Anda di halaman 1dari 8

TEKNIK

Uji Koagulasi Point-of-Care Perioperatif


Dimas Kusnugroho Bonardo Pardede
PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Manajemen koagulasi perioperatif berdampak signifikan terhadap luaran perioperatif pasien. Anestesiologis memegang peran penting sebagai
pengambil keputusan terapi hemostatika dan/atau transfusi komponen darah. Uji koagulasi point-of-care (POC) membuka dimensi baru dalam
manajemen koagulasi perioperatif yang bermanfaat memperbaiki luaran perioperatif pasien.

Kata kunci: Hemostasis, koagulasi, perioperatif, transfuse, uji point-of-care

ABSTRACT
Perioperative coagulation management has significant impact on perioperative outcome of patient. Anesthesiologist plays a critical role in
the decision making on hemostatic therapy and/or transfusion in the surgical setting. Point-of-care (POC) coagulation tests have given a
new dimension in perioperative coagulation management that is beneficial improving perioperative outcomes patient. Dimas Kusnugroho
Bonardo Pardede. Perioperative Point-of-Care Coagulation Test

Keywords: Coagulation, hemostasis, perioperative, point-of care test, transfusion

PENDAHULUAN konvensional hanya memiliki sedikit dampak yang menghambat pembentukan trombus
Anestesiologis memegang peran penting terhadap luaran perioperatif.1,2 selain di lokasi cedera. Ketidakseimbangan
sebagai pengambil keputusan untuk antara prokoagulan dan antikoagulan dapat
memberikan terapi hemostatika dan/atau Karena keterbatasan kecepatan dan menyebabkan perdarahan atau trombosis.3,4
transfusi komponen darah pada pasien yang keakuratan uji koagulasi konvensional,
menjalani pembedahan.1 Oleh karenanya, maka dikembangkan uji koagulasi point-of- Hemostasis merupakan kombinasi serangkaian
salah satu aspek yang penting dievaluasi saat care (POC). Uji koagulasi POC merupakan kejadian setelah cedera pembuluh darah,
kunjungan praanestesia adalah hemostasis. pemeriksaan koagulasi di samping pasien/ meliputi vasokonstriksi, agregasi trombosit,
Evaluasi hemostasis perioperatif meliputi bed side dengan karakteristik antara lain: pembentukan trombus, rekanalisasi, dan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang hasil yang cepat, kebutuhan jumlah sampel penyembuhan. Secara singkat, proses
dengan uji koagulasi darah. darah yang sedikit, dapat digunakan sebagai hemostasis dimulai dengan pembentukan
panduan terapi komponen darah dan obat sumbat trombosit di lokasi cedera yang
Berbagai uji koagulasi darah telah hemostatika, serta dapat memperbaiki luaran merusak integritas pembuluh darah. Proses
dikembangkan untuk membantu klinisi klinis. Dengan keunggulan tersebut, saat ini uji ini merupakan mekanisme hemostasis primer.
mengidentifikasi kelainan koagulasi koagulasi POC menarik perhatian para klinisi Hemostasis sekunder meliputi interaksi faktor
perioperatif. Kombinasi berbagai jenis uji dan sedang banyak dikembangkan.1,2 koagulasi plasma, terdiri dari jalur intrinsik
pemantauan koagulasi dapat memberikan dan ekstrinsik yang akan bergabung menjadi
informasi untuk manajemen koagulopati HEMOSTASIS jalur bersama dengan hasil akhir fibrin yang
perioperatif.1 Uji koagulasi konvensional Hemostasis mencakup proses seluler dan memperkuat sumbat trombosit.1
seperti hitung trombosit, bleeding time, biokimia yang membatasi kehilangan darah
clotting time, prothrombin time, activated akibat cedera, mempertahankan keenceran Model koagulasi berbasis seluler yang dianut
partial thromboplastin time, thrombin time, darah intravaskular, dan revaskularisasi sekarang ini lebih mencerminkan proses in
reptilase time, fibrinogen, dan d-dimer pembuluh darah yang tersumbat setelah vivo dan berbeda dengan model koagulasi
dianggap sebagai pemeriksaan standar fungsi cedera. Fisiologi hemostasis normal terdahulu. Kompleks yang terbentuk oleh
hemostasis. Akan tetapi, pemeriksaan tersebut memerlukan keseimbangan yang baik antara faktor jaringan (tissue factor) dan faktor VII
memiliki keterbatasan seperti prosedur yang jalur prokoagulan yang berperan dalam berkontribusi pada aktivasi faktor IX. Hal ini
lama dan terbatasnya informasi tentang pembentukan sumbat hemostatik terlokalisir menunjukkan bahwa jalur koagulasi intrinsik
fungsi trombosit. Selain itu, uji koagulasi yang stabil dan mekanisme antagonisnya dan ekstrinsik saling berhubungan hampir

Alamat Korespondensi email: pardede.dimas@gmail.com

CDK-252/ vol. 44 no. 5 th. 2017 367


TEKNIK

sejak awal proses. Selain itu, seluruh proses ini pemeriksaan cairan tubuh cepat dan spesifik ACT mengukur waktu yang diperlukan untuk
memerlukan tiga fase secara berurutan, yaitu: yang dikerjakan di samping pasien/bed-side. pembekuan whole blood setelah aktivasi jalur
fase inisial, fase amplifikasi, dan fase propagasi. Uji koagulasi POC dapat mengatasi beberapa intrinsik kaskade koagulasi. ACT merupakan
Trombosit dan trombin terlibat aktif di dalam keterbatasan uji koagulasi konvensional. Uji pemeriksaan POC, terutama untuk memantau
dua fase terakhir.1 koagulasi POC adalah uji koagulasi tanpa terapi antikoagulasi heparin dengan
berbasis laboratorium yang dapat dikerjakan konsentrasi tinggi (konsentrasi dalam darah
UJI KOAGULASI POINT-OF-CARE secara bed-side. Sampel darah dianalisis >1 IU/mL) yang tidak dapat dipantau dengan
Evaluasi hemostasis perioperatif meliputi secara bedside dan tidak perlu di laboratorium aPTT. Selain itu, ACT juga dapat digunakan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang sehingga mempersingkat waktu (20-25 menit). untuk memantau terapi argatroban dan
dengan uji koagulasi laboratorium. Uji koagulasi Uji koagulasi dikerjakan pada whole blood, inhibitor trombin lainnya.8-9
konvensional rutin (contoh: trombosit, sehingga terjadi interaksi sistem koagulasi
bleeding time, clotting time, prothrombin time, dengan trombosit dan sel darah merah ACT menggunakan inisiator aktivasi kontak
activated partial thromboplastin time, thrombin secara in vivo untuk memperoleh informasi berupa celite atau kaolin untuk mengakselerasi
time, reptilase time, fibrinogen, dan d-dimer) fungsi trombosit. Selain itu, pembentukan pembentukan bekuan dan mempercepat
kini mulai dipertanyakan nilai diagnostiknya bekuan darah dapat ditampilkan secara visual waktu pemeriksaan. Kaolin lebih sering
dalam situasi perioperatif akut karena memiliki dan real-time serta analisis koagulasi dapat digunakan karena tidak dipengaruhi oleh
beberapa kekurangan, antara lain: terdapatnya dikerjakan pada suhu tubuh pasien. Saat ini uji obat antifibrinolitik seperti aprotinin.1,3,8 ACT
jeda waktu yang cukup lama sekitar 45-60 koagulasi POC dapat diklasifikasikan ke dalam menggunakan aktivasi koagulasi melalui
menit dari saat sampel darah diambil sampai empat kelompok besar, yaitu: 1) pemeriksaan jalur intrinsik saat fresh whole blood diinkubasi
keluar hasil; pemeriksaan pada plasma bukan fungsional koagulasi yang menilai dengan kaolin pada suhu 37ºC. Oleh karena
pada whole blood hanya mencerminkan awal kemampuan intrinsik darah membentuk ACT mengukur pembentukan bekuan melalui
pembentukan trombin tanpa dipengaruhi bekuan, 2) pemantauan konsentrasi heparin, jalur intrinsik dan jalur bersama, waktu
elemen sel darah; sedikitnya informasi 3) pemeriksaan koagulasi viskoelastik, dan 4) pembentukan bekuan akan diperpanjang
tentang fungsi trombosit, sehingga tidak pemantauan fungsi trombosit.1-3,5,6 oleh heparin dan antikoagulan lainnya, tetapi
dapat mendeteksi disfungsi trombosit tidak dipengaruhi oleh trombositopenia dan
akibat penyakit tertentu, obat atau disfungsi Pemeriksaan Fungsional Koagulasi disfungsi trombosit. Rentang nilai normal
trombosit perioperatif yang didapat. Selain Activated Clotting Time ACT adalah 107 ± 13 detik. Akan tetapi, waktu
itu, pemeriksaan dikerjakan pada suhu standar Activated clotting time (ACT) pertama kali pemeriksaan nilai baseline ACT mempengaruhi
37oC dan bukan pada suhu tubuh pasien juga diperkenalkan oleh Hattersley pada tahun hasil pemeriksaan. Setelah insisi pembedahan,
tidak dapat mendeteksi koagulopati akibat 1966, sering digunakan untuk memantau nilai baseline ACT dapat berkurang. Pada
hipotermia.5-7 terapi heparin sistemik pada bedah jantung, pembedahan bypass kardiopulmonar tanpa
hemofiltrasi, oksigenasi ekstrakorporeal, dan pemberian aprotinin, nilai ACT dengan kisaran
Uji point-of-care didefinisikan sebagai kateterisasi jantung. 480 detik dianggap aman, sedangkan jika
menggunakan aprotinin diperlukan nilai ACT
dengan kisaran 700 detik.1,3

ACT populer untuk pemantauan koagulasi


perioperatif karena sederhana, relatif murah,
dan respons yang linier pada penggunaan
heparin konsentrasi tinggi. Kekurangannya
antara lain sensitivitas rendah pada heparin
konsentrasi rendah, reproduksibilitas rendah,
dan nilai pemanjangan palsu pada hipotermia,
defisiensi faktor pembekuan, inhibitor
glikoprotein IIb/IIIa, warfarin, kelainan fungsi
trombosit, trombositopenia < 30.000-50.000/
mcl, antibodi lupus dan hemodilusi.

Beberapa alat pemeriksaan ACT yang saat ini


tersedia antara lain Hemochron®, Hepcon®, ACT
II®, ACT Plus®, Hemochron Jr. signature®, dan
i-STAT.1,3,10 Kebanyakan alat ACT mendeteksi
pembentukan bekuan menggunakan metode
mekanik seperti plunger mekanik (ACT
Plus®) atau dengan magnet kecil yang akan
Gambar 1. Model koagulasi berbasis seluler. Penomoran romawi merepresentasikan faktor koagulasi.1 terlepas saat terjadi bekuan (Hemochron®)

368 CDK-252/ vol. 44 no. 5 th. 2017


TEKNIK

atau dengan deteksi amperometrik produk Tabel 1. Rentang target tipikal nilai ACT untuk berbagai prosedur di Massachusetts General Hospital, Boston8
elektrokimia yang berasal dari pemecahan
Prosedur Rentang Target
substrat yang mengandung trombin (i-STAT).
Neuroradiologi 1,5-2 kali nilai dasar
Tidak ada “gold standard” metode ACT
Elektrofisiologi 250-300 detik
dan oleh karenanya tidak ada ACT “yang ECMO 200-220 detik dengan batas atas 240 detik
sesungguhnya”.8 Kateterisasi jantung intervensi 170-200 detik (batas atas 230) pada pasien dengan inhibitor
gpIIb/IIIa dan 200-220 (batas atas 240) pada pasien tanpa
inhibitor gpIIb/IIIa
Waktu Trombin Dosis-tinggi/High-dose
Kateterisasi jantung diagnostik 0-4000 U heparin, tanpa memperhatikan nilai ACT
Thrombin Time
Pembedahan jantung
High-dose thrombin time (HiTT) merupakan
Nilai dasar 90-130 detik
pengukuran fungsional antikoagulasi heparin Drip heparin terapetik 160-180 detik
alternatif yang sering digunakan pada Dengan CPB, apapun prosedur pembedahannya >450 detik
pembedahan jantung karena berkorelasi baik CABG tanpa CPB >400 detik
dengan kadar heparin. HiTT mengandung Bivalirudin terapeutik untuk CPB ACT awal >400 detik
trombin konsentrasi tinggi untuk memecah
Ket.: CABG: coronary artery bypass graft; CPB: cardiopulmonary bypass; ECMO: extracorporeal membrane
fibrinogen dan membentuk bekuan fibrin. oxygenation
Oleh karena adanya konsentrasi trombin
*Rentang nilai ACT untuk i-STAT kaolin cartridge dan Medtronic high-range cartridge (pengecualian nilai ECMO
berlebih, pembentukan bekuan terjadi menggunakan Medtronic low-range cartridge dan belum dilakukan evaluasi dengan i-STAT)
tanpa memerlukan faktor koagulasi lain
selain fibrinogen, sehingga nilai HiTT akan
memanjang akibat heparin (dan inhibitor sampel darah dengan konsentrasi protamin tahun terakhir. Saat ini terdapat berbagai
trombin lainnya), hipofibrinogenemia berat dan heparin berimbang akan membeku macam monitor viskoelastik yang inovatif,
atau disfibrinogenemia dan fibrin degradation lebih dahulu, sehingga konsentrasi heparin keunikannya adalah mampu mengukur
product konsentrasi tinggi. Pada pembedahan dapat diestimasi. Dengan asumsi kurva titrasi semua spektrum pembentukan bekuan mulai
yang memerlukan heparin, pemanjangan HiTT heparin-protamin tetap konstan selama dari awal pembentukan fibrin hingga retraksi
akan berkorelasi dengan efek antikoagulan periode pembedahan, maka dosis heparin bekuan dan fibrinolisis. Koagulasi dinilai
heparin.1,3,10 yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi secara real-time pada whole blood, sehingga
heparin plasma yang dikehendaki atau dosis memungkinkan interaksi koagulasi dengan sel
Pengukuran HiTT dilakukan dengan cara
protamin yang diperlukan untuk menetralisir darah merah dan trombosit secara in vivo dan
heparin dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan informasi penting tentang fungsi
menambahkan 1,5 mL whole blood ke dalam
diestimasi.3,10 trombosit.1,3,5
tabung uji yang sudah dihangatkan dan
dihidrasi sebelumnya serta mengandung
preparat trombin terliofilisasi. Kemudian Pemantauan konsentrasi heparin POC yang Perbedaan mendasar pemeriksaan koagulasi
tabung dimasukkan ke alat uji HiTT dan tersedia saat ini telah menggunakan teknik secara in vivo dan in vitro adalah bahwa
waktu pembekuan diukur. Tidak seperti ACT, pengukuran otomatis (contoh: Hepcon HMS pemeriksaan viskoelastik menilai koagulasi
HiTT tidak dipengaruhi oleh hemodilusi, Plus, Medtronic). Kelebihan pemeriksaan ini dalam kondisi statis tanpa adanya aliran di
hipotermia, dan aprotinin. Selain itu, korelasi antara lain sensitivitas yang baik terhadap dalam tabung dan di luar pembuluh darah.
HiTT dengan konsentrasi heparin lebih baik heparin konsentrasi rendah dan insensitivitas Oleh karenanya, hasil pemeriksaan viskoelastik
dari ACT.9-10 terhadap hemodilusi dan hipotermia serta harus diinterpretasikan secara hati-hati dengan
tidak dipengaruhi oleh aprotinin. Hepcon memperhatikan kondisi klinis. Beberapa alat
Pengukuran Konsentrasi Heparin merupakan salah satu alat uji yang sensitif pemeriksaan koagulasi viskoelastik yang
Titrasi protamin merupakan metode POC mendeteksi heparinisasi residual setelah telah sering digunakan pada pembedahan
paling populer untuk menentukan konsentrasi netralisasi dengan protamin kemampuan jantung, trauma, pembedahan hepatobilier
heparin perioperatif. Protamin adalah pengukuran konsentrasi heparin terendah dan obstetri antara lain thromboelastography
protein polikation kuat dasar yang secara mencapai 0,4 IU/mL. Kekurangannya adalah (TEG®), rotation thromboelastography
langsung menghambat heparin. Prinsip ketidakmampuannya menilai secara langsung (ROTEM®), dan Sonoclot®.1,3,5
pemeriksaan ini adalah bahwa 1 mg protamin efek antikoagulan. Sebagai contoh pada
akan menghambat 1 mg (setara 100 unit) defisiensi antitrombin, penentuan konsentrasi
heparin. Sampel darah mengandung heparin heparin saja tidak dapat mendeteksi
kurangnya efek antikoagulan setelah Tromboelastografi/Thromboelastography
jika diberi protamin dengan konsentrasi
pemberian heparin.3,10 (TEG®)
ditingkatkan bertahap, maka waktu
TEG pertama kali dikembangkan oleh Hartert
pembentukan bekuannya akan berkurang
Pemeriksaan Koagulasi Viskoelastik pada tahun 1948. Alat ini menganalisis dan
sampai titik konsentrasi protamin melebihi
Pemeriksaan koagulasi viskoelastik pertama menampilkan grafik perubahan viskoelastisitas
konsentrasi heparin. Jika serial sampel darah
kali dikembangkan pada tahun 1940 dan telah pada seluruh tahap pembentukan bekuan dan
mengandung heparin dianalisis dengan
menarik banyak perhatian sampai beberapa resolusinya, sehingga menjadikannya berbeda
memberikan protamin dosis inkremental,

CDK-252/ vol. 44 no. 5 th. 2017 369


TEKNIK

dari uji koagulasi lainnya yang menilai waktu Alat ini hanya menggunakan sedikit darah selama 10 detik. Dengan terbentuknya ikatan
hingga terjadinya pembentukan fibrin sebagai (0,35 mL) yang diisikan ke dalam dua cawan fibrin-trombosit (bekuan darah), pin akan
titik akhir. TEG merupakan pemeriksaan sensitif kecil bersuhu 37ºC dan mengandung melekat dengan bekuan dan putaran cawan
fibrinolisis yang menganalisis interaksi antara aktivator kontak kaolin atau celite. Sebuah akan ditransmisikan melalui pin dan kabel
trombosit, fibrinogen, dan faktor pembekuan pin diletakkan di atas permukaan sampel torsi ke transduser mekano-elektrik. Kekuatan
serta membantu diagnosis hiperfibrinolisis darah dan dihubungkan dengan kabel torsi ikatan fibrin-trombosit ini mempengaruhi
dalam konteks perdarahan.1,3,5 yang terhubung dengan perekam elektronik. magnitudo gerakan pin. Saat bekuan
Cawan diputar pada aksis 5º secara kontinu mengalami retraksi atau lisis, ikatan tersebut
akan terputus dan transmisi gerakan cawan
menghilang. Sinyal elektrik yang dihasilkan
akan dikonversikan menjadi tampilan grafis
berbentuk cerutu yang menggambarkan
karakteristik shear elasticity terhadap waktu.
Bentuk tampilan grafis dapat membantu
menilai status koagulasi yang berbeda
(hipokoagulasi, normal, hiperkoagulasi) secara
cepat dan kualitatif yang mencerminkan
kelainan spesifik pembentukan bekuan dan
fibrinolisis.1,3,5

TEG mengidentifikasi dan mengukur


berbagai parameter yang menggambarkan
pembentukan dan lisis bekuan. Nilai R (waktu
Gambar 2. Alat pemantauan koagulasi viskoelastik point-of-care. A, Thromboelastograph, TEG. B, Rotation reaksi) mengukur waktu hingga terbentuknya
Thromboelastometry, ROTEM. C, Sonoclot analyzer.5 bekuan awal (nilai normal 7,5 – 15 menit).
Serupa dengan whole blood clotting time,
penambahan aktivator kontak kaolin atau
celite dapat mempercepat hasil. Nilai R dapat
memanjang akibat defisiensi faktor koagulasi
atau inhibitor seperti heparin. Maximum
amplitude (MA) mengukur kekuatan bekuan
dan dapat berkurang baik oleh disfungsi
trombosit kualitatif dan kuantitatif ataupun
berkurangnya konsentrasi fibrinogen. Nilai
normal MA adalah 50-60 mm. Sudut α dan nilai
K mengukur kecepatan pembentukan bekuan
dan dapat memanjang karena defisiensi faktor
koagulasi dan heparin.1,3,5

Rotation Thromboelastography (ROTEM®)


Alat ROTEM menggunakan modifikasi
teknologi TEG dan menggunakan 0,3 mL
darah. TEG menggunakan kaolin sebagai
aktivator kontak, sedangkan ROTEM
menggunakan tissue factor dalam tabung
EXTEM® (pembentukan bekuan dan
fibrinolisis, jalur ekstrinsik) dan aktivator kontak
dalam tabung INTEM® (jalur intrinsik). Baik TEG
maupun ROTEM mampu memantau koagulasi
dalam heparinisasi sistemik seperti pada
Gambar 3. Perbandingan tracing normal Tromboelastografi/Thromboelastography dan Rotation cardiopulmonary bypass (CPB) karena memiliki
Thromboelastography. Garis tebal mewakili Tromboelastografi/Thromboelastography, sedangkan garis putus tabung yang mengandung heparinase,
– putus mewakili Rotation Thromboelastography. R, reaction time; sudut α, daerah landai kurva antara R dan sehingga dapat menghilangkan efek heparin
K untuk Tromboelastografi/Thromboelastography dan daerah landai kurva pada tangen amplitudo 2 mm
untuk ROTEM; MA, maximum amplitude; CL 30, clot lysis pada menit ke-30; CL 60, clot lysis pada menit ke-60; pada tracing dan membantu identifikasi efek
CT, clotting time; CFT, clotting formation time; MCF, maximum clot firmness; LY30, lisis pada menit ke-30; LY60, residual heparin serta heparin rebound setelah
lisis pada menit ke-60.1 netralisasi dengan protamin.1,3,5

370 CDK-252/ vol. 44 no. 5 th. 2017


TEKNIK

Tracing kedua alat TEG dan ROTEM sama. Tabel 2. Interpretasi dan nilai normal parameter TEG dan ROTEM 1
Tetapi penting diperhatikan bahwa
TEG ROTEM Definisi Signifikansi
terminologi dan rentang nilai rujukannya R (reaction time) : CT Waktu hingga inisiasi Konsentrasi faktor koagulasi
berbeda untuk masing-masing alat. WB : 4-8 menit INTEM : 137-246 detik pembentukan fibrin, periode larut plasma
EXTEM : 42-74 detik sampai amplitudo 2 mm
Terminologi pengukuran ROTEM antara lain:
pada tracing
waktu koagulasi/coagulation time (CT, detik), K time : CFT Periode waktu yang Mengindikasikan kinetika
sudut α (waktu pembentukan bekuan, detik), WB : 1-4 menit INTEM : 40-100 detik dibutuhkan amplitudo pada bekuan
EXTEM : 46-148 detik tracing untuk bertambah dari
kekuatan maksimal bekuan/maximal clot
2 menjadi 20 mm
firmness (MCF, milimeter), waktu lisis/lysis time Sudut α Sudut α Sudut antara tangen pada Kecepatan penumpukan
(LT, detik). Baik TEG maupun ROTEM dapat WB : 47-74º INTEM : 71-82º tracing pada amplitudo fibrin dan cross-linking
menilai fungsi fibrinogen menggunakan EXTEM : 63-81º 2 mm dan garis tengah
horizontal
pemeriksaan seperti Functional fibrinogen dan MA MCF Lebar vertikal terbesar Jumlah dan fungsi trombosit
FIBTEM®.1,3,5 WB : 55-73 menit INTEM : 52-72 mm yang dicapai tracing dan dan konsentrasi fibrinogen
EXTEM : 49-71 mm merefleksikan kekuatan
bekuan maksimum
Sonoclot Analyser® CL30 LY30 Persentase penurunan Stabilitas bekuan dan
amplitudo 30 menit setelah fibrinolisis
Sonclot analyser pertama kali diperkenalkan MA
pada tahun 1975 oleh von Kaulla, dkk. sebagai CL60 LY60 Persentase penurunan Stabilitas bekuan dan
alat pengukuran koagulasi viskoelastik kekuatan bekuan 1 jam fibrinolisis
setelah MCF
alternatif. Pada alat ini, sebuah probe yang
bergetar secara vertikal ditanamkan ke dalam CFT-clot formation time; CT-clotting time; MCF-maximum clot firmness; MA-maximum amplitude; WB-whole
0,4 mL sampel darah. Pembentukan bekuan blood; INTEM-aktivator kontak; EXTEM-tissue factor.
akan menghasilkan impedansi terhadap
pergerakan probe dan menciptakan sinyal
elektrik yang akan diukur. Sonoclot dapat
memberikan informasi tentang seluruh
proses hemostasis berupa grafik kualitatif
yang dikenal sebagai “signatur” Sonoclot
yang khas dan hasil kuantitatif, antara lain:
activated clotting time (ACT), clot rate (CR),
platelet function (PF). Signatur yang dihasilkan
memberikan informasi tentang kekuatan
bekuan dan fibrinolisis.1,3,5

ACT Sonoclot adalah waktu dari aktivasi


sampel darah hingga awal pembentukan
fibrin dan analog dengan R dan CT pada
TEG dan ROTEM. Onset pembentukan
Gambar 4. Gambaran tracing TEG pada berbagai kondisi koagulasi.11
bekuan ini didefinisikan sebagai defleksi
ke atas pada signatur. ACT Sonoclot sesuai
dengan pemeriksaan ACT konvensional
dengan syarat tabung sampel mengandung gambaran puncak yang tajam dan jelas pada
konsentrasi tinggi aktivator celite atau kaolin.5 signatur setelah pembentukan fibrin.5
Selain memberikan informasi fase inisiasi
koagulasi, Sonoclot juga dapat mengukur Sonoclot memiliki beberapa kekurangan
kinetika pembentukan fibrin dan bekuan seperti hasil dipengaruhi usia, jenis kelamin,
yang diekspresikan sebagai CR (daerah landai hitung trombosit. Selain itu, beberapa
maksimum pada signatur selama polimerisasi variabel pengukuran terutama CR dan PF
fibrin inisial dan pembentukan bekuan). memiliki reproduksibilitas rendah. Meski
Fungsi trombosit dianalisis dan dilaporkan demikian, Sonoclot dianggap bernilai dan
sebagai PF. Rentang nilai nominal PF mulai dapat diandalkan pada prosedur bedah
dari 0, menunjukkan tidak ada PF (tidak ada jantung serta menunjukkan presisi mendekati
retraksi bekuan dan signatur datar setelah tromboelastografi.5
pembentukan fibrin) hingga mendekati
5, menunjukkan PF kuat (retraksi bekuan
terjadi lebih cepat dan sangat kuat, dengan

CDK-252/ vol. 44 no. 5 th. 2017 371


TEKNIK

POC yang membantu klinisi memantau fungsi (thrombin receptor activating peptide,
trombosit untuk memastikan efektivitas terapi asam arakidonat, atau ADP) mengaktivasi
antiplatelet dan mengonfirmasi pemulihan trombosit secara langsung di dalam sampel
fungsi trombosit saat terapi antiplatelet darah untuk menstimulasi ekspresi reseptor
dihentikan.1,3 permukaan trombosit glikoprotein IIb/IIIa.
Begitu trombosit teraktivasi berikatan dan
Platelet Function Analyser (PFA-100) beragregasi dengan fibrinogen-coated beads,
PFA-100 merupakan alat yang unik karena transmisi cahaya melalui sampel meningkat
dapat memantau fungsi trombosit secara dan menghasilkan sinyal.3,9,10
POC ataupun berbasis laboratorium dengan
menggunakan kondisi high-shear untuk Derajat inhibisi trombosit oleh obat
menstimulasi cedera pembuluh darah kecil antiplatelet dapat diukur karena antiplatelet
serta mengukur adhesi dan agregasi trombosit menghambat aglutinasi trombosit, sehingga
dengan menggunakan aktivator trombosit transmisi cahaya berkurang. Blokade
Gambar 6. Prinsip kerja bio-mekanis ketiga alat poten ADP atau epinefrin. Alat ini efektif farmakologik reseptor gp IIb/IIIa oleh inhibitor
monitor koagulasi viskoelastik. (1) sampel darah mendeteksi disfungsi trombosit termediasi gp IIb/IIIa dapat dideteksi secara akurat.
di cawan berputar pada TEG dan di tabung pada aspirin dan penyakit von Willebrand. Selain Efek pencegahan ekspresi gp IIb/IIIa oleh
ROTEM dan Sonoclot, (2) aktivator koagulasi, (3) pin
dan kabel torsi pada TEG, pin dan aksis berputar itu, alat ini juga mampu mendeteksi blokade aspirin melalui inhibisi asam arakidonat dan
pada ROTEM dan probe plastik sekali pakai pada termediasi P2Y (klopidogrel, P2Y12) dengan oleh klopidogrel melalui inhibisi reseptor
Sonoclot, (4) transduser sinyal elektromekanik/ menggunakan cartridge INNOVANCE® PFA ADP P2Y12 juga dapat diukur dengan
detektor sinyal, (5)prosesor data.1,5
P2Y. Kekurangannya antara lain gangguan VerifyNow menggunakan cartridge yang
hasil pemeriksaan akibat hemodilusi dan sesuai. Meskipun sistem VerifyNow mudah
Salah satu aplikasi pemantauan viskoelastik trombositopenia.1,3,10 dioperasikan dan menyediakan pengukuran
yang sering digunakan adalah deteksi fungsi trombosit bedside cepat, pengukuran
hiperfibrinolisis secara real-time pada HemoSTATUS referensi nilai dasar tetap disarankan untuk
transplantasi hepar dan pembedahan jantung. HemoSTATUS (Medtronic) menggunakan tiap pasien untuk mengkalkulasi rentang
Bukti menunjukkan bahwa pemantauan platelet activating factor (PAF) untuk perubahan fungsi trombosit selanjutnya.
viskoelastik berguna membedakan surgical mengakselerasi pembentukan bekuan Potensi aplikasi perioperatif metodologi ini
bleeding dari koagulopati. Jika digunakan ACT teraktivasi kaolin. Uji HemoSTATUS masih belum jelas.3,9,10
sebagai salah satu komponen algoritma dilakukan pada analyzer koagulasi HMS plus
diagnostik, baik TEG maupun ROTEM dapat Medtronic memanfaatkan cartridge ACT Plateletworks
menurunkan transfusi produk darah.1,3,5 kaolin enam kanal yang telah diisi dengan Plateletworks menggunakan hemocytometer
PAF yang konsentrasinya ditingkatkan untuk menghitung jumlah trombosit secara
Pemantauan Fungsi Trombosit/Platelet secara serial. Hasil pengukuran ACT tanpa otomatis di sampel whole blood dengan dan
Function Monitoring aktivator trombosit kemudian dibandingkan tanpa adanya agonis stimulator trombosit
Gangguan trombosit dapat terjadi akibat dengan nilai ACT yang diperoleh dengan seperti ADP atau kolagen. Agonis stimulator
berbagai kelainan kongenital ataupun didapat penambahan PAF. Persentase penurunan trombosit menyebabkan trombosit
dan mempengaruhi reseptor permukaan yang ACT karena penambahan PAF berhubungan teraktivasi dan melekat ke tabung uji,
berperan pada proses agregasi dan adhesi dengan kemampuan aktivasi trombosit dan sehingga tereliminasi dari hitung trombosit.
trombosit. Disfungsi trombosit baik kuantitatif pemendekan waktu pembekuan.3,9,10 Perbedaan hitung trombosit sebelum dan
maupun kualitatif termasuk akibat obat sesudah penambahan agonis stimulator
antiplatelet dapat mengganggu hemostasis VerifyNow trombosit menghasilkan pengukuran
primer. Pemeriksaan untuk mendeteksi Sistem VerifyNow (dulu dikenal sebagai Ultegra agregasi trombosit secara langsung dan
disfungsi trombosit kualitatif dan aktivasi Rapid Platelet Function Analyzer) adalah uji dilaporkan sebagai “% agregasi”. Investigasi
trombosit kuantitatif dapat dilakukan melalui fungsi trombosit whole blood turbidimetrik awal menunjukkan adanya korelasi antara
metode pemeriksaan berbasis laboratorium otomatis yang menilai kemampuan trombosit hitung trombosit yang diperoleh dari monitor
standar, akan tetapi pemeriksaan tersebut teraktivasi untuk mengikat fibrinogen-coated Plateletworks dengan instrumen laboratorium
sulit dikerjakan secara teknis, memakan waktu polystyrene beads. Dengan penambahan standar. Selain itu, Plateletworks juga terbukti
dan mahal. Saat ini tersedia berbagai alat uji sampel whole blood, agonis trombosit efektif mengidentifikasi disfungsi trombosit
akibat antagonis gpIIb/IIIa dan klopidogrel
Tabel 3. Nilai rujukan Sonoclot5
serta berkorelasi baik dengan pemeriksaan
agregasi trombosit laboratorium. Diperlukan
Sonoclot Assay SonACT kACT gbACT+ aiACT
investigasi lebih lanjut untuk menentukan
ACT 85-145 detik 94-178 detik 119-195 detik 62-93 detik
CR 15-45 U/menit 15-33 U/menit 7-23 U/menit 22-41 U/menit
apakah Plateletworks dapat digunakan
ACT-activated clotting time; CR-clot rate; SonACT-Sonoclot dengan aktivator celite; kACT-aktivator kaolin; sebagai monitor selama intervensi koroner
gbACT+ -aktivator glass beads; aiACT-aktivator celite + clay. atau monitor inhibisi obat antitrombotik.3,9,10

372 CDK-252/ vol. 44 no. 5 th. 2017


TEKNIK

APLIKASI PERIOPERATIF
Gangguan hemostasis dapat terjadi pada
pasien yang menjalani pembedahan akibat
dilusi faktor pembekuan, hipotermia,
hematokrit yang rendah, hipoperfusi terkait
asidosis metabolik, dan hipokalsemia. Transfusi
packed red cell (PRC) dapat memperbaiki
oksigenasi jaringan dan fresh frozen plasma
(FFP) dapat memperbaiki koagulasi.12

Transfusi darah sendiri memiliki risiko


komplikasi. Komplikasi transfusi antara lain
reaksi hemolitik akut, alergi, anafilaksis,
reaksi transfusi febril nonhemolitik, overload,
tranfusion-related acute lung injury, tranfusion
related acute kidney inury, tranfusion-associated
graft-versus-host disease, reaksi transfusi
hipotensi, infeksi, dan lainnya.13 Transfusi darah
juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko
mortalitas dan insidens infeksi, tromboemboli,
infark miokard, stroke, dan gagal ginjal.12
Oleh karena kurangnya konsensus panduan
transfusi, saat ini praktik transfusi produk
darah sangat bervariasi di berbagai negara,
rumah sakit, bahkan antar tenaga kesehatan Gambar 7. Uji Plateletworks membandingkan hitung trombosit baseline dengan hitung trombosit teraktivasi.
di dalam institusi yang sama. Hal ini sering Hitung trombosit baseline terdapat di sisi kiri dan hitung trombosit teraktivasi (berkurang) terdapat di sisi
menyebabkan transfusi produk darah kanan gambar.9
yang tidak perlu/overtransfusion yang juga
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi dalam penelitiannya terhadap 642 pasien KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
transfusi.12 transplantasi hepar, melaporkan bahwa Secara umum kelebihannya adalah hasil
implementasi manajemen koagulasi dengan pemeriksaan yang cepat didapat. Uji POC juga
Uji koagulasi POC dapat diaplikasikan pada uji POC berdasarkan goal-directed therapy hanya membutuhkan sedikit volume sampel
semua tahap perawatan perioperatif. Uji dini dan terkalkulasi dengan konsentrat darah (1-5 mL) dan tidak perlu transportasi
koagulasi POC dapat digunakan untuk fibrinogen, konsentrat kompleks protrombin, sampel darah ke laboratorium. Tahap pra-
menyaring koagulopati pada tahap dan terapi antifibrinolitik menghasilkan analitik uji laboratorium konvensional seperti
praoperasi. Di ruang resusitasi, kamar operasi, deteksi dini hiperfibrinolisis dan pemberian sentrifugasi dan preparasi reagen yang
dan intensive care unit, uji koagulasi POC sering antifibrinolitik segera, penurunan kebutuhan memakan waktu juga tidak diperlukan. Uji
digunakan untuk mendeteksi koagulopati dan transfusi FFP, PRC, trombosit, serta penurunan POC dapat dilakukan oleh personil tanpa
memantau tatalaksananya.7 insidens transfusi masif. Uji koagulasi POC pelatihan khusus dan mudah dikerjakan.
juga berguna untuk memantau efek heparin Selain itu, uji POC dapat dikerjakan pada
Pada tahap intraoperasi, uji koagulasi POC pada bedah jantung. Dosis titrasi heparin situasi yang beragam, baik di laboratorium,
dapat digunakan sebagai panduan pemberian dan protamin dapat diberikan dengan lebih di samping pasien di kamar operasi,
transfusi produk darah dan terapi hemostatika akurat dan dapat mendeteksi efek residual maupun di intensive care unit, sehingga hasil
intraoperatif. Penelitian menunjukkan heparin. Penggunaan uji koagulasi POC pemeriksaan dapat dengan cepat (dalam 10
bahwa penggunaan uji koagulasi POC dapat untuk pemantauan heparin dan panduan menit) membantu pengambilan keputusan
mengurangi transfusi produk darah yang transfusi pada bedah jantung terbukti dapat klinis. Berbagai penelitian menunjukkan
tidak perlu dan menurunkan konsumsi membantu menurunkan kebutuhan transfusi, bahwa implementasi uji koagulasi POC dapat
produk darah seperti FFP, PRC, thrombocyte perdarahan, lama perawatan, dan biaya menurunkan kebutuhan transfusi produk
concentrate, dan terapi hemostatika. Dalam perawatan keseluruhan.6,7,9,10 darah perioperatif.2,7
sebuah penelitian prospektif acak, terhadap
28 pasien yang menjalani transplantasi hepar, Uji koagulasi POC dapat berguna untuk Kekurangan uji koagulasi POC adalah bahwa
Wang, dkk. melaporkan bahwa manajemen memprediksi komplikasi perdarahan pada hasil pemeriksaannya tidak selalu sesuai/
transfusi dengan panduan uji POC periode pasca-operasi. Selain itu, uji koagulasi mencerminkan hasil dari uji laboratorium.
berhubungan dengan menurunnya jumlah POC juga dapat mengidentifikasi pasien Teknik pemeriksaan untuk whole blood dapat
transfusi FFP jika dibandingkan dengan uji dengan risiko tinggi kejadian tromboemboli berbeda dengan pengukuran laboratorium
koagulasi laboratorium standar. Gorlinger pasca-operasi.6,7,10 pada kondisi hemodilusi dan CPB.

CDK-252/ vol. 44 no. 5 th. 2017 373


TEKNIK

Reliabilitasnya dipengaruhi oleh pengalaman pemeriksaan POC sangat diperlukan.1 kejadian tromboemboli pasca-operasi.
operator dan kalibrasi. Sensitivitas reagen Dengan segala kelebihan dan kekurangannya,
berbeda-beda antara pabrik satu dan lainnya, SIMPULAN implementasi manajemen koagulasi dengan
bahkan dapat berbeda pada dua reagen Uji koagulasi POC dapat digunakan untuk panduan uji POC bermanfaat menurunkan
dari satu pabrik. Selain itu, pemeriksaan POC mendeteksi adanya koagulopati praoperatif, kebutuhan transfusi produk darah,
mahal dan memerlukan sistem quality control pemantauan efek antikoagulasi heparin, perdarahan, lama perawatan, biaya perawatan
yang baik dan pendidikan staf berkelanjutan. panduan pemberian transfusi produk darah, keseluruhan, dan memperbaiki luaran
Pengetahuan menyeluruh tentang fungsi, dan terapi hemostatika intraoperatif, serta perioperatif pasien.
metodologi, kekuatan, dan kelemahan alat memprediksi komplikasi perdarahan dan

• Catatan:

DISCLAIMER
1. Thiruvenkatarajan V, Pruett A, Adhikary SD. Coagulation testing in the perioperative period. Indian J Anaesth. 2014;58:565-72.
2. Srivastava A, Kelleher A. Point-of-care coagulation testing. Contin Educ Anaesth Crit Care Pain 2013;13(1):12-6.
3. Slaughter TF. Patient blood management: Coagulation. In: Miller RD, Cohen NH, Eriksson LI, Fleisher LA, Wiener-Kronish JP, Young WL, editors. Miller’s Anesthesia
8th Ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2015.
4. Oprea AD. Hematologic disorders. In: Hines RL, Marschall KE, editors. Stoelting’s anesthesia and co-existing disease. 6th Ed. Philadelphia: Elsevier Saunders, 2012 .p.
418-36.
5. Ganter MT, Hofer CK. Coagulation monitoring: Current techniques and clinical use of viscoelastic point-of-care coagulation devices. Anesth Analg. 2008;106:1366-
75.
6. Meybohm P, Zacharowski K, Weber CF. Point-of-care coagulation management in intensive care medicine. Crit Care 2013;17:218.
7. Weber CF, Zacharowski K. Perioperative point of care coagulation testing. Dtsch Arztebl Int. 2012;109:369-75.
8. Lewandrowski EL, Van Cott EM, Gregory K, Kyung Jang I, Lewandrowski KB. Clinical evaluation of the i-STAT kaolin activated clotting time (ACT) test in different
clinical settings in a large academic urban medical center. Am J Clin Pathol. 2011;135:741-48.
9. Enriquez LJ, Shore-Lesserson L. Coagulation and hematologic point-of-care testing. In: Reich DL, Kahn RA, Mittnacht AJC, Leibowitz AB, Stone ME, Eisenkraft JB,
editors. Monitoring in anesthesia and perioperative care. New York: Cambridge University Press; 2011.
10. Shore-Lesserson L. Coagulation monitoring. In: Kaplan JA. Essentials of cardiac anesthesia. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2008.
11. Gottlieb A. Perioperative monitoring of coagulation. Revista Mexicana de Anestesiologia 2014;37:307-11.
12. Sartorius D, Waeber JL, Pavlovic G, Frei A, Diaper J, Myers P, et al. Goal-directed hemostatic therapy using the rotational thromboelastometry in patients requiring
emergent cardiovascular surgery. Ann Cardiac Anaesth. 2014;17:100-8.
13. Miller RD. Patient blood management: Transfusion therapy. In : Miller RD, Cohen NH, Eriksson LI, Fleisher LA, Wiener-Kronish JP, Young WL, editors. Miller’s Anesthesia
8th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2015.

374 CDK-252/ vol. 44 no. 5 th. 2017

Anda mungkin juga menyukai