Anda di halaman 1dari 14

 Mata Kuliah : Ekologi Tumbuhan

 Dosen Pengampuh : Fitri Wijarin. M.Pd


 Pertemuan : Ke 13
 Materi : Tumbuhan Indikator
 Indikator : a. Karakteristik tumbuhan indikator
 b. Tipe-tipe tumbuhan indicator
 Rakuman Materi :
Tumbuuhan adalah organisme multiseluler yang berkembang dari organisme yang
uniseluler serta ada deferesial kea rah jarigan. Tumbuhan merupakan organisme yang
mampu memproduksi makanan sendiri. variable yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Indikator tumbuhan dapat
diartikan sebagai tumbuhan yang dapat menunjukan karakteristik khusus kondisi tabah
atau daerah. Suatu tumbuhan atau komunitas tumbuhan dapat berperan ssebagai
pengukur kondisi lingkungan yang disebut indicator biologi atau bioindikator.
Bioindikator berasal dari dua kata yaitu bio dan indicator, bio artinya mahluk
hidup seperti hewan, tumbuhan dan mikroba. Sedangkan indicator artinya variable yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan
dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke
waktu. jadi bioindikator adalah komponen biotik (mahluk hidup) yang dijadikan sebagai
indikator. Bioindikator juga merupakan indikator biotis yang dapat menunjukkan waktu
dan lokasi, kondisi alam (bencana alam), serta perubahan kualitas lingkungan yang telah
terjadi karena aktifitas manusia.
Tumbuhan indicator memiliki kekhususan, dengan demikian adanya azas atau
pedoman umum antara lain tumbuhan sebagai indicator kemungkinan bersifat steno dan
eury. Tumbuhan terdiri atas banyak spesies. Selain itu sebelum mempercayai sebagai
indicator harus dibuktikan ditempat lain. Banyaknya hubungan antara spesies, populasi
dasn komunitas sering memberikan petunjuk sebagai indicator yang lebih dapat dipercaya
daripada spesies tunggal.
Tumbbuhan indicator memiliki tipe-tpe. Tipe yang berbeda dalam indicator
tumbuhan mempunyai peranan yang berbeda dalam aspek tertentu. Tipe indicator
tumbuhan antara lain indicator tumbuhan untuk pertaniaan, indicator tumbuhan
overgraxzing, indicator tumbuhsan untuk hutan, indicator tumbuhan untuk humus,
indicator tumbuhan untuk kelembaban, indicator tumbuhan untuk tipe tanah, indicator
tumbuhan untuk reaksi tanah, indicator tumbuhan untuk mineral, indicator tumbuha
untuk logam berat, indicator tumbuhan untuk habitat saline, indicator tumbuhan untuk
pencemaran.

