenaga penghasil guru (PTPG), fakultas keguruan dan ilmu
pengetahuan (FKIP), institute pendidikan guru (IPG) dan lain-
lain merupakan proses transformasi dari lembaga pendidikan
guru untuk menjawab kebutuhan penyediaaan guru yang
profesional dan berkarakter. Tetapi ketika kesejahteraan guru
masih berada pada posisi yang relatif rendah, ini menjadi
pemicu rendahnya minat para generasi muda untuk menjadi
guru. Alasannya adalah bekerja menjadi guru tidak menjamin
kehidupan yang baik. kini pasca berlakunya UU No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, profesi guru terkesan sedang
diperhatikan dan hendak diangkat harkat dan martabatnya.

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 36

DAFTAR REFERENSI

A. Sumber Buku
A, Dinn Wahyudin. dkk. 2011. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Mudyahardjo, Redja. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta :
PT. RajaGrafindo Persada.
Soetjipto dan Kosasi, Raflis. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta :
Rineka Cipta.

B. Sumber Internet
Filsuf, Gaul. 2009. Sejarah Pendidikan di Indonesia. (Online).
Tersedia di :
https://filsufgaul.wordpress.com/2009/08/30/sejarah-
pendidikan-indonesia/#comment-74. Diakses pada
tanggal 27 mei 2015 jam 18:45
Haritsah, Umami. 2011. Perkembangan Profesi Keguruan.
(Online). Tersedia di
:https://www.scribd.com/doc/53073612/Perkembangan-
profesi-keguruan. Diakses pada tanggal 27 mei 2015 jam
19 :10
Lhyss, afriani. 2013. Sejarah Profesi Keguruan. (Online).
Tersedia di : http://fantasticher.blogspot.com/2013/10/xml-
normal-0-false-false-false-en-us-x.html. Diakses pada
tanggal 27 mei 2015 jam 18:05
Rismiyadi. 2014. Konsep Profesi Kependidikan. (Online).
Tersedia di :
https://kuninghijau.wordpress.com/2014/03/06/konsep-

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 37

profesi-kependidikan-2/#more-1074. Diakses pada


tanggal 27 mei 2015 jam 8:36
Shilfanny. 2011. Perkembangan Profesi Keguruan. (Online).
Tersedia di :
https://www.scribd.com/doc/55258999/Perkembangan-
Profesi-Keguruan. Diakses pada tanggal 27 mei 2015 jam
19: 04
Tyarma, Hutasoit. 2012. Sejarah Pendidikan Dunia. (Online).
Tersedia di :
http://tyarmahutasoitregb.blogspot.com/2012/11/normal-0-
false-false-false-en-us-x-none.html. Diakses pada tanggal
27 mei 2015 jam 18:30
Yeftha. 2014. Sejarah Perkembangan Profesi Keguruan di
Indonesia. (Online). Tersedia di :
http://yeftha97.blogspot.com/search?updated-max=2014-
05-20T04:29:00-07:00&max-results=7. Diakses pada
tanggal 27 mei 2015 jam 8:24.

BAB I SEJARAH PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 38

BAB II

PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN

A. Pengertian Profesi

Menurut Waddington (1996), istilah profesi pada awalnya


berarti sejumlah pekerjaan terbatas yaitu pekerjaan-pekerjaan
yang hanya ada dalam era pra-industri di eropa, yang
membuat orang-orang berpenghasilan mampu hidup tanpa
tergantung pada perdagangan atau pekerjaan manual.
Perubahan-perubahan dalam struktur pekerjaan direfleksikan
dalam literatur sosiologi, misalnya studi klasik oleh Carr-
Saunderrs dan Wilson (1993), dalam usaha untuk
mendefinisikan ciri atau karakteristik dari profesi modern.
Pendekatan ini kadang-kadang disebut dengan pendekatan
“ciri” atau “daftar periksa” bagaimanapun juga belum
mendapatkan persetujuan luas, seperti misalnya, apa definisi
profesi yang bermanfaat dan memadai.
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa ada dua istilah
yang jika tidak dijelaskan akan membingungkan, karena
dewasa ini kedua istilah itu sering kali dipertukarkan atau
disebut secara bergantian, yaitu istilah pekerjaan dan istilah
profesi. Wirawan (2009), berpendapat, pekerjaan adalah
aktivitas menyelesaikan sesuatu atau membuat sesuatu yang
hanya memerlukan tenaga dan keterampilan tertentu seperti
yang dilakukan oleh pekerja kasar atau blue collar worker.
Dicontohkan termasuk dalam kategori pekerjaan misalnya

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 39

sopir bus, pembantu rumah tangga, tukang cukur, pengantar


surat pos, dan tukang kayu. Sementara yang dimaksud
profesi menurut Wirawan (2009), adalah suatu pekerjaan
yang untuk menyelesaikannya memerlukan penguasaan dan
penerapan teori ilmu pengetahuan yang dipelajari dari
lembaga pendidikan tinggi seperti yang dilakukan oleh para
profesional atau white collar worker. Contoh profesi adalah
pekerjaan yang dilakukan oleh manajer, dokter, guru dan
dosen, hakim, jaksa, advokad atau pengacara, perawat,
akuntan, dan lain-lain.
Secara harfiah, kata profesi merupakan terjemahan
istilah bahasa Inggris profession, yang artinya adalah
pekerjaan. Selain itu profesi berasal dari bahasa latin
"Proffesio" yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar
dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang
lebih luas menjadi: kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk
memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian
tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan
yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus
dituntut dari padanya pelaksanaan norma-norma sosial
dengan baik.
Berdasarkan kajian akademik, selain pengertian
sebagaimana dikemukakan Waddington (1996), Wirawan
(2009), di atas ada pengertian lain profesi yang sejalan. Arifin
(1995), misalnya, mengemukakan bahwa profession
mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau
pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan atau latihan khusus.

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 40

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia profesi adalah


bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejujuran, dan sebagainya) tertentu.

B. Pengertian Profesi Menurut Para Ahli

Adapun pengertian profesi menurut beberapa para ahli, yaitu


sebagai berikut:

1. Menurut Kunandar (2007), profesi adalah suatu bidang


pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang.
Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan
tertentu yang mensyaratkan pengetahhuan dan
keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan
akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.
2. Sedangkan menurut Martinis Yamin (2007), profesi
mempunyai pengertian seseorang yang menekuni
pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan
prosedur berlandaskan intelektualitas.
3. Sementara Jasin Muhammad dalam Muhamad Yunus
Namsa (2006), mengemukakan bahwa profesi adalah
suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan
tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki
dedikasi serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yang
berorientasi pada pelayanan yang ahli. Pengertian profesi
ini mengandung makna bahwa di dalam suatu pekerjaan
profesional diperlukan teknik serta prosedur yang

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 41

bertumpu pada landasan intelektual yang mengacu pada


pelayanan keahlian.
4. Menurut Ornstien dan Levine, profesi adalah karir yang
dilakukan sepanjang hayat. Melakukan bidang, ilmu, dan
keterampilan tertentu. Memerlukan latihan khusus dalam
jangka waktu yang lama.
5. Menurut Schein, profesi adalah suatu kumpulan atau set
pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat
khusus yang berasal dari perannya yang khusus di
masyarakat.
6. Menurut Danin, profesi secara etimologi diartikan
mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu atau
ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara
terminologi, diartikan suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang
ditekankan kepada pekerjan mental.
7. Menurut Sanusi Et All (1991), mengatakan bahwa profesi
adalah suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikan
yang menentukan (erusial)
8. Menurut The George, profesi adalah pekerjaan yang
dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
9. Daniel Bell (1973), profesi adalah aktifitas intelektual yang
dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara
formal atau pun tidak formal dan memperoleh sertifikat
yang dikeluarkan oleh sekelompok/ badan yang
bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam
melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 42

dengan mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide,


kewenangan keterampilan teknis dan moral serta bahwa
perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam
masyarakat.
10. Paul F.Comenisch (1983), profesi adalah “komunitas
moral” yang memiliki cita-cita dan nilai bersama.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik


kesimpulan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan atau
keahlian yang mensyaratkan kompetensi intelektual, perilaku
ilmiah berbasis ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu,
memiliki etika tertentu, memiliki kesesuaian dengan
kebutuhan dan permintaan pasar tenaga kerja, dan diperoleh
seseorang melalui proses pendidikan dan pelatihan akademik
di perguruan tinggi.

C. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu yang kompleks dan dinamis.


Kompleks karena melibatkan berbagai komponen dan dinamis
kerena pendidikan dapat berubah-ubah sesuaidengan
perkembangan zaman ke arahyang lebih baik. Pendidikan
menjadi salah satu wahana untuk mengembangkan potensi
diri. Hal ini berhubungan dengan kepemimpinan.
Pendidikan adalah investasi Sumber Daya Manusia
(SDM) jangka panjang. Oleh Sebab itu, tidak heran apabila
suatu negara menempatkan Pendidikan sebagai variable
utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negaranya,
termasuk di negara Indonesia. Pendidikan yang berhasil akan

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 43

menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di


masyarakat tidak menyusahkan orang lain. Masyarakat dari
yang paling terbelakang sampai yang paling maju mengakui
bahwa pendidik/ guru merupakan satu diantara sekian banyak
unsur pembentuk utama calon anggota masyarakat.
Kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan
antara individu-individu yang mengguanakan wewenang dan
pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-
sama untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan dalam
pendidikan mencakup pengawas, kepala sekolah, dan guru.
Masing-masing jabatan memiliki tujuan tugas, peran, dan
fungsinya masing-masing.
Pengertian kepemimpinan pendidikan secara umum
sendiri adalah kemampuan dan kesiapan yang memiliki
seseorang untuk dapat memengaruhi, mendorong, mengajak,
menuntun, menggerakkan, dan kalau perlu memkasa orang
lain agar ia menerima pengaruh itu, selanjutnya berbuat
sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud
atau tujuan tertentu (Sutopo & Soemanto, 1984).

D. Pengertian Kependidikan

Dimulai dari pemahaman istilah “kependidikan” terlebih dulu,


istilah “kependidikan” di Indonesia sebetulnya mengemuka
sejak awal tahun 1980-an. Istilah yang populer sebelum tahun-
tahun tersebut adalah pendidikan, dan atau dunia pendidikan.
Istilah “kependidikan” populer dengan bersamaan dokumen-
dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), terutama setelah

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 44

ada pembaruan pendidikan guru dimana lembaga penghasil


tenaga guru dan tenaga di bidang pendidikan lain muncul
dalam dokumen yang disebut sebagai Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK). Di bawah kepemimpinan
Tjokorda Raka Joni dari IKIP Malang (sekarang Universitas
Negeri Malang), istilah kependidikan sangat populer di
kalangan akademis, baik di LPTK (IKIP dan FKIP/FKg/FIP-
Universitas), maupun non-LPTK.
Ditilik dari sisi kebahasaan, orang awam bisa memastikan
bahwa istilah kependidikan itu adalah “perihal dunia
pendidikan” sebagai kata bentukan dari asal kata “pendidik”
berawalan “ke” dan berakhiran “kan.” Akan tetapi, ditilik dari
konteks dokumen LPTK yang terdiri atas sekurangnya 5 (lima)
buku yang dimaksudkan sebagai acuan dan pedoman dalam
mengembangkan pendidikan guru di Indonesia, sebetulnya
arti “kependidikan” adalah akronim dari “keguruan dan ilmu
pendidikan.”

E. Pengertian Profesi Kependidikan

Kata “profesi” secara umum memang sering kali dilekatkan


pada kata “kependidikan”. Namun secara yuridis, baik dalam
UU No. 2/2009, tentang Sisdiknas, maupun dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas, tidak dikenal istilah profesi
kependidikan. Kata “profesi” dalam kedua Undang-undang itu
dikenakan untuk suatu gelar bersamaan dengan gelar
akademik dan vokasi. Kedua Undang-undang tersebut
menggunakan dua istilah sebagai “pengganti” kata profesi,
yaitu “pendidik” dan “tenaga kependidikan”. Perihal pendidik

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 45

dan tenaga kependidikan diatur dalam Bab XI UU No.


20/2003, tentang Sisdiknas. Pasal 39 menyatakan bahwa:
1. Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan;
2. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi. Pada penjelasannya disebutkan bahwa tenaga
kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik,
pamong belajar, pengawas, peneliti, pengembang,
pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.
Profesi kependidikan adalah suatu tenaga pendidik (guru)
yang memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran
yang mensyaratkan persiapan akademik dalam waktu relatif
lama baik dalam sosial,eksakta, maupun seni dan pekerjaan
itu lebih bersifat mental intelektual dari pada fisik manual yang
dalam mekanisme kerjanya di kuasai kode etik. Layanan yang
terdapat pada profesi kependidikan adalah adanya ikatan
profesi, adanya kode etik, pengendalian batas kewenangan
dan adanya pengaturan hukum untuk mengontrol praktik
(Sudarwan denim:2010).
Jadi, pengertian profesi pendidikan adalah satu kegiatan
atau pekerjaan sesuai keahliannya yang diberikan atau

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 46

diajarkan kepada peserta didik agar bisa berperan aktif dalam


hidupnya sekarang dan masa datang.
Sekarang menjadi jelas, ada identitas profesi yang
melekat pada pekerjaan atau profesi di dunia keguruan dan
ilmu pendidikan. Berdasarkan definisi di atas, maka profesi
kependidikan, baik pendidik maupun tenaga kependidikan
seyogyanya melekat sedikitnya 6 (enam) syarat berikut ini.
a) Merupakan jenis pekerjaan tetap, bukan pekerjaan
sambilan.
b) Memerlukan keahlian tertentu.
c) Memerlukan kemahiran.
d) Memerlukan kecakapan yang memenuhi standar mutu
(kompetensi).
e) Memerlukan norma (kode etik profesi).
f) Memerlukan pendidikan profesi.

F. Profesi Keguruan

Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya


merujuk pada pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian,
tanggung jawab, dan kesetiaan. Suatu profesi tidak bisa di
lakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau
dipersiapkan untuk itu.
Suatu profesi umumnya berkembang dari pekerjaan
(vocational), yang kemudian berkembang makin matang serta
ditunjang oleh tiga hal keahlian, komitmen, dan keterampilan,
yang membentuk sebuah segi tiga sama sisi yang di
tengahnya terletak profesionalisme. Senada dengan itu,

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 47

secara implisit, dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, bahwa guru
adalah: tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (pasal 39 ayat
1).Menurut Dedi Supriadi (1999), profesi kependidikan dan
atau keguruan dapat disebut sebagai profesi yang sedang
tumbuh (emerging profession) yang tingkat kematangannya
belum sampai pada apa yang telah dicapai oleh profesi-profesi
tua (old profession) seperti: kedokteran, hukum,notaris,
farmakologi, dan arsitektur. Selama ini, di Indonesia seorang
sarjana pendidikan atau sarjana lainnya yang bertugas di
institusi pendidikan dapat mengajar mata pelajaran apa
saja,sesuai kebutuhan/ kekosongan/ kekurangan guru mata
pelajaran di sekolah itu, cukup dengan surat tugas dari kepala
sekolah.
Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang
tumbuh, walaupun ada yang berpendapat bahwa guru adalah
jabatan semiprofesional, namun sebenarnya lebih dari itu. Hal
ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh
pada lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan
tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada
aturan tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No.
26/1989).
Usaha profesionalisasi merupakan hal yang tidak perlu
ditawar-tawar lagi karena uniknya profesi guru. Profesi guru

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 48

harus memiliki berbagai kompetensi seperti kompetensi


profesional, personal dan sosial. Jabatan guru dilatar
belakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan ini
meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang
menghasilkan calon guru untuk menghasilkan guru yang
profesional. Pada masa sekarang ini LPTK menjadi satu-
satunya lembaga yang menghasilkan guru. Walaupun jabatan
profesi guru belum dikatakan penuh, namun kondisi ini
semakin membaik denganpeningkatan penghasilan guru,
pengakuan profesi guru, organisasi profesi yang semakin baik,
dan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru
sehingga ada sertifikasi guru melalui Akta Mengajar.
Organisasi profesi berfungsi untuk menyatukan gerak langkah
anggota profesi dan untuk meningkatkan profesionalitas para
anggotanya. Setelah PGRI yang menjadi satu-satunya
organisasi profesi guru di Indonesia, kemudian
berkembang pula organisasi guru sejenis (MGMP).

G. Profesi Guru dan Dosen

Perihal pendidik, yaitu guru dan dosen, secara yuridis diakui


sebagai pekerjaan atau profesi yang profesional dalam UU
No. 14/2005, tentang Guru dan Dosen. Pada Bab I pasal 1
dinyatakan bahwa:
1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
pendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah;

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 49

2. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan


tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.

Dosen sebagai profesi kependidikan hampir identik dengan


profesi guru sebagai profesi dibidang pengajaran (teaching
profession). Di Amerika Serikat, sebagaimana dirilis national
education association (NEA), dalam Soetjipto dan Raflis
Kosasi (1999), profesi pengajaran adalah suatu jabatan
dengan sejumlah karakteristik. Karakteristik tersebut intinya
menegaskan bahwa profesi dibidang pengajaran adalah suatu
jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual; menggeluti
suatu batang tubuh ilmu yang khusus; memerlukan persiapan
profesional yang lama; memerlukan latihan dalam jabatan
yang berkesinambungan; menjanjikan karir hidup dan
keanggotaan yang permanen; menentukan baku mutu
(standar) sendiri; lebih mementingkan layanan atas
keuntungan pribadi; dan jabatan yang mempunyai organisasi
profesional yang kuat dan terjalin erat.
Menurut Undang-Undang (UU) No. 20/2003 tentang
Sisdiknas, pasal-pasal yang mengatur tentang guru dan dosen
berbeda. Akan tetapi kedua profesi tersebut berbeda dalam
satu paket undang-undang yang sama, yakni UU No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Meskipun kemudian
diatur melalui peraturan pemerintah (PP) yang berbeda.

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 50

Perbedaan antara guru dan dosen dijelaskan dengan baik


oleh Sadarwan Danim (2010), berikut ini:
1. Guru dan dosen secara konseptual merupakan dua
jabatan/pekerjaan profesional yang sama, namun secara
operasional terdapat perbedaan peran yang signifikan
antara dosen yang bertugas diperguruan tinggi dan guru
yang bertugas disekolah pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal. Perbedaan itu dalam hal pengaturan mengenai: (a)
kedudukan dan fungsi, (b) kualifikasi akademik dan
kompetensi, (c) hak dan kewajiban, (d) wajib kerja dan
ikatan dinas, (e) pengangkatan, penempatan, pemindahan,
dan pemberhentian, (f) pembinaan dan pengembangan, (g)
penghargaan, (h) perlindungan hukum, perlindungan
profesi, dan perlindungan ketenaga kerjaan, (i) organisasi
profesi, serta (j) sanksi.
2. Secara yuridis, guru dan dosen merupakan pendidik
profesional, tetapi tugas dan tanggung jawabnya berbeda.
Disamping tenaga pendidik, dosen juga berfungsi sebagai
peneliti yang memperdalam, memperluas, dan
mengembangkan IPTEK dan seni. Kompetensi yang
dibutuhkasn bagi dosen bukan sekedar menguasai IPTEK
dan seni yang sudah mapan, melainkan juga menemukan
IPTEK dan seni baru melalui penelitian, serta melakukan
pengabdian kepada masyarakat.
3. Secara historis, Organisasi guru telah ada sejak berdirinya
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tanggal 25
November 1945, sedangkan organisasi dosen yang ada

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 51

adalah menurut disiplin ilmu seperti Ikatan Sarjana


Pendidikan Indonesia (ISPI), Ikatan Sarjana Ekonomi
Indonesia (ISEI), Persatuan Sarjana Arsitek Indonesia
(PSAI), dan sebagainya.
4. Secara sosiologis, guru tersebar diseluruh tanah air, mulai
dari kota besar sampai ke desa-desa terpencil atau “daerah-
daerah khusus” (seperti daerah bencana, terisolasi,
perbatasan, dan rawan konflik); sedangkan dosen hanya
bertugas di daerah-daerah perkotaan. Hal ini berimplikasi
pada tingkat kesulitan hidup, pelaksanaan tugas, dan risiko
kerja guru yang sangat bebeda dengan dosen. Karena itu
perlindungan dan kesejahteraan guru memerlukan
pengaturan tersendiri.
5. Guru disiapkan diperguruan tinggi pada jenjang pendidikan
sarjana. Kompetensi yang dikembangkan adalah
kemampuan menguasai substansi dan pembelajaran sesuai
kurikulum disekolah. Guru mempunyai tanggung jawab
untuk mengembangkan potensi peserta didik sejak pada
usia dini sehingga menjadi insan dewasa yang berbudaya.
Dosen dipersiapkan diperguruan tinggi pada jenjang
pendidikan magister dan atau doktor. Kompetensi yang
dikembangkan ialah kemampuan menguasai struktur dan
metode keilmuan sampai pada tahap muktahir,
melaksanakan penelitian dasar dan terapan, serta
melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam
konteks bidang keilmuan. Dosen mempunyai tanggung
jawab untuk mengembangkan potensi peserta didik usia

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 52

dewasa melalui program akademik, vokasi, atau profesi,


serta terikat oleh etika civitas akademika.
6. Pemberdayaan guru disekolah terikat oleh konsep dan
prinsip manajemen berbasis sekolah, sedangkan
pemberdayaan dosen lebih terikat pada konsep dan prinsip
otonomi keilmuan. Pemberdayaan guru secara individual
antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas
pembelajarannya dan melakukan penelitian untuk
menunjang proses pembelajaran; sedangkan
pemberdayaan dosen antara lain diarahkan melaksanakan
pembelajaran orang dewasa, melakukan penelitian
keilmuan murni atau terapan yang dapat memberikan
kontribusi terhadap pengembangan disiplin ilmu dan/atau
pengembangan masyarakat.
7. Guru dituntut bersikap profesional dalam penguasaan dua
kompetensi secara berimbang, yakni kompetensi sebagai
pendidik (educator) dan kompetensi sebagai pengajar
(teacher), sedangkan dosen lebih dititik beratkan pada sikap
dan kemampuan profesional sebagai ilmu-pengajar
(lecturer).
8. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan bersifat
otonom berbasis satuan pendidikan tinggi dalam mengelola
dosen. Hal ini berbeda dengan sekolah yang guru-gurunya
dikelola secara terpadu berbasis wilayah untuk semua jenis
pada jenjang pendidikan formal.
9. Pembinaan dan pengambangan dosen diperguruan tinggi
sudah tertata lebih baik dan secara hukum sudah lebih
terlindungi, serta secara profesional, sosial, dan finansial

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 53

sudah memperoleh penghargaan yang lebih memadai


daripada guru.
10. Pada konteks international, kedudukan guru dan status
guru secara eksplisit telah dituangkan dalam Rekomendasi
ILO/UNESCO : The Status Of Teachers : An Instrumen For
Its Improvement; The International Recommendation Of
1966, 5 Oktober 1966, yang ditandatangai di paris oleh
utusan dari 165 negara , termasuk Indonesia. Rekomendasi
tersebut menyatakan bahwa konsep dan sebutan “guru”
digunakan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,
termasuk pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal.
Rekomendasi tersebut antara lain memberikan perlindungan
terhadap hak dan kewajiban guru dalam menjalankan
profesinya. Hal ini berbeda dengan profesi dosen.

Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang


Sisdiknas; UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen;
dan PP No.37 /2009 tentang dosen, dosen didefinisikan
sebagai pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan
ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni melalui pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Profesi dosen
dikukuhkan sebagai jabatan fungsional berdasarkan
keputusan Presiden No. 87/1999, tentang Rumpun Jabatan
Fungsional PNS, dan Keputusan Menteri Negara Koordinator
Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan
Aparatur Negara (MENKO WASBANGPAN) No.
38/KEP/MK.WASPAN/8/1999 tentang Jabatan Fungsional

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 54

Dosen dan Angka Kreditnya, yang kemudian disempurnakan


melalui Peraturan Men-PAN No. PER/60/M.PAN/6/2005.
Status dosen terdiri atas dosen tetap, yaitu dosen yang
bekerja penuh waktu yang bersetatus sebagai tenaga pendidik
tetap pada satuan pendidikan tinggi tertentu, dan dosen tidak
tetap. Jenjang jabatan akademik dosen tetap terdiri atas
Asisten Ahli (Penata Muda golongan ruang III/a, Penata Muda
Tingkat I Golongan III/b), Lektor (Penata Golongan Ruang III/c,
Penata Tingkat I golongan ruang III/d); Lektor Kepala
(Pembina Golongan ruang IV/a, Pembina tingkat I golongan
ruang IV/b, Pembina utama muda golongan ruang IV/c); dan
Profesor/Guru Besar (Pembina Utama Madya golongan ruang
IV/d, Pembina Utama golongan ruang IV/e). Persyaratan untuk
menduduki jabatan akademik profesor harus memiliki
kualifikasi akademik doktor. Pengaturan kewenangan jenjang
jabatan akademik dan dosen tidak tetap ditetapkan oleh setiap
satuan pendidikan tinggisesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Jika mencermati Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, jelas bahwa
undang-undang tersebut berintikan peningkatan kesejahteraan
guru yang ditandai oleh adanya tunjangan khusus, tunjungan
fungsional, dan tunjangan profesi pendidik. Namun, harus
disadari bahwa peningkatan kesejahteraan guru yang
diamanatklan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bukan merupakan
tujuan, melainkan lebih sebagai instrument untuk

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 55

meningkatkan kinerja guru agar berdampak terhadap


peningkatan mutu pendidikan nasional.
Peningkatan kesejahteraan bagi guru yang telah
memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi akan
berfungsi meningkatkan kinerja. Akan tetapi, peningkatan
kesejahteraan bagi guru yang akademik dan kompetensinya
belum memenuhi standar sulit diharapkan untuk berdampak
terhadap peningkatan kinerja sesuai yang diharapkan. Oleh
karena itu, khusus untuk tunjangan profesi pendidik hanya
akan diterima oleh guru Profesional yang ditandai dengan
kepemilikan sertifikasi profesi guru melalui program sertifikasi.
Sertifikasi (certification) mengandung makna, jika hasil
penelitian atas persyaratan pendaftaran yang diajukan calon
penyandang profisi dipandang memenuhi persyaratan,
kepadanya diberikan pengakuan oleh Negara atas
kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Bentuk
pengakuan tersebut adalah pemberian sertifikasi kepada
penyandang profesi tertentu, yang di dalamnya memuat
penjelasan rentang kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh pemegangnya (Danim, 2002).
Selanjutnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat
11, menyatakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian
untuk Guru dan Dosen yang telah memnuhi standar
profesional guru (Depdiknas, 2005). Guru maupun dosen yang
telah memnuhi pesyaratan diberikan sertifikasi pendidik yang
merupakan bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Setiap

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 56

orang yang telagh memperoleh sertifikasi pendidik memiliki


kesempatan yang sama untuk diangkat menjadiguru pada
satuan pendidikan tertentu (bagi guru), ataumemiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi dosen (bagi dosen).

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 57

DAFTAR REFERENSI

A. Sumber Buku

Arief S. Sadiman, dkk. 2007. Media Pendidikan: Pengertian,


Pengembangan, Dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Rahmat, Abdul, S.Sos.I, M.Pd. 2009. Think Teacher! Think
Profesional. Pomalingo. Bandung: MQS Publishing.
Suprihatiningrum, Jamil, M. P. Si. 2013. Guru Profesional:
Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru.
Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Yamin, Moh. 2009. Menggugat Pendidikan Indonesia: Belajar
Dari Paulo Freire Dan Ki Hajar Dewanatara. Jogjakarta:
Ar-ruzz Media.
B. Sumber Internet
Azkiyah, Nuha. Senin 05 November 2012. Definisi profesi. File
http://Nursazkiyah.blogspot.com./2012/11/definisi-
profesi_5.html diakses pada Kamis 28 Mei 2015 pukul
8:33 WITA.
Entri. Selasa 27 Juli 2010. Makalah Pengertian Profesi
Kependidikan. File
http://makalahfrofesikependidikan.blogspot.com/ diakses
pada Rabu 27 Mei 2015 Pukul 23:02 WITA.
Hamalik, Prof. Dr. Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran:
Berdasarkan Pendekatan System. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 58

Jazira. Senin 27 mei 2013. Pengertian profesi kependidikan.


File http://profesikependidikanindonesia.blogspot.com/
diakses pada Rabu 27 Mei 2015 pukul 23:29 WITA.
Khaton, Soli. Rabu 18 Juni 2014. Kumpulan pengertian profesi
kependidikan. File
http://solikhaton.blogspot.com/2014/06/pengertian-dan-
syarat-syarat-profesi.html diakses pada Rabu 27 Mei
2015 pukul 23:32 WITA.
Likayunia, Hajiah. 21 April 2013. Makalah Pengertian Profesi
Kependidikan. File
https://likayunia.wordpress.com/2013/04/21/profesi-
kependidikan/ diakses pada Rabu 27 Mei 2015 Pukul
22:53 WITA.

BAB II PENGERTIAN PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 59

BAB III
CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN

A. Karakteristik dan Ciri-ciri Profesi Kependidikan

Konsep profesi sebagaimana ciri-ciri profesi pada umumnya


dapat diterapkan dalam bidang kependidikan. Karakteristik
profesi tersebut dapat dijadikan pedoman untuk analisis
profesi kependidikan dapat dikategorikan sebagai suatu
profesi, atau hanya sekedar suatu pekerjaan. Pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan
pembimbing dan penelitian serta melakukan pengabdian
kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi. Disebut sebagai suatu profesi apabila memiliki cakupan
tanah kawasan pekerjaan atau pelayanan khas definitive dan
sangat penting serta di butuhkan oleh masyarakat. Ciri ini
tercakup dalam profesi atau pekerjaan guru yang mendidik
generasi muda agar tumbuh dan berkembang, matang dan
mandiri, dapat hidup sebagai anggota masyarakat secara
layak. Realitas menunjukkan bahwa keberadaan kantor
pendidikan pada pemerintah daerah adalah menunjang
kelancaran kegiatan pembelajaran disekolah, tenaga
kependidikan sebagai tenaga ahli dan pejabat kantor
pendidikan sebagai pejabat birokrasi, sedangkan guru
melaksanakan tugas pengajaran langsung dikelas.

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 60

Profesi kependidikan adalah pekerjaan yang menyangkut


penyelenggaraan pendidikan. Dalam Undang-undang nomor
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pekerjaan
kependidikan itu dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu
Tenaga Kependidikan dan Pendidik. Tenaga Kependidikan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan
(pasal 11 poin (5), yang secara khusus bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan (pasal 39 ayat (1).
Sedangkan Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutos, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan (pasal 1 poin (6).
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi
(pasal 39 Ayat (2).
Pengertian dan tugas-tugas Tenaga Kepentingan dan
Pendidikan tersebut diatas sejalan dengan makna dan esensi
pendidikan, yaitu usaha sadar dan terncana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 61

diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta


keterampilan yang dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(pasal 1 Ayat (1). Oleh karena itulah pendidik harus memiliki
kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional (pasal 42 ayat (1); dan Pendidik untuk pendidikan
formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (harus)
dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi (pasal 42
ayat (2).
Dari penjelasan yang bersumber dari Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tersebut dapatlah
dianalisis bahawa karakteristik ciri-ciri profesi kependidikan itu
adalah:
1. Bidang garapannya adalah manusia yang unik (individu
yang berbeda-beda), karenanya pekerjaan ini merupakan
suatu pekerjaan sosial yang unik dan sangat penting;
2. Bahan dasarnya bukan lagi material tetapi bersifat
immaterial, yaitu bersumber dari ilmu dan pengetahuan;
3. Untuk mengolah bahan dasar tersebut harus
menggunakan suatu teknik atau metode tertentu,
karenanya pekerjaan ini lebih menekankan operasi
intelektual dari pada motorik;
4. Untuk memperoleh bahan dasar dan teknik-teknik tersebut
dibutuhkan pendidikan khusus kependidikan dan
memerlukan waktu yang relatif lama, yakni diperguruan
tinggi yang terakreditasi;

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 62

5. Mengingat peserta didik adalah manusia yang unik, maka


pekerjaan itu memerlukan otonomi dan tanggung jawab
pribadi yang luas;
6. Dengan otonomi tersebut maka diperlukan adanya kode
etik yang jelas dan sanksi profesional yang tegas;
7. Serta pembinaan yang efektif dari organisasi profesi yang
otonom.
Ketujuh ciri pekerjaan kependidikan ini jelas telah
memenuhi kriteria (karakteristik) profesi pada umumnya,
sehingga patutlah dikatakan bahwa pekerjaan dibidang
kependidikan adalah suatu profesi, dan bukan sekedar
pekerjaan. Memang, secara historis profesi kependidikan
tergolong belakang munculnya. Semula dikenal tiga profesi,
yaitu profesi dalam keagamaan, hukum, dan pengobatan.
Baru pada abad 19 bertambah dengan profesi kedokteran gigi,
bedah hewan, arsitek, dan keguruan. Profesi Guru
(kependidikan) baru ada tahun 1870 dengan ditandai
berdirinya National Union of Teachers di Inggris, dan baru
pada tanggal 25 November 1945 didirikan di Indonesia.
Sebagai lapangan pekerjaan, Guru sudah ada sejak lama,
mungkin sama tuanya dengan pekerjaan dibidang hukum atau
kedokteran. Tetapi sebagai profesi, pekerjaan guru ini
termasuk relatif muda, apalagi profesi kependidikan non
keguruan muncul belakangan sebagai akibat kompleksitas
dunia kependidikan.

