Anda di halaman 1dari 28

Pemeliharaan Jalan Raya

I.PENDAHULUAN
Tujuan pemeliharaan
pemeliharaan jalan adalah untuk mempertahankan
mempertahankan kondisi jalan mantap sesuai
deng
dengan
an tingk
tingkat
at pela
pelaya
yanan
nan dan
dan kemam
kemampua
puann
nnya
ya pada
pada saat
saat jalan
jalan terse
tersebut
but seles
selesai
ai
dibangun
dibangun dan diopera
dioperasika
sikan
n sampai
sampai dengan
dengan tercapa
tercapainya
inya umur rencana
rencana yang
yang telah
telah
ditentukan.
Bertitik tolak dari kondisi mantap tersebut, pemeliharaan jalan perlu dilakukan secara
terus-menerus/rutin dan berkesinambungan khususnya pada jenis konstruksi jalan yang
menggunakan sistem perkerasan lentur (flexible pavement). Pemeliharaan jalan tidak
hanya
hanya pada
pada perkera
perkerasann
sannya
ya saja,
saja, namun
namun mencaku
mencakup
p pula pemeliha
pemeliharaa
raan
n banguna
bangunan
n
pelengkap jalan dan fasilitas beserta sarana-sarana pendukungnya.
Suatu perkerasan jalan sekuat apapun tanpa didukung oleh fasilitas drainase akan
dengan
dengan mudah
mudah menurun
menurun kekuata
kekuatanny
nnya
a sebaga
sebagaii akibat
akibat dari melemahn
melemahnya
ya kepadata
kepadatan
n
lapisan pondasi dan terurainya butiran agregat dari bahan pengikatnya. Pemeliharaan
saluran tepi di kiri-kanan badan jalan menjadi penting dan air harus senantiasa mengalir 
dengan
dengan lancar
lancar karena
karena genang
genangan
an air hujan
hujan akan
akan melemahk
melemahkan
an struktur
struktur perker
perkerasan
asan
seca
secara
ra meny
menyel
elur
uruh
uh.. Seda
Sedang
ngka
kan
n reta
retak
k ramb
rambut
ut pada
pada lapi
lapisa
san
n perm
permuk
ukaa
aan
n suat
suatu
u
perkerasan bila tidak segera ditutup akan semakin membesar dan dimasuki air hujan
yang berdampak terurainya ikatan antara butiran agregat dari bahan pengikatnya, dan
menjadi kerusakan yang lebih besar. Kondisi ini akan semakin cepat bertambah parah
lagi bila beban lalulintasnya padat dan berat.

Pena
Penanga
nganan
nan pemel
pemeliha
ihara
raan
an jalan
jalan dapa
dapatt dilak
dilakuka
ukan
n seca
secara
ra rutin
rutin maup
maupun
un berka
berkala.
la.
Pemeliharaan jalan secara rutin dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun dan
dilakukan sesegera mungkin ketika kerusakan yang terjadi belum meluas. Perawatan
dan perbaikan dilakukan pada tahap kerusakan masih ringan dan setempat. Hal ini
dilak
dilakuka
ukan
n sehub
sehubun
unga
gan
n deng
dengan
an biaya
biaya perba
perbaika
ikanny
nnya
a yang
yang relat
relatif
if renda
rendah
h dan
dan cara
cara
memperbaikinyapun relatif mudah/ringan.
Pemeliharaan jalan secara berkala dilakukan secara berkala dengan melakukan pula
pere
peremaj
majaa
aan
n terha
terhada
dap
p baha
bahan
n perke
perkeras
rasan
an maup
maupun
un baha
bahan
n lainny
lainnya.
a. Selai
Selain
n itupu
itupun,
n,
dilak
dilakuka
ukan
n perat
perataa
aan
n kemba
kembalili terha
terhada
dap
p permu
permuka
kaan
an jalan
jalan.. Baik
Baik pemel
pemeliha
ihara
raan
an rutin
rutin
maupun pemeliharaan
pemeliharaan berkala,
berkala, tidak dimaksudkan untuk meningkatkan
meningkatkan kemampuan
struktur.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengendalian dan pengawasan pemeliharaan jalan
perlu dilakukan secara rutin maupun berkala agar kerusakan jalan beserta bangunan
pelengkap
pelengkap dan fasilitas
fasilitas pendukungnya
pendukungnya sejak dini dapat diditeksi
diditeksi jenis dan volume serta
cara penanganan yang harus dilakukan segera. Selain itupun perlu diketahui lokasi
kerusakannya, khususnya pada lokasi tertentu yang selalu terjadi kerusakan berulang.
Pengendalian dan pengawasan pekerjaan pemeliharaan jalan menjadi penting dalam
upaya meningkatkan kemampuan dan pengembangan jaringan jalan yang telah mantap
guna melayani lalulintas transportasi darat dan daerah=daerah yang berkembang.

II. KEGIATAN UTAMA PEMELIHARAAN JALAN


Kegiata
Kegiatan
n utama
utama pemeliha
pemeliharaa
raan
n jalan
jalan dibagi
dibagi dalam
dalam bebera
beberapa
pa katego
kategori
ri pemeliha
pemeliharaa
raan
n
sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing bagian dari suatu konstruksi jalan.
Bagian-bagian dari konstruksi jalan yang perlu dipelihara antara lain adalah sebagai
berikut:

1. Struk
Struktur
tur Perke
Perkeras
rasan
an Jalan
Jalan..
2. Bahu Ja
Jalan.
3. Fasilita
Fasilitas
s Pejal
Pejalan
an Kaki/Tr
Kaki/Troto
otoar.
ar.
4. Fasil
Fasilita
itas
s Draina
Drainase
se Jalan
Jalan..
5. Perle
Perleng
ngka
kapan
pan Jalan
Jalan..
6. Leren
Lereng/
g/Ta
Talud
lud Jalan
Jalan..
7. Struk
Struktur
tur Pen
Pendu
duku
kung
ng Jalan
Jalan..

