Anda di halaman 1dari 9

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

Hubungan antara kadar kalsium dengan volume transfusi sel


darah merah pada pasien thalassemia mayor

Mia Fatmawati, Muhammad Riza


Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret RSUD Dr.Moewardi Surakarta

Abstrak
Latar Belakang. Penderita thalassemia mayor membutuhkan transfusi darah yang
berulang, dikarenakan proses hemolitik yang terjadi secara terus menerus.
Pemberian transfusi darah terdiri dari beberapa elemen, mempunyai banyak risiko
dan efek samping. Hal tersebut disebabkan karena proses dekomposisi sel darah
merah serta akumulasi produk metabolisme sel. Penambahan sitrat dalam produk
transfusi darah pada jumlah tertentu mengakibatkan perubahan kadar kalsium.
Sitrat mempunyai kemampuan mengikat kalsium, sehingga dapat terjadi
penurunan kadar kalsium dalam darah.

Tujuan. Menganalisis hubungan antara kadar kalsium dengan volume transfusi


sel darah merah pada pasien thalassemia mayor.

Metode. Penelitian dilakukan di unit rawat inap hematoonkologi anak ruang


Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta mulai bulan Oktober 2017 sampai
dengan November 2017. Subjek penelitian sebanyak 35 pasien diambil secara
konsekutif sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Pasien thalassemia mayor
yang mendapatkan transfusi darah terakhir pada saat rawat inap, volume transfusi
darah dihitung dalam ml/kgbb, kemudian dilakukan pemeriksaan kadar elektrolit
kalsium setelah transfusi sel darah merah. Data diolah dengan SPSS 20.0. Analisis
untuk menilai hubungan kedua variabel menggunakan uji fisher exact test.

Hasil. Didapatkan hubungan antara kadar kalsium dengan volume transfusi darah
merah pada pasien thalassemia. Pasien yang dengan volume transfusi <20
ml/kgBB cenderung menghasilkan kadar kalsium ≥1,10, sedangkan pasien dengan
transfusi ≥20 ml/kgBB cenderung dengan kadar kalsium < 1,10. Nilai OR =3,9
(1,834-11,96), yang berarti bahwa terdapat hubungan antara volume transfusi sel
darah merah dengan penurunan kadar kalsium, meskipun secara statistika tidak
signifikan (p=0,568).

Kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar


kalsium dengan volume transfusi sel darah merah pada pasien thalassemia mayor ,
meskipun secara statistik tidak signifikan.

Keywords: thalassemia, transfusi sel darah merah, kalsium

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

The relationship between calcium levels and volume of red blood


cell transfusions in major thalassemia patients

Mia Fatmawati, Muhammad Riza


Department of Children's Health Faculty of Medicine, Sebelas Maret University
Dr.Moewardi Surakarta Hospital

Abstract
Background. Patients with thalassemia mayor require recurrent blood
transfusion, the process of hemolytic processes that occur continuously. Giving
blood transfusion consists of several elements, has many risk and side effects.
This is due to the production process and cell metabolism. The addition of citrate
in blood transfusion products to a certain amount. Citrate has the ability to bind
calcium, so there can be a decrease in calcium levels in the blood.

Aim. Analyze the association between levels with red cell transfusion volume in
patients with major thalassemia.

Method. The research was conducted at the unit of hematologic hospitalization of


children room Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta from October 2017 to
November 2017. Research subjects were 35 patients with inclusion and exclusion
criteria. Major thalassemia patients who had blood transfusions at the time of
hospitalization, blood transfusion volume in ml/kgbb, then examined levels of
calcium electrolytes after transfusion of red blood cells. The data were processed
with SPSS 20.0. Analysis to assess the relationship between the two variables
using the fisher exact test test.

Results. The relationship between calcium levels and red blood transfusion
volume in thalassemia patients was found. Patients with a transfusion volume <20
ml / kgBW may produce calcium levels ≥1,10, whereas patients with transfusions
≥20 ml / kgBW with calcium levels <1.10. The value of OR = 3.9 (1,834-11,96),
which means there is a relationship between the volume of red blood cell
transfusion with decreased levels of calcium, is not statistically significant (p =
0.568).

Conclusion. The results showed a relationship between volume and volume of


red blood cell transfusions in patients with thalassemia major, not statistically
significant.

