Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman

PENGENALAN SERANGGA HAMA, TIPE ALAT MULUT DAN GEJALA


SERANGANNYA

NAMA : Amie Dinisyam


NIM : 1805101050084
HARI/JAM PRAKTIKUM : Kamis, 10.00 WIB
ASISTEN : 1. Muyassir
2. Uti Novita Saputri
3. Yoga Agustiawan

LABORATURIUM ILMU GULMA


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Peningkatan produksi pertanian seringkali dihadapkan pada permasalahan
gangguan serangan hama tanaman. Penyebab hama tanaman dapat berupa serangga dan
hewan vertebrata (seperti tikus, burung, babi hutan), tungau, dan moluska. Kerugian yang
ditimbulkannya beragam, tergantung beberapa factor, seperti factor makanan, iklim, musuh
alami dan manusia sendiri. Sehubungan Indonesia terletak di daerah tropis, maka masalah
gangguan serangan hama tanaman hampir selalu ada sepanjang tahun, hal ini disebabkan
faktor lingkungan yang sesuai bagi perkembangan populasi hama. Selain itu juga karena
tanaman inangnya hampir selalu ada sepanjang waktu. Gangguan serangan hama pada
tanaman sangat merugikan, sehingga upaya pengendaliannya harus senantiasa diupayakan.
Penyebab hama sebagian besar adalah berasal dari golongan serangga, namun
demikian serangga yang berperan sebagai hama ternyata hanya 1-2 persen saja, sedangkan
sisanya yang 98-99 persen adalah merupakan serangga berguna yang dapat berperan
sebagai parasitoid, predator, penyerbuk (pollinator), pengurai (decomposer), dan serangga
industry. Menurut banyak ahli entomologi, serangga terdiri 30 ordo, namun hanya 13 ordo
yang merupakan ordo penting dalam perlindungan tanaman. Pengenalan gejala serangan
hama sangat penting untuk diketahui karena untuk menentukan binatang penyebabnya
umumnya lebih mudah diketahui dari gejala serangannya.
Serangga yang termasuk kelas insecta terdapat berbagai macam ordo dan spesies
yang beragam. Beberapa diantaranya sering kita temui di kehidupan sehari-hari.
Serangga memiliki atau termasuk anggota hama terbanyak yang menyerang tanaman,
termasuk tanaman pertanian. Serangga memiliki bentuk yang beragam tergantung
jenis dari serangga tersebut. Banyak dari serangga tersebut memiliki kesamaan
bentuk, warna, tipe mulut, dan sebagainya.
Adapun permasalahan serangga yang sebagian besar menjadi hama tanaman
akan membawa dampak buruk bagi petani yang tumbuhannya terserang, meskipun
begitu masih ada beberapa serangga yang berperan lain. Serangga dapat merusak,
memakan, dan mematikan tanaman. Sehingga hasil produksi pun menurun. Serangga
yang sering kita temui antara lain yaitu belalang, walang sangit, kepik, capung, dll.
Masing-masing serangga memiliki alat mulutnya sendiri-sendiri. Dimana serangga
tersebut memiliki ciri, daur hidup, metamorfosis, dan pola penyerangan yang
beragam. Dalam menyerang tumbuhan, kebanyakan hama menggunakan mulutkan
dan meningggalkan bekas atau gejala akibat serangannya tersebut.

1.2. Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui dan mengenal serangga hama, tipe alat mulut dan gejala
serangannya pada tanaman.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hama


