Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN GULMA
“PENGENALAN DAN APLIKASI HERBISIDA”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pengelolaan Gulma

Disusun oleh :
Nama : Astari Fatatyasari
NIM : 4442180120
Kelas : VC
Kelompok : 3 (Tiga)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Pengelolaan Gulma
dengan judul “Pengenalan Dan Aplikasi Herbisida.” ini dengan tepat sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Sehubungan dengan penyelesaian laporan praktikum ini, tak jarang penulis
meminta bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak disebabkan kurangnya
pengetahuan penulis mengenai pembuatan laporan praktikum. Oleh karena itu
sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada, Allah SWT; saya
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Alfu Laila, SP., M.Sc. selaku Dosen
pengampu mata kuliah Pengelolaan Gulma dan teh Siti Mutoharoh selaku asisten
laboratorium, Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung; Perpustakaan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa selaku
fasilitator materi.
Penulis percaya masih banyak kekurangan dalalm laporan ini, baik
mengenai isi maupun tatacara dalam penulisan laporan ini. Namun penulis
berharap laporan ini sesuai dengan kriteria untuk diterima sebagai tugas laporan
fisiologi tanaman meminta kritik serta saran demi kesempurnaan laporan ini dan
laporan selanjutnya.

Serang, November 2019.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Tujuan ................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Herbisida ...............................................................................................3
2.2 Macam Macam Herbisida .....................................................................4
BAB III METOLOGI PRAKTIKUM ..................................................................7
3.1 Waktu dan Tempat ...............................................................................7
3.2 Alat dan bahan......................................................................................7
3.3 Cara kerja .............................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................8
4.1 Hasil .....................................................................................................8
4.2 Pembahasan ..........................................................................................8
BAB V PENUTUP ................................................................................................12
5.1 Simpulan ............................................................................................12
5.2 Saran ...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13
LAMPIRAN ..........................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan
satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air. Tingkat
persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma,
lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai
bersaing. Gulma merupakan jenis tumbuhan yang hidupnya atau keberadaannya
tidak dikehendaki. Munculnya suatu jenis gulma di sekitar areal tanaman
budidaya dapat dikendalikan dengan menggunakan bahan kimia yang dinamakan
herbisida.
Herbisida dalam dunia pertanian saat ini telah mengalami kemajuan yang
cukup pesat. Herbisida adalah senyawa kimia peracun gulma, dapat menghambat
pertumbuhan bahkan mematikan tumbuhan tersebut. Penggunaan herbisida secara
terus menerus dapat menyebabkan gulma menjadi resisten. Untuk menghindari
hal tersebut, maka diusahakan mencampurkan dua jenis herbisida dalam
mengendalikan gulma (Wahyudi et al., 2008).
Ditinjau dari cara kerjanya, herbisida dibedakan atas herbisida kontak dan
herbisida sistemik. Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan
jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama
bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida ini sesuai untuk mengendalikan
gulma setahun atau semusim, misalnya ciplukan (Physalis angulata), babadotan
(Ageratum conyzoides) dan bayam duri (Amaranthus spinosa).
Sedangkan herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya
ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun
sampai keperakaran atau sebaliknya. Herbisida ini bekerja dengan cara
menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan
tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh,
tunas sampai ke perakarannya. Berdasarkan penjelasan diatas maka praktikum ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh herbisida sistemik terhadap suatu tanaman
gulma.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa mengenal berbagai macam herbisida serta kegunaannya.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh herbisida terhadap pertumbuhan
gulma dan mekanisme herbisida dalam mematikan gulma.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Herbisida.
Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida ini dapat
mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (seperti pada proses pembelahan sel,
perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, fotosintesis, respirasi,
metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya) yang sangat diperlukan
tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pengertian tersebut
mengandung arti bahwa herbisida berasal dari metabolit, hasil ekstraksi, atau
bagian dari suatu organisme. Di samping itu herbisida bersifat racun terhadap
gulma atau tumbuhan penganggu juga terhadap tanaman. Herbisida yang
diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian yang dan jenis
tumbuhan. Pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan
dan tidak merusak tumbuhan yang lainnya (Riadi et al., 2011).
Berdasarkan cara aplikasinya herbisida dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
blanket spraying, broadcast treatment, band treatment, directed spraying, overhead
spraying, spot treatment, dan wipping blanket spraying yaitu herbisida yang
disemprotkan secara merata, khususnya berupa cairan. Broadcast treatment yaitu
herbisida yang disebarkan secara merata khususnya herbisida yang berbentuk
granular atau butiran. Band treatment yaitu herbisida yang disemprotkan menurut
jalur tanaman baik strip ataupun circle. Directed spraying yaitu herbisida yang
disemprotkan secara langsung, artinya dengan cara seperti ini, herbisida yang
tidak selektif dapat dipakai secara selektif. Overhead spraying yaitu herbisida
yang penyemprotannya dilakukan di atas tajuk tanaman. Spot treatment yaitu
herbisida yang disemprotkan setempat, artinya hanya gulma sasaran yang
disemprot sedangkan yang lainnya tidak. Wipping yaitu herbisida yang berbentuk
minyak yang diberikan dengan cara mengoleskan/mengurutkan herbisida tersebut
dengan sarung tangan (Riadi et al., 2011).
Berdasarkan waktu aplikasinya, herbisida dibedakan menjadi 2, yaitu
herbisida pratumbuh (pre-emergence) dan herbisida purnatumbuh (post-

