Anda di halaman 1dari 20

POTENSI OTEC DI INDONESIA

Karena Indonesia adalah negara kepulauan yang luas (> 18.000 pulau),
teknologi energi laut harus memainkan peran penting dalam masa depan.
Salah satu teknologi tersebut adalah Ocean Thermal Energy Conversion
OTEC. perairan tropis yang berada digaris lintang 20 derajat, adalah
sebagai daerah potensi penampung energy matahari.

Indonesia, sebuah negara dari 1,9 juta km yang membentang dari garis
lintang 6"08' Utara 11 15' Selatan dan bujur 94 45' Timur hingga 141
05' Timur, secara global memiliki sumber daya OTEC yang sangat baik
dan berpotensi signifikan. Jumlah energi OTEC yang tersedia dimiliki
sering dievaluasi berdasarkan berapa banyak radiasi matahari yang
diserap oleh lapisan atas permukaan laut. Suhu lapisan atas permukaan
laut Indonesia, sepanjang tahun sebagian besar adalah 30 C. Disamping
itu tidak terdapatnya topan di Indonesia adalah hal yang sangat baik dan
positif untuk meletakkan OTEC di lepas pantai

A MAP OF THE OTEC RESOURCE


(Nihous, G.C., 2, 043104, JRSE, 2010; from NODC WOA05 database)
Kedalaman 1000 meter lebih

Suhu permukaan air laut Indonesia


Rata-rata perbedaan suhu tempratur antara kedalaman 20 m dengan
1000 m

SYARAT-SYARAT DAERAH YANG BERPOTENSI UNTUK


PENGEMBANGAN OTEC
Daerah yang berpotensi dikembangkan OTEC harus memenuhi beberapa
persyaratan berikut ini:
1. Kedalaman perairan lebih dari 1500 m
2. Proximity ke kota pantai kurang dari 20 km
3. Perbedaan suhu antara permukaan dan suhu laut dalam lebih dari 22o C
4. Terlindung dari cuaca laut ekstrim dan tsunami

Metodologi yang digunakan dalam mengumpulkan data primer antara


lain dengan menggunakan Deskripsi Data Batimetri SRTM 30 Plus. Yaitu
data yang digunakan untuk mengolah batimetri pada Global Mapper
adalah data SRTM 30. Data ini dapat memperlihatkan topografi
permukaan dasar laut dunia, data ini didapat dari satelit geodesi dengan
resolusi 1 Ion yang diambil selama 30 detik per kilometer. Data ini
mempunyai 33 region dengan format srtm. The Shuttle Radar Topography
Mission (SRTM) mengambil data elevasi pada skala global untuk
membangkitkan data topografi bumi secara digital yang paling lengkap
dan memiliki resolusi yang tinggi. SRTM juga memiliki sistem radar yang
sudah termodifikasi secara khusus dan berada di angkasa untuk
memberikan
data terbaru dari batimetri di seluruh dunia.

Data batimetri SRTM 30 plus berasal dari satelit TOPEX/POSEIDON dengan


sensor utama radar altimetri yang beroperasi secara simultan pada dua
frekuensi (dual frekuensi). Memiliki resolusi temporal 10 hari dan resolusi
spasial sepanjang lintasan satelit kira kira 7 km dan jarak antar lintasan
dengan lebar bujur sekitar 3o atau sekitar 300 km. Dengan proyeksi
Geographic (Latitude/Longitude) dan DATUM WGS84.
3.2. Proses Pengolahan Peta Laut DISHIDROS

