Anda di halaman 1dari 12

Nama : Gloria Margaretha Saragih

Melly Doria Purba

Tingkat/Jurusan : IIIB/ Teologia

Mata Kuliah : Kateketika

Dosen Pengampu : Sherly Masnidar Pelawi, M.Th Kelompok 11

Metode - Metode Katekese

I. Pendahuluan
Teknologi komunikasi dan informasi berkembang semakin canggih di masa
kini. Dulu orang hanya berkomunikasi melalui surat dan mencari informasi dalam
media-media cetak. Kemudian berkembang dengan hadirnya telegram dan
telepon. Kemunculan radio dan televisi juga memudahkan orang menerima
informasi dan hiburan dalam jarak yang jauh. Di masa kini, teknologi komunikasi
dan informasi semakin canggih dengan munculnya peralatan seperti komputer,
handphone,gadget dan sistem internet. Hal seperti itu merupakan sebuah
gambaran tantangan yang harus dihadapi dalam katekese. Orang kini tidak
membutuhkan banyak diskusi atau obrolan-obrolan yang kurang memberikan
keuntungan material bagi dirinya. Katekese yang banyak membicarakan hal-hal
ilahi dirasa tidak dapat menjawab kebutuhan umat secara langsung, bahkan
katekese hanya dianggap sebagai obrolan kosong yang tidak memberikan apa-apa
bagi kelangsungan hidup mereka. Dari hal ini, kita memiliki sebuah gambaran
bahwa katekese tetap menjadi salah satu langkah untuk pewartaan injil. Namun
katekese tesebut membutuhkan sebuah metode- metode yang tepat agar mampu
menanggapi kebutuhan umat. Dengan demikian, penyelenggaraan katekese
dengan metode-metode yang tepat selalu memiliki harapan yang besar kearah
katekese sehingga mampu memenuhi kebutuhan umat.
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Metode
Metode adalah alat sederhana yang digunakan pengajar untuk
mengkomunikasikan ilmu yang didalamnya terdapat idealisme dan kebenaran.
Metode adalah alat atau cara mengajar yang didalamnya terdapat pengalaman

1
dan bahan pelajaran sehingga keduanya menjadi mata rantai yang saling
berhubungan. Metode adalah bagian yang penting dalam mengajar. Metode
adalah motor untuk memberi pelajaran tentang Tuhan dan firman Tuhan.
Sebuah metode merupakan aktivitas sederhana untuk mengkomunikasikan
informasi dan artinya, menuntun pengetahuan yang dalam, atau mendorong
untuk memberi respon.1 Metode tidak lain adalah alat-alat yang membuat
kebenaran Kristen disampaikan sedemikian rupa sehingga menjadi efektif
dalam perjumpaan seseorang dan usaha memahami masalah-masalah
kehidupan.2
II.2. Pengertian Katekese
Katekese berasal dari kata kerja bahasa Yunani Κατεχειν (katekhein), yang
berarti memberitakan, memberitahukan, mengajar, dan memberi pengajaran.
Dalam perjanjian Baru misalnya, Lukas 1:4, Kisah Para Rasul 18:25, 21:21,
Roma 2:17-18, 1 Korintus 14:19, dan Galatia 6:6. Disimpulkan bahwa arti
kata Katakhein lebih ditekankan pada mengajra bukan dalam arti
intelektualistis tetapi lebih kepada arti praktis, yakni mengajar atau
membimbing seseorang, supada ia melakukan apa yang diajarkan kepadanya.3
Katekese gerejawi berasal dari Israel. Dalam perjanjian Lama (Ul 6:20-25;
Mzm 78:1-7 dan lain-lain) kita membaca, bahwa kepada orangtua ditugaskan
untuk memberikan pengajaran tentang “perbuatan-perbuatan Allah yang
besar”. Mereka harus meneruskan kepada anak-anak meraka apa yang telah
mereka dengar dari orangtua mereka. Maksudnya dengan jalan pengajaran
secara lisan- tradisi tentang perbuatan-perbuatan Allah yang besar diteruskan
dari generasi ke generasi.4
II.3. Fungsi Metode
Ada beberapa fungsi metode, yaitu:
a. Untuk meningkatkan minat peserta dan mendapat perhatian dari
peserta.
b. Untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran.

