OLEH
WAN DAYANTOLIS
03 04 22 0824
Oleh :
Wan Dayantolis1, Bambang Soegijono2, Hariadi3
1
Mahasiswa Program Ekstensi Fisika, F MIPA,Universitas Indonesia
2
Departemen Fisika, F MIPA, Universitas Indonesia
3
Sub Bidang Manajemen Data, Badan Meteorologi dan Geofisika
ABSTRAK
Cuaca selalu berkaitan dengan aktifitas manusia. Pola cuaca pada skala lokal dibentuk oleh
parameter fisis atmosfer. Untuk itu dalam tulisan ini dicoba untuk mengamati pola kondisi
fisis atmosfer pada saat hujan ekstrim. Pola ini kemudian dibandingkan dengan pola pada
saat curah hujan normal. Selain kondisi fisis juga dianalisa stabilitas atmosfer karena
berkaitan dengan dinamika vertikal massa udara yang pada akhirnya berkenaan dengan
pembentukan awan-awan konvektif penyebab hujan dengan intensitas tinggi.
Guna melengkapi analisa, digunakan juga data sirkulasi angin di Indonesia guna mengamati
faktor dalam skala yang lebih luas yang berperan pada pembentukan cuaca lokal.
Kata kunci : awan konvektif, cuaca, hujan ekstrim, sifat fisis atmosfer , sirkulasi angin dan
stabilitas atmosfer
4
3. K Index
4. KO Index
5. Total Totals Index
5
Gambar 3. Profil Suhu Udara Februari 2006. Gambar 6. Profil Kelembaban Februari 2002.
Hal ini berkaitan dengan ketersediaan uap air
yang banyak dan kenaikan parsel udara yang
tidak stabil dimana densitas parsel lebih rendah
sehingga massa udara terus bergerak naik
membawa uap air. Ketinggian yang dicapai
berasosiasi dengan pembentukan awan-awan
konvektif yang menjulang tinggi dan berpeluang
menyebabkan hujan dengan intesitas yang
deras secara tiba-tiba.
6
angin timuran yang mencapai hingga lebih dari
50 knot.
7
cukup basah untuk berlangsungnya proses
pembentukan awan.
8
perbedaan kondisi antara hujan deras, sedang, dengan garis suhu titik embun, yang berarti
ringan ataupun pada hari tidak terjadi hujan. kelembaban kurang dari 100 %.
Tetapi berdasarkan data sinop ME.45 Februari
2006, walaupun tidak terjadi hujan namun langit
tetap diliputi awan yang banyak sepanjang hari.
Ini berarti dinamika cuaca yang terjadi seperti
stabilitas atmosfer hampir sama, walau tidak
sampai menyebabkan hujan.
3. Tropopause level, freezing Level,
precipitabel water, temperature convection
dan CAPE.
Nilai yang dihasilkan untuk parameter
tropopause level, freezing Level, precipitabel Gambar 17. Kurva Sounding 01-02-2002
water, temperature convection dan CAPE
umumnya cukup variatif baik pada hari dengan
hujan deras, sedang, ringan hingga hari dimana
tidak terjadi hujan dan tidak memperlihatkan
perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti pada
periode kondisi fisis atmosfer selama 1 bulan
yang diamati cenderung seragam, karena
berdasarkan data sinop ME.45 Februari 2006,
walaupun tidak terjadi hujan namun langit tetap
diliputi awan yang banyak sepanjang hari.