Hama merupakan suatu organisme yang mengganggu tanaman,merusak tanaman
dan menimbulkan kerugian secara ekonomi,membuat produksi suatu tanaman berkurang
dan dapat juga menimbulkan kematian pada tanaman,serangga hama mempunyai bagian
tubuh yang utama yaitu caput, abdomen ,dan thorax.Serangga hama merupakan organisme
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan kerusakan dan
kerugian ekonomi.  Hama dari jenis serangga dan penyakit merupakan kendala yang
dihadapi oleh setiap para petani yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya
dan hasil produksi pertanian.  Hama dan penyakit tersebut merusak bagian suatu tanaman,
sehingga tanaman akan layu dan bahkan mati(Harianto, 2009).
2.2. Ordo Hama
2.2.1. Ordo Orthoptera
Ordo Orthoptera yaitu ordo serangga yang mengalami metamorfosis tidak
sempurna. Dalam daur hidupnya Ordo orthoptera mengalami tahapan perkembangan yaitu
telur, nimfa yaitu serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan
dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit, imago (dewasa)
ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk
alat perkembangbiakan serta sayapnya. Ciri-ciri serangga ordo orthoptera yaitu memiliki
satu pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan sempit disebut tegmina.Sayap belakang
tipis berupa selaput.Sayap digunakan sebagai penggerak pada waktu terbang, setelah
meloncat dengan tungkai belakangnya yang lebih kuat dan besar.Hewan jantan mengerik
dengan menggunakan tungkai belakangnya pada ujung sayap depan, untuk menarik betina
atau mengusir saingannya.Hewan betinanya mempunyai ovipositor pendek dan dapat
digunakan untuk meletakkan telur, tipe mulutnya menggigit(Hansamunahito, 2006).

2.2.2. Ordo Lepidoptera


Ordo lepidoptera termasuk dalam kelompok Holometabola yaitu serangga yang
mengalami metamorfosis sempurna. Berawal dari telur puru buah berukuran 0,1-0,2 mm,
warna transparan, kuning diletakkan induknya malam hari pada kuncup bunga dan pada
kulit buah muda. Kemudian menetas menjadi larva/ulat yang berwarna hijau muda dengan
kepala coklat panjang 5 mm. Larva masuk ke dalam kulit buah dan tetap tinggal sampai
pupa stadium ulat berlangsung selama 3 minggu. Pupa berwarna coklat berukuran 5-5,5
mm, berada dalam bunga, kulit bunga atau bagian-bagian tanaman yang tersembunyi.
Stadium dewasa berupa kupu, keluar dari pupa dengan meninggalkan bekas lubang pada
puru-puru di bagian tanaman tempat pupa tinggal (Sulistyo, 2009).

2.2.3. Ordo Coleoptera


Ordo Coleoptera termasuk dalam kelompok Holometabola yaitu serangga yang
mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna adalah telur menjadi larva menjadi pupa dan pupa menjadi
imago.Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa.Pupa
adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, pada saat itu
pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ.Imago adalah fase dewasa atau fase
perkembangbiakan Ciri-ciri ordo coleopteran yaitu mempunyai dua pasang sayap, sayap
depan keras, tebal dan mengandung zat tanduk disebut dengan elitra, sayap belakang
seperti selaput. Tipe mulut pengunyah dan termasuk herbivore. Habitatnya adalah di
permukaan tanah, dengan membuat lubang, selain itu juga membuat lubang pada kulit
pohon, dan ada beberapa yang membuat sarang pada dedaunan, Beberapa contoh
anggotanya adalah Kumbang badak Kumbang janur kelapa (Bailey W, 2004).

2.2.4. Ordo Hemiptera


Nama "Hemiptera" berasal dari bahasa Yunanihemi (setengah) dan pteron (sayap)
sehingga jika diartikan secara keseluruhan, Hemiptera berarti "yang bersayap setengah".
Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian
pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Sayap
depan ini pada sebagian anggota Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi
sayap belakangnya yang seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota
Hemiptera lain sayapnya tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang. Hemiptera tidak
mengalami metamorfosis sempurna. Morfologi Hemipterayaitu Mempunyai dua pasang
sayap, sepasang tebal dan sepasang lagi seperti selaput, Pada bagian kepala dijumpai
adanya sepasang antene, mata facet dan occeli.Tipe mulut menusuk dan mengisap,
Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah Walang sangit (Leptorixa
acuta Thumb.), Kepik hijau (Nezara viridula L) (Nonadita, 2008
2.2.5. Ordo Homoptera
Ordo Orthoptera yaitu ordo serangga yang mengalami metamorfosis tidak
sempurna. Dalam daur hidupnya Ordo orthoptera mengalami tahapan perkembangan yaitu
telur-nimfa-imago. Nimfa yaitu serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama
dengan dewasanya, dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit, imago
(dewasa) ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh dengan baik,
termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya. Ciri-ciri serangga ordo homoptera yaitu
Tipe mulut mengisap,mempunyai dua pasang sayap, sayap depan dan belakang sama,
bentuk transparan yang digunakan untuk terbang (sastrohidayat,2011).