Selain
Selain itu, kegiata
kegiatan
n yang perlu
perlu dilakuk
dilakukan
an dalam
dalam keadaan
keadaan mendesa
mendesak/da
k/darura
ruratt adalah
adalah
apabila terjadi bencana alam seperti tanah longsor, banjir, jalan dan jembatan terputus,
pengaturan lalulintas, dan lain-lain.

II.1. Struktur Perkerasan Jalan


Kerusakan pada struktur perkerasan jalan dapat terjadi dengan kondisi yang berbeda-
beda sesuai dengan tingkat kerusakannya; berat, sedang, ataupun ringan. Disarankan
pada saat kondisi kerusakan ringan dapat segera diperbaiki dengan cara pemeliharaan
rutin, agar kerusakan tidak berkembang lebih lanjut atau semakin parah yang berakibat
semakin mahal biaya untuk perbaikannya. Sesuai dengan jenis perkerasan jalan yang
umumnya dilaksanakan, maka kerusakan yang terjadi umumnya mengikuti jenis
perkerasan itu masing-masing.
Pada perkerasan lentur dengan lapisan penutup, jenis kerusakan yang sering timbul
antara lain adalah:

1. Lubang.
2. Bergelombang/keriting.
3. Alur.
4. Penurunan/Ambles.
5. Jembul.
6. kerusakan Tepi.
7. Retak Buaya.
8. Retak Garis.
9. Kegemukan Aspal.
10.Terkelupas.

Pada perkerasan lentur tanpa lapisan penutup, jenis kerusakan yang sering timbul
antara lain adalah sebagai berikut:

1. Lubang-lubang.
2. Bergelombang/keriting.
3. Alur.
4. Penurunan/Ambles.

Pada perkerasan kaku, jenis kerusakan yang sering timbul, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. kerusakan pengisi celah lubang.
2. Penurunan slab dan slab pecah/retak pada sambungan

Metode perbaikan pada perkerasan lentur dengan lapis penutup adalah;

1. Penambalan lubang.
2. Perataan.
3. Pelaburan/Pengaspalan.
4. Pengisian retak.
5. Penutupan retak.
6. Penebaran pasir.

Metode perbaikan pada perkerasan lentur tanpa lapis penutup adalah;

1. Penambalan lubang.
2. Perataan.
3. Perbaikan kemiringan.
4. Penambahan kerikil.

Metode perbaikan pada perkerasan kaku adalah;

1. Perbaikan celah.
2. Penyuntikan.
3. Penambahan.

II.2. Bahu Jalan


Bahu jalan ditepi kiri dan kanan perkerasan jalan diperlukan guna memberikan rasa
aman bagi pengemudi dan melindungi struktur perkerasan jalan dari kerusakan tepinya
masing-masing.
Kerusakan pada bahu jalan dapat dikategorikan sebagai berikut;
Dengan Lapisan Penutup;

1. Lubang-lubang pada bahu jalan.


2. Bergelombang dan keriting.
3. Jembul pada permukaaan bahu jalan.
4. Retak buaya.
5. Kegemukan aspal.
6. Permukaan bahu jalan terkelupas.

Tanpa Lapisan Penutup;

1. Letak setempat.
2. Ambles/terjadi alur dipermukaan.

Bahu jalan dari tanah;

1. Retak setempat.
2. Kehilangan permukaan.
3. Rumput panjang.

Metode perbaikan bahu jalan dengan lapisan penutup;

1. Penambalan lubang.
2. Perataan.
3. Pelaburan/pengaspalan.
4. Penebaran pasir.

Metode perbaikan bahu jalan tanpa lapisan penutup;

1. Perataan.
2. Pelandaian.
3. Pembuatan kemiringan.

Metode perbaikan bahu jalan dari tanah;

1. Perataan.
2. Pelandaian.
3. Pembuatan kemiringan.
4. Pemangkasan rumput.

II.3. Fasilitas Pejalan Kaki/Trotoar 


Fasilitas untuk pejalan kaki/trotoar sangat diperlukan guna keselamatan dan keamanan
di tepi jalan terhadap kecelakaan lalulintas. Trotoar sangat dibutuhkan pada jalan kota,
khususnya di daerah permukiman maupun di pusat-pusat kegiatan, seperti perkantoran,
sekolah, perdagangan, perbelanjaan, dan lain-lain.
Kerusakan yang sering terjadi pada trotoar suatu jalan bergantung kepada jenis bahan
yang digunakan pada pembuatan trotoar tersebut.
Trotoar dengan lapisan penutup;

1. Retak-retak pada lapisan penutup.


2. Kehilangan lapisan permukaannya

Trotoar tanpa lapisan penutup;

1. Terjadi lubang-lubang.
2. Ambles/penurunan permukaan.

Trotoar dari pasangan ubin/blok;

1. Permukaan tidak rata.


2. Susunan bergeser/tidak beraturan.

Trotoar dengan bahan beton;

1. Beton pecah/retak.
2. Permukaannya mengelupas.

Trotoar bagian tepi/penahan kerb;


1. Kerusakan pada inlet kerb/fungsi drainase.
2. Inlet kerb tersumbat/fungsi drainase.
3. Kerb terlepas/hilang/kabur.

Metode perbaikan fasilitas pejalan kaki/trotoar antara lain adalah;

1. Pengaspalan.
2. Pemadatan ulang.
3. Penggantian lantai.
4. Penambalan permukaan.
5. Penggantian yang rusak/hilang.
6. Pembersihan inlet kerb.
7. Pengecatan kerb yang pudar.

II.4. Fasilitas Drainase Jalan


Fasilitas drainase jalan yang berfungsi untuk membuang air berlebih pada permukaan
suatu jalan, umumnya perlu mendapatkan perawatan dan pemeliharaan rutin agar 
dapat tetap berfungsi secara optimal. Kerusakan yang sering timbul dan kurang
berfungsinya fasilitas drainase jalan tergantung kepada jenis bahan yang digunakan.
Tanpa pasangan batu;

1. Pendangkalan, sebagai akibat dari pengendapan lumpur.


2. Kerusakan pada saluran terbuka; dasar saluran tergerus, talud longsor/tergerus.
3. Tumbuh-tumbuhan pada saluran terbuka, mengganggu laju aliran air.