1
Paulus Lilik Kristianto, Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen (Yogyakarta: ANDI, 2006), 83.
2
N.K. Atmadja Hadinoto, Dialog dan Edukasi (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2011), 292.
3
F.C. Lewier, Materi Pokok Kateketika, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen
Protestan Departemen Agama, 1994) 12.
4
J. L. CH. Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi: Pedoman Guru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005),
1-2.

2
c. Untuk memudahkan peserta dalam menerima bahan yang diberikan
oleh pengajar.5
II.4. Tujuan Metode
Metode dalam mengajar tidak sekedar mengantarkan pokok bahasan
dengan baik akan tetapi lebih mengupayakan terciptanya relasi dalam
kelompok untuk menjadi dasar dan pengalaman berharga guna membangun
keterampilan, prilaku mengembangkan kualitas relasi dengan sesamanya dan
juga dengan Tuhan. Metode juga bertujuan untuk membantu pribadi-pribadi
menumbuh kembangkan dirinya secara utuh.6
II.5. Peran Metode Dalam Pembelajaran
a. Mendapatkan perhatian dari peserta
b. Untuk melibatkan peserta dalam proses belajar mengajar
c. Mengubah sikap dan menanamkan nilai-nilai
d. Melatih berfikir kritis dan mengembangkan cara berpikir seseorang untuk
mendapat apa yang diinginkan
e. Untuk menyampaikan materi agar materi tersalur/dapat diterima peserta
didik secara maksimal.7
II.6. Metode Katekese dalam Alkitab8
1. Katekhein
Kata atau istilah ini berarti memberitakan, memberitahukan, mengajar,
memberi pengajaran. Arti mengajar lebih menonjol tetapi di dalam pengertian
bukan intelektualitas melainkan dalam pengertian praktis mengajar atau
membimbing orang untuk melakukan apa yang diajarkan kepadanya.
2. Didaskhein
Kata atau istilah ini; mengajar dengan suatu tujuan tertentu yaitu
mengajar supaya orang itu melakukan apa yang diajarkan kepadanya. (Mat
4:23, Mat 26:25) dalam ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Didaskhein
berarti terarah kepada seluruh manusia, bersifat praktis, karena yang paling
penting ialah pemahaman dan penghayatan akan perbuatan Allah.
3. Ginoskhein

5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: KENCANA,
2009), 115.
6
Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1998), 93.
7
Ibid, 72-74.
8
J.L.CH.Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi, (Jakarta, BPK Gunung Mulisa, 1998), 2-21.

3
Arti dasar dari istilah ini ialah; mengenal, belajar mengenal. Dalam
dunia pemikiran Yunani ginoskhein terutama bersifat intelektualitas dan dapat
berarti; mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang nyata.
Kesimpulannya ialah bahwa kata ginoskhein berarti pengetahuan yang
manusia peroleh tentang kehendak Allah karena pergaulan yang intim dengan
Dia, dan yang menyatakan diri dalam suatu hidup yang taat kepad-Nya.
4. Manthanein
Kata atau istilah ini punya kaitan erat dengan “belajar”. Dari arti umum
istilah ini mengindikasikan suatu proses rohani, dimana orang mencapat
sesuatu bagi dirinya untuk perkembangan kepribadiannya. Kesimpulannya
adalah bahwa manthanein adalah kata yang mengindikasikan sesuatu realitas,
dimana terdapat suatu persekutuan yang tetap antara murid-murid dan Yesus
sebagai Tuhaan yang hidup, yaitu Tuhan yang memanggil mereka untuk
mengikuti-Nya, dan melakukan apa yang Ia ajarkan.
5. Paideuein
Kata atau istilah ini erat kaitannya dengan kata “mendidik”, yang
dimaksudkan dengan istilah ini adalah memberikan bimbingan kepada anak-
anak, supaya mereka dapat menempati tempat mereka. Kesimpulannya ialah
dengan istilah ini, mendidik dan membimbing anggota jemaat untuk belajar
berjalan di jalan pengudusan dan tetap berada di jalan itu.
II.7. Macam-macam Metode.9
II.7.1. Metode-metode Pengajaran Untuk Anak
a. Seni (Art)
Anak-anak senang dengan kegiatan seni dan belajar
untuk mengekspresikan diri mereka. Mereka menciptakan
pemahaman Alkitab untuk diri mereka sendiri juga kepada
orang lain dalam kelas atau kelompok belajar. Contoh seni
yang dapat dilakukan untuk pengajaran bagi anak adalah
sebagai berikut: gambar kartoon, pameran, menyusun, kertas
peta, hiasan dinding, poster drama, alat peraga, membuat slide.
b. Drama

9
Eleanor Daniel, Jhon W. Wade, & Charles Gresham, Introduction to Christian Education (Cincinnati,
Ohio A division of STANDEX INTERNATIONAL, Corporation in USA, 1924), 122-134.