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 63

B. Ciri-ciri Profesi Kependidikan Secara Umum dan


Khusus

Dalam kehidupan kita sehari-hari akan sering dihadapkan


dengan istilah profesi. Profesi merupakan suatu pekerjaan
yang meminta pendidikan yang lebih tinggi, dan biasanya
meliputi pekerjaan mental, bukan pekerjaan kasar yang
mengandalkan tenaga secara fisik. Contoh profesi yang dapat
disebutkan seperti mengajar, keinsinyuran, kedokteran, hukum
dan lain sebagainya. Dengan demikian sebenarnya tidak
semua pekerjaan itu bisa disebut dengan profesi, seperti
halnya dalam sering kita temukan yang memaknai pengertian
profesi itu secara salah, bahkan konotasinya negatif, seperti
misalnya perampok yang profesional, pencuri yang
profesional, tukang becak yang profesional, dan lain-lainnya.
Profesi merupakan suatu pekerjaan yang meminta
spesialisasi dan pendidikan yang relatif lama di perguruan
tinggi dan diatur oleh suatu kode etik khusus. Profesi
merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan persyaratan
khusus, seperti: menuntut adanya keterampilan berdasarkan
konsep teori ilmu pengertahuan yang mendalam, menekankan
pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya, menuntut adanya tingkat pendidikan yang
memadai, adanya kepekaan terhadap dampak
kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya,
memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika
kehidupan (Ali. 1985). Inyoman mengutip dari Makmun yang
mengutip pendapat Vollmer bahwa profesi sesungguhnya

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 64

merupakan suatu jenis model atau tipe pekerjaan ideal, yang


dalam realitasnya bukanlah hal yang mudah untuk dapat
diwujudkan, namun demikian, bukanlah merupakan suatu
yang mustahil pula untuk dapat mencapainya, asalkan ada
upaya yang sungguh-sungguh kepada pencapaiannya.
Merujuk pada kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa
profesi itu merupakan suatu bidang pekerjaan tertentu yang
menuntut persyaratan khusus sehingga meyakinkan dan
memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya.
Persyaratan khusus yang dimaksudkan kalau mengikuti uraian
dari Sanusi dkk (1991) yang menyebut dengan istilah ciri-ciri
profesi, maka ciri-cirinya adalah meliputi:
1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial
yang menentukan.
2. Jabatan yang menuntut memiliki keterampilan atau
keahlian tertentu.
3. Keterampilan atau keahlian yang dimiliki dan dituntut oleh
suatu jabatan tersebut didapat melalui pemecahan
masalah dengan menggunakan teori dan metode.
4. Suatu jabatan yang didasarkan pada batang tubuh disiplin
keilmuan yang jelas, sistematik, eksplisit, yang bukan
hanya sekedar pendapat khalayak umum.
5. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan
tinggi dengan waktu yang cukup lama.
6. Proses jabatan untuk pendidikan itu merupakan aplikasi
dan sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 65

7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat anggota


profesi berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh
organisasi profesi.
8. Tiap organisasi profesi mempunyai kebebasan dalam
memberikan judgement terhadap permasalahan profesi
yang dihadapinya.
9. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi
otonom dan babas dari campur tangan orang luar.
10. Jabatan itu memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat
dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.

Pendapat yang lain tentang ciri-ciri profesi yang dapat


dikutip sebagai perbandingannya adalah seperti yang
dikemukakan oleh Orrnsetein dan Levine (1984) sebagai
berikut dibawah ini:
1. Melayani masyarakat merupakan karier yang dilaksanakan
sepanjang hayat, jadi tidak berganti-ganti.
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar
jangkauan khalayak ramai yang tidak bisa dilakukan oleh
setiap orang.
3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke
praktek.
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang
panjang.
5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai
persyaratan masuk.
6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup
kerja tertentu.

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 66

7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang


diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan berhubungan
dengan layanan yang diberikan. Mempunyai sekumpulan
unjuk kerja yang baku.
8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien, dengan
penekanan terhadap layanan yang akan diberikan.
9. Menggunakan administrator untuk memudahkan
profesinya, relatif bebas dari super visi dalam jabatan.
10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota organisasi
profesi sendiri.
11. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elit untuk
mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya,
keberhasilan tugas dokter dievaluasi dan dihargai oleh
organisasi IDI, bukan oleh Depkes.
12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang
meragukan atau menyengsikan yang berhubungan dengan
layanan yan diberikan.
13. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan
kepercayaan diri setiap anggotanya.
14. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi bila
dibandingkan dengan jabatan yang lainnya.
Menurut Prayitno ciri-ciri profesi dalam bidang apapun
didasarkan pada Trilogi Profesi yang terdiri dari:
1. Komponen dasar keilmuan;
2. Komponen substansi profesi;
3. Komponen praktik profesi;

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 67

Menurut D. Westby Gibson (1965) dalam Suharsini


Arikuto, ciri-ciri khusus yang sebenarnya dimaksud dalam
sebuah profesi apapun itu termasuk profesi kependidikan. Ia
menjelaskan ada empat ciri yang melekat pada profesi, yaitu:
1. Pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu
yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok pekerja
dikategorikan sebagai suatu profesi;
2. Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi
landasan sejumlah teknik dan prosedur yang unik.
3. Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematik
sebelum orang mampu melaksanakan suatu pekerjaan
profesional dan;
4. Dimilikinya organisasi profesional yang disamping
melindungi kepentingan anggotanya dari saingan
kelompok luar, juga berfungsi tidak saja menjaga, akan
tetapi sekaligus selalu berusaha meningkatkan kualitas
layanan kepada masyarakat, termasuk tindak-tindak etis
profesional kepada anggotanya.
Ciri-ciri Profesi apapun profesinya termasuk profesi
kependidikan, yaitu:
1. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas;
2. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan
pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang
baku serta bertanggung jawab tentang pengembangan
ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu.
3. Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya
untuk mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi
dan kesejahteraannya;

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 68

4. Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku etik para
pelakunya dalam memperlakukan kliennya;
5. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil
dan baku;
6. Ada pengakuan dari masyarakat (profesional, penguasa,
dana anam) terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi;
7. Ada izin khusus menjalankan suatu profesi. Setiap profesi
akan selalu berkaitan dengan masyarakat berupa
kesejahteraan, keselamatan, keamanan, dan kepentingan
masyarakat, maka untuk menjalankan suatu profesi harus
terlebih dahulu mendapatkan izin;
8. Adanya pengetahuan secara khusus, yang biasanya
keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan,
pelatihan dan pengalaman secara bertahun-tahun;
9. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal
ini biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatan
pada kode etik profesi.

C. Ciri-ciri Profesi Kependidikan

Setelah membahas mengenai ciri-ciri profesi secara umum,


maka dibawah ini disajikan ciri-ciri dari profesi kependidikan
khususnya profesi guru. Dibawah ini disajikan ciri-ciri profesi
guru menurut National Education Association (NEA.1984)
sebagai berikut:
1. Jabatan Yang Melibatkan Kegiatan Intelektual
Jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar
melibatkan upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 69

intelektual. Selanjutnya, kegiatan yang dilakukan anggota


profesi adalah dasar bagi persiapan dari semua kegiatan
profesional lainnya. Oleh karena itu mengajar sering disebut
ibu dari segala profesi (Stinnett dan Huggett dalam Soetjipto
dan Kosasi, 2004:18).
2. Jabatan Yang Menggeluti Suatu Batang Tubuh Ilmu yang
Khusus
Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan
yang memisahkan anggota mereka dari orang awam, dan
memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang
jabatannya. Anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu
yang membangun keahlian mereka dan melindungi
masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran yang tidak
terdidik, dan kelompok tertentu yang ingin mencari
keuntungan. Namun, belum ada kesepakatan tentang bidang
ilmu khusus yang melatari pendidikan atau keguruan
(Ornstein dan Levine, dalam Soetjipto dan Kosasi, 2004:19).
3. Jabatan Yang Memerlukan Persiapan Profesional Yang
Lama
Terdapat perselisihan pendapat mengenai hal yang
membedakan jabatan profesional dan non-profesional antara
lain adalah dalam penyelesaian pendidikan melalui
kurikulum. Pertama, yakni pendidikan melalui perguruan
tinggi disediakan untuk jabatan profesional, sedangkan yang
kedua yakni pendidikan melalui pengalaman praktek bagi
jabatan non-profesional (Ornstein dan Levine, 2004:21).
a) Jabatan Yang Memerlukan ‘Latihan Dalam Jabatan’ Yang
Berkesinambungan

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 70

Jabatan guru cenderung menunjukkan bukti yang sangat


kuat sebagai jabatan profesional, sebab hampir tiap tahun
guru melakukan kegiatan latihan profesional, baik yang
mendapatkan penghargaan kredit maupun tidak. Justru disaat
sekarang ini bermacam-macam pendidikan profesional
tambahan diikuti guru dalam mnyetarakan dirinya dengan
kualifikasi yang ditetapkan.
b) Jabatan Yang Menjanjikan Karier Hidup dan Keanggotaan
Yang Permanen
Diluar negeri barangkali syarat jabatan guru sebagai
karier permanen merupakan titik yang paling lemah dalam
menuntut bahwa mengajar adalah jabatan profesional. Banyak
guru baru yang hanya bertahan selama satu atau dua tahun
saja pada profesi mengajar, setelah itu mereka pindah kerja
kebidang lain yang lebih menjanjikan bayaran yang lebih
tinggi.
c) Jabatan Yang Menentukan Baku (Standarnya) Sendiri
Karena jabatan guru menyengkut hajat orang banyak,
maka baku untuk jabatan guru ini sering tidak diciptakan oleh
anggota profesi sendiri. Baku jabatan guru masih sangat
banyak diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang
menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayasan
pendidikan swasta.
d) Jabatan Yang Lebih Mementingkan Layanan Diatas
Keuntungan Pribadi
Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai
sosial yang tinggi. Guru yang baik akan sangat berperan
dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari warga

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 71

negara masa depan. Jabatan guru telah terkenal secara


universal sebagai suatu jabatan yang anggotanya termotivasi
oleh keinginan untuk membantu orang lain, bukan disebabkan
oleh keuntungan ekonomi atau keuangan.
e) Jabatan Yang Mempunyai Organisasi Profesional Yang
Kuat Dan Terjalin Erat
Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi
profesional yang kuat untuk dapat mewadahi tujuan bersama
dan melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal, jabatan
guru telah memenuhi kriteria ini dan dalam hal lain belum
dapat dicapai. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Seluruh
Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai
dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan
tingkat atas, dan ada pula Ikatan Sarjana Pendidikan
Indonesia (ISPI) yang mewadahi seluruh sarjana pendidikan.
Ciri-ciri profesi kependidikan yang khususnya keguruan, yaitu:
1. Selalu punya energi untuk siswanya
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di
setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang
baik juga punya kemampuan mendengar dengan seksama.
2. Punya tujuan jelas untuk pelajaran
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas
untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan
tertentu dalam setiap kelas.
3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang
efektif sehingga bisa mempromosikan perubahan perilaku
positif di dalam kelas.

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 72

4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik


Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen
kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang
baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif,
membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh
komponen didalam kelas.
5. Bisa berkomunikasi Baik dengan Orang Tua
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka
dengan orang tua dan membuat mereka selalu membuat
mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang
terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu
lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia
memenuhi panggilan telepon, rapat email, dan sekarang,
twitter.
6. Punya harapan yang tinggi pada siswanya
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari
siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu
bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.
7. Pengetahuan tentang Kurikulum
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam
tentang kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya.
Mereka dengan sekuat tenaga memastikan pengajaran
mereka memenuhi standar-standar itu.
8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang
diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan
yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka
ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 73

menyimpan bahan menarik bagi para siswa,bahkan bekerja


sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang
kolaboratif.
9. Selalu memberikan yang terbaik untuk Anak-anak dan
proses Pengajaran
Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja
dengan anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi
siswa dalam kehidupan mereka dan memahami dampak
atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan
siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah
beranjak dewasa.
10. Punya hubungan yang berkualitas dengan siswa
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang
kuat dan saling hormat menghormati dengan siswa dan
membangun hubungan dapat dipercaya.

D. Ciri-ciri Profesional Guru

Ciri-ciri profesionalisasi jabatan guru akan mulai nampak,


seperti yang dikemukakan oleh Robert W. Richey (1974)
sebagai berikut:

1. Para guru akan bekerja hanya semata–mata memberikan


pelayanan kemanusiaan daripada usaha untuk kepentingan
pribadi;
2. Para guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai
persyaratan untuk mendapatkan lisensi mengajar serta
persyaratan untuk mendapatkan lisensi mengajar serta

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 74

persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota organisasi


guru;
3. Para guru dituntut memiliki pemahaman serta keterampilan
yang tinggi dalam hal bahan pengajar, metode, anak didik,
dan landasan kependidikan;
4. Para guru dalam organisasi profesional, memiliki publikasi
profesional yang dapat melayani para guru, sehingga tidak
ketinggalan, bahkan selalu mengikuti perkembangan yang
terjadi;
5. Para guru diusahakan untuk selalu mengikuti kursus-kursus,
workshop, seminar, konvensi serta terlibat secara luas
dalam berbagai kegiatan untuk dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman;
6. Para guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karier hidup (a
life career);
7. Para memiliki etika dan moral secara yang berfungsi secara
nasional maupun lokal.

E. Ciri-ciri Seorang Guru Yang Profesional

Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para


anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat
pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat
melakukan tugas-tugasnya.
Profesionalisasi adalah suatu proses menuju kepada
perwujudan dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu
kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Dengan profesionalisasi, para guru secara bertahap

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 75

diharapkan akan mencapai suatu derajat kriteria profesional


sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan
menampakkan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang
mendekati standar edial;
2. Meningkatkan dan memelihara citra profesi;
3. Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan
pengembangan profesional;
4. Mengejar kualitas dan cita-cita profesi;
5. Memiliki kebanggaan terhadap profesinya.

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 76

DAFTAR REFERENSI

A. Sumber Buku
Hamzah. 2007. Profesi Kependidikan. Gorontalo:Bumi Aksara
Natajaya, I Nyoman. 2012. ’’Suatu Kajian Teoritik
Pengembangan Tenaga Kependidikan Dan Berbagai
Permasalahannya”. Singaraja : Universitas Pendidikan
Genesha Singaraja.
B. Sumber Internet
Asmuni, Syukir. 2013. “Karakteristik Profesi Kependidikan”.
Online : https://asmunistkip.wordpress.com/profesi-
kependidikan/karakteristik-profesi-kependidikan/ (Diakses
Pada Tanggal 27 Mei 2015)
Hilarius Kiswara. 5 Desember 2012. “Pengertian dan Ciri”.
Online :
Ciri Profesihttps://kisswaralink2u.wordpress.com/2012/12/05
/pengertian-dan-ciri-ciri-profesi/ (Diakses Pada Tanggal 27
Mei 2015)
Igrall, Iwan. Minggu, 20 Januari 2013.“Ciri - ciri Profesi
Keguruan”. Online :
http://texaznet.blogspot.com/2013/01/ciri-ciri-profesi-
keguruan.html (Diakses Pada Tanggal 27 Mei 2015)

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 77

Itawanil, Mangala . Sabtu, 15 September 2012. “Profesi


Pendidikan”. Online : http://itawanil-
mangala.blogspot.com/2012/09/profesi-pendidikan.html
(Diakses Pada Tanggal 27 Mei 2015).
Nofianti, Saputri. Selasa, 16 April 2013. “Pengertian Profesi
dan Ciri-ciri Profesi”. Online :
http://ophiiciiduduth.blogspot.com/2013/04/pengertian-
profesi-dan-ciri-ciri-profesi.html (Diakses Pada Tanggal 27
Mei 2015)
Ruhendi, Asep. Minggu, 23 Desember 2012. “Pengertian Dan
Ciri-Ciri Profesi Keguruan”. Online :
http://pesilattasik.blogspot.com/ (Diakses Pada Tanggal 27
Mei 2015)
Utami, Neni. 17 Maret 2013. “Profesi Kependidikan”. Online :
http://www.slideshare.net/millathinapu/profesi-kependidikan-
17274616 (Diakses Pada Tanggal 27 Mei 2015).

BAB III CIRI-CIRI PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 78

BAB IV
RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN

A. Profesi Kependidikan atau Keguruan

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan


tugasnya memerlukan atau menuntut keahlian, mengunakan
teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian
diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan
untuk itu dengan kurikulum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Mc Cully mengungkapkan bahwa profesi itu merupakan
suatu pekerjaan Profesional menuntut dipergunakannya teknik
atau prosedur yang berlandaskan intelektualitas yang secara
sengaja harus dipelajari kemudian secara langsung dapat
diabadikan pada orang lain.
Menurut Diana W. Kommers profesi merupakan
seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
lewat pendidikan atau training dengan waktu yang panjang
yang diasumsi berorientasi pelayanan yang memiliki otonomi.
Jadi profesi keguruan atau kependidikan menurut UU
Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 profesi kependidikan
adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Dan dalam UU tersebut juga dijelaskan
bahwasanya profesi guru adalah pendidikan dimana guru

BAB IV RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 79

Profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan


keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal.Ciri-ciri profesi yaitu, yaitu adanya:
1. Standar untuk kerja
2. Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku
profesi tersebut dengan standar kualitas akademik yang
bertanggung jawab
3. Organisasi profesi
4. Pengakuan masyarakat

Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang


tumbuh. Walaupun ada yang berpendapat bahwa guru adalah
jabatan semi Profesional, namun sebenarnya lebih dari itu. Hal
ini dikarenakan jabatan guru hanya dapat diperoleh oleh
lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga
guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan
tentang jabatan fungsional guru.
Usaha profesionalisasi merupakan hal yang tidak perlu
ditawar-tawar lagi karena uniknya profesi guru. Profesi guru
harus memiliki berbagai kompetensi seperti kompetensi
pedagogik, kepribadian, kepribadian, sosial dan profesional.
a. Kompetensi Pedagogik. Pemahaman wawasana atau
landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,
pengembangan kurikulum/silabus, perancangan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajararan yang mendidik
dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi

BAB IV RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 80

hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk


mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian. Mantab, berakhlak mulia, arif dan
bijaksana, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif
mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri secara
mandiri dan berkelanjutan.
c. Kompetensi Sosial. Berkomunikasi lisan, tulisan, isyarat:
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan, orang tua wali peserta didik, bergaul secara
santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan
norma serta sistem nilai yang berlaku, menerapkan prinsip-
prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
d. Kompetensi Profesional. Kemampuan guru dalam
pengetahuan isi (content knowledge) penguasaan: materi
pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi
program satuan pendidikan, mata pelajaran. atau kelompok
mata pelajaran yang diampu, konsep-konsep dan metode
disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan. yang
secara konseptual menaungi atau koheren dengan program
satuan pendidikan, mata pelajaran, atau kelompok mata
pelajaran yang diampu.

B. Tugas Profesi Kependidikan atau Pendidik

BAB IV RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 81

Jabatan urusan pendidikan pada pemerintahan seperti


departemen pendidikan nasional pada pemerintahan pusat
dan dinas pendidikan pada pemerintahan propinsi dan
kabupaten/kota adalah jabatan struktural birokrasi bukan
jabatan profesional kependidikan.
Guru, konselor, supervisor, dan tenaga kependidikan
yang lainnya adalah profesi kependidikan. Guru sebagai salah
satu profesi melaksanakan tugasnya dilandasi atas panggilan
hati nurani, ilmu pengetahuan, teknologi serta seni yang
bertumpu pada pengabdian dan sikap kepribadian yang mulia.
Pada hakekatnya tugas guru tidak saja diperlukan sebagai
suatu tugas Profesional tetapi juga sebagai tugas profesi
utama menyiapkan tenaga pembangunan nasional.
Dalam UUSPN tahun 2003 dalam pasal 39 ayat 1 yang
menyatakan tugas tenaga kependidikan adalah melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada
satuan pendidikan. Ayat 2 menyatakan pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran melakukan bimbingan
dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi.
Dalam PP RI No. 38 tahun 1992 Bab II pasal 3 ayat 1
menyatakan tenaga kependidikan terdiri atas pendidik,
pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, dan
pengembang dibidang pendidikan, pustakawan, laboran,
teknisi sumber belajar, dan penguji. Pada ayat ke-2

BAB IV RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 82

menyatakan tenaga pendidik terdiri atas pembimbing,


pengajar, dan pelatih.
Sesuatu tersebut disebut sebagai profesi jika memiliki
cakupan ranah kawasan pekerjaan atau pelayanan khas,
definitive dan sangat penting serta dibutuhkan oleh
masyarakat.

C. Kriteria Profesi Guru

National Education Asociation menyusun sebuah syarat atau


kriteria yang mesti ada pada jabatan guru yaitu:
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual
2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu khusus
3. Jabatan yang memerlukan persiapan Profesional yang lama
(dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan
umum belaka)
4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan
5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan
yang permanen
6. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri
7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas
keuntungan pribadi
8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesioanl yang kuat
dan terjalin erat

BAB IV RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 83

D. Ruang Lingkup Profesi Kependidikan

Dalam profesi kependidikan ada beberapa hal yang dibahas


diantaranya :
a. Profesionalisme Keguruan
Pegajaran merupakan bagian profesi yang memiliki ilmu
maupun teoritikal, keterampilan dan mengharapkan ideologi
Profesional tersendiri. Oleh sebab itu seseorang yang bekerja
di institusi pendidikan dengan tugas mengajar jika di ukur dari
teori dan praktek tentang suatu pengetahuan yang
mendasarinya, maka guru juga merupakan profesi
sebagaimana profesi lainnya.
b. Otoritas Profesional Guru
Disiplin guru memiliki hubungan dengan anak didik, para
guru melaksanakan tugasnya dengan penuh gairah,
keriangan, kecekatan dan metode yang bervariasi dalam
mendidik anak-anak. Penekanan tugas profesi kependidikan
adalah member batuan sampai tuntas kepada anak didik, jadi
guru yang Profesional tidak hanya terkonsentrasi pada materi
pengajaran, tetapi juga memperhatikan situasi-situasi tertentu.
c. Kebebasan Akademik (academic freedom)
Kebebasan akademik adalah suatu kebebasan yang
memberikan kebebasan berkreasi dalam suatu forum dalam
lingkup kebenaran dan dalam kasus ini secara positif member
tanggung jawab keilmuan.Guru bekerja bukan atas tekanan
kebutuhan muridnya, tetapi atas tuntutan Profesional dan ini
adalah batas kebebasan yang dimaksud.

BAB IV RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 84

d. Tanggung Jawab Moral (responsible) dan Pertanggung


jawaban Jabatan (accountability)
Responsible maksudnya memiliki otoritas untuk mampu
membuat sesuatu tanpa supervise, sedangkan accountability
adalah tanggung jawab atau bisa dipertanggungjawabkan
keputusannya tentang apa yang diajarkan, kapan
diajarkannya, dan bagaimana mengajarkannya berdasarkan
otoritas profesionalnya sendiri sebagai perpaduan kompetensi
disiplin, metode, dan pengajaran keilmuan.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa status profesi
kependidikan dan guru pada dasarnya baru memperoleh
pengakuan sebagai jenis profesi yang sedang tumbuh, dilihat
dari persyaratan pendidikan guru termasuk profesi, tetapi
dilihat dari otoritasnya memberikan pelayanan belajar
memang masih perlu mendudukan secara benar sehingga
memenuhi persyaratan otoritas profesi.
Selain 4 persoalan yang menjadi ruang lingkup profesi
kependidikan diatas, ruang lingkup profesi kependidikan atau
keguruan terbagi pula 2 gugus yaitu:
1. Gugus pengetahuan dan penguasaan teknik dasar
Profesional
2. Gugus kemampuan Profesional

Kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang


Profesional adalah sebagai berikut:
a) Menguasai bahan,
b) Mengelolah program belajar mengajar,
c) Mengelolah kelas,

BAB IV RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 85

d) Menggunakan media/ sumber,


e) Menguasai landasan pendidikan,
f) Mengelolah interaksi belajar mengajar,
g) Menilai prestasi siswa untuk pendidikan pengajaran,
h) Melaksanakan program bimbingan konseling
i) Menyelenggarakan administrasi sekolah
j) Memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan
Beberapa ruang lingkup guru dalam melaksanakan
profesinya adalah sebagai berikut:
a. Layanan administrasi,
b. Layanan instruksiona,l
c. Layanan bantuan.

Ketiganya berupaya untuk meningkatkan perkembangan


siswa secara optimal.

E. Lingkup Profesi Guru (Guru dan Tugas Tambahan)

1. Kepala sekolah
Guru dapat diberikan tugas tambahan sebagai kepala
sekolah untuk memimpin dan mengelola pendidikan di sekolah
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Regulasi
penugasan guru sebagai kepala sekolah diatur dalam
Keputusan Menteri Pendidikan Indonesia nomor: 162/U/2003
tanggal 24 Oktober 2003 tentang Pedoman Penugasan Guru
sebagai kepala sekolah, kepala sekolah merupakan salah satu
komponen pendidikan yang paling berperan dalam

BAB IV RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 86

meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana


dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990
bahwa: “Kepala sekolah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,
pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan
serta pemeliharaan sarana dan prasana”.
Kompetensi yang harus dimiliki guru dengan tugas
tambahan sebagai kepala sekolah adalah:
a. Kepribadian dan sosial.
b. Kepemimpinan.
c. Pengembangan sekolah/ madrasah.
d. Pengelolaan Sumber Daya.
e. Kewirausahaan.
f. Supervise

2. Wakil Kepala Sekolah


Sama seperti kepala sekolah, guru memiliki tugas lain
yaitu sebagai wakil kepala sekolah yang memiliki tugas pokok
dan fungsi (tupoksi) membantu dan bertanggung jawab
kepada kepala sekolah, misalnya wakil kepala sekolah dan
penanggung jawab manajemen mutu, wakil kepala sekolah
bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan,
wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana, wakil
kepala sekolah bidang hubungan masyarakat, kompetensi
yang harus dimiliki guru dengan tugas wakil kepala sekolah
adalah:
a. Kepribadian dan sosial.
b. Kepemimpinan.

BAB IV RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 87

c. Pengembangan sekolah/ madrasah.


d. Kewirausahaan.
e. Bidang tugas.

3. Kepala Laboratoriom/ Bengkel


Kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai kepala
laboratorium/ bengkel adalah:
a. Kepribadian
b. Pengelolaan lingkungan dan P3.
c. Sosial.
d. Pengorganisasian guru/ laboran/ teknisi.
e. Pengelolaan dan administrasi.
f. Pengelolaan pemantauan dan evaluasi.
g. Pengembangan dan inovasi.

4. Kepala Perpustakaan
Sebagai kepala perpustakaan guru harus dapat:
a. Merencanakan program perpustakaan.
b. Melaksanakan program perpustakaan.
c. Mengevaluasi program perpustakaan.
d. Mengembangkan koleksi perpustakaan.
e. Mengorganisasi layanan jasa dan informasi perpustakaan.
f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.
g. Mempromosikan perpustakaan dan literasi informasi.
h. Mengembangkan kegiatan perpustakaan sebagai sumber
belajar kependidikan.
i. Memiliki integritas dan etos kerja.
j. Mengembangkan profesionalitas kepustakawanan.

BAB IV RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 88

5. Kepala kompetensi keahlian


Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala kompetensi
keahlian harus memiliki keahlian harus memiliki kompetensi:
a. Kepribadian.
b. Sosial.
c. Perencanaan.
d. Pengelolaan pembelajaran.
e. Pengelolaan sumber daya manusia.
f. Pengelolaan sarana prasarana.
g. Pengelolaan keuangan.
h. Evaluasi dan pelaporan.

Ruang lingkup layanan guru dalam melaksanakan profesinya,


yaitu terdiri atas :
1. Layanan administrasi pendidikan.
2. Layanan instruksional.
3. Layanan bantuan.

Ketiganya berupaya untuk meningkatkan perkembangan


siswa secara optimal. Penguasaan materi menjadi landasan
pokok seorang guru untuk memiliki kemampuan mengajar.
Penguasaan materi seorang guru dilakukan dengan cara
membaca buku-buku pelajaran. Kemampuan penguasaan
materi mempunyai kaitan yang erat dengan kemampuan
mengajar guru, semakin dalam penguasaan seorang guru
dalam materi/ bahan ajar maka dalam mengajar akan lebih
berhasil jika ditopang oleh kemampuannya dalam
menggunakan metode mengajar.

BAB IV RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 89

Penguasaan bahan ajar dapat diawali dengan


mengetahui isi materi dan cara melakukan pendekatan
terhadap materi ajar. Guru yang menguasai bahan ajar akan
lebih yakin dalam mengajarkan materi, senantisa kreatif dan
inovatif dalam metode penyampaiannya.
Peranan profesi guru dalam melakukan keselruhan
program pendidikan disekolah diwujudkan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara
optimal. Untuk maksud tersebut, maka peranan Profesional itu
mencakup tiga bidang layanan yaitu layanan instruksional,
layanan administrasi, dan layanan bantuan akademik sosial
pribadi.
Pertama, penyelenggaraan proses belajar mengajar yang
menempati porsi terbesar dari profesi keguruan. Kedua, tugas
yang berhubungan dengan membantu murid dalam mengatasi
masalah belajar pada khususnya dan masalah-masalah
pribadi yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan
belajarnya. Ketiga, disamping kedua hal tersebut guru harus
memahami bagaimana sekolah itu dikelola, bagaimana
memanfaatkan prosedur serta mekanisme pengelolaan
tersebut untuk kelancaran tugas-tugasnya sebagai guru.
Secara kontekstual dan umum, ruang lingkup kerja guru
itu mencakup aspek-aspek :
1. Kemampuan Profesional mencakup:
a) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan
bahan yang harus diajarkan konsep-konsep dasar keilmuan
dari bahan yang diajarkannya.

BAB IV RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 90

b) Penguasaan dan penghayatan atas wawasan dan landasan


kependidikan dan keguruan
c) Penguasaan proses-proses pendidikan, keguruan, dan
pembelajaran.
2. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk
menyesuaikan diri pada tuntutan kerja dan lingkungan
sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
3. Pemampuan personal (pribadi) mencakup:
a) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan
tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi
pendidikan beserta unsur-unsurnya.
b) Pemahaman penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang
seyogyanya dianut oleh seorang guru.

Seorang menampilkan unjuk kerja yang Profesional


apabila dia mampu menampilkan keandalannya dalam
melaksanakan tugasnya sebagai guru. Keandalan kerja itu
dapat dilihat dari berbagai segi berikut ini:
1. Mengetahui, memahami dan menerapkan apa yang harus
dikerjakan sebagai guru.
2. Memahami mengapa dia harus melakukan pekerjaan itu.
3. Memahami serta menghormati batas-batas kemampuan dan
kewenangan profesinya dan menghormati profesi lain.
4. Mewujudkan pemahaman dan penghayatannya itu dalam
perbuatan mendidik, mengejar dan melatih.

BAB IV RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 91

DAFTAR REFERENSI

A. Sumber Internet
Masri, Zainal. April 2014. Ruang Lingkup Profesi
Kependidikan, (Online,
zainalzainalmasri.blogspot.com/2013/11/ruang-lingkup-
profesi-kependidikan-atau.html, diakses pada 05 Juni 2015)
Santoso, Hari. 20 Desember 2012. Kiat Menjadi Guru
Profesional Abad 21.
(Online,http://edukasiwae.blogspot.com/2012/12/kiat-
menjadi-guru-profesional-abad-21.html, diakses pada 05
Juni 2015)
Nasucha, Arif Fajar. 12 April 2014. Calon Guru PKn. (Online,
http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/06/kompetensi-
guru-pkn-dan-standar-isi.html, diakses pada 05 Juni 2015).

BAB IV RUANG LINGKUP PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 92

BAB V

TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN

A. Tujuan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


(PKB)

Tujuan umum pengembangan keprofesian berkelanjutan


(PKB) adalah untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan
di sekolah/madrasah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan. Sedangkan tujuan khusus pengembangan
keprofesian berkelanjutan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan mutu kompetensi guru untuk mencapai
standar kompetensi yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku,
2. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi
kebutuhan guru dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni untuk memfasilitasi proses pembelajaran
peserta didik,
3. Meningkatkan komitmen gruru dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional,
4. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di
masyarakat,
5. Menunjang pengembangan karir guru.

B. Tujuan Ditinjau dari Lingkup Pendidikan

Oemar (2004) mengemukakan bahwa jika ditinjau dari


lingkupnya, tujuan pendidikan dapat dikelompokkan menjadi
lima tingkatan, sebagai berikut:

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 93

1. Tujuan pendidikan nasional


Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan umum dari
sistem pendidikan nasional. Tujuan ini merupakan tujuan
jangka panjang.
2. Tujuan lembaga pendidikan
Setiap lembaga pendidikan, sejak dari taman kanak-
kanak sampai dengan perguruan tinggi, masing-masing
mempunyai tujuan yang hendak dicapai, dan tujuan itu
berbeda-beda satu sama lain berdasarkan pada jenis lembaga
dan untuk siapa lembaga itu disediakan.
3. Tujuan kurikulum
Kurikulum dari setiap pendidikan/sekolah di Indonesia
harus mencerminkan jiwa Pembukaan Undang-Undang dasar
Tahun 1945 dan harus menjadi pelaksana Undang-Undang
Dasar, yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, serta
seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku di
bidang pendidikan.
4. Tujuan mata pelajaran
Secara umum mata pelajaran dapat dikalsifikasikan
menjadi beberapa bagaian berikut ini:
1) Broad field bahasa dan seni,
2) Broad field ilmu pengetahuan social,
3) Beroad field ilmu pengetahuan alam,
4) Broad field matematika,
5) Broad field pendidikan jasmani dan kesehatan,

5. Tujuan mengajar dan belajar.

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 94

Tujuan mengajar dan belajar adalah tujuan yang bersifat


operasional. Tujuan yang dapat dicapai dalam waktu singkat,
yakni setelah selesai jam pelajaran tertentu. Tujuan mengajar
dan belajar senantiasa merupakan tujuan kusus, yang
dirumuskan dalam rencana mengajar harian atau lesson
plan.Tujuan mengajar dan belajar harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1. Tujuan itu bertitik tolak dari perubaan tingkah laku anak
didik, artinya dalam tujuan itu hendaknya terkandung
dengan jelas tingkah laku apa atau aspek kelakuan apa
yang diharapkan berubah setelah pengajaran berlangsung.
2. Tujuan harus dirumuskan sekhusus mungkin, artinya tujuan
itu harus diperinci sedemiakan rupa agar lebih jelas apa
yang hendak dicapai dan lebih mudah untuk mencapainya.
3. Tujuan dirumuskan secara sederhana, singkat, tetapi jelas.
Maksudnya agar mudah dipahami dan tidak bercabang
yang bias mengakibatkan kebingungan.
4. Tujuan itu dapat dicapai dalam waktu yang singkat, yakni
sehabis jam pelajaran tertentu, misalnya setelah 45 menit
90 menit pelajaran. Setelah jam pelajaran itu, guru telah
dapat mengontrol sejauh mana tujuannya telah tercapai,
misalnya dengan pertanyaan lisan.
5. Perumusan tujuan jangan disatukan dengan kegiatan
mencapai tujuan.