Keywords: thalassemia, red blood cell transfusion, calcium

2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

A. Latar Belakang
Thalassemia merupakan penyakit hemolitik kronik oleh karena kelainan genetik
yang diturunkan secara autosomal resesif dengan karakteristik terjadi penurunan
atau berkurangnya produksi rantai globin.1Akibat dari rantai globin yang
berkurang maka akan terbentuk eritrosit yang mudah rapuh, sehingga terjadi
anemia dengan berbagai derajat.2 Berdasarkan defek pada rantai globin,
thalassemia dibagi menjadi thalassemia beta dan thalassemia alfa. Thalassemia
beta disebabkan karena penurunan produksi rantai globin beta sedangkan
thalassemia alfa terjadi karena penurunan produksi dari rantai globin alfa.
Berdasarkan klinis dan kebutuhan akan transfusi thalassemia dibagi menjadi
thalassemia mayor, intermedia dan thalassemia minor. Thalassemia mayor, bila
pasien membutuhkan transfusi darah secara rutin, Thalassemia intermedia, pasien
membutuhkan transfusi darah, tetapi tidak rutin, sedangkan thalassemia minor,
secara klinis pasien jarang menunjukkan gejala, sering tampak normal, beberapa
hanya menunjukkan gejala anemia. Diagnosis thalassemia ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis dan laboratorium untuk mengidentifikasikan defisiensi rantai
globin.3,4
Sebagian besar penderita thalassemia membutuhkan transfusi darah yang
berulang dikarenakan adanya proses hemolitik yang terjadi terus menerus. Tujuan
transfusi adalah mengurangi komplikasi anemia, mengatasi eritropoesis yang
tidak efekstif, membantu pertumbuhan dan perkembangan selama masa anak anak
serta memperpanjang ketahanan hidup pada pasien thalassemia mayor. Transfusi
dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan adanya timbunan zat besi.5,6,13
Timbunan besi di berbagai organ dapat menyebabkan gangguan endokrin,
retardasi pertumbuhan, gangguan hati dan jantung.7
Pemberian transfusi terdiri dari beberapa elemen, mempunyai banyak
risiko dan efek samping, yaitu akibat dari dekomposisi sel darah merah serta
akumulasi produk dari metabolisme sel sehingga terjadi perubahan komposisi dari
transfusi sel darah merah, diantaranya perubahan kadar elektrolit darah, laktat,
penurunan Ph dan gula darah.8,11 Ketika transfusi diberikan, harus
dipertimbangkan seberapa banyak sitrat yang akan masuk ke dalam tubuh. Pasien
dengan penurunan kadar kalsium mudah mengalami kelemahan otot, hipotensi,

3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

paralisis, aritmia, dan bahkan dapat berujung pada kematian. Perubahan kadar
kalsium pada anak akibat transfusi masih jarang dibahas dan mungkin atau tidak
mempunyai makna klinis.9
Penggunaan sitrat sebagai antikoagulan untuk transfusi sudah digunakan
sejak lama yaitu sejak tahun 1914. Penelitian oleh Hustin, Agote, Weil, dan
Lewisohn yang dilakukan pada tahun 1914, melaporkan keberhasilan penggunaan
sitrat sebagai antikoagulan untuk transfusi darah. Weil melaporkan bahwa darah
sitrat dapat disimpan untuk beberapa hari, Rous dan Turner menemukan bahwa
sitrat yang ditambahkan dekstrosa bisa menyebabkan darah dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama. Supaya produk darah dapat bertahan lama, dalam sediaan
kantong darah ditambahkan komponen sitrat sebagai antikoagulan. Penambahan
sitrat dalam produk transfusi darah pada jumlah tertentu mengakibatkan
perubahan kadar kalsium. Sitrat mempunyai kemampuan mengikat kalsium,
sehingga dapat terjadi penurunan kadar kalsium dalam darah. Banyak penelitian
yang membahas mengenai tatalaksana hipokalsemia akibat transfusi, namun
belum banyak penelitian yang membahas mengenai perubahan kadar kalsium
akibat transfusi pada anak.10

B. Metode
Studi ini menggunakan desain observasional analitik untuk menganalisis
hubungan antara kadar kalsium dengan volume transfusi pada pasien thalassemia
mayor. Penelitian dilakukan di unit rawat inap hematoonkologi anak ruang Melati
2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta bulan Oktober 2017 sampai dengan November
2017. Populasi sasaran pada penelitian ini adalah pasien anak berusia 2-18 tahun
dengan thalassemia mayor. Populasi terjangkau adalah pasien thalassemia mayor
berusia 2 tahun sampai dengan 18 tahun yang dirawat di ruang perawatan
hematoonkologi anak RSUD dr. Moewardi Surakarta antara bulan Oktober 2017
sampai dengan November 2017.
Subjek penelitian sebanyak 35 pasien diambil secara konsekutif sesuai
dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
pasien berusia 2-18 tahun terdiagnosis thalassemia mayor berusia berdasarkan
gejala klinis dan pemeriksaan Hb elektroforesis, orangtua/wali bersedia

