Camp Vietnam
Camp Vietnam
Senin, tanggal 13 Januari 2020 kemarin kami pergi ke Kampung Vietnam untuk
belajar sejarah. Kami pergi setelah upacara senin pagi tepatnya jam 08.00 WIB. Setelah
upacara kami pergi ke Hotmarket untuk menunggu bus. Ketika sampai di Hotmarket,
kami langsung naik ke dalam bus, dan kami pun langsung pergi menuju Kampung
Vietnam.
Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk sampai disana. Setelah tiba
di Kampung Vietnam, kami berjalan kaki menuju miniatur kapal yang digunakan orang
Vietnam untuk berlabuh. Setelah itu kami pergi ke tempat mobil peninggalan yang
digunakan orang Vietnam juga yang berjumlah dua mobil. Setelah itu kami pergi
menuju penjara Kampung Vietnam yang digunakan untuk orang Vietnam yang berbuat
kriminal ketika itu.
Setelah itu kami pergi ke museum Kampung Vietnam. Disana terdapat banyak
sekali barang peninggalan seperti sepeda, sepeda motor, foto-foto lama, sekop, cangkul,
mesin ketik, dan lain sebagainya. Setelah kami melihat semua barang peninggalan
tersebut, kami pergi menuju rumah sakit yang digunakan orang Vietnam dulu, tetapi
bangunan tersebut mulai hancur dimakan usia. Dan kami pun bergegas kembali
ketempat museum untuk mencari tempat beteduh karena kami ingin makan siang.
Setelah selesai makan, kami menaiki bus lagi untuk pergi menuju gereja dan
klenteng peninggalan warga Kampung Vietnam. Ketika sampai kami langsung pergi
menuju kedua bangunan tersebut untuk mengambil dokumentasi. Setelah kami selesai
menelusuri dua bangunan tersebut, kami menaiki bus lagi untuk pergi menuju klenteng
yang kedua. Jaraknya pun lumayan jauh.
Dan akhirnya kami pun sampai di klenteng tersebut. Kami langsung menaiki
anak tangga untuk sampai disana. Setelah sampai kami pun takjub melihat
pemandangan yang begitu sangat indah dari atas. Disana anginnya pun terasa sejuk.
Kami pun berkeliling melihat bangunan tersebut. Disana juga terdapat pagoda dan tiga
patung yang besar. Setelah kami selesai menelusuri semua bangunan tersebut, kami pun
bergegas untuk pulang karena waktu sudah mulai siang. Dan kami pun langsung pulang.
Ketika diperjalanan waktu zuhur pun telah tiba, waktunya kami untuk
menunaikan sholat zuhur secara berjama’ah. Setelah selesai sholat kami pun beristirahat
Page |2
sejenak. Dan kami pun langsung menaiki bus dan kami pergi menuju jembatan Barelang
untuk mencari makan. Setelah sampai kami pun langsung turun, ada yang mencari
makan, ada yang melihat pemandangan dari atas jembatan, dan adapun yang melihat
pemandangan dari bawah jembatan. Setelah kami puas bermain disana, kami pun
langsung pulang karena hari mulai sore.
Ketika didalam perjalanan, ada satu bus yang mengalami mogok. Karena
mungkin kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, kami pun langsung pulang
menuju sekolah karena waktu sudah mulai sore. Ketika sampai di sekolah azan asar pun
berkumandang. Kami langsung melaksanakan sholat asar berjama’ah. Setelah itu kami
pun langsung pulang menuju rumah masing-masing. Sekitar satu jam kemudian,
Alhamdulillah kawan kami yang tadi busnya mengalami mogok telah sampai di
sekolah. Dan ini adalah cerita perjalanan kami dalam menelusuri Kampung Vietnam,
dan dibawah ini adalah cerita sejarahnya.
Tahun 1979 ratusan ribu warga Vietnam eksodus akibat perang saudara.
Kampung Vietnam di Pulau Galang menyimpan jejak pengungsian yang memilukan
tersebut. Pulau Galang merupakan bagian dari otonomi Kota Batam. Pulau seluas
kurang lebih 80 hektar ini menjadi salah satu lokasi persinggahan pengungsi perang
saudara di Vietnam. Ratusan ribu warga meninggalkan negaranya untuk menyelamatkan
diri dengan mengarungi lautan menggunakan perahu-perahu yang kondisinya
memprihatinkan. Satu perahu diisi antara 40-100 orang.
Selama berbulan-bulan mereka terombang-ambing di perairan Cina Selatan
tanpa tujuan yang pasti. Banyak korban berjatuhan di tengah perjalanan. Hingga
akhirnya mereka terdampar di beberapa tempat, salah satunya Indonesia. Pulau Galang
dan Tanjung Pinang adalah dua daerah tempat mereka berlabuh.
Pengungsian besar-besaran ini mendapat sorotan. Dunia mengenal para
pengungsi tersebut dengan sebutan ‘manusia kapal’. Badan PBB yang mengurus
persoalan pengungsi, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), dan
juga pemerintah Indonesia akhirnya turun tangan. Akhirnya terciptalah sebuah
kesepakatan untuk menjadikan Pulau Galang sebagai tempat penampungan sementara
bagi lebih dari 250.000 pengungsi. Berbagai sarana dan prasarana dibangun guna
menunjang kelangsungan hidup para pengungsi, seperti barak pengungsian, rumah sakit,
tempat ibadah dan sekolah. Keberadaan mereka dikonsentrasikan di satu area untuk
Page |3
pemerintah Indonesia yang ingin memulangkan sekitar 5.000 pengungsi yang tidak
lolos tes untuk mendapatkan kewarganegaraan baru. Selain menenggelamkan, para
pengungsi yang marah tersebut juga membakarnya. Namun akhirnya oleh pemerintah
otorita Batam perahu-perahu tersebut diangkat ke daratan, diperbaiki, dan diperlihatkan
ke publik untuk mengenang perjuangan dan penderitaan para pengungsi. Perahu-perahu
tersebut kini dikenal sebagai Monumen Perahu.
Sebagai sarana beribadah, beberapa rumah ibadah turut dibangun di kawasan ini,
seperti Vihara Quan Am Tu, gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem, gereja
Protestan, dan mushola. Kondisi seluruh rumah ibadah terjaga dengan baik, dan dapat
digunakan oleh para pengunjung.
Vihara Quan Am Tu terlihat mencolok karena dicat berwarna-warni sehingga
mudah dikenali. Di dalam vihara terdapat tiga patung berukuran besar dengan warna-
warna yang tak kalah mencolok. Salah satunya adalah patung Dewi Guang Shi Pu Sha.
Di bagian kakunya terdapat plakat yang menerangkan kekuasaan dewi ini, diantaranya
dapat mendatangkan keberuntungan dan jodoh, memberikan keharmonisan rumah
tangga, serta mengabulkan cita-cita bagi anak-anak. Bagi yang permohonannya ingin
terkabul, dapat memanjatkan harapan serta melemparkan koin ke arah patung dewi. Di
depan vihara terdapat patung naga yang seolah menjaga ketiga patung tersebut, serta
patung Buddha tidur yang disakralkan.
Kampung Vietnam di Pulau Galang berlokasi sekitar 50 Km dari pusat Kota
Batam. Untuk menuju tempai ini, pengunjung dapat berkendara dan menyeberang
Jembatan Barelang yang menghubungkan Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah,
Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru.
Page |5