3
emergence). Herbisida pratumbuh adalah herbisida yang digunakan pada saat
gulma belum tumbuh. Herbisida jenis ini bekerja dengan cara mematikan biji-biji
gulma yang akan berkecambah di dalam maupun diatas permukaan. Di
perkebunan, herbisida pratumbuh biasanya digunakan untuk areal yang akan
ditanami kacangan penutup tanah (LCC). Yakni mengurangi persaingan antara
gulma dengan kacangan penutup tanah. Adapun contoh-contoh herbisida
pratumbuh adalah sebagai berikut: Bimaron 80 WP, Diuron 80 WP, Karmex 80
WP, Nitrox 80 WP, Ustinex 80 WP (Riadi et al., 2011).
Herbisida purnatumbuh (post-emergence) adalah herbisida yang digunakan
setelah gulma tumbuh. Herbisida jenis ini biasanya diaplikasikan secara langsung
dengan menyemprotkannya ke arah gulma sasaran. Beberapa jenis herbisida
purnatumbuh dapat diaplikasikan dengan cara penghusap pada lalang. Adapun
contoh-contoh dari herbisida purnatumbuh adalah sebagai berikut: Agroxone 4,
Gramoxone, Roundup, Kleenup 480 AS, Wallop 240/110 WSC, Tornado 480 WS
(Djojosumarto, 2008).

2.2 Macam Macam Herbisida.


Berdasarkan daya kerjanya herbisida dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
herbisida kontak dan herbisida sistemik. Herbisida kontak yaitu herbisida yang
dapat mematikan langsung jaringan tumbuhan yang terkena, terutama yang
berwarna hijau. Herbisida ini tidak atau jarang sekali tertranslokasikan dari
jaringan yang satu ke jaringan yang lainnya. Contoh dari herbisida kontak adalah
sebagai berikut: gramoxone, paracol dan totacol (Puslit Kopi dan Kakao
Indonesia, 2010).
Herbisida sistemik yaitu herbisida yang biasa masuk ke dalam jaringan
tumbuhan dan ditranslokasikan ke bagian tumbuhan lainnya. Oleh karena sifatnya
yang sistemik, herbisida ini mampu membunuh jaringan gulma yang berada
didalam tanah. Contoh dari herbisida ini adalah 2,4-D, glifosat, dan glufosinat
(Djojosumarto, 2008).
Berdasarkan daya bunuhnya herbisida digolongkan menjadi beberapa bagian
yaitu herbisida selektif dan herbisida non selektif. Herbisida selektif merupakan
herbisida yang hanya mematikan atau menghambat jenis-jenis gulma tertentu dan