 Deskripsi Materi :
A. Pengertihan Tumbuhan Indikator
Para peneliti telah menyarankan perlunya penerapan teknik biologis untuk dalam
pendekatan ekosistem. Faktor biologis dapat menunjukkan adanya keseimbangan atau
ketidakseimbangan lingkungan yang lebih baik melalui indeks biotik, yang berasal
dari pengamatan spesies-spesies bioindikator (Fontanetti et al., 2011). Tumbuuhan
adalah organisme multiseluler yang berkembang dari organisme yang uniseluler serta
ada deferesial kea rah jarigan. Tumbuhan merupakan organisme yang mampu
memproduksi makanan sendiri. variable yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Tumbuhan, sifat-sifatnya
merupakan pencerminan yang ada di dalam tumbuhan itu (hereditas), tetapi selain itu
pertumbuhannya juga dipengaruhi lingkungan. Jadi fenotipe yang terjadi merupakan
paduan dari hereditas dan lingkungan itu. Tumbuhan dapat hidup dengan baik di
lingkungan yang menguntungkan. Suatu tumbuhan atau komunitas tumbuhan dapat
berperan sebagai pengukur kondisi lingkungan tempat tumbuhnya, disebut indikator
biologi atau bioindikator atau fitoindikator. Dengan istilah lain tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai indikator kekhasan habitat tertentu disebut tumbuhan indikator.
Indikator tumbuhan dapat diartikan sebagai tumbuhan yang dapat menunjukan
karakteristik khusus kondisi tabah atau daerah. Suatu tumbuhan atau komunitas
tumbuhan dapat berperan ssebagai pengukur kondisi lingkungan yang disebut
indicator biologi atau bioindikator.
Bioindikator berasal dari dua kata yaitu bio dan indicator, bio artinya mahluk
hidup seperti hewan, tumbuhan dan mikroba. Sedangkan indicator artinya variable
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan
dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke
waktu. jadi bioindikator adalah komponen biotik (mahluk hidup) yang dijadikan
sebagai indikator. Bioindikator juga merupakan indikator biotis yang dapat
menunjukkan waktu dan lokasi, kondisi alam (bencana alam), serta perubahan
kualitas lingkungan yang telah terjadi karena aktifitas manusia.
Bioindikator yang terjadi secara alami digunakan untuk menilai kesehatan
lingkungan dan juga merupakan alat penting untuk mendeteksi perubahan dalam
lingkungan, baik positif maupun negatif, dan dampak selanjutnya pada masyarakat
manusia. Ada faktor-faktor tertentu yang mengatur keberadaan Bioindikator di
lingkungan seperti transmisi cahaya, air, suhu, dan padatan tersuspensi. Melalui
penerapan Bioindikator kita dapat memprediksi keadaan alami suatu wilayah tertentu
atau tingkat / tingkat kontaminasi (Khatri & Tyagi 2015)
Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling
berhubungan, yang keberadaannya atau perilakunya sangat erat berhubungan dengan
kondisi lingkungan tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai satu petunjuk kualitas
lingkungan atau uji kuantitatif (Setyono & Sutarto, 2008; Triadmodjo, 2008).
Bioindikator menunjukkan sensitivitas dan/atau toleransi terhadap kondisi lingkungan
sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat penilai kondisi lingkungan
(Setiawan, 2008). Bioindikator adalah makhluk yang diamati penampakannya untuk
dipakai sebagai petunjuk tentang keadaan kondisi lingkungan dan sumber daya pada
habitatnya. Selain itu, bioindikator mampu mencerminkan kualitas suatu lingkungan
atau dapat memberikan gambaran situasi ekologi (Juliantara, 2011). Bioindikator
memandang bahwa kelompok organisme adalah saling terkait, dimana kehadiran,
ketidakhadiran, dan/atau tingkah lakunya sangat erat terkait dengan status lingkungan
tertentu sehingga dapat digunakan sebagai indikator (Winarni, 2016).
Dari beberapa devinisi dan penjelasan mengenai bioindikator diatas dapat kita
simpulkan bahwa bioindikator adalah sekumpulan makhluk hidup atau komunitaas
makhluk hidup yang keberaadaannya atau perilakunya digunakan untuk pengamatan
yang dipakai untuk menunjukan kondisi lingkungan pada habitatnya. Tumbuhan
indicator adalah tumbuhan yang digunakan untuk mengukur kondisi lingkungan di
tempat tumbuhan itu tumbuh.
Banyak tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai indikator suatu lingkungan.
Dalam suatu komunitas tumbuhan beberapa diantaranya dominan dengan jumlah
yang melimpah. Tumbuhan semacam ini merupakan indikator yang penting, karena
mereka sudah sangat erat hubungan dengan habitatnya. Dengan demikian dapatlah
dinyatakan bahwa kebanyakan tumbuhan merupakan indikator yang lebih baik dari
pada tumbuhan yang tumbuh secara individual.
Pengetahuan tentang indikator tumbuhan dapat membantu mencirikan sifat tanah
setempat, dengan demikian dapat menentukan tanaman apa atau apa yang dapat
diusahakan di bagian tanah itu atau seluruh tanah di situ. Indikator tumbuhan juga
digunakan untuk memperkirakan kemungkinan lahan sebagai sumber daya untuk
hutan, padang rumput atau tanaman pertanian. Bahkan beberapa jenis logam dapat
dideteksi dengan pertumbuhan tumbuhan tertentu di suatu areal.