4. Formasi Awan.
Pada semua hari yang diamati umumnya Gambar 18. Kurva Sounding 07-02-2002
menunjukan lapisan awan rendah yang
menutupi langit mencapai kriteria OVC atau 4.4 Stabilitas Atmosfer
overcast. Artinya banyaknya awan rendah
seperti cumulus ataupun jenis awan stratus yang Berdasarkan perhitungan stabilitas atmosfer
menutupi langit mencapai 7/8-8/8 bagian atau untuk Februari 2006 dan 2002, diperoleh hasil :
hampir menutupi seluruh langit. 1. Showalter Index (SI)
5. Stabilitas lingkungan. Berdasarkan SI, selama Februari 2006 tidak
Stabilitas lingkungan secara vertikal umumnya dijumpai kondisi atmosfer yang stabil yang
antara stabil dan tidak stabil bersyarat. Pada memungkinkan hari yang cerah dimana tidak
lapisan permukaan cenderung tidak stabil terjadi pembentukan awan. Selama beberapa
bersyarat yang memungkinkan gerak vertikal hari dijumpai kondisi yang memungkinkan
untuk membentuk awan. Kemudian sampai proses konveksi yang lemah. Nilai SI yang
lapisan 850 mb lingkungan kembali stabil, paling banyak terjadi berkisar pada range -3
artinya proses untuk awan rendah berhenti yang sampai +1, yang berarti kondisi atmosfer tidak
kemudian akan mulai membentuk dasar untuk stabil lemah dan ada peluang untuk hujan dan
awan menengah. badai. Artinya ada peluang terbentuk awan-
awan konvektif yang dapat menyebabkan hujan
6. Profil aerologi Februari 2002. deras. Dari data hujan harian pada gambar juga
Sebagaimana terlihat pada gambar 17dan 18, menunjukkan selama 27 hari terjadi hujan walau
profil aerologi Februari 2002 pada hari terjadinya dengan jumlah yang variatif. Tetapi karena
hujan (01 Februari 2002) garis suhu terlihat atmosfer dalam keadaan tidak stabil lemah
berimpit dengan garis suhu titik embun yang memungkinkan untuk pembentukan jenis awan-
berarti kelembaban mendekati 100 %. Tetapi awan stratus yang dapat menyebabkan hujan
keadaan ini terhenti pada ketinggian 500 mb. terus-menerus dalam jangka waktu yang lama
Artinya laju gerak vertikal terhambat dan pada walau dengan intensitas yang ringan.
lapisan selanjutnya kelembaban makin
berkurang. Pada hari tidak terjadi hujan (07
Februari 2006) terlihat garis suhu renggang
9
2. Lifted Index (LI) Adapun nilai TT, umumnya < 44 yang
menunjukkan bahwa tidak ada potensi
Nilai LI umumnya berada pada kisaran -3
pembentukan awan thunderstrom, artinya
sampai dengan -5, yang menunjukkan atmosfer
atmosfer dalam keadaan stabil. Tetapi terdapat
dalam keadaan Moderate Instability, artinya
beberapa hari dengan indeks yang lebih tinggi
memungkinkan untuk gerak vertikal guna
yang menunjukkan adanya peluang atmosfer
pembentukan awan. Hanya 6 hari dimana
untuk menjadi lebih tidak stabil.
atmosfer berada dalam keadaan tidak stabil
lemah.
4.5 Faktor Skala Sinoptik
3. K Index (KI)
Secara umum selama Februari, angin yang
Nilai stabilitas menurut KI, hampir semua hari melewati Indonesia didominasi oleh monsun
selama Februari 2006 menunjukkan nilai lebih Asia yang bergerak ke selatan. Di atas
dari 36, yang berarti memungkinkan Indonesia terdapat ITCZ, yaitu adanya zona
pertumbuhan awan konvektif jenis cu dan cb pertemuan angin dari BBU dan dari BBS yang
yang menyebar dan dalam jumlah yang sangat ditandai oleh suatu pita dengan perawanan yang
banyak karena kondisi atmosfer yang tidak tinggi dan kecepatan angin yang rendah. Letak
stabil. Sehingga potensi hujan sangat deras ITCZ sendiri selalu dinamis bergerak ke utara
sangat besar terjadi. atau turun ke selatan. Daerah dengan ITCZ
biasanya diwarnai oleh cuaca buruk.
