Anda di halaman 1dari 3

PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA

By: Drs. H. Supriadi, SKp, M.Kep, Sp.Kom

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan


pendekatan yang sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu-individu sebagai
anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan, pelaksanaan asuhan dan penilaian.

A. Rencana Keperawatan
Perencanaan merupakan pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi dan
mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan. Perencanaan
merupakan petunjuk dalam pelaksanaan tindakan keperawatn, sebagai alat komunikasi, dan
merupakan gambaran intervensi yang spesifik. Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari
penetepan : 1) tujuan, mencakup tujuan umum dan khusus, 2) rencana intervensi, dan 3)
rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat
diukur (measurable), dapat dicapai (achivable), rasional (rationale) dan menunjukan waktu
(time) disingkat SMART dan rencana intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan. Wright dan
Leahey dalam Friedman (1998) membagi intervensi keperawatan keluarga menjadi dua
tingkatan intervensi, yaitu intervensi permulaan dan intervensi lanjut. Intervensi permulaan
meliputi intervensi yang bersifat suportif edukatif dan langsung ke arah sasaran, sedangkan pada
tingkat lanjut, meliputi sejumlah intervensi terapi keluarga yang lebih bersifat psikososial dan
tindakan langsung.

1. Merumuskan Tujuan
Tujuan ditetapkan untuk mengarahkan pada perubahan perilaku keluarga setelah
dilakukan tindakan. Penyusunan tujuan keperawatan ditetapkan bersama keluarga dengan
mempertimbanglan sumber-sumber yang ada pada keluarga. Penyusunan tujuan bersama
dengan keluarga menjadi penentu perencanaan yang efektif. Salah satu tujuan utama
keperawatan keluarga adalah bahwa klien mempunyai tanggung jawab akhir dalam mengatur
hidup mereka sendiri, karena: 1) Proses penyusunan tujuan bersama memiliki efek positip
terhadap interaksi keluarga, 2) Keluarga akan lebih menentang bila diberi tahu apa yang
harus dilakukan, 3) Jika keluarga yang membuat keputusan cenderung bertanggung jawab
terhadap yang keluarga putuskan.
Penyusunan tujuan merupakan komponen yang penting dalam perencanaan
keperawatan keluarga. Tujuan tersebut meliputi tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat
diukur, langsung dan spesifik dan tujuan jangka panjang adalah tujuan akhir yang menyatakan
maksud secara luas yang diharapkan oleh perawat dan keluarga agar dapat dicapai. Dalam
merumuskan tujuan harus memenuhi kriteri SPHKT atau SMART
S : SUBYEK = Klien/keluarga yang akan mencapai tujuan
P : PREDIKAT = kata kerja yang dapat diukur
H : HASIL = Respons atau perubahan yang diharapkan terhadap intervensi
K : KRITERIA = Mengukur kemajuan keluarga dalam mencapai hasil
T : TIME=WAKTU = Batasan waktu (peride tertentu) untuk mencapai hasil

KRITERIA HASIL
Krieria hasil merupakan batasan karakteristik atau indikator keberhasilan dari tujuan
yang telah ditetapkan. Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standar evaluasi yang
merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan
telah dicapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
setiap kriteria hasil berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, hasil yang telah
Modul Pelatihan Keperawatan Keluarga-IPKKI Jabar- 2015 | 1
ditetapkan dalam kriteria hasil memungkinkan untuk dicapai, setiap kriteria hasil adalah
pernyataan satu hal spesifik, harus sekongkrit mungkin untuk memudahkan pengukuran.
1. Perubahan Kognitif
Yakni perubahan pengetahuan dari keadaan tidak tahu, kurang tahu atau salah konsep
menjadi tahu dan memiliki konsep yang benar.
Contoh:
 Menyebutkan tiga penanganan pertama diare dengan tepat di rumah
 Mengidentifikasi tanda-tanda anemia pada anak dengan benar
2. Perubahan Afektif
Yakni perubahan status emosional, dari keadaan menolak, pengingkaran. Marah, tidak
kooperatif, koping tidak efektif menjadi perilaku asertif dan kooperatif.
Contoh:
 Menyatakan keinginannya untuk menjadi PMO dengan terbuka
 Mengungkapkan kesanggupannya untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
3. Perubahan Psikomotor
Yakni perubahan dalam bentuk perilaku aktif yang dapat dilihat melalui perubahan
perilaku keluarga secara nyata, yaitu perubahan dari ketidakmampuan melakukan suatu
keterampilan melaksanakan tugas keluarga dalam kesehatan menjadi mampu dan
mandiri.
Contoh:
 Mampu mendemonstrasikan perawatan kaki untuk klien yang mengalami DM
 Mempu mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk kelian hipertensi