Dengan pasangan batu;

1. Pendangkalan, sebagai akibat dari pengendapan bahan/material yang hanyut.


2. Kerusakan pada saluran terbuka; retak-retak pada permukaaan saluran,
terlepasnya batu dari ikatannya.

Metode perbaikan drainase jalan tanpa pasangan batu adalah;


1. Pembersihan.
2. Perataan kemiringan.
3. Perataan kemiringan saluran.

Metode perbaikan drainase jalan dengan pasangan batu;

1. Pembersihan saluran pasangan batu.


2. Perbaikan yang retak dan pemasangan batu kembali.
3. Pembuatan ulang saluran pasangan batu.

Gorong-gorong;

1. Tersumbat; sampah/tumbuhan yang hanyut tertahan di inlet gorong-gorong


sehingga mengganggu aliran air.
2. Kerusakan pada struktur; retak, pecah, terlepas dari sambungan, dan lain-lain.
3. Kerusakan kepala gorong-gorong; baik inlet maupun outletnya.

Metode perbaikan gorong-gorong;

1. Pembersihan saluran gorong-gorong.


2. Perbaikan gorong-gorong.
3. Perbaikan dinding gorong-gorong.

Saluran;

1. Terjadinya timbunan sampah.


2. Pendangkalan; endapan lumpur/pasir.
3. Penggerusan pada struktur saluran.

Metode perbaikan saluran;

1. Pembersihan kotoran/sampah.yang menyumbat.


2. Pengambilan pasir yang mengendap.
3. Perbaikan dasar saluran.

II.5. Perlengkapan Jalan dan Fasilitas Pendukung Lainnya


Perlengkapan jalan dan fasilitas pendukung lainnya dimaksudkan agar dapat
memberikan informasi bagi pengemudi kendaraan untuk dapat mengikuti dan
mengetahui keadaan di jalan raya yang dilaluinya. Perlengkapan/pendukung jalan yang
dapat berfungsi secara baik akan memberikan kejelasan kepada setiap pengemudi
untuk dijadikan pedoman selama berkendaraan di jalan raya. Kerusakan pada
perlengkapan jalan akan menimbulkan ketidak jelasan kepada pengemudi dan
menimbulkan kesulitan lainnya.
Patok kilometer dan hektometer;

1. Kerusakan patok kilometer dan hektometer ; patah, pecah, terkelupas,


tulisannya hilang/kabur.
2. Patok kilometer/hektometer hilang dari tempatnya.
3. Patok kilometer/hektometer terhalang/tertutup akibat tertutup tumbuh-tumbuhan,
dan terhalang bangunan liar.

Rambu-rambu jalan;

1. Perubahan letak rambu lalulintas.


2. rambu lalulintas kotor, tertutup/coretan.
3. Rambu lalulintas rusak, dirusak, terbentur benda keras.
4. Rambu lalulintas hilang, dilepas, dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
5. Tiang rambu hilang/dicuri, atau dirusak akibat benturan keras.

Marka jalan;

1. Tampilan marka berkurang/pudar.


2. Posisi/penempatan marka salah/keliru/belum selesai.

Metode perbaikan patok kilometer dan patok hectometer;


1. Perbaikan patok.
2. Penggantian patok yang hilang.
3. Pemindahan penghalang patok.

Metode perbaikan rambu-rambu jalan;

1. Pelurusan rambu (tiang).


2. Pembersihan rambu.
3. Perbaikan rambu.
4. Penggantian rambu yang hilang.
5. Penegakan rambu.

Metode perbaikan marka jalan;

1. Pemberian garis marka yang benar/sesuai.


2. Pemindahan garis marka sesuai kondisi yang dibutuhkan.

II.6. Lereng/Talud Jalan


Pemeliharaan rutin pada lereng maupun talud jalan perlu dilakukan agar dapat dicegah
terjadinya kelongsoran/tanah longsor, khususnya pada musim penghujan sebagai
akibat dari erosi/pengikisan oleh air. Kerusakan pada lereng maupun talud jalan
dikategorikan sesuai dengan bahan yang digunakan pada lereng dan talud jalan
tersebut.
Lereng/Talud dari kerikil;

1. Erosi atau pengikisan oleh air hujan.


2. Rembesan air (air tanah) pada lereng/talud.

Lereng /talud dari pasangan batu;

1. retak pada struktur penahan tanah di lereng/talud jalan.


2. Ambles pada lereng/talud akibat penurunan/longsor.
Lereng/talud ditanami rumput;

1. Rumput tumbuh panjang pada lereng, perlu dipangkas.


2. Rumput yang gundul pada lereng, perlu ditanam kembali.

Lereng/talud dari bongkahan batu;

1. Sebagian batu hilang/lepas.


2. Susunan batu tidak teratur/penurunan/ambles.

Metode perbaikan lereng/talud dari kerikil;

1. Pengalihan aliran air.


2. Pelandaian kemiringan saluran air.
3. Saluran bawah tanah.

Metode perbaikan lereng/talud dari pasangan batu;

1. Perbaikan retak pada pasangan batu.


2. Pembuatan konstruksi telapak.

Metode perbaikan lereng/talud ditanami rumput;

1. Pemotongan rumput yang panjang.


2. Penanaman rumput yang gundul.

Metode perbaikan lereng/talud dari bongkahan batu;

1. Penambahan batu yang hilang.


2. Pemasangan kembali yang lepas.
3. Penyusunan kembali bongkahan batu.

II.7. Struktur Pendukung Jalan


Pemeliharaan struktur pendukung jalan seperti jembatan dan box culvert / gorong-
gorong (lubang > 3 m), perlu dilakukan guna memastikan berfungsinya struktur tersebut
memikul beban lalulintas jalan yang melaluinya. Kerusakan pada jembatan dan box
culvert ditangani secara khusus melalui pemeliharaan jembatan dan bangunan struktur 
pendukung jalan.
Jembatan;

1. Dek/pelat lantai jembatan berpasir, mempengaruhi lintasan jalan.


2. Pagar/railing jembatan rusak/bengkok, lepas/hilang/dicuri.
3. Penurunan pada jalan pendekat (oprit) jembatan.

Box culvert / gorong-gorong lubang > 3 m;

1. Dek/pelat lantai berpasir; mempengaruhi lintasan jalan.


2. Pagar/railing rusak/bengkok, lepas/hilang/dicuri.
3. Penurunan pada jalan pendekat (oprit) box culvert / gorong-gorong.