4. KO Index
Nilai KO menunjukkan nilai negatif pada semua Di Manado sendiri komponen datangnya angin
hari selama Februari 2006 yang berarti potensi monsun pada arah timur laut. Pada Februari
terjadinya hujan badai sangat besar. Pada 2006 dari gambar angin terlihat adanya ITCZ
kenyataannya hujan yang terjadi tidak semuanya yang mendekati wilayah Manado sehingga
menunjukkan intensitas tinggi. Hal ini terjadi vektor datangnya angin berubah dari timur laut
karena KO index diturunkan berdasarkan kondisi menjadi barat laut oleh konvergensi arus angin
di Eropa, yang kondisinya berbeda dengan (lampiran 1). Adanya konvergensi menyebabkan
daerah tropis seperti di Manado. perlambatan kecepatan angin karena adanya
penumpukan massa yang kemudian
5. Total Totals Index (TT) menyebabkan gerak vertikal untuk pembentukan
Nilai TT umumnya >44 yang berarti atmosfer awan.
cenderung tidak stabil sehingga ada peluang
pembentukan awan jenis konvektif walau sedikit Selanjutnya karena vektor angin dari barat laut,
dan menyebar. Tetapi terdapat beberapa hari angin tersebut bergerak tegak lurus menabrak
dengan nilai < 44 yang menunjukkan bahwa barisan pegunungan di Manado, sehingga
tidak ada potensi pembentukan awan massa udara dipaksa naik karena adanya
thunderstrom, artinya atmosfer dalam keadaan hambatan. Hambatan tersebut menyebabkan
stabil. golakan yang merupakan proses orografi. Udara
yang mengalami penghalang yang besar seperti
6. Stabilitas pada Februari 2002 pegunungan akan mengalami pengangkatan
Pada Februari 2002, stabilitas atmosfer hanya yang cepat. Jika disertai pemanasan permukaan
dihitung menggunakan KI dan TT. Hasilnya akan menghasilkan awan jenis cumulus.
menunjukkan selama Februari 2002, dari hari
yang diamati nilai KI umumnya pada range 26- Pada Februari 2002 umumnya arah angin yang
30 dan 31-35. Pada range 26-30 menunjukkan melintasi Manado konstan pada arah timur laut
adanya pertumbuhan awan konvektif tetapi karena letak ITCZ yang jauh di selatan Manado
peluangnya kecil. Dan range 31-35 sehingga tidak ada konvergensi yang
menunjukkan ada pertumbuhan awan konvektif menyebabkan perubahan arah angin (lampiran
yang lebih banyak. Dengan kenyataan pada 2). Selama beberapa hari juga terdapat aktifitas
Februari 2002 curah hujannya normal dengan siklon tropis di selatan Indonesia yang
jumlah hujan hariannya kecil berarti menyebabkan zona konvergensi ataupun ITCZ
pertumbuhan awan-awan konvektif tidak bergerak jauh ke selatan.
semuanya mencapai taraf yang menjadi hujan
lebat. Ataupun jika terjadi hujan hanya
berlangsung dalam waktu yang cukup singkat.
10
5. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR ACUAN
5.1 Kesimpulan
Aguado, E., Burt, J.E., 2001, Understanding
1. Curah hujan yang terjadi pada Februari 2006
Weather n Climate, 2nd ed., Prentice-Hal
di Manado berlangsung di atas normalnya
Inc, New Jersey.
bahkan dengan kondisi ekstrim karena
mencapai 300 % di atas normalnya. Adanya Aws/Tr-79/006, The Use Of Skew T, Log P
curah hujan yang ekstrim selama Februari Diagram Analysis And Forecasting. Air
2006 tersebut diikuti oleh terjadinya banjir Weather Service, Scott Air Force Base,
dan tanah longsor sebanyak 4 kali yang Illinois.
dipicu oleh curah hujan yang tinggi pada hari
BMG, 2005, Prakiraan Musim Hujan Tahun
peristiwa tersebut.
