Laporan Hama
Laporan Hama
4.2. Pembahasan
4.2.1. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)
Daur hidup Valanga nigricornis termasuk pada kelompok metamorfosis tidak
sempurna. Pada kondisi laboratorium (temperatur 28 °C dan kelembapan 80 % RH) daur
hidup dapat mencapai 6,5 bulan sampai 8,5 bulan. Fekunditas rata-ratanya mencapai 158
butir. Keadaan yang ramai dan padat akan memperlambat proses kematangan gonad dan
akan mengurangi fekunditas. Metamorfosa sederhana (paurometabola) dengan
perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur, nimfa, dan dewasa (imago). Bentuk nimfa
dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya.
Umumnya belalang V. Nigricornis bertelur pada awal musim kemarau. Telur dimasukkan
ke dalam tanah sedalam 5-8 cm. Telur tersebut di bungkus dengan assa busa yang
kemudian mengering dan memadat, bewarna cokelat dengan panjang 2-3 cm. Lama
penetasan 12-15 hari. Telur bewarna cokelat kekuningan, berbentuk sosis, dengan diameter
berkisar 1mm.
Nimfa yang baru menetas, bewarna kuning kehijauan dengan bercak hitam. Nimfa
tersebut keluar dari tanah, lalu naik ke tanaman jagung dan menghabisi daging daun
jagung. Nimfa mengalami lima kali instar, lamanya 48-57 hari. Nimfa yang beru menetas
panjangnya berkisar 8 mm dan lebar 3 mm, warna mula-mula putih dan berubah menjadi
merah orange atau merah bata. Nimfa yang sempurna panjangnya 35 mm dan lebar 28 mm.
Setelah menjadi imago, belalang ini akan terbang mencari makanan ke tempat lain.
Perkawinan di lakukan di atas pohon setelah kawin betina terbang ke tanah mencarri
tempat bertelur. Bila ada angin, belalang kayu bisa terbang sejauh 3km-4km. Tanah untuk
bertelur dipilih tanah gembur dan terbuka, tidak penuh dengan tanaman. V.nigricornis
berantena pendek, protonum tidak memanjang ke belakang, tarsi beruas tiga buah, femur
kaki belakang membesar, ovipositor pendek. Metamorfosa sederhana yaitu telur-nimfa-
dewasa.
Gejala Serangan Belalang Kayu (Valanga nigricornis). Belalang kayu, baik yang
masih muda (nimfa) maupun yang sudah dewasa memakan daun-daun tanaman jagung
sehingga mengurangi luas permukaan daun. Belalang dewasa biasanya memakan bagian
tepi daun (margi folii) sementara nimfanya memakan di antara tulang-tulang daun
sehingga menimbulkan lubang-lubang pada daun. Kerusakan tanaman biasanya ini tidak
serius, tetapi kerusakan daun ini pasti berpengaruh terhadap produktifitas tanaman yang
diserang. Jika serangan tanaman ini serius, daun tanaman jagung yang diserang akan rusak
bahkan habis dimakan.
Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman yang diserang oleh hama
belalang kayu bias menggunakan bahan bahan alami seperti akar tuba dan daun mimba
sebagai pestisida organic. Menanam varietas tahan hawar daun, seperti : Bisma, Pioner-2,
pioner-14, Semar-2 dan semar-5. Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya
(Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi bercak daun. Penyemprotan fungisida
menggunakan bahan aktif mankozeb atau dithiocarbamate. Dosis sesuai petunjuk di
kemasan.
5.1. Kesimpulan
1. Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam
kegiatan sehari-hari manusia.
2. Pengelompokan hama yang sering digunakan adalah membagi hama menurut
kisaran bahaya yang diakibatkanny
3. Hama pengganggu tanaman dibedakan dalam beberapa ordo, yaitu : Ordo
Orthoptera, Ordo Hemiptera, Ordo Homoptera, Ordo Coleoptera, Ordo
Lepidoptera, dan Ordo Diptera.
5.2. Saran
Semoga dikedepan berjalannya praktikum ini semakin bagus dan baik, aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
Bailey, W. 2004. Grasshopper problems in northeast Missouri. Integrated Pest & Crop
Management Newsletter. University of Missouri-Colombia. Vol. 14. No. 12.
June 18.
Fatimah, 2008. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian. Kanisius, Jogjakarta.
Hansamunahito, 2006, Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara, Jakarta.
Harianto, 2009. Pengenalan dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao.Jember.
Nonadita, 2007.Ordo-Ordo Serangga.PT Bima Aksara, Jakarta.
Sastrohidayat, Ika Rahdjaton. 2011. “Fitopatulia” UB press: Malang.
Sulistyo, 2009.Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara, Jakarta
LAMPIRAN