4
Menciptakan Drama dapat menguatkan pemahaman
anak-anak, ketika mengekspresikan pikiran mereka akan
identitas mereka dalam drama, dan sebuah variasi drama akan
memungkinkan mereka beraktivitas. Contoh drama yang dapat
digunakan adalah: drama wawancara, cerita pantonim,
monolog, panggung boneka
c. Bentuk Komunikasi (Lisan)
Komunikasi memungkinkan akan selalu digunakan
bentuk lisan guru dengan murid-murid juga murid dengan
murid. Setiap pengajaran akan selalu bergantung pada
komunikasi. Jenis-jenis komunikasi yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut: pengilhaman/dikte, kuis kelompok
berdengung (buzz group), dialog interaktif (tanya jawab),
diskusi, listening team, pemutaran film.
d. Bentuk Komunikasi Dalam Bentuk Tulisan
Kegiatan menulis menarik perhatian banyak anak-anak.
Mereka punya kegiatan yang efektif untuk melaporkan dan
merekam informasi, menggambarkan, menciptakan, dan
mengekspresikan ide-ide dan pikiran mereka. Contohnya
adalah: spanduk, permainan menyusun kata, menulis diary,
puisi, menulis surat, puzzle.
e. Games (Bermain)
Anak-anak menjelajahi dunia mereka dengan bermain.
Bermain kegiatan yang efektif untuk mendapatkan dan
mengulang informasi dan untuk belajar ayat-ayat Alkitab.
Contohnya: bermain ayat Alkitab, bermain bola kasti, bola
basket, bola kaki, menghubungkan kata-kata, teka-teki, lomba
menyusun kata.
f. Musik
Musik adalah bentuk seni lain yang dengannya Injil
dapat dikomunikasikan dengan kuat kepada peserta didik ketika
ia bernyanyi ataupun mendengarkannya.10Anak-anak senang
mendengar musik. Musik digunakan untuk memuji pengalaman
10
Iris V. Cully, Dinamika Pendidikan Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 127.

5
tetapi kegiatan music digunakan untuk mengajar atau
memberikan pemahaman untuk mengekspresikan diri mereka
untuk merespon Alkitab dengan cara: memilih lagu atau
nyanyian kemudian menyanyikannya, menulis nyanyian,
mendengarkan musik.
g. Penelitian
Penelitian adalah merupakan suatu metode kerja yang
baik bagi anak-anak khususnya jika dalam penelitian ini
dilakukan dengan bervariasi misalnya dengan cara; meneliti
objek, melaporkan wawancara.
h. Lecture (Sistem Kuliah/Seminar)
Sistem kuliah atau seminar adalah suatu bentuk
komunikasi yang merupakan suatu metode yang baik
digunakan untuk mendapatkan informasi dalam batas waktu
tertentu. Itu adalah metode yang efesien untuk menyampaikan
pengajaran, beberapa caranya adalah sebagai berikut: choral
reading, wawancara, demonstrasi, kelompok mendengar
(listening teams), pemutaran film, symposium.
i. Diskusi
Diskusi adalah sebuah percakapan sengaja diantara dua
orang atau lebih. Dalam diskusi ini adanya suatu kegiatan yang
menjelajahi masalah dan jawaban dan mencoba untuk
memecahkan masalah. Dalam pelaksanaan diskusi harus ada
rencana dan juga stimulasi. Contoh diskusi yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut: debat, diskusi, menyatakan
pertanyaan setuju dan tidak setuju, tanya jawab.
Selain metode di atas ada juga metode yang lain dalam
pengajaran kepada anak seperti:
a. Pengajaran Melalui Ekspresi
Dalam pengajaran ini, anak turut serta melakukan bahan
pelajaran tersebut, bukan hanya mendengar atau melihat namun
kesan yang terdalam adalah melaksanakannya. Contoh macam
ekspresi adalah menyanyi dengan music, berdoa, permainan