Lain-lain;
1. Railing dari bahan yang mudah mengalami korosi/berkarat, catnya mengelupas.
2. Pembersihan endapan/tumbuhan pada inlet yang telah disediakan.
3. Pemeriksaan kekuatan dan kencang/kendornya baut (jembatan rangka baja).
4. Cat terkelupas.
5. Bagian-bagian struktur berkarat (baja).
Metode perbaikan jembatan;

1. Pembersihan dek/pelat lantai jembatan.


2. Pengecatan pagar/railing yang pudar.
3. Penggantian/pemasangan pagar/railing yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Perataan jalan pendekat/oprit.

Metode perbaikan box culvert/gorong-gorong > 3 m;


1. Pembersihan dek/pelat lantai.
2. Pengecatan pagar/railing yang pudar.
3. Penggantian/pemasangan pagar/railing yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Perataan jalan pendekat/oprit.

Penanganan Darurat;
Penanganan darurat perlu dilakukan segera bila pada ruas jalan yang bersangkutan
mengalami kerusakan akibat adanya bencana alam; seperti badan jalan longsor atau
tertimbun longsoran dari tebing, sehingga akses jalan tidak berfungsi. Bila masih
memungkinkan dibuatkan jalan sementara/darurat melalui bahu jalan yang masih kuat,
sambil kerusakan pada badan jalan diperbaiki. Perlu adanya pengaturan lalulintas dan
rambu pengamanan.
 Ada kalanya pohon besar tumbang melintang jalan sehingga perlu segera
memindahkan atau memotongnya dan membersihkannya agar jalan dapat berfungsi
dan lalulintas tidak terhambat. Dalam hal ini, perlu disiapkan regu-regu dengan
peralatan pemotong/gergaji untuk penanganan darurat ini.

III. PENGENDALIAN MUTU PEMELIHARAAN JALAN


Pengendalian mutu dalam pemeliharaan jalan dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan kegiatan pemeliharaan, khususnya pemeliharaan rutin.
Seorang petugas yang terkait dalam kegiatan pemeliharaan rutin harus dapat
mempertanggungjawabkan seluruh pekerjaan pemeliharaan yang telah dilaksanakan.

III.1. Mutu Pelaksanaan


Mutu pelaksanaan dari kegiatan pemeliharan rutin dimonitor dan dipantau sesuai
dengan tingkat kerusakan yang perlu segera diperbaiki dan ditindak lanjuti.
Tanggungjawab seorang petugas pada suatu kegiatan pemeliharaan jalan adalah,
bagaimana yang bersangkutan dapat menjamin dipenuhinya tata cara penanganan
 jenis-jenis kerusakan yang telah disyaratkan dalam pemeliharaan rutin tersebut.
Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, antara
lain sebagai berikut;
1. Melakukan monitoring dan pantauan secara terus-menerus terhadap kondisi jalan
sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawab masing-masing.
2. Melakukan pencatatan yang dituangkan dalam bentuk laporan harian, tingkat dan jenis
kerusakan yang ada.
3. Melakukan usaha perbaikan sesuai tata cara yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemeliharaan jalan.
4. Melaporkan segera kepada atasan masing-masing bila terjadi hal-hal diluar 
kemampuannya yang tidak dapat diatasi sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

III.2.Kuantitas Hasil Akhir 


Hasil akhir dari suatu pekerjaan pemeliharaan rutin jalan perlu dicatat dan dievaluasi
serta dilaporkan secara periodik; harian, mingguan, bulanan, triwulanan, dan final/akhir.
Kuantitas hasil akhir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Kerataan permukaan dari struktur; menampilkan hasil akhir pekerjaan yang


berkualitas, sama seperti keadaan baru atau kembali seperti semula.
2. Kepadatan; pada lapisan perkerasan telah dicapai tingkat kepadatan yang
sesuai dengan peran dan fungsinya dalam struktur.
3. Bentuk; hasil akhir sesuai dengan bentuk yang telah direncanakan (gambar 
rencana/kerja).
4. Fungsi; setelah dilakukan pemeliharaan/perbaikan, dapat berfungsi secara baik
dan benar, misal kelancaran air pada saluran tepi / tidak tersumbat.
5. Toleransi; perbedaan/selisih dari hasil akhir pekerjaan masih dalam batas-batas
atau koridor yang disyaratkan (tidak berpotensi menimbulkan kerusakan).
6. Jumlah; kuantitas hasil akhir pekerjaan sesuai dengan kuantitas yang telah
direncanakan dalam pemeliharaan/perbaikan.

III.3. Sumber Daya


Sumber daya yang diperlukan dalam suatu pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan
antara lain adalah tenaga pekerja, peralatan dan bahan. Disamping itu, perlu
diperhatikan pula jadual kegiatan masing-masing pekerjaan dan mutu sumber dayanya
yang dijelaskan sebagai berikut;

1. Tenaga Pekerja: pentingnya tingkat keahlian dan tingkat keterampilan tertentu


dari masing-masing tenaga pekerja untuk menangani suatu jenis pekerjaan,
sehingga dapat disusun suatu jadual kegiatan yang sesuai dengan kemampuan
masing-masing tenaga pekerja dalam menangani suatu pekerjaan.
2. Peralatan; penggunaan jenis dan kapasitas peralatan yang tepat/sesuai dengan
kebutuhan operasional dalam penanganan masing-masing jenis kegiatan
pemeliharaan/perbaikan agar diperoleh hasil pekerjaan yang optimal.
3. Bahan; tersedianya bahan/material yang diperlukan dan memadai dalam setiap
tahapan kegiatan pemeliharaan rutin sehingga pelaksanaannya dapat lancar dan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Pengendalian mutu sumber daya dilakukan secara terjadual dan senantiasa


disesuaikan dengan jenis pekerjaan/kegiatan yang telah direncanakan. Hal ini
diperlukan agar penyelenggaraan kegiatan berlangsung efisien dan mendapatkan hasil
yang optimal sesuai dengan spesifikasi yang telah dipersyaratkan. Penggunaan metode
pelaksanaan dan ketersediaan biaya yang diperlukan turut menentukan kelancaran
kegiatan pemeliharaan jalan.