Tujuan pendidikan yang dapat dikelompokkan


berdasarkan pendekatan yang berbeda, harus dapat
diwujudkan dengan menggunakan konsep-kosnep pendidikan

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 95

sebagai ilmu. Pada tingkat mikro, proses pendidikan yang


berlangsung di sekolah perlu implemetasi yang sistematik,
dalam artian bahwa seluruh komponen-komponen yang
terdapat di sekolah perlu dianalisis sebagai suatu sistem
sosial yang terbuka (social open system).
Salah satu komponen yang berkedudukan sebagai
subsistem sekolah adalah guru. Guru harus dapat
menunjukkan perannya dalam upaya mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Peran tersebut tidak hanya diukur
berdasarkan pada job description yang ditentukan, tetapi
harus didasarkan pada kinerja actual yang bersangkutan.
Eksistensi guru dalam wilaya kerja pendidikan, digambarkan
oleh Engkoswara (1987) sebagai berikut:
Wilayah Kerja Pendidikan

PR PL PB
M S F M S F M S F
perencanaan
pelaksanaan   
pembinaan
Idiografis
Keterangan
PR: perencanaan PL: pelaksanaan
PB: pembinaan M: manusia, murid, guru atau atasan
dan orang tuasiswa
S: sumber F: Fasilitas P: Pendidikan
Pendidikan seyogyanya menjadi desain percontohan
yang berdaya saing. Dalam falsafah kehidupan bernegara dan
berbangsa pada sila pertama, Pancasila, ketuhanan yang

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 96

maha esa; sila kedua Panasila Kemanusiaan yang Adil dan


beradab ;sila kelima pancasila keadilan social bagi seluruh
Rakyat Indonesia. Berdasarkan pada ketiga sila tersebut maka
pendidikan mempunyai kelaborasi signifikan dengan falsafah
bangsa dan Negara Indonesia tersebut.
Eksistensi pendidikan adalah untuk mengembangkan
manusai didikannya untuk memiliki dan mengamalkan butir-
butir yang terkandung dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa
dan mencapai derajat kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Namun, sekolah juga merupakan institusi yang menerima
pendidikan secara adil sebagai wujud dari keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan masih banyak yang
belum merata di pelosok Indonesia.
Dengan pendidikan, manusia dapat memiliki dan
mengambangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa
menimbulkan kerusakan bagi kehidupan manusia. Pendidikan
membawa pengaruh sangat besar terhadap pengembangan
hidup setiap individu dan masyarkat melalui peningkatan
kemampuan intelektual kemampuan-kemampuan emosi
dalam menghadapi berbagai hal, serta kemampuan-
kemampuan motorik dalam menggiatkan dan
mengkordinasikan gerakan individu.
Pendidikan merupakan suatu proses yang tidak bias
dipisahkan dengan manusia yang menjadi subjek dan objek
dari upaya pendidikan itu sendiri, karena mencakup tiga aspek
dasar dalam diri manusia, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Pentingnya pendidikan ini bagi masyarakat
tergambar dari peranan yang dibawa dalam kegiatan

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 97

pendidikan dalam kaitannya dengan perkembangan


seseorang.
Pendidikan dapat mendorong perubahan kemampuan
seseorang. Redja Mudayahardjo (1985) mengemukakan
bahwa pentingnya pendidikan adalah mendorong terjadinya
perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik secara langsung. Peningkatan tersebut tidak
sekadar, meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi,
pekerja/Profesional, warga masyarakat dan warga Negara dan
makhluk Tuhan.
Pendidikan diyakini banyak orang sebagai proses yang
dinamis dalam melahirkan kemampuan manusia. Oleh karena
itu, pendidikan bagi manusia begitu penting dan merupakan
suatu keharusan.
Tujuan pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu memberikan
arah pada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan
sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Tujuan pendidikan merupakan gambaran dari falsafah atau
pandangan hidup manusia, baik secara perseorangan maupun
kelompok. Tujuan pendidikan harus mengandung tiga nilai
yang dikemukakan oleh Hummel (1977), yaitu:
a. Autonomy, yaitu memberi kesadaran, pengetahuan, dan
kemampuan secara maksimal kepada individu maupun
kelompok, untuk dapat hidup mandiri dan hdiup bersama
dalam kehidupan yang lebih baik.
b. Equity, yaitu pendidikan tersebut harus memberikan
kesempatan kepada seluruh masyarakat dapat

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 98

berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan


berekonomi, dengan memberi pendidikan yang sama.
c. Survival, artinya dengan pendidikan akan menjamin
pewarisan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi
berikutnya.
Langeveld (1980), mengemukakan beberapa jenis tujuan
pendidikan, yaitu:
a. Tujuan umum
Tujuan umum merupakan sesuatu akan dicapai oleh
pendidikan seperti dikemukakan diatas, kedewasaan
merupakan tujuan pendidikan, berarti semua aktivitas
pendidikan harus diarahkan kesana untuk mencapai tujuan
umum tersebut.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus merupakan pengkhususan dari tujuan
umum, bahwa tujuan umum kedewasaan adalah universal.
Manusia dewasa yang universal diberi bentuk yang nyata,
berhubungan dengan kebangsaan, kebudayaan, dan sistem
politik.
c. Tujuan incidental
Tujuan incidental merupakan tujuan yang menyangkut
suatu peristiwa khusus. Tujuan ini biasanya diaktakan sukar
dicari hubungannya dengan tujuan umum, namun tujuan
incidental ini terarah kepada pencapaian tujuan umum.
d. Tujuan sementara
Tujuan sementara merupakan tujuan yang terdapat pada
langkah-langkah untuk mencapai tujuan umum, tujuan titik
perhatian sementara yang merupakan persiapan untuk

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 99

menuju tujuan umum. Tujuan sementara memberikan


kesempatan kepada para pendidik untuk menguji nilai yang
ingin dicapainya dengan perbuatan nyata.
e. Tujuan tidak lengkap
Tujuan tidak lengkap merupakan tujuan yang berkenaan
dengan salah satu aspek pendidikan. Dinamakan tidak
lengkap, karena setiap tujuan yang dihubungkan dengan salah
satu aspek pendidikan, berarti tidak lengkap.
f. Tujuan perantara
Tujuan perantara, yaitu tujuan yang melayani tujuan
pendidikan yang lain yang merupakan alat atau sarana untuk
mencapai tujuan lain.
Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika sudah memiliki
tujuan-tujuan yang jelas pula. Misalnya, tujuan pendidikan dari
outbound training, yaitu untuk mendidik peserta didik menjadi
tenaga yang siap pakai. Kemudian muncul pertanyaan,
apakah siap pakai itu? Siap pakai adalah suatu harapan
pencapaian pengertian, kemampuan, dan kemauan yang
tinggi untuk menyelesaikan tugas yang telah diamanahkan.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di skema siap pakai berikut
ini.

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 100

SIAP PAKAI
SIAP PAKAI
KETERAMPILAN

TEORI PRAKTEK

SIAP PAKAI
MENTAL

DIRI LINGKUNGAN IMPIAN BERSOSIALISASI


SENDIRI
Siap pakai meliputi siap pakai keterampilan dan pakai
mental. Siap pakai keterampilan menentukan 15% dalam
keberhasilan kita, sedangkan siap pakai mental menentukan
85% dalam keberhasilan kita.
Tujuan pendidikan di Indonesia tertulis pada Undang-
Undang Republik Indonesia (UURI) Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan nasional beserta peraturan-
peraturan pemerintah yang bertalian dengan pendidikan. Pada
uraian berikut akan dikemukakan tujuan-tujuan pendidikan itu,
yang diakhiri dengan tujuan pendidikan secara umum. Dalam
peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 26 ayat 1
disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan
dasar:
a. Kecerdasan,

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 101

b. Pengetahuan,
c. Kepribadian,
d. Akhlak mulia,
e. Keterampilan untuk hidup mandiri,
f. Mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Tampaknya pendidikan dasar, yang mencakup SD dan


SMP ini sudah diorientasikan kepada upaya mendasari
hidupnya. Hal ini dapat dilihat dari butir keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut, disamping
bekal-bekal hidup yang lain.
Selanjutnya dalam pasal yang sama ayat 2, pada PP itu
disebutkan pendidikan menengah umum bertujuan untuk
meningkatkan:
a. Kecerdasan,
b. Pengetahuan,
c. Kepribadian,
d. Akhlak mulia,
e. Keterampilan untuk hidup mandiri,
f. Mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Tujuan pendidikan menengah umum atau SMA dengan


tujuan dasar, hanya kalau dalam pendidikan dasar dinyatakan
sebagai peletak dasar, maka dalam pendidikan menengah
umum disebutkan untuk meningkatkan apa yang ingin dicapai
di pendidikan dasar.

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 102

Sedangkan tujuan pendidikan sekolah kejuruan pada ayat


3 pasal yang sama pada UU itu bertujuan untuk meningkatkan
:
a. Kecerdasan,
b. Pengetahuan,
c. Kepribadian,
d. Akhlak mulia,
e. Keterampilan untuk hidup mandiri,
f. Mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya.

Pembahasan pada bagian ini akan berbicara mengenai


hal yang membedakan tujuan pendidikan SMK dengan
sekolah menengah umum. Yang Membedakan tujuan
pendidikan menengah kejuruan atau SMK dengan tujuan
pendidikan menengah umum adalah pada butir 6 yaitu
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Butir ini rupanya sudah memperhitungkan jenis-jenis
keterampilan yang ada di SMK, tetapi ada di antara semua
lulusan SMK meneruskan studinya ke pendidikan tinggi. Yang
berarti mengesampingkan pendidikan untuk tenaga-tenaga
kerja menengah.
Seharusnya lembaga pendidikan ini terutama bermaksud
menempa tenaga kerja menengah yang terampil yang banyak
dibutuhkan oleh bangsa. Hanya mereka yang berprestasi
menonjol yang diberi kesempatan studi lanjut ke pendidikan
tinggi.

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 103

Terakhir dari PP itu yang akan dibahas adalah pasal yang


sama ayat 4 tujuan pendidikan tinggi yang mengatakan untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang :
a. Berakhlak mulia,
b. Memiliki pengetahuan,
c. Terampil,
d. Mandiri,
e. Mampu menemukan, mengembangkan, dan menerapkan
ilmu, teknologi, serta seni yang bermanfaat bagi
kemanusiaan.

Tujuan pendidikan tinggi ini sudah komprehensif, sebab


sudah mencakup ranah afeksi, kognisi, dan psikomotor, serta
dilengkapi dengan kemampuan mandiri dan menjadi ilmuwan.
Tujuan pendidikan yang tertulis dalam UU nomor 20
tahun 2003. Tujuan pendidikan nasional berupaya untuk dapat
berkembangnya potensi peserta didik
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa,
b. Berakhlak mulia,
c. Berilmu,
d. Cakap,
e. Kreatif,
f. Mandiri,
g. Menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Dari kedelapan butir tersebut diatas, butir 1, butir 3, dan


butir 8 yang belum ada secara secara eksplisit pada keempat

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 104

tujuan pendidikan yang teradahulu. Mengapa demikian?


Sebab sangat mungkin ketiga butir itu belum dipandang perlu
ditonjolkan namun ia tetap dikembangkan, terbukti pendidikan
agama, pendidikan kesehatan, dan pendidikan
kewarganegaraan tetap diberikan. Semua macam pendidikan
yang diberikan akan bermuara pada tujuan pendidikan
nasional dan di sini baru dinyatakan secara eksplisit.
Sebaliknya dalam tujuan pendidikan tinggi, tertulis butir
yang mampu menemukan, mengembangkan, dan
menerapkan ilmu, teknologi, serta seni yang dalam tujuan
pendidikan nasional tidak ada. Hal ini dapat dimaklumi
mengingat masyarakat pada umumnya tidak mampu
melaksanakan tugas-tugas seperti itu. Sebab itu dalam tujuan
pendidikan nasional, yang dikenakan kepada masyarakat
umum, tidak dicantumkan. Namun dalam tujuan pendidikan
tingi dituliskan dengan harapan atau dengan asumsi lulusan-
lulusan peniddidkan tinggi mampu melaksanakan tugasnya
sebagai ilmuwan.
Secara umum tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia, baik
tujuan sekolah, perguruan tinggi, maupun tujuan nasional
sudah mencakup ketiga ranah perkembangan manusia,
seperti tertulis dalam teori-teori pendidikan, yaitu
perkembangan:
a. Afeksi,
b. Kognisi,
c. Psikomotor.

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 105

Disamping itu peserta didik tidak dipaksakan untuk


mengikuti pendidikan tertentu, melainkan diberi kebebasan
untuk memilih sendiri, sesuai dengan bakat dan
kemampuannya masing-masing. Hal ini dapat ditangkap dari
kalimat yang berbunyi untuk dapat berkembangnya potensi
peserta didik. Berarti apapun wujud dan besarnya potensi itu
dilayani untuk berkembang melanjutkan pendidikan.
Pelayanan dalam pendidikan itupun tetap memberikan
kebebasan kepada peserta didik dalam mengembangkan diri.
Pada proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, keratif, berpeluang
untuk berprakrasa dan mandiri sesuai dengan bakat, minat
dan perkembangan fisik serta psikologisnya.

C. Reorientasi Tujuan Pendidikan Nasional

Sebagaimana yang diamanatkan oleh Konstitusi Dasar 1945.


Ada beberapa tujuan yang dapat disampaikan yang meliputi
tujuan pendidian yang berorientasi pada bangsa berkualitas,
bangsa mandiri, beradab, dan bangsa yang berdaya saing
tinggi.
1. Bangsa berkualitas
Diakui maupun tidak, tolak ukur bangsa berkualitas
dipandang dari sejauh mana pendidikan mampu melahirkan
manusia-manusia yang handal. Bangsa akan menjadi
berkualitas apabila manusianya juga berkualitas. ini tidak
dapat dipungkiri dan harus diakui secara bersama. Oleh
karena itu, Indonesia sebagai bangsa yang ingin menuju pada

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 106

bangsa berkualitas pun harus mampu melakukan peningkatan


kualitasnya.
Sejarah perjalanan bangsa Indonesia dalam dunia
pembangunan kualitas manusia yang selalu terpuruk dan tidak
mampu melahirkan manusia-manusia handal harus dijadikan
koreksi diri atas banyaknya kegagalan yang telah dilakukan
bangsa ini dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM) yang andal dan cakap di berbagai bidang disiplin.
2. Bangsa mandiri
John Dewey berpendapat bahwa pendidikan merupakan
proses pembentukan kecakapan fundamental, intelektual dan
emosianal secara manusiawi. Sementara menurut Ki Hajar
dewantara mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
menuntut kekuatan kodrati yang ada pada anak-anak agar
mereka menjadi manusia dan anggota masyarakat yang dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang tertinggi. Ada
hal menarik yang kemudian dapat dipetik dalam pesan kedua
pemikir pendidikan tersebut, yaitu poin penting yang akan
dicapai adalah mengantarkan anak bangsa kita
mengembangkan keterampilan yang tepat dan memandang
bahwa kekayaan bangsa ini berada pada hasil kualitas
otaknya dalam bekerja.
Dengan kata lain pula, belajar merupakan petualangan
hidup. Belajar tidak mengenal batas usia dan didalam proses
belajar harus berpikir kreatif, inovatif, energik, produktif,
berwatak kerja keras menghargai waktu, dan pantang
menyerah dalam menghadapi kesulitan hidup sekaligus
menemukan solusi serta mandiri. Oleh karena itu, pendidikan

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 107

kita di masa datang perlu menyinkronkan antara teori dengan


aktualisasi di dunia kerja agar pendidikan nasional memiliki
jiwa kemandirian, inovatif, dan kreatif di dunia internasional
berdasarkan pada teori kausalitas yang memiliki titik tekan
pada penguatan karakter kemandirian.
3. Bangsa Beradab
Pendidikan memiliki peran penting dan strategis dalam
pendidikan sebuah bangsa beradab. Apakah pengertian
beradab dalam konteks pendidikan? Bangsa yang beradab
adalah bangsa ketika dihuni oleh berbagai ragam ras, suku,
agama, dan adat istiadat mampu hidup berdampingan.
Mereka hidup damai, tidak ada ketegangan yang justru dapat
memecahkan persaudaraan, pertemanan, dan lain seterusnya
karena factor kepentingan sempit tertentu.
Oleh karena itu, terkait dengan kondisi bangsa Indonesia
yang pluralis dengan beragam suku, agama, dan lain
seterusnya, maka sudah seharusnya pendidikan menjadi
gedung utama dan terakhir untuk menyelematkan manusia-
manusia dari pertengakaran, perkelahian, konflik, dan
sejenisnya. Ini sementara yang harus terdahulu.
Ada beberapa orientasi penting pendidikan nasional
dalam membangun bangsa yang beradab:
a) Membangun nilai-nilai toleransi anatar sesama, baik dalam
satu golongan maupun yang berbeda golongan, selama itu
memiliki tujuan yang sama demi tujuan pendidikan nasional
yang memegang teguh kebersamaan dalam konteks
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 108

b) Meneguhkan sikap menjunjung tinggi perbedaan yang ada


sebagai bagian dari bangsa yang berbhineka tunggal ika.
Tidak ada sikap saling menjatuhkan maupun saling
menghancurkan karena tujuan destruktif tertentu. Akan
tetapi, tujuan pemungkas dari sikap menjunjung tinggi
perbedaan dilakukan demi kebaikan bersama, tidak
memandang kelas sosial apapun, baik karena faktor
kekayaan, jabatan, keturunan, dan lain seterusnya.
c) Memperkuat nilai-nilai solidaritas sebagai bangsa yang
majemuk. Konteks pengutan solidaritas merupakan satu
bentuk sikap yang membuka pandangan terbuka di setiap
golongan yang berbeda di bangsa ini agar menerima
perbedaan dan keberadaan itu secara terbuka, tidak ada
sikap kecurigaan tertentu.
d) Membuka sikap hidup untuk rukun di antara golongan yang
berbeda tersebut sebagai bagian dari tujuan bangsa yang
beradab.
e) Menyadari atas kelemahan dan kekuatan pada setiap
kelompok yang berbeda sehingga dapat membangkitkan
semangat untuk mau memberikan peringatan guna semakin
berbenah diri didalam bersikap, berperilaku, dan bertindak.
f) Memberikan maaf terhadap kesalahan yang dilakukan oleh
satu kelompok terhadap kelompok terhadap kelompok lain,
diminta maupun tidak diminta, dan begitu sebaliknya.
4. Bangsa berdaya saing
Pendidikan harus diperjelas arahnya. Ada beberapa hal
yang harus dilakukan agar bangsa ini berdaya saing tinggi:

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 109

a) Ciptakan pendidikan yang menekankan pada kemampuan


dan inovasi diri sehingga dapat membangkitkan etos kerja
yang tinggi, selalu melahirkan gagasan besar dan
bermanfaat yang dapat diimplemetasikan demi sumbangan
kemajuan bangsa Indonesia di Pentas dunia.
b) Bangkitkan semangat untuk menata pendidikan yang lebih
serius. Mengutip pola pendidikan yang digelar oleh Kuba,
yaitu menerapkan pola dari sekolah menengah, seorang
warganegara sudah dipersiapkan untuk memilih mengikuti
pra universitas atau pendidikan teknisi dan profesional yang
akan mengarahkan pada dunia kerja. Dari pra universuitas
dapat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi untuk
memperdalam bidang akademik yang ingin diperdalam atau
menjadi tenaga pengajar. Pembangunan seleksi akademis
serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
benar-benar berada di tangan yang tepat atau pemegang
kebijakan pendidikan yang profesional dalam bidang
disiplinnya. Bangsa Indonesia harus melakukan hal tersebut
kendatipun konsep ala Kuba tidak mesti dan harus
diimplementasikan mutlak sama, namun dapat mengambil
nilai-nilai yang dapat dikontekstualisasikan terhadap
Indonesia.

D. Tujuan Profesi Kependidikan

Profesi pendidikan dan ilmu pendidikan memiliki hubungan


yang sangat erat dalam menciptakan tenaga pendidik yang
profesional. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan pendidikan

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 110

yang tinggi sehingga tenaga pendidik mampu memenuhi


standar yang telah ditentukan dan mampu mencapai tujuan
dari pembelajaran. Hal ini dapat diperoleh melalui ilmu
pendidikan sehingga terciptanya tenaga pendidik yang
terampil, mandiri, kreatif, profesional dan bertanggung jawab
untuk kemudian diterjunkan ke tengah-tengah masyarakat dan
mewujudkan tujuan pembelajaran.

1. Mengapa pekerjaan harus profesional dan bagaimana


mewujudkannya
Sekarang ini, masyarakat menginginkan semua
pelayanan yang diberikannya adalah yang terbaik. Misalnya,
setiap orang tua menginginkan anaknya bersekolah, disekolah
yang gurunya prfesional, setiap orang menginginkan
menyimpan uang di bank yang pelayanannya profesional, dan
sebagainya. Tuntutan-tuntutan masyarakat inilah yang
membuat setiap profesi untuk dapat melakukan pekerjaannya
dengan profesinya sehingga semua ciri-ciri profesi yang
diuraikan sebelumnya dapat tercapai.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana seorang anggota
profesi melakukan pekerjaannya dengan profesional? Setiap
anggota profesi baik secara sendiri-sendiri atau dengan cara
bersama melalui wadah organisasi profesi dapat belajar.
Belajar yang dimaksud, yaitu belajar untuk mendalami
pekerjaan yang sedang disandangnya dan belajar dari
masyarakat apa yang menjadi kebutuhan mereka saat ini dan
saat yang akan datang. Kegiatan belajar tentang
profesionalisasi, yaitu usaha untuk mengembangkan profesi

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 111

melalui pendidikan prajabatan dan pendidikan dalam jabatan,


sehingga pelayanan kepada pemakai (klien) akan semakin
meningkat.
2. Perlunya profesionalisasi dalam pendidikan
Bersedia atau tidak, setiap anggota profesi harus
meningkatkan kemampuannya, demikian pula dengan guru,
harus pula meningkatkan kemampuannya untuk memberikan
pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Lebih khusus
bagi Sanusi. et. Al. (1991:23) mengajukan enam asumsi yang
melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan (dan
bukan dilakukan secara asal saja), yakni sebagai berikut:
a) Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan,
pengetahuan, emosi, dan perasaan dan dapat
dikembangkan sesuai dengan potensi; sementara itu
pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang
menghargai martabat manusia.
b) Pendidikan dilakukan secara internasional, yakni secara
sadar bertujuan, maka pendidikan menjadi normatif yang
diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara
universal, nasional, maupun lokal, yang merupakan acuan
para pendidik, peserta didik dan pengelola pendidikan.
c) Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka
hipotesis dalam menjawab permasalahan pendidikan.
d) Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia,
yakni manusia mempunyai potensi yang baik untuk
berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan itu adalah usaha
untuk mengembangkan potensi unggul tersebut.

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 112

e) Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni sitausi di


mana terjadi dialog antara peserta didik dengan pendidik
yang memungkinkan peserta didik tumbu ke arah yang
dikehendaki oleh pendidik agar selaras dengan nilai-nilai
yang di junjung tinggi masyarakat.
f) Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan,
yaitu menjadikan manusia sebagai manusia yang baik
(dimensi intrinsic) dengan misi instrumental yakni yang
merupakan alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu.

Dalam keseluruhan perangkat tenaga penggerak di sektor


pendidikan nampaknya tenaga pelaksana umumnya dan guru
pada khususnya merupakan salah satu rantai yang cukup
lemah. Kalangan guru sendiripun menyadari akan hal ini. Oleh
karena itu munculah berbagai usaha untuk menghasilkan
“guru yang lebih berkualitas”.
Di banyak tempat, kita masih menemukan guru berada di
dalam situasi yang kurang menguntungkan untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Banyak
guru yang ditempatkan di dalam ruang yang penuh sesak
dengan subjek didik (anak didik) dengan perlengkapan yang
kurang memadai, dengan dukungan manajerial yang kurang
muktahir.
Pendidikan yang baik, sebagaimana yang diharapkan
oleh masyarakat modern dewasa ini dan sifatnya yang selalu
menantang, mengharuskan adanya pendidik yang baik hal ini
berarti bahwa di masyarakat diperlukan pemimpin yang baik,
dirumah diperlukan orang tua yang baik, dan di sekolah

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 113

diperlukan guru yang baik. Akan tetapi dengan ketiadaan


pegangan tentang persyaratan pendidikan profesional maka
hal ini menyebabkan timbulnya bermacam-macam tafsiran
orang tentang arti guru yang baik, tegasnya guru profesional.
Guru profesional yang memiliki kemampuan profesional,
personal, dan sosial.

E. Manfaat Profesi Kependidikan

Tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi.


Karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya.
Seseorang yang memiliki profesi tertentu, disebut profesional.
Pendidikan pada hakikatnya adalah alat untuk menyiapkan
sumber daya manusia yang bermoral dan berkualitas unggul.
Dalam mencapai tujuan pendidikan, guru tidak semata-mata
sebagai “pengajar’ yang melakukan “transfer of value” dan
sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan
dan menuntun siswa dalam belajar.
Bekal kognitif yang dimiliki seorang guru merupakan bekal
agar peserta didik memiliki ilmu yang memadai dan
menguasai materi pelajaran tertentu, serta kompetensi yang
telah ditentukan oleh lembaga pendidikan. Dalam hal ini,
diperlukan metode yang efektif dan efisien sehingga
materi/stimulus yang diterapkan guru dalam kesehariannya,
yang merupakan bekal dalam melahirkan peserta didik yang
bermoral, beretika, sopan-santun, beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Seorang guru diharapkan menjadi manajer dan pemimpin.
Maksud manajer disini ialah guru dapat memantau ketaatan

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 114

peraturan yang telah dibuatnya dan dilaksanakan bersama-


sama dengan peserta didik, sedangkan maksud pemimpin
disini ialah guru dapat berpikir, memberikan solusi, dan
mengambil langkah-langkah supaya produktivitas meningkat.
Guru harus dapat memberikan layanan manajemen
pendidikan.
Secara garis besar, artinya ialah mengatur,
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Pendidikan
berarti usaha sadar untuk mengubah peserta didik agar
mereka mengalami perubahan nilai-nilai ke arah yang lebih
baik. Berbicara mengenai manajemen kependidikan, erat
kaitannya dengan kurikulum. Terdapat tiga tahap dengan
manajemen pendidikan, yaitu:
a. Tahap perencanaan,
b. Tahap pelaksanaan,
c. Tahap evaluasi.

Beberapa upaya dan kewajiban diatas adalah beberapa


kiat-kiat untuk menjadi seseorang yang profesional. Profesi
kependidikan sangat penting karena pendidikan dilaksanakan
sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapakan.
Untuk melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan
pengadaan tenaga pendidikan sampai pada usaha
peningkatan mutu tenaga kependidikan.
Didalam prosesnya kita harus ingat bahwa siswa
bukanlah sebuah manusia tetapi merupakan seorang
manusia. Pengetahuan yang diberikan padanya merupakan
bahan untuk membentuk pribadi yang utuh, membentuk

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 115

konsep berpikir, sikap jiwa dan menyentuh afeksi yang


terdalam. Oleh sebab itu guru tidak hanya dituntut memiliki
pengetahuan dan terampil saja dibidangnya, juga harus
memiliki seni mengajar. Sehingga dalam proses belajar
mengajar mampu menciptakan situasi belajar yang
mengandung makna relasi interpersonal sehingga siswa
merasa ’diorangkan’ atau menjadi diri sendiri agar mampu
menerima pelajaran dengan baik. Guru yang profesional
dituntut untuk menciptakan suasana kelas yang tidak
membosankan agar para siswa tetap nyaman dalam
melaksanakan proses belajar dengan baik.
Oleh karenanya manfaat profesi kependidikan diharapkan
untuk kita para pendidik mampu menjadi tenaga pendidik yang
profesional dalam melaksanakan proses belajar mengajar
agar tercapainya tujuan dari pendidikan itu sendiri.

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 116

DAFTAR REFERENSI

A. Sumber Buku
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta : Rineka Cipta.
Prihatin, Eka. 2008. Konsep pendidikan. PT. karsa mandiri
persada: Bandung
Rahmat, Abdul.2009.Think Teacher. Bandung: MQS
Publishing
Satori, Djam’an, dkk.2008.Profesi keguruan. Jakarta:
Universitas terbuka
Sunarto dan Agung Hartono. 2013. Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Yamin.2009. Menggugat Pendidikan Indonesia. Yogyakarta:
Ar-ruzz media.
B. Sumber Internet
Anonim. 2013.
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/11/tujua
n-manfaat-sasaran-pengembangan-keprofesian-
berkelanjutan.html. di akses Pada juni 2015.
Anonim.2013.https://usmangaybel.wordpress.com/2013/12/20/
pengertiantujuanlandasanprinsip-dan-peran-profesi-guru-
di-bidang-layanan-administrasi-pendidikan/. di akses
Pada 4 juni 2015.
Anonim.http://mellamela3.blog.com/konsep-fungsi-dan-tujuan-
pendidikan/. Diakses Juni 2015.
Aziz, atika. 2012.pentingnya mempelajari mata kuliah profesi
kependidikan. Diakses online di

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 117

https://educativelearning.blogspot.com/2012/02pentingny
a-mempelajari-mata-kuliah.htmal?m=1. Pada tanggal 4
juni 2015.
Nahampun, afriyance.2011. Mengapa Kita Belajar Profesi
Kependidikan.di akses oneline di
https://afriyancenahampun.blogspot.com/2011/05mengap
a-kita-belajar-profesi.html?m=1. Pada tanggal 4 juni 2015.

BAB V TUJUAN DAN MANFAAT PROFESI KEPENDIDIKAN


PROFESI KEPENDIDIKAN 118

BAB VI
PROFESI GURU PKN

A. Pengertian Profesi Pendidikan

Pendidikan sebagai variable utama dalam konteks


pembangunan bangsa dan negaranya, termasuk di Negara
Indonesia. Pendidikan yang berhasil akan menciptakan
manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat serta
tidak menyusahkan orang lain. Masyarakat dari yang paling
terbelakang sampai yang paling maju mengakui bahwa
pendidik / guru merupakan satu diantara sekian banyak
unsur pembentuk utama calon anggota masyarakat.
Tujuan penddidikan di Indonesia tertulis pada Undanng-
Undang Republik Indonesia (UURI) Nomor 20 Tahun 2003
tentang pendidikan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia (PPRI). Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 26 ayat 1 bertujuan untuk
meletakan dasar (Pidarta, Made dkk. 1991):
1. Kecerdasan.
2. Pengetahuan.
3. Kepribadian .
4. Akhlak mulia.
5. Keterampilan untuk hidup mandiri.
6. Mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan


berlangsung terus-menerus dari generasi ke generasi dimana
pun di dunia ini. Salah satu penunjang tujuan pendidikan di

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 119

Indonesia dengan adanya Profesi Pendidikan yaitu guru yang


diharapkan akan membentuk kecerdasan anak bangsa saat ini
dan seterusnya untuk membentuk watak anak bangsa yang
baik.
Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang
mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila
artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi:
kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh nafkah
yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan
dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan
berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut
daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya
sekarang dan yang akan datang. Jadi, pengertian profesi
pendidikan adalah satu kegiatan atau pekerjaan sesuai
keahliannya yang diberikan atau diajarkan kepada peserta
didik agar bisa berperan aktif dalam hidupnya sekarang dan
masa datang dalam konteks kependidikan.
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam
membangun suatu bangsa menuju peradaban modern, dan
memegang peran yang sangat penting dan strategis bagi
kehidupan manusia, karena melalui pendidikan manusia akan
dibekali dengan berbagai kemampuan untuk menghadapi
tantangan dan perubahan melalui suatu proses belajar.
Profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan
yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan
terhadap pekerjaan itu. Pengertian tersebut dapat digunakan

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 120

dalam beberapa kalimat berikut, Misalnya: Guru sebagai


profesi yang sangat mulia.Profesional menunjuk 2 hal, yaitu
orangnya dan penampilan atau kinerja orang itu dalam
melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Sebagai contoh, Dia
seorang profesional muda yang bekerja secara
profesional.Sementara Profesionalisme menunjuk kepada
derajat atau tingkat penampilan seseorang sebagai seorang
Profesional dalam melaksanakan profesi yang mulia itu.
Sebagai profesi, guru sesungguhnya memiliki status yang
sederajat dengan profesi lain seperti Dokter, Apoteker, Hakim
dan banyak lagi profesi terhomat lainnya. Karena
sesungguhnya guru sering disebut sebagai ibu dari semua
profesi. Hal ini dapat dimengerti, karena guru dapat
menghasilkan profesi lainnya

B. Ciri-Ciri Profesi

Secara istilah profesi biasa diartikan sebagai suatu bidang


pekerjaan yang didasarkan pada keahlian tertentu. Hanya saja
tidak semua orang yang mempunyai kapasitas dan keahlian
tertentu sebagai buah pendidikan yang ditempuhnya
menempuh kehidupannya dengan keahlian tersebut, maka
ada yang mensyaratkan adanya suatu sikap bahwa pemilik
keahlian tersebut akan mengabdikan dirinya pada jabatan
tersebut.