B. Karakteristik Tumbuhan Indikator


Bioindikator yang terjadi secara alami digunakan untuk menilai kesehatan
lingkungan dan juga merupakan alat penting untuk mendeteksi perubahan dalam
lingkungan, baik positif maupun negatif, dan dampak selanjutnya pada masyarakat
manusia. Ada faktor-faktor tertentu yang mengatur keberadaan. Bioindikator memiliki
persyaratan khusus yang berkaitan dengan seperangkat variabel fisik atau kimia yang
diketahui sedemikian rupa sehingga perubahan dalam kehadiran/ketidakhadiran, jumlah,
morfologi, fisiologi, atau perilaku spesies tersebut menunjukkan bahwa variabel fisik atau
kimia yang diberikan berada di luar batas toleransi. Sebagian besar, bioindikator dibatasi
sebagai spesies yang bereaksi terhadap efek antropogenik lingkungan, sedangkan
bioindikator untuk perubahan dan kondisi lingkungan “alami” tidak banyak digunakan.
Namun demikian, definisi umum dari indikator biologis adalah: “spesies atau kelompok
spesies yang dapat mencerminkan keadaan lingkungan abiotik atau biotik, mewakili
dampak perubahan lingkungan pada habitat, komunitas atau ekosistem, dan indikator
keragaman taksa atau seluruh keragaman dalam suatu area” (Gerhardt, 2009; Magalhães
& Ferrão-Filho, 2008).
Tumbuhan indicator memiliki kekhususan, dengan demikian adanya azas atau
pedoman umum antara lain tumbuhan sebagai indicator kemungkinan bersifat steno dan
eury. Tumbuhan terdiri atas banyak spesies. Selain itu sebelum mempercayai sebagai
indicator harus dibuktikan ditempat lain. Banyaknya hubungan antara spesies, populasi
dasn komunitas sering memberikan petunjuk sebagai indicator yang lebih dapat dipercaya
daripada spesies tunggal.
Menurut Odum (1993), pedoman mengenai makhluk yang dapat digunakan
sebagai bioindikator, yaitu:
1. Spesies steno (kisaran toleransinya sempit) lebih baik dipakai sebagai
indikator dibandingkan dengan spesies yang euri (kisaran toleransinya luas).
2. Spesies yang dewasa lebih baik dipakai sebagai indikator dibandingkan
dengan yang masih muda
3. Sebelum mempercayai penampakan mahluk sebagai indikator ekologis, maka
terlebih dahulu harus ada bukti yang cukup bahwa suatu faktor yang
dipermasalahkan memang benar dapat membatasi.
4. Banyak hubungan diantara jenis, populasi, dan seluruh komunitas seringkali
memberikan indikator yang lebih dapat dipercaya daripada satu jenis yang
tunggal karena integrasi keadaan yang lebih baik dicerminkan oleh
keseluruhan daripada oleh sebagian.
Selain itu syarat-syarat lainnya yang dapat digunakan dalam pemilihan tumbuhan