2.2.6. Ordo Diptera


Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia :
telur menjadi larva kemudian menjadi kepompong setelah itu menjadi dewasa. Larva tidak
berkaki apodabiasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula
yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Ordo diptera meliputi serangga
pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid.Pada kepala serangga ini
dijumpai adanya antena dan mata facet.Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya,
tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap.
Metamorfosisnya sempurna (holometabola). Larva tidak berkaki, biasanya hidup di
sampah atau sebagai pemakan daging,bebrapa contoh serangga diptera yaitu lalat buah
(Dacus sp) lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F) lalat rumah (Musca domestica
Linn.) (Fatimah, 2008).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di Laboraturium Ilmu Gulma Jurusan Agroteknologi
pada hari Kamis pukul 10.00 WIB.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah:
 Belalang kayu (Valanga nigricornis)
 Kepik hijau (Nezara viridula)
 Daun yang terserang hama
 Cawan petri
 Buku gambar
 Alat tulis

3.3. Cara Kerja


1. Siapkan 3 hama yang sudah ditentukan.
2. Amati morfologi hama tersebut.
3. Gambarkan hama tersebut beserta daun yang terserang.
4. Tuliskan bagian-bagian dari hama tersebut dan gejala serangannya.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


No Gambar Nama Nama Ordo Tipe Alat Tanaman
Hama Latin Mulut Yang
Diserang
1. Belalang Valanga Orthopt Mengigit Padi
kayu nigricorni era mengunyah
s

2. Kepik Nezara Hemipte Menusuk Jagung


hijau virdula ra dan
linnaeus menghisap

4.2. Pembahasan
4.2.1. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)
Daur hidup Valanga nigricornis termasuk pada kelompok metamorfosis tidak
sempurna. Pada kondisi laboratorium (temperatur 28 °C dan kelembapan 80 % RH) daur
hidup dapat mencapai 6,5 bulan sampai 8,5 bulan. Fekunditas rata-ratanya mencapai 158
butir. Keadaan yang ramai dan padat akan memperlambat proses kematangan gonad dan
akan mengurangi fekunditas. Metamorfosa sederhana (paurometabola) dengan
perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur, nimfa, dan dewasa (imago). Bentuk nimfa
dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya.
Umumnya belalang V. Nigricornis bertelur pada awal musim kemarau. Telur dimasukkan
ke dalam tanah sedalam 5-8 cm. Telur tersebut di bungkus dengan assa busa yang
kemudian mengering dan memadat, bewarna cokelat dengan panjang 2-3 cm. Lama
penetasan 12-15 hari. Telur bewarna cokelat kekuningan, berbentuk sosis, dengan diameter
berkisar 1mm.
Nimfa yang baru menetas, bewarna kuning kehijauan dengan bercak hitam. Nimfa
tersebut keluar dari tanah, lalu naik ke tanaman jagung dan menghabisi daging daun
jagung. Nimfa mengalami lima kali instar, lamanya 48-57 hari. Nimfa yang beru menetas
panjangnya berkisar 8 mm dan lebar 3 mm, warna mula-mula putih dan berubah menjadi
merah orange atau merah bata. Nimfa yang sempurna panjangnya 35 mm dan lebar 28 mm.
Setelah menjadi imago, belalang ini akan terbang mencari makanan ke tempat lain.
Perkawinan di lakukan di atas pohon setelah kawin betina terbang ke tanah mencarri
tempat bertelur. Bila ada angin, belalang kayu bisa terbang sejauh 3km-4km. Tanah untuk
bertelur dipilih tanah gembur dan terbuka, tidak penuh dengan tanaman. V.nigricornis
berantena pendek, protonum tidak memanjang ke belakang, tarsi beruas tiga buah, femur
kaki belakang membesar, ovipositor pendek. Metamorfosa sederhana yaitu telur-nimfa-
dewasa.
Gejala Serangan Belalang Kayu (Valanga nigricornis). Belalang kayu, baik yang
masih muda (nimfa) maupun yang sudah dewasa memakan daun-daun tanaman jagung
sehingga mengurangi luas permukaan daun. Belalang dewasa biasanya memakan bagian
tepi daun (margi folii) sementara nimfanya memakan di antara tulang-tulang daun
sehingga menimbulkan lubang-lubang pada daun. Kerusakan tanaman biasanya ini tidak
serius, tetapi kerusakan daun ini pasti berpengaruh terhadap produktifitas tanaman yang
diserang. Jika serangan tanaman ini serius, daun tanaman jagung yang diserang akan rusak
bahkan habis dimakan.
Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman yang diserang oleh hama
belalang kayu bias menggunakan bahan bahan alami seperti akar tuba dan daun mimba
sebagai pestisida organic. Menanam varietas tahan hawar daun, seperti : Bisma, Pioner-2,
pioner-14, Semar-2 dan semar-5. Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya
(Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi bercak daun. Penyemprotan fungisida
menggunakan bahan aktif mankozeb atau dithiocarbamate. Dosis sesuai petunjuk di
kemasan.