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan


dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu
profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 121

proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi


tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum,
kedokteran, keuangan, militer, teknik desainer, tenaga
pendidik (Guru/dosen).
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu
melekat pada profesi, yaitu :
a. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan
keterampilan inidimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan
pengalaman yang bertahun-tahun.
b. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini
biasanya setiappelaku profesi mendasarkan kegiatannya
pada kode etik profesi.
c. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap
pelaksana profesi harusmeletakkan kepentingan pribadi di
bawah kepentingan masyarakat.
d. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap
profesi akan selaluberkaitan dengan kepentingan
masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaanberupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan
sebagainya, makauntuk menjalankan suatu profesi harus
terlebih dahulu ada izin khusus.
e. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu
profesi

Suatu jabatan atau pekerjaan disebut profesi apabila ia


memiliki syarat syarat atau ciri ciri tertentu. Sejumlah ahli
seperti (Mc Cully, 1963 ; Tolbert, 1972 ; dan Nugent, 1981)

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 122

telah merumuskan syarat-syarat atau ciri-ciri utama dari suaru


profesi sebagai berikut:
1. Suatu profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang
memiliki fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat
menentukan.
2. Untuk mewujutkan fungsi tersebut pada butir di atas para
anggotanya (petugas dalam pekerjaan itu) harus
menampilkan pelayanan yang khusus yang didasarkan atas
teknik teknik intelektual, dan keterampilan-keterampilan
tertentu yang unik.
3. Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan
secara rutin saja, melainkan bersifat pemecahan masalah
atau penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan
dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
4. Para anggotanya memiliki kerangka ilmu yang sama yaitu
yang didasarkan atas ilmu yang jelas, sistimatis, dan
eksplisit, bukan hanya didasarkan atas akal sehat (common
sense) belaka.
5. Untuk dapat menguasai kerangka ilmu itu diperlukan
pendidikan dan latihan dalam jangka waktu yang cukup
lama.
6. Para anggotanya secara tegas dituntut memiliki kompetensi
minimum melalui prosedur seleksi, pendidikan dan latihan
serta lisensi ataupun sertifikat.
7. Dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pihak yang
dilayani para anggota memiliki kebebasan dan tanggung
jawab pribadi dalam memberikan pendapat dan
pertimbangan serta membuat keputusan tentang apa yang

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 123

akan dilakukan berkenaan dengan penyelenggaraan


pelayanan profesional yang dimaksud.
8. Para anggotanya baik perorangan maupun kelompok lebih
mementingkan pelayanan yang bersifat sosial daripada
pelayanan yang mengejar keuntungan yang bersifat
ekonomi.
9. Standar tingkah laku bagi anggotanya dirumuskan secara
tersurat (eksplisit) melalui kode etik yang benar-benar
diterapkan. Setiap pelanggaran atas kode etik dapat
dikenakan sanksi tertentu.
10. Selain berada dalam pekerjaan itu para anggotanya terus
menerus berusaha menyegarkan dan meningkatkan
kompetensinya dengan jalan mengikuti secara cermat
literature dalam bidang pekerjaan itu, menyelenggarakan
dan memahami hasil-hasil riset serta berperan serta secara
aktif dalam pertemuan pertemuan sesama anggota.

Tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri di atas, Sanusi et al


dalam dalam Soetjipto dan Raflis Kosasi ( 2007 )
mengemukakan ciri-ciri utama suatu profesi itu sebagai
berikut:
a. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial
yang menentukan (crusial).
b. Jabatan yang menuntut keterampilan /keahlian tertentu.
c. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu di dapat
melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori
dan metode ilmiah.

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 124

d. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu


yang jelas, sistematik, eksplisit, yang bukan hanya sekadar
pendapat khalayak umum.
e. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi
dengan waktu yang cukup lama.
f. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan
aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.
g. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat anggota
profesi itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol
oleh organisasi profesi.
h. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam
memberikan judgement terhadap permasalahan profesi
yang dihadapinya.
i. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi
otonom dan bebas dari campur tangan orang luar.
j. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam
masyarakat dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang
tinggi pula.

C. Ciri – Ciri Profesi Keguruan:

1. Selalu punya energi untuk siswanya


Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di
setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang
baik juga punya kemampuan mendengar dengan seksama.
2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 125

Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas


untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan
tertentu dalam setiap kelas.
3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin
yang efektif sehingga bisa mempromosikan perubahan
perilaku positif di dalam kelas.
4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan
manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku
siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara
efektif, membiasakan menanamkan rasa hormat kepada
seluruh komponen didalam kelas.
5. Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka
dengan orang tua dan membuat mereka selalu update
informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas
dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka
membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi panggilan
telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.
6. Punya harapan yang tinggi pada siswanya
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari
siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu
bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.
7. Pengetahuan tentang Kurikulum
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam
tentang kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya.

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 126

Mereka dengan sekuat tenaga memastikan pengajaran


mereka memenuhi standar-standar itu.
8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang
diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan
yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka
ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan
menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja
sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang
kolaboratif.
9. Selalu memberikan yang terbaik untuk Anak-anak dan
proses Pengajaran
Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja
dengan anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi
siswa dalam kehidupan mereka dan memahami dampak atau
pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan siswanya,
sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa.
10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang
kuat dan saling hormat menghormati dengan siswa dan
membangun hubungan yang dapat dipercaya.

D. Profesi Guru PKn

Dalam dunia pendidikan guru mempunyai peranan yang


sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia
melalui pendidikan. Profesi guru mempunyai tugas untuk
mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan
dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 127

meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, melatih


berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
siswa. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga
profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal, yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai
tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Hakikat profesi guru merupakan suatu profesi, yang
berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang
di luar bidang pendidikan.Istilah profesionalisme berasal dari
kata profesi.Profesionalisme sendiri mengandung pengertian
yaitu suatu sifat yang dimiliki oleh orang yang memegang
suatu profesi yang tercermin dari penampilan dan
pembawaannya dalam menjalankan profesinya.Guru sebagai
profesional dalam bidang pendidikan tentu harus memiliki
profesionalisme yang tinggi.Begitu pula dengan guru
Pendidikan Kewarganegaraan.
Pengertian guru sebagai profesi, secara khusus tertuang
di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 39 (1)
dan (2) dinyatakan bahwa :
1. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 128

teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan


pendidikan.
2. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi.
Dalam ketentuan umum pasal 1 butir 5 dan 6 dinyatakan
bahwa:
1. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan.
2. Pendidikan adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, Dosen, Konselor, pamong belajar,widya
iswara, tutor, instructor, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Sementara itu, dalam penjelasan atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasiona Pasal 39 ayat 1 dinyatakan bahwa:
“Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan,
pendidik, pamong belajar, pengawas, peneliti, pengembang,
pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar“.
Profesi guru adalah jabatan profesional yang memiliki
tugas pokok dalam proses pembelajaran. Uraian tugas pokok
tersebut mencakup keseluruhan unsur proses pendidikan dan
peserta didik. Tugas pokok itu hanya dapat dilaksanakan

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 129

secara profesional bila persyaratan profesional yang


ditetapkan terpenuhi.Adapun tugas guru sebagai profesi
adalah sebagai berikut:
1. Membantu peserta didik untuk mengembangkan seluruh
potensinya sehingga tumbuh dan berkembang dengan total
dan sempurna
2. Membantu anak belajar sehingga kemampuan
intelektualnya tumbuh dengan menguasai berbagai ilmu
keterampilan, pengalaman, nilai dan sikap
3. Menyampaikan berbagai ilmu pengetahuan kepada peserta
didik dengan menggunakan pendekatan dan metedologi
yang penuh dengan kreativitas sehingga kreativitas peserta
didik tumbuh dan berkembang
4. Menanamkan berbagai nilai-nilai dalam diri pesrta didik
sehingga melekat tumbuh menjadi satu dengan perilaku
peserta didik setiap hari
5. Membangun watak dan kepribadian peserta didik menjadi
orang yang memiliki watak dan kepribadian tertentu yang
diperlukan oleh masyarakat luas
6. Mengajar peserta didik bagaimana berhubungan dengan
orang lain
7. Mengembangkan peserta didik menjadi orang yang
berakhlak mulia

Guru merupakan komponen dalam belajar mengajar yang


berinteraksi langsung dengan peserta didik, sehingga dituntut
profesional.Jika memperhatikan beberapa karakteristik
profesional guru, maka sudah sewajarnya bahwa guru sebagai

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 130

profesi harus didukung oleh beberapa kompetensi.


Kompetensi sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
Menurut Hamalik (2008:59) menyebutkan bahwa guru
adalah Suatu jabatan profesional yang harus memenuhi
kriteria profesional, yang meliputi syarat-syarat fisik,
mental/kepribadian, keilmiahan/pengetahuan, dan
keterampilan. Kompetensi profesional guru selain bersumber
dari bakat seseorang untuk menjadi guru juga pendidikan
yang diselenggarakan pada pendidikan guru memegang
peranan yang penting.
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional
pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal, yang
diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengakuan keududukan guru sebagai tenaga profesional
dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Kedudukan guru sebagai
tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat
dan peran guru sebagai agen pembelajaran guna
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Terdapat didalam UUD Nomor 14 tahun 2005 dipasal 4
mengatakan bahwa Kedudukan guru sebagai tenaga
profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru
sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 131

mutu pendidikan nasional. Peran guru sebagai agen


pembelajaran berfungsi untuk untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Peran guru sebagai agen pembelajaran dalam
meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatkan kualitas
pembelajaran antara lain sebagai fasilitator, motivator,
pemacu, perekayasa pembelajaran dan pemberi inspirasi
belajar bagi peserta didik (Pasal 4 UU No 14/2005).
Tanggung jawab seorang guru serta berbagai pandangan
masyarakat terhadap peranannya telah mendorong para tokoh
dan ahli pendidikan untuk merumuskan ruang lingkup tugas,
tanggung jawab dan kualifikasi yang seharusnya dipenuhi oleh
guru, sebagai pengajar guru mempunyai tugas
menyelenggarakan proses belajar-mengajar tugas yang
mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis
besarnya meliputi minimal empat pokok, yaitu :
1. menguasai bahan pengajaran,
2. merencanakan program belajar-mengajar,
3. melaksanakan, memimpin dan mengelola proses belajar-
mengajar serta,
4. menilai dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar.
Peranan guru PKn dalam Menumbuhkan minat belajar
siswa dilakukan saat proses belajar mengajar, guru dituntut
mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan
rangsangan kepada siswa sehingga siswa berminat untuk
belajar dalam mata pelajaran pkn. Mata pelajaran PKn sangat
esensial diberikan di persekolahan di negara kita sebagai
wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil dan
berkarakter (National Character Building) yang setia dan

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 132

memiliki komitmen kepada bangsa dan negara Indonesia yang


majemuk. Selain itu, pentingnya mata pelajaran PKn diberikan
di sekolah adalah dalam rangka membina sikap dan perilaku
siswa sesuai dengan nilai moral Pancasila dan UUD 1945
serta menangkal berbagai pengaruh negatif yang datang dari
luar baik yang berkaitan dengan masalah ideologi maupun
budaya.
Guru PKn memiliki peran yang sangat besar dan dapat
mengimplementasikannya dalam tugas sehari-hari, baik di
sekolah maupun dalam masyarakat. Sebagai motivator, guru
harus mampu membangkitkan motivasi belajar, dengan
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Peserta didik akan bekerja keras kalau memiliki minat dan
perhatian terhadap pekerjaannya
b. Memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti
c. Memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi
peserta didik
d. Menggunakan hadiah dan hukuman secara efektif dan tepat
guna
e. Memberikan penilaian yang adil dan transparan

Kompetensi penguasaan bahan ajar dalam PKn


mencakup 3 aspek, yaitu memahami Pengetahuan
kewarganegaraan (Civic Knowledge), memahami
keterampilan kewarganegaraan (Civic Skills), dan memahami
Karakter Kewarganegaraan (Civic Ethic), yaitu:
1. Pengetahuan Kewarganegaraan

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 133

Pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowledge)


merupakan materi substansi yang harus diketahui oleh warga
negara, berkaitan dengan hak dan kewajiban sebagai warga
negara dan pengetahuan yang mendasar tentang struktur dan
sistem politik, pemerintahan dan sistem sosial yang ideal
sebagaimana terdokumentasi dalam Pancasila dan UUD 1945
maupun yang terkonvensi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara serta nilai-nilai universal dalam masyarakat
demokratis serta cara-cara kerjasama untuk mewujudkan
kemajuan bersama dan hidup berdampingan secara damai
dalam masyarakat internasional.
Pokok-pokok bahasan pembelajaran pengetahuan
Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)
mencakup Hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, sikap positif terhadap sistem hukum dan peradilan
nasioanal, peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan
dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM), hubungan dasar
Negara dan konstitusi, mengharagai persamaan kedudukan
warga negara dalam berbagai aspek kehidupan, sistem politik
Indonesia, budaya politik, budaya demokrasi menuju
masyarakat madani, keterbukaan dan keadilan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, hubungan internasional
dan organisasi internasional, sistem hukum dan peradilan
internasional, Pancasila sebagai ideologi terbuka, sistem
pemerintahan, peran pers dalam masyarkat demokrasi,
dampak globalisasi.
2. Keterampilan Kewarganegaraan

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 134

Keterampilan Kewarganegaraan (civic skills), merupakan


keterampilan yang dikembangkan dari pengetahuan
kewarganegaraan, agar pengetahuan yang diperoleh menjadi
sesuatu yang bermakna, yang dapat dimanfaatkan dalam
menghadapi masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Civic skills mencakup beberapa hal
yaitu intellectual skills (keterampilan intelektual) dan
participation skills (keterampilan partisipasi). Keterampilan
intelektual yangn terpenting bagi terbentuknya warga negara
yang berwawasan luas, efektif dan bertanggung jawab antara
lain berpikir kritis. Komponen keterampilan intelektual warga
negara meliputi:
a. Mengidentifikasi (menandai/menunjukkan) dibedakan
menjadi keterampilan membedakan,
mengelompokkan/mengklasifikasikan, menentukan bahwa
sesuatu itu asli.
b. Menggambarkan (memberikan uraian/ilustrasi).
c. Menjelaskan (mengklarifikasikan/menafsirkan).
d. Menganalisis menyangkut kemampuan untuk menguraikan.
e. Mengevaluasi pendapat/posisi.
f. Mengambil pendapat/posisi
g. Mempertahankan pendapat/posisi

Keterampilan partisipasi akan terwujud apabila semua


orang tanpa kecuali ikut ambil bagian sepenuhnya dalam
pemerintahan. Cita-cita demokrasi dapat diwujudkan dengan
sesungguhnya apabila setiap warga negara dapat
berpartisipasi dalam pemerintahan. Komponen keterampilan

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 135

partisipasi mencakup berinteraksi, memantau dan


mempengaruhi. Keterampilan partisipasi yang dikembangkan
dalam Pendidikan Kewarganegaraan mencakup:

a) Berinteraksi (termasuk berkomunikasi) terhadap obyek yang


berkaitan dengan masalah-masalah publik.
b) Memantau/memonitor masalah politik dan pemerintahan
terutama dalam penanganan persoalan-persoalan publik.
c) Mempengaruhi proses politik, pemerintahan baik secara
formal maupun informal.

3. Karakter Kewarganegaraan
Karakter kewarganegaraan (civic dispositions),
merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap warga
negara untuk mendukung efektivitas partisipasi politik, sistem
politik yang berfungsi sehat, berkembangnya martabat dan
harga diri serta kepentingan umum. Ciri-ciri/karakter privat
(pribadi) dan karakter publik (kemasyarakatan) meliputi:
a. Menjadi anggota masyarkat yang independen (mandiri).
b. Memenuhi tanggung jawab personal kewarganegaraan di
bidang ekonomi dan politik.
c. Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap
individu.
d. Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan
secara bijaksana dan efektif.
e. Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional yang
sehat

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 136

Komponen-kompenen tersebut harus dikembangkan oleh


Pendidikan Kewarganegaraan untuk membentuk warga
negara yang memiliki kompetensi berpikir kritis, rasional, dan
kreatif dalam menanggapi berbagai isu kewarganegaraan,
berpartisipasi secara bertanggungn jawab agar masyarakat
Indonesia dapat berdampingan dengan bangsa-bangsa lain
secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini sesuai
dengan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan yang
mengharapkan agar siswa mempunyai kemampuan:
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
menanggapi isu kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan kemasyarakatan,
berbangsa dan bernegara, serta anti-korupsi.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat
Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan
dunia secara langsung atau tidak langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Tujuan yang diharapkan tersebut akan terwujud apabila


didukung oleh guru yang menguasai materi pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan secara mendalam, dan mampu
mengaitkannya dengan kehidupan yang dialami oleh siswa.
Selain penguasaan guru terhadap materi pelajaran,
tercapainya tujuan pelajaran pendidikan kewarganegaraan

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 137

juga sangat dipengaruhi oleh penguasaan guru terhadap


pembelajaran. Tanpa adanya keterampilan guru dalam
menyampaikan materi pelajaran maka tujuan yang diharapkan
pun akan sulit dicapai.
Sebagai sebuah profesi, guru PKn dituntut memiliki empat
(4) kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional (UU No 14 tahun 2005; Permendiknas
No 16 tahun 2007). Kompetensi guru terdiri atas empat
komponen, yaitu:
a. Kompetensi pedagogik, merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-
kurangnya meliputi:
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
2) Pemahaman terhadap peserta didik.
3) Pengembangan kurikulum/silabus.
4) Perancangan pembelajaran.
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
7) Evaluasi hasil belajar.
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian, kemampuan kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi
teladan peserta didik, mencakup :
1) Mantap.
2) Stabil.
3) Dewasa.
4) Arif dan bijaksana.

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 138

5) Berwibawa.
6) Berakhlak mulia.
7) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
8) Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri.
9) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

c. Kompetensi Sosial, kemampuan guru untuk berkomunikasi


dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar, meliputi :
a) Berkomunikasi lesan, tulisan, dan/atau isyarat.
b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara f
ungsional.
c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik.
d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi profesional, kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam, meliputi:
1) Penguasaan materi.
2) Penguasaan kurikulum.
3) Penguasaan substansi keilmuan.
4) Penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuannya.

Dengan demikian, maka guru Pendidikan


Kewarganegaraan (PKn) harus memiliki kompetensi-
kompetensi tersebut. Selain itu seharusnya memiliki seperti

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 139

yang dikemukakan Tammy Belavek, yaitu seorang guru


seharusnya:
1. Memiliki misi
2. Memiliki suatu keyakinan positif bahwa dia mampu bekerja
dengan sukses bersama-sama peserta didik
3. Mengenal bahwa pilihan yang dibuat memiliki dampak yang
mendalam terhadap keberhasilan dirinya
4. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang
memungkinkan bagi guru untuk mengatasi setiap tantangan
yang mereka hadapi
5. Membangun hubungan positif dengan peserta didik, mereka
menyadari bahwa semakin banyak peserta didik percaya,
semakin banyak keinginan peserta didik untuk belajar
bersama guru
6. Membangun hubungan yang positif dengan orang tua atau
pengasuh
7. Memelihara sikap yang positif
8. Mengembangkan keterampilan berkomunikasi yang
membantu guru memotivasi dan meningkatkan efektifitas
kegiatan kelas
9. Mengetahui penggunaan waktu dan usaha untuk
memperoleh hasil yang terbaik dan kepuasan yang terbesar
di luar mengajar
10. Menjadi bagian dari keseluruhan tim sekolah
11. Mengajar peserta didik dengan strategi pilihan, sehingga
peserta didik dapat mencapai potensi dan meraih
keberhasilan.

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 140

E. Menjadi Guru PKn yang Profesional dan Smart

Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses


belajar mengajar tanpa guru sebagai pengajar maka proses
belajar mengajar tidak akan terlaksana. Oleh karena itu Guru
harus mampu mempengaruhi siswanya, berpandangan luas
dan memiliki berbagai kriteria sebagai seorang guru yang
Profesional.
Komitmen guru adalah suatu keterikatan diri terhadap
tugas dan kewajiban sebagai guru yang dapat melahirkan
tanggung jawab dan sikap reponsif dan inovatif terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Nilai
komitmen terhadap tugas atau pekerjaan dalam hal ini adalah
nilai-nilai kerja.
Guru profesional adalah guru yang menguasai profesinya,
guru profesional sangat jauh berbeda dengan guru dukun,
guru jadi-jadian, atau secara kasarnya dapat disebutkan
dengan guru-guruan. Guru yang profesional adalah guru yang
berkualifikasi dan sudah sertifikasi. Berikut ini merupakan
beberapa dari ciri guru profesional yang haru dimiliki oleh
setiap guru atau tenaga pendidik, diantaranya:
1. Guru harus selalu mempunyai tenaga untuk siswanya.
Guru yang baik akan memberi perhatian pada siswa di setiap
obrolan atau diskusi yang dilakukan dan punya kemampuan
mendengar dengan seksama.
2. Seorang guru harus mempunyai tujuan yang jelas.

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 141

Ciri guru profesional adalah menetapkan tujuan setiap


pelajaran secara jelas dan bekerja guna memenuhi tujuan
dalam setiap kelas.
3. Mempunyai keterampilan untuk mendidik agar murid
disiplin.
Guru harus mempunyai keterampilan disiplin yang efektif. Hal
ini agar bisa memberi promosi atas perubahan perilaku positif
di dalam kelas.
4. Mempunyai keterampilan manajemen di dalam kelas yang
baik.
Guru harus mempunyai keterampilan manajemen di dalam
kelas yang baik serta bisa memastikan agar perilaku siswa
menjadi baik saat siswa belajar dan bekerja sama.
5. Guru harus bisa berkomunikasi secara baik dengan orang
tua murid.
Seorang guru harus menjaga komunikasi yang baik dengan
orang tua dan bisa membuat mereka selalu mengerti tentang
informasi yang sedang terjadi.
6. Guru harus mempunyai ekspektasi yang tinggi pada
muridnya.
Guru profesional memiliki ekspektasi besar pada siswa serta
memacu semua siswa untuk terus bekerja dan mengerahkan
potensi terbaik yang mereka miliki.
7. Mempunyai pengetahuan perihal kurikulum.
Guru harus mempunyai pengetahuan yang mendalam
mengenai kurikulum sekolah dan standar yang lain. Guru
dengan sekuat tenaga akan memastikan bahwa pengajaran

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 142

yang mereka lakukan sudah memenuhi standar-standar


tersebut.
8. Mempunyai pengetahuan mengenai subyek yang diajarkan.
Meskipun sudah jelas, namun terkadang diabaikan. Guru
profesional memiliki pengetahuan yang sangat baik dan
antusiasme terhadap subyek yang diajarkan. Guru tersebut
selalu siap untuk menjawab semua pertanyaan dan
menyimpan berbahai bahan yang menarik bagi siswa.
9. Guru profesional selalu memberikan yang terbaik bagi anak
didik di dalam proses pengajaran.
Ciri guru profesional adalah selalu bergairah dalam mengajar
dan bekerja bersama dengan anak didik. Guru akan merasa
gembira ketika bisa mempengaruhi siswa dalam
kehidupannya dan memahami efek yang mereka miliki.
Jika kita lihat dari beberapa spesifikasi diatas, maka tidak
diragukan lagi bahwa guru profesional nampak lebih giat dan
semangat untuk melaksanakan pekerjaannya. Guru yang
efektif adalah yang dapat menunaikan tugas dan fungsinya
secara profesional. Selain itu, guru yang profesioal dalam
melaksanakan tugasnya memiliki beberapa ciri wajib lainnya
seperti 4 kompetensi, kematangan pribadi, sikap penuh
dedikasi, serta harus mempunyai komitmen yang tinggi.
Dengan tingkat komitmen yang tinggi dari guru diharapkan
pendidikan akan lebih siap dan mampu untuk menghadapi
segala macam tantangan dan hambatan.
Komitmen sebagai pendidik profesional dapat menjadi
modal bernilai tinggi untuk pencapaian makna keprofesionalan
guru. Komitmen guru merupakan kekuatan batin yang datang

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 143

dari dalam hati seorang guru dan kekuatan dari luar itu sendiri
tentang tugasnya yang dapat memberi pengaruh besar
terhadap sikap guru berupa tanggung jawab dan responsive
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Di era Global ini, Guru PKn adalah mempunyai tugas
memberikan pendidikan bermutu secara profesional. Dalam
kehidupan bermasyarakat di era global ini, guru PKn
diharapkan lebih bermoral dan berakhlak, memiliki segala
akses dan jaringan informasi seperti TV, buku-buku, majalah,
Koran, dan internet untuk meningkatkan profesionalnya
sekaligus memperkaya informasi mengenai perkembangan
pengetahuan dan berbagai dinamika kehidupan global,
sehingga guru dapat tampil lebih profesional dan memiliki
tanggungjawab moral profesi sebagai konsekuensinya di era
global ini.
Menghadapi tantangan-tantangan yang serba global ini,
diperlukan guru yang benar-benar profesional. Dalam konteks
ini ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru PKn guna menghadapi era global yaitu:
a. Kemampuan antisipasi
Kemampuan antisipasi merupakan kemampuan yang
harus dimiliki seorang pendidik untuk mengantisipasi dan
mencegah terjadinya masalah baik dalam proses
pembelajaran maupun masalah yang mungkin timbul diluar
pembelajaran.
b. Kemampuan mengenali dan mengatasi masalah
Seorang pendidik perlu melakukan pendekatan terhadap
peserta didiknya untuk dapat mengenali dan mengidentifikasi

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 144

masalah yang dihadapi oleh peserta didiknya baik itu yang


berkaitan dengan akademi maupun non akademi.
c. Kemampuan mengakomodasi.
Seorang guru harus mampu mengakomodasi perbedaan
yang terdapat pada peserta didiknya. Perbedaan disini dapat
berupa kebutuhan antara satu individu dengan individu lain.
Guru dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik dalam
kaitannya dengan pembelajaran seperti menyediakan
kebutuhan akan ilmu, dan sarana prasarana bila mampu.
d. Kemampuan melakukan reorientasi
Guru harus mampu melakukan reorientasi yaitu meninjau
kembali suatu wawasan dan menetukan dan membuat peserta
didiknya yakin dan termotivasi untuk mencapai tujuan
tersebut.
e. Kompetensi generik
Kemampuan generik merupakan kemampuan yang harus
dimiliki seorang pendidik yang didalamnya mencakup strategi
kognitif, dan dapat pula dikenal dengan sebutan kemampuan
kunci-kunci, kemampuan inti, kemampuan essensial, dan
kemampuan dasar.
f. Keterampilan mengatur diri.
Oleh karena itu keterampilan mengatur diri bagi seorang
guru adalah sangat mutlak diperlukan agar dapat menjalankan
segala tugasnya dengan baik.
g. keterampilan berkomunikasi.
Keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan utama
yang harus dimiliki untuk mampu membina hubungan yang
sehat dimana saja, di lingkungan sosial, sekolah, usaha dan

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 145

perkantoran, atau dimana saja. Jika keterampilan komunikasi


dimiliki maka akan sangat besar membantu meminimalisasi
potensi konflik sekaligus membuka peluang sukses.
h. Kemampuan mengelola orang dan tugas.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar
dapat mengelola peserta didiknya sekaligus tugas
keguruannya agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
i. Kemampuan mobilisasi pengembangan dan perubahan.
Kemampuan mobilisasi perkembangan dan perubahan
yaitu guru berfungsi melakukan kegiatan kreatif, menemukan
strategi, metode, cara-cara, atau konsep-konsep yang baru
dalam pengajaran agar pembelajaran bermakna dan
melahirkan pendidikan yang berkualitas.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
semangat kompetitif juga merupakan hal penting bagi guru-
guru yang profesional karena diharapkan mereka dapat
membawa atau mengantarkan peserta didiknya mengarungi
dunia ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memasuki era
global yang melek ilmu pengetahuan dan teknolog, dan sangat
kompetitif.
Di era global karakteristik guru PKn harus jelas dan tegas
dipertahankan antara lain adalah:
a. Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang mumpuni.
b. Memiliki kepribadian yang kuat dan baik.
c. Memiliki keterampilan membangkitkan minat peserta didik
dalam bidang IPTEK.
d. Kemampuan guru mengolah/ menyiasati kurikulum.

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 146

e. Kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum dengan


Iingkungan.
f. Kemampuan guru memotivasi siswa untuk belajar sendiri.
g. Kemampuan guru untuk mengintegrasikan berbagai mata
pelajaran menjadi kesatuan konsep yang utuh (perlu adanya
pembelajaran terpadu).

Selain dari karakteristik diatas, guru PKn pada saat ini


juga harus bersikap Get Connected. Perangkat yang harus
segera disiapkan oleh guru profesional adalah perubahan pola
pikir (maindset) dan pola budaya (cultureset) dari guru manual
dan amatir menjadi guru menguasai high technology dan
profesional. Satu di antara fungsi pokok dari teknologi canggih
yang harus direbut seorang guru adalah menjadi perangkat
teknologi untuk membuat dunia menjadi satu, antar individu
dan komunitas menyatu. Guru connected adalah guru yang
siap bergabung jadi warga dunia.
Guru profesional adalah manusia yang hidup di zaman ini
untuk menyiapkan manusia masa depan. Penanda paling
nyata dari manusia jaman sekarang adalah mereka yang
selalu tersambung satu dengan yang lain. Connected adalah
orang yang hidup dalam satu dunia yang saling tersambung.
Tersambung dalam berbagai sisi kehidupan, menjadi warga
dunia tanpa dibatasi tempat dan wilayah.
Guru profesional pada hakikatnya adalah mereka yang
sudah mengabdikan hidupnya untuk kebaikan manusia
universal melalui jalur pendidikan. Pencapaian kinerja
keprofesionalan guru PKn dapat diukur melalui komitmen, dan

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 147

ikhitiar dirinya untuk menjadi guru yang kompeten.


Kesungguhan guru PKn untuk membangun human relation
adalah wujudnya proses belajar sepanjang hayat, long life
education.
Guru PKn yang Profesional dan smart harus mampu
menginspirasi dirinya dan anak didik menjadi orang-orang
terus menerus berani melakukan gagasan baik, berorentasi
melakukan yang terbaik bukan sekadar wacana, bekerja
sepenuhnya, jujur dan bertanggung jawab, serta komitmen
untuk berkeunggulan.

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 148

DAFTAR REFERENSI

A. Sumber Buku
Danim, Sudarwan. 2010. Profesi Kependidikan. Bandung:
Alfabeta.
Oemar Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.
Syam, Muh Noor. 1980. Pengantar Dasar-dasar Kepedidikan.
Surabaya: Usaha Nasional.
Tirtarahardja, Umar dan S.L La Sulo. 2005. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Raneka Cipta.
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 1983 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

B. Sumber Internet
http://disdik.inhukab.go.id/index.php/component/content/article
/1384-ciri-ciri-guru-yang-profesionaldiakses pada: 3 Juni 2015
pukul: 20.07 wita
http://hamdanguangshemabu.blogspot.com/2014/04/pengertia
n-profesi.htmldiakses pada: 3 Juni 2015 pukul: 20.05 wita
http://guru-it.blogspot.com/2010/10/guru-kudu-bisa-
tekonologi.html?m=1diakses pada: 3 Juni 2015 pukul: 20.05
wita
http://tukimanpu.blogspot.com/2013/02/profesionalisme-guru-
pendidikan.htmldiakses pada: 3 Juni 2015 pukul: 20.05 wita

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 149

http://www.informasi-pendidikan.com/2003/07/cir-guru-
profesional.html?m=1diakses pada: 3 Juni 2015 pukul: 20.07
wita

BAB VI PROFESI GURUPKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 150

BAB VII
PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN
BERBASIS SEKOLAH

A. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai


model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan
dan tanggung jawab) lebih besar kepada kepala sekolah,
memberikan fleksibilitas/keluwesan kepada sekolah, dan
mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru,
siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua
siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha dan
sebagainya), untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan
kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dengan otonomi tersebut, sekolah
diberikan kewenangan dan tanggung jawab untuk mengambil
keputusan-keputusan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan
dan tuntutan sekolah serta masyarakat atau stakeholder yang
ada. Dan tidak diberkan MBS menyimpang dari peraturan-
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan otonomi yang lebih besar, sekolah memiliki
kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar dalam
mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri.
Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam
mengembangkan program-program yang, tentu saja, lebih
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan/potensi yang
dimiliki. Dengan fleksibilitas/keluwesan-keluwesannya,

BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 151

sekolah akan lebih lincah dalam mengelola dan


memanfaatkan sumber daya sekolah secara optimal.

B. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Manajemen Berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu


upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat
dan bangsa dalam penguasaan ilmu dan tekonologi. Hal
tersebut diharapkan dapat dijadikan dasar dan landasan
dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang
berkualitas dan berkelanjutan baik secara makro, meso
maupun mikro. Istilah Manajemen Berbasis sekolah (MBS)
merupakan terjemahan dari “School-Based Management”.
Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika
masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan
dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat.
MBS merupakan paradigma baru pendidikan yang
memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dalam
kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi diberikan
agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber
dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas
kebutuhan serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Pelibatan masyarakat dimaksudkan agar mereka lebih
memahami, membantu, dan mengontrol pengelolaan
pendidikan. MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi
pendidikan, yang menawarkan kepada sekolah untuk
menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi
peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi
bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf,
BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 152

menawarkan partisipasi langsung kepada kelompok terkait,


dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
pendidikan.
Agar prioritas-prioritas pemerintah dilaksanakan oleh
sekolah dan semua aktivitas sekolah yang ditujukan untuk
memberikan pelayanan kepada peserta didik sehingga dapat
belajar dengan baik, maka pemerintah perlu merumuskan
seperangkat pedoman tentang pelaksanaan MBS. Pedoman
tersebut terutama ditujukan untuk menjamin bahwa hasil
pendidikan (Student Outcome) terevaluasi dengan baik,
kebijakan pemerintah dilaksanakan secara efektif, sekolah
dioperasikan dalam rangka yang disetujui pemerintah serta
anggaran di belanjakan sesuai dengan tujuan. Manajemen
Berbasis Sekolah menuntut perubahan – perubahan tingkah
laku kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi dalam
mengoperasikan sekolah, dan karakteristik MBS bisa diketahui
antara lain dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan
kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar
pengelolaan sumber daya manusia dan pengelolaan sumber
daya administrasi.

C. Tujuan Manajemen Berbasis Sekola h

MBS bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui


pemberian kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar
kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip tata kelola sekolah yang baik yaitu partisipasi,
transparansi, dan akuntabilitas. Peningkatan kinerja sekolah

BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 153

yang dimaksud meliputi peningkatan kualitas, efektivitas,


efisiensi, produktivitas, dan inovasi pendidikan.

Dengan MBS, sekolah diharapkan makin mampu dan


berdaya dalam mengurus dan mengatur sekolahnya dengan
tetap berpegang pada koridor-koridor kebijakan pendidikan
nasional. Perlu digaris bawahi bahwa pencapaian tujuan MBS
harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola yang
baik (partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan sebagainya).

D. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah memiliki karakteristik yang perlu


dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya. Dengan
kata lain, jika sekolah ingin sukses dalam menerapkan MBS,
maka sejumlah karakteristik MBS berikut perlu dimiliki.
Berbicara karakteristik MBS tidak dapat dipisahkan dengan
karakteristik sekolah efektif. Jika MBS merupakan
wadah/kerangkanya, maka sekolah efektif merupakan isinya.
Oleh karena itu, karakteristik MBS berikut memuat secara
inklusif elemen-elemen sekolah efektif, yang dikategorikan
menjadi input, proses, dan output.
Dalam menguraikan karakteristik MBS, pendekatan
sistem yaitu input-proses-output digunakan untuk
memandunya. Hal ini didasari oleh pengertian bahwa sekolah
merupakan sistem sehingga penguraian karakteristik MBS
(yang juga karakteristik sekolah efektif) mendasarkan pada
input, proses, dan output. Selanjutnya, uraian berikut dimulai
dari output dan diakhiri input, mengingat output memiliki

BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 154

tingkat kepentingan tertinggi, sedang proses memiliki tingkat


kepentingan satu tingkat lebih rendah dari output, dan input
memiliki tingkat kepentingan dua tingkat lebih rendah dari
output.
Sekolah memiliki output yang diharapkan. Output sekolah
adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses
pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada umumnya,
output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa
prestasi akademik (academic achievement) dan output berupa
prestasi non-akademik (non-academic achievement). Output
prestasi akademik misalnya, NUN/NUS, lomba karya ilmiah
remaja, lomba (Bahasa Inggris, Matematika, Fisika), cara-cara
berpikir (kritis, kreatif/ divergen, nalar, rasional, induktif,
deduktif, dan ilmiah). Output non-akademik, misalnya
keingintahuan yang tinggi, harga diri, akhlak/budipekerti,
perilaku sosial yang baik seperti misalnya bebas narkoba,
kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi
terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi,
kedisiplinan, kerajinan, prestasi olahraga, kesenian, dan
kepramukaan.
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah
karakteristik proses sebagai berikut:
1. Proses Belajar Mengajar yang Efektivitasnya Tinggi
Sekolah yang menerapkan MBS memiliki efektivitas
proses belajar mengajar (PBM) yang tinggi. Ini ditunjukkan
oleh sifat PBM yang menekankan pada pemberdayaan
peserta didik. PBM bukan sekadar memorisasi dan recall,
bukan sekadar penekanan pada penguasaan pengetahuan
BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 155

tentang apa yang diajarkan (logos), akan tetapi lebih


menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan
sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan
dihayati (ethos) serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari-
hari oleh peserta didik (pathos). PBM yang efektif juga lebih
menekankan pada belajar mengetahui (learning to know),
belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama
(learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri
(learning to be).
2. Kepemimpinan Sekolah yang Kuat
Pada sekolah yang menerapkan MBS, kepala sekolah
memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan,
menggerakkan, dan menyerasikan semua sumberdaya
pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah
merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah
untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran
sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan
secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala
sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan
kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil
keputusan dan inisiatif/prakarsa untuk meningkatkan mutu
sekolah. Secara umum, kepala sekolah tangguh memiliki
kemampuan memobilisasi sumberdaya sekolah, terutama
sumberdaya manusia, untuk mencapai tujuan sekolah.
3. Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib
Sekolah memiliki lingkungan (iklim) belajar yang aman,
tertib, dan nyaman sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung dengan nyaman (enjoyable learning). Karena itu,
BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 156

sekolah yang efektif selalu menciptakan iklim sekolah yang


aman, nyaman, tertib melalui pengupayaan faktor-faktor yang
dapat menumbuhkan iklim tersebut. Dalam hal ini, peranan
kepala sekolah sangat penting sekali.
4. Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif
Tenaga Kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa
dari sekolah. Sekolah hanyalah merupakan wadah. Sekolah
yang menerapkan MBS menyadari tentang hal ini. Oleh
karena itu, pengelolaan tenaga kependidikan, mulai dari
analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi
kinerja, hubungan kerja, hingga sampai pada imbal jasa,
merupakan garapan penting bagi seorang kepala sekolah.
Terlebih-lebih pada pengembangan tenaga kependidikan, ini
harus dilakukan secara terus-menerus mengingat kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesat.
Pendeknya, tenaga kependidikan yang diperlukan untuk
menyukseskan MBS adalah tenaga kependidikan yang
mempunyai komitmen tinggi, selalu mampu dan sanggup
menjalankan tugasnya dengan baik.
5. Sekolah Memiliki Budaya Mutu
Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah,
sehingga setiap perilaku selalu didasari oleh profesionalisme.
Budaya mutu memiliki elemen-elemen sebagai berikut: (a)
informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan, bukan
untuk mengadili/mengontrol orang; (b) kewenangan harus
sebatas tanggungjawab; (c) hasil harus diikuti penghargaan
(rewards) atau sanksi (punishment); (d) kolaborasi dan sinergi,
bukan kompetisi, harus merupakan basis untuk kerjasama; (e)
BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 157

warga sekolah merasa aman terhadap pekerjaannya; (f)


atmosfir keadilan (fairness) harus ditanamkan; (g) imbal jasa
harus sepadan dengan nilai pekerjaannya; dan (h) warga
sekolah merasa memiliki sekolah.
6. Sekolah Memiliki Teamwork yang Kompak, Cerdas, dan
Dinamis
Kebersamaan (teamwork) merupakan karakteristik yang
dituntut oleh MBS, karena output pendidikan merupakan hasil
kolektif warga sekolah, bukan hasil individual. Karena itu,
budaya kerjasama antar fungsi dalam sekolah, antar individu
dalam sekolah, harus merupakan kebiasaan hidup sehari-hari
warga sekolah.
7. Sekolah Memiliki Kewenangan
Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan yang
terbaik bagi sekolahnya sehingga dituntut untuk memiliki
kemampuan dan kesanggupan kerja yang tidak selalu
menggantungkan pada atasan. Untuk menjadi mandiri,
sekolah harus memiliki sumberdaya yang cukup untuk
menjalankan tugas dan fungsinya, baik sumberdaya manusia
maupun sumberdaya selebihnya yaitu peralatan,
perlengkapan, perbekalan, dana, dan bahan/material.

8. Partisipasi yang Tinggi dari Warga Sekolah dan


Masyarakat
Sekolah yang menerapkan MBS memiliki karakteristik
bahwa partisipasi warga sekolah dan masyarakat merupakan
bagian kehidupannya. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa
makin tinggi tingkat partisipasi, makin besar rasa memiliki;
BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 158

makin besar rasa memiliki, makin besar pula rasa


tanggungjawab; dan makin besar rasa tanggungjawab, makin
besar pula tingkat dedikasinya.
9. Sekolah Memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen
Keterbukaan/transparansi dalam pengelolaan sekolah
merupakan karakteristik sekolah yang menerapkan MBS.
Keterbukaan/transparansi ini ditunjukkan dalam pengambilan
keputusan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan,
penggunaan uang, dan sebagainya, yang selalu melibatkan
pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol.
10. Sekolah Memiliki Kemauan untuk Berubah (psikologis dan
pisik)
Perubahan harus merupakan sesuatu yang
menyenangkan bagi semua warga sekolah. Sebaliknya,
kemapanan merupakan musuh sekolah. Tentu saja yang
dimaksud perubahan adalah peningkatan, baik bersifat fisik
maupun psikologis. Artinya, setiap dilakukan perubahan,
hasilnya diharapkan lebih baik dari sebelumnya (ada
peningkatan) terutama mutu peserta didik.
11. Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan secara
Berkelanjutan
Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditujukan
untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta
didik, tetapi yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan
hasil evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki dan
menyempurnakan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh
karena itu, fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam
rangka meningkatkan mutu peserta didik dan mutu sekolah
BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 159

secara keseluruhan dan secara terus menerus. Perbaikan


secara terus-menerus harus merupakan kebiasaan warga
sekolah. Tiada hari tanpa perbaikan. Karena itu, sistem mutu
yang baku sebagai acuan bagi perbaikan harus ada. Sistem
mutu yang dimaksud harus mencakup struktur organisasi,
tanggungjawab, prosedur, proses dan sumberdaya untuk
menerapkan manajemen mutu.
12. Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan
Sekolah selalu tanggap/responsif terhadap berbagai
aspirasi yang muncul bagi peningkatan mutu. Karena itu,
sekolah selalu membaca lingkungan dan menanggapinya
secara cepat dan tepat. Bahkan, sekolah tidak hanya mampu
menyesuaikan terhadap perubahan/tuntutan, akan tetapi juga
mampu mengantisipasi hal-hal yang mungkin bakal terjadi.
Menjemput bola, adalah padanan kata yang tepat bagi istilah
antisipatif.
13. Memiliki Komunikasi yang Baik
Sekolah yang efektif umumnya memiliki komunikasi yang
baik, terutama antar warga sekolah, dan juga sekolah-
masyarakat, sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
masing-masing warga sekolah dapat diketahui. Dengan cara
ini, maka keterpaduan semua kegiatan sekolah dapat
diupayakan untuk mencapai tujuan dan sasaran sekolah yang
telah dipatok. Selain itu, komunikasi yang baik juga akan
membentuk teamwork yang kuat, kompak, dan cerdas,
sehingga berbagai kegiatan sekolah dapat dilakukan secara
merata oleh warga sekolah.
14. Sekolah Memiliki Akuntabilitas
BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 160

Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban yang


harus dilakukan sekolah terhadap keberhasilan program yang
telah dilaksanakan. Akuntabilitas ini berbentuk laporan
prestasi yang dicapai dan dilaporkan kepada pemerintah,
orangtua siswa, dan masyarakat. Berdasarkan laporan hasil
program ini, pemerintah dapat menilai apakah program MBS
telah mencapai tujuan yang dikendaki atau tidak. Jika berhasil,
maka pemerintah perlu memberikan penghargaan kepada
sekolah yang bersangkutan, sehingga menjadi faktor
pendorong untuk terus meningkatkan kinerjanya di masa yang
akan datang. Sebaliknya jika program tidak berhasil, maka
pemerintah perlu memberikan teguran sebagai hukuman atas
kinerjanya yang dianggap tidak memenuhi syarat.
Demikian pula, para orangtua siswa dan anggota
masyarakat dapat memberikan penilaian apakah program ini
dapat meningkatkan prestasi anak-anaknya secara individual
dan kinerja sekolah secara keseluruhan. Jika berhasil, maka
orangtua peserta didik perlu memberikan semangat dan
dorongan untuk peningkatan program yang akan datang. Jika
kurang berhasil, maka orangtua siswa dan masyarakat berhak
meminta pertanggungjawaban dan penjelasan sekolah atas
kegagalan program MBS yang telah dilakukan.
Dengan cara ini, maka sekolah tidak akan main-main
dalam melaksanakan program pada tahun-tahun yang akan
datang.
15. Manajemen Lingkungan Hidup Sekolah Bagus
Sekolah efektif melaksanakan manajemen lingkungan
hidup sekolah secara efektif. Sekolah memiliki perencanaan,
BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 161

pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan


pengevaluasian pendidikan kecakapan hidup (program
adiwiyata) yang dikembangkan secara terus menerus dari
waktu ke waktu. Sekolah melakukan upaya-upaya untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran
warga sekolah tentang nilai-nilai lingkungan hidup dan mampu
mengubah perilaku dan sikap warga sekolah untuk menuju
lingkungan hidup yang sehat.
16. Sekolah memiliki Kemampuan Menjaga Sustainabilitas
Sekolah yang efektif juga memiliki kemampuan untuk
menjaga kelangsungan hidupnya (sustainabilitasnya) baik
dalam program maupun pendanaannya. Sustainabilitas
program dapat dilihat dari keberlanjutan program-program
yang telah dirintis sebelumnya dan bahkan berkembang
menjadi program-program baru yang belum pernah ada
sebelumnya. Sustainabilitas pendanaan dapat ditunjukkan
oleh kemampuan sekolah dalam mempertahankan besarnya
dana yang dimiliki dan bahkan makin besar jumlahnya.
Sekolah memiliki kemampuan menggali sumberdana dari
masyarakat, dan tidak sepenuhnya menggantungkan subsidi
dari pemerintah bagi sekolah-sekolah negeri.

E. Peran Guru PKn dalam Manajemen Berbasis Sekolah

Dari ciri-ciri diatas Manajemen berbasis sekolah juga


menuntut Peran guru PPKn juga memiliki kewenangan dan
tanggung jawab didalam kelas dalam hal ngajar-mengajar
bagaimana seorang murid mampu berkembang dengan

BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 162

Kreatifitas yang dimilikinya. Berikut Peran Guru PPKn dalam


Manajemen berbasih Sekolah:
1. Guru Mengembangkan Rancangan Pembelajaran
Perancangan pembelajaran kelas yang baik, jelasnya
guru, mengetahui kekuatan dan kelemahan siswanya dan dia
tahu tantangan yang terkandung dalam kurikulum. Dia
memiliki ragam strategi pembelajaran yang dapat digunakan
untuk membangkitkan kekuatan siswa yang dapat mengurangi
kelemahanynya. Dan karena hampir semua pembelajran perlu
memiliki strategi menyeluruh yang membantu keseluruhan
kelas mengkoordinasikan kegiatannya. Dalam hal ini guru
berperan sebagai perancang pembelajaran kelas. Seorang
guru adalah seorang sutradara dan juga aktor yang
memainkan jalan cerita tetapi sekaligus sebagai penonton
karena dia harus mengamati apa yang terjadi dalam proses
tersebut. Ada tiga Hal pokok yang akan di bicarakan dalam
kegiatan belajar ini.
a. Hakikat Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran adalah sebagai proses
implementasi kurikulum, menuntut peran guru untuk
mengartikulasikan kurikulum dan bahan ajaran serta
mengembangkan dan mengimplementasikan program-
program pembelajaran dalam suatu tindakan yang akurat dan
adekuat. Peran ini hanya mungkin dilakukan jika guru
memahami betul tujuan dan isi kurikulum serta segala
perangkatnya untuk mewujudkan proses pembelajaran yang
optimal.
b. Prosedur Pengembangan Rancangan Pembelajaran
BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 163

Selanjutnya kita membahas bagaimana suatu rancangan


pembelajaran dikelas, yang mencakup rancangan jangka
pendek yang disebut satuan acara pelajaran dan rancangan
jangka panjang yang disebut rencana unit pengajaran
dikembangkan kegiatan dalam menyusun rancangan-
rancangan ini akan mencakup:
1. Analisis Kurikulum
Kurikulum dituangkan suatu dokumen intinya
menggambarkan cakupan bahan ajar yang harus diajarkan
dalam tingkatan kelas dan kurun waktu tertentu.
Didalam praktek seorang guru dituntut mengartikulasi
kurikulum dalam ragam dan rentangpengalaman belajar
peserta didik. Artikulasi dan implementasi kurikulum yang ideal
tadi akan sangat bersifat kontekstual dan bergantung kepada
kondisi obyektif guru maupun peserta didik. Oleh karena itu,
sangat mungkin apa yang dilaksanakan dalam praktek tidak
sepenuhnya mewujudkan hal-hal ideal yang terkandung dalam
kurikulum tersebut. Dengan kata lain kurikulum yang
terlaksana (implemented curicullum) tidak selalu identik
dengan kurikulum ideal.
Dalam hal ini seorang guru perlu melakukan analisis
kurikulum yang dimaksudkan untuk merumuskan rencana dan
bahan ajar yang lebih bermakna sesuai dengan
perkembangan peserta didik. Ada tiga hal yang perlu
dipertimbangkan dalam melakukan analisis kurikulum, yaitu:
a) Total waktu yang anda miliki untuk menangani topik-topik
utama yang harus diajarkan

BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 164

b) Asumsi-asumsi yang anda gunakan tentang pengetahuan


dan keterampilan awal peserta didik untuk memulai
mempelajari toipik-topik baru.
c) Tujuan umum belajar yang dirumuskna untuk siswa.

2. Tujuan Pembelajaran
Ada empat tipe tujuan pembelajaran. Kesatu tujuan
keperilakukan, rumusan tujuan yang dalam bentuk perilaku
siswa yang dapat diobservasi, diukur, dan diuji bahwa siswa
sudah menguasai dengan baik perilaku yang harus dicapai
secara khusus. Kedua tujuan pemecahan masalah,
merumuskan pembelajaran siswa dalam proses untuk
menggunakan pikiran melalui pengkajian isu yang tak memiliki
pemecahan spesifik. Ketiga tujuan Eksprestif, merumuskan
pembelajaran siswa kedalam tingkat pengalaman tinggi yang
bermakna secara individual apakah sebelumnya sudah
diantisipasi atau belum. Keempat tujuan Afektif lebih terfokus
kepada respon-respon emosional terhadap kurikulum dan
pengajaran.
3. Rancangan Kegiatan Pembelajaran
Ada Tiga Aspek dalam Rancangan kegiatan pembelajaran
yaitu:
a) Kegiatan Awal
Memperkenalkan Topik baru kepada siswa, perlu diingat
bahwa siswa harus dibantu memahami topik itu dalam konteks
keseluruhan pengajaran.
b) Rancangan untuk Kegiatan Inti Pembelajaran

BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 165

Banyak ragam konsep dan pemikiran tentang bagaimana


proses dan kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Ada yang
melihat sebagai suatu “siklus pelajaran“ yang
mengorganisasikan kegiatan mengajar kedalam aspek-aspek
rangkaian arah kegiatan guru (Hunter, 1984). Ini berarti bahwa
banyak ragam rancangan yang dilaksanakan dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang
beraneka ragam pula.
c) Kegiatan Penutup
Guru membimbing siswa untuk merumuskan ikhtiar yang
bertujuan untuk:
1) Mengkaji ulang butir-butir penting dari isi dan kegiatan
pembelajaran,
2) Memungkinkan siswa merefleksikan pembelajaram dan
menggambarkan kumpulan dari pengalaman
pembelajaran, serta
3) Memberikan gambaran tentang pembelajaran yang akan
datang.

4. Perencanaan Evaluasi
Salah satu komponen penting dari keseluruhan
perencanaaan pembelajaran adalah perencanaan untuk
mengetahui apakah setelah kurun waktu tertentu siswa anda
memperoleh kemajuan sesuai dengan pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan atau apakah siswa anda siap mencapai
tujuan yang lebih kompleks. Tujuan-tujuan yang sudah
dirumuskan baik tujuan keprilakuan, pemecahan masalah,
maupun tujuan ekspresif menjadi landasan untuk mengetahui
BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 166

dan mengukur tingkat pencapaian tujuan dan kemajuan siswa.


Semua kegiatan evaluasi ini disebut evaluasi sumatif, yaitu
evaluasi yang merangkum seluruh hasil belajar siswa pada
jangka waktu tertentu. Evalusi lain yang perlu dirancang
adalah evaluasi formatif, evaluasi ini dimaksudkan untuk
melihat kemajuan siswa pada saat kegiatan pembelajaran
langsung.
c. Rancangan Unit Pembelajaran
Dalam kaitan dengan rancangan pembelajaran, anda
perli membedakan tujuan unit dan tujuan satuan pelajaran.
Tujuan unit akan mencakup beberapa minggu kegiatan dan
satuan pelajaran sebelum siswa dapat menguasai
keseluruhannya. Satuan-satuan pelajaran akan terbangun
dalam suatu kesatuan yang tertata kedalam suatu unit yang
kohesif.
Setelah satuan-satuan pelajaran itu ditata, hal penting
yang perlu dicek ulang ialah konsistensi antara tujuan,
kegiatan dan evaluasi. Adalah hal yang penting juga untuk
dilakukan pengecekan konsistensi silang antara satuan
pelajaran untuk meyakinkan bahwa satuan-satuan pelajaran
yang sudah dirancang itu memungkinkan siswa mencapai
tujuan unit.
2. Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen
a. Mengapa Perlu Manajemen Kelas
Proses pembelajaran adalah proses membantu siswa
belajar, yang ditandai dengan perubahan perilaku baik dalam
aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Seorang guru
hanya dapat dikatakan telah melakukan kegiatan
BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 167

pembelajaran jikan terjadi perubahan perilaku pada diri


peserta didik sebagai akibat dari kegiatan tersebut. Ada
hubungan fungsional antara perbuatan guru mengajar dengan
perubahan perilaku peserta didik. Artinya proses pembelajaran
itu memberikan dampak kepada perkembangan peserta didik.
Tampaknya tidak ada aspek yang dibicarakan sesering
manajemen kelas, dan menjadi kepedulian calon guru, guru
pemula, atau guru berpengalaman. Alasannya cukup
sederhana, ialah bahwa manajemen kelas merupakan
perangkat perilaku yang kompleks dimana guru
menggunakannya untuk mengembangkan dan memelihara
kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran secara efisien. Dengan kata lain,
manajemen kelas yang efektif menjadi prasyarat utama bagi
pembelajaran yang efektif. Manajemen kelas dapat dipandang
sebagai tugas guru yang amat fundamental.
b. Delapan Pendekatan dalam Manajemen Kelas
Tidak ada satu pendekatan apapun yang dianggap sebagai
pendekatan terbaik dalam manajemen kelas. Oleh karena itu,
seorang guru memang perlu memahami berbagai pendekatan,
yang secara ringkas akan dicoba didiskusikan didalam uraian
berikut ini.
1) Pendekatan Otoriter, pendekatan ini memandang bahwa
manajemen kelas adalah proses mengendalikan perilaku
peserta didik. Dalam posisi ini, peranan guru adalah
mengembangkan dan memelihara aturan atau disiplin
didalam kelas. Tekanan utamanya terletak pada menjaga
ketertiban dan memelihara kendali melalui penanaman
BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 168

disiplin. Didalam pendekatan ini disiplin adalah sama


dengan manajemen kelas.
2) Pendekatan Intimidasi, pendekatan ini juga memandang
manajemen kelas sebagai proses mengendalikan perilaku
peserta didik. Lain halnya dengan pendekatan otoriter
pendekatan intimidasi tampak lebih dilandasi oleh asumsi
bahwa perilaku peserta didik paling baik dikendalikan oleh
perilaku guru. Perilaku yang dimaksud seperti
menyalahkan, mengancam, memaksa, menolak. Peran
guru adalah mengiring peserta didik berprilaku sesuai
dengan keinginan guru sehingga mereka merasa takut
untuk melanggarnya.
3) Pendekatan Permisif, esensi pendekatan terletak pada
peran guru memaksimalkan kebebasan peserta didik
merasa bebas melakukan apa yang mereka mau. Jika hal
itu tidak dilakukan maka yang terjadi adalah proses
menghambat perkembangan peserta didik.
4) Pendekatan Buku Masak, berdasarakan atas konsep
teoritik atau landasan psikologis tertentu. Pendekatan ini
berdasarkan kombinasi dari berbagai pandangan,
merupakan resep bagi guru. Pendekatan ini disajikan
dalam bentuk daftar tentang apa yang hendaknya
dilakukan dan tidak dilakukan guru di dalam mereaksi
berbagai situasi bermasalah.
5) Pendekatan instruksional, manajemen kelas didasarkan
pada suatu keyakinan bahwa perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran yang cermat (careful) akan
mencegah muncul perilaku bermasalah. Pendekatan ini
BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 169

menekankan bahwa perilaku guru dalam pembelajaran


ialah mencegah atau menghentikan perilaku peserta didik
yang tidak tepat. Peran guru ialah merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran yang baik, yaitu
pembelajaran yang sesuai dengan kebutusan dan minat
pererta didik, dan yang memotivasi peserta didik.
6) Pendekatan Modifikasi Perilaku, pendekatan ini
memandang manajemen kelas sebagai proses
memodifikasi perilaku peserta didik. Peran guru adalah
adalah mempercepat tercapainya perilaku yang
dikehendaki dan mengurangi atau menekan perilaku yang
tidak dikehendaki. Dengan kata lain, guru membantu
peserta didik mempelajarai perilaku yang tepat dengan
menggunkan prinsip-prinsip pengkondisian dan penguatan.
7) Pendekatan ketujuh memandang manajemen kelas
sebagai proses menciptakaniklim sosio-emosional yang
positif didalam kelas. Asumsi dari pendekatan ini ialah
bahwa belajar dapat dimaksimalkan didalam iklim kelas
yang positif, dan iklim semacam ini muncul dari hubungan
antara pribadi yang positif antara guru-peserta didik
maupun peserta didik- peserta didik. Oleh karena itu, peran
guru adalah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas
yang positif melalui pengembangan hubungan antara
pribadi yang sehat.
8) Pendekatan kedelapan, menempatkan kelas sebagai suatu
sistem sosial dimana proses kelompok dalam sistem
tersebut menjadi hal penting yang paling utama. Asumsi
dasarnya ialah bahwa pembelajaran itu terjadi didalam
BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 170

kelompok. Oleh karena itu, hakikat dan perilaku kelompok


kelas dipandang sebagai faktor yang memiliki pengaruh
berarti (signitifikan) terhadap belajar, bahkan dalam proses
belajar individual sekalipun. Peran guru ialah mempercepat
perkembangan dan terwujudnya kelompok kelas yang
efektif.
9) Kedelapan posisi yang dikemukakan diatas
menggambarkan perbedaan dari delapan pendekatan
manajemen kelas, dengan masing-masing keyakinan, akan
tetapi tidak ada satu pendekatan pun yang teruji paling
baik. Oleh karena itu, anda sebagai guru didorong untuk
menyerap pendekatan-pendekatan tersebut dan tidak
hanya bertolak dari satu pendekatan.

c) Pembelajaran dan Manajemen


Dilihat dari kacamata tugas guru, pembelajaran akan
menyangkut dua perangkat kegiatan yaitu: Mengajar dan
Manajemen. Kegiatan mengajar dimaksudkan untuk
membantu peserta didik mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Mendiagnosis kebutuhan peserta didik, perencanaan
pengajaran, penyajian informasi, mengajukan pertanyaan, dan
menilai kemajuan peserta didik adalah berbagai contoh
kegiatan mengajar. Sedangkan kegiatan manajerial
dimaksudkan untuk menciptakan dan memelihara kondisi
yang memungkinkan pembelajaran berlangsung dengan
afektif dan efisien. Pemberian hukuman dan ganjaran,
pengembangan rapport (hubungan akrab) antara guru dan

BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 171

peseta didik, pengembangan norma kelompok yang produktif


merupakan contoh berbagai kegiatan manajerial.

BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 172

DAFTAR REFERENSI

A. Sumber Buku
Satori, Kartadinata, Yusuf, Ahman (2001). Profesi Keguruan I,
Jakarta . Universitas Terbuka, Depdiknas.

B.Sumber Internet
Arofah, Firdaus. 2013:11. Konsep Dasar Manajemen Berbasis
Sekolah. Online. Tersedia diwebsite:
http://arofahfirdaus.blogspot.com/2013/11/konsep-dasar-
manajemen-berbasis-sekolah.html
Mulyana, Aina. 2011:12. Manajemen Berbasis Sekolah.
Online. Tersedia diwebsite:
http://ainamulyana.blogspot.com/2011/12/manaemen-
berbasis-sekolah-mbs.html
Nazamuddin, Ana. 2013:03. Arti Tujuan dan Karakteristik
Manajemen. Online. Tersedia diwebsite: http://ana-
nazamuddin.blogspot.com/2013/03/arti-tujuan-dan-
karakteristik-manajemen.html

BAB VII PERAN GURU PKN DALAM MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH
PROFESI KEPENDIDIKAN 173

BAB VIII

GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI

A. Guru dengan Mata Pelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan (Pkn)

a. Definisi Guru

Dalam falsafah jawa guru diartikan sebagai sosok tauladan


yang harus di “gugu lan ditiru”. Dalam konteks falsafah jawa ini
guru dianggap sebagai pribadi yang tidak hanya bertugas
mendidik dan mentransformasi pengetahuan di dalam kelas
saja, melainkan lebih dari itu Guru dianggap sebagai sumber
informasi bagi perkembangan kemajuan masyarakat ke arah
yang lebih baik. Dengan demikian tugas dn fungsi guru tidak
hanya terbatas di dalam kelas saja melainkan jauh lebih
kompleks dan dalam makna yang lebih luas. Oleh karena itu
dalam msyarakat jawa seorang guru dituntut pandai dan
mampu menjadi ujung tombak dalam setiap aspek
perkembangan masyarakat (multi talent).
Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Pengertian guru diperluas menjadi pendidik yang
dibutuhkan secara dikotomis tentang pendidikan. Pada bab XI

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 174

tentang pendidik dan tenaga kependidikan. Dijelaskan pada


ayat 2 yakni pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran. Hasil motivasi berprestasi, melakukan
bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Husnul Chotimah (2008) Guru dalam pegertian sederhana
adalah orang yang memfasilitasi proses peralihan ilmu
pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik.
Dri Atmaka (2004: 17) pendidik adalah orang dewasa
yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada
anak didik dalam perkembangan baik jasmani maupun
rohaninya. Agar tercapai tingkat kedewasaan mampu berdiri
sendiri memenuhi tugasnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk
sosial dan mahluk individu yang mandiri.
E. Mulyasa (2003: 53) pendidik harus memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional.
Ahmadi (1977: 109) pendidik adalah sebagai peran
pembimbing dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa
merasa aman dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan
prestasi yang dicapai mendapat penghargaan dan perhatian
sehingga dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa.

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 175

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 288) guru adalah


orang yang pekerjaannya, mata pencahariannya, dan
profesinya mengajar.
b. Tugas, Peran dan Fungsi Guru

Guru adalah figur seorang pemimpin. Bila di pahami tugas


Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin
keilmuan yang harus dapat diajarkannya, ia harus juga
mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar untuk
aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka
untuk mampu menguasai pengetahuan yang dalam, juga
membantu mereka untuk dapat menguasai satu dasar
kebudayaan yang kuat. Jadi bagi guru-guru juga perlu
diberikan dasar pendidikan umum.
Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa
dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk
membentuk dan membangun kepribadiaan anak didik menjadi
seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa dan
negara. Guru harus bertanggung jawab atas segala sikap dan
tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa
dan watak anak didik.
Tugas seorang guru jika di kelompokkan terbagi menjadi
tiga jenis, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas
kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Guru
merupakan profesi / jabatan yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat
dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan
walaupun kenyataannya masih dilakukan orang diluar

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 176

pendidikan itulah sebabnya jenis profesi ini palin mudah


terkena pencemaran.tugas guru sebagai profesi meliputi
mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai- nilai hidup. Mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi.sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan – keterampilan pada siswa.
Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru
untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik,
mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai
suatu profesi. Guru hendaklah dapat membantu anaka
didiknya meneruskan dan mengembangkan nilai- nilai hidup,
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
mengembangkan serta menerapkannya dalam kehidupan
demi masa depan mereka.
Tugas guru dalam bidang kemanusian disekolah harus
dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.ia harus
mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para
siswannya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya
dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila
seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik,
maka kegagalan pertama ia tidak akan dapat menanamkan
benih pengajaranya itu kepada siswanya. Para siswa akan
enggan mengahadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran tidak
dapat diserap sehinnga setiap lapisan masyarakat (homo
ludens, homopuber, dan homo sapiens) dapat di mengerti bila
mengahadapi guru.

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 177

Menurut WF Connell (1972) membedakan tujuh peran


seorang guru yaitu:
1) Pendidik (nurturer) Peran guru sebagai pendidik (nurturer)
merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas
memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas
pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas
yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu
menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma
hidup dalam keluarga dan masyarakat.
2) Model, Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak.
Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi
contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku
pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat
harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh
masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar
negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka
tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai
Pancasila.
3) Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam
pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar
fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan
keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan
spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar
yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku
sosial anak.
4) Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut
untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 178

agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang


dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan
keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada
pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas
profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun
tugas kemanusiaan.
5) Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan.
Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang
memerlukan bantuan dalam mengembangkan
kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui
pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.
6) Peranan guru sebagai komunikator pembangunan
masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif
dalam pembangunan di segala bidang yang sedang
dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada
bidang-bidang dikuasainya.
7) Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya
sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai
administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh
karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi
teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar
mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab
administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana
mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya
merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah
melaksanakan tugasnya dengan baik.

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 179

Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting,


apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-
lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah tengah
lintasan perjalan zaman dengan teknologi yang cancing dan
segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung
memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan
seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri.
Selain memiliki tugas, guru juga memiliki fungsi yang tidak
kalah pentingnya dalam dunia pendidikan. ada beberapa
fungsi guru sebagai pendidik atau siapa saja yang telah
menerjunkan diri menjadi guru, yaitu:
a. Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana
nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Nilai yang berbeda
ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan masyarakat.
b. Informator
Sebagai informotory, guru harus dapat memberikan
informasi perkembangan ilmu penegtahuan dan teknologi,
selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata
pelajaranyang telah diprogramkan dalam kurikilum.
c. Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong
anak didik agar bergairah dan aktif belajar.
d. Inisiator
Dalam fungsinya sebagai inisiator, guru harus dapat
menjadi pencetus ide- ide kemajuan dalam pendidikan dan
pengajaran.
e. Pembimbing

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 180

Peran guru yang tidak kalah penting dari semua peran


yang telah disebutkan diatas, adalag sebagai pembimbing.
Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru
disekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi
manusia dewasa susila yang cakap.
f. Supervisor
Sebagai supervior, guru hendaknya dapat membantu,
memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses
pengajaran.

d. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn)

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)


merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
negara yang berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila
dan UUD 1945, cerdas dan terampil menurut Helmi Hasan
(2004) bahwa Civic Education itu adalah pembelajaran,
dimana guru dan siswa harus mampu mengawasi kebijkan
pemerintah. Sementara itu menurut Yulinar Nur (2004) melihat
ada tiga kompetensi yang harus diperhatikan guru dalam PKn
yang mampu mengotrol kebijakan pemerintah, yaitu (1),
peserta didik mampu berpikir kritis, rasional dan kreatif, dalam
merespon isu-isu Kewarganegaraan, (2), peserta didik mampu
berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan (3),
peserta didik mampu membentuk diri berdasakan kepada

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 181

karakter-karakter positif masyarakat Indonesia dan


masyarakat dunia yang demokratis.
Sebagai mana lazimnya semua mata pelajaran, mata
pelajaran PKn memiliki visi, misi, tujuan dan ruang lingkup isi,
visi mata pelajaran PKn adalah terwujudnya suatu pelajaran
yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa
(Nation and Character Building) dan pemberdayaan warga
negara. Adapun misi pelajaran PKn adalah membentuk warga
negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup
melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
berbangsa, dan bernegara sesuai dengan UUD 1945,
sementara tujuan PKn adalah (1), peserta didik memiliki
kemampuan berfikir secara rasional, kritis, dan kreatif
sehingga mampu memahami berbagai wacana
kewarganegaraan, (2), peserta didik memiliki keterampilan
intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis
dan bertanggung jawab, (3), peserta didik memiliki watak dan
kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Sejalan dengan tujuan PKn, aspek-aspek kompetensi
yang hendak dikembangkan dalam Pembelajaran PKn
mencakup Pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowledge)
yang menyangkut berbagai teori dan konsep politik, hukum,
dan moral, Keterampilan Kewarganegaraan (civic sklils),
meliputi keterempilan intelektual (Intelectual Skills ),
keterampilan berpartisipasi (Paticipatory skills) dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Karakter
Kewarganegaraan (civic disposition ) ini merupakan dimensi

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 182

yang paling substansif dan essensial dalam pembelajaran


PKn, karena dengan menguasai pengetahuan
kewarganegaraan dan keterampilan kewarganegaraan akan
membentuk watak/karakter, sikap dan kebiasaan hidup sehari-
hari yang mencerminkan warga negara yang baik. Misalnya,
religius, jujur, adil, demokratis, menghargai perbedaan,
menghormati hukum, menghormati HAM, memiliki semangat
kebangsaan yang kuat, rela berkorban dan sebagainya.
Jika dilihat dari karakteristik pembelajaran PKn di atas,
implikasinya lebih banyak kepada pengetahuan
kewarganegaraan yang lebih banyak meliputi pengetahuan
tentang hak dan kewajiban warga negara, HAM, prinsip-
prinsip dan proses demokrasi, lembaga-lembaga negara dan
keterampilan intelektual dalam merespons berbagai persoalan
politik dan hukum, kurang terlihat adanya pembentukan
karakter bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
seperti yang diajarkan dalam Pendidikan Moral Pancasila
(PMP) dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn).

e. Guru PPKn

Guru PPKn adalah seorang pengajar yang berfokus


melakukan kegiatan proses pembelajaran pada mata
pelajaran (khusus) dibidangnya yaitu Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan.Tugas, Peran , dan Fungsi Guru PPKn
,sebagai berikut:
1) Membentuk Karakter peserta didik sebagai Warga Negara
yang baik.