indikator apabila dianalogikan dengan kriteria indikator menurut Susanto (2004) adalah
SMART yaitu sebagai berikut :
1. Spesific artiny tumbuhan yang digunakan sebagai indikator harus jelas
sehingga tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi.
2. Measureable artinya tumbuhan indikator harus mudah diukur dan
menggambarkan tanggapan terhadap pencemaran udara pada tingkatan
pemaparan konsentrasi polutan pencemar yang jelas. Kejelasan pengukuran
akan menunjukkan bagaimana cara mendapatkan datanya.
3. Attributable artinya tumbuhan indikator harus memiliki respon yang berbeda
yang mampu memprediksi bagaimana spesies atau ekosistem akan merespon
stres. Sehingga jenis polutan pencemar dapat diidentifikasi.
4. Relevant artinya tumbuhan indikator harus sesuai dengan ruang lingkup
pemantauan dan dapat ggambarkan hubungan sebab-akibat antar indikator.
5. Timely artinya pengumpulan data dari tumbuhan indikator harus dilakukan
secara periodik sehingga diperoleh gambaran dari kondisi lingkungan
terhadap kualitas udara di daerah yang dipantau.
C. Tipr-Tipe Tumbuhan Indikator
Tipe yang berbeda dalam indicator tumbuhan mempunyai peranan yang berbeda
pula dalam aspek tertentu. Tipe-tipe tumbuhan indicator antara lain :
1. Indikator tumbuhan untuk pertaniaan
Indikator tumbuhan kebanyakan menentukan apakah tanah cocok untuk
pertaniaan atau tidak. Petumbuhan tanaman pertanian dapat berbeda di
beberapa kondisi lingkungan yang berbeda dan jika tumbuhan tumbuh
dengan baik di suatu tanah berarti tanah itu cocok untuk tanaman itu. Sebagai
suatu contoh, rumput-rumput pendek menandakan bahwa tanah di daerah
tersebut keadaan airnya kurang. Adanya rumput yang tinggi dan rendah
menandakan tanah tempat tumbuh rumput itu subur, dengan demikian juga
cocok untuk pertanian.
2. Indikator tumbuhan untuk overgrazing
Kebanyakan tumbuhan yang menderita akibat perlakuan karena adanya
manusia/hewan yang kurang makan ini mengalami modifikasi sehingga
vegetasinya berbentuk padang rumput. Sedangkan padang rumput sendiri
kalau mengalami overgrazing akan mengalami kerusakan dan produksinya
sebagai makanan ternak akan turun. Tumbuhan yang tahan tidak rusak tetapi
seperti istirahat. Beberapa tumbuhan menunjukkan sifat yang karakteristik
bahwa di situ terjadi overgrazing. Biasanya hal itu dicirikan dengan adanya
beberapa gulma semusim atau gulma tahunan berumur pendek, antara lain
seperti Polygonum, Chenopodium, Lepidium dan Verbena. Beberapa
tumbuhan tidak menunjukkan atau sedikit menunjukkan adanya peristiwa itu,
yaitu seperti : Opuntia, Grindelia, Vernonia.
Gambar 1.1 Opuntia