III.4. Waktu
Waktu penyelenggaraan suatu kegiatan/pekerjaan perlu pentahapan agar dapat
dikendalikan dan diawasi secara baik. Umumnya pentahapan waktu penyelenggaraan
pemeliharaan rutin dibagi sebagai berikut;

1. Perencanaan; seluruh kegiatan yang akan dilakukan direncanakan dan


dijadualkan terlebih dahulu baik mutu maupun jumlahnya, dan ditetapkan
spesifikasi dan persyaratan yang diperlukan untuk pelaksanaannya.
2. Persiapan; hal-hal yang perlu disiapkan dan disediakan, dijadual sesuai dengan
rencana kegiatan yang akan dilakukan sehingga tidak terjadi hambatan pada
saat pelaksanaan pekerjaannya.
3. Pelaksanaan; waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan yang telah
terjadual diupayakan agar dapat dipenuhi sesuai dengan mutu dan jumlah yang
telah ditentukan dalam spesifikasi. Dalam hal ini, perlu pengendalian dan
pengawasan yang akurat agar dapat dijamin kelancaran penyelenggaraan
kegiatan pemeliharaan rutin tersebut dan hasil yang optimal.
4. Pemantauan; agar kendali dan pengawasan pelaksanaan dapat berlangsung
sesuai dengan yang telah dijadualkan, waktu pemantauan dilakukan secara
terus-menerus untuk mengantisipasi bila terjadi penyimpangan atau kesalahan
yang perlu segera diperbaiki dan ditindak lanjuti.

III.5. Tempat/Lokasi
Terjadinya kerusakan pada suatu struktur perlu diketahui dimana lokasi kerusakannya,
 jenis kerusakannya, dan dimensi kerusakannya. Hal ini perlu segera diketahui agar 
penanganannya dapat sesuai dengan jenis sumber daya yang perlu
disiapkan/disediakan.

1. Lokasi kerusakan;
a. harus diketahui dengan jelas agar dapat segera dilakukan pengiriman
petugas pemeliharaan dan kelengkapannya untuk melakukan perbaikan.
b. Setiap lokasi kerusakan sudah diberi tanda (misal; cat semprot), dan
dicatat untuk bahan laporan/inventarisasi.
2. Jenis kerusakan;

a. Jenis kerusakan yang terjadi perlu diketahui untuk memastikan upaya


perbaikannya yang menyangkut masalah teknologi konstruksi.
b. Setiap jenis kerusakan perlu diinventarisasi untuk keperluan laporan
evaluasi selanjutnya.

3. Dimensi kerusakan;
a. Dimensi kerusakan yang terjadi perlu diketahui guna memastikan tingkat
kerusakan dan volume kerusakan yang terjadi sehingga dapat
dipersiapkan tenaga pekerja, bahan, alat, metode/cara, dan biaya yang
sesuai.
b. Setiap dimensi kerusakan diinventarisasi untuk keperluan laporan dan
analisa perhitungan selanjutnya, khususnya dalam mempersiapkan
rencana anggaran biaya yang diperlukan.

III.6. Tuntutan
Dalam penyelenggaraan pengelolaan jaringan jalan yang telah ada, perlu adanya suatu
penanganan yang segera sebelum kerusakan meluas / meningkat. Hal ini dapat
dilakukan bila koordinasi antara semua pihak yang terkait dengan masalah
pemeliharaan rutin jalan berjalan secara baik dan lancar. Selain itu, perlu diketahui
bahwa biaya perbaikan jalan akan jauh lebih besar bila tidak segera ditangani. Tingkat
kerusakan jalan yang lebih berat akan membutuhkan penyediaan sumber daya yang
lebih banyak dan waktu pengerjaan yang lebih lama.
Kerusakan jalan yang lebih berat dan banyak, berpengaruh terhadap menurunnya
tingkat layanan jalan dan kapasitas jalan yang ada sehingga kelancaran arus lalulintas
 jalan terganggu, dan pada gilirannya akan menyebabkan terhambatnya arus
pergerakan manusia dan barang.
Penanganan kerusakan jalan yang masih ringan, selain metode/cara perbaikannya
lebih mudah/sederhana, biaya yang dibutuhkan rendah dan waktu yang digunakan
untuk melakukan perbaikan jauh lebih singkat.

III.7. Tanggung Jawab


Dalam melakukan pengendalian dan pengawasan mutu pemeliharaan rutin jalan, pihak-
pihak yang terkait antara lain;

a. Juru Jalan.
b. Pengamat.
c. Petugas Dinas Bina Marga/Praswil/PU/UPR.
d. Kepala Satuan Kerja Sementara/Pemimpin Proyek/Bagian Proyek
e. Unsur-unsur terkait dengan perencanaan / pemrograman, penganggaran,
pemantauan, pemeliharaan rutin jalan dan jembatan Nasional dan
Propinsi.

Masing-masing mempunyai tanggungjawab sebagai berikut;

1. Juru jalan;
a. Mutu pelaksanaan yang dikerjakan oleh regu-regu pekerja.
b. Mutu pelaksanaan yang dikerjakan oleh unsur-unsur dinas.
c. Ketepatan laporan kondisi jalan serta waktu penyampaiannya (akurasi
laporan) kepada Pengamat.
2. Pengamat;

a. Mutu pelaksanaan yang dilakukan Juru Jalan.


b. Rencana pelaksanaan/sumber daya (sesuai program).
c. Jadual pengaturan bahan dan alat.
d. Laporan kerusakan jalan; perlunya penanganan sesegera mungkin.