4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menandatangani lembar persetujuan mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi pasien


dengan kelainan yang dapat menjadi faktor risiko terhadap kejadian hipokalsemia
seperti gangguan hati dan gangguan ginjal. Subjek penelitian dikelompokkan
berdasarkan usia, jenis kelamin, kadar feritin, penggunaan terapi kelasi besi, dan
volume transfusi darah yang diterima. Pasien yang memenuhi kriteria penelitian,
orang tua atau wali diminta menandatangani formulir persetujuan ikut serta dalam
penelitian dan mengisi formulir penelitian. Pasien thalassemia mayor yang
mendapatkan transfusi sel darah merah pada rawat inap yang terakhir, volume
transfusi darah dihitung dalam ml/kgbb, kemudian dilakukan pemeriksaan kadar
elektrolit kalsium setelah transfusi sel darah merah Hasil yang didapat dilakukan
analisis secara statistika apakah terdapat hubungan antara kadar kalsium dengan
volume transfusi sel darah merah yang diterima.

c. Hasil
Penelitian ini dilakukan pada 35 pasien yang terdiagnosis thalassemia mayor
berdasarkan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Subjek penelitian diambil
sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Penelitian ini dilakukan atas
persetujuan orangtua atau wali dengan cara menandatangani informed consent
yang diajukan oleh peneliti.

Tabel 1. Karakteristik dasar subjek penelitian


Variabel Frekuensi Persentase
Usia
< 5 tahun 5 14.3%
5-10 tahun 16 45.7%
11-18 tahun 14 40.0%
JenisKelamin
L 17 48.6%
P 18 51.4%
Kelasi_Besi
Tidak 5 14.3%
Ya (Deferiprone/
Deferasirox) 30 85.7%
Feritin
<1200 12 34.3%
≥ 1200 23 65.7%

5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Variabel Frekuensi Persentase

Transfusi
<20 ml/kgbb 32 91.4%
≥ 20ml/kgbb 3 8.6%
Kadar Kalsium
≥1,10 31 88.6%
<1,10 4 11.4%

Tabel 1 merupakan data karakteristik dasar penelitian. Pasien thalassemia


mayor terbanyak antara rentang usia usia 5-10 tahun yaitu ada 45,7% dan paling
sedikit dengan usia < 5 tahun yaitu ada 14,3%. Jenis kelamin perempuan (51,4%)
lebih banyak dibanding lelaki (48,6%). Pasien yang menggunakan terapi kelasi
besi (deferiprone/ deferasirox) sebanyak 85,7%, sedangkan tanpa menggunakan
kelasi besi sebesar 14,3%. Pasien dengan kadar ferritin ≥1200 yaitu ada 65,7%,
dan kadar ferritin < 1200 sebesar 34,3%. Pasien yang menerima transfusi darah
mayoritas <20 ml/kgbb sebesar 91,4%, sedangkan yang transfusi darah ≥
20ml/kgbb hanya 8,6%.

Tabel 2 Hubungan penggunaan kelasi besi dengan kadar kalsium pada


pasien thalassemia mayor
Kadar kalsium
Kelasi besi OR (95%CI) p
≥1,10 <1,10
Tidak 4 (12.9%) 1 (25.0%) 0,444 (0,037-5,387) 0,477
Ya 27 (87.1%) 3 (75.0%)
Total 31 (100.0%) 4 (100.0%)
Ket : Uji Fisher Exact Test

Tabel 2 menunjukkan hasil pasien thalassemia mayor dengan kelasi besi


terdapat hubungan antara penggunaan terapi kelasi besi dengan kadar kalsium,
dimana penggunaan terapi kelasi besi cenderung sebagai faktor pelindung
terhadap terjadinya penurunan kadar kalsium darah, meskipun secara statistik
tidak signifikan (OR 0,444 ((0,037-5,387), p=0,477).

6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 3. Hubungan kadar feritin dengan kadar kalsium pada pasien


thalassemia mayor
Kadar Kalsium
feritin OR (95%CI) p
≥1,10 <1,10
< 1200 11 (35.5%) 1 (25.0%) 1,650 (0,153-17,824) 1,000
≥ 1200 20 (64.5%) 3 (75.0%)
Total 31 (100.0%) 4 (100.0%)
Ket : Uji Fisher Exact Test

Tabel 3 menunjukkan hasil pasien thalassemia ≥ 1200 meningkatkan


risiko terjadinya hipokalsemia dengan nilai (OR 1,650 (0,153-17,824)). Pasien
thalassemia dengan kadar feritin ≥1200, 1,65 kali lebih berisiko menyebabkan
hipokalsemia dibandingkan pasien thalassemia dengan kadar feritin <1200,
meskipun secara statistik tidak signifikan (p=1.000)