Gambar 5. Flowchart Pengolahan Batimetri Berdasarkan Peta Laut


Dishidros TNI-AL
Penjelasan:
Pemilihan Lokasi. Lakukan pemilihan daerah yang akan dikaji.
Scanning. Peta daerah yang ingin dikaji di scan. Hasil scanning dibuka
diprogram Surfer 9.0 untuk dilakukan proses pengolahan.
Pengolahan. Proses pengolahan terdiri dari penentuan koordinat, digitasi,
penggabungan data dan griding. Sebelum memulai mendigit, terlebih
dahulu ditentukan daerah dan dibuat bingkai koordinat pada peta
tersebut. Setelah bingkai terbentuk, mulai melakukan digitasi darat
kemudian dilanjutkan dengan digitasi wilayah laut. Semua hasil digitasi
tersebut kemudian disatukan dan dilakukan proses griding yaitu proses
penginterpolasian data agar didapatkan hasil data kontur.
Tampilkan hasil Contour map, Base map dan Post map pada plot yang
baru.
Overlay. Lakukan overlay dari data data tersebut dengan : Select all >
Map > Overlay Maps.
Beri Keterangan. Berikan keterangan keterangan wilayah dan posisi
posisi stasiun pada data post map.
Layout. Berikan tambahan keterangan peta seperti judul peta, skala bar,
skala warna, keterangan sumbu axis, serta arah mata angin.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Batimetri
Penentuan lokasi OTEC dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah kedalaman perairan atau batimetri. Persyaratan lokasi
OTEC adalah memiliki perairan laut dengan kedalaman lebih dari 1.5 Km.
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan beda suhu yang jauh antara air
yang ada di permukaan dengan air yang ada di dalam. Batimetri ini juga
mempengaruhi tekanan air yang akan diambil untuk operasi OTEC ini.
Perairan Selatan Bali merupakan salah satu daerah potensial sebagai
lokasi didirikannya OTEC. Kedalaman perairan pada daerah ini mencapai
1.8 Km hingga 3 Km, memenuhi persyaratan kedalaman perairan sebagai
lokasi OTEC. Berikut peta batimetri Perairan Selatan Bali.

Gambar 6. Peta Batimetri Perairan Selatan Bali

Gambar 6. merupakan visualisasi dari data SRTM kedalaman Indonesia


tahun 2009. Gambar 6. menunjukkan bahwa Perairan Selatan Bali
memiliki kedalaman hingga 3 Km dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari
pantai. Pantai Pulau Nusa Penida bahkan memiliki jarak yang sangat dekat
dengan kedalaman perairan hingga 1.8 Km. Berdasarkan peta pada
gambar 6., maka daerah pesisir Selatan Bali dapat dijadikan lokasi
didirikannya OTEC. Pengambilan air laut dapat dilakukan pada kedalaman
1.5 Km 1.8 Km. Lokasi OTEC ini juga dapat lebih dikembangkan hingga
daerah Jawa Timur dan Selatan Lombok.
4.2 Suhu

Gambar 7. Sebaran Suhu Menegak di Perairan Laut Bali

Sebaran suhu menegak di Perairan Bali menunjukkan sebaran yang


bervariasi mulai dari permukaan hingga dasar perairan. Suhu permukaan
atau pada kedalaman 0 meter di Laut Bali memiliki nilai suhu sebesar 27
C, sedangkan nilai suhu pada dasar perairan atau pada kedalaman 1800
meter memiliki nilai suhu sebesar 3 C. Sebaran suhu menegak di
Perairan Bali memiliki 3 lapisan yakni lapisan terampur, lapisan termoklin,
dan lapisan dalam. Lapisan tercampur memiliki kisaran suhu yang relatif
tidak berbeda jauh yakni 27 C pada permukaan hingga 25 C pada
kedalaman 70 meter. Lapisan termoklin terjadi perubahan suhu yang
drastis atau penurunan suhu yang drastis dari 70 meter dengan nilai suhu
24 C hingga kedalaman 500 meter dengan nilai suhu 8 C. Lapisan dalam
terjadi penurunan suhu yang sebanding dengan bertambahnya
kedalaman, dari kedalaman 500 meter dengan suhu 8 C hingga dasar
perairan atau kedalaman 1800 meter dengan suhu 3 C.

Suhu merupakan syarat utaman untuk suatu daerah dalam membangun


OTEC. Suhu permukaan dan suhu dari dasar perairan memiliki menjadi
syarat utama. Selisih antara suhu permukaan dan suhu dasar perairan
>20 C. Wilayah Perairan Laut Bali memiliki selisih suhu antara
permukaan dengan dasar perairan yakni 24 C, sehingga Perairan Laut
Bali dapat dijadikan untuk membangun OTEC.

4.3 Kondisi Cuaca di Perairan Laut Bali

Gambar 8. Citra Satelit Cuaca TGL. 12 September 2011 PKL. 08.00 WITA
Sumber: http://www.bmgbali.com/info-cuaca/cuaca-maritim
Gambar 9. Gelombang Laut TGL.12 September 2011 PKL. 08.00 WITA
Sumber: http://www.bmgbali.com/info-cuaca/cuaca-maritim

RINGKASAN CUACA :
Dari analisa angin (Streamline), daerah belokan angin terjadi di sekitar
Sumatera bagian tengah hingga Kalimantan Tengah. Masih hangatnya
suhu muka laut disekitar perairan bali, NTB dan NTT hingga laut Arafura
yang berkisar 27C masih memberikan peluang pertumbuhan awan awan
local konvektif yang memberikan peluang terjadinya hujan local.

