Anda di halaman 1dari 2

1.

Pengertian Putusan

Tujuan dari diadakannya suatu proses di Pengadilan ialah untuk mendapatkan putusan
hakim. 1Putusan hakim atau putusan pengadilan adalah suatu yang sangat idamkan ataupun di
nantikan oleh para pihak yang sdang berperkara untuk memberikan penyelesaian terhadap
sengketa antara pihak secara baik-baik. Oleh sebab itu dengan adanya putusan hakim tersebut
para pihak yang berperkara menginginkan suatu kepastian hukum serta keadailan dalam
menyelesaikan sengketa yang para pihak hadapi.2
Di dalam literatur dan beberapa ahli hukum berupaya memberi definisi mengenai
putusan hakim atau biasa disebut putusan pengadilan. Sehingga ada beberapa pengertian yang
berbeda terhadap putusan hakim, tetapi jika dimengerti dengan seksama dari pengertian-
pengertian tersebut maka akan diperoleh sebuah pemahaman yang sama antara pengertian
yang satu dengan yang lain.
Salah satu ahli hukum yakni Prof. Sudikno Mertokusumo, S.H. beliau memberi
pengertian putusan hakim sebagai sesuatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat yang
diberi wewenang itu, yang diucapkan dalam persidangan dan dengan tujuan mengakhiri atau
memberi penyelesaian terhadap suatu perkara atau sengketa antara para pihak. Di dalam
pengertian ini Prof. Sudikno Mertokusumo menekankan mengenai apa yang dimaksud
dengan putusan hakim tersebut merupakan sesuatu yang diucapkan di muka persidangan.
Pada hakikatnya putusan yang diucapkan di muka persidangan (uitspraak) 3sebenarnya tidak
boleh berbeda dengan yang tertulis (vonnis). Tetapi, jika ternyata terdapat perbedaan diantara
keduanya, yang sah ialah yang diucapkan, hal tersebut disebabkan oleh lahirnya putusan
tersebut sejak diucapkan.
Pernyataan tersebut senada dengan yang dipaparkan oleh ahli hukum lain yaitu
Muhammad Nasir yang memberikan definisi putusan hakim sebagai sebuah pernyataan yang
dibuat oleh hakim sebagai pejabat negara yang mendapat wewenang untuk itu serta
diucapkan di sidang yang bertujuan untuk menyelesaikan dan mengakhiri suatu sengketa
4
antara para pihak yang bersengketa. Selanjutnya ahli hukum Moh. Taufik Makarao
1
M. Nur Rasaid, 2003, Hukum Acara Perdata, cet. III, Jakarta: Sinar Grafika Offset, hal. 48.
2
Moh. Taufik Makarao, 2004, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, cet. I, Jakarta: PT.Rineka
Cipta, hal. 124.
3
Wojowasito,2001, Kamus Umum Belanda Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, hal.
701.
4
Muhammad Nasir, 2005, Hukum Acara Perdata, Cet. II , Jakarta: Djambatan, hal.187
menyampaikan mengenai arti putusan hakim yakni sebagai sebuah pernyataan yang oleh
hakim sebagai pejabat negara yang diberikan wewenang tersebut, diucapkan dalam
persidangan dan memiliki tujuan untuk menyelesaikan atau mengakhiri perkara para pihak.5
Selain itu ahli hukum lain seperti Riduan Syahrani, S.H. dan Lilik Mulyadi
menyampaikan pengertian putusan yang terbatas pada ruang lingkup hukum acara perdata.
Riduan Syahrini, S.H. cenderung menyukai penggunaan istilah putusan pengadilan sebagai
suatu pernyataan yang diucapkan oleh hakim dalam sidang di pengadilan yang terbuka untuk
umum yang bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan sengketa perdata. 6Sedangkan
Lilik Mulyadi memaparkan pengertian putusan hakim yang dilihat dari visi praktis dan
teoritis, adalah suatu putusan yang diucapkan hakim sebab jabatan yang diembannya di
dalam persidangan perkara perdata yang dilakukan terbuka untuk umum sesudah melalui
procedural hukum acara perdata pada umumnya dalam bentuk tertulis yang bertujuan untuk
mengakhiri atau menyelesaikan perkara.7
Sehingga dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan terhadap putusan hakim,
bahwa yang dimaksud putusan hakim ialah sebuah pernyataan yang dibuat oleh hakim dalam
bentuk tertulis sebagai pejabat negara yang diberikan wewenang untuk hal tersebut dan
diucapkan di muka persidangan perkara perdata yang dilakukan terbuka untuk umum sesudah
melewati procedural serta proses hukum acara perdata secara umum yang bertujuan untuk
mengakhiri dan menyelesaikan perkara perdata sehingga dapat terciptanya kepastian hukum
dan keadilan bagi para pihak yang berperkara.

5
Moh. Taufik Makarao, 2004, Pokok-pokok Hukum Acara Perdata, Cet. I, Jakarta:
PT.Rineka Cipta, hal. 124.
6
Riduan Syahrani,1998, Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum, Cet. I,
Jakarta: Pustaka Kartini, hal. 83.
7
Lilik Mulyadi,1999, Hukum Acara Perdata : Menurut Teori & Praktek Peradilan
Indonedia : Jakarta: Djambatan, hal. 204

Anda mungkin juga menyukai