6
jari, menempel gambar, melukis dan penulis melakukan cerita,
membuat teka-teki.
b. Metode Dengan Alat Peraga
Alat peraga yaitu alat bantu (pelengkap) yang
dipergunakan guru dan murid dalam proses belajar mengajar,
hal ini berguna untuk pengajaran yang lebih produktif, relevan
dengan siswa secara perorangan. Jenis-jenis peraga seperti
gambar-gambar cerita Alkitab, pemandangan alam, peta,
simbol-simbol.11
c. Metode Pantomim
Murid-murid bermain sandiwara, hanya tidak berbicara.
Guru dan murid yang lain membawakan peranan mereka.
Pantomime dapat dapat juga dipakai sebagi permainan dalam
kelas yang kata-katanya dapat digambarkan dengan gerak-
gerik, kemudian maksud dari gerak pantomime itu harus
diterka oleh murid-murid yang lain. Permainan ini dapat
dilakukan menyerupai sebuah cerita pendek atau tentang
seorang tokoh yang pernah dipelajari.
d. Percakapan
Metode ini merupakan pertukaran pembicaraan tentang
hal-hal yang menarik kedua belah pihak dalam pembicaraan.
Anak suka bercakap-cakap tentang pengalaman atau hal-hal
yang sedang mereka pelajari. Percakapan menunjukkan adanya
perhatian guru dengan murid-muridnya.12
II.7.2. Metode Pengajaran Orang Dewasa Muda (18-34)
1. Metode Diskusi

Diskusi merupakan suatu kegiatan kelompok yang bertujuan


untuk memecahkan suatu masalah supaya mendapatkan pengertian
yang lebih jelas, lebih teliti dengan sesuatu yang meliputi kelas
diskusi, bagaimanapun diskusi yang baik membutuhkan suatu
perencanaan dan suatu perangsang. Di dalam diskusi, tiap orang
diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok
11
Rida Gultom, PAK Kepada anak-anak (Medan: Mitra,2011), 54-55.
12
Doris Baltner, Metode Mengajar Anak-Anak Sekolah Minggu (Bandung: IKAPI, 2006), 26-29.

7
kembali dalam pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau
kesimpulan. Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan metode
diskusi ini, yaitu: membuat struktur kelompok (pemimpin,
sekretaris, dan anggota), membagi-bagi tugas dalam diskusi,
merangsang seluruh peserta untuk berpatisipasi, mencatat ide-ide
atau saran-saran yang penting, menghargai setiap pendapat yang
diajukan peserta, menciptakan sesuatu yang menyenangkan.13

2. Studi Kasus

Studi kasus adalah suatu analisa yang mendalam dari beberapa


aspek pembangunan, antara lain analisa perencanaan bangunan,
proyek pembangunan, keadaan pembangunan dalam suatu daerah
yang khusus, sistem marketing atau pemasaran, cara penggunaan
tanah dalam suatu daerah. Langkah-langkah: peserta telah
meyediakan bahan yang ingin dipecahkan. Peserta menganalisa dan
memberi sumber tanggapannya. Pengajar mengambil kesimpulan
dengan jalan tengah.

3. Metode Sistem Regu

Suatu pengajaran yang dilaksanakan bersama oleh beberapa


orang, artinya suatu metode atau cara menyajikan bahan pelajaran
yang dilakukan bersama oleh dua atau lebih kepada kelompok
belajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Langkah-langkah: tim
harus menyusun pelajaran secara bersama-sama. Setiap anggota
dalam regu harus memiliki pendapat atau pandangan. Membagi
tugas setiap topik agar masalah bimbingan kepada peserta terarah
baik.

4. Induktif

Anggota kelompok aktif mencari arti dari bahan PA yang


dibahas melalui pertanyaan seperti: siapa penulis perikop? Dimana
terjadinya? Mengapa penulis berkata demikian? Kepada siapa
ditujukan? Kesimpulan diambil dengan menjawab apa arti bacaan
13
Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 96-106.