Keadaan cuaca perairan bali umumnya berawan dan hujan ringan lokal.
Angin di atas wilayah bali umumnya dari arah Timur Tenggara dengan
kecepatan rata-rata 10-38 km/jam. Sedangkan untuk tinggi gelombang
laut diperkirakan berkisar antara 0.5 2 meter (BMKG, 2011).

4.4 Jarak dari Kota Pantai


Sedangkan jarak tempuh dari lokasi ke kota Denpasar masih relatif
terjangkau yaitu kurang lebih 20.0021 km.

Gambar 10. Jarak OTEC dari Kota Pantai


(Sumber: http://maps.google.co.id/maps?hl=id&tab=wl)

5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah mengikuti praktikum ini, praktikan telah dapat menentukan
daerah yang tepat di Indonesia untuk mengembangkan OTEC. Syarat-
syarat suatu daerah dapat dikembangkan OTEC adalah Kedalaman
perairan lebih dari 1500 m, Proximity ke kota pantai kurang dari 20 km,
Perbedaan suhu antara permukaan dan suhu laut dalam lebih dari 22 C,
Terlindung dari cuaca laut ekstrim dan tsunami. Berdasarkan persyaratan
tersebut, salah satu daerah yang cocok adalah Perairan Selatan Bali.

Sistem OTEC
Daya Pompa Air Laut
Sesuatu yang tidak dapat dipisahkan pada konsep OTEC adalah
penggunaan air dingin yang diambil dari kedalaman sekitar 1000 m untuk
mendinginkan dan menglikuifikasi uap fluida kerja pada sistem. CWP
harus cukup besar untuk mengatasi aliran air yang dibutuhkan dengan
loss drag yang rendah, juga harus terbuat dari material yang memiliki
ketahanan di dalam air laut dan tidak mudah untuk terkorosi.

Panjang dari CWP ditentukan oleh kebutuhan untuk menarik air dari
o
kedalaman dimana temperatur mendekati 4,4 C. Laju aliran air
ditentukan oleh output power dan efisiensi OTEC power plant dalam
mengkonversi energi heat menjadi mekanis lalu berubah menjadi energi
listrik.

Perhitungan Diameter pipa air dingin tergantung pada power yang


dibutuhkan untuk memompa cold water ke sistem kondenser OTEC
diberikan oleh produk dari aliran massa air dan total head hidrolik.

Perhitungan flow rate atau besarnya fluida yang dipindahkan dengan


menggunakan persamaan :
ws = AV =D2(/4)V ..
(1)

sedangkan untuk menghitung tekanan yang hilang akibat gaya gesekan


yang terjadi antara air laut dan dinding pipa digunakan persamaan:

Ps = f V2L/(2gD).
(2)

Dengan mempertimbangkan adanya gesekan pada inti, maka untuk


menghitung tekanan yang turun pada saat air laut melewati evaporator
atau kondensator digunakan persamaan:

Ph = V2 (fh/2) (Dh/Ah) (Lh/g)


(3)

Jadi daya total yang dibutuhkan untuk memompa air hangat dari
permukaan maupun air dingin dari dasar laut dihitung menggunakan
persamaan:

Ws = (Ps +Ph) wsg/s ..


(4)

Daya Pompa Fluida Kerja (Ammonia)


Panas yang ditransfer ke amonia di evaporator pertama-tama menaikkan
temperatur hingga vaporisasi dimulai dan diserap sebagai panas dari
evaporisasi pada temperatur konstan, maka pertama dilakukan
perhitungan jumlah panas yang ditransfer pada evaporator dengan
persamaan

Q = ws cpw (Ti To).


(5)
kemudian setelah jumlah panas yang ditransfer ditemukan kemudian
perpindahan fluida kerja dapat dikalkulasi dengan persamaan:

a = Qe/(heo hei).
(6)

Setelah itu dapat dihitung daya yang dibutuhkan oleh pompa fluida kerja
dengan menggunakan persamaan:

Wa = a [(Te - Tc) cpa + Hv]..


(7)

Atau dengan menggunakan persamaan:

Wa = a Va [(Pei Peo) + (+)(Pei Ps)]/ p


(8)

Sistem Turbin
Untuk menentukan jumlah daya yang dihasilkan oleh turbin sebelumnya
perlu dihitung kualitas uap fluida kerja yang keluar dari turbin dengan
menggunakan persamaan:

x = (sto sco)/(sci sco).