Tabel 4. Hubungan volume transfusi sel darah merah dengan kadar kalsium
pada pasien thalassemia mayor
Kadar kalsium
Transfusi PRC OR (95%CI) p
≥1,10 <1,10
< 20 ml/kgBB 30 (96.8%) 2 (50.0%) 3,9 (1,834-11,96) 0,568
≥ 20 ml/kgBB 1 (3.2%) 2 (50.0%)
Total 31 (100.0%) 4 (100.0%)
Ket : Uji Fisher Exact Test

Tabel 4 menunjukkan hasil bahwa pasien yang dengan volume transfusi


sel darah merah < 20 ml/kgBB cenderung menghasilkan kadar kalsium ≥1,10,
sedangkan pasien dengan transfusi ≥20 ml/kgBB cenderung dengan kadar kalsium
< 1,10. Nilai OR =3,9 (1,834-11,96), yang berarti bahwa terdapat hubungan yang
antara volume transfusi sel darah merah dengan penurunan kadar kalsium,
meskipun secara statistika tidak signifikan (p=0,568).

D. Pembahasan

Pasien thalassemia mayor dengan jenis kelamin perempuan didapatkan sebesar


51,4% sedangkan yang berjenis kelamin lelaki sebesar 48,6%. Pasien thalassemia

7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terbanyak antara rentang usia usia 5-10 tahun yaitu ada 45,7% dan paling sedikit
dengan usia < 5 tahun yaitu ada 14,3%. Sedangkan pasien yang menggunakan
terapi kelasi besi (deferiprone/ deferasirox) sebanyak 85,7%, sedangkan tanpa
menggunakan kelasi besi sebesar 14,3%. Penggunaan kelasi besi pada pasien
thalassemia menunjukkan hasil terdapat hubungan antara penggunaan terapi kelasi
besi dengan kadar kalsium, dimana penggunaan terapi kelasi besi cenderung
sebagai faktor pelindung terhadap terjadinya penurunan kadar kalsium darah,
meskipun secara statistik tidak signifikan (OR 0,444 ((0,037-5,387), p=0,477).
Pasien dengan kadar feritin ≥1200 meningkatkan risiko terjadinya hipokalsemia
dengan nilai ((OR 1,650 (0,153-17,824)). Pasien thalassemia dengan kadar feritin
≥1200, 1,65 kali lebih berisiko menyebabkan hipokalsemia dibandingkan pasien
thalassemia dengan kadar feritin <1200, meskipun secara statistik tidak signifikan
(p=1.000).
Pasien dengan volume transfusi sel darah merah <20 ml/kgBB cenderung
menghasilkan kadar kalsium ≥ 1,10, sedangkan pasien dengan transfusi ≥ 20
ml/kgBB cenderung dengan kadar kalsium < 1,10. Nilai OR =3,9 (1,834-11,96),
yang berarti bahwa terdapat hubungan antara volume transfusi sel darah merah
dengan penurunan kadar kalsium, meskipun secara statistika tidak signifikan
(p=0,568). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sheeren
dan Yasmeen pada 40 pasien neonatus yang yang diberikan transfusi sel darah
merah, dimana subjek penelitian dibagi berdasarkan volume transfusi sel darah
merah yang diterima yaitu kurang dari 20 ml/kgbb dan lebih dari 20 ml/kgbb,
pasien yang menerima transfusi darah lebih dari 20 ml/kgbb cenderung
mengalami penurunan kadar kalsium darah.12 Penelitian sejenis yang dilakukan
oleh Carlo Dani dkk, pasien yang menerima transfusi darah lebih dari 20 ml/kgbb
mempunyai kecenderungan terjadi penurunan kadar kalsium, peningkatan kadar
kalium dan penurunan kadar gula darah.14
Banyak faktor yang mempengaruhi kadar kalsium dalam darah, menjadi
salah satu kelemahan dalam penelitian. Keterbatasan penelitian ini diantaranya
adalah tidak dilakukannya pemeriksaan kadar kalsium sebelum transfusi, tidak
dilakukan pemeriksaan laboratorium fungsi hati dan fungsi ginjal, dimana pasien
dengan gangguan fungsi hati dan ginjal lebih berisiko terjadi hipokalsemia Hal

8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ini dikarenakan sitrat dimetabolisme di hati, dan dieksresikan lewat ginjal.


Apabila hati dan ginjal mengalami gangguan, sitrat tidak bisa dimetabolisme
dengan sempurna, hal ini mengakibatkan penumpukan sitrat dalam darah, dimana
sitrat ini berpotensi untuk mengikat kalsium dalam darah sehingga secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi hasil penelitian yang
didapat.10

E. Kesimpulan
Didapatkan hubungan antara volume transfusi dengan kadar kalsium pada pasien
thalassemia mayor yang menerima transfusi sel darah merah meskipun secara
statistik tidak bermakna (OR 3,9; p=0,568).

Anda mungkin juga menyukai