4.2.2. Kepik Hijau (Nezara viridula)


Hama kepik hijau ini pada stadia imago berwarna hijau polos, kepala berwarna
hijau serna pronotumnya berwarna jingga dan kuning keemasan, kuning kehijauan dengan
tiga bintik berwarn hijau dan kuning polos.Telur diletakkan berkelompok (10-90
butir/kelompok) pada permukaan bawah daun.Nimfa terdiri dari 5 instar. Instar awal hidup
bergerombol di sekitar bekas telur, kemudian menyebar. Pada kedelai nimfa dan imago
terutama mengisap polong.
Gejala serangan :
Gejala serangan hama kepik hijau menyerang Polong dan biji menjadi mengempis, polong
gugur, biji menjadi busuk, hingga berwarna hitam. Kulit biji menjadi keriput dan adanya
bercak coklat pada kulit biji.Periode kritis tanaman terhadap serangan penghisap polong ini
adalah pada stadia pengisian biji. Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai
dengan cara mengisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong
dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering.
Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur.
Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk.
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam
kegiatan sehari-hari manusia.
2. Pengelompokan hama yang sering digunakan adalah membagi hama menurut
kisaran bahaya yang diakibatkanny
3. Hama pengganggu tanaman dibedakan dalam beberapa ordo, yaitu : Ordo
Orthoptera, Ordo Hemiptera, Ordo Homoptera, Ordo Coleoptera, Ordo
Lepidoptera, dan Ordo Diptera.

5.2. Saran
Semoga dikedepan berjalannya praktikum ini semakin bagus dan baik, aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

Bailey, W. 2004. Grasshopper problems in northeast Missouri. Integrated Pest & Crop
Management Newsletter. University of Missouri-Colombia. Vol. 14. No. 12.
June 18.
Fatimah, 2008. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian. Kanisius, Jogjakarta.
Hansamunahito, 2006, Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara, Jakarta.
Harianto, 2009. Pengenalan dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao.Jember.
Nonadita, 2007.Ordo-Ordo Serangga.PT Bima Aksara, Jakarta.
Sastrohidayat, Ika Rahdjaton. 2011. “Fitopatulia” UB press: Malang.
Sulistyo, 2009.Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara, Jakarta
LAMPIRAN

Belalang Kayu (Valanga nigricornis) dan Padi (Oryza sativa)

Kepik Hijau (Nezara Viridula)

Anda mungkin juga menyukai