8
bagiku? Peserta akan belajar mendalami bahan PA dengan tidak
membosankan bila dipimpin oleh seorang pemimpin yang cakap.

5. Metode Sosiodrama

Metode ini adalah metode mengajar dengan


mendemonstrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial,
sedangkan bermain peranan menekankan kenyataan dimana para
siswa diikutsertakan dalam permaianan peranan di dalam
mendemonstrasikan masalah-masalah yang berifat sosial
psikologis. Peserta juga melatih peserta untuk bergaul dan memberi
pemahaman untuk mengatasi masalah. Pengajar menyuruh peserta
untuk mempraktekkan apa yang dijelaskan.

6. Metode Demonstrasi

Metode ini merupakan sesuatu metode mengajar yang


memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu. Metode ini
dapat dilakukan oleh guru atau orang lain yang sengaja diminta
dalam sesuatu proses. Langkah-langkah: pengajar memperlihatkan
proses terjadinya sesuatu. Peserta menanggapinya dengan
keterampilan yang mereka miliki. Pengajar menjelaskan kembali
apa yang ia jelaskan14.

II.8. Pemilihan Metode Mengajar


Memikirkan aspek metode mengajar sangatlah penting dalam tugas
pendidikan dan pembelajaran karena Yesus, Sang Guru Agung, juga telah
memberikan teladan keguruan sebagaimana dijelaskan oleh kitab Injil. Di
antara Yesus dan murid-murid-Nya -kelompok dua belas, tujuh puluh, serta
kelompok orang yang datang dan pergi- senantiasa terjadi interaksi dialogis.
Tuhan Yesus tidak hanya menggunakan dan membangun komunikasi satu
arah, tetapi juga dua arah. Lawrence O. Richards, dalam A Theology of
Christian Education (1975:31), meringkaskan inter aksi edukatif antara Yesus
dan murid-murid-Nya itu sebagai berikut.

14
Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 99.

9
Metode-metode Mengajar Yesus menerangkan bertanya berbuat
menugaskan murid-murid mendengar, bertanya menjawab mengamati,
menirukan melakukan, bertanya. Metode mengajar yang perlu kita pilih dan
kembangkan haruslah kreatif sedemikian rupa. Pendekatan mengajar kreatif
itu menekankan kegiatan peserta didik (pelajar yang aktif) sebagai pelaku
kegiatan belajar (subjek), sedangkan guru hanya berpe ran sebagai
pembimbing, pemberi arah dan bantuan seperlunya (Richards, 1978). Kegiatan
belajar kreatif tentunya berlangsung dengan beragam metode agar dapat
menumbuhkan kreativitas baru dalam pemikiran, perasaan, dan sikap peserta
didik sehingga terus bergai rah mengikuti kegiatan belajar. Dengan begitu,
peserta didik dapat tiba pada suatu simpulan, "Aha, ada sesuatu yang baru
yang saya peroleh!"Melalui kegiatan mengajar, guru harus berupaya sehingga
peserta didik memperoleh makna dari materi pembelajaran. Pendidikan dan
pembelajaran, sebagaimana dikemukakan oleh Jim Wilhoit (1985), bertujuan
membimbing peserta didik untuk menemukan makna kehidupan (searching for
the meaning of life). Jika peserta didik mendapatkan "makna praktis dan
pribadi dari apa yang baru dipelajari, selanjutnya mereka akan termotivasi
untuk belajar lebih aktif. Pada umumnya peserta didik selalu berharap untuk
memperoleh hal-hal baru dan segar dari interaksi belajar yang dilakukan.
Dalam hal itu, "segar" memiliki arti mampu "me nyentuh" aspek batiniah.
Pada prinsipnya tidak ada metode mengajar yang dapat di kategorikan paling
tepat bagi setiap kesempatan mengajar. Berbeda orang yang diajar, berbeda
pula kebutuhan, situasi, dan me tode yang diterapkan guru. Oleh karena itu,
kita harus selalu selektif.15
II.9. Metode Mengajar Yesus
Tuhan Yesus menggunakan metode yang berbeda-beda dalam usaha
menyampaikan berita dan pesan mengenai kasih Allah. berulang-ulang ia
memakai metode bertanya :” Menurut kamu ini, siapakah Aku?” Bilamana
orang yang bertanya padaNya, biasanya Ia menjawab dengan pertanyaan lain
pula supaya dengan jalan ini Ia dapat mengajar mereka. Metode bercerita,
alangkah pandainya Tuhan Yesus mempergunakan perumpamaan dan kiasan-
kiasan untuk menjelaskan pengajaranNya mengenai kerajaan Allah dan
banyak hal lain. Benda-benda biasanya dipakaiNya juga sebagai titik sambung
15
B.S.Sidjabat, Ed.D,Mengajar secara Profesional ,(Bandung:Yayasan Kalam Hidup,2009), 236-237.

