ABSTRAK
Pada bulan Desember 2020 telah terjadi kejadian hujan lebat dengan intensitas curah hujan lebih dari 100 mm.
Kejadian tersebut menyebabkan ratusan rumah di 3 kecamatan wilayah Cirebon dan sejumlah ruas jalan dijalur
Japura menuju pantura terendam banjir dengan ketinggian mencapai 60 cm. Penelitian ini dilakukan guna
mengetahui kondisi atmosfer pada sebelum, saat, dan setelah hujan lebat terjadi. Data yang digunakan yaitu
data satelit Himawari-8, estimasi presipitasi GSMap, data curah hujan AAWS Lemah Abang Cirebon.
Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa hujan lebat yang terjadi pada tanggal 17
Desember 2020 diakibatkan oleh adanya awan konvektif Cumulunimbus sehingga terjadi hujan lebat dengan
intensitas 162.4 mm/hari.
ABSTRACT
In December 2020 there was a heavy rain event with rainfall intensity of more than 100 mm. The incident
caused hundreds of houses in 3 sub-districts of Cirebon region and a number of roads along the Japura line to
the pantura to be flooded with a height of up to 60 cm. This research was conducted to determine atmospheric
conditions before, during and after heavy rains occurred. The data used are Himawari-8 satellite data, GSMap
precipitation estimates, AAWS Lemah Abang Cirebon rainfall data. Based on the analysis carried out, it was
concluded that the heavy rain that occurred on December 17, 2020 was caused by the Cumulunimbus convective
cloud, resulting in heavy rain with an intensity of 162.4 mm / day.
1. Pendahuluan/Introduction
Pada tanggal 17 Desember 2020 telah
terjadi kejadian hujan lebat di wilayah Cirebon,
Jawa barat sehingga menyebabkan terjadinya banjir
yang melanda 2 dusun di Desa Karang Mekar,
Kecamatan Karangsambung, masing-masing di
Dusun 3 (Blok Keramat) dan Dusun 4. Sebanyak
250 rumah yang dihuni 1.020 jiwa di ke-3 dusun itu
terdampak banjir (BPBD, 2020).
Hal tersebut mengindikasikan bahwa benar terjadi
hujan yang deras pada saat kejadian banjir.
2. Metode Penelitian/Methods
Analisis Citra Satelit IR
Lokasi penelitian ini difokuskan pada
wilayah Cirebon, Jawa Barat, dengan koordinat
6◦30’00” LS - 108◦40’00” BT
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data satelit Himawari-8 yang diolah
menggunakan software SATAID yang digunakan
untuk menganalisis kondisi atmosfer pada saat
kejadian hujan lebat, data curah hujan AAWS
Lemah Abang, data GSMap , serta data analisis
streamline yang diunduh melalui website
www.bom.gov.au
Gambar 1. Curah hujan GSMap Jawa barat Gambar 3. Kontur Suhu Puncak Awan
Tanggal 17 Desember 2020 (Dari
Berdasarkan pengamatan curah hujan dari Global kiri ke kanan : jam 06.00 UTC,
Satellite Mapping of Precipitation (GSMaP) pada 10.00 UTC, 15.00 UTC, koordinat
Gambar 1, terlihat bahwa intensitas curah hujan 060 00’00” LS dan 108000’00” BT)
pada tanggal 17 Desember 2020 di beberapa wilayah
Analisis kontur suhu puncak awan menunjukkan
Cirebon berada pada interval 20 hingga 50 mm dan
beberapa berada pada interval 50 hingga 100 mm. bahwa pada jam 06 UTC suhu puncak awan
mencapai -55°C dan mengalami perubahan pada jam
10 UTC saat awan mencapai fase matang dengan tanggal 17 Desember 2020 pukul 00.00 UTC
suhu puncak awan sebesar -80°C. Pada jam 15 UTC menunjukkan adanya konvergensi sehingga
suhu puncak awan sebesar -55°C. menyebabkan terjadinya pertumbuhan awan
konvektif di wilayah Cirebon. Selain itu teramati
pola tekanan angin rendah di perairan Samudera
Analisis Time Series Suhu Puncak Awan
Hindia, hal tersebut semakin menguatkan potensi
terjadinya cuaca ekstrim berupa hujan lebat di
Cirebon dengan keberadaan gugusan awan
cumulonimbus.
4. Kesimpulan/Conclusion
1. Terjadi curah hujan dengan intensitas lebat
sebesar 162.4 mm di wilayah Cirebon,
Jawa barat
2. Berdasarkan analisis GSMap curah hujan
wilayah Cirebon berda pada interval 20
hingga 100 mm.
3. Terlihat adanya pertumbuhan awan
konvektif cumulunimbus di wilayah
Cirebon.
4. Kontur suhu puncak awan mengalami fase
matang dengan suhu puncak awan
mencapai -80°C pada jam 10 UTC
5. Time series suhu puncak awan mengalami
Gambar 4. Grafik Time Series Suhu Puncak peningkatan secara signifikan pada jam 07
Awan Tanggal 17 Desember 2020 UTC dan mencapai puncak pada jam 10
UTC.
6. Terdapat adanya pola tekanan angin rendah
Berdasarkan grafik time series suhu puncak awan di wilayah samudera hindia dan adanya
pada jam 03 UTC sampai jam 16 UTC mengalami shearline sehingga menyebabkan terjadinya
peningkatan secara signifikan dari jam 07 UTC dan cuaca ekstrim di wilayah Cirebon, Jawa
mencapai suhu puncak awan tertinggi pada jam 10 barat.
UTC dengan suhu sebesar -82°C. Pada pukul 11
UTC suhu puncak awan mulai mengalami
penurunan.
Saran/Suggestion
Penulis menyadari bahwa jurnal diatas banyak
Analisis Streamline sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.
Pembahasan dalam jurnal ini sangat sederhana,
dengan hanya menganalisa menggunakan parameter
suhu puncak awan,curah hujan, dan analisis
streamline. Sementara masih banyak parameter-
parameter lainnya yang mempengaruhi kejadian
hujan lebat di wilayah Cirebon sehingga dibutuhkan
penelitian lebih mendalam untuk mengetahui lebih
baik mengenai penyebab terjadinya hujan lebat di
wilayah Cirebon.