(9)

setelah kualitas uap fluida kerja ditemukan maka dapat dihitung entalpi
fluida kerja setelah keluar dari turbin dengan menggunakan
hto = (1 x)hci + xhco
(10)

maka daya yang dihasilkan oleh turbin dapat dihitung dengan persamaan:

Wt = a(heo hto)t g.
(11)

Daya Ouput Net OTEC


Sekitar 35% dari gross power dibangkitkan oleh OTEC plant beroperasi
dengan total delta T sekitar 20 C akan dibutuhkan untuk kebutuhan
operating plant. Maka dari itu, efisiensi operasi didefinisikan sebagai net
power/gross power akan menjadi 65%. Perhitungan daya keseluruhan
yang dihasilkan oleh pembangkit dihitung dengan menggunakan
persamaan:

Wn = Wt Ws Wa..
(12)

Profil Temperatur Permukaan Laut.

Profil Temperatur laut pada lokasi dapat dilihat pada gambar 6. Profil
menunjukkan bahwa temperatur perairan laut berada pada range 26 C
31 C. Temperatur pada kedalaman 800 m adalah 4 C 7 C.
Gambar 6. Profil temperatur laut pada perairan Sulawesi Barat

Karena, temperatur pada dasar laut pada kenyataannya tetap sama


sepanjang tahun, maka sangatlah penting untuk menentukan variasi
temperatur setiap bulan pada permukaan laut. Selain penentuan profil
temperatur, sangatlah penting untuk mengenal karakteristik lingkungan
lokasi OTEC power plant.
Thermal Resources Sumber daya thermal di Indonesia cukup besar yang
membuat negara ini adalah suatu lokasi yang ideal dalam pengembangan
OTEC. Desain OTEC sangat menekankan pada perbedaan temperatur
sebesar 20oC untuk memenuhi kondisi desain, hal ini disebabkan karena
perbedaan suhu ini sangat berpengaruh besar pada net power output
yang dapat mempengaruhi harga listrik yang dihasilkan. Variasi
perbedaan 2oC dapat berpengaruh besar.
Gambar 7. Variasi temperatur bulanan pada permukaan dan kedalaman 800 m di Mamuju - Sulawesi Barat.

OTEC Land Based System.

OTEC land based sistem merupakan salah satu sistem yang terintegrasi
dengan sistem pendinginan, sistem desalinisasi air, aquaculture dan
agriculture. Land-based sistem memiliki keunggulan yang tidak dimiliki
oleh sistem offshore floating sebab dapat dihubungkan dengan usaha
aquaculture dan mariculture pada daerah dibangunnya power plant.
Terdapat tiga pipa dengan ukuran besar memompa air dari laut dalam dan
permukaan laut yang dialirkan ke pusat pengelola. Sistem kerja Closed
Cycle digunakan untuk menggerakkan turbin sehingga menghasilkan
listrik.

Gambar 8. Diagram termodinamika pada siklus rankine tertutup (OTEC)


Gambar 9. Perencanaan design diagram OTEC land-based

Gambar 10. Hasil perhitungan hubungan diameter pipa dengan flow rate
air laut.

Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa peningkatan besar diameter pipa
berpengaruh terhadap jumlah debit air laut yang mengalir. Analisa
dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.1 dengan asumsi
kecepatan fluida tetap pada 2,03 m/s dan mendapatkan hasil bahwa
semakin besar diameter yang di rancang maka jumlah flow rate air akan
meningkat. Maka hasil dari flow rate air laut yang didapat dibagi menjadi
4 modul.

Daya Output Net


Perhitungan daya out put net pada diameter pipa 0.1 m

Grafik diatas menunjukkan sekitar 20% dari daya yang dihasilkan turbin
dipergunakan untuk menjalankan sistem pada pembangkit listrik.
Berdasarkan data temperatur yang digunakan diperoleh hasil pada bulan
May, Juni, Juli, September dapat dibangkitkan listrik dengan daya paling
maksimal.

SIMPULAN
1. Ukuran diameter pipa mempengaruhi besaran maksimum daya yang
dihasilkan namun penambahan ukuran diameter pipa air laut akan
berpengaruh signifikan terhadap daya yang dibutuhkan untuk
memindahkan air laut ke generator sehingga secara keseluruhan daya
yang dihasilkan akan terus berkurang drastis.
2. Diameter pipa yang efektif untuk membangkitkan daya pada modul
pembangkit listrik OTEC 25 MW adalah 3.2 m.
3. Rata rata daya yang dihasilkan per bulan adalah 100.700 MW/bulan ,
untuk multiple pipe dengan diameter 3.5 m maka rata rata daya yang
dihasilkan adalah 96.5 MW/bulan.

Anda mungkin juga menyukai