4
tidak berpengaruh terhadap jenis-jenis gulma lainnya. Contoh dari herbisida ini
antara lain 2,4 D dan MCPA. Herbisida ini hanya mematikan gulma berdaun lebar
(Wahyudi et al., 2008).
Herbisida nonselektif merupakan herbisida yang beracun bagi semua spesies
tumbuhan yang ada. Adapun contoh dari herbisida nonselektif yaitu Prakuat dan
glifosat (Riadi et al., 2011).
Berdasarkan cara penggunaannya herbisida digolongkan menjadi beberapa
bagian yaitu: folliar application, soil application, dan tree injection. Folliar
application merupakan herbisida yang diaplikasikan ke daun atau tajuk, biasanya
diaplikasikan pada saat gulma tumbuh. Soil application merupakan herbisida yang
diaplikasikan ke tanah atau menyemprotkan herbisida ke tanah sehingga dapat
mematikannya melalui akar. Adapaun contoh dari herbisida foliar application
adalah glufosinat propanil dan paraquat. Sedangkan contoh dari herbisida soil
application adalah diuron, ametrin dan oksifluorfen (Susanto, 2011).
Berdasarkan formulasinya herbisida digolongkan menjadi beberapa bagian
yaitu: larutan, emulsifiable concentrate, wettable powder, dan water dispersable
granular. Larutan merupakan berupa campuran yang homogen, secara mekanis
sukar dipisahkan. Emulsifiable concentrate merupakan bahan aktif yang hanya
larut di dalam minyak, ditambah dengan bahan emulsi agar dapat larut dalam air.
Wettable powder yaitu zat padat dan zat cair, dimana zat padat tersebut tidak
dapat larut dalam zat cair. Water dispersable granular berbentuk butiran halus
yang bersifat kurang stabil (Riadi et al., 2012).
Berdasarkan golongan bahan aktif herbisida dikelompokkan menjadi
beberapa bagian yaitu: alifatik, amida, bipiridilium, dinitroanilin, karbonat,
triazine, thiocarbonat. Alifatik, herbisida yang termasuk dalam golongan alifatik
tidak memiliki cincin atau rantai lurus. Ada dua kelompok herbisida dalam
herbisida alifatik yaitu asam alifatik dan arsenal organik. Amida digunakan untuk
mengendalikan kecambah gulma semusim, khusunya dari golongan rerumputan.
Bipiridilium herbisida yang termasuk dalam golongan tersebut adalah umumnya
termasuk herbisida pasca tumbuh, tidak aktif apabila diaplikasikan lewat tanah
dan tidak selektif. Dinitroanalin herbisida ini akan aktif bila diaplikasikan ke
tanah sebelum gulma tumbuh atau berkecambah. Karbonat mudah terurai

5
karbonat dapat membunuh tumbuhan monocotyledoneae. Triazine trdiri atas
lingkaran heterosiklik yang mempunyai tiga atom. Thiocarbonat yang dapat
membunuh Cyperus rotundus di kebun jagung, buncis, dan kentang (Susanto,
2011).
Berdasarkan kombinasi bahan aktif herbisida digolongkan menjadi 2 yaitu:
herbisida tunggal dan herbisida campuran. Herbisida tunggal adalah jenis
herbisida yang hanya terdiri atas satu jenis bahan aktif. Efektifitas jenis ini hanya
terbatas pada satu golongan tertentu. Adapun contoh-contoh dari herbisida tunggal
adalah sebagai berikut: Agroxone 4 Ally 20 WDG, Assault 100 AS, Banvel 480
AS, Indamin 720 HC dan Touchdown 480 AS. Herbisida campuran adalah jenis
herbisida yang terdiri atas dua jenis atau lebih bahan aktif. Campuran dua atau
lebih bahan aktif dalam formulasi yang diproduksi oleh formulator disebut
premix. Adapun contoh-contoh dari Herbisida Campuran adalah sebagai berikut:
Bimastr 240/120 AS (Glifosat + 2,4 D-amine), Glidamin 300/100 AS (Glifosat +
2,4 D-amine), paracol yang merupakan campuran antara paraquat dan diuron
(Susanto, 2011).

6
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 05 November 2019 pukul 13.30-
15.30 WIB bertempat di Pondok Indah Estate.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain alat semprot, gelas ukur,
patok bambu, pengaduk, dan ATK.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain air, herbisida sistemik,
dan tumbuhan gulma.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dicampurkan 3 mL herbisida dengan 500 mL air.
3. Disemprotkan pada tanaman gulma.
4. Diamati perubahan gulma pada 0 has, 3 has, dan 6 has.
5. Dicatat hasil pengamatan.
6. Dibuat dalam bentuk laporan.

7
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil.
Tabel 4.1. Hasil pengamatan gulma rumput, teki dan daun lebar.

No. HSA Gambar Kenampakan gulma

Gulma pada 0 HSA masih


terlihat sangat segar hijau
1. 0 HSA dengan mulai dari gulma perdu
sampai gulma alang-alang masih
hijau.

Gulma 3 HSA, gulma alang-


alang sedikit mongering
2. 3 HSA
kecoklatan tetapi tanaman perdu
masih hidup.

Gulma 6 HSA tanaman perdu


mengalami layu dan gulma
3. 6 HSA
alang-alang mengalami
kecoklatan layu.

4.2 Pembahasan.
Pada praktikum ini, praktikan melakukan pengendalian gulma
menggunakan herbisida. Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha
untuk meningkatkan daya saing tanaman budidaya dan melemahkan daya saing
gulma. Teknik pengendalian gulma yang dapat dilakukan adalah: preventif,
mekanis, kultur teknis, hayati, kimia, dan terpadu (integrated weed management).
Pemeliharaan tanaman menghasilkan mencakup pemupukan, pengendalian gulma,

8
pengendalian hama dan penyakit, serta penunasan. Pengendalian gulma
merupakan salah satu komponen penting hampir di detiap sistem produksi
tanaman, karena hasil panen dipengaruhi oleh adanya gulma. Menurut
Tjitrosoedirdjo (1984) salah satu cara yang dilakukan dalam pengendalian gulma
adalah dengan menggunakan herbisida. Aplikasi herbisida sebagai salah satu
alternatif untuk mengendalikan gulma menyebabkan penggunaan herbisida yang
semakin meluas dalam bidang pertanian terutama pada perkebunan-perkebunan
besar.
Herbisida sendiri merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk
mengendalikan gulma. Ashton dan Crafts (1981) membagi herbisida menjadi tiga
golongan berdasarkan sifat kimia, sifat selektivitas, dan cara pengendalian gulma.
Menurut Sukman dan Yakup (1991), penggunaan herbisida sendiri mulai
berkembang pesat sejak diperkenalkannya senyawa 2,4-D sebagai herbisida pada
tahun 1944. Penemuan tersebut dinilai memberikan kontribusi yang cukup besar
dalam meningkatkan produksi tanaman per satuan luas dan menghemat
penggunaan tenaga kerja. Selain itu, penggunaan herbisida memberikan
keuntungan yang tidak didapat pada sistem pengendalian manual. Menurut Islam
(2018) kontrol gulma menggunakan herbisida sekarang dianggap sebagai
alternatif atau suplemen untuk penyiangan konvensional. Namun, kemanjuran
herbisida terutama tergantung pada kemampuannya untuk menghasilkan efek
yang diinginkan pada gulma sasaran. Selain itu, waktu aplikasi herbisida juga
sangat penting sehubungan dengan kemanjurannya. Beberapa peneliti lain
menyatakan bahwa integrasi lebih dari satu metode pengendalian gulma yaitu
pengelolaan gulma terintegrasi adalah yang terbaik untuk pengendalian gulma
yang efisien karena efeknya yang lebih kecil pada organisme non-target, dan
untuk produksi tanaman yang berkelanjutan.
Berdasarkan cara kerjanya, herbisida dibedakan menjadi herbisida
sistemik dan kontak. Hal ini sesuai dengan pendapat Setyobudi et al (1995) bahwa
berdasarkan cara aplikasi melalui daun, herbisida dibedakan menjadi yang bersifat
kontak contoh paraquat (gramoxone) dan bersifat sistemik contoh glifosat
(roundup). Herbisida yang digunakan pada praktikum ini adalah herbisida
sistemik (roundup 486 SL). Menurut Oktavia (2014) glifosat merupakan herbisida

9
yang bersifat sistemik dan tidak selektif pascatumbuh. Glifosat dapat berpengaruh
pada pigmen hingga terjadi klorotik, pertumbuhan terhenti dan pertumbuhan dapat
mati. Glifosat mampu mengendalikan gulma hingga 42 HSA dikarenakan
herbisida terserap dengan baik hingga mencapai akar. Glifosat adalah herbisida
yang mempunyai spektrus pengendalian luas bersifat nonselektif. Glifosat sangat
efektif mengendalikan gulma rumput dan daun lebar yang mempunyai perakaran
dalam dan diaplikasikan sebagai herbisida pascatumbuh.
Menurut Duke (1988), bahan aktif glifosat dapat diabsorbsi lewat daun
kemudian ditranslokasikan bersama fotosintat dalam jaringan keseluruh bagian
gulma. Glifosat juga mempunyai daya brantas yang sangat luas dengan daya racun
yang rendah terhadap hewan dan manusia. Glifosat merupakan herbisida sistemik
yang bekerja lebih efektif pada saat pertumbuhan aktif sehingga dapat
ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan. Cara bekerja glifosat adalah dengan
menghambat sintesa protein dan metabolisme asam amino. Djau (2009) juga
menerangkan lebih lanjut tentang cara kerja glifosat, ia menjelaskan bahwa
glifosat membunuh gulma dengan menghambat aktivitas dari enzim 5-asam
enolpyruvylshikimic-3-synthase phosphate (EPSPS), yang penting bagi sintesis
asam amino seperti tyrosine, tryptopan, dan phenylalanine. Dengan adanya
glifosat, sintesis asam amino yang penting untuk pembentukan protein akan
terhambat.
Berdasarkan hasil pengamatan, 0 hari setelah aplikasi gulma sasaran
belum menunjukkan gejala apapun. Pada 3 hari setelah aplikasi, gulma alang-
alang sedikit mengering kecoklatan tetapi tanaman perdu masih hidup. Pada 6 hari
setelah aplikasi tanaman perdu mengalami layu dan gulma alang-alang mengalami
kecoklatan layu. Walaupun gulma sasaran sudah menunjukkan gejala kerusakan,
gulma sasaran tidak mati, hanya layu dan kering saja. Menurut Djau (2009)
glifosat bekerja menghambat metabolisme tanaman dan beberapa hari setelah
penyemprotan, tumbuhan menjadi layu, kuning, dan akhirnya mati. Herbisida
glifosat mengandung bahan kimia yang membuat herbisida menempel pada daun
sehingga glifosat dapat bergerak dari permukaan tumbuhan ke dalam sel
tumbuhan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa herbisida

10
yang disemprotkan pada gulma sasaran bekerja, hanya saja untuk mematikan
gulma membutuhkan waktu yang lebih lama.
Dalam penyemprotan, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah
kecepatan dalam berjalan yang sebisa mungkin sama. Kemudian tinggi nozzle dari
tanah juga dapat menimbulkan kesalahan dalam pengaplikasian. Selanjutnya yang
perlu diperhatikan adalah tekanan udara pada alat penyempotan yang sebaiknya
konstan. Apabila prosedur dapat dilakukan dengan baik, maka diharapkan aplikasi
dapat membuahkan hasil yang baik sesuai dengan yang diharapkan.

11
BAB V
PENUTUP

4.1 Simpulan
Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan khususnya gulma.
Berdasarkan cara kerjanya, herbisida dibedakan menjadi herbisida kontak dan
herbisida sistemik. Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya
ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun
sampai keperakaran atau sebaliknya. Herbisida ini bekerja dengan cara
menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan
tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh,
tunas sampai ke perakarannya. Pada praktikum ini gulma dapat berkurang dengan
diberi herbisida.

5.2 Saran
Pada praktikum Identifikasi gulma selanjutnya praktikan sebaiknya tidak
terlalu ramai saat praktium, karena mengganggu konsenrasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ashton, F. M. and A. S. Crafts. 1981. Mode of Action of Herbicides. New York:


A Wiley Interscience Publication.
Djau, R.A. 2009. Faktor Risiko Kejadian Anemia dan Keracunan Pestisida pada
pekerja Penyemprot Gulma di Kebun Kelapa Sawit PT. Agro Indomas
Kab. Seruyan Kalimantan Tengah. Semarang: Universitas Diponegoro
Press.
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Agromedia
Pustaka.
Duke, S. O. 1988. Glyphosate. New York: Marcel Dekker Inc.
Oktavia, Evi. 2014. Efikasi Herbisida Glifosat terhadap Gulma Umum pada
Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg) yang Sudah
Menghasilkan. Jurnal Agrotek Tropika. Vol. 2 (3). Puslit Kopi dan Kakao
Indonesia. 2010. Buku Pintar Budidaya Kakao. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Riadi, M., Rinaldi, dan Elkawakib. 2011. Herbisida dan Aplikasinya. Makasar:
Universitas Hasanudin Press.
Setyobudi, H., Subiyantono, dan S. Wanasuria. 1995. Praktek-Praktek
Pencampuran Herbisida pada Tanaman Perkebunan. Jakarta: Prosiding
Seminar Pengembangan Aplikasi Kombinasi Herbisida.
Sukman, Y., dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Sukman, Yernelis. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: Rajawali
Press. Tjirosoedirdjo, S. H. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan
Jakarta: Penebar Swadaya.
Wahyudi, T., T.R. Panggabean., dan Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao.
Jakarta: Penebar Swadaya.

13
LAMPIRAN

Lampiran.1 Herbisida sistemik

Lampiran.2 Herbisida kontak

Lampiran.3 Gulma yang disemprot herbisida

14

Anda mungkin juga menyukai