3. Indikator tumbuhan untuk hutan


Beberapa tumbuhan menunjukkan tipe hutan yang karakteristik dan dapat
tumbuh pada suatu areal yang tidak terganggu. Pada umumnya di suatu daerah
tumbuhan yang ada menunjukkan bahwa sifat pertumbuhannya sesuai dengan
kondisi hutan sehingga bila di daerah tersebut dapat dijadikan hutan
kemungkinannya akan berhasil
4. Indikator tumbuhan untuk humus
Beberapa tumbuhan dapat hidup pada humus yang tebal. Monotropa,
Neottia dan jamur menunjukkan adanya humus di dalam tanah.

Gambar 1.2 monotropa


5.  Indikator tumbuhan untuk kelembaban
Tumbuhan yang lebih suka hidup di daerah kering akan menunjukkan
kandungan air tanah yang rendah di dalam tanah, antara lain
seperti: Saccharum munja, Acacia, Calotropis, Agare,
Opuntia dan Argemone. Sedangkan Citrullus dan Eucalypus tumbuh di tanah
yang dalam. Tumbuhan hidrofit menunjukkan kandungan air tanah yang jenuh
atau di paya. Vegetasi Mangrove dan Polygonus menunjukkan tanah
mengandung air yang beragam.

Gambar 1.3 Saccharum munja

6. Indikator tumbuhan untuk tipe tanah


Beberapa tumbuhan seperti : Casuarina equisetifolia, Ipomoea, Citrullus,
Cilliganum polygonoides, Lycium barbarum dan Panicum tumbuh di tanah
pasir bergeluh. Imperata cylindrica tumbuh di tanah berlempung. Kapas suka
tumbuh di tanah hitam.
Gambar 1.4 Casuarina equisetifolia
7. Indikator tumbuhan untuk reaksi tanah
Rumex acetosa Rhododendron, Polytrichum dan Spagnum menunjukkan
tanah kapur. Beberapa lumut menunjukkan tanah berkapur dan halofit
menunjukkan tanah bergaram.

Gambar 1.5 Polytrichum


8. Indikator tumbuhan untuk mineral
Beberapa tumbuhan suka tumbuh di tanah-tanah dengan kandungan
mineral yang khas, tumbuhan semacam ini
disebut Metallocolus atau Metallophytes. Tumbuhan semacam ini contohnya
seperti Vallozia candida menunjukkan adanya intan di Brasilia. Equisetum
speciosa, Thuja sp, tumbuh di tanah yang mengandung mineral emas.
Eriogonium ovalifolium tumbuh di tanah yang mengandung perak di USA.
Kecuali hal-hal di atas kandungan mineral dalam jaringan tumbuhan dapat
menggambarkan bagaimana daur biogeokimianya sehingga dapat juga
menggambarkan status lingkungan tempat tumbuhnya. Lyon dan Brooks
(1969) mendapatkan bahwa Olearia rani menjadi penilaian untuk
molibdenium. Hal yang sama, perak didapati dengan jelas di bagian-bagian
tertentu pada daun. Kandungan sulfat pada daun secara langsung berhubungan
dengan konsentrasi SO2 udara. Farrar (1977) melihat bahwa kandungan
sulfur pada pinus jarum berhubungan dengan konsentrasi SO 2. Kandungan
fluroride pada daun Sorghum vulgare menunjukkan bahwa udara yang tak
terlalu jauh dari tanaman itu tercemar dengan fluoride, jaraknya kira-kira lebih
dari 4 km.

Gambar 1.6 Vallozia candida 

9. Indikator tumbuhan untuk logam berat


Tanah yang mempunyai cadas berkandungan logam berat, khususnya Zn,
Pb, Ni, Co, Cr, Cu, Mr, Mg, Cd, Se dan lain-lain. Diantaranya Mn, mg, Cd
dan Se bersifat toksik untuk kebanyakan tumbuhan. Kontaminasi logam berat
juga terjadi di daerah industri, baik yang berbentuk debu ataupun garam dalam
perairan di daerah industri tersebut. Kebanyakan tumbuhan sensitive terhadap
logam berat. Membukanya stomata dipengaruhi, fotosintesis S turun, respirasi
terganggu dan akhirnya pertumbuhan terhambat. Sebagian besar logam berat
ini merupakan deposit di dinding sel-sel perakaran dan daun. Beberapa
tumbuhan metalofit dapat digunakan sebagai indikator untuk suatu deposit
dekat dengan permukaan tanah, sehingga cocok untuk ditanam di daerah
pertambangan atau industri. Cardominopsis halleri, Silene vulagaris, Agrotis
tenuis, Minuartia verna, Kichornia crassipes, Astragalus racemosus, Thlaspi
alpestre merupakan tumbuhan metafolit logam berat.

