Regenerasi Sebagai Ajang Balas Dendam (Humam Nauvally H)
Regenerasi Sebagai Ajang Balas Dendam (Humam Nauvally H)
Banyak siswa yang merasa dibebani oleh tugas yang diberikan dan waktu
pengerjaan yang terlalu singkat
Siswa lebih mementingkan regenerasi dibanding kewajibannya sebagai
pelajar
Regenerasi yang seharusnya membentuk siswa menjadi pemimpin,
banyak disalahgunakan sebagai balas dendam dari periode sebelumnya
Regenerasi mengganggu kegiatan siswa baik didalam da diluar sekolah
Opini :
Tugas yang diberikan pada peserta seharusnya tidak dibuat sulit dan
diberi waktu yang lebih senggang untuk menyelesaikannya
Siswa seharusnya lebih mementingkan kewajibannya sebagai murid
Regenerasi seharusnya membentuk siswa menjadi pemimpin, bukan
sebagai ajang balas dendam yang berkelanjutan
Regenerasi itu perlu dilakukan, tepapi dilaksanakan dengan cara yang
tepat, bukan dengan amarah dan dendam
REGENERASI SEBAGAI AJANG “BALAS DENDAM”
Pasa era millenial ini seharusnya sudah tidak zaman lagi dengan kegiatan
memarahi adik kelas (stressing). Kalian sebagai senior seharusnya malu dengan
kegaiatan stressing tersebut. Anehnya, kegiatan tersebut tidak dapat dihilangkan karena
merasa bahwa dirinya telah dijatuhkan oleh senior periode sebelumnya.
Memandang fenomena yang terjadi, sepertinya ada yang salah dengan pola
pemikiran berorganisasi dan seharusnya ada kajian ulang oleh para pengurus. Pola
pemikiran yang dimiliki yakni selalu melihat apa yang dilakukan oleh senior terdahulu
dan dilakukan kembali kepada adik kelas karena merasa telah di jatuhkan dan lainnya.
Yang seharusnya dihilangkan dan menggantinya dengan kegiatan yang lebih
bermanfaat.
Jika pemikiran tersebut tidak diganti, kejadian ini terus berulang dan
menghilangkan makna dari berorganisasi itu sendiri sehingga berubah menjadi “ajang
balas dendam” kepada adik kelas yang akan terus menerus berkelanjutan. Dalam
berorganisasi seharunya kita belajar dan mengajari cara untuk memimpin, me-mannage
waktu, dan melakukan kegiatan positif lainnya.
Banyak dari kalangan senior yang melakukan kegiatan regenerasi dengan cara
memarahi dan membentak peserta agar terkesan tegas. Bahkan mereka yang merasa
pernah “dijatuhkan” oleh kepengurusan sebelumnya, bertindak semena-mena terhadap
adik kelasnya. Mereka menyuruh peserta untuk melakukan ha-hal aneh seperti benyanyi
di tengah lapangan, meminta tanda tangan di jam istirahat yang menyita banyak waktu
siswa sebagai pelajar. Dan peserta akan berpikir juga untuk “mengikuti” apa yang
dilakukan senior padanya.
Apa mereka tidak tahu dan tidak ada yang pernah mengajari bahwa kegiatan
stressing tersebut sudah tidak zaman dilaksanakan di kalangan pelajar dan akan
membentuk pemikiran “dendam turunan”?
Memang mereka yang masih melakukannya belum berpikir bahwa dengan cara
stressing dalam regenerasi organisasi akan menjadi ajang “balas dendam” lagi untuk
generasi selanjutnya. Karenanya, sangat perlu bimbingan guru untuk membatasi
kegiatan regenerasi agar tidak terlewat batas wajar dalam berorganisasi.
Sudah semestinya juga sebagai senior kita berpikir bila kita melakukan kegiatan
stressing tersebut bukan membentuk peserta menjadi pemimpin melainkan membuat
peserta menjadi pendendam. Kita semua ingin organisasi yang dijalankan menjadi lebih
baik dengan melihat batas wajar. Serta tidak perlu membentak peserta dan menyuruhnya
melakukan kegiatan yang memalukan.