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 183

2) Menanamkan nilai-nilai Pancasila, UUD Negara RI 1945,


Bhinneka Tunggal Ika , dan NKRI kepada pesertadidik
sebagai generasi penerus WNI dalam kehidupan
bermasyarakat , berbangsa , dan bernegara.
3) Membentuk karakter peseta didik yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , bermoral
,beretika , berakhlak baik, dan memiliki Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi.
4) Menanamkan sikap rasa kekeluargaan , kegotongroyongan
, toleransi , saling mengahargai , musyarawarah , da cinta
tanah air (Nasionalisme) kepada peserta didik.
5) Mensosialisaikan kepada masyarakat tentang 4 Pilar
Bernegara , yaitu : Pancasila ,UUD Negara RI 1945 ,
Bhinneka Tunggal Ika , dan NKRI.

B. Guru PPKn yang Bermental Mandiri

a. Definisi mandiri
Definisi mandiri menurut kamus besar bahasa indonesia yaitu
keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang
lain.Menurut Sudarsono, manusia itu pribadi , ia mandiri,
memiliki akal budi, tahu apa yang akan dilakukan dan
mengapa ia melakukan. Kemudian dijabarkan sebagai
kemampuan untuk menegakkan kehendaknya, menentukan
sendiri setiap perbuatannya, mampu mengembangkan diri
dan tampil sebagai totalitas pribadi yang mantap dan
harmonis, juga memiliki pribadi yang utuh.
b. Guru Bermental Mandiri

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 184

Sumbangan pemikiran kami dalam usaha menjawab masalah


bagaimana mempersiapkan manusia-manusia bermental
mandiri di lingkungan sekolah-sekolah, tentu saja bertolak dari
fakta tentang kelemahan-kelemahan dalam praktek
pendidikan formal kita pada dewasa ini. Sekolah-
sekolahmenghadapi tantangan kebutuhan masyarakat yang
cukup mendesak, yaitu mempersiapkan manusia-manusia
yang matang dalam pemikiran. Sekolah tak akan mampu
menjawab tantangan tersebut, apabila kelemahan-kelemahan
tersebut tidak dibenahi. Berikut ini adalah beberapa usaha
yang dapat ditempuh untuk mempersiapkan manusia-manusia
seutuhnya di lingkungan sekolah.
Agar Para siswa di sekolah dapat aktif membelajarkan diri
sehingga pribadi mereka dapat berkembang secara dinamis
dan kreatif, maka berikut ini disajikan pemikiran mengenai
pembenahan beberapa komponen yang sangat besar
pengaruhnya terhadap perbaikan proses belajar-mengajar di
sekolah-sekolah.
a. Pembenahan terhadap diri guru-guru
Dalam praktek, kebanyakan guru-guru masih terikat oleh
tradisi yang kurang menguntungkan bagi usaha
pengembangan pribadi anak yang dinamis dan kreatif. Sifat-
sifat guru yang statis, kurang terbuka terhadap inovasi, kurang
peka terhadap kenyataan dan tantangan hidup di dalam
masyarakat, serta kurang bertumbuh di dalam jabatan
mereka, semua ini menghambat guru yang bersangkutan
dalam usaha mendidik manusia wirausaha. Oleh karena itu
pada diri guru sangat diperlukan beberapa perubahan, antara

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 185

lain: mengubah sikap statis menjadi bersikap dinamis;


mengubah sikap tertutup terhadap inovasi menjadi terbuka
terhadap inovasi; melatih kepekaan terhadap kenyataan clan
tentang hidup di dalam masyarakat; serta mengusahakan
pertumbuhan diri dalam jabatan dengan jalan membelajarkan
diri agar memiliki kualitas pribadi yang lebih tinggi. Kalau
perlu, guru-guru dapat memberikan teladan bagi siswa dan
masyarakat, mengenai usaha-usaha kewiraswastaan. Adakah
kemungkinan bagi guru-guru untuk menjadi
wirausahawan/wirasusahawati yang berhasil.
b. Proses pendidikan pembentukan karakter mandiri
Kegiatan pendidikan harus sesuai dan memberikan warna
pada setap tahap dari tiga domain, yakni akal, hati dan amal.
Untuk membentuk karakter mandiri siswa, sebenarnya
diperlukan pelajaran khusus yang berkenaan dengan
pembentukan karakter mandiri, seperti kewirausahaan, sistem
nilai kemandirian, dan sebagainya. Namun mengingat jam
belajar siswa di sekolah sudah cukup padat, maka alternatif
yang dapat diambil adalah dengan mengintegrasikan materi
peklajaran yang ada dengan memunculkan muatan-muatan
pembentuk karakter mandiri siswa.
Kiranya guru perlu mandiri terutama pada saat berdiri
menghadapi siswa yang beragam baik sifat maupun
kemampuannya. Guru pun harus mampu menentukan sesuatu
yang menjadi ranah tanggung jawabnya. Penebaran nilai
positif yang dilakukan secara mandiri oleh guru kepada anak
didiknya akan menjadi modal kemandirian siswa dalam
menghadapi dunia nyata di kelak kemudian hari.

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 186

Guru yang mandiri mampu mengembangkan kreativitas


dalam mempersiapkan desain pembelajarannya sebagaimana
diungkapkan Shapero bahwa kemandirian sebagai akibat dari
standart kreativitas yang tinggi. Guru yang mandiri pada
dasarnya mampu tampil dalam segala cuaca , mampu
mengambil sikap dalam situasi sekritis apa pun maka menurut
Elliot dan Jacobson dalam Mukhtar penampilan pribadi yang
merupakan factor bahwa seseorang memiliki sikap yang benar
– benar mandiri tidak sekedar berbasis pada peraturan yang
telah berlaku.
Guru adalah orang yang sangat berperan dalam
keseluruhan proses belajar-mengajar di sekolah. Guru sangat
diharapkan oleh siswanya. Berbagai tantangan pasti dihadapi
oleh guru, sebab di satu sisi guru harus tegas namun di sisi
lain guru harus sabar, ramah, baik hati dan penuh pengertian.
Guru mampu memberikan tugas agar siswa terdorong untuk
mencapai tujuan. Guru harus mampu menegur , mengoreksi,
dan memberi penilaian yang objektif. Melihat tanggung jawab
yang demikian beratnya, justru guru memang harus tampil
profesional. Oleh Ballantine dijabarkan bahwa guru harus
memiliki profesionalitas yang tinggi. Artinya, guru harus
memiliki kemampuan intelektual, komitmen kuat, tanggung
jawab dan mampu memberikan servis yang baik kepada
pelanggan.
Dikaitkan dengan kepemilikan yang harus ada pada
seorang guru berarti: Pertama, guru harus memiliki
kepribadian yang bernilai sebagai pedoman hidup dan nilai
kehidupan yang meliputi sifat pribadinya yang harus baik.

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 187

Artinya dapat dipercaya dan dijadikan panutan oleh siswanya.


Segala gerak langkah seorang guru akan dinilai oleh
lingkungan terutama siswa-siswinya. Tentang kedisiplinan,
tanggung jawab, sikap, kecerdasan dan tutur katanya sangat
diperhatikan oleh anak didiknya.
Walau demikian seorang guru juga memikirkan
bagaimana penampilan di depan siswa agar tidak terjadi
kebosanan dan sikap kemasa bodohan pada siswa
berkembang. Guru harus dapat tampil luwes, dapat
menyelami pikiran dan perasaan siswa , suka humor yang
ringan-ringan, peka, adil terhadap semua siswa dan tanggap
terhadap situasi.
Kedua, guru harus memiliki tanggung jawab untuk
bertindak. Pembuatan seperangkat administrasi pembelajaran
merupakan tanggung jawab guru yang mesti dilakukan. Sekali
pun guru memiliki tanggung jawab untuk bertindak yang
berarti terkandung suatu kebebasan akan tetapi nilai-nilai
kehidupan tetap melekat erat pada diri seorang guru.
Sehingga tuntutan tugas dari pengabdian seorang guru sering
berlawanan. Misalnya, dalam bekerja hendaknya santai
namun harus selesai dan tuntas, antara konflik pribadi namun
tetap harus rukun baik dengan siswa, rekan seprofesi
maupun terhadap atasan, dan bebas dalam menentukan
langkah namun penuh tanggung jawab.
Ketiga, guru harus memiliki semangat yang tinggi dalam
bekerja. Dalam melaksanakan panggilan jiwanya sebagai
pendidik, guru memang harus rela berkorban demi kemajuan
dan peradaban siswanya. Apabila guru bekerja hanya semata-

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 188

mata mengharapkan adanya penghasilan ( reward ) maka


segala gerak dan langkahnya akan diperhitungkan
berdasarkan pendapatan yang akan diterimanya.
Akibat dari guru yang demikian ini siswa akan
terbengkalai, tidak melakukan proses pembelajaran yang
memadai. Sebaliknya, guru yang diharapkan adalah guru
yang dalam melakukan tugasnya didasarkan atas motivasi
yang tinggi, ikhlas mengabdi, semangat yang tinggi dan
mandiri. Guru yang demikian inilah sesungguhnya guru ideal.
Keempat, guru harus memilki jiwa pendidik dan
membekali diri sebagai guru yang terdidik. Artinya memahami
bahwa melaksanakan tugas sebagai guru mengandung
tantangan yang tidak sederhana. Di satu sisi harus menerima
siswa apa adanya di sisi lain harus mampu menyelami alam
pikiran siswa.
Guru hendaknya sanggup bersikap empatik, pencetus
ide, menuntun dan memberikan semangat kepada siswa untuk
berkembang lebih jauh melakukan sesuatu yang baru dan
memberikan semangat kepada setiap siswa tanpa terpaku
pada tarap kemampuan intelektual atau tingkat motivasi
belajarnya. Guru yang mandiri akan tampil menyenangkan
siswa karena ia kreatif dalam mencetuskan ide-ide baru.
Di samping itu jiwa pendidik lainnya adalah sebagai
evaluator, mampu memberikan hukuman yang mendidik dan
memberikan pujian yang menyemangatkan siswa. Hukuman
diberikan supaya siswa menghilangkan apa yang salah
sedangkan pujian diberikan supaya siswa mengulang kembali
apa yang tepat. Jiwa disiplin dalam kelas juga harus dijaga.

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 189

Maka guru yang baik pasti melakukan hal ini dengan tujuan
menciptakan suasana aman yang memungkinkan siswa untuk
belajar.
Kelima, guru harus memiliki ilmu kependidikan. Dikaitkan
dengan keberhasilan siswa dalam belajar, keberhasilan
proses pembelajaran dipengaruhi oleh kepiawaian seorang
tenaga pengajar. Efektivitas guru dan cara guru menopang
usaha belajar siswa inilah yang diharapkan tampak pada
siswa.
Menurut Winkel, ada korelasi positif antara tenaga
pengajar dengan keberhasilan siswa dalam belajar antar lain :
1) kejelasan dalam mendampingi dan mengatur tugas belajar,
2) variasi dalam penggunaan prosedur didaktif,
3) menunjukkan antusiasme dalam cara berbicara dan
bergerak,
4) perilaku yang membuat siswa berkonsentrasi pada tugas
belajar yang dihadapi, dan
5) menyelesaikan semua materi kajian yang nantinya akan
menjadi bahan ujian dalam tes.
Keterampilan didaktis yang dimiliki guru tercermin pada
kreativitas pengajarannya . Kreativitas pengajaran sendiri
tergantung dari cara guru menyajikan materi, cara guru
memberikan pujian, cara guru mengaktifkan siswa agar
merasa terlibat dalam proses belajar dan cara guru
memberikan informasi kepada siswa.
Hal-hal yang berkaitan dengan ketrampilan didaktis di
atas kecuali harus dimengerti dan dipahami oleh seorang guru
yang terpenting harus diterapkan di dalam proses

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 190

pembelajaran di sekolah. Apa artinya dimengerti dan dipahami


apabila tidak dilaksanakannya? Nah, untuk guru yang ideal,
guru yang mandiri dan profesional tentu memegang teguh
bahwa proses pembelajaran di kelas menjadi inti pokok tugas
seorang guru dari sekian deret tugas yang harus
dilakukannya. Ciri-Ciri Guru Bermental Mandiri sebagai berikut
:
1) Sibuk untuk mewujudkan aktualisasi dirinya dengan
bekerja dan memfokuskan diri bagaimana menciptakan
pekerjaan untuk orang lain dengan membuka lapangan
pekerjaan dan mensejahterakan banyak orang (khusus
untuk guru mampu memberikan pengetahuan dan ilmu
serta nilai sikap moral kepada peserta didik agar
peserta didik itu menjadi manusia yang manusiawi.
2) Lebih bergairah untuk bagaimana membuat peserta
didik itu menjadi orang pandai , cerdas , dan bermoral
baik.
3) Lebih suka bekerja dengan profesional meskipun tidak
mengharapkan penghargaan.
4) Berupaya sungguh-sungguh memahami untuk apa
mereka bekerja dan bertanya ‘bagaimana saya
memberikan sikap dan tindakan terbaik untuk
mensejahterakan orang sebanyak-banyaknya (Guru
berupaya untuk mencerdas dan memberikan
keterampilan bagi peserta didiknya agar kehidupannya
masa depan baik).
5) Bekerja demi panggilan hidup yang lebih bermakna.
Bekerja adalah kesempatan untuk menemukan Sang

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 191

Diri, mencapai tujuan beraktualisasi diri, beribadah dan


memperoleh keuntungan atau kesejahteraan.
6) Bekerja giat untuk memperoleh aset, yang tak jarang
ditujukan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan orang
banyak.
7) Sibuk mengurus bisnisnya sendiri, menciptakan
investasi dan juga sibuk mengurus sisa umurnya untuk
kehidupan yang abadi.
8) Bekerja dengan dan bersama perusahaan untuk
mengasah intuisi bisnisnya, untuk kemudian bekerja
dengan keleluasaan waktu untuk membangun bisnis
dan mewujudkan impian-impiannya.
9) Berpakaian untuk pekerjaan yang diinginkan, tampil
bersahaja, nyaman, padu-padan sesuai konteks
pekerjaan. Sesekali ia pun berani tampil beda, namun
tetap elegan dalam kesederhanaan.
10) Senantiasa berupaya bekerjasama (bersinergi) untuk
berkontribusi mencapai tujuan, mendapatkan solusi dan
demi keberhasilan bersama.
11) Memiliki sifat kontribusi dan loyalitas justru itu yang
lebih penting.
12) Berorientasi pada tujuan-akhir pekerjaan dengan
memperbaiki prosesnya. Ia pun terus mengasah diri
dengan cara menikmati dan bersungguh-sungguh
dalam prosesnya.
13) Bekerja mandiri, saling bergantung dan saling
membutuhkan dengan kelompok pendukung yang
selalu siap membantu.

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 192

14) Bekerja keras itu adalah menjadi pekerja yangcerdas


: belajar “mengganti persneling” – sejenak istirahat
yang penuh ketenangan, sekalipun singkat – setelah
bekerja keras.
15) Lebih mengandalkan untuk membangun sistem dan
menjaga kepercayaan relasi relasi.
16) Bekerja dengan lebih mengutamakan
pengembangan akhlak.
17) Lebih mengutamakan keterlibatan team untuk selalu
peka terhadap perkembangan sementara dan saling
bersinergi.

c. Guru PKn yang Bermental Mandiri

Saat ini masih banyak guru PKn yang belum kreatif dan
produktif. Mereka hanya menjadi guru yang sebatas
mengajar saja. Padahal banyak sekali yang bisa
dikembangkan dari mata pelajaran yang diampunya.
Bahkan guru bisa menjadi seorang entrepreneurship yang
handal di bidang pendidikan. Mereka tak perlu berdagang,
tetapi cukup menjadi guru yang kreatif dan produktif.
Salah satu cirinya adalah mereka mampu merancang
kegiatan pembelajaran yang efektif, dan berkualitas.
Guru PKn kreatif adalah guru yang tak pernah puas
dengan apa yang disampaikannya kepada peserta didik.
Dia berusaha menemukan cara-cara baru untuk
menemukan potensi unik siswa. Baginya, setiap tahun
harus ada kreativitas yang dikembangkan dalam dirinya.

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 193

Sehingga materi yang disampaikannya tak melulu itu-itu


saja setiap tahunnya. Bila dia mengajar sudah 10 tahun,
maka 10 tahun itulah dia mengulang materi yang itu-itu
saja tanpa ada kreativitas di dalamnya. Padahal setiap
tahun tentu kita akan mengalami peserta didik yang tidak
sama dengan tahun sebelumnya. Guru harus kreatif
dalam menyampaikan bahan ajarnya sehinggsa sampai
ke otak siswa dengan cara-cara menyenangkan. Hanya
guru-guru kreatiflah yang bisa melakukan itu.
Guru PKn produktif adalah guru kreatif yang tidak
pernah puas dengan pembelajaran yang
dilaksanakannya. Dia selalu melakukan refleksi diri
melalui penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelasnya
sendiri. Melalui kolaborasi teman sejawat, dia akan
memperbaiki kekurangannya dalam pembelajaran, dan
dituliskannya. Hal itulah yang membuatnya menjadi
produktif. Apa yang dikerjakannya selalu dituliskan. Guru
produktif PKn akan menuliskan apa yang dikerjakan dan
mengerjakan apa yang dituliskan. Konsisten dan
komitmen dalam menjaga diri untuk menulis membuatnya
menjadi guru yang produktif. Salah satu contoh yang
paling mudah adalah buku pelajaran yang diampunya
sudah dibuatnya sendiri dengan perbaikan terus menerus.
Berkaitan dengan sekuensial tiga domain di atas,
maka untuk membangun karakter mandiri diperlukan tiga
teknik yang merupakan suatu kesatuan yaitu:

1. Proses Pembentukan Akal Kemandirian

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 194

Proses pembentukan karakter mandiri berawal dari


pembentukan kemandirian akal. Akal merupakan penentu
awal dari pembentukan karakter. Untuk dapat membentuk akal
mandiri, guru sebagai ujung tombak pendidikan harus
melakukan hal-hal berikut ini:
a) Menjadi teladan dalam hal kemandirian bagi siswanya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa contoh atau keteladanan
merupakan media pembelajaran yang paling efektif.
Pengetahuan yang diberikan yang tidak terintegrasi dengan
orang yang kepribadian guru akan mubadzir .Karena siswa
lebih peka kepada apa yang dilakukan oleh gurunya dari
pada apa yang disampaikannya.
b) Selain menjadi contoh, guru tentu harus menyampaikan
pesan-pesan kemandirian dalam bentuk materi aja yang
terintegrasi dengan mata pelajaran yang sudah ada. Materi-
materi tersebut harus diberikan secara rutin sehingga
menjadi kepemilikan pemikiran siswa.
c) Sejarah merupaan catatan masa lalu yang dapat diambil
pelajaran. Siswa rata-rata menyukai sejarah. Dalam konteks
pengembangan karakter mandiri, guru perlu menyampaikan
sejarah atau profil orang-orang yang memiliki karakter
mandiri. Dengan kegiatan ini, diharapkan siswa dapat lebih
termotivasi untuk menjadi insan yang mandiri.

2. Proses Pembentukan Hati Kemandirian

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 195

Inti dari proses pembentukan hati kemandirian adalah


memunculkan kesadaran siswa untuk menjadi orang yang
mandiri. Berkenaan dengan hal tersebut, seyogyanya guru
melakuka aktivitas berikut.
a) Menggunakan stategi komunikasi pengajaran yang tepat
dan relevan dengan dunia siswa. Di sini kemampuan guru
dituntut untuk melakukan persuasif kepada siswa. Sehingga
akan muncul kesadaran akan pentingnya karakter mandiri.
b) Mata pelajaran nilai sangat berperan dalam pembentukan
hati kemandirian. Beberapa mata pelajaran yang dapat
diintegrasikan secara tepat diantaranya adalah pelajaran
agama, pelajaran moral, dan sebagainya.

3. Proses Pembentukan Amal Kemandirian


Hal yang paling menentukan dari karakter mandiri adalah
amal atau perbuatan. Tingkat ini merupakan puncak dan
bentuk internalisasi kemandirian. Dalam konteks domain amal
ini, guru harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Memberikan treatmen yang membuat siswa melakukan
perbuatan-perbuatan yang mencerminkan kemandirian.
b) Memberikan praktikum bentuk kemandirian seperti praktik
berdagang, berproduksi dan sebagainya. Kegiatan seperti
ini dapat dilakukan pada mata pelajaran seperti ekonomi,
kerajinan, dan sebagainya.

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 196

DAFTAR REFERENSI

A. Sumber Buku
Umbu Tagela Ibi Leba dan Sumardjono Padmomartono. 2014.
Profesi Kependidikan. Yogyakarta: Ombak

B.Sumber Internet
Agung . 2008 . Ciri Orang Bermental Mandiri .
(Online).Tersedia di :
https://agungmsg.wordpress.com/2008/10/21/17-ciri-orang-
bermental-mandiri/Diakses: 30 Mei 2015.
Edha Kidam . 2014 . Tugas dan Fungsi Guru .
(Online).Tersedia di :
http://edhakidam.blogspot.com/2014/10/tugas-dan-fungsi-
guru-menurut-pakar-dan.htmlDiakses: 30 Mei 2015.
Marijan. 2011. Membentuk Guru yang Berkualitas dalam
Kemandirian (Online). Tersedia di :
https://enewsletterdisdik.wordpress.com/2011/03/01/membent
uk-guru-yang-berkualitas-dalam-kemandirian/ Diakses: 30 Mei
2015.
The Jarwo . 2012. Karakteristik dan Peran Guru .
(Online).Tersedia di :
http://thejarwoo.blog.com/2012/01/18/karakteristik-dan-peran-
guru/Diakses: 30 Mei 2015.
Trigonal Media. 2015. Pengertian Guru Menurut Para Ahli
(Online).Tersedia di :
http://www.pendidikan.trigonalmedia.com/2015/03/pengertian-
guru-menurut-para-ahli.html Diakses: 30 Mei 2015.

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 197

Zona Info . 2014. Pengertian Guru Menurut Pakar


Pendidikan(Online).Tersedia di :
http://zonainfosemua.blogspot.com/2014/03/pengertian-guru-
menurut-pakar-pendidikan.htmlDiakses: 30 Mei 2015.

BAB VIII GURU PKN YANG BERMENTAL MANDIRI


PROFESI KEPENDIDIKAN 198

BAB IX
REALITA GURU PKN DI SEKOLAH

A. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi


rendahnya mutu pendidikan.

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan


oleh guru dalam mempersiapkan siswa pada kegiatan
pembelajaran di sekolah. Mencermati apa yang termuat dalam
Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 dan
Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
pasal 8, berkaitan dengan tugas guru dalam pembelajaran,
maka dapat diambil dua hal penting yaitu guru sebagai agen
pembelajaran dan kemampuan guru dalam merancang
pembelajaran.
Dengan mengkaji lebih dalam, Bab ini akan anda pahami
mengenai tujuan seorang pendidik (guru PKn) itu .
1. Membimbing peserta didik agar menjadi agar menjadi
manusia yang berjiwa pancasila (sangat
abstrak,umum,luas,dan sulit direalisasikan).
2. Menumbuhkan jiwa demokratis pada diri peserta didik
(masih bersifat umum, belum mudah direalisasi).
3. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengemukakan pendapat (lingkup terbatas dan mudah
dilaksanakan).

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 199

B. Pengertian Profesi

Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan


pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang
mengandalkan suatu keahlian, yang bertumbuh secara terus-
menerus dan mempunyai kode etik dan benaung pada suatu
organisasi., Syarat-syarat profesi keguruan khusus untuk
jabatan guru, sebenarnya juga sudah ada yang mencoba
menyusun kriterianya.misalnya National Education Association
(NEA) (1948) menyarankan kriteria berikut:
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. Jelas sekali
bahwa jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar
melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat di dominasi
kegiatan intelektual. Lebih lanjut dapat diamati, bahwa
kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota profesi ini adalah
dasar bagi persiapan dari semua kegiatan profesional
lainnya. Oleh sebab itu, mengajar sering kali disebut
sebagai ibu dari segala profesi.
2. Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus
Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang
memisahkan anggota mereka dari orang awam, dan
memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang
jabatannya. Anggota-anggota suatu profesi menguasai
bidang ilmu yang membangun keahlian mereka dan
melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran yang
tidak terdidik, dan kelompok tertentu yang ingin mencari
keuntungan. Mereka yang bergerak dibidang pendidikan
menyatakan bahwa mengajar telah mengembangkan

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 200

secara jelas bidang khusus yang sangat penting dalam


mempersiapkan guru yang berwenang.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang
lama.Yang membedakan jabatan profesional dengan non-
profesional antara lain adalah dalam penyelesaian
pendidikan melalui kurikulum, yaitu ada yang diatur
universitas atau institute atau melalui pengalaman praktek
dan pemegangan atau campuran pemegangan dan kuliah.
Persiapan profesional yang cukup lama amat perlu untuk
mendidik guru yang berwenang. Konsep ini menjelaskan
keharusan memenuhi kurikulum perguruan tinggi, yang
terdiri dari pendidikan umum, Profesional, dan khusus
sekurang-kurangnya 4 tahun bagi guru pemula (S1 di
LPTK), atau pendidikan persiapan Profesional di LPTK
paling kurang selama setahun setelah mendapat gelar
akademik S1 di perguruan tinggi artinya jabatan yang
memerlukan latihan dalam jabatan yang sinambung.
Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat
sebagai jabatan sebagai jabatan Profesional, sebab hampir
tiap tahun guru melakukan kegiatan latihan profesional.
Bahkan saat ini bermacam-macam pendidikan profesional
tambahan diikuti guru-guru dalam menyatarakan dirinya
dengan kualifikasi yang telah ditetapkan.
4. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan
yang permanen. Di Indonesia kelihatannya tidak begitu
banyak guru yang pindah kebidang lain, walaupun bukan
berarti pula bahwa jabatan guru di Indonesia mempunyai
pendapatan yang tinggi. Alasannya mungkin karena

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 201

lapangan kerja dan system pindah jabatan yang agak sulit.


Dengan demikian kriteria ini dapat dipenuhi oleh jabatan
guru di Indonesia.
5. Jabatan yang menentukan bakunya sendiri. Karena jabatan
guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk
jabatan guru ini sering tidak diciptakan oleh anggota profesi
sendiri, terutama di negeri kita. Baku jabatan guru masih
sangat banyak diatur oleh pihak pemerintahan, atau pihak
lain yang menggunakan tenaga guru tersebut seperti
yayasan pendidikan swasta.
6. Jabatan yang mementingkan layanan diatas keuntungan
pribadi. Jabatan guru telah terkenal secara universal
sebagai suatu jabatan yang anggotanya termotivasi oleh
keinginan untuk membantu orang lain, bukan disebabkan
oleh keuntungan ekonomi atau keuangan. Kebanyakan guru
memilih jabatan ini berdasarkan apa yang dianggap baik
oleh mereka yakni mendapatkan kepuasan rohaniah
daripada kepuasan ekonomi atau lahiriah. Namun, tidak
berarti bahwa guru harus dibayar lebih rendah tetapi juga
jangan mengharapkan akan cepat kaya bila memilih
jabatnan guru.
7. Jabatan yang mempunyai organisasi Profesional yang kuat
dan terjalin rapat. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah semua
guru, dan ada pula Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia
(ISPI) yang mewadaih seluruh sarjana pendidikan. Di
samping itu, juga telah ada kelompok guru mata pelajaran
sejenis baik pada tingkat daerah maupun nasional.

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 202

C. Guru Sebagai Jabatan Profesional.

Jabatan guru merupakan jabatan Profesional, dan sebagai


jabatan profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi
tertentu. Kriteria jabatan profesional antara lain bahwa jabatan
itu melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh
ilmu yang khusus, memerlukan persiapan lama untuk
memangkunya, memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan, merupakan karier hidup dan keanggotaan
yang permanen, menentukan baku perilakunya,
mementingkan layanan, mempunyai organisasi Profesional,
dan mempunyai kode etik yang ditaati oleh anggotanya

D. Sosok Guru Ideal

Menjadi guru yang ideal dan inovatif adalah sebuah tuntutan


yang tak bisa dielakan. Masa depan bangsa ini ditentukan
oleh kader-kader muda bangsa, sedangkan penanggung
jawab utama masa depan mereka berada di pundak guru.
Sebab guru yang langsung berinteraksi dengan peserta didik
dalam membentuk kepriadian, memberikan pemahaman,
mengembangkan imajinasi dan cita-cita, membangkitkan
semangat dan menggerakan kekuatan mereka.
Untuk menjadi guru ideal dan inovatif, maka seorang guru
perlu melakukan beberapa hal berikut:
1. Menguasai materi pelajaran secara mendalam
Menguasai materi pelajaran adalah syarat utama menjadi
guru ideal. Seorang guru harus mengajar materi sesuai
dengan keahliannya. Guru yang ideal adalah guru yang

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 203

mengajar materi pelajaran yang menjadi bidang, bakat, dan


spesialisasinya. Bila guru tidak memiliki bidang sesuai
keahliannya maka murid bisa menjadi korban. Saat ini
tantangan dunia global semakin dinamis, kompetitif dan
akseleratif menuntut guru menyesuaikan diri dengan
pembaharuan-pembaharuan yang ada, meningkatkan
pendalaman materi dan mampu membuat teori-teori baru yang
progresif.
2. Mempunyai wawasan luas
Seorang guru harus mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi yang terjadi di belahan
dunia, sehingga cakrawala pemikirannya menjadi luas,
mendunia dan up to date. Selalu ada hal baru yang
disampaikan seorang guru akan menjadi salah satu daya tarik
murid yang bisa menggugah semangatnya mengikuti
pelajaran. Para siswa juga akan merekam penjelasan gurunya
dengan baik. Namun pemikiran guru yang luas sebaiknya
memiliki hubungan dengan materi yang diajarkan.
3. Komunikatif
Seorang guru penting berkomunikasi dengan anak
didiknya, seperti menyapa mereka dan menanyakan
bagaimana kondisinya. Guru yang suka menyapa dan
memperhatikan kondisi muridnya lebih diterima anak didiknya.
Ketika guru bertanya kepada anak didiknya, mereka merasa
diperhatikan sehingga guru dianggap bagian darinya.
Komunikasi guru tersebut sangat penting sebagai pendekatan
psikologis kepada anak didiknya. Aspek penerimaan seorang

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 204

guru menjadi faktor penting bagi kelancaran kegiatan belajar


mengajar di dalam kelas.
4. Dialogis
Tugas seorang guru tidak hanya mengajar, tapi juga
menggali potensi terbesar anak didiknya. Tugas ini sulit
terlaksana kalau dalam mengajar seorang guru hanya
mengandalkan metode ceramah, sekedar memberikan materi,
tanpa ada ruang dialog. Metode dialog interaktif melibatkan
dua atau tiga arah, misalnya murid bertanya, guru
menanggapi, lalu ditanggapi lagi oleh siswa lain. Dalam
metode dialog interaktif guru tidak boleh merasa paling benar,
pintar, dan paling tahu segala masalah.
5. Menggabungkan teori dan praktik
Bila dalam pembelajaran anak didik hanya dijejali dengan
teori tanpa ada praktik, maka mereka akan mudah jenuh.
Praktik sangat diperlukan sebagai media menurunkan,
mengendapkan, dan melekatkan pemahaman materi pada
otak anak didik. Praktik bisa berupa turun langsung ke
lapangan atau ke laboratorium. Dengan praktik, ilmu dapat
berkembang dengan pesat dan anak didik terlatih untuk
menerapkan ilmu yang dipelajari. Praktik menjadi suatu
keharusan pada semua materi, khususnya materi yang
membutuhkan aplikasi sehari-hari.