Gambar 1.7 Cardominopsis halleri

10. Indikator tumbuhan untuk habitat saline


Beberapa tumbuhan tumbuh dan tahan dalam habitat dengan kandungan
garam tinggi, yang kemudian disebut halofit. Tumbuhan itu biasa hidup di
pantai yang mesofit atau hidrofit tak dapat hidup subur, karena dua yang
disebut terakhir biarpun tahan genangan tetapi tidak tahan kadar garam yang
tinggi di air ataupun tanah di situ. Kegaraman tanah antara lain oleh NaCl,
CaSO4, NaCO3, KCl. Tumbuhan yang dapat tumbuh di habitat semacam itu
antara lain : Chaenopodium album, Snaeda fructicosa, Haloxylon
salicorneum, Salsola foestrida, Tamarix articulata, Rhizophora mucronata,
Avicennia alba, Acanthus ilicifllius. Ketahanan terhadap garam merupakan
kemampuan tumbuhan untuk melawan adanya akibat yang disebabkan oleh
garam sehingga kerusakannya tidak serius. Ketahanan itu tergantung pada
spesies, tipe jaringan, vitalitas, nisban ion dan peningkatan konsentrasi ion.
Tumbuhan yang dapat hidup dalam 4 – 8% NaCl, sedang yang tidak tahan
akan mati bila NaCl 1 – 5%. Tumbuhan yang tahan antara lain : Betula
papyrivera, Elaeagnus angustifolia, Fraxinus excelstra, Populus alba, P.
canadensis, Rosa rugosa, Salix alba, Ulmus americana, Juniperus chinensis,
Pinus nigra.

Gambar 1.8 Chaenopodium album

11. Indikator tumbuhan untuk pencemaran


Penggunaan vegetasi sebagai indikator biologi untuk pencemaran
lingkungan sudah sejak lama, kira-kira sejak seratus tahun yang lalu di daerah
pertambangan. Pengetahuan tentang ketahanan terhadap polutan terutama
untuk vegetasi yang tumbuh di daerah industri atau di daerah padat penduduk.
Pada umumnya tumbuhan lebih sensitive terhadap polutan daripada manusia.
Tumbuhan yang sensitiv dapat merupakan indikator, sedangkan tumbuhan
yang tahan dapat merupakan akumulator polutan di dalam tubuhnya, tanpa
mengalami kerusakan. Jamur, fungi dan Lichenea sensitive terhadap
SO2 dan halide. Konsentrasi SO2 sampai 1% membahayakan tumbuhan yang
lebih tinggi. Banyak bahan kimia, pupuk, pestisida dan pemakaian bahan-
bahan fosil yang tinggi melepaskan substansi-substansi toksik ke lingkungan
dan hal itu dapat diserap juga oleh tumbuhan melalui udara, air atau tanah.
Polutan di atmosfer yang berbahaya untuk tumbuhan antara lain SO 2, halide
(HF, HCl), Ozone dan Peroxiacetyl-nitrat (PAN) yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor, industri dan radiasi yang kuat. Substansi berbahaya yang
mencapai tumbuhan melalui udara ialah : SO2, nitrogenoksida, ammonia,
Hidrokarbon, debu, dan habitat. Tumbuhan yang tumbuh di air akan
terganggu oleh bahan kimia toksik dalam limbah (sianida, khlorine,
hipoklorat, fenol, derivativ bensol dan campuran logam berat). Pengaruh
polutan terhadap tumbuhan dapat berbeda tergantung pada macam polutan,
konsentrasinya dan lamanya polutan itu berada. Pada konsentrasi tinggi
tumbuhan akan menderita kerusakan akut dengan menampakkan gejala seperti
khlorosis, perubahan warna, nekrosis dan kematian seluruh bagian tumbhan.
Di samping perubahan morfologi juga akan terjadi perubahan kimia, biokimia,
fisiologi dan struktur.

 Refrensi :
Husman. Rahardjanto,Abdulkadir. 2019. Bioindikator. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Khatri N, Tyagi S. 2015. Influences of natural and anthropogenic factors on
surface and groundwater quality in rural and urban areas. Front Life Sci. 8(1):23–39.
DOI: 10.1080/21553769.2014.933716
Setyono, P. & Soetarto, E. S. (2008). Biomonitoring degradasi ekosistem akibat
limbah CPO di muara Sungai Mentaya Kalimantan Tengah dengan metode elektromorf
isozim esterase. Biodiversitas, 9(3), 232- 236
Wijaya, andika. 2011. PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR
DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA. Skripsi

 Nama Kelompok :
1. Maria asriani : 1840603073
2. Maria widya : 1840603061
3. Muhammad nizam : 1840603041

Anda mungkin juga menyukai