2005/2006 Di Indonesia.
2. Kondisi fisis atmosfer selama Februari 2006
menunjukkan pola yang berbeda dan Fritz, B.K., 2003, Measurement and Analysis
menunjukkan adanya potensi untuk of Atmospheric Stability in Two Texas
menyebabkan hujan deras dibanding pola Regions, 2003 ASAE/NAAA Technical
yang terbentuk pada periode hujan dengan Session, 37th Annual National Agricultural
sifat normal pada Februari 2002. Aviation Association Convention, Reno, NV.
3. Stabilitas atmosfer selama Februari 2006
menunjukkan tingkat tidak stabil yang Hariadi, 2005, Weather Aviation and Shipping
menyebabkan adanya gerak vertikal massa Course, Badan Meteorologi dan Geofisika,
Jakarta.
udara. Gerak vertikal ini berperan dalam
pembentukan awan-awan jenis konvektif Neiburger, M., Edinger, J.G., Bonner, W.D.,
yang dapat menyebabkan curah hujan 1995, Memahami Lingkungan Atmosfer Kita,
dengan intensitas tinggi. Berbeda dengan Edisi kedua, Penerbit ITB, Bandung.
stabilitas pada Februari 2002 dimana
atmosfer cukup stabil. Pawitan, H., 1989, Termodinamika Atmosfer,
4. Gangguan pada pola sirkulasi angin yang Pusat Antar Ilmu Hayat, Institut Pertanian
melintasi Indonesia seperti letak ITCZ dan Bogor.
adanya konvergensi dan perubahan vektor Prawirowardoyo, S., 1996, Meteorologi,
arah angin selama Februari 2006 berperan Penerbit ITB, Bandung.
dalam pembentukan cuaca dan hujan yang
ekstrim di Manado. Sears, F.W., Zemansky, M.W., 1983, Fisika
Untuk Universitas 1, Mekanika, Panas dan
5.2 SARAN Bunyi, Bina Cipta, Bandung.
Adanya kelemahan dan kendala dalam Soenarmo, Sri Hartati., 1999, Diktat Meteorologi
penelitian ini, maka untuk penyempurnaan ke Tropis, Departemen Geofisika dan
depan , disarankan : Meteorologi, ITB Bandung.
1. Data udara atas yang digunakan tidak Tjasyono, HK, B., 2003, Geosains, Penerbit ITB,
hanya pada pukul 00.00 UTC tetapi Bandung.
sebaiknya juga menggunakan data
observasi RASON pada pukul 12.00 UTC, Tjasyono, HK, B., 2001, Mikrofisika Awan dan
karena kondisi cuaca yang ingin Hujan, Departemen Geofisika dan
digambarkan adalah selama 24 jam. Meteorologi FIKTM, ITB, Bandung.
2. Guna melihat perbedaan parameter fisis Tjasyono, HK, B., 1992, Klimatologi Terapan,
kurva sounding yang signifikan, sebaiknya CV. Pionir Jaya, Bandung.
digunakan data pada bulan dengan curah
hujan tinggi dan bulan dengan curah hujan Tjasyono, HK, B., 1990, Meteorologi Fisis,
yang minim, misalnya perbedaan pada FMIPA, ITB, Bandung.
musim hujan dan pada musim kemarau. http://www.bom.gov.au/cgibin/charts/charts.view.
3. K Index dan Showalter Index dapat pl?idcode=IDX0966&file=IDX0966.20060201000
digunakan untuk meramalkan potensi 0.gif
terjadinya hujan deras di Manado selama 12
jam ke depan.
11
Lampiran 1 : Profil Sirkulasi Angin di Indonesia bulan Februari 2006
Lampiran 2. Profil sirkulasi angin di Indonesia bulan Februari 2002
13