10
pengajaranNya, seperti sekeping uang atau bunga di pinggir jalan. TeladanNya
sendiri sering melukiskan juga bagaimana hendakNya murid-murid bertindak.
Yesus masuk ke rumah Zakheus dan dududk makan dengan pemungut cukai.
Ia menyilakan anak-anak datang kepadaNya, dengan leluasa. Tatkala Ia
membasuh kaki muruid-muridnya bukanlah pelayanan itu menjadi cara yang
sangat jelas dan besar hasilnya untuk mengejar murid-muridNya bukankah
pelayanan itu menjadi cara yang sangat jelas dan besar hasilnya untuk
mengajar murid-murid tentang hukum kerendahan hati. Tuhan Yesus bukan
saja mengajar dengan kata-kata, tetapi dengan seluruh hidupNya, bahkan
dengan sengsara dan kematianNya juga. 16
III. Kesimpulan
Metode adalah alat atau cara mengajar yang didalamnya terdapat pengalaman
dan bahan pelajaran sehingga keduanya menjadi mata rantai yang saling
berhubungan. Metode adalah bagian yang penting dalam mengajar. Metode dalam
mengajar tidak sekedar mengantarkan pokok bahasan dengan baik akan tetapi
lebih mengupayakan terciptanya relasi dalam kelompok. Memikirkan aspek
metode mengajar sangatlah penting dalam tugas pendidikan dan pembelajaran
karena Yesus, Sang Guru Agung, juga telah memberikan teladan keguruan
sebagaimana dijelaskan oleh kitab Injil. Metode mengajar yang perlu kita pilih
dan kembangkan haruslah kreatif sedemikian rupa. Kegiatan belajar kreatif
tentunya berlangsung dengan beragam metode agar dapat menumbuhkan
kreativitas baru dalam pemikiran, perasaan, dan sikap peserta didik sehingga terus
bergai rah mengikuti kegiatan belajar. Metode-metode Mengajar Yesus
menerangkan bertanya berbuat menugaskan murid-murid mendengar, bertanya
menjawab mengamati, menirukan melakukan, bertanya. Metode mengajar yang
perlu kita pilih dan kembangkan haruslah kreatif sedemikian rupa.
IV. Daftar Pustaka
Abineno, CH. J. L. Sekitar Katekese Gerejawi, Jakarta, BPK Gunung Mulisa,
1998.
Baltner, Doris. Metode Mengajar Anak-Anak Sekolah Minggu, Bandung: IKAPI,
2006.
Cully, V. Iris. Dinamika Pendidikan Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.

16
John M Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen, (Bandung: Generasi Info Meda, 2007),53.

11
Daniel, Eleanor, dkk. Introduction to Christian Education, Cincinnati: Ohio A
division of STANDEX Iternational, Corporation in USA, 1924.
Gultom, Rida. PAK Kepada Anak-Anak, Medan: Mitra, 2011.
Hadinoto, Atmadja, K. N. Dialog dan Edukasi, Jakarta: BPK-Gunung Mulia,
2011.
Ismail, Andar. Ajarlah Mereka Melakukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
Kristianto, Lilik, Paulus. Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen,
Yogyakarta: ANDI, 2006.
Lewier, F.C. Materi Pokok Kateketika, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Kristen Protestan Departemen Agama, 1994.
Nainggolan, M. John. Menjadi Guru Agama Kristen, Bandung: Generasi Info
Meda, 2007.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: KENCANA, 2009.
Sidjabat, B. S. D. Ed. Mengajar secara Profesional, Bandung:Yayasan Kalam
Hidup, 2009.

Suprijanto. Pendidikan Orang Dewasa, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

12

Anda mungkin juga menyukai