3. Petugas Dinas Bina Marga/Praswil/UPR

a. Penyiapan dan penyediaan peralatan/perlengkapan untuk kegiatan


pemeliharaan rutin.
b. Pengaturan/penjadualan kegiatan pemeliharaan rutin.

4. Kepala Satuan Kerja Sementara /Pemimpin Proyek /Bagian Proyek;

a. Rencana, program, anggaran dan pantauan pemeliharaan rutin di


wilayahnya.
b. Ketepatan waktu pengerahan peralatan pemeliharaan rutin.
c. Ketersediaan bahan dan dukungan logistik untuk kegiatan pemeliharaan
rutin.
5. Unsur-unsur terkait lainnya;

a. Perencanaan/pemrograman pemeliharaan jalan.


b. Penganggaran biaya untuk keperluan pemeliharaan jalan.
c. Pemantauan kemajuan/kelancaran (progres) pemeliharaan jalan.
d. Evaluasi hasil-hasil yang dicapai kegiatan pemeliharaan jalan.

Dengan koordinasi yang baik diantara semua unsur terkait dengan pemeliharaan jalan,
akan dicapai pemeliharaan jalan yang optimal.

IV. PERALATAN
Peralatan yang digunakan harus sesuai dengan keperluan pada saat melakukan
kegiatan pemeliharaan rutin. Seluruh peralatan yang telah disepakati untuk digunakan
dalam kegiatan pemeliharaan rutin senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan untuk
penanganan pekerjaan dilapangan.
Jenis dan kapasitas peralatan serta kemampuan operatornya perlu disesuaikan dengan
kondisi di lapangan, agar dalam pengoperasiannya alat tersebut dapat berfungsi secara
baik dan lebih efisien. Penggunaan peralatan yang bukan peruntukannya akan
menyebabkan inefisiensi dan hasil akhir yang tidak memuaskan. Untuk mendukung
keberhasilan penggunaan peralatan yang sesuai, perlu mengetahui terlebih dahulu
fungsi, karakteristik, kemampuan, dan cara pengoperasiannya yang benar.
Beberapa jenis peralatan utama yang umumnya digunakan untuk pekerjaan
pemeliharaan rutin antara lain adalah sebagai berikut;

1. Vibrating Rammer;

a. Untuk pemadatan lapisan tanah dasar (subgrade), lapisan pondasi


bawah (subbase course), lapisan pondasi atas (base course);
untuk lokasi setempat.

b. Tidak boleh digunakan untuk pemadatan campuran aspal dingin atau


campuran aspal panas.
5. Vibrating Plate Compactor;
a. Untuk pemadatan lapisan campuran aspal.
b. Untuk pemadatan agregat pada bahu jalan dengan ketebalan < 10 cm
(hanya lokasi setempat).
c. Untuk pemadatan Asphalt Treated Base (ATB).
6. Baby Roller (Vibrating);

a. Untuk pemadatan campuran aspal dingin atau campuran aspal panas,


terutama pada lapisan permukaan dari penambalan lubang atau perataan.
b. Untuk pemadatan pasir atau agregat halus pada laburan aspal.
c. Untuk pemadatan agregat pada bahu jalan.

7. Site mixer;

a. Untuk pembuatan campuran aspal dingin di lapangan (dengan aspal


emulsi, aspal cair/cutback atau asbuton) dengan ukuran maximum 0,1 m 3.

8. Asphalt Sprayer;

a. Peralatan penyemprot aspal.

Selain alat-alat tersebut, perlu dilengkapi dengan perlengkapan yang sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan di lapangan, seperti saringan/ayakan untuk agregat, sekop,
pembersih debu/sapu lidi, dan lain-lainnya.

V. BAHAN / MATERIAL
Bahan/material yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan jalan antara lain batu
belah, agregat kasar/halus, dan bahan pengisi/mineral filler, aspal, semen (Portland
cement/Pc), dan lain-lain. Kebutuhan bahan/material tergantung dari jenis
kegiatan/pekerjaan yang harus ditangani dan dimensi serta tingkat kerusakan yang
harus ditanggulangi.

Batu Belah/Kali;
Batu belah/kali umumnya digunakan dalam pekerjaan perbaikan talud atau lereng
badan jalan yang longsor ataupun tergerus sebagai akibat dari erosi atau perubahan
level air tanah. Bila badan jalan berada ditepi sungai atau pantai laut, umumnya dibuat
dalam bentuk bronjong (gabions) ataupun dinding penahan (retaining wall). Dimensi
batu belah/kali pada umumnya berkisar antara 15 sampai 20 cm. Jenis pengerjaan
pasangan batu tersebut dapat dengan/atau tanpa mortar/spesi sesuai kebutuhan dan
kondisi di lokasi pekerjaan.

Agregat Kasar/Halus dan Bahan Pengisi/Mineral Filler;


 Agregat kasar merupakan batu pecah/kerikil yang mempunyai minimum dua bidang
pecah, dengan dimensi butiran tertahan pada saringan 2,36 mm tidak kurang dari 65%.
Untuk penggunaan pada pekerjaan pemeliharaan jalan, material harus keras/tidak
mudah pecah dan bersih/bebas debu, kotoran, ataupun zat-zat lainnya yang dapat
merusak kemampuan bahan tersebut.
 Agregat halus umumnya terdiri dari pasir kasar yang mempunyai dimensi butiran =/-
95% lolos saringan 2,36 mm. seperti halnya agregat kasar, agregat halus harus keras
dan tidak mudah pecah, serta bersih atau bebas dari debu, kotoran, ataupun zat-zat
lainnya yang dapat merusak kemampuan bahan tersebut. Dimensi butiran agregat
dibatasi maximum 20 mm dan antara 3%-5% lolos saringan 0,075 mm.
Bahan pengisi /mineral filler umumnya diambil dari debu batu pecah hasil pengerjaan
dari mesin pemecah batu (stone crusher). Persyaratan lainnya adalah bahwa bahan
pengisi ini dalam keadaan kering tidak berupa bongkahan.
Aspal;
Jenis aspal yang umumnya digunakan dalam pekerjaan pemeliharaan jalan antara lain
adalah aspal emulsi, aspal cair, dan aspal buton. Sesuai dengan keperluannya,
penggunaan jenis aspal tersebut disesuaikan dengan kondisi dan pemanfaatannya di
lapangan/lokasi pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam penggunaan aspal tersebut
antara lain adalah;
a. kekentalan

b. kerataan
c. kemudahan pengerjaan/workability.