E. Realitas Guru di Indonesia Saat Ini

Indonesia mempunyai banyak guru, Namun apakah kualitas


guru di Indonesia sesuai dengan peran dan fungsinya sebagai
rahim peradaban bagi kemajuan zaman. Kualitas guru di

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 205

Indonesia perlu ditingkatkan. Hal ini dikarenakan banyak guru


yang belum mencapai tingkat pendidikan strata-1 (S1),
sertifikasi guru yang tidak tepat sasaran, dan Persepsi
masyarakat yang memandang guru sebagai jalan
mendapatkan lahan.
Pertama, Banyak guru yang belum mencapai tingkat
pendidikan S1 mempengaruhi kualitas guru sebagai tenaga
pendidik, dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah RI
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
menyatakan guru adalah pendidik profesional. Untuk itu, guru
dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana
atau Diploma IV (S1/D-IV) yang relevan dan menguasai
kompetensi sebagai agen pembelajaran.Karena tingkat
pendidikan yang dicapai juga mempengaruhi kinerja
keprofesionalan seorang guru tanpa mengesampingkan faktor
pengalaman.Contohnya, seorang guru yang lulusan D2 PGSD
dengan lama menempuh kuliah hanya 2 tahun dari
pengamatan belum matang secara emosi dan kepribadian.
Banyak dari mereka masih remaja, sehingga dalam
menghadapi siswa kurang dewasa dan kurang seimbang.
Tampaknya dibutuhkan waktu lebih lama untuk membantu
calon guru menjadi dewasa dan bersikap dewasa. Untuk
dapat membantu daya kreatif dan perkembangan anak SD
yang lebih cepat, terutama dalam segi kognitif, dibutuhkan
pendidik yang kreatif, inovatif, menguasai banyak metode
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan, situasi,

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 206

dan inteligensi anak. Menurut teori multiple intelligences


gardner, anak akan dapat dibantu mengerti lebih baik bahan
yang disampaikan, bila disampaikan sesuai dengan inteligensi
yang menonjol pada anak. Oleh karena itu, dibutuhkan Guru
yang berlatar belakang S1 yang lebih banyak menguasai
metode mengajar yang sesuai dengan intelegensia siswa
yang bermacam-macam itu.
Selanjutnya, sertifikasi guru yang tidak tepat sasaran. Hal
ini dikarenakan ternyata motivasi guru mengikuti sertifikasi
umumnya terkait aspek finansial, yaitu segera mendapat
tunjangan profesi. Program sertifikasi tersebut tidak tepat
sasaran dan tidak efisien, berapa banyak guru-guru hari ini
hanya sibuk mengejar sertifikasinya, menyusun ini dan itu
namun keawajiban dasarnya yang paling utama, ini
merupakan langkah yang tidak tepat, banyak diantara para
guru hari ini yang hanya membengkakkan jam mengajarnya,
menggenapkan jumlah jam yang ada agar masuk dalam daftar
kualifikasi sertifikasi. Di sisi lain, pemerintah mengupayakan
peningkatan mutu dan kesejahteraan guru melalaui sertifikasi
ini, namun sertifikasi tidaklah cukup sebagai upaya
mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru.
Selain itu, persepsi masyarakat yang memandang guru
sebagai jalan pintas mendapatkan lahan kerja karena kondisi
ekonomi. Dan anehnya, masyarakat itu tidak lagi memikirkan
peran dan fungsi guru yang sesungguhnya, sebab bagi
masyarakat menjadi guru bukanlah sebuah pilihan hati atau
panggilan jiwa, hal ini yang nantinya akan berdampak pada

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 207

kualitasnya sebagai seorang tenaga didik yang berpengaruh


besar dalam mennetukan kualitas dan kuantitas peserta didik
Kualitas guru yang disebabkan oleh tingkat pendidikan
yang belum mencapai S1, sasaran sertifikasi yang belum tepat
dan persepsi masyarakat yang memandang guru sebagai
jalan pintas mendapatkan lahan pekerjaan merupakan
masalah yang begitu kronik di negara ini. Kualitas tenaga
pendidik yang rendah mempertaruhkan masa depan generasi
muda Indonesia, sehingga selayaknya hal ini menjadi
tanggung jawab bersama untuk meningkatkan kualitas tenaga
pendidik.

F. Kompetensi Guru

Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari


bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan
kemampuan (Echols dan Syadily, 2002:132). Kompetensi
adalah sekumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan
yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan,
pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber
belajar. Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara
Profesional dengan memiliki dan menguasai empat
kompetensi. Kompetensi yang harus dimiliki pendidik itu
sungguh sangat ideal sebagaimana tergambar dalam
peraturan pemerintah tersebut. Karena itu guru harus selalu
belajar dengan tekun disela-sela menjalankan tugasnya.
Menjadi guru Profesional bukan pekerjaan yang mudah-untuk
tidak mengatakannya sulit, apalagi ditengah kondisi mutu guru

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 208

yang sangat buruk dalam setiap aspeknya. Berikut ini


dijelaskan mengenai hal-hal yang terkait dengan keempat
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.
a. Kompetensi Pedagogis
Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik
murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan
dengan murid yang memerlukan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya di masa depan.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan ( 2006: 88),
yang dimaksud dengan kompetensi pedagogis adalah
Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi:
(a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan (b)
Pemahaman tentang peserta didik (c) Pengembangan
kurikulum atau silabus (d) perancangan pembelajaran (e)
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis (f)
evaluasi hasil belajar (g) pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
Seorang guru harus mampu memahami hakikat
pendidikan dan konsep yang terkait dengannya. Di antaranya
yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan, konsep
pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peran
keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal
balik antara sekolah, keluarga dan masyarakat, system
pendidikan nasional, dan inovasi pendidikan. Pemahaman
yang benar tentang konsep pendidikan tersebut akan
membuat guru sadar akan posisi strategisnya di tengah
masyarakat dan peranannya yang besar bagi upaya

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 209

pencerdasan generasi bangsa. Karena itu, mereka juga sadar


bagaimana harus bersikap di sekolah dan di masyarakat, dan
bagaimana cara memenuhi kualifikasi statusnya, yaitu
sebagai guru Profesional.
c. Pemahaman tentang peserta didik
Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik,
memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya,
kemampuannya, keunggulannya dan kekurangannya,
hambatan yang dihadapi secara faktor dominan yang
mempengaruhinya (Sukmadinata, 2006: 197). Pada dasarnya
anak-anak ingin tahu, dan sebagian tugas guru
ialahmembantu perkembangan keingintahuan tersebut.
Horowitz, et al. (Darling-Hammond dan Bransford, 2005: 88)
dalam Educating Teachers for Developmentally Appropriate
Practice, menjelaskan tentang criteria guru yang baik dan
efektif sebagai berikut ini:
Guru yang baik mampu memahami bahwa mengajar
bukan hanya sekedar berbicara, dan belajar bukan hanya
sekedar mendengarkan. Guru yang efektif mampu
menunjukkan bukan hanya apa yang ingin mereka ajarkan,
namun juga bagaimana siswa dapat memahami dan
menggunakan pengetahuan dan keterampilan baru.
Selanjutnya mereka tahu apa yang dibutuhkan siswa, maka
mereka memilih tugas yang produktif, dan mereka menyusun
tugas ini melalui cara yang menimbulkan pemahaman.
Akhirnya mereka memantau keterlibatan siswa di sekolah,
balajar produktif, dan tumbuh sebagai anggota masyarakat

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 210

yang kooperatif dan bijaksana yang akan dapat berpartisipasi


di dalam masyarakat.
d. Pengembangan kurikulum atau silabus
Setiap guru menggunakan buku sebagai bahan ajar. Guru
dapat mengadaptasi materi yang akan diajarkan dari buku-
buku yang telah distandardisasi oleh Depdiknas, tepatnya
badab Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Meskipun
demikian, guru harus memperhatikan proses penggembangan
kurikulum, yang menurut Miller dan Seller (1985: 12)
mencakup tiga hal:
1) Menyusun tujuan umum (TU) dan tujuan khusus (TK)
2) Mengidentifikasi materi yang tepat
3) Memilih strategi belajar mengajar
Guru sebagai pengembang kurikulum juga diharapkan
tidak melupakan aspek moral dalam proses pembelajarannya.
Para penggembang kurikulum harus memperhatikan aspek
moral sebagaimana ditegaskan John, McNeil (1977: 213-4),
“manusia telah sadar betul bahwa tanda dasar moral,
pendekatan pemerintah, teknologi, dan materi tidak akan
cukup. Karena itu, pengembangan kurikulumharus peduli
moral.
e. Perancangan pembelajaran
Menurut Naegie (2002: 8), guru efektif mengatur kelas
mereka dengan prosedur dan mereka menyiapkannya. Dihari
pertama masuk kelas, mereka telah memikirkan apa yang
merekaingin siswa lakukan dan bagaimana hai itu harus
dilakukan.
f. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 211

Pada anak-anak dan remaja, inisiatif belajar harus muncul


dari para guru, karena pada umumnya belum memahami
pentingnya belajkar, maka guru harus mampu menyiapkan
pembelajaran yang bias menarik rasa ingin tahu siswa, yaitu
pembelajaran yang menarik, manantang, dan tidak monoton,
baik dari sisi kemasan maupun isi atau materinya.
g. Evaluasi hasil belajar
Sebagai seorang pendidik yang Profesional seorang guru
dituntut untuk mampu dalam pemahaman terhadap penilaian
pendidikan, dan kemampuannya bekerja efektif dalam dalam
penilaian. Penilaian hasil pembelajaran mencakup aspek
kognitif, psikomotor dan afektif sesuai karakteristik mata
pelajaran.
h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Pendidik harus memiliki kualifikasi dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran. Yang dimaksud mendidik
sebagai agen pembelajaran adalah peran pendidik sebagai
fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi inspirasi belajar
bagi peserta didik. (BSNP, 2006: 87)

G. Kompetensi Kepribadian

Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap


keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan
pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam
membentuk pribadi peserta didik. Kompetensi kepribadian
sangat besar pengaruhnya, terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 212

kepribadian memiliki peran dan fungsi yang sangat penting


dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan
mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta
mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa
pada umumnya. Disini guru dituntut untuk memiliki kompetensi
kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan
melandasi atau menjadi landasan bagi kompetensi-
kompetensi lainnya.

H. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai


bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki
kompetensi untuk :
a. Bekomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan,orang tua atau walipeserta
didik
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupanya


tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan
lingkungannya, oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki
kompetensi sosial yang memadaiterutama dalam kaitannya
dengan pendidikan. Dengan kompetensi sosial guru akan
mampu memfungsikan durunya sebagai makhluk sosial
dimasyarakat dan lingkungannya, sehingga mampu

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 213

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta


didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan
wali peserta didik, serta masyarakat sekitar

I. Kompetensi Profesional Guru PKn

Kata kompetensi (competency) berarti kecakapan atau


kemampuan. Diartikan juga sebagai kewenangan dalam
konteks yang berbeda, walaupun tersirat adanya hubungan
makna. Sedangkan Profesional (Profesional), diartikan
sebagai ahli (kata benda).
Pekerjaan guru adalah pekerjaan Profesional, yang
memerlukan modal , baik kecakapan maupun keterampilan
teknis serta sikap/kepribadian. Kebutuhan akan itu dipenuhi
melalui suatu proses pendidikan yang relative panjang, dalam
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Mengingat kebutuhan tenaga guru benar-benar
mencerminkan keburuhan masyarakat, mencerminkan
semangat pembaharuan dan pembangunan , maka kualifikasi
guru yang dibutuhkan adalah yang mampu dan siap berperan
secara Profesional, baik di lingkungan sekolah, maupun di
lingkungan yang lebih besar lagi yaitu masyarakat.Oleh
karena itu calon guru harus dibekali seperangkat kompetensi
yang akan mendukung tugasnya di masyarakat nanti.
Lingkup Kompetensi Guru Pendidikan Kewarganegaraan
Pemula Menurut Standar Kompetensi Guru Lulusan Program
Studi PKn Jenjang SI Standar kompetensi guru Pendidikan
Kewarganegaraan dapat dikelompokkan ke dalam 4 rumpun
,yaitu:

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 214

1. Penguasaan Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan


Penguasaan substansi pendidikan kewarganegaraan,
penguasaan keterkaitan konsep ilmu lain dengan
pembelajaran kewarganegaraan, penugasaan kerangka
dasar, struktur dan materi kurikulum pendidikan
kewarganegaraan; penugasan kemampuan menyesuaikan
materi pembelajaran kewarganegaraan dengan
perkembangan siswa, penugasan kemampuan mengelola
laboratorium pendidikan kewarganegaraan.
2. Pemahaman Peserta Didik
Pemahaman karakteristik peserta didik dan tahapan
perkembangannya dalam aspek intelektual, personal, spiritual
dan social serta peranannya dalam mengoptimalkan
perkembangan dan pembelajaran peserta didik.
3. Penguasaan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
yang Mendidik
Penguasaan prinsip-prinsip dasar proses pendidikan dan
pembelajaran serta penerapannya dalam perencanaan,
pelaksanaan, penilaian, dan pengembangan proses
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang mendidik.
4. Pengembangan Kepribadian dan Keprofesionalan
Pengembangan intuisi keagamaan, kebangsaan yang
religious dan kepribadian, pemilikan sikap dan kemampuan
mengaktualisasikan diri serta mengembangkan
profesionalisme pendidikan( Depdiknas,2004:11)
Keempat rumpun tersebut mencerminkan empat standar
kompetensi guru yang masih bersifat umum dan perlu
dikemas dengan menempatkan manusia sebagai makhluk

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 215

ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang beriman dan bertaqwa,


dsan sebagai warganegara Indonesia yang demokratis dan
bertanggung jawab.

J. Butir-Butir Kompetensi

Butir-butir kompetensi merupakan penjabaran dari standar


kompetensi yang masih bersifat umum.

Standar 1: Penguasaan bidang studi pendidikan


kewarganegaraan
1. Menguasai subtansi keilmuan bidang studi pendidikan
kewarganegaraan.
2. Mengaitkan subtansi keilmuan bidang studi pendidikan
kewarganegaraan dengan materi
kurikulum.Mengembangkan konsep pendidikan
kewarganegaraan
4. Menguasai kerangka dasar, struktur dan materi kurikulum
pendidikan kewarganegaraan.
5. Mampu menyesuaikan materi kurikulum pendidikan
kewarganegaraan dengan perkembangan siswa.
Standar II: Pemahaman peserta didik
1. Mengidentifikasikan potensi umum peserta didik yang perlu
dikembangkan.
2. Melakukan inferensi mengenai karakteristik potensi peserta
didik
3. Memiliki komitmen terhadap hak dan kewajiban peserta
didik.

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 216

4. Mampu memanfaatkan terhadap hak dan kewajiban peserta


didik.
5. Mampu mengklarifikasi cara dan gaya belajar peserta didik.
6. Bersikap dan berperilaku empati terhadap peserta didik.
7. Membimbing pengembangan karier seperti peserta didik.
Standar III: Penguasaan pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan yang mendidik.
1. Merencanakan dan merancang pembelajaran yang kreatif
dan mendidik.
2. Menguasai pendekatan, metode dan media pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan.
3. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik dalam
pendidikan kewarganegaraan.
4. Merencanakan dan membimbing praktik-belajar
kewarganegaraan.
5. Menguasai prinsip dan prosedur evaluasi proses dan hasil
belajar peserta didik dalam pendidikan kewarganegaraan.
6. Merencanakan dan melaksanakan evaluasi proses dan
hasil belajar peserta didik dalam pendidikan
kewarganegaraan.
7. Memanfaatkoan hasil evaluasi untuk perbaikan
pembelajaran.
8. Mengelola laboratorium pendidikan di sekolah.
9. Merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam rangka
meningkatkan mutu pembelajaran.
Standar IV: Pengembangan kepribadian dan keprofesionalan
1. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja.

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 217

2. Mampu menilai kinerjanya sendiri sebagai guru pendidikan


kewarganegaraan.
3. Mampu bekerja mandiri dan bekerja sama dengan orang
lain.
4. Mampu mencari sumber-sumber baru dalam bidang
studinya.
5. Memiliki komitmen terhadap profesi dan tugas profesional
guru PendidikanKewarganegaraan.
6. Memiliki komitmen terhadap profesi dan tugas profesional
guru PendidikanKewarganegaraan.
7. Mampu meningkatkan diri dalam kinerja profesional
sebagai guru Pendidikan Kewarganegaraan.

Memang pada kenyaataannya guru PKn merupakan


pendidik yang akan membentuk dan membuat moral anak
bangsa menjadi lebih baik, dan guru PKn harus menjadi
contoh yang baik terhadap anak didiknya, jika guru PKn nya
tidak beres bagaimana dia akan mengajarkan nilai yang baik
pula. Dalam era sekarang ini dibutuhkan sekali calon pendidik
terutama guru PKn yang memiliki budi luhur, dan agamis serta
memiliki moral yang baik yang akan membentuk karakter anak
bangsa menjadi lebih baik, memang sekarang ini guru PKn
sudah memiliki nilai itu tetapi dalam penerapannya masih
kurang karena kurang adanya keterwujudan yang dapat
menyokong serta mendorong terciptanya nilai-nilai tersebut,
pada kenyataan yang dihadapi sekarang guru PKn kurang
memberikan contoh serta nilai yang baik untuk mewujudkan
dan menciptakan nilai karakter yang baik. Ini karena

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 218

kurangnya dukungan dari masyarakat serta orangtua untuk


mewujudkan karakter anak.
Realitanya seorang guru PKn memang harus mencari-cari
sumber ilmu serta kajian issue untuk lebih di kaji dalam
berbagai macam permasalahan-permasalahan di masyarakat
maupun lingkungan serta media massa namun tak jarang
pada masa sekarang ini masih banyak guru PKn yang masih
menganggap permasalahan itu kurang penting, dia hanya
memberikan materi secara teori bukan praktiknya, guru PKn
yang masih sering atau lebih suka memberikan materi atau
bahan pelajaran yang membuat siswanya bosan dan jenuh
seperti memberikan bahan ajar melaui PPT kemudian
siswanya di suruh menulis lalu dijelaskan itu sangat membuat
siswa tidak bersemangat dalam proses pembelajaran, dengan
kurikulum yang sekarang siswa akan di ajak lebih aktif untuk
melakukan pembelajaran namun ketidaksiapan guru pendidik
untuk melaksanakan kurikulum 2013 ini dapat menghambat
proses belajar bagi siswa dan ketertinggalan. Seharusnya
perlu adanya peran pemerintah dalam menyokong terwuudnya
kurikulum serta guru yang Profesional and smart sehingga
terciptanya keseimbangan, ini juga dikarenakan kebanyakan
guru PKn yang sebenarnya Profesinya bukan guru PKn saat
kuliah sehingga ini menjadi ketidakjelasan dalam proses
pembelajaran walaupun orang banyak menganggap menjadi
guru PKn itu sangat mudah namun dalam pengaplikasiannya
dalam pembelajaran guru yang profesinya memang lulusan
prodi PKn dengan guru yang bukan berprofesi guru PKn akan
terlihat perbedaannya dalam mengkaji bidang keilmuannya

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 219

karena guru PKn jauh lebih menguasai ilmu atau


pembelajaran yang akan diajarkan dibandingkan guru yang
profesinya bukan guru PKn karena setiap profesi adalah
pekerjaan yang memang dituntut wajib untuk setiap orang dan
harus, serta sudah menjadi keahliannya.

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 220

DAFTAR REFERENSI

A. Sumber Buku
Musfah, Jejen.2011. Peningkatan Kompetensi Guru melalui
Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan
Praktik.Jakarta:Kencana.
Soetjipto, dan Kosasi, Raflis.2009. Profesi Keguruan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tirtarahardja umar, dan La.Sulo.2012.Pengantar Pendidikan.
Jakarta:Rineka Cipta.
Walfarianto, dan Rejeki, Sri. 2009. Pendidikan Pkn SD.
Yogyakarta.

B. Sumber Internet
Bem Fisip Pol. 2011:11. Realitas Guru di indonesia. Online.
Tersedia diwebsite:
http://bemfisipol.umy.ac.id/2011/11/realitas-guru-di-
Indonesia.html (diakses tanggal 3 Mei 2015:11.45).

BAB IX GURU REALITA GURU PKN DI SEKOLAH


PROFESI KEPENDIDIKAN 221

BAB X
TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN

A. Guru PKn di Era Globalisasi

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


menjadikan arus globalisasi berkembang semakin cepat.
Seorang pakar komunikasi yakni Alwi Dahlan (Wuryan dan
Syaifullah, 142:2013) mengatakan bahwa proses globalisasi
berjalan dengan sangat cepat, sehingga mendorong
perubahan para lembaga, pranata, dan nilai-nilai sosial
budaya (social and culture values). Lebih lanjut ditegaskan
bahwa globalisasi dapat dilihat dari dua pemaknaan, yaitu:
pertama, globalisasi diartikan sebagai sebuah proses meluas
atau mendunianya kebudayaan dunia, karena difasilitasi
media komunikasi dan informasi yang mendukung ke arah
perluasan kebudayaan itu. Pemaknaan kedua, globalisasi
diartikan proses menyempitnya ruang gerak budaya manusia.
Makna “sempit” dalam hal ini bukan berarti dunia yang
menyempit, tapi lebih kepada batas-batas geografis antar
negara yang semakin kabur atau tidak berarti, hubungan
warga negara satu dengan negara lain semakin mudah saja,
seakan-akan jarak terasa dekat sekali. Tentu saja, hal ini tidak
terlepas dari perkembangan media komunikasi dan informasi
salah satunya semakin banyak pengguna media sosial seperti
facebook, twitter, instagram dan media sosial lainnya.
Globalisasi merubah segala aspek kehidupan bernegara
tak terkecuali dunia pendidikan. Kemajuan IPTEK telah

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 222

membawa perubahan yang signifikan dalam dunia pendidikan.


Sehingga, kemampuan guru terhadap materi/bahan ajar juga
harus diikuti penguasaan teknologi dan informasi
seperti komputer, internet, dan lain-lain. Penguasaan guru
PKn terhadap materi pelajaran PKn sangat penting
guna menunjang keberhasilan pengajaran.
Globalisasi dapat berdampak positif maupun negatif bagi
pendidikan. Dampak positifnya adalah pendidikansemakin
baik dengan memiliki standar pendidikan yang sama
bagusnya atau berpotensi lebih baikdengan negara-negara
maju. Dalam praktik pendidikan seorang guru dan siswa lebih
mudah mengakses pengetahuan dari berbagai sumber di
seluruh dunia. Oleh karena itu, pendidikan berperan strategis
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama
sumber daya manusia Indonesia agar tidak kalah kompetitif
dengan sumber daya manusia dari negara-negara lainnya.
Menurut Tukira Taniredja, dkk (206:2013) mengemukakan
beberapa hal yang harus diperhatikan yang terkait dengan
pendidikan di era globalisasi:
a. Pendidikan yang mapan menjadi sesuatu yang patut untuk
mendapatkan perhatian.
b. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas, lewat pendidikan.
c. Sepanjang pendidikan masih bersifat sempit (parochial),
maka sulit diharapkan untuk dapat membangun sumber
daya manusia yang mampu bersaing di masyarakat global.
d. Standar nasional bahkan internasional pendidikan
merupakan suatu keharusan.

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 223

e. Hanya pendidikan dengan kualitas yang sangat baik yang


mampu mengantar individu di suatu negara mana pun
mampu bersaing dalam era global.

Dengan perkembangan IPTEK yang semakin pesat,


apalagi dalam perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang semakin canggih, memberi manfaat dalam
pendidikan global yang sangat berperan untuk membekali
warga Negara dengan kompetensi atau kemampuan yang
relevan dengan kebutuhan dan tuntutan kehidupan global
tersebut. pendidikan global adalah pendidikan yang diarahkan
pada pengembangan wawasan global yang mempersiapkan
anak didik generasi muda menjadi manusiawi, rasional,
sebagai warga negara yang mampu berpartisipasi dalam
kehidupan dunia yang semakin menunjukkan saling
ketergantungan.
Namun dampak burukdari globalisasi mengakibatkan
terjadinya pengikisan budaya asli Indonesia dimana banyak
pemuda-pemudi Indonesia lebih mengenal budaya dari luar
daripada budaya negara sendiri, bukan hanya itu saja,
perilaku atau moral muda-mudi Indonesia juga terpengaruh
dengan kebiasaaan negara lain. Sebagaimana pendapat yang
dikemukakan Brodjonegoro (2001:2) Globalisasi ditandai oleh
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
khususnya di bidang informasi, komunikasi, dan transportasi,
membuat dunia menjadi transparan seolah-olah menjadi
sebuah kampung tanpa mengenal batas negara. Kondisi ini
menciptakan struktur dalam kehidupan bermasyarakat,

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 224

berbangsa, dan bernegara di Indonesia, serta akan


mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan masyarakat
Indonesia. Celakanya, anak bangsa ini masih banyak yang
tidak bisa menyaring (mem-filter) budaya asing mana yang
baik dan mana yang buruk.Nilai-nilai luhur yang terkandung
dalam Pancasila dan UUD 1945 nampaknya belum terealisasi
secara optimal dalam praktik kehidupan bernegara.
Kenyataan- kenyataan ini menuntut adanya guru
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)sebagai agen
pembelajaran (learning agent) yang profesional dan cerdas
untuk menjawab masalah-masalah warga negara yang
diakibatkan oleh globalisasi, sehingga globalisasi bukan
sebagai “senjata pembunuh karakter bangsa” melainkan
menjadi sesuatu yang semakin meningkatkan kualitas warga
negara Indonesia, membangun semangat nasionalisme dan
meningkatkan eksistensi Indonesia dalam kancah
internasional. Jadi, diperlukan guru-guru PKn yang menguasai
informasi dan komunikasi dan mampu menumbuhkan jiwa-jiwa
sadar anak bangsa untuk melakukan hak dan kewajibannya
sebagai warga negara Indonesia yang baik.
Wahab dan Sapriya (35:2011) mengemukakan bahwa
PKn di Indonesia bertujuan untuk menghasilkan warga yang
demokratis yaitu warga negara yang cerdas dan
memanfaatkan kecerdasannya sebagai warga negara untuk
kemajuan diri dan lingkungannya. Seiring dengan tujuan PKn
tersebut maka diperlukan guru PKn yang demokratis. Guru
PKn yang demokratis adalah guru yang mengajar dengan
metode dan bahan ajar yang demokratis. Sebagaimana yang

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 225

sudah dikemukan sebelumnya bahwa perkembangan IPTEK


mempercepat globalisasi dimana interaksi warga negara satu
dan lainnya menjadi sangat mudah. Alhasil, pembelajaran PKn
secara demokratis akan sejalan dengan globalisasi tersebut.
Perlu kiranya mengingatkan kembali praktik pembelajaran
PKn pada masa orde lama dan orde baru dimana
pembelajaran PKn lebih mengarah kepada praktik
indoktrinisasi guna mendukung rezim yang berkuasa saat itu.
Hal ini tidak sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Pada
era globalisasi sekarang ini metode pengajaran PKn haruslah
dengan metode kontekstual yaitu pembelajaran PKn harus
dihubungkan dengan kejadian-kejadian nyata di lapangan.
Selain itu, murid harus diberikan keleluasaan untuk
mengemukakan dan memberikan pendapatnya sehingga
pembelajaran akan lebih menarik dan tidak berorientasi pada
guru saja.
Guru PKnyang profesional adalah guru yang dibutuhkan
dalam era globalisasi sekarang, dimana ia menyadari betul
bahwa pekerjaan yang ia geluti adalah pekerjaan yang
profesional yang harus ditunjang oleh keahlian dan
kemampuan tertentu yang diperoleh dari lembaga pendidikan
yang sesuai sehingga pekerjaannya berdasarkan keilmuan
yang dimiliki yang bisa dipertanggungjawabkan. Untuk itu
seorang guru perlu mempunyai kemampuan khusus, suatu
kemampuan yang tidak mungkin dipunyai oleh yang bukan
seorang guru.
Guru adalah kurikulum “hidup” (life curriculum). Apapun
kurikulumnya, hasil belajar itu tergantung gurunya. Fuad

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 226

Hassan (Ahmad Rizali, dkk, 2009:66) mantan Menteri


Pendidikan dan kebudayaan memberikan pendapatnya
tentang perkembangan pendidikan di Indonesia, ia
mengatakan “jangan terlalu ribut soal kurikulum dan
sistemnya. Itu semua bukan apa-apa, justru pelaku-pelakunya
itulah yang lebih penting diperhatikan”. Kualitas guru menjadi
permasalahan pokok dimana pun di dunia ini, karena kualitas
pendidikan tergantung dengan kualitas gurunya.
Guru sebagai tenaga kependidikan merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan tujuan pendidikan, karena guru
yang berhadapan dan berinteraksi langsung dengan peserta
didik, dengan menjalankan tugas dan perannya sebagai guru
dengan baik untuk menghasilkan output siswa yang
berkualitas. Guru merupakan sumber daya manusia yang
menjadi perencana, pelaku dan penentu tercapainya tujuan
pendidikan, salah satunya guru PPKnyang harus membentuk
murid menjadi warga negara yang baik (good citizens) dan
warga negara yang cerdas (smart citizens).

B. Eksistensi Guru PKn

Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran wajib yang


diberikan mulai Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi
sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 37 UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Oleh karena
itu, mata pelajaran ini sangat penting peranannya dalam
pendidikan di Indonesia. Mengingat pentingnya mata pelajaran
PKn, maka keberadaan guru PKn selalu diperlukan dalam
sebuah negara bahkan dapat dikatakan selama negara itu

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 227

masih ada maka diperlukan guru-guru PKn. Eksistensi guru


PKn sangat urgen untuk mengajarkan bagaimana warga
negara melaksanakan hak dan kewajibannya. Selain itu ada
hal yang paling penting yang menjadi tugas guru PKn yaitu
membentuk karakter bangsa dengan pendidikan karakter.

Pendidikan karakter sering kali disebut-sebut sebagai inti


pembelajaran PKn dan ujung tombak pendidikan. Maksudnya
PKn merupakan salah satu mata pelajaran disamping
pelajaran agama yang memiliki peran untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dalam konteks pendidikan karakter, mata
pelajaran PKn memiliki peran strategis sebagai instrumen
pendidikan karakter bangsa.NurharmiDosen Universitas Bung
Hatta dalam tulisannya menegaskan Pendidikan
Kewarganegaraanmerupakan salah satu pendidikan karakter.
Karakter adalah nilai-nilai yang melandasiperilaku manusia
berdasarkan norma agama,kebudayaan, hukum/konstitusi,
adat istiadat,dan estetika. Pendidikan karakter adalah
suatusistem penanaman nilai-nilai perilaku(karakter) kepada
warga sekolah yang meliputipengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dantindakan untuk melaksanakan nilai-nilai,
baikterhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), dirisendiri,
sesama, lingkungan, maupunkebangsaan sehingga menjadi
Insan Kamil.
Selanjutnya Creasy (Zubaedi, 2011:248) mengartikan
pendidikan karakter sebagai upaya untuk mendorong peserta
didik tumbuh dan berkembang dengan kompetensi berpikir
dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral dalam

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 228

hidupnya serta mempunyai keberanian melakukan yang


‘benar’, meskipun dihadapkan dalam berbagai tantangan.
Untuk itu, guru PKn tidak hanya memberikan teori-teori
seputar perilaku-perilaku yang baik-baik saja melainkan lebih
dari itu harus menjangkau bagaimana nilai-nilai baik yang
sudah diajarkan itu melekat di pikiran dan juga tindakan para
siswa.
Mahatmah Gandhi pernah mengatakan bahwa, “kelahiran
dan menjalankan ritual fisik tidak dapat menentukan derajat
baik atau seseorang, kualitas karakterlah satu-satunya faktor
penentu derajat seseorang“.Persoalannya adalah pada masa
sekarang banyak sekali kita menyaksikan perilaku-perilaku
menyimpang dan pelanggaran hukum yang mengganggu
kehidupan bernegara. Penulis ambil contoh kasus “Begal
Motor” yang marak terjadi pada tahun 2015 ini dimana para
pelakunya tidak segan-segan merampas motor dari pemiliknya
dengan cara-cara sadis dan tidak berperikemanusiaan.
Dengan adanya fenomena tersebut ketertiban dan keamanan
dalam menjalankan aktifitas sehari-hari menjadi
terganggu.Selain itu kasus penyalahgunaan narkoba, korupsi
yang merajalela, tawuran antar pelajar, bertambahnya praktik
prostitusi dan sebagainya merupakan kasus-kasus yang
masih mewarnai kehidupan bernegara di Indonesia.
Fenomena di atas menjadikan karakter bangsa Indonesia
yang tercermin dalam Pancasila seakan dipertanyakan, masih
kah anak bangsa ini berpedoman kepada Pancasila sebagai
dasar dan ideologi negaranya?. Apakah nilai-nilai Pancasila
sudah mulai ditinggalkan?. Pertanyaan-pertanyaan semacam

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 229

ini menjadi tugas guru PKn untuk menghidupkan kembali nilai-


nilai Pancasila sebagai salah satu sumber pendidikan karakter
bangsa Indonesia.
Guru PKn sebagai salah satu komponen penting dalam
pembelajaran PKn, seyogianya terus meningkatkan
kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan proses
pembelajaran PKn. Hal ini bertujuan untuk merubah
paradigma yang sudah terbentuk dalam pikiran siswa bahwa
pelajaran PKn itu membosankan dan hanya berisi dengan
hapalan-hapalan saja. Guru PKn dituntut agar mampu
mengajarkan materi PKn supaya lebih menyenangkan dan
lebih menyatu dengan peserta didik. Pada akhirnya, PKn akan
menciptakan warga negara yang baik (good citizens) dan
warga negara yang cerdas (smart citizens) dimana dengan
pembelajaran PKn, maka perilaku siswa dapat berubah ke
arah yang lebih baik, karena pada dasarnya pendidikan
adalah proses mengubah perilaku seseorang.

C. Permasalahan dan Tantangan Guru PKn

Masalah pendidikan guru tidak dapat dilepaskan dari masalah


kuantitas pendidikan yang berkenaan dengan penyediaan
fasilitas belajar bagi semua anak usia sekolah, penyediaan
ruang kelas, gedung dan peralatan sekolah, guru dan tenaga
kependidikan lainnya. Salah satu penyebab utama yang
menuntut pengembangan kuantitas pendidikan adalah angka
kelahiran. Meskipun persentasenya sudah semakin mengecil,
tetapi angka pertambahan kelahiran total masih cukup besar.