2. Mentepkan Rencana Intervensi


Langkah dalam tahap perencanaan ini dilakukan setelah menentukan tujuan dan kriteria
hasil yang diharapkan dengan menentukan rencana tindakan apa yang akan dilaksanakan
dalam mengatasi masalah klien. Untuk memudahkan dalam menentukan rencana tindakan,
maka ada beberapa persyaratan dalam menuliskan rencana tindakan diantaranya harus
terdapat unsur tanggal, kata kerja yang dapat diukur yang dapat dilihat, dirasa dan didengar,
adanya subjek, hasil, target tanggal dan tanda tangan perawat. Perawatan dirancang untuk
membantu pencapaian satu atau lebih dari tujuan keperawatan sehingga dapat mengurangi,
mencegah atau menghilangkan dari masalah keluarga.

Dalam memberikan instruksi keperawatan ada empat tipe intruksi yang digunakan:
a. Diagnostik
Yaitu rencana tindakan keperawatan untuk mengkaji atau melakukan observasi terhadap
kemajuan keluarga dengan melakukan pemantauan langsung secara berkala.
b. Pendidikan Kesehatan (Supportif Educatif)
Yaitu rencana tindakan keperawatan dalam bentuk pendidikan kesehatan/penyuluhan
yang bertujuan untuk meningkatkan perawatan diri keluarga dengan penekanan pada
partisipasi keluarga untuk bertanggung jawab terhadap tugas keluarga dalam kesehatan
terutama dalam merawat anggota keluarga yang sakit di rumah.
c. Terapi Keluarga (nursing treatment)
Yaitu rencana keperawatan berupa rencana tindakan yang ditetapkan untuk mengurangi,
memperbaiki dan mencegah perluasan masalah. Rencana tindakan ini dapat berupa terapi
klinis, terapi modalitas dan terapi komplementer yang bersumber dari ilmu, kiat dan seni
keperawatan.
d. Rujukan/Kolaborasi
Yaitu rencana tindakan keperawatan dengan mengalihkan kepada fasiltas atau tenaga
kesehatan lain yang lebih mampu mengatasinya.
3. Mentepkan Rencana Evaluasi

Modul Pelatihan Keperawatan Keluarga-IPKKI Jabar- 2015 | 2


Metode yang dapat dilakukan untuk menerapkan implementasi dapat bervariasi seperti
melalui partisipasi aktif keluarga, pendidikan kesehatan, kontrak, manajemen kasus,
demontrasi, kolaborasi dan konsultasi. Berikut diuraikan terapi keluarga. Teori terapi keluarga
ini dikembangkan untuk menangani keluarga-keluarga yang bermasalah, sehingga banyak
berorientasi pada patologi. Tujuan dari teori ini adalah menjelaskan disfungsi keluarga dan
menuntun tindakan terapeutik, maka selanjutnya dikembangkan terapi klinis, terapi
modalitas dan terapi komplementer.

Modul Pelatihan Keperawatan Keluarga-IPKKI Jabar- 2015 | 3

Anda mungkin juga menyukai