Pada jenis aspal emulsi, diperlukan bahan peremaja dalam proses penggunaannya. Hal
tersebut terkait dengan peningkatan workabilitynya. Workability menjadi penting
mengingat akan berdampak terhadap waktu pengerjaan dan mutu hasil dari
pemeliharaan jalan tersebut.

Semen (Portland Cement / Pc);


Semen yang umumnya digunakan dalam pengerjaan struktur adalah jenis Portland
Cement / Pc. Pc berfungsi sebagai bahan pengikat pada pekerjaan pasangan batu kali
dinding penahan, ataupun bangunan pelengkap/struktur seperti, untuk fasilitas
drainase, parit tepi, gorong-gorong, box culvert, dan jembatan. Penggunaan lain adalah
sebagai campuran pada bahan material base maupun subbase course.

Kapur;
Jenis bahan ini banyak digunakan sebagai campuran mortar/spesi bersama semen
pada pekerjaan pasangan batu kali. Selain itupun sering digunakan dalam stabilisasi
tanah yang lunak, basah, dan jenuh kandungan airnya. Kapur memiliki daya mengikat
terhadap air yang berada di dalam lapisan tanah yang lunak tersebut.

VI. LAPORAN
Setiap aktivitas di lapangan senantiasa harus dipantau, dan dituangkan dalam bentuk
laporan tertulis, sesuai dengan tahap penyampaiannya yang telah ditentukan.
Laporan dimaksudkan antara lain untuk;

a. Mengetahui kemampuan melaksanakan pekerjaan setiap saat.


b. Mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan.
c. Mengetahui kondisi peralatan, material maupun tenaga kerja.
d. Mengetahui prestasi fisik dan keuangan.
Untuk mendukung sistem pelaporan sesuai dengan kondisi di lapangan, laporan
dilakukan dalam tahapan dan jenis keperluannya. Jenis laporan yang lazim dilakukan
adalah;

a. Laporan Harian.
b. Laporan Mingguan.
c. Laporan Bulanan.
d. Laporan Triwulanan.
e. Laporan Akhir.

Laporan Harian;
Semua kegiatan pekerjaan di lapangan dan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan,
dicatat/direkam setiap hari, dan dituangkan dalam bentuk laporan harian. Dalam
laporan harian tersebut antara lain dicatat semua kejadian yang ada di lapangan
seperti;

a. Jenis kegiatan/pekerjaan yang dilakukan pada hari itu.


b. Kondisi pekerjaan saat itu.
c. Cuaca yang terjadi sepanjang hari.
d. Hal-hal terkait/mendukung terselenggaranya pekerjaan pada hari yang
bersangkutan.
e. Hal penting lainnya yang mungkin berdampak negatif terhadap
penyelenggaraan kegiatan di lapangan.
f. Pengunjung/tamu proyek, saran, dan pendapat secara umum.

Laporan Mingguan;
Laporan mingguan merupakan rangkuman laporan harian selama periode waktu dalam
satu minggu, disertai prestasi kerja selama satu minggu. Dalam hubungan ini, prestasi
kerja selama satu minggu tersebut dapat dilihat kecenderungannya; positif ataukah
negatif. Apakah kegiatan pekerjaan berjalan lancar sesuai jadual ataukah mengalami
hambatan sehingga terlambat/tertunda; belum sesuai yang telah direncanakan.
Laporan Bulanan;
Laporan bulanan merupakan rangkuman laporan mingguan selama periode waktu
dalam satu bulan. Dalam hubungan ini, prestasi kerja dalam satu bulan akan
menunjukkan jenis kegiatan yang berlangsung sesuai jadual maupun yang
terlambat/tidak-belum sesuai jadual. Prestasi kerja yang telah dilakukan selama periode
satu bulan tersebut dapat segera ditentukan apakah positif ataukah negatif.
Hasil/prestasi kerja dapat digunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi suatu
penyelenggaraan proyek, agar dapat segera diketahui kendala-kendala yang timbul
selama proses kegiatan dalam satu bulan, untuk mengambil keputusan mengenai
langkah-langkah dan tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh Pemimpin
Proyek/Pemimpin Bagian Proyek.

Laporan Triwulanan;
Dalam laporan triwulanan dapat dilihat aktivitas setiap bulan yang dirangkum dalam tiga
bulan berturut-turut. Pada laporan tersebut sudah dapat dilihat kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi untuk periode berikutnya.
Oleh karena itu, langkah-langkah yang telah diputuskan dapat dievaluasi dan direvisi
kembali bila masih belum dapat mengatasi keterlambatan maupun penyimpangan yang
telah terjadi sebelumnya.

Laporan Akhir / Final Report;


Laporan akhir merupakan rangkuman dari seluruh kegiatan selama pelaksanaan
pekerjaan dari awal sampai akhir pelaksanaan. Dalam laporan akhir tersebut, dapat
dilihat perkembangan prestasi pekerjaan maupun biaya yang telah dikeluarkan untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai jadual yang telah ditentukan. Selain itu, dapat dilihat
pula revisi maupun perubahan-perubahan yang dilakukan guna mencapai target yang
dimaksud sebelumnya.
Laporan akhir ini mencantumkan pula data-data proyek seperti antara lain;
a. Nama Proyek
b. Lokasi Proyek
c. Tahun Anggaran Proyek
d. Pelaksana dan Pengawas Proyek
e. Curva S (S-Curve) selama proses kegiatan proyek; rencana dan
realisasinya
f. Lain-lain.

VII. EFEKTIVITAS HASIL KERJA


Kegiatan pekerjaan pemeliharaan rutin yang telah dilaksanakan perlu diketahui hasil
akhir yang telah dicapai dalam periode tertentu yang telah dijadualkan. Hasil akhir 
tersebut selain dipantau/dimonitor secara terus-menerus, juga dilakukan evaluasi
sesuai masing-masing jenis kegiatan dalam pekerjaan pemeliharaan rutin. Perlu
adanya suatu kajian kembali mengenai semua aktivitas yang telah dilakukan dalam
pelaksanaan di lapangan.
Untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan pemeliharaan rutin tersebut, beberapa
faktor yang terkait harus dicatat/diinventarisasi dan dikaji/dievaluasi secara menyeluruh,
sebagai berikut;

a. Permasalahan dan kendala yang timbul selama pelaksanaan pekerjaan


pemeliharaan rutin.
b. Evaluasi dan kaji ulang hasil kerja setiap kegiatan pekerjaan.
c. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam menunjang kelancaran
pekerjaan di lapangan.

VII.1. Permasalahan dan Kendala Pelaksanaan


Permasalahan dan kendala yang timbul selama pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan
rutin senantiasa perlu dicatat dan diinventarisasi sebagai bahan pertimbangan untuk
mengetahui sejauh mana sistem pengendalian mutu dan cara pemeliharaan yang telah
dilakukan dapat mencapai hasil kerja yang optimal.
Untuk mengkaji efektivitas hasil kerja yang telah dilakukan dan harapan-harapan yang
ingin dicapai, ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan antara lain sebagai
berikut;

a. Kualitas tenaga kerja/personil yang ada.


b. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan.
c. Mutu dan jumlah bahan/material yang harus disiapkan.
d. Metode/cara pelaksanaan yang dipakai dalam setiap kegiatan.

Pemeliharaan jalan secara menyeluruh selain memperhitungkan masa/kapasitas


pelayanan, umur rencana, peran/fungsi suatu jalan, juga tergantung dari mutu produk
pekerjaan pembangunan maupun peningkatan jalan tersebut. Semakin baik mutu yang
dihasilkan, semakin murah biaya pemeliharaannya.

VII.2. Evaluasi Hasil Kerja


Untuk mengevaluasi hasil kerja yang telah dilakukan, setiap komponen yang terkait
dengan proses penyelenggaraan pekerjaan perlu dikaji kembali sesuai dengan harapan
yang ingin dicapai. Dengan melakukan kajian tersebut, diharapkan dapat dilakukan
perbaikan dan pengembangan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin dimasa yang
akan datang.
Kualitas sumber daya manusia seperti pekerja maupun personil dalam suatu
proyek/penyelenggaraan pemeliharaan rutin, secara umum merupakan kunci
keberhasilan suatu pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin. Disisi lain, mengingat
sifat pekerjaan pemeliharaan rutin yang merupakan pekerjaan sederhana dan relatif 
mudah dilaksanakan, kualitas sumber daya manusia yang dipilih/ditugaskan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut umumnya tidak perlu seterampil ataupun seahli
dengan tenaga pekerja/personil untuk melaksanakan pekerjaan
pembangunan/peningkatan struktur/konstruksi.
Dalam hal jenis peralatan/perlengkapan yang digunakan dalam pekerjaan pemeliharaan
rutin, umumnya merupakan peralatan dan perlengkapan yang sederhana dan mudah
mengoperasikannya. Bahan/material yang perlu disediakan tidak dalam jumlah yang
besar. Metode pelaksanaan yang diterapkan umumnya tidak rumit atau sederhana.
Sehubungan dengan itu, biaya yang disediakan umumnya relatif kecil dan bahkan
kurang sesuai/memadai, atau terlupakan/terabaikan.
Bertitik tolak dari kondisi tersebut, harapan untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal
akan sulit dicapai.

VII.3. Upaya Menunjang Pekerjaan Pemeliharaan Rutin


Perlu diperhatikan bahwa dalam mengelola suatu ruas jalan yang telah ada, program
yang telah direncanakan umumnya adalah program pembangunan dan program
pemeliharaan. Program pembangunan bila ditinjau dari jenis pekerjaannya tidak selalu
dilakukan pada suatu ruas jalan. Program pemeliharaan justeru merupakan keharusan
pada setiap ruas jalan. Setiap ruas jalan harus dilakukan pemeliharaan rutin dalam
setiap periode/waktu dalam setahun.
Sesuai dengan tujuan pemeliharaan jalan yang telah ditetapkan, yaitu mempertahankan
 jalan mantap tetap mantap dan tercapai umur rencana serta tingkat pelayanan yang
optimal, maka pemeliharaan jalan merupakan hal penting dan perlu senantiasa
dilakukan sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Secara nyata, suatu ruas jalan yang
tidak dipelihara akan mengalami kerusakan dan berakibat menurunnya tingkat
pelayanan serta tidak tercapainya umur rencana yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ditjen. Bina Marga; Dit. Bina Teknik; Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan
Nasional dan Jalan Propinsi; Jilid I; Metode Survai; Departemen Pekerjaan
Umum; 1995.
2. Ditjen. Bina Marga; Dit. Bina Teknik; Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan
Nasional dan Jalan Propinsi; Jilid II; Metode Perbaikan Standard; Departemen
Pekerjaan Umum; 1995.
3. Ditjen. Bina Marga; Pemeliharaan Rutin; Road Maintenance Improvement
Project II; 1998.
4. LPKM – ITB / KBK Rekayasa Transportasi; Sistem Transportasi Perkotaan;
Jurusan Teknik Sipil ITB; 1997.

Diposkan oleh Rahman di 23:05


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook 
Label: muchrahman

Anda mungkin juga menyukai