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 230

Hal itu menyebabkan makin besarnya jumlah calon murid ke


sekolah dasar. Membesarnya jumlah murid SD dengan
sendirinya mengakibatkan membesarnya juga jumlah siswa
SMP, SMA dan perguruan tinggi.
Penyebab lain yang mendorong pertambahan calon siswa
ke sekolah-sekolah adalah kebijaksanaan pemerintah yang
memberikan kesempatan yang luas dalam pendidikan. Selain
hal- hal yang telah disebutkan, kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan telah semakin besar dan kemampuan
ekonomi masyarakat juga telah semakin baik.
Masalah lain yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia
adalah kualitas. Masyarakat dan para ahli pendidikan banyak
yang mensinyalir bahwa mutu pendidikan dewasa ini belum
seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang mungkin
melatarbelakangi hal tersebut. Selain masih kurangnya sarana
dan fasilitas belajar yang tersedia, juga karena faktor guru. Hal
itu pun mungkin disebabkan dua hal, pertama guru belum atau
tidak bekerja dengan sungguh-sungguh dan kedua mungkin
karena kemampuan profesional guru yang memang masih
kurang.
Seperti halnya yang disampaikan dalam Seminar
Nasional PKn tanggal 4 mei 2011 di FKIP Unlam Banjarmasin
Oleh Drs. Mukhlis Takwin, SH mengatakan beberapa masalah
yang dihadapi oleh Guru PKn, antara lain :
1. Pengelolaan Kelas
Problem pokok yang dialami dan dihadapi oleh guru PKn,
baik pemula maupun yang sudah profesional adalah
pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan masalah

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 231

yang kompleks, dimana guru PKn dituntut untuk menciptakan


dan mempertahankan kondisi kelas untuk mencapai tujuan
pengajaran secara efisien dan memungkinkan anak didik
dapat belajar. Dengan kata lain, pengelolaan kelas yang
efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif.
Suatu kondisi belajar PKn yang optimal dapat tercapai jika
guru PKn mampu mengatur anak didik dan sarana
pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak
bagi terjadinya proses interaksi edukatif yang efektif.
2. Perbandingan Materi dengan Alokasi Waktu Pembelajaran
Masalah pokok yang kedua adalah keluasan materi PKn
yang tidak seimbang dengan alokasi waktu yang tersedia
pada jam pelajaran efektif di sekolah-sekolah, yakni sekitar 2
JP /minggu. Sudah bukan rahasia lagi bahwa materi PKn
sangatlah luas dan mencakup hubungan warga negara dan
negara dan pendidikan pendahuluan bela negara yang dari
masa ke masa ruang lingkup materinya mengalami perubahan
sejalan dengan dinamika dan kepentingan politik.
Dilihat dari struktur keilmuannya, Pendidikan
Kewarganegaraan paradigma baru mencakup tiga dimensi
keilmuan, yaitu Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan
(Civic Knowledge), Keterampilan Kewarganegaraan (Civic
Skills), dan Karakter atau Watak Kewarganegaraan (Civic
Dispositions). Keadaan ini berimbas pada keharusan guru
PKn memiliki wawasan luas dan mampu mengikuti
perkembangan pengetahuan regional dan global yang bisa

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 232

diperoleh melalui beragam bahan bacaan dan penguasaan


teknologi informasi seperti internet, yang bagi banyak guru
PKn menjadi sesuatu yang elit dan terabaikan, tergerus
dengan kebutuhan pokok keluarga sehari-hari.
3. Keberadaan PKn dalam Penentuan Kelulusan
Masalah ketiga adalah keberadaan mata pelajaran PKn
dalam penentuan kelulusan siswa dalam satuan pendidikan
dasar dan menengah, dimana dengan tidak termasuk pada
mata pelajaran yang di UN kan, ada kecendrungan
mengabaikan, baik oleh siswa maupun pihak sekolah akan
pentingnya materi PKn.
Hal ini sangat kentara terasa pada siswa kelas IX dan XII,
dimana menjelang UN, mata pelajaran PKn ditiadakan atau
ditinggal pada kegiatan pemadatan materi pelajaran di
sekolah-sekolah. Padahal, pada ujian sekolah untuk mata
pelajaran PKn masih banyak siswa yang mendapat nilai
dibawah standar. Ironisnya, pihak sekolah dengan alasan klise
meminta pada guru agar mata pelajaran-mata pelajaran yang
tidak di UN kan termasuk PKn, agar mendongkrak nilai ujian
sekolah tersebut demi gengsi sekolah dan untuk memenuhi
tuntutan pengguna lulusan yang mensyaratkan nilai PKn
minimal 7 untuk dapat diterima di lembaganya. Akibatnya,
posisi PKn dengan materi yang begitu penting dan wajib
seakan bias dengan kedaan nyata oleh kebijakan yang
terkesan bahwa PKn hanyalah pelengkap semata.
4. Kreativitas Pembelajaran yang kurang
Masalah keempat dari guru adalah kurang kreatifnya guru
PKn dalam membuat alat peraga, media dan penggunaan

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 233

metode pembelajaran. Selama ini masih banyak guru PKn


yang menggunakan metode ceramah saja dalam
pembelajarannya, tidak ada media lain yang digunakan.
Mereka tidak pernah berpikir untuk membuat sendiri media
pembelajarannya. Akibatnya, pembelajaran dalam Proses
Belajar Mengajar (PBM) terkesan sangat kaku, kurang
fleksibel, kuranng demokratis dan guru cenderung lebih
dominan one way method. Guru PKn mengajar lebih banyak
mengejar target yang berorientasi pada nilai ujian akhir, di
samping masih menggunakan model konvensional yang
monoton, aktivitas guru lebih dominan daripada siswa,
akibatnya guru seringkali mengabaikan proses pembinaan
tatanan nilai, sikap dan tindakan sehingga mata pelajaran PKn
tidak dianggap sebagai mata pelajaran pembinaan warga
negara yang menekankan pada kesadaran akan hak dan
kewajiban tetapi lebih cenderung menjadi mata pelajaran yang
jenuh dan membosankan.
Kalau saja para guru PKn kreatif, pasti akan banyak
ditemukan berbagai alat peraga dan media yang dapat
digunakan guru PKn untuk menyampaikan materi
pembelajarannya. Guru PKn yang kreatif tidak akan pernah
menyerah dengan keadaan. Kondisi minimnya dana, misalnya
justru akan membuat guru dapat kreatif memanfaatkan
sumber belajar lainnya yang tidak hanya berada di dalam
kelas. Seperti : Pasar, Museum, Lapangan Olahraga, Ruang
Sidang DPR, Pengadilan, dan lain-lain.
Adapun tantangan guru masa depan antara lain :
berubahnya peran guru dalam manajemen proses belajar

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 234

mengajar, kurikulum yang terdesentralisasi dan


perkembangan teknologi informasi
1. Perkembangan Teknologi Informasi
Terjadinya revolusi teknologi informasi merupakan
sebuah tantangan yang harus mampu dipecahkan secara
mendesak. Adanya perkembangan teknologi informasi yang
demikian akan mengubah pola hubungan guru-murid,
teknologi instruksional dan sistem pendidikan secara
keseluruhan. Kemampuan guru dituntut untuk menyesuaikan
hal demikian itu. Adanya revolusi informasi harus dapat
dimanfaatkan oleh bidang pendidikan sebagai alat mencapai
tujuannya dan bukan sebaliknya justru menjadi penghambat.
Untuk itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika yang
dilandasi oleh ilmu pendidikan dengan dukungan berbagai
pengalaman para praktisi pendidikan di lapangan.
Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi)
menyebabkan peranan sekolah sebagai lembaga
pendidikanakan mulai bergeser. Sekolah tidak lagi akan
menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas
belajar tidak lagi terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru
juga tidak akan menjadi satu-satunya sumber belajar karena
banyak sumber belajar dan sumber informasi yang mampu
memfasilitasi seseorang untuk belajar.
Wen (2003) seseorang usahawan teknologi mempunyai
gagasan mereformasi sistem pendidikan masa depan.
Menurutnya, apabila anak diajarkan untuk mampu belajar
sendiri, mencipta dan menjalani kehidupannya dengan berani
dan percaya diri atas fasilitas lingkungannya (keluarga dan

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 235

masyarakat) serta peran sekolah tidak hanya menekankan


untuk mendapatkan nilai-nilai ujian yang baik saja, maka akan
jauh lebih baik dapat menghasilkan generasi masa depan.
Orientasi pendidikan yang terlupakan adalah bagaimana agar
lulusan suatu sekolah dapat cukup pengetahuannya dan
kompeten dalam bidangnya, tapi juga matang dan sehat
kepribadiannya. Bahkan konsep tentang sekolah di masa yang
akan datang, menurutnya akan berubah secara drastis.
Secara fisik, sekolah tidak perlu lagi menyediakan sumber-
sumber daya yang secara tradisional berisi bangunan-
bangunan besar, tenaga yang banyak dan perangkat lainnya.
Sekolah harus bekerja sama secara komplementer dengan
sumber belajar lain terutama fasilitas internet yang telah
menjadi sekolah maya. Bagaimanapun kemajuan teknologi
informasi di masa yang akan datang, keberadaan sekolah
tetap akan diperlukan oleh masyarakat. Kita tidak dapat
menghapus sekolah, karena dengan alasan telah ada
teknologi informasi yang maju. Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi
dan peranan sekolah yang tidak dapat tergantikan, misalnya
hubungan guru-murid dalam fungsi mengembangkan
kepribadian atau membina hubungan sosial, rasa
kebersamaan, kohesi sosial dan lain-lain. Tekologi informasi
hanya mungkin menjadi pengganti fungsi penyebaran
informasi dan sumber belajar atau sumber bahan ajar. Bahan
ajar yang semula disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu
dapat diubah menjadi pembelajaran yang diindividualisasikan
melalui jaringan internet yang dapat diases oleh siapapun dari
manapun secara individu.

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 236

Inilah tantangan profesi guru. Apakah perannya akan


digantikan oleh teknologi informasi, atau guru yang
memanfaatkan teknologi informasi untuk menunjang peran
profesinya. Dunia pendidikan harus menyiapkan seluruh unsur
dalam sistem pendidikan agar tidak tertinggal atau
ditinggalkan oleh perkembangan teknologi informasi tersebut.
Melalui penerapan dan pemilihan teknologi informasi yang
tepat (sebagai bagian dari teknologi pendidikan), maka
perbaikan mutu yang berkelanjutan dapat diharapkan.
Perbaikan yang berlangsung terus menerus secara konsisten
akan mendorong orientasi pada perubahan untuk
memperbaiki secara terus menerus dunia pendidikan. Adanya
revolusi informasi dapat menjadi tantangan bagi lembaga
pendidikan karena mungkin kita belum siap menyesuaikan.
Sebaliknya, hal ini akan menjadi peluang yang baik bila
lembaga pendidikan mampu menyikapi dengan penuh
keterbukaan dan berusaha memilih jenis teknologi informasi
yang tepat, sebagai penunjang pencapaian mutu pendidikan.
Pemilihan jenis media sebagai bentuk aplikasi teknologi dalam
pendidikan harus dipilih secara tepat, cermat dan sesuai
kebutuhan, serta bermakna bagi peningkatan mutu pendidikan
kita.
2. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Pendidikan
Kini, paradigma pembangunan yang dominan telah mulai
bergeser ke paradigma desentralistik. Sejak diundangkan UU
No.22/1999/tentang Pemerintah Daerah maka menandai
perlunya desentralisasi dalam banyak urusan yang semula
dikelola secara sentralistik. Menurut Tjokromidjoyo (Jalal dan

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 237

Supriyadi, 2001), bahwa salah satu tujuan dari desentralisasi


adalah untuk meningkatkan pengertian rakyat serta dukungan
mereka dalam kegiatan pembangunan dan melatih rakyat
untuk dapat mengatur urusannya sendiri. Ini artinya, bahwa
kemauan berpartisipasi masyarakat dalam pembangunan
(termasuk dalam pengembangan pendidikan) harus
ditumbuhkan dan ruang partisipasi perlu dibuka selebar-
lebarnya.
Bergesernya paradigma pembangunan yang sentralistik
ke desentralistik telah mengubah cara pandang
penyelenggara negara dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan. Pembangunan harus
dipandang sebagai bagian dari kebutuhan masyarakat itu
sendiri dan bukan semata kepentingan negara. Pembangunan
seharusnya mengandung arti bahwa manusia ditempatkan
pada posisi pelaku dan sekaligus penerima manfaat dari
proses mencari solusi dan meraih hasil pembangunan untuk
dirinya dan lingkungannya dalam arti yang lebih luas. Dengan
demikian, masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas
kemandirian mengatasi masalah yang dihadapinya, baik
secara individual maupun secara kolekif. Belajar dari
pengalaman bahwa ketika peran pemerintah sangat dominan
dan peran serta masyarakat hanya dipandang sebagai
kewajiban, maka masyarakat justru akan terpinggirkan dari
proses pembangunan itu sendiri. Penguatan partisipasi
masyarakat haruslah menjadi bagian dari agenda
pembangunan itu sendiri, lebih-lebih dalam era globalisasi.
Peran serta masyarakat harus lebih dimaknai sebagai hak

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 238

daripada sekadar kewajiban. Kontrol rakyat terhadap isi dan


prioritas agenda pengambilan keputusan pembangunan harus
dimaknai sebagai hak masyarakat untuk ikut mengontrol
agenda dan urutan prioritas pembangunan bagi dirinya atau
kelompoknya.
Desentralisasi adalah penyerahan sebagian otoritas
pemerintah (pemerintah pusat) ke daerah, untuk
mendistribusikan beban pemerintah ke daerah sehingga
daerah dan masyarakatnya ikut menanggung beban tersebut.
Tujuannya adalah :
a) Mengurangi beban pemerintah dan campur tangan tentang
masalah-masalah kecil di tingkat lokal,
b) Meningkatkan partisipasi masyarakat,
c) Menyusun program-program perbaikan pada tingkat lokal
yang lebih realistik,
d) Melatih rakyar mengatur urusannya sendiri,
e) Membina kesatuan nasional yang merupakan motor
penggerak memberdayakan daerah.

Dalam desentralisasi pendidikan, pemerintah pusat lebih


berperan dalam menghasilkan kebijaksanaan mendasar
(menetapkan standar mutu pendidikan secara nasional),
sementara kebijaksanaan operasional yang menyangkut
variasi keadaan daerah didelegasikan kepada pejabat daerah
bahkan sekolah.
Kurikulum dan proses pendidikan dalam kerangka
otonomi daerah, ada bagian yang perlu dilakukan secara

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 239

nasional, tetapi hanya terbatas pada beberapa aspek pokok,


yaitu :
a) Substansi pendidikan yang berada dibawah tanggung jawab
pemerintah, seperti PKn, Sejarah Nasional, Pendidikan
Agama dan Bahasa Indonesia;
b) Pengendalian mutu pendidikan, berdasarkan standar
kompetensi minimum;
c) Kandungan minimal konten setiap bidang studi, khususnya
yang menyangkut ilmu-ilmu dasar;
d) Standar-standar teknis yang ditetapkan berdasarkan
standar mutu pendidikan.

Program-program pembelajaran di sekolah berupa desain


kurikulum dan pelaksanaannya, kegiatan-kegiatan
nonkurikuler sampai pada pengadaan kebutuhan sumber daya
untuk suatu sekolah agar dapat berjalan lancar, tampaknya
harus sudah mulai diberikan ruang partisipasi bagi pihak-pihak
yang berkepentingan. Demikian pula di lembaga-lembaga
pendidikan lainnya nonsekolah, ruang partisipasi tersebut
harus dibuka lebar agar tanggung jawab pengembangan
pendidikan tidak tertumpu pada lembaga pendidikan itu
sendiri, lebih-lebih pada pemerintah sebagai penyelenggara
negara.
Cara untuk penyaluran partisipasi dapat diciptakan
dengan berbagai variasi cara sesuai dengan kondisi masing-
masing wilayah atau komunitas tempat masyarakat dan
lembaga pendidikan itu berada. Kondisi ini menuntut
kesigapan para pemegang kebijakan dan manajer pendidikan

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 240

untuk mendistribusi peran dan kekuasaannya agar bisa


menampung sumbangan partisipasi masyarakat. Sebaliknya,
dari pihak masyarakat (termasuk orang tua dan kelompok-
kelompok masyarakat) juga harus belajar untuk kemudian bisa
memiliki kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam
pengembangan pendidikan. Sebagai contoh tentang
partisipasi dunia usaha/industri pada era otonomi daerah.
Mereka tidak bisa tinggal diam menunggu dari suatu lembaga
pendidikan/sekolah sampai dapat meluluskan alumninya, lalu
menggunakannya jika menghasilkan output yang baik dan
mengkritiknya jika terdapat output yang tidak baik. Partisipasi
dunia usaha/industri terhadap lembaga pendidian harus ikut
bertanggung jawab untuk menghasilkan output yang baik
sesuai dengan rumusan harapan bersama. Demikian juga
kelompok-kelompok masyarakat lain, termasuk orang tua
siswa. Dengan cara seperti itu, maka mutu pendidikan suatu
lembaga pendidikan akan menjadi tanggung jawab bersama
anatara lembaga pendidikan dan komponen-komponen
lainnya di masyarakat.
Dalam perkembangannya, disadari bahwa profesi guru
belum dalam posisi yang ideal seperti yang diharapkan,
namun harus terus diperjuangkan menuju yang terbaik. Pada
saat diberlakukannya otonomi daerah dan desentralisasi
pendidikan yang bersamaan dengan tumbuh dan
berkembangnya teknologi informasi yang sangat pesat,
dipahami bahwa banyak tantangan sekaligus peluang yang
harus dihadapi untuk dapat diselesaikan oleh para guru dan
lembaga penyelenggara pendidikan. Para guru mempunyai

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 241

tantangan untuk dapat beradaptasi dengan sebaik-baiknya


dalam situasi transisi, agar dapat memperkecil dampak negatif
dan memperbesar dampak positifnya. Menyikapi hal-hal
demikian, tidak lain maka para guru haruslah dapat
mengembangkan suatu perilaku adaptasi agar berhasil
mengemban profesinya di era otonomi daerah dan era global
ini. Dengan cara demikian, mudah-mudahan peningkatan
mutu pendidikan segera akan tercapai.

D. Harapan Peningkatan Kualitas Guru PKn

Semua diantara kita sudah sangat akrab dengan guru. Tetapi,


berapa banyak di antara kita yang pernah merenungkan
sesungguhnya bagaimana kerja guru itu? Pemahaman akan
hakikat kerja guru ini sangat penting sebagai landasan dalam
mengembangkan program pembinaan dan pengembangan
guru. Kalau direnungkan secara mendalam, kita akan dapat
menemukan beberapa karakteristik kerja guru, sebagai berikut
:
a. Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat
individualistis nonkolaboratif, memiliki arti bahwa guru dalam
melaksanakan tugas-tugas pengajarannya memiliki
tanggung jawab secara individual, tidak mungkin dikaitkan
dengan tanggung jawab orang lain. Pekerjaan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran dari waktu ke waktu
dihadapkan pada pengambilan keputusan dan melakukan
tindakan. Pengambilan keputusan dan tindakan itu harus
dilaksanakan oleh guru secara mandiri. Sebagai contoh,

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 242

ditengah proses pembelajaran berlangsung, terdapat siswa


yang tertidur sehingga siswa yang lain berisik. Guru harus
mengambil keputusan dan menentukan tindakan saat itu
juga dan tidak mungkin meminta pertimbangan teman guru
yang lain. Oleh karena itulah, wawasan dan kecermatan
sangat penting bagi seorang guru.
b. Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang dilakukan dalam
ruang yang terisolasi dan menyerap seluruh waktu, Hal ini
sudah diketahui bersama, bahwa hampir seluruh waktu guru
dihabiskan di ruang-ruang kelas bersama para siswanya.
Implikasi dari hal ini adalah bahwa keberhasilan kerja guru
tidak hanya ditentukan oleh kemampuan akademik, tetapi
juga oleh motivasi dan dedikasi guru untuk terus dapat
hidup dan menghidupkan suasana kelas.
c. Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang kemungkinan
terjadinya kontak akademis antarguru rendah. Dapat
dicermati, setiap hari seberapa lama guru dapat berinteraksi
dengan rekan sejawat. Dalam interaksi ini apa yang paling
banyak dibicarakan. Banyak bukti menunjukkan bahwa
interaksi akademik antarguru sangat rendah. Kalau dokter
bertemu dokter yang paling dibicarakan adalah tentang
penyakit, penemuan teknik baru dalam pengobatan. Kalau
insinyur bertemu insinyur, yang dibicarakan adalah adanya
teknik baru dalam membangun jembatan, penemuan untuk
meningkatkan daya bangunan air dan sebagainya. Tetapi
apabila guru ketemu guru, apa yang dibicarakan?
Rendahnya kontak akademik guru ini disamping disebabkan
soal waktu guru yang habis diserap di ruang-ruang kelas,

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 243

kemungkinan juga karena kejenuhan guru berinteraksi


secara akademik dengan para siswanya.
d. Pekerjaan guru tidak pernah mendapatkan umpan balik.
Umpan balik adalah informasi baik berupa komentar
ataupun kritik atas apa yang telah dilakukan dalam
melaksanakan proses pembelajaran, yang diterima oleh
guru. Berdasarkan umpan balik inilah guru akan dapat
memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses
pembelajarannya. Muncul pertanyaan, kalau guru tidak
pernah mendapatkan umpan balik, bagaimana guru dapat
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pengajarannya?
e. Pekerjaan guru memerlukan waktu untuk mendukung waktu
kerja di ruang kelas. Waktu kerja guru tidak terbatas hanya
diruang-ruang kelas saja. Dalam banyak hal, justru waktu
guru untuk mempersiapkan proses pembelajaran di ruang
kelas lebih lama. Berkaitan dengan padatnya waktu guru itu,
muncul pertanyaan kapankan guru dapat merenungkan dan
melakukan refleksi atas apa yang telah dilakukan bagi para
siswanya.

Di samping karakteristik pekerjaan guru, karakteristik


disiplin ilmu pengetahuan sangat penting artinya untuk
dipahami, khususnya oleh guru sendiri. Sebab, guru harus
menjiwai disiplin ilmu yang harus diajarkan. Di Amerika
Serikat, misalnya, kalau ada konferensi guru-guru, orang akan
segera dapat membedakan guru berdasarkan disiplin ilmu
yang diajarkan : mana guru matematika dan mana guru ilmu
sosial. Namun, realitas menunjukkan bahwa kualitas guru

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 244

belum sebagaimana yang diharapkan. Berbagai usaha yang


serius dan sungguh-sungguh serta terencana harus secara
terus-menerus dilakukan dalam pengembangan kualitas guru.
Memperhatikan peran guru dan tugas guru sebagai salah
satu faktor determinan bagi keberhasilan pendidikan, maka
keberadaan dan peningkatan profesi guru menjadi wacana
yang sangat penting. Kemerosotan pendidikan bukan
diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan
profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa.
Profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu
pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi
penerapannya. Profesionalisme bukan sekadar pengetahuan
teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap,
pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi
bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki
suatu lingkah laku yang dipersyaratkan. Guru yang profesional
pada dasarnya ditentukan oleh attitudenya yang berarti pada
tataran kematangan yang mempersyaratkan willingness dan
ability, baik secara intelektual maupun pada kondisi yang
prima. Profesionalisme harus dipandang sebagai proses yang
terus menerus. Usaha meningkatkan profesionalisme guru
merupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai
pencetak guru, instansi yang membina guru (dalam hal ini
Depdiknas atau yayasan swasta), PGRI dan masyarakat.
Ketidakberhasilan proses pendidikan dengan sendirinya
lebih banyak dipulangkan kepada tanggung jawab guru.
Sebagai sebuah contoh misalnya, pelanggaran tata krama
hidup bermasyarakat, kenakalan, perkelahian antarsiswa, guru

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 245

PKn lah yang sering menjadi sasaran pertanyaan “Bagaimana


Guru PKn-nya”. Itulah sebabnya Guru PKn haruslah
profesional dalam mengajarakan mata pelajaran PKn.
Diantara unsur-unsur penggerak proses pendidikan,
khusunya pendidikan formal, guru merupakan unsur yang
sangat penting, karena guru merupakan tumpuan harapan
keberhasilan proses transformasi pendidikan. Guru juga
memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam
upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan
kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Gurulah tempat
tumpuan harapan tercapainya tujuan pendidikan, terbentuknya
manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
cerdas, terampil, tinggi budi pekertinya, kuat kepribadiannya,
tebal semangat kebangsaan serta cinta tanah air, dapat
membangun dirinya, serta bersama-sama bertanggung jawab
atas pembangunan bangsanya.
Guru merupakan pekerjaan yang profesional, suatu
lapangan kerja keahlian tertentu, yang karena sifatnya
membutuhkan persyaratan dasar, keterampilan teknis dan
sikap kepribadian. Guru yang profesional memiliki
karakateristik: 1) Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi
yang kuat, tuntas dan tidak setengah-tengah; 2) Memiliki
kepribadian yang prima; 3) Memiliki keterampilan untuk
membangkitkan minat peserta didik.
Kondisi pendidikan nasional kita memang tidak secerah di
negara-negara maju. Baik institusi maupun isinya masih
memerlukan perhatian ekstra pemerintah maupun
masyarakat. Dalam pendidikan formal, selain ada

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 246

kemajemukan peserta, institusi yang cukup mapan dan


kepercayaan masyarakat yang kuat, juga merupakan tempat
bertemunya bibit-bibit unggul yang sedang tumbuh dan perlu
penyemaian yang baik. Pekerjaan penyamaian yan baik itu
adalah pekerjaan seorang guru. Jadi guru memiliki peran
utama dalam sistem pendidikan nasional khususnya dan
kehidupan kita umumnya. Guru sangat mungkin dalam
menjalankan profesinya bertentangan dengan hati nuraninya,
karena ia paham bagaimana harus menjalankan profesinya
namun karena tidak sesuai dengan kehendak pemberi
petunjuk atau komando maka cara-cara para guru tidak dapat
diwujudkan dalam tindakan nyata. Guru selalu diinterpensi
tidak adanya kemandirian atau otonomi itulah yang mematikan
profesi guru dari sebagai pendidik menjadi pemberi instruksi
atau penata. Bahkan sebagai penata pun guru tidak memiliki
otonomi sama sekali. Selain itu, ruang gerak guru selalu
dikontrol melalui keharusan membuat satuan pelajaran (SP).
Padahal, seorang guru yang telah memiliki pengalaman
mengajar di atas lima tahun sebetulnya telah menemukan pola
belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya guru setiap kali
mengajar membuat SP maka waktu dan energi guru banyak
terbuang. Waktu dan energi yang terbuang ini dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya.
Upaya pengembangan profesionalisme guru tentu
berlandaskan pada undang-undang yang berlaku dan tujuan
serta visi dan misi yang disepakati serta tidak bertentangan
dengan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 247

Indonesia dewasa ini, tampak adanya kecenderungan


makin menguatnya upaya pemerintah untuk terus
mengembangkan profesi pendidik sebagai profesi yang kuat
dan dihormati sejajar dengan profesi lainnya yang sudah lama
berkembang, hal ini terlihat dari lahirnya UU.No 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-Undang ini jelas
menggambarkan bagaimana pemerintah mencoba
mengembangkan profesi pendidik melalui perlindungan hukum
dengan standar tertentu yang diharapkan dapat mendorong
pengembangan profesi pendidik.
Perlindungan hukum memang diperlukan terutama secara
sosial agar civil effect dari profesi pendidik mendapat
pengakuan yang memadai, namun hal itu tidak serta-merta
menjamin berkembangnya profesi pendidik secara individu,
sebab dalam konteks individu justru kemampuan untuk
mengembangkan diri sendiri menjadi hal yang paling utama
yang dapat memperkuat profesi pendidik. Oleh karena itu
upaya untuk terus memberdayakannya merupakan suatu
keharusan agar kemampuan pengembangan diri para
pendidik makin meningkat.
Pengembagan dan strategi pengembangan profesi guru
di kampus mesti sesuai dengan visi dan misi dan tujuan PKn
itu sendiri. Sebagaimana lazimnya semua mata pelajaran,
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan memiliki visi,
misi, tujuan dan ruang lingkup isi. Visi mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata
pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak
bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 248

warga negara, adapun misi mata pelajaran ini adalah


membentuk warga Negara yang baik, yakni warga negara
yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan UUD
1945. Adapun tujuan mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan adalah mengembangkan kompetensi
sebagai berikut memiliki kemampuan berfikir secara rasional,
kritis dan kreatif, sehingga mampu memahami berbagai
wacana kewarganegaraan, memiliki keterampilan intelektual
dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan
bertanggung jawab, memiliki watak dan kepribadian yang baik,
sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Yang diharapkan kepada semua pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung terlibat dalam sistem
pendidikan berperan serta untuk menciptakan anak bangsa
menjadi kaum terpelajar atau terdidik yang cerdas artinya
mencerdaskan si subyek atau anak didik aktif yang memiliki
keseimbangan antara kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan
emosi (EQ) dan kecerdasan spritual (SQ). Anak yang
dikatakan IQ nya tinggi perlu didukung oleh orang tua dan
lingkungan agar memiliki EQ dan SQ yang stabil. Karena
tanpa diimbangi EQ dan SQ, anak tidak mampu beradaptasi
ketika ia menghadapi masalah. Akibatnya muncul frustasi atau
perilaku yang mengarah pada kemerosotan moral. Akhirnya
kemerosotan moral kaum terdidik turut memperarah persoalan
pendidikan dan akibat lain adalah menunjukkan seolah-olah
pemerintah Indonesia dan para guru tidak mampu dalam

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 249

mendidik anak bangsa. Kepedulian dengan aksi nyata semoga


dapat mendongkrak kualitas pendidikan, terutama kualitas
guru PKn.

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 250

DAFTAR REFERENSI

A. Sumber Buku
Brodjonegoro, Satryo Soemantri. 2001. Pendidikan
Kewarganegaraan. Jakarta: PT SUN.
Rizali, Ahmad, dkk. 2009. Dari Guru Konvensional Menuju
Guru Profesional. Jakarta: PT. Grasindo.
Taniredja, Tukiran, dkk. 2013. Konsep Dasar Pendidikan
Kewarganegaraan. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Wahab, Abdul Aziz dan Sapriya. 2011.Teori dan Landasan
Pendidikan Kewarganegaraan.Bandung: Alfabeta.
Wuryan, Sri dan Sayifullah. 2013. Ilmu Kewarganegaraan
(Civics). Bandung. Lab. PKn Fakultas Pendidikan IPS UPI.
Zubaedi. 2013. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana

B. Sumber Internet
2011:06.Guru Masa Depan diantara Tantangan dan Harapan.
Online. Tersedia diwebsite:
http://b€e4utifulgirlz.blogdetik.com/2011/06/19/guru-masa-
depan-diantara-tantangan-dan-harapan/
2013:05. Pengembangan Guru. Online. Tersedia diwebsite:
http://unicen.ac.id/2013/05/pengembangan-gurucalon-guru-
pkn-pendongkrak-kualitas-pendidikan/
Kurikulum 2013 2014:01. Online. Tersedia diwebsite:
https://manalor.wordpress.com/2014/01/18/kurikulum-2013-
antara-harapan-dan-tantangan/

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


PROFESI KEPENDIDIKAN 251

Problem dan Tantangan Pembelajaran PKn di Sekolah.


https://www.scribd.com/doc/83855090/Problem-Dan-
Tantangan-Pembelajaran-Pkn-Di-Sekolah.

BAB X TANTANGAN DAN HARAPAN GURU PKN


Tentang Penulis

Penulis adalah mahasiswa (i) yang sedang menempuh


pendidikan S1 pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lambung Mangkurat (Prodi PPKn FKIP Unlam) Banjarmasin,
Kalimantan Selatan. Prodi PPKn FKIP Unlam merupakan satu-satunya
yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan. Mahasiswa (i) ini mempelajari
berbagai macam mata kuliah tentang pendidikan, salah satunya mata
kuliah profesi kependidikan yang diberikan pada semester 4 (empat).
Adapun mahasiswa (i) tersebut atas nama:
1. A. Zaki Hafizi (A1A213070) 12. Dalilah Husna (A1A213060)
2. Adhi Surya (A1A213206) 13. Deby Hapsari (A1A213205)
3. A. Jayadi Hilmi (A1A213006) 14. Dedi Fahrianda (A1A213217)
4. Al Misbah Hajihi (A1A213058) 15. Dina Wati (A1A213223)
5. Andres Lekairua (A1A213220) 16. Eka Herlina (A1A213072)
6. Annisa Nasution (A1A213034) 17. Eka Sri Mudayani (A1A213218)
7. Ariani (A1A213071) 18. Elsa Widia Wati (A1A213023)
8. Aulia Rahmah (A1A213014) 19. Fajar Rahmadi (A1A213029)
9. Aulia Rahmani (A1A213208) 20. Faridah (A1A213204)
10. Ayu Wulansari (A1A213221) 21. Febrina Nur Ariani (A1A213009)
11. Dahlia (A1A213077) 22. Gina Kesumawardani(A1A213202)
253

23. Hairina Wasliah (A1A213024) 56. Rizki Auliya Rahman (A1A213210)


24. Hamidah (A1A213013) 57. Rizki Fitrian (A1A213216)
25. Hotimah (A1A213013) 58. Rudi (A1A213076)
26. Ikhsan Maulana (A1A213061) 59. Syahrani (A1A213055)
27. Irma (A1A213062) 60. Taufik Rahman (A1A213002)
28. Jamaliah (A1A213203) 61. Wahyudi (A1A213059)
29. Jayanti Lestari (A1A213069) 62. Wardatul Jannah (A1A213017)
30. Khadijah (A1A213008) 63. Yanuari Yahya (A1A213224)
31. Khairiyati (A1A213033) 64. Yuhana (A1A213075)
32. Khairunnisa (A1A213016) 65. Yurdi Fadillah (A1A211019)
33. Lukman (A1A213057) 66. Zainab (A1A213081)
34. M. Agus Saputra (A1A213219)
35. M. Arif Budiman (A1A213011)
36. M. Habiburrahman (A1A213211)
37. M. Junaidi (A1A213073)
38. M. Rizaldi (A1A213030)
39. M. Roim (A1A213065)
40. Mawarti (A1A213056)
41. Mirajiah (A1A213048)
42. Misna (A1A213045)
43. Muthmainnah (A1A213063)
44. Nana Yunita (A1A213066)
45. Novia Anugrah (A1A213207)
46. Nur Amalia (A1A213015)
47. Nur Halipah (A1A213222)
48. Nur Jannah (A1A213225)
49. Nurul Fajariah (A1A213010)
50. Nur Rakhmadeny (A1A211024)
51. Rabibah (A1A213046)
52. Rahmat Riadi (A1A213053)
53. Rahmawati (A1A213068)
54. Rana Atika Maulana (A1A213032)
55. Reni Solfia (A1A213012)
254

Tentang Dosen Pembimbing

Dr. Acep Supriadi, M.Pd., M.AP. lahir


di Murung Pudak, Kabupaten
Tabalong Kalimantan Selatan, 11
Maret 1963. Pendidikan S1 Jurusan
PPKn IKIP Bandung 1987, S2 PIPS
SD IKIP Bandung 1997 dan STIA
Banua Banjarmasin 2004, dan S3
Manajemen Pendidikan Universitas
Negeri Malang 2009. Sejak 1989 hingga sekarang sebagai
dosen tetap di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai