Anda di halaman 1dari 106

PENGARUH KONTRIBUSI PAJAK REKLAME DAN PAJAK HOTEL

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Ekonomi


Pada Program Studi Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Bandung

LISNA SAFITRI SUHERMAN


NIM: 31520290

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUHAMMADIYAH
BANDUNG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan Judul:

PENGARUH KONTRIBUSI PAJAK REKLAME DAN PAJAK HOTEL


TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDUNG

Oleh:

LISNA SAFITRI SUHERMAN

NIM: 31520590

Bandung, 2020

Mengetahui,

Pembimbing 1

Erfan Erfiansyah,SE.,M.Ak.,CTA,ACPA
NIDN. 0424098506

Pembimbing 2

Yuniati,S.E.,M.Ak., BKP
NIDN.0430068505
PENGARUH KONTRIBUSI PAJAK REKLAME DAN PAJAK HOTEL
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDUNG

Oleh:
LISNA SAFITRI SUHERMAN
Program Studi Akuntansi Perpajakan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Bandung

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kontribusi pajak


reklame dan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung.
Metode yang digunakan dalam penelitan ini menggunakan metode
kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer
dan data sekunder. Sampel yang digunakan adalah 60 bulan dari tahun 2014-2018.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dan assosiatif. Teknik analisis
yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, analisis korelasi, analisis
koefisien determinasi, uji hipotesis parsial (uji T) dan uji hipotesis simultan (uji
F).
Hasil penelitian ini menjukkan kontribusi pajak reklame rata-rata sebesar
0,99% berada pada kategori sangat kurang, sedangkan untuk kontribusi pajak
hotel rata-rata sebesar 11,87% berada pada kategori kurang. Hasil penelitian ini
menunjukkan kontribusi pajak reklame tidak berpengaruh terhadap pendapatan
asli daerah. Sedangkan kontribusi pajak hotel berpengaruh tehadap pendapatan
asli daerah, dengan memberikan kontribusi sebesar 22,1%, untuk kontribusi pajak
reklame dan pajak hotel berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah dengan
memberikan kontribusi sebesar 26,8% terhadap pendapatan asli daerah sisanya
73,2% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteilti.

Kata kunci: Pajak Reklame, Pajak Hotel, Pendapatan Asli Daerah.

i
THE EFFECT OF REKLAME TAX CONTRIBUTION AND HOTEL TAX
ON THE ORIGINAL REVENUE OF BANDUNG CITY

by:
LISNA SAFITRI SUHERMAN

Tax Accounting Study Program


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Bandung

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of the contribution of


advertisement tax and hotel tax on the original income of the city of Bandung.
The method used in this research uses quantitative methods. The data
used in this study uses primary data and secondary data. The sample used was 60
months from 2014-2018. This research uses descriptive and associative
approaches. The analysis technique used is multiple linear regression analysis,
correlation analysis, coefficient of determination analysis, partial hypothesis test
(T test) and simultaneous hypothesis test (F test).
The results of this study indicate that the average advertisement tax
contribution of 0.99% is in the very less category, while for the average hotel tax
contribution of 11.87% is in the less category. The results of this study indicate
that the contribution of advertisement tax has no effect on the region's original
income. While the contribution of hotel tax has an effect on regional original
income, by contributing 22.1%, the contribution of advertisement tax and hotel
tax has an effect on regional original income by contributing 26.8% to regional
original income, the remaining 73.2% is influenced by other variables outside the
defined variables.

Keywords: Advertisement Tax, Hotel Tax, Local Revenue.

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahhirabbil’alamin puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “PENGARUH
KONTRIBUSI PAJAK REKLAME DAN PAJAK HOTEL TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDUNG”.

Keberhasilan yang penulis raih tidak lepas dari peran serta keluarga yang
selalu memberikan bantuan secara materil dan non materil kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Maka tugas akhir ini
penulis sembahkan khusus kepada Ayahanda tercinta Dadan Suherman, Ibunda
tercinta Wiwin Winarsih,, Suami Tersayang Dena Kurniawan, dan adikku
tersayang Lidya Afriani Suherman Tak ada kata yang dapat mewakilkan rasa
terimakasih dan cinta penulis atas kasih sayang dan dukungan dari semuanya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan,
masukan serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan pula terimakasih
yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Terima kasih kepada Bapak Dr. Ia Kurnia.,M.Pd selaku Ketua STIE
Muhammadiyah Bandung, kepada Bapak Erfan Erfiansyah,SE.,M.Ak.,
CTA,ACPA selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Dosen Wali.
2. Bapak Erfan Erfiansyah, SE., M.Ak.,CTA,ACPA terima kasih selaku dosen
pembimbing 1 yang telah sabar meluangkan waktunya dan membantu penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Yuniati,S.E.,M.Ak., BKP terima kasih selaku dosen pembimbing 2 yang telah
sabar meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan masukan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penulis
4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat
kepada penulis selama masa studi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Muhammadiyah Bandung.
5. Kedua orang tua, Suami tercinta saya yang selalu memberikan do’a, motivasi,
dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Keluarga besar penulis yang selalu mendukung dan mendoakan penulis
selama ini.

iii
7. Terima kasih kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Ibu Dra.
Lusi Susilayani, M.Si yang sudah memberikan izin untuk melakukan
penelitian.
8. Terima kasih kepada Bapak Wawan Selaku Staf Akuntansi dari Badan
Pengelolaan Keuangan dan Ase Kota Bandung yang sudah memberikan data
penelitian.
9. Terima Kasih kepada Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Bandung Bapak Moch.
Naseer. S.Kom., M.T dan Koordianator Keuangan Bapak Iswan Bugis,S.M.
atas dorongan dan motivasi yang selalu diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
10. Terima kasih untuk Partner kerja saya di devisi keuangan Rima Siti Jubaedah
yang membantu pekerjaan saya sehingga penulis mempunyai luang waktu
menyelsaikan skripsi penulis
11. Seluruh rekan kerja di STTB yang telah memberikan motivasi dan semangat
kepada penulis.
12. Terima Kasih kepada teman-teman seperjuangan AK2B2015 yang selalu
memberikan motivasi dan semangat yang selalu diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
13. Terima kasih untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu
yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Terakhir, semoga segala bantuan yang telah diberikan merupakan sebagai amal
sholeh yang senantiasa mendapat Ridho dan Karunia dari Allah SWT serta
dapat dibalas oleh balasan yang berlipat ganda. Aamiin.

Bandung,

Penulis.

iv
DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK ......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... ix

BAB I .............................................................................................................................1

PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................7

1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................................7

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS .......................8

2.1. State Of The Art ....................................................................................................8

2.2. Perpajakan............................................................................................................9

2.2.1. Pengertian Pajak ............................................................................................9

2.2.2. Fungsi Pajak ................................................................................................ 10

2.2.3. Pengelompokan Pajak .................................................................................. 11

2.3. Pajak Reklame .................................................................................................... 12

2.3.1. Pengertian Pajak Reklame ............................................................................ 12

2.3.2. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame ............................................. 13

2.3.3. Objek Pajak Reklame ............................................................................. 13

2.3.4. Dasar Pengenaan Pajak Reklame ............................................................ 16

2.3.5. Tarif Pajak Reklame .............................................................................. 17

2.3.6. Perhitungan Pajak Reklame .................................................................... 17

2.3.7. Masa Pajak Reklame .............................................................................. 18

v
2.3. Pajak Hotel .................................................................................................... 18

2.4.1. Pengertian Pajak Hotel ................................................................................. 18

2.4.2. Objek Pajak Hotel .................................................................................. 19

2.4.3. Subjek Pajak dasn Wajib Pajak Hotel ..................................................... 20

2.4.4. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hotel .................................................. 21

2.4.5. Dasar Pengenaan Pajak Hotel dan Tarif Pajak Hotel ............................... 21

2.4.6. Perhitungan Pajak Hotel ......................................................................... 21

2.5. Pajak Daerah ................................................................................................. 22

2.5.1. Pengertian Pajak Daerah .............................................................................. 22

2.5.2. Jenis Pajak Daerah dan Tarif Pajak Daerah .................................................. 22

2.6. Pendapatan Asli Daerah. ................................................................................ 25

2.6.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah ........................................................ 25

2.6.2. Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah ............................................... 26

2.6.3. Pengukuran Pendapatan Asli Daerah ...................................................... 28

2.7. Kontribusi ...................................................................................................... 28

2.7.1. Pengertian Kontribusi ............................................................................. 28

2.7.2. Pengukuran Kontribusi Pajak Reklame dan Pajak Hotel.......................... 28

2.8. Peneliti Terdahulu .......................................................................................... 29

2.9. Kerangka pemikiran dan hipotesis .................................................................. 33

2.9.1. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 33

2.9.2. Hipotesis...................................................................................................... 36

BAB III ......................................................................................................................... 40

METODE PENELITIAN .............................................................................................. 40

3.1. Metode Penelitian yang di Gunakan .................................................................... 40

3.2. Jenis dan Sumber Data........................................................................................ 41

vi
3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................................... 42

3.3.1. Populasi ....................................................................................................... 42

3.3.2. Sampel......................................................................................................... 42

3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................................. 43

3.5. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel .................................................... 44

3.6. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .................................................... 48

3.6.1 Teknik Analisis Data .................................................................................... 48

3.6.2. Uji Hipotesis .......................................................................................... 52

BAB IV ........................................................................................................................ 57

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................................. 57

4.1. Gambaran Umum Penelitian ............................................................................... 57

4.2. Hasil Penelitian .................................................................................................. 59

4.3. Pembahasan........................................................................................................ 75

4.3.1. Pengaruh Kontribusi Pajak Reklame terhadap PAD ...................................... 75

4.3.2. Pengaruh Kontribusi Pajak Hotel Terhadapa PAD ........................................ 76

5.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 80

5.2. Saran .................................................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 83

LAMPIRAN – LAMPIRAN.......................................................................................... 85

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung ...................................... 1

Tabel 1.2 Efektivitas Pajak Reklame .............................................................................. 4

Tabel 1.3 Efektivitas Pajak Hotel ................................................................................... 5

Tabel 2.1 Klarifikasi Kriteria Kontribusi ......................................................................... 29

Tebel 3.1 Dokumen yang dibutuhkan ........................................................................... 44

Tabel 3.2 Operasioneal Variabel ................................................................................... 46

Tabel 3.3 Interprestasi Koefisien Korelasi ..................................................................... 53

Tabel 4.1 Kontribusi Pajak Reklame .............................................................................. 59

Tabel 4.2 Kontribusi Pajak Hotel ................................................................................... 60

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ....................................................................................... 61

Tabel 4.4 Hasil Uji Mutikolinearitas .............................................................................. 66

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ............................................................ 67

Tabel 4.6 Interprestasi Koefisien Korelasi ..................................................................... 68

Tabel 4.7 Hasil Analisis Korelasi .................................................................................... 69

Tabel 4.8 Koefisien Determinasi ................................................................................... 70

Tabel 4.9 Koefisien determinasi parsial ........................................................................ 71

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji T ................................................................................ 73

Tabel 4.10 Hasil Uji F .................................................................................................... 74

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 State Of The Art ....................................................................8

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran .............................................................35

Gambar 2.3 Paradigma Penelitian .............................................................36

Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas ......................................................63

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Probability Plot .....................................64

Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas pada Scatterplot ........................65

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan
dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat
diandalkan. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah sejak diberlakukannya
otonomi daerah di Indonesia. Dengan adanya otonomi daerah dipacu untuk dapat
berkreasi dalam mencari sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung
pembiayaan pengeluaran daerah. Otonomi daerah bertujuan memberikan
keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam rangka pelaksanaan
pembangunan daerah. Untuk meningkatkan PAD pemerintah daerah harus bisa
menggali sumber-sumber yang dapat menghasilkan pendapatan di wilayahnya
yang berpotensi untuk dipungut pajak dan retribusi Menurut Marihot P Siahaan
(2016:1).
PAD sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang mempunyai
peranan penting dalam pembangunan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Marihot P Siahaan, 2016:14)
Tabel 1.1
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung
Tahun 2014-2018
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi Hasil Lain-Lain
Daerah Pengelolaan PAD yang sah
kekayaan
daerah yang
dipisahkan
2014 1.716.057.298 1.399.598.856 99.192.319 9.356.757 207.909.364

1
2

2015 1.859.694.643 1.494.147.377 64.985.847 8.602.757 1.472.545.447.


2016 2.152.755.704 1.709.807.582 92.006.779 10.658.411 340.282.931
2017 2.578.457.420 2.175.084.126 50.064.557 11.279.072 342.029.665
2018 2.571.591.786 2.160.150.277 69.134.407 10.771.957 331.535.144.
Sumber: Data primer BPKA Kota Bandung, 2020.

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa ada 4 sumber Penerimaan


Pendapatan Asli daerah diantaranya yaitu: pajak daerah, restribusi daerah, hasil
dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan asli
daerah yang sah. Dari keempat sumber penerimaan tersebut dapat dilihat bahwa
dari tahun ke tahun pendapatan daerah mengalami fluktuatif dari tahun 2014-
2018.
Salah satu pendapatan daerah yang dapat digali dalam rangka peningkatan
PAD adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Dimana menurut Marihot P Siahan
(2016:9) Pajak Daerah adalah iuran wajib pajak dilakukan oleh orang pribadi atau
badan tanpa imbalan langsung yang seimbangan, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan undang-undang yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Pajak daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 terbagi
menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Pemerintah
memberikan peluang kepada daerah kabupaten/kota untuk memungut jenis pajak
daerah lain yang dipandang memenuhi syarat, selain ketujuh jenis pajak
kabupaten/kota yang telah ditetapkan.
Berbagai macam jenis pungutan pajak daerah di kabupaten/kota yang
menjadi sumber pendapatan daerah, seperti Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan
Galian Golongan C dan Pajak Parkir menurut Marihot P Siahaan (2016:42).
Kota Bandung merupakan salah satu daerah otonom yang telah
melaksanakan program-program pembangunan, baik program jangka pendek
maupun program jangka panjang. Untuk merealisasikan program pembangunan
tersebut dibutuhkan tersedianya dana yang cukup besar untuk melaksanakan dan
3

menyelenggarakan pembangunan daerahnya yang sebagian besar harus dengan


kekuatan daerahnya sendiri, disamping bantuan dari pemerintah pusat. Maka dari
itu, untuk dapat memenuhi pembiayaan pembangunan, pemerintah Kota Bandung
berusaha untuk meningkatkan pendapatan daerah dengan mengoptimalkan jenis –
jenis pendapatan yang dikendalikan oleh Pemerintah Daerah. Diantara berbagai
macam pajak kabupaten/kota yang mempunyai andil terbesar dalam kontribusinya
terhadap pajak daerah salah satunya pajak reklame dan pajak hotel. Menurut
Erfitria (2014) dalam jurnal Jovanly Atteng, David Saerang, Lidya Mawikere
2016.
Menurut Marihot P Siahaan (2016:382) reklame adalah benda, alat,
perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirangcang untuk tujuan
komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik
perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat,
dibaca, didengar, dirasakan, dan atau dinikmati oleh umum, dan hotel menurut
Marihot P Siahaan Siahaan (2016:300) Hotel adalah bangunan yang khusus
disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan,dan
atau fasilitas lainnyadengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang
menyatu, dikelola, dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali oleh pertokoan dan
perkantoran.
Kota Bandung merupakan kota metropolitan memiliki banyak sekali
tempat–tempat yang sangat strategi untuk pemasang reklame suatu produk
ataupun jasa baik reklame yang berupa spanduk, baliho bahkan yang lebih
canggih lagi yaitu berupa layar Laser Compact Disk (LCD) raksasa atau yang
disebut juga dengan reklame megatron. Yang menjadi permasalahan saat ini
adalah banyaknya permasalahan reklame yang belum terselesaikan, mulai dari
masalah reklame liar yang tidak memiliki surat ijin sampai terjadi kebocoran di
penerimaan pajak reklame, sehingga dapat mengurangi Pendapatan Asli Daerah.
Erfitria (2014) dalam jurnal Jovanly Atteng, David Saerang, Lidya Mawikere
2016.
4

Pemerintah Kota Bandung dinilai masih belum mampu memberikan solusi


terkait potensi kehilangan pajak reklame. Penyelenggara reklame di Kota
Bandung dianggap masih lemah dalam pelaksanaan aturan maupun pengawasan.

Tabel 1.2
Efektivitas Pajak Reklame
Tahun 2014-2018

Tahun Target Realisasi Efektivitas


2014 24.000.000.000 23.643.479.085 98,51%
2015 15.000.000.000 18.107.052.336 120,71%
2016 316.716.770.000 25.653.533.922 8,09%
2017 240.548.569.530 12.844.048.144, 5,33%
2018 240.000.000.000 24.255.043.196 10,10%
Sumber: Data primer BPKA Kota Bandung, 2020.

Tabel 1.2 Berdasarkan tabel di atas bersifat fluktuatif dimana pada tahun
2014 realisasi penerimaan pajak reklame sebesar 98,51%, pada tahun
2015realisasi penerimaan pajak reklame mencapai 120,71%, dan pada tahun 2016
mengalami penurunan drastis dari tahun 2015 yang sebesar 120,71% hingga
mencapai 8,09%. Dan pada tahun 2017 kembali mengalami penurunan kembali
hingga mencapai 5,33% dan tahun 2018 realisasi penerimaan pajak reklame
mencapai 10,10% dapat dilihat bahwa dalam dua tahun berturut-turut mengalami
penurunan yang drastis. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat
dalam membayar pajak reklame di sebabkan kurangnya sosialisasi pemerintah
daerah kepada masyarakat tentang pajak reklame, ketidak tahuan masyarakat
dalam pajak reklame. Selain itu juga kurangnya pengawasan dari aparatur
pemerintah Kota dalam rangka pengelolaannya. Salah satu contohnya masih
banyak reklame yang tidak berijin, reklame yang perizinannya sudah mati, proses
perijinan yang terlalu lama, data potensi pajak reklame yang belum sempurna, dan
juga banyak reklame politik reklame illegal dan tidak tertata dengan rapi sehingga
dapat merusak pemandangan Kota Bandung.
5

Diberitakan sebelumnya, pada 2017 lalu, Badan Pengelola Pendapatan


Daerah (BPPD) Kota Bandung menjajaki survei potensi penerimaan pajak dari
reklame. Ditemukan ada sekitar 12.637 reklame yang tidak berizin. Sementara
reklame yang berizin hanya tercatat sekitar 5.600. Di sisi lain, Anggota Fraksi
Partai Demokrat itu juga mengkritisi banyak aturan yang tidak berjalan. Banyak
pengusaha reklame yang kesulitan membuat izin baru maupun memperpanjang
izin. “Kesalahannya, SKPD penyelenggara reklame tidak mau mengeluarkan izin
baru dan perpanjangan. Sehingga kemarin pajak ada miskomunikasi. Sehingga
tidak jelas usaha reklame itu seperti apa. Izin baru tidak dikeluarkan, izin lama
tidak diproses, kasihan juga ke pengusaha-pengusaha. Baik dari pengusaha yang
nakal maupun dari kesalahan SKPD penyelenggara reklame, ada kehilangan
potensi hampir Rp 100 miliar,” Selasa, 10 Apr 2018, 01:20 Muhammad Fikry
Mauludi. www.pikiran-rakyat.com.

Berbeda dengan pajak hotel yang selalu memiliki tingkat efektivits yang
lebih tinggi tiap tahunnya dibandingkan dengan pajak reklame. Dapat dilihat
dalam tabel efektivitas pajak hotel pada tahun 2014-2018 sebagai berikut:

Tabel 1.3
Efektivitas Pajak Hotel
Tahun 2014-2018

Tahun Target Realisasi Efektivitas


2014 202.850.000.000 204.152.062.826 100,64%
2015 260.000.000.000 215.285.361.236 82,80%
2016 260.000.000.000 274.748.550.679 105,67%
2017 300.000.000.000 295.385.661.260 98,46%
2018 300.000.000.000 300.755.546.433 100,25%
Sumber: Data primer BPKA Kota Bandung, diolah penulis, 2020.

Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan pajak hotel
bersifat fluktuatif dimana dapat dilihat pada tahun 2014 realisasi penerimaan
6

pajak hotel mencapai 100,64%. Pada tahun 2015 realisasi penerimaan pajak hotel
tidak mencapai target dimana hanya mencapai 82,80%. Tahun 2016 mengalami
kenaikan dengan realisasi mencapai 105,67%. Tahun 2017 realisasi penerimaan
pajak hotel mencapai 98,46% dan pada tahun 2018 realisasi mencapai 100,25%.

Kepala Bidang Pengendalian Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah


(BPPD) Kota Bandung Apep Insan Parid mengatakan kesadaran para wajib pajak
untuk membayar pajaknya tepat waktu masih tergolong rendah. Bahkan hingga
Januari 2017, pihaknya telah mengeluarkan 550 surat teguran pertama kepada
wajib pajak hotel/restoran di Bandung. Januari ini, kita sudah memberikan 550
surat teguran pertama kepada para wajib pajak. Setelah diberi surat teguran dua,
jumlahnya berkurang sampai 298, mereka langsung membayar pajaknya," katanya
kepada wartawan di Bandung, Selasa (31/1). Sementara itu, pada kesempatan
yangsama BPPD Kota Bandung melakukan penyegelan terhadap tiga hotel yang
telat membayar pajak hingga akhir tahun. Ke tiga hotel tersebut berada di jalan
Pasteur, Dr Djunjunan, dan Surapati.”Kami terpaksa melakukan penindakan
karena hotel-hotel tersebut tak kunjung membayara pajak bulan Desember hingga
waktu jatuh tempo 15 Januari. Padahal sudah diberi surat peringatan pertama, tapi
belum bayar pajak juga “Dikutip di www.jabarprov.go.id. 2017-02-01 08:57:00
SUMBER: REP-MAT.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul: “PENGARUH KONTRIBUSI PAJAK REKLAME, PAJAK
HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA
BANDUNG.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang di atas rumusan masalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah.
2. Seberapa besar pengaruh pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah.
3. Seberapa besar pengaruh pajak reklame dan pajak hotel terhadap
pendapatan asli daerah.
7

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pajak reklame terhadap


pendapatan asli daerah.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pajak hotel terhadap
pendapatan asli daerah.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pajak reklame dan pajak hotel
terhadap pendapatan asli daerah.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Untuk peneliti diharapkan mampu menambah wawasan keilmuan penulis
dalam bidang pajak khususnya pajak reklame dan pajak hotel di Kota
Bandung.
2. Untuk masyarakat diharapkan menjadi bahan acuan terutama wajib pajak
agar menyadari pentingnya membayar pajak.
3. Untuk pemerintah diharapkan menjadi bahan acuan dalam mengambil
keputusan agar mampu meningkatkan realisasi pajak dari pajak reklame,
dan menjadi bahan pertimbangan Pemerintah Daerah Kota Bandung untuk
meningkatkan PAD dari pajak reklame dan pajak hotel.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. State Of The Art


State Of The Art dalam penelitian ini terdiri dari landasan normatif,
grand theory, middle ring theory, dan applied theory yang dapat dilihat dalam
gambar berikut ini:

Gambar 2.1

Landasan Normatif dalam Penelitian ini


menggunakan berdasarkan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009, Perda Kota Bandung 02 Tahun 2010,
Perda Kota Bandung 27 Tahun 2009.

Grand Theory:

Yuniati (2016), Mahmudi 2019)

Midlle Ring Theori:

Marihot P Siahaan (2016)

Applied Theory: Rizki Indrawan (2015), Aris


Triyono (2018), Andi Pilham Mauri, Mattalatta,
Hasmin (2017), Aznedra (2017), Teguh Erawati,
Miftah Hurohman (2017), Lasmini dan Wuku Astuti
(2019), Jovaly Attemh, David S, Lidya M (2016).

Keterbaruan dalam penelitian ini yaitu tahun,


tempat dan penambahan variabel pajak hotel.

8
9

2.2. Perpajakan

2.2.1. Pengertian Pajak


Pajak secara umum dapat diartikan sebagai iuran dari rakyat kepada
pemerintah yang bersifat wajib (dapat dipaksakan) berdasarkan Undang-
Undang dengan tidak mendapat jasa timbal balik secara langsung ditujukkan
dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan dalam rangka
menyelenggarakan pemerintah.

Ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli dan
sudut pandang yang berbeda. Beberapa pendapat mengenai definisi pajak yang
dikemukakan para ahli antara lain, menurut Prof.Dr.P.J.A.Andriani (dalam
brotodiharjo, 1993):

“Pajak adalah iuran kepada negara (dapat dipaksakan) yang


terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan – peraturan,
dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjukan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.”

Sedangkan definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochman Soemitro,S.H. (Dalam


Brotodiharjo, 1993):

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan


undang-undang (yang dapat dipaksanakan) dengan tidak mendapatkan
jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan
yang di gunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Dan pengertian pajak menurut pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara perpajakan:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang


oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pajak


adalah
10

1. Arus uang (bukan barang) dari rakyat ke kas negara,


2. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan),
3. Tidak ada timbal balik khusus atau kontraprestasi secara langsung yang
dapat ditunjukan,
4. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran secara umum
demi kemakmuran rakyat
5. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah
6. Pajak merupakan peralihan kekuasaan dari sektor swasta ke sektor publik
Dengan demikian dapat diketuhi pajak hanya dapat dipungut oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sehingga ada istilah pajak
pusat dan pajak daerah.

Dari beberapa definisi di atas menurut para ahli dapat disimpulkan


bahwa pajak adalah iuran kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang dan tanpa
mendapatkan imbalan secara langsung yang diterima oleh rakyat.
(Prof.Dr.P.J.A.Andriani dan Prof.Dr. Rochman Soemitro,S.H.)

2.2.2. Fungsi Pajak


Menurut Yuniati dalam buku (2016:8) fungsi Pajak terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)


Pajak memberikan sumbangan terbesar dalam penerimaan negara,
kurang lebih 60 - 70 persen penerimaan pajak memenuhi postur APBN. Oleh
karena itu, pajak merupakan salah satu alat sumber penerimaan pemerintah
untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.
Contoh: Penerimaan pajak sabagai salah satu sumber penerimaan APBN
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur masyarakat atau
melaksanakan kebijakan pemerintahan dalam bidang sosial, politik, ekonomi,
budaya dan lain sebagainya yang sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang
ditentukan oleh pemerintah.
11

Contoh: Pengenaan pajak yang tinggi terhadap barang mewah untuk


- mengurangi gaya hidup konsumtif
- Pengenaan pajak yang tinggi terhadap minuman keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras
- Pengenaan tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% Untuk mendorong
ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.

2.2.3. Pengelompokan Pajak


Menurut Yuniati (2016:10) Jenis pajak dikelompokkan kedalam 3 bagian:
1. Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung
Yaitu pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan
pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain.
Contoh: Pajak penghasilan.
b. Pajak Tidak Langsung
Yaitu pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak
lain.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif
Yaitu pajak yang berpakal atau berdasarkan pada subjeknya dan
selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan
keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif
Yaitu pajak yang berdasarkan objeknya tanpa memperhatikan
kaeadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

3. Menurut Lembaga Pemungutan


a. Pajak Pusat
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara.
12

Contoh: Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak


Penjualan atas Barang Mewah.
b. Pajak Daerah
Yaitu pajak yang dipungut oeleh pemerintah daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri atas:
- Pajak Provinsi
Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor, dan Pajak Air Permukaan.
- Pajak Kabupaten/ Kota
Contoh : Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hotel,
Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan.

2.3. Pajak Reklame

2.3.1. Pengertian Pajak Reklame


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dalam buku
Marihot P Siahaan (2016:382) Pajak Reklame adalah pajak atas
penyelenggaraan reklame. Sedangkan yang dimaksud dengan reklame adalah
benda, alat, Perbuatan, atas media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang
untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan,
atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan,
yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan atau dinikmati oleh umum .
Menurut Baldric Siregar (2015:134) Pajak reklame adalah pajak yang
dipungut atas penyelenggaraan reklame.
Sedangkan reklame menurut Peraturan Walikota 727 Tahun 2018
reklame adalah benda, alat, perbuatan atas media yang bentuk dan corak
ragamnya dirancang untuk tujuan komersial, memperkenalkan, menganjurkan,
mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa,
orang, atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirakanan dan atau
dinikmati oleh umum.
13

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pajak reklme


yaitu pajak yang di pungut atas penyelenggaran pemasangan reklame dalam
bentuk benda. Alat, media yang berbentuk atau corak ragamnya baik itu yang
bertujuan untuk memperkenalkan, mempromosikan yang dapat dilihat, dibaca,
didengar oleh umum. (Marihot P Siahaan (2016), Baldric Siregar (2015),
Peraturan Walikota 727 Tahun 2018)

2.3.2. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame


Dasar hukum pemungutan pajak reklame pada suatu Kabupaten/Kota
adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan pembahasan
atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dan Restibusi Daerah.
3. Peraturan Pemerintahan Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
4. Peraturan daerah Kota Bandung Nomor 04 Tahun 2012 yang
mengatur tentang penyelenggaraan Reklame, Peraturan Daerah
Nomor 02 Tahun 2010 tentang Pajak Reklame.
5. Keputusan Walikota Bandung Nomor 1133 Tahun 2003 tentang
perhitungan hasil nilai sewa reklame dan masa reklame. Peraturan
walikota Bandung 727 Tahun 2018 perubahan atas peraturan walikota
Bandung Nomor 239 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemungutan
Pajak Reklame.

2.3.3. Objek Pajak Reklame

2.3.3.1. Objek Pajak Reklame


Menurut Marihot P Siahaan (2016:384) yang dimaksud Objek
Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Penyelenggaraan
Reklame yang ditetapkan menjadi objek Pajak Reklame adalah sebagai berikut:
1. Reklame papan/billboard; yaitu reklame yang terbuat dari papan
kayu, termasuk seng atau bahan lain yang sejenis, dipasang atau
14

digantung atau dibuat pada bangunan, tembok, dinding pagar,


pohon, tiang dan sebagainya baik bersinar maupun yang disinari.
2. Reklame megtron/videotron/Large Electronic Display (LED), yaitu
reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program
reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan atau tulisan
berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram, dan difungsikan
dengan tenaga listrik.
3. Reklame Kain, Yaitu reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik, karet atau
bahan lain yang sejenis dengan itu.
4. Reklame melekat (stiker), yaitu reklame yang berbentuk lembaran
lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, dipasang
digantungkan pada suatu benda dengan ketentuan luasnya tidak
lebih dari 200cm² perlembar.
5. Reklame Selebaran, yaitu reklame yang berbentuk lembaran lepas,
diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan, atau dapat
diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, diletakkan
dipasang, atau digantungkan pada suatu benda lain.
6. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan, yaitu reklame yang
ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang
diselenggarakan dengan menggunakan kendaraan atau dengan cara
dibawa oleh orang.
7. Reklame udara, yaitu reklame yang diselenggarakan di udara
dengan menggunakan gas, laser, pesawat, atau alat lain yang
sejenis.
8. Reklame suara, yaitu reklame yang diselenggrakan dengan
menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang
ditimbulkan dari atau oleh perantaraan alat.
9. Reklame film/slide, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahan-bahan
15

yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau


dipancarakan pada layar atau benda lain yang ada diruangan.
10. Reklame peragaan, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan
cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara.

2.3.3.2. Bukan Objek Pajak Reklame


Menurut Marihot P Siahaan (2016:385) Pada Pajak Reklame, tidak semua
penyelenggaraan reklame dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang
tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame, yaitu:
1. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta
harian, warta mingguan, warta bulanan,dan sejenisnya;
2. Label/merk produk yang melekat pada barang yang
diperdagangkan yang berfungsi untuk membedakan dari produk
sejenis lainnya;
3. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada
bangunan tempat usaha atau profesi diselenggaraka sesuai dengan
ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi
tersebut; dengan ketentuan tidak melebihi 2m²
4. Reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat atau
pemerintah daerah;
5. Penyelenggraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan peraturan
daerah, misalnya penyelenggraan reklame yang diadakan khusus
untuk kegiatan social, pendidikan, keagamaan, dan politik tanpa
sponsor.

2.3.3.3. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Reklame


Menurut Marihot P Siahaan (2016:386) Pada Pajak Reklame yang menjadi
subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame.
Sedangkan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan
reklame.
16

2.3.4. Dasar Pengenaan Pajak Reklame


Dasar Pengenaan Pajak Reklame adalah nilai sewa reklame (NSR) yaitu
nilai yang ditetapkan sebagai dasar perhitungan penetapan besarnya pajak
reklame. Marihot P Siahaan (2016:387)
Menurut Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2011tentang Pajak Daerah
NSR dapat ditentukan dihitung berdasarkan hal-hal berikut:
a. Jenis dan bahan yang digunakan
b. Lokasi penempatan
c. Jangka waktu penyelenggaraan
d. Jumlah reklame
e. Ukuran meria reklame
Hasil perhitungan NSR ditetapkan dengan keputusan walikota. Nilai sewa
reklame dihitung dengan rumus:

Nilai sewa reklame = (NJOR) + (NSPR)

Keterangan:
NJOR = Nilai jual objek reklame
NSPR = Nilai strategis pemasangan reklame
Menurut Marihot P Siahaan (2016:388) Nilai Jual Objek Reklame (NJOR)
adalah keseluruhan pembayaran/pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik dan
atau penyelenggra reklame, termasuk dalam hal ini adalah biaya/harga beli bahan
reklame, kontruksi, instalasi listrik, pembayaran/ongkos perakitan, pemancaran,
peragaan, penayangan, pengecatan, pemasangan dan transportasi pengangkutan,
dan lain sebagainya sampai dengan bangunan reklame selesai dipancarkan,
diperagakan, ditayangkan dan atau terpasang di tempat yang telah diizinkan.
Perhitungan NJOR didasarkan pada besarnya komponen biaya
penyelenggaraan reklame, yang meliputi:
a. Biaya pembuatan/kontruksi
b. Biaya pemeliharaan
c. Lama pemasangan
17

d. Jenis reklame
e. Luas bidang reklame; dan
f. Ketinggian reklame.

Besarnya NJOR dihitung dengan rumus:

NJOR
= (Ukuran reklame × harga dasar ukuran reklame)
+ (ketinggian reklame x harga dasar ketinggian reklame)

(Marihot P Siahaan, 2016:388)

Sedangkan Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR) menurut Marihot


P Siahaan (2016:388) Adalah ukuran nilai yang ditetapkan pada titik lokasi
pemasangan reklame tersebut, berdasarkan kriteria kepadatan pemanfaatan tata
ruang kota untuk berbagai aspek kegiatan dibidang usaha.

Menurut Peraturan Daerah nomor 02 Tahun 2010 tentang Pajak Reklame


Besarnya NSPR Dihitung dengan rumus sebagai berikutnya:

NSPR = (Nilai fungsi ruang + Nilai Fungsi Jalan


+ Nilai sudut pandang)x Harga dasar nilai Strategis

2.3.5. Tarif Pajak Reklame


Menurut Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2003 Tarif pajak reklame
ditetapkan sebesar 25%. Sedangkan untuk semua objek pajak yang
mempromosikan rokok dan minuman beralkohol sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dikenakan tambahan sebesar 25%

2.3.6. Perhitungan Pajak Reklame


Besaran pokok pajak reklame yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan
pajak reklame adalah sesuai dengan rumus berikut:
18

𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 = 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 × 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑔𝑒𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


= 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 × 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑒𝑤𝑎 𝑅𝑒𝑘𝑙𝑎𝑚𝑒

(Marihot P Siahaan, 2016:390)

2.3.7. Masa Pajak Reklame


Menurut Marihot P Siahaan (2016:390) Masa Pajak Merupakan jangka
waktu yang lamanya sama dengan suatu bulan takwim atau jangka waktu lain
yang ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota. Penetapan masa pajak tidak
hanya satu bulan takwim melainkan sebagai berikut:

a. Masa pajak untuk jangka waktu yang lamanya satu tahun ditetapkan
sejenis pajak reklame megatron, videotron (Dinamics Board, Videp
Wall) billboard /papan(bando jalan, jembatan penyembrangan orang,
papan, neon sign, neon box), reklame berjalan/kendaraan; dan reklame
suara/permanen.
b. Masa pajak untuk jangka waktu yang lamanya satu bulan ditetapkan
bagi pajak reklame jenis reklame melekat (template, poster dan
stiker), reklame udara/balon, film/slide, dan reklame peragaan
(permanen).
c. Masa pajak untuk jangka waktu yang lamanya satu hari ditetapkan
bagi pajak reklame jenis baligo dan kain/spanduk/umbul-
umbul/banner.
d. Masa pajak untuk jangka waktu yang lamanya satu kali
penyelenggaraan ditetapkan bagi pajak reklame jenis
selembaran/brosur/leafleat, reklame suara (tidak permanen), dan
reklame peragaan (tidak permanen).

2.3. Pajak Hotel

2.4.1. Pengertian Pajak Hotel


Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Hotel
adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Sedangkan hotel
19

adalah fasilitas penyediaan jasa penginapan / peristirahatan termasuk jasa


terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel,
losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah
penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari
sepuluh.
Menurut Marihot P Siahaan (2016:300) Hotel adalah bangunan
yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat,
memperoleh pelayanan,dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran,
termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola, dan dimiliki oleh pihak
yang sama, kecuali oleh pertokoan dan perkantoran.
Jadi definisi diatas dapat disimpulkan hotel adalah tempat yang
disediakan untuk menginap/istirahat yang memperoleh pelayanan dan
fasilitas yang dapat dipungut bayaran oleh pemilik hotel. (UU No 28 Tahun
2009 dan Marihot P Siahaan).

2.4.2. Objek Pajak Hotel


2.4.2.1 Objek Pajak Hotel
Menurut Marihot P Siahaan (2016:301) objek pajak hotel adalah
pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa
penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan
kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.
Menurut Marihot P Siahaan (2016:302) dalam pengenaan pajak
hotel, yang menjadi objek pajak termasuk pelayanan sebagai berikut:
a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek. Dalam
pengertian rumah penginapan termasuk rumah kos dengan jumlah
kamar sepuluh atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah
penginapan. Fasilitas penginapan/fasilitas tinggal jangka pendek antara
lain:gubuk pariwisata, motel, wisma pariwisata, pesanggrahan (hostel),
losmen, dan rumah penginapan
b. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau
tempat tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan
dan kenyamanan. Pelayanan penunjang antara lain telepon, facsimile,
20

fotokopi, pelayanan cuci, setrika, taksi dan pengangkutan lainnya,


yang disediakan atau dikelola hotel
c. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disedikaan khusus untuk tamu
hotel, bukan untuk umum. Fasilitas olah raga dan hiburan antara lain:
pusat kebugaran (fitness center), kolam renang, tenis, golf, karaoke,
pub, diskotik, yang disediakan atau dikelola hotel.
d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

2.4.2.2. Bukan objek Pajak Hotel

Menurut Marihot P Siahaan (2016:302) pada pajak hotel ini tidak


semua pelayanan yang diberikan oleh penginapan dikenakan pajak. Ada
beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak, yaitu hal-hal
dibawah ini.

a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh pemerintah


pusat atau pemerintah daerah.
b. Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya. Pengecualian
apartemen, kondominium, dan sejenisnya didasarkan atas izin
usahanya.
c. Jasa tempat tinggal dipusat pendidikan atau kegiatan keagamaan
d. Jasa tempat tinggal dirumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti
asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis.
e. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh
hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.

2.4.3. Subjek Pajak dasn Wajib Pajak Hotel


Subjek pajak hotel disini menurut Marihot P Siahaan (2016:303)
adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada
orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. Sedangkan wajib
pajak adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel, yaitu
orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang jasa penginapan.
21

2.4.4. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hotel


a. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
b. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan
atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
c. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
d. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 27 Tahun 2009 tentang pajak
Hotel
e. Keputusan walikota Kota Bandung Nomor 236 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Pemungutan Pajak Hotel.

2.4.5. Dasar Pengenaan Pajak Hotel dan Tarif Pajak Hotel


Menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 20 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah
pembayaran yang seharusnya dibayar kepada hotel. Dan tarif pajak hotel
ditetapkan sebagai berikut:
a. Hotel, motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata,
pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya ditetapkan sebesar
10%.
b. Rumah kos dengan jumlah kamar 11 sampai 20 kamar ditetapkan
sebesar 5%
c. Rumah kos dengan jumlah kamar diatas 20 kamar ditetapkan sebesar
7%.

2.4.6. Perhitungan Pajak Hotel


Besaran Pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum,
perhitungan pajak hotel adalah sebagai rumus berikut:
Pajak Terutang= Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
22

2.5. Pajak Daerah

2.5.1. Pengertian Pajak Daerah


Menurut Marihot P Siahaan (2016:9) Pajak Daerah adalah iuran wajib
yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perudang-
undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 20 Tahun 2011 tentang
Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Mardiasmo (2018:14) Pajak daerah adalah kontribusi wajib
kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pajak Daerah
adalah wajib pajak terutang orang pribadi maupun badan yang bersifat memaksa
tanpa adanya imbalan langsung yang diterima oleh masyarakat guna untuk
keperluan pembiayaan pemerintah daerah. (Marihot P Siahaan (2016), Perda Kota
Bandung Nomor 20 Tahun 2011, Mardiasmo (2018)).

2.5.2. Jenis Pajak Daerah dan Tarif Pajak Daerah


Pajak daerah yang diatur dalam Undang-undang nomor 28 Tahun 2009
dalam buku Marihot P Siahaan (2016:64) jenis pajak daerah terbagi menjadi dua,
yaitu pajak provinsi terdiri dari lima jenis pajak dan pajak kabupaten/kota terdiri
dari sembilan jenis pajak.
1. Pajak Provinsi terdiri dari :
a. Pajak Kendaraan Bermotor
Adalah pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan
bermotor dengan tarif ditetapkan paling tinggi 10%.
23

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

Adalah pajak atas penyerahaan hak milik kendaraan bermotor sebagai


akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang
terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke
dalam badan usaha. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan
paling tinggi 20%.

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor


dengan tarif ditetapkan paling tinggi 5%.

d. Pajak Air Permukaan.

Pajak air permukaan adalah pajak atas pengambilan dan atau


pemanfaatan air permukaan, dengan tarif ditetapkan paling tinggi 10%.

e. Pajak Rokok

Adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah.


Tarif Pajak rokok ditetapkan sebesar 10%.

2. Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari:


Menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 20 Tahun 2011 Pajak
daerah terdiri dari Sembilan mata pajak yaitu:
a. Pajak Hotel
Adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah
fasilitas atas penyediaan jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa
terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel,
gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan
sejenisnya serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10.
24

b. Pajak Restoran

Adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran


adalah fasilitas penyedia makanan/minuman dengan dipungut bayaran,
yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan
sejenisnya termasuk jasa boga/catering.

c. Pajak Hiburan

Adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah Semua


jenis hiburan seperti tontonan, pertunjukan, permainan, dan atau
keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

d. Pajak Reklame

Adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda,


alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang
untuk tujuan komersial, memperkenalkan, menganjurkan,
mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang,
jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan,
dan atau dinikmati oleh umum.

e. Pajak Penerangan Jalan

Adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan


sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

f. Pajak Parkir

Adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan,


baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang
disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan
yang tidak bersifat sementara.
25

g. Pajak Air Tanah

Adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah. Air
Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan dibawah
permukaan tanah.

h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Adalah pajak atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi dan atau badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
perairan, pedalaman serta laut wilayah kota.

i. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
Perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah atau bangunan
oleh orang pribadi atau badan. Hak atas tanah dan bangunan adalah hak
atas tanah termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya,
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan
bangunan.

2.5.3. Cara Perhitungan Pajak

Perhitungan Pajak daerah dilakukan dengan rumus sebagai berikut:


Pajak terutang = Tarif Pajak × Dasar Pengenaan Pajak

Sumber: Marihot P Siahaan (2016:91).

2.6. Pendapatan Asli Daerah.

2.6.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah


Menurut Baldric Siregar (2015:31) Pendapatan asli daerah adalah
penerimaan yang diperoleh Pemerintah Daerah dari sumber-sumber dalam
wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah.
26

Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dalam buku Marihot


P Siahaan (2016:14) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu Pendapatan Asli
Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendapatan


asli daerah yaitu pendapatan yang diperoleh oleh pemerintah daerah dari beberapa
sumber penerimaan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(Baldric, Marihot P Siahaan)

2.6.2. Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah


Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah. Pendapatan Daerah menurut Baldric Siregar (2015:31) adalah semua
penerimaan rekening kas umum daerah yang menambah saldo anggaran lebih
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak Pemerintah
Daerah dan tidak perlu dibayar kembali.

Pendapatan daerah bersumber dari tiga kelompok sebagaimana dibawah ini.

1. Pendapatan Asli Daerah


Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu Pendapatan Asli Daerah adalah
pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, meliputi:
a. Pajak Daerah
Adalah iuran waib yang dilakukan oleh negara kepada orang
pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Menurut Marihot P
Siahan (2016:9).
27

b. Retribusi daerah
Menurut Marihot P Siahaan (2016:5) retribusi adalah pembayaran
wajib dari penduduk kepada negara adanya jasa tertentu yang
diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan.
c. Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan.
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah
berbentuk dividen, yaitu bagian laba yang diberikan kepada
pemerintah daerah ada tiga kategori penerimaan dividen, yaitu
dividen atas penyertaan modal pada BUMD, BUMN, dan
perusahaan swasta.
d. Lain-lain PAD yang sah
Jenis Pendapatan Lain-lain PAD yang sah yaitu hasil penjualan
aset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro,
pendapatan denda, pendapatan komisi, potongan, dan selisih nilai
tukar rupiah, Pendapatan zakat, dan lain-lainnya.
2. Dana Perimbangan
Menurut Baldric Siregar (2015:31) Dana Perimbangan Yaitu dana
yang bersumber dari pendapatan APBD yang dialokasikan kepada daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
Dana Perimbangan meliputi:
a. Dana Bagi hasil (DBH)
b. Dana Alokasi Umum (DAU)
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
Menurut Baldric Siregar (2015:31) Lain-lain pendapatan daerah
yang sah adalah pendapatan daerah yang tidak termasuk dalam
Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan. Lain-lain pendapatan
daerah yang sah meliputi:
a. Hibah
b. Dana Darurat
28

c. Dana Bagi hasil pajak dari provinsi


d. Bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya.

2.6.3. Pengukuran Pendapatan Asli Daerah


Dalam Jurnalnya Andi Pilham Mauri, Mattalatta, Hasmin (2017)
pengukuran pendapatan asli daerah berdasarkan total pemasukan dana
daerah Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan penerimaan lain-lain PAD yang dipisahkan.

2.7. Kontribusi

2.7.1. Pengertian Kontribusi


Kontribusi adalah iuran atau sumbangan atau sesuatu yang diberikan
bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan, biaya atau kerugian tertentu atau
bersama. Semakin besar hasilnya berarti semakin besar pula peranan pajak daerah
terhadap PAD. Begitu pula sebaliknya jika hasil perbandingannya terlalu kecil
berarti peranan pajak daerah terhadap PAD juga kecil. Kontribusi digunakan
untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah memberikan sumbangan penerimaan
PAD.

2.7.2. Pengukuran Kontribusi Pajak Reklame dan Pajak Hotel.


Pengukuran kontribusi menurut mahmudi (2019:143) adalah sebagai berikut:

Realisasi Penerimaan Pajak Reklame


𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 = × 100
Realisasi Penerimaan PAD

Sumber: Mahmudi (2019:143)

Selanjutnya pengukuran kontribusi dalam jurnal Aris Triyono (2018) adalah


QXn
𝑃𝑛 = 𝑥100
QYn

Dimana:

Pn = Kontribusi Pajak
29

QXn = Penerimaan Pajak reklame dan pajak hotel

QYn = Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

n = Tahun (Periode Tertentu)

Klasifikasi kriteria kontribusi menurut Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM ,1991


dalam jurnal Aznedra 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Klasifikasi kriteria kontribusi

Klasifikasi Kriteria Kontribusi Presentasi Kriteria


0,00 – 10 % Sangat Kurang
10,10%- 20% Kurang
20,10% - 30% Sedang
30,10% - 40% Cukup Baik
40,10% - 50% Baik
Diatas 50 % Sangat Baik
Sumber: (Dalam Jurnal Aznedra 2017).

2.8. Peneliti Terdahulu


Berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu yang dijadikan oleh peneliti sebagai

bahan referensi:

NO NAMA JUDUL HASIL PERSAMA PERBEDAAN


PENELITIAN PENELITIAN AN
1 Rizki Pengaruh Kontribusi pajak X= Pajak X= Pajak
reklame tidak
Indrawan Kontribusi Reklame Hotel
berpengaruh
(2015) Pajak secara signifikan Y= Tahun
terhadap
ISSN: Reklame Pendapatan Penelitian
pendapatan asli
1829-7188 terhadap daerah di Kota Asli Daerah
Bandung.
Pendapatan
Besarnya
Asli Daerah pengaruh
30

kontribusi pajak
reklame di
pengaruhi oleh
pajak lainnya
yang tidak
termasuk
kedalam
variable
penelitian.
2 Aris Analisis Kontribusi pajak X1 = Pajak X2 = Pajak
reklame rata-
Triyono Pengaruh Reklame Hotel
rata 0,63%,
(2018) Kontribusi kontribusi pajak Y= PAD Tahun
hiburan rata-rata
ISSN Pajak Penelitan
0,07% pengaruh
2621-4199 Reklame Dan variable X₁ Tempat
pajak reklame
Pajak Hiburan Penelitian
dan variabel X2
terhadap pajak hiburan
terhadap
Pendapatan
variabel Y,
Asli Daerah Pendapatan asli
daerah , tidak
pada Badan
signifikan
Pendapatan namun
mempunyai
Daerah
hubungan yang
Kabupaten kuat sebesar
76,6%
Indragiri Hulu
sedangkan
23,4%
dipengaruhi oleh
variabel lain
yang tidak
diteliti dalam
penelitian ini.
3 Andi Analisis Retribusi daerah Y= X1 = Pajak
berpengaruh
Pilham Pengaruh Pendpatan Reklame
positif tapi tidak
Mauri, Penerimaan signifikan Asli Daerah X2 = Pajak
terhadap
Mattalatta, retribusi Hotel
peningkatan
Hasmin daerah dan PAD
Kab.soppeng,
(2017) pajak daerah
pajak daerah
berpengaruh
31

terhadap positif dan


signifikan
Jurnal peningkatan
terhadap
Mirai pendapatan peneingkatan
PAD kab
Manageme asli daerah
Soppeng,
nt, Volume pada retribusi daerah
dan pajak
2 Nomor 1, kabupaten
daerah secara
oktober soppeng. simultan
berpengaruh
2017
signifikan
terhadap
peningkatan
PAD Kab
Soppeng.
4 Aznedra Pengaruh Pajak hotel tidak X= Pajak X= Pajak
berpengaruh
(2017) kontribusi Hotel Reklame
signifikan
ISSN penerimaan terhadap PAD, Y= PAD Tahun
Pajak restoran
:2085-999 pajak hotel penelitian
sebagian
dan pajak berpengaruh Tempat
signifikan
restoran Penelitian
terhadap PAD,
terhadap PAD pajak hotel dan
retoran
di wilayah
berpengaruh
Kota Batam signifikan
terhadap PAD.
tahun 2012-
2014
5 Teguh Pengaruh Pajak hotel tidak X1=Pajak Tahun
berpengaruh
Erawati, pajak hotel, Hotel penelitian
terhadap PAD,
Miftah pajak Pajak X2=Pajak Tempat
penerangan
Hurohman penerangan Reklmae penelitian
jalan
(2017) jalan, pajak berpengaruh Y= PAD Variabel
secara parsial
ISSN 2549 reklame,dan Kontribusi
terhadap PAD,
9637 retribusi Pajak reklame pajak
tidak
pelayanan
berpengaruh
persampahan/ terhadap PAD,
32

kebersihan Retribusi
pelayanan
terhapad PAD
persampahan/ke
Kab Bantul bersihan tidak
berpengaruh,
pajak hotel,
pajak
penerangan
jalan, pajak
reklame,
retribusi
pelayanan
persampahan/ke
bersihan secara
simultan
berpengaruh
terhadap PAD.
6 Lasmini Efektifitas pajak X = Pajak X = Pajak
hotel
dan Wuku Hotel Reklame
berpengaruh
Astuti positif Y = PAD
signifikan
(2019)
terhadap PAD,
ISSN 2442 kontribusi pajak
hotel
4439
berpengaruh
negatif terhadap
PAD, sedangan
efektivitas dan
kontribusi pajak
restoran tidak
berpengaruh
terhadapa PAD,
efektivitas dan
kontribusi pajak
hotel dan
restoran secara
simultan
berpengaruh
terhadap PAD.
33

7 Jovanly Analisis Hasil penelitian X = Tempat


ini yaitu tingkat
Atteng, Efektivitas Kontribusi Penelitian dan
efektivitas pada
David dan kontribusi tahun 2011 Pajak tahun
sampai tahun
Saerang, pajak reklame reklame penelitian.
2014 dinyatakan
Lidya terhadap kurang efektif Y = PAD
dan tahun 2015
Mawikere. pendapatan
dinyatakan
(2016) asli daerah di sangat efektif,
sedangkan untuk
kota Manado
kontribusi dari
Tahun 2011- tahun 2011-
2015 dinyatakan
2015.
masih kurang
dalam
memberikan
kontribusi
kepada PAD.

Sumber: Dokumentasi, penulis 2020.

2.9. Kerangka pemikiran dan hipotesis

2.9.1. Kerangka Pemikiran


Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran dengan tujuan untuk
mempermudah memahami pembahasan skripsi ini.
Kerangka pemikiran menurut Uma Sekaran dalam buku Sugiono (2016:93)
kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasikan sebagai
masalah yang penting.
Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diperoleh daerah dan
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pendapatan asli daerah bersumber dari pendapatan pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
pendapatan lain asli daerah yang sah dengan bertujuan untuk memberikan
keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan
otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.
34

Salah satu sumber pendapatan asli daerah yaitu pajak daerah. Pajak daerah
merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau
badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perudang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Jenis
Pajak daerah terdiri dari pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Dalam
penelitian ini, dilakukan penelitian pada pajak Kabupaten/Kota. Pajak Kabupaten
/Kota Sendiri terbagi menjadi ke dalam 11 Pajak yaitu: Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral
Bukan logam dan batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung
Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Perdesaan, dan Pajak Bea hak
atas tanah dan bangunan. Dalam Penelitian ini pajak Kabupaten/ Kota yang
diambil adalah Pajak Reklame. Pajak Reklame adalah Pajak atas penyelenggaraan
Reklame. Sedangkan reklame adalah adalah benda, alat, Perbuatan, atas media
yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial
memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian
umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,
didengar, dirasakan, dan atau dinikmati oleh umum.

Penelitian ini memfokuskan kepada Pajak Reklame dan pajak hotel dengan
melihat realita yang ada dan dari sana dapat terlihat kontribusi pemungutan Pajak
Reklame dan pajak hotel dalam peningkatan pendapatan asli daerah dilihat dari
realita pendapatan asli daerah. Selain itu juga terlihat dari hasil penelitian yang
relevan dari Aznedra (2017) tentang Pengaruh kontribusi penerimaan pajak hotel
dan pajak restoran terhadap PAD di wilayah Kota Batam tahun 2012-2014 dan
Aris Triyono (2018) tentang Analisis Pengaruh Kontribusi Pajak Reklame Dan
Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Badan Pendapatan Daerah
Kabupaten Indragiri Hulu. Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini,
maka dicantumkan kerangka berpikir sebagai berikut:
35

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

PENGARUH KONTRIBUSI PAJAK REKLAME, PAJAK HOTEL


TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH

1 .Pada tahun 2017 ditemukan ada sekitar 12.637 1. Terjadinya fluktuatif dalam penerimaan pajak
reklame yang tidak berizin. Sementara reklame yang
berizin hanya tercatat sekitar 5.600. www.pikiran- pajak reklame dan mengalami penurunan secara
rakyat.com. drastis dalam 2 tahun berturut-turut pada tahun

2 .kesadaran para wajib pajak untuk membayar 2016 dan 2017.


pajaknya tepat waktu masih tergolong rendah. BPPD
2. Terjadinya fluktuatif dalam penerimaan pajak
Kota Bandung melakukan penyegelan terhadap tiga
hotel yang telat membayar pajak hingga akhir tahun. Ke hotel.
tiga hotel tersebut berada di jalan Pasteur, Dr
Djunjunan, dan Surapati dan telah mengeluarkan 550
surat teguran pertama kepada wajib pajak hotel/restoran
di Bandung. Jabarprov.go.id

Pajak Reklame
Realisasi Penerimaan Pajak Reklame
𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 = × 100
Realisasi Penerimaan PAD

Mahmudi ( 2019:143)
Mahmudi ( 2019:143) PENDAPATAN ASLI
QXn DAERAH
Pn X 100
QYn
Realisasi Penerimaan
Jurnal Aris Triyono(2018 PAD

(Jurnal Andi Pilham


Pajak Hotel Mauri, Mattalatta,
Hasmin 2017)
Realisasi Penerimaan Pajak Reklame
𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 = × 100
Realisasi Penerimaan PAD

Mahmudi (2019:143)

QXn
Pn X 100
QYn

Jurnal Aris Triyono (2018

Rizki Indrawan (2015), Aris Triyono (2018), Teguh Irawati,Miftah Hurohman (2017), Aznedra (2017), Andi Pilham Mauri, Mattalatta,
Hasmin (2017), Lasmini dan Wuku Astuti (2019), Jovanly Atteng, David Saerang, Lidya Mawikere. (2016)

.
36

Gambar 2.3

Paradigma Penelitian
Rizki Indrawan (2015), Aris Triyono
(2018), Teguh Irawati, Miftah Hurohman
(2017)

Pajak Reklame (X1)

Pendapatan Asli Daerah


(Y)
Pajak Hotel (X2)

Aznedra (2017), Teguh Irawati, Miftah


Hurohman (2017), Lasmini dan Wuku
Astuti (2019).

2.9.2. Hipotesis
Menurut Sugiono (2016:99) Hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian karena baru didasarkan pada

teori yang relevan, namun belum didasarkan pada fakta-fakta empris yang di

peroleh melalui pengumpulan data atau hasil dugaan sementara.


37

Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau

tidaknya pengaruh antara variable X terhadap variable Y. Hipotesis tersebut

dijabarkan sebagai berikut:

2.9.1.1. Kontribusi Pajak Reklame berpengaruh terhadap Pendapatan


Asli Daerah
Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.

Sedangkan yang dimaksud dengan reklame adalah benda, alat, Perbuatan,

atas media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan

komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk

menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat

dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan atau dinikmati oleh umum .

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dalam buku Marihot P

Siahaan (2016:382).

Dalam jurnal Teguh Erawati, Miftah Hurohman (2017) dalam hasil

penelitiannya Kontribusi pajak reklame tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap pendapatan asli daerah

H1 = Kontribusi pajak reklame berpengaruh terhadap PAD

Jadi semakin besar kontribusi penerimaan pajak reklame maka

semakin besar kontribusi yang berikan untuk Pendapatan Asli Daerah.

2.9.1.2. Kontribusi Pajak Hotel berpengaruh terhadap Pendapatan Asli


Daerah.
Hotel adalah tempat yang disediakan untuk menginap/istirahat
yang memperoleh pelayanan dan fasilitas yang dapat dipungut bayaran oleh
pemilik hotel. (UU No 28 Tahun 2009 dan Marihot P Siahaan).
38

Dalam jurnal Lasmini dan Wuku Astuti (2019) Efektifitas pajak


hotel berpengaruh positif signifikan terhadap PAD, kontribusi pajak hotel
berpengaruh negatif terhadap PAD di kabupaten Sleman.

H2 = Kontribusi pajak hotel berpengaruh terhadap PAD

Jadi semakin besar kontribusi penerimaan pajak hotel maka semakin

besar kontribusi yang berikan untuk Pendapatan Asli Daerah.

2.9.1.3. Kontribusi Pajak Reklame dan Pajak Hotel berpengaruh


terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Dalam Jurnal Teguh Erawati dan Miftah Hurohman 2017 pajak hotel,

pajak penerangan jalan, pajak reklame dan restribusi pelayanan

persampahan/kebersihan secara simultan berpengaruh terhadap pendapatan

asli daerah kota bantul

H3 = Kontribusi Pajak reklame dan pajak hotel berpengaruh terhadap PAD.

Jadi semakin besar kontribusi penerimaan Pajak reklame dan pajak

hotel maka semakin besar kontribusi yang berikan untuk Pendapatan Asli

Daerah.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian yang di Gunakan


Menurut Sugiyono (2016:2) Metode penelitian pada dasarnya merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kuci yang perlu diperhatikan yaitu,

cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan.

Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum

data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami,

memecahkan dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu

masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu,

memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah, dan

mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi.

Menurut Sugiyono ada bermacam-macam metode penelitian yaitu metode

kuantitatif, kualitatif dan metode kombinasi (Mixed Methods).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Kuantitatif Menurut Sugiyono (2016:10) metode penelitian kuantitatif dinamakan

metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga

sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

40
41

menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik,

dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetah ditetapkan.

Dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif dan

assosiatif. Metode penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antar

varibel-variabel yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2016:35) metode Deskriptif adalah metode penelitian

yang dilakukan terhadap objek yang diteliti dalam keadaan apa adanya, sesuai

dengan data dan peritiwa yang terjai pada saat penelitian dilakukan kemudian data

tersebut disusun, dianalisis dan kemudian disimpulkan. Analisis desktiptif ini

dilakukan untuk mengetahui bagaimana kontribusi pajak reklame, pajak daerah

dan pendapatan asli daerah Kota Bandung tahun 2014-2018.

Menurut Sugiyono (2016:37) penelitian dengan pendekatan assosiatif

merupakan penlitian yang menggunakan rumusan masalah yang bersifat

menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Pendekatan asosiatif ini

untuk mengukur seberapa besar pengaruh kontribusi pajak reklame, pajak hotel

sebagai variable independen terhadap pendapatan asli daerah sebagai varaibel

dependen dan kemudian akan ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini.

3.2. Jenis dan Sumber Data


Jenis data dibagi menjadi dua yaitu data sekunder dan data primer.

Menurut Sugiyono (2016:137) data sekunder merupakan sumber data yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang lain
42

atau lewat dokumen. Sedangkan Data Primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data.

Jadi dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer. Dimana

data primer yang dibutuhkan adalah data kuantitatif berupa target dan penerimaan

pajak reklame dan pendapatan asli daerah selama lima periode tahun 2014-2018.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi
Untuk melaksanakan penelitian ditentukan populasi untuk

kemudian diambil sampel. Menurut Sugiyono (2016:119) Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri dari atas: obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Jadi populasi dalam penelitian ini adalah laporan realisasi anggaran

pendapatan Pajak Reklame, Pajak Hotel dan Pendapatan Asli Daerah

untuk tingkat Kota Bandung Tahun 2014-2018 yang didapat dari Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset (BPKA ) Kota Bandung.

3.3.2. Sampel
Menurut Sugiyono (2016:120) “Sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”

Sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Sampling Jenuh

menurut Sugiyono (2016:126) adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Jadi semua populasi

digunakan sebagai sampel. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini


43

yaitu penerimaan pajak reklame, pajak hotel dan pendapatan asli daerah

tahun 2014-2018 dengan jumlah bulan sebanyak 60 bulan yang diambil

digunakan sebagai sampel.

3.4. Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan dengan

cara datang langsung ke Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandung

dan melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2016;145)“Observasi


merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.”

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan

bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

2. Dokumentasi,

Menurut Sugiyono (2016:326) Dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ini bisa berbentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk

tulisan misalnya catatan harian sejarah kehidupan (life histories), ceritera,

biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar,

misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang

berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung,

film, dan lain-lain.


44

Dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.1.

Dokumen yang dibutuhkan

No Jenis Dokumen Sumber Data

1 Profil BPKA bpka.bandung.go.id.

2 Laporan realisasi Pajak Reklame BPKA

3 Laporan realisasi Pajak Hotel BPKA

4 Laporan realisasi Pendapatan Asli Daerah BPKA

3. Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan untuk

mendapatakan data sekunder sebagai landasan teoritis dan kajian penelitian

terdahulu. Landasan teoritis dikumpulkan dan ditelaah dari buku-buku

panduan yang ada hubungan dengan penelitian ini.

3.5. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel


3.5.1 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2016:64) “Variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.”
45

Menurut Sugiyono (2016:64) ada beberapa macam variabel diantaranya

variabel independen, variabel dependen, variabel Moderator, variabel

intervening dan variabel kontrol”

Dalam penelitian ini hanya menggunakan dua macam variabel yaitu

sebagai berikut:

A. Menurut Sugiyono (2016:64) Variabel Independen yaitu variabel ini

sering di sebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecendent. Dalam

bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas

adalah merupakan varibel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahanya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Jadi variabel independen dalam penelitian ini adalah kontribusi pajak

reklame, pajak hotel.

B. Menurut Sugiyono (2016:64) Variabel Dependen sering disebut sebagai

variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut

sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya varibel bebas.

Jadi Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah.

3.5.2. Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian. Variabel ini sering

disebut variabel bebas. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel

dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu Kontribusi pajak

reklame yang disimbolkan dengan variabel (X1) dan Kontribusi pajak hotel
46

yang disimbolkan dengan variabel (X2). Sedangkan Variabel Dependen

(terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas. Maka variabel terikat dalam penelitian ini yaitu

jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung yang disimbolkan

dengan variabel (Y).

Adapun operasional variabel secara lengkap dan dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 3.2

Operasional Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Skala

Kontribusi Pajak reklme yaitu pajak yang Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Rasio

pajak di pungut atas dari Tahun 2014-2018

reklame penyelenggaran 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖

Realisasi Penerimaan Pajak Reklame


(X¹) pemasangan reklame dalam = 𝑥100
Realisasi Penerimaan PAD

(Marihot P bentuk benda. Alat, media (Mahmudi ( 2019)

Siahaan yang berbentuk atau corak QXn


𝑃𝑛 = 𝑥100
QYn
(2016), ragamnya baik itu yang
jurnal Aris Triyono(2018)
Baldric bertujuan untuk

Siregar memperkenalkan,

(2015), mempromosikan yang dapat

Peraturan dilihat, dibaca, didengar

Walikota oleh umum. (Marihot P

727 Tahun Siahaan (2016), Baldric


47

2018) Siregar (2015), Peraturan

Walikota 727 Tahun 2018)

Kontribusi Hotel adalah tempat yang Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Rasio

Pajak Hotel disediakan untuk dari Tahun 2014-2018

(X2) menginap/istirahat yang 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖

Realisasi Penerimaan Pajak Hotel


(UU No 28 memperoleh pelayanan = 𝑥100
Realisasi Penerimaan PAD

Tahun 2009 dan fasilitas yang dapat (Mahmudi ( 2019)

dan Marihot dipungut bayaran oleh QXn


𝑃𝑛 = 𝑥100
QYn
P Siahaan). pemilik hotel. (UU No 28
jurnal Aris Triyono(2018)
Tahun 2009 dan Marihot

P Siahaan (2016).

Rasio

Pendapatan Pendapatan asli daerah yaitu Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

Asli Daerah pendapatan yang diperoleh dari tahun 2014-2018

(PAD) oleh pemerintah daerah dari Jurnalnya Andi Pilham Mauri,

(Y) beberapa sumber penerimaan Mattalatta, Hasmin(2017)

(Baldric, daerah sesuai dengan peraturan

Marihot P perundang-undangan. (Baldric,

Siahaan) Marihot P Siahaan (2016).


48

3.6. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

3.6.1 Teknik Analisis Data


3.6.1.1. Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif yaitu menggambarkan bagaimana kontribusi pajak

reklame, pajak hotel terhadap PAD di Kota Bandung pada tahun 2014-2018.

Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis deskriptif adalah sebagai berikut:

a. Menentukan besarnya realisasi pajak reklame dan pajak hotel untuk waktu

5 tahun yaitu tahun 2014-2018, data ini diperoleh dari Laporan Realisasi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

b. Menentukan besarnya realisasi Pendapatan Asli Daerah untuk waktu 5

tahun yaitu tahun 2014-2018, data ini diperoleh dari Laporan Realisasi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

c. Menentukan presentase kontribusi pajak reklame, pajak hotel terhadap

Pendapatan Asli Daerah dengan cara menggunakan rumus kontribusi.

d. Menetapkan kriteria kesimpulan dengan berdasarkan pada klasifikasi

kriteria kontribusi yang terdiri atas 6 kelompok yaitu: sangat kurang,

kurang,

sedang, cukup sedang, baik, sangat baik.

3.6.1.2. Uji Asumsi Klasik

Ujian asumsi klasik digunakan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat

pada analisis regresi. Beberapa asumsi klasik regresi yang harus dipenuhi
49

terlebih dahulu sebelum menggunakan analisis regresi linier, sebagai alat untuk

menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti antara lain:

A. Uji Normalitas

Menurut V Wiratna Sujarweni (2016:68) Uji normalitas digunakan

untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal atau

tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting

pada pengujian signifikan koefisien regresi. Model regresi yang baik

adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati

normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Uji yang

digunakan untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov –

Simirnov.

Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas,

yaitu menurut V Wiratna Sujarweni (201672):

a) Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah

normal

b) Jika probabilitas < 0,05 maka probabilitas tidak berdistribusi

secara normal.

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar

normal Probability Plots dalam program SPSS. Dengan dasar

pengambilan keputusan sebagai berikut:

a) Jika data penyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi

memenuhi asumsi normalitas.


50

b) Jika data penyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi

tidak memenuhi asumsi normalitas.

B. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual

suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Cara

memprediksi ada atau tidaknya terjadi heteroskedastisitas dapat

dilihat dengan pola gambar scatterplot, regresi yang tidak terjadi

heteroskedastisitas jika:

a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar

angka 0

b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah

saja

c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola

bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar

kembali

d. Penyebaran titik-titik data tidak berpola.

(Menurut V Wiratna Sujarweni, 2016:232)

C. Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau


51

tidaknya multikolinearitas dalam suatu persamaan regresi adalah

sebagai berikut (V Wiratna Sujarweni, 2016: 231):

Besaran VIF (Variance Inflation Factor), Jika VIF yang dihasilkan

diantara 1-10 maka tidak terjadi multikolinieritas, dan apabila nilai

VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas.

3.6.1.3. Analisis Regresi

Analisis regresi digunakan bila ingin mengetahui bagaimana variabel

dependen/kriteria dapat diprediksikan melalui variabel atau prediktor, secara

individual. Penggunaan analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan

apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui

menaikan dan menurunkan keadaan variabel independen, atau untuk

meningkatkan keadaan variabel dependen dapat dilakukan dengan meningkatkan

variabel independen atau sebaliknya.

Persamaan umum linier sederhana adalah:

Y’ = a + bX

Persamaan Linier berganda adalah:

Y’= a + b1X1 + b2X2

Dimana:

Y’ = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan

a = Harga Y bila X = 0 (harga konstanta)


52

b = Angka arahan atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan

ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel

independen. Bila b (+) maka naik, dan bila b (-) maka terjadi penurunan.

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nila tertentu.

Untuk mencari harga a dan b dapat dicari dengan rumus berikut:

(Σ𝑌𝑖)(Σ𝑋𝑖 2 )−(Σ𝑋𝑖)(Σ𝑋𝑖.𝑌𝑖)
a= 𝑛Σ𝑋𝑖 2 −(Σ𝑋𝑖)2

𝑛.Σ𝑋𝑖𝑌𝑖−(Σ𝑋𝑖)(Σ𝑌𝑖)
b= 𝑛.Σ𝑋𝑖 2 − (Σ𝑋𝑖)2

3.6.2. Uji Hipotesis


3.6.2.1. Analisis Korelasi

Kegiatan dari uji korelasi adalah untuk mengetahui tentang keterkaitan

antara variabel dalam suatu penelitian dan menunjukan kuat lemahnya hubungan

antar variabel serta memperlihatkan arah korelasi dengan analisis regresi.

Mencari korelasi antara variabel X dengan Variabel Y dengan

menggunakan korelasi koefisien Product Momen:

𝑛(Σ𝑥𝑦−(Σ𝑥)(Σ𝑦)
rxy =
√{𝑛Σ𝑥 2−(Σ𝑥)2 }{𝑛(Σ𝑦 2 )−(Σy)2}

Menafsirkan koefisien korelasi yang diperoleh dengan pedoman berdasarkan r

product momen.
53

Tabel 3.3

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koevisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat Rendah

0,20 - 0,339 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2016:242)

Menguji tingkat signifikan koefisien korelasi, yang digunakan untuk

mengetahui keberartian derajat hubungan antara variabel X dan Variabel Y yang

ditunjukan dengan koefisien korelasi.

Rumus uji signifikan korelasi product moment sebagai berikut:

𝑟 √𝑛−2
t hitung = √1−𝑟 2

Untuk menyatakan bahwa variabel X atau Y signifikan maka hasil dari t

hitung > dari t tabel.

3.6.2.2. Analisis Koefisien Determinasi

Mencari koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya

persentase kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen dengan

menggunakan rumus:

KD = (𝑟 2 )Χ 100%
54

Dimana:

KD = Koefisien Determinan yang dicari

r2 = Koefisien korelasi

Kriteria untuk analisis koefisien determinasi adalah:

a) Jika KD mendeteksi nol (0), maka pengaruh variabel independent

terhadap variabel dependent lemah.

b) Jika KD mendeteksi satu (1), maka pengaruh variabel independent

terhadap variabel dependent kuat

Adapun untuk memperoleh nilai koefisien determinasi parsial, maka dapat

ditentukan melalui:

KD = β X1 Zero Order x 100%

KD = β X2 Zero Order x 100%

Dimana:

β : Beta (nilai standardized coefficients)

Zero Order : Matriks korelasi variabel bebas dengan bariabel terikat.

Jika koefisien determinan (KD) menunjukan nilai nol (0) maka pengaruh variabel

independent X terhadap variabel dependent Y sangat lemah dan apabila koefisien


55

determinan menunjukan nilai satu (1) maka pengaruh variabel X terhadap variabel

dependent Y sangat kuat.

3.6.2.3. Uji Hipotesis Parsial

Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah Pengaruh kontribusi pajak

reklame dan pajak hotel terhadap Pendapatan asli daerah di Kota Bandug. Dengan

memperhatikan karakteristik variabel yang akan diuji, maka uji statistik yang akan

digunakan adalah melalui perhitungan analisis regresi dan korelasi.

Dalam pengujian hipotesis digunakan teknik korelasi, menggunakan rumus

korelasi Product moment sederhana dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan.

Rumus perhitungan korelasi sederhana:

Σ𝑥𝑦
rxy =
√(Σ𝑥 2)(Σ𝑦 2 )

Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan maka dapat

digunakan pedoman seperti pada tabel 3.3.

Hasil perhitungan hubungan baru berlaku untuk sampel saja. Untuk

menguji signifikasi hubungan yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku

untuk seluruh populasi maka perlu diuji signifikannya, dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

𝑟 √𝑛−2
t = √1−𝑟 2

Hasil dari thitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan

kriteria sebagai berikut:


56

1) Apabila t hitung > t tabel dan tingkat signifikansi < α (0,05), maka H0

ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti variabel independen secara

individual berpengaruh terhadap variabel dependen.

2) Apabila t hitung < t tabel dan tingkat signifikansi > α (0,05), maka H0

diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti variabel independen secara

individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

3.6.2.4. Uji Hipotesis Simultan

Hipotosis yang akan di uji berdasarkan n yang tidak sama maka perlu di uji

homogenitas variannya, terlebih dulu dengan uji F dengan persamaan sebagai

berikut:

𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
F= 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

Selanjutnya di bandingkan dengan harga F tabel dengan F hitung, jika F hitung < Ftabel,

maka dengan demikian dapat dinyatakan varian tersebut adalah homogen atau jika

F hitung > F tabel maka hipotesis diterima.

Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen

mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel

dependen, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel → Ha diterima (signifikan).

b. Terima H0 jika Fhitung < Ftabel → Ha ditolak (tidak signifikan).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Penelitian


4.1.1. Sejarah Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandung

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset (BPKA) dibentuk berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah Kota Bandung yang ditetapkan tanggal 18 November

2016. Sebelum dibentuk BPKA, pada tahun 2009 dibentuk Dinas Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah berdasarkan Perda Nomor 13 Tahun 2009 tentang

Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 tentang

Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung yang

ditetapkan pada 7 Agustus 2009.

Ketika masih menjadi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Tugas

pokok dan fungsi diantaranya pengadaan tanah, penanganan konflik pertanahan,

pemanfaatan asset (sewa) menjadi tugas dan kewajiban DPKAD. Sedangkan

pada SOTK baru, tugas pokok dan fungsi diantaranya pengadaan tanah,

penanganan konflik pertanahan, pemanfaatan asset (sewa) dialihkan kepada Dinas

Perumahan dan Kawasan Permukiman, Pertanahan dan Pertamanan Kota

Bandung (DPKP3).

57
58

4.1.2. Visi dan Misi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota

Bandung

4.1.2.1. Visi BPKA

Terwujudnya Kota Bandung yang Unggul, Nyaman, Sejahtera dan

Agamis.”

4.1.2.2. Misi BPKA

“ Mewujdkan Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif, Efisien dan

Melayani.”

4.1.3. Tugas Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandung

BPKA berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Wali Kota

melalui Sekretaris Daerah, yang mempunyai tugas membantu Wali Kota

dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan

Daerah fungsi penunjang keuangan.

4.1.4. Fungsi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandung

1. Perumusan kebijakan lingkup keuangan;

2. Pelaksanaan kebijakan lingkup keuangan;

3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan lingkup keuangan;

4. Pelaksanaan administrasi Badan lingkup keuangan; dan


59

5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Wali Kota terkait

dengan tugas dan fungsinya.

4.2. Hasil Penelitian


4.2.1. Analisis Deskriptif Pajak Reklame Terhadap PAD

Analisis deskriptif bertujuan untuk mengubah kumpulan data menjadi

yang mudah dipahami artinya sebagai pengguna mudah memperoleh desktriptif

atau gambar, apabila hasil informasi diubah menjadi analisis deskriptif.

Berikut hasil kontribusi pajak reklame terhadapa PAD pada Tahun 2014-2018

Tabel 4.1

Kontribusi Pajak Reklame terhadap PAD (2014-2018)

Tahun Pajak Reklame PAD Kontribusi

2014 23.643.479.085 1.716.057.298.378 1,37

2015 18.107.052.336 1.859.694.643.505 0,97

2016 25.653.533.922 2.152.755.704.962 1,19

2017 12.844.048.144 2.578.457.420.885 0,50

2018 24.255.043.196 2.571.591.786.199 0,94

Total 4,97

Rata-rata 0,99

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset, data diolah, 2020.

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa kontribusi pajak reklame

terhadap pendapatan asli daerah hanya memberikan kontribusi berkisar di 1%


60

dimana pada tahun 2014 hanya memberikan kontribusi sebesar 1,37%, tahun 2015

sebesar 0,97%, tahun 2016 sebesar 1,19%, tahun 2017 sebesar 0,50%, dan 2018

memberikan kontribusi sebesar 0,94 % dengan jumlah rata-rata 0,99%. Jadi dapat

disimpulkan bahwa pajak reklame dengan nilai tersebut termasuk ke dalam

kriteria Sangat Kurang dalam memberikan kontribusi terhadap PAD karna

berada di antara 0-10%.

4.2.2. Analisis Deskriptif Pajak Hotel Terhadap PAD

Berikut hasil kontribusi pajak hotel terhadap PAD pada tahun 2014-2018:

Tabel 4.2

Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD (2014-2018)

Tahun Pajak Reklame PAD Kontribusi

2014 204.152.062.826 1.716.057.298.378 11,89

2015 215.285.361.236 1.859.694.643.505 11,57

2016 274.748.550.679 2.152.755.704.962 12,76

2017 295.385.661.260 2.578.457.420.885 11,45

2018 300.755.546.433 2.571.591.786.199 11,69

Total 59,36

Rata-rata 11,87

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset, data diolah, 2020.


61

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil kontribusi pajak hotel

terhadap pendapatan asli daerah pada tahun 2014 sebesar 11,89%, tahun 2015

sebesar 11,57%, tahun 2016 sebesar 12,76%, tahun 2017 sebesar 11,45% dan

tahun 2018 sebesar 11,69% dengan rata-rata sebesar 11,87%. Kontribusi pajak

hotel tersebut hasilnya berada diantara 11-20% sehingga dapat disimpulkan pada

tahun 2014-2018 dapat dikatakan Kurang memberikan kontribusi terhadap PAD.

4.2.3. Hasil Uji Asumsi Klasik

4.2.3.1. Hasil Uji Normalitas


Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai

distribusi normal atau tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang

sangat penting pada pengujian signifikan koefisien regresi. Dasar pengambilan

keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas, yaitu: Jika probabilitas > 0,05

maka distribusi dari populasi adalah normal. Jika probabilitas < 0,05 maka

probabilitas tidak berdistribusi secara normal. Berikut hasil uji normalitas

menggunakan hasil SPSS 23.0 sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Reklame Hotel PAD

N 60 60 60

Normal Parametersa,b Mean 40375,7782 145552,9338 418541,1688

Std.
10649,22103 18033,76778 78971,59485
Deviation
62

Most Extreme Absolute ,065 ,047 ,107


Differences
Positive ,036 ,047 ,107

Negative -,065 -,037 -,082

Test Statistic ,065 ,047 ,107

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d ,200c,d ,083c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Hasil Pengelolaan SPSS Versi 23.0. 2020.

Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-

tailed) untuk pajak reklame sebesar 0,200, pajak hotel 0,200 dan PAD 0,083.

Besarnya signifikasi dari tiga varibel tersebut sudah melampaui 0,05, maka dapat

disimpulkan data terdistribusi secara normal.


63

Gambar 4.1.

Histogram Uji Normalitas

Pada keterangan gambar di atas, dapat dismpulkan data tersebar dengan

normal, hal ini terlihat dari kurva yang menunjukan titik keseimbangan antara

daerah kiri ke kanan atau tidak melenceng salah satu sisi mengikuti bentuk bel

(lonceng terbalik).
64

Gambar 4.2

Hasil Normalitas Probability Plot

Berdasarkan hasil pengujian yang dapat dilihat pada gambar 4.2 yaitu plot

normal dapat disimpulkan bahwa grafik menunjukkan data (titik) mengikuti garis

diagonal atu tidak melenceng keluar garis. Hal ini menunjukkan uji dinyatakan

normal.

4.2.3.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas


Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual pengamatan ke pengamatan yang lain.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas dan peneliti

menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan

residualnya (SREID) memiliki distribusi normal atau tidak. Berikut hasil output

dari pengolahan SPSS Versi 23.0.


65

Gambar 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas pada scatterplot.

Sumber: Hasil Pengelolaan SPSS Versi 23.0, 2020.

Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar

4.3 pada bagian diagram scatterplot bahwa tidak ada pola yang jelas dan tidak

beraturan serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.

Maka dapat simpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas

4.2.3.3. Hasil Uji Multikolonieritas


Uji multikolineritas ini dilakukan untuk menguji apakah regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel independen. Apabila terjadi korelasi maka terjadi

multikolinearitas. Uji multikolinearitas ini dapat dilakukan dengan cara melihat

tolerance dan VIF. Suatu data dikatakan tidak terjadi multikolinearitas apabila
66

nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan niali VIF lebih kecil dari 10. Berikut tabel

hasil uji multikolinearitas:

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinearitas

Model Tolerance VIF


Reklame 0,994 1,006
Hotel 0,994 1,006
a. Dependent Variable: PAD

Sumber: Data Hasil Pengelolaan SPP 23.0, 2020.

Berdasarkan tabel 4.4 pada nilai tolerance terdapat nilai yang lebih besar

dari 0,1 , setiap variabelnya yaitu sebesar 0,994 untuk Pajak Reklame 0,994 dan

untuk Pajak Hotel sebesar 0,994. Sedangkan untuk nilai VIF lebih kecil dari 10,

Pajak reklame sebesar 1,006 dan Pajak Hotel sebesar 1,006. Dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa VIF dari hasil uji asumsi klasik masih diantara 1-10 jadi

tidak terjadi multikolonieritas.

4.2.4. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahu bagaimana

variabel besarnya pengaruh atau hubungannya secara simultan dua variabel bebas

atau lebih terdiri dari X1 Pajak Reklame, X2 Pajak Hotel, dengan variabel terikat

(variabel dependen/ Y) yaitu Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan perhitungan

analisis regresi linier berganda yang dilakukan melalui statistik dengan

menggunakan program SPSS versi 23.0:


67

Tabel 4.5

Hasil Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Standardize Collineari
Unstandardized d ty
Coefficients Coefficients Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance

1 (Constan
64265,436 78053,376 ,823 ,414
t)

Reklame 1,472 ,843 ,199 1,746 ,086 ,994

Hotel 2,026 ,498 ,463 4,069 ,000 ,994

Sumber: Hasil Pengelolaan SPSS Versi 23.0, 2020.

Dari hasil tabel 4.5 diatas dapat dituliskan persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2

= 64265,436 + 1,472. X1 + 2,026. X2

Dari persamaan di atas dapat diinterprestasikan sebagai berikut ini:

1. Konstantan (a) = 64265,436 menyatakan bahwa jika tidak terdapat

variabel pajak reklame dan pajak hotel maka pendapatan asli daerah

sebesar 64265,436.

2. Koefisien regresi variabel pajak reklame X1 Sebesar 1,472 menyatakan

bahawa setiap adanya kenaikan satu satuan variabel pajak reklame maka

akan meningkat pendapatan asli daerah sebesar 1,472.


68

3. Koefisien regresi variabel pajak hotel X2 Sebesar 2,026 menyatakan

bahwa setiap adanya kenaikan satu satuan variabel pajak hotel maka akan

meningkat pendapatan asli daerah sebesar 2,026.

4.2.5. Analisis Korelasi

Uji korelasi adalah untuk mengetahui tentang keterkaitan antara variabel

independen dan dependen dalam suatu penelitian dan menunjukan kuat lemahnya

hubungan antar variabel serta memperlihatkan arah korelasi dengan analisis

regresi. Untuk mengukurnya dapat dilihat dari interpretasi Koefisien Korelasi

sebagai berikut:

Tabel 4.6

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat Rendah

0,20 - 0,339 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2016:242)

Berikut Hasil pengelolaan berdasarkan SPSS 23.0 sebagai berikut:


69

Tabel 4.7

Hasil Analisis Korelasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate

1 ,518a ,268 ,242 68736,27374

a. Predictors: (Constant), Hotel, Reklame

b. Dependent Variable: PAD

Sumber: Hasil Pengelolaan SPSS Versi 23.0. 2020.

Berdasarkan tabel 4.7 di atas didapatkan hasil koefisien korelasi sebesar

0,518. Berdasarkan tabel tingkat interpretasi koefisien korelasi 0,518 berada di

interval 0,40 – 0.599. Ini berarti pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen berada pada level SEDANG.

4.2.6. Analisis koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui melihat besarnya

pengaruh Pajak Reklame dan Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah dan

dinyatakan dengan menggunakan rumus tersebut:

KD = (𝑟 2 )Χ 100%

Dimana:

KD = Koefisien Determinan yang dicari


70

r2 = Koefisien korelasi

Berikut hasil koefisien determinasi berdasarkan hasil perhitungan SPSS 23.0

Tabel 4.8

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate

1 ,518a ,268 ,242 68736,27374

a. Predictors: (Constant), Hotel, Reklame

b. Dependent Variable: PAD

Sumber: Hasil Pengelolaan SPSS Versi 23.0. 2020.

Berdasarkan tabel 4.8 di atas daidapatkan hasil R Square 0,268 sedangkan

adjusted R Square sebesar 0,242. Dengan melihat hasil R Square sebesar 0,268

atau 26,8% dapat diartikan bahwa pajak reklame dan pajak hotel secara simultan

hanya memberikan kontribusi sebesar 26,8% terhadap Pendapatan Asli Daerah

sedangkan sisanya 0,732 atau 73,2% dipengaruhi oleh variabel lain diluar dari

variable yang diteliti.


71

Tabel 4.9

Koefisien Determinasi Parsial

Coefficientsa

Standardi
zed
Unstandardized Coefficien
Coefficients ts Correlations

Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order

1 (Constant) 64265,436 78053,376 ,823 ,414

Reklame 1,472 ,843 ,199 1,746 ,086 ,236

Hotel 2,026 ,498 ,463 4,069 ,000 ,478

a. Dependent Variable: PAD

Sumber: Hasil Penelitian Versi SPSS 23,0, 2020.

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dihitung koefisien determinasi parsial

dengan rumus:

KD = B x zero order x 100%

keterangan

B = Standar koefisiensi beta

Zero Order = matrik korelasi variabel bebas dengan variabel terikat


72

Maka didapatkan hasil sebagai berikut:

1) Kontribusi variabel Pajak reklame (X1) didapatkan hasil sebesar 0,046

atau 4,69%, artinya variabel pajak reklame (X1) secara parsial

memberikan kontribusi sebesar 4,69% terhadap PAD.

2) Kontribusi pajak hotel (X2) didapatkan hasil sebesar 0,221 atau

22,1%, artinya pajak hotel (X2) secara parsial memberikan kontribusi

sebesar 22,1% terhadap PAD.

4.2.7. Uji Hipotesis

4.2.7.1. Uji Hipotesis Parsial (Uji t)


Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel bebas

secara individual dalam variabel terikat. Sebagai dasar pengambilan keputusan

dapat digunakan kriteria pengujian sebagai berikut:

1) Apabila t hitung > t tabel dan tingkat signifikansi < α (0,05), maka H0

ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti variabel independen secara

individual berpengaruh terhadap variabel dependen.

2) Apabila t hitung < t tabel dan tingkat signifikansi > α (0,05), maka H0

diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti varaibel independen secara

individual tidak berpengaruh terhapap variabel dependen.


73

Tabel 4.10

Hasil Uji T

Coefficientsa

Standardize Collinearit
Unstandardized d y
Coefficients Coefficients Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance

1 (Constan
64265,436 78053,376 ,823 ,414
t)

Reklame 1,472 ,843 ,199 1,746 ,086 ,994

Hotel 2,026 ,498 ,463 4,069 ,000 ,994

a. Dependent Variable: PAD

Sumber: Hasil Pengelolaan SPSS Versi 23.0, 2020.

Berdasarkan tabel 4.9 dapat disimpulkan berdasarkan hasi uji t sebagai berikut:

1. Diketahui nilai sig untuk pengaruh Kontribusi pajak reklame terhadap

Pendapatan asli daerah sebesar 0,086 > 0,05 dan nilai t hitung 1,746 <

2,002. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak yang berarti X1

tidak berpengaruh terhadap variabel Y.

2. Diketahui nilai sig untuk pengaruh kontribusi pajak hotel terhadap

pendapatan asli daerah sebesar 0,000 < 0,50 dan nilai t hitung 4,069 >

2,002. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H2 diterima yang berarti X2

pengaruh positif terhadap Variabel Y.


74

4.2.7.2. Uji Hipotesis Simultan (Uji F)


Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen

mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel

dependen, dengan ketentuan sebagai berikut:

c. Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel → Ha diterima (signifikan).

d. Terima H0 jika Fhitung < Ftabel → Ha ditolak (tidak signifikan).

Tabel 4.11

Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 98647761150,0 49323880575,0


2 10,440 ,000b
72 36

Residual 269306493648, 4724675327,16


57
207 2

Total 367954254798,
59
280

a. Dependent Variable: PAD

b. Predictors: (Constant), Hotel, Reklame

Sumber : Hasil Pengelolaan SPSS Versi 23.0, 2020.

Berdasarkana tabel 4.10 didapatkan nilai Fhitung sebesar 10,440. Dengan

ketentuan Fhitung > Ftabel, maka Fhitung 10,440 > Ftabel 3,16 dapat disimpulkan bahwa

variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.


75

Dapat disimpulkan bahwa H3 diterima yang berarti Kontribusi pajak reklame dan

pajak hotel berpengaruh terhadap PAD.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Pengaruh Kontribusi Pajak Reklame terhadap PAD

Berdasarkan Tabel 4.1 hasil kontribusi yang diberikan pajak reklame

terhadap Pendapatan Asli Daerah selama 5 tahun terhitung dari tahun 2014

sampai tahun 2018 hanya memberikan kontribusi sebesar 4,97% dengan nilai rata-

rata 0,99% pertahunnya. Dan berdasarkan hasil statistik dalam uji t atau secara

parsial pajak reklame tidak berpengaruh terhadapat PAD dapat di lihat dari nilai

signifikasi sebesar 0,086 > 0,05 dan nilai thitung < ttabel sebesar 1,746 < 2,002.

Pajak Reklame dilihat dari target dan realisasinya dari tahun 2016 sampai

tahun 2018 selalu tidak mencapai target yang telah ditetapkan. Tidak

berpengaruhnya pajak reklame terhadap PAD dikarenakan wajib pajak yang

belum sadar atas kewajibannya membayar pajak, banyaknya pemasangan reklame

yang tidak berizin atau illegal, yang mana pada saat itu pajak reklame yang dapat

dipungut pajaknya hanya berdasarkan izin sehingga banyaknya kebocoran dalam

penerimaan pajak reklame dan adanya moratorium untuk reklame-reklame rokok

yang banyak diturunkan karna di kota Bandung hanya memperbolehkan maksimal

15 persen dari total reklame yag ada. Untuk saat ini pemerintah kota Bandung

telah mengeluarkan Peraturan Wali Kota No 727 Tahun 2018 tentang cara

pemungutan pajak reklame yang sebelumnya diatur dalam peraturan Wali Kota
76

No 239 Tahun 2017 yang menegaskan bahwa akan memungut pajak terhadap

reklame illegal dan yang telah terpasang meski dalam proses perizinan,

penyelenggaraan reklame yang belum memiliki izin penyelenggaraan reklame

harus mengurus periziinan penyelenggaraan reklame ke Dinas Penanaman Modal

dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Bandung setelah melakukan pembayaran

pajak reklame. Dalam hal izin penyelnggraaan reklame ditolak oleh Dinas

Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Bandung,

penyelnggaara reklame tidak dapat menuntut pengembalian uang pembayaran

pajak reklame dan reklmea tersebut harus dibongkar, dan terhadap obyek reklame

yang sudah menayangkan naskah reklame tetapi tidak diketahui subyek pajaknya,

pihak BPPD dapat melakukan penutupan naskah reklame.

Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya yaitu Teguh Erawati dan

Miftah Hurohman (2017) dengan judul Pengaruh pajak Hotel, Pajak Penerangan

Jalan, Pajak Reklame, dan Retribusi Pelayanan/Kebersihan Terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Bantul.

4.3.2. Pengaruh Kontribusi Pajak Hotel Terhadapa PAD

Berdasarkan tabel 4.2 hasil deskriptif kontribusi pajak hotel terhadap

Pendapatan Asli Daerah terhitung dari tahun 2014 sampai tahun 2018 hanya

memberikan kontribusi sebesar 59,36% dengan nilai rata-rata 11,87%.

Berdasarkan hasil uji t secara parsial kontribusi pajak hotel terhadap PAD dimana

nilai signifikasi sebesar 0,000 < 0,50 dan untuk nilai Thitung > Ttabel sebesar

4,069 > 2,002 sehingga dapat disimpulkan bahwa kontribusi pajak hotel
77

berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah. Dan hasil koefisien

determinasi pajak hotel secara parsial memberikan kontribusi sebesar 22,1%

terhadap PAD.

Dilihat dari tabel realisasi dan target untuk pajak hotel mengalami

peningkatan pada tahun 2016 dan tahun 2018. Peningkatan ini dikarenakan

adanya upaya yang dilakukan oleh BPPD yaitu dengan menambahkan tapping box

di beberapa tempat sebanyak 375 tapping box. Tapping box ini untuk

mencegahnya kebocoran transaksi, jadi semuanya pasti tercatat sehingga

pengambilan pajak bisa optimal dari para wajib pajak yang sebelumnya pada

tahun 2016 sudah menyebarkan 575 tapping box ke hotel, restoran, dan tempat

hiburan lainnya. Dan selanjutnya upaya yang dilakukan oleh BPPD yaitu dengan

adanya pelayanan pelaporan pajak hotel melalui e-SATRIA (Elektronik Self

Assessment Tax Reporting Apps) melalui ini wajib pajak tidak perlu datang ke

kantor BPPD tetapi cukup melalui aplikasi tersebut di laman

esatria.bppd.bandung.go.id.

Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu Lasmini, Wuku Astuti

(2019) Pengaruh efektivitas dan kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap

pendapatan asli daerah kabupaten sleman tahun 2015-2016.

4.3.3. Pengaruh kontribusi Pajak Reklame dan Pajak Hotel Terhadap PAD

Pengujian pertama berdasarkan hasil statistik pada analisis regresi linier

berganda diperoleh persamaan regresinya sebagai berikut:


78

Y = 64265,436 + 1,472. X1 + 2,026. X2

Dari Persamaan diatas, menunjukkan bahwa setiap perubahan 1 persen

dalam pajak reklame akan merubah pendapan asli daerah sebesar 1,472 persen

dan untuk X2 setiap perubahan 1 persen pajak hotel akan merubah pendapatan asli

daerah sebesar 2,026 persen.

Pengujian kedua yaitu koefisien korelasi membuktikan adanya pengaruh

kontribusi pajak reklame dan pajak hotel terhadap PAD yaitu dengan nilai

koefisien korelasi sebesar 0,518. Berdasarkan tabel tingkat interpretasi koefisien

korelasi 0,518 berada di interval 0,40 – 0,599. Ini berarti pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen berada pada level SEDANG.

Pengujian Ketiga yaitu pengujian koefisien determinasi didapatkan hasil R

Square 0,268 sedangkan adjusted R Square sebesar 0,242. Dengan melihat hasil R

Square sebesar 0,268 dapat diartikan bahwa pajak reklame dan pajak hotel secara

simultan hanya memberikan kontribusi sebesar 26,8% terhadap Pendapatan Asli

Daerah sedangkan sisanya 0,732 atau 73,2% dipengaruhi oleh variabel lain diluar

dari variabel yang diteliti seperti Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Parkir,

Pajak PBB, Pajak BPHTB, Pajak Penerangan jalan dan Pajak Air Tanah. Dan

koefisien determinasi secara parsial pajak hotel secara parsial memberikan

kontribusi sebesar 0,221 atau 22,1% terhadap PAD.

Pengujian keempat untuk hasil statistik pengujian F atau pengujian secara

simultan menunjukkan hasil Fhitung 8,191 > Ftabel 3,16 yang berarti bahwa variabel

independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Jadi H3


79

diterima yang berarti Kontribusi pajak reklame dan pajak hotel berpengaruh

terhadap PAD.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh

kontribusi pajak reklame dan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah di Kota

Bandung, maka penelitian dapat menarik kesimpulan yaitu:

1. Kontribusi pajak reklame menunjukkan hasil tidak berpengaruh secara

Signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Dapat dilihat di uji T bahwa

nilai thitung < ttabel sebesar 1,746 < 2,002. Tidak berpengaruhnya pajak

reklame terhadap pendapatan asli daerah dikarenakan wajib pajak yang

belum sadar atas kewajibannya memabayar pajak, dan banyaknya

pemasangan reklame yang belum memiliki izin dan dimana pada saat itu

hanya wajib pajak yang dapat dipungut pajaknya berdasarkan yang sudah

memiliki izin saja.

2. Kontribusi pajak hotel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pendapatan asli daerah dengan nilai t-hitung 4,069 > t-tabel 2,002. Dan

hasil koefisien determinasi secara parsial sebesar 0,221 atau 22,1%

terhadap PAD.

3. Kontribusi pajak reklame dan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah

mempengaruhi pendapatan asli daerah. Dapat dilihat dengan hasil R

Square sebesar 0,268 dapat diartikan bahwa pajak reklame dan pajak hotel

secara simultan hanya memberikan kontribusi sebesar 26,8% terhadap

80
81

Pendapatan Asli Daerah sisanya 0,732 atau 73,2% dipengaruhi oleh

variabel lain diluar dari variabel yang diteliti seperti pajak restoran, Pajak

Hiburan, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak

PBB dan Pajak BPHTB.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti

mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk pemerintah kota Bandung perlu adanya peningkatan kinerja dalam

memungut pajak daerah untuk menggali potensi yang ada di kota Bandung

khususnya pajak reklame yang banyak wajib pajak tidak melakukan

pembayaran pajak dengan cara mensosialisasikan kepada wajib pajak

seberapa pentingnya kewajiban membayar pajak dan tata cara

pelaporannya, dll, seperti sosialisasi di tempat-tempat ramai seperti car

free day, sosialisasi via radio, televisi dan lain-lain. Adanya pendataan

ulang mengenai potensi pajak daerah di Kota Bandung khususnya pajak

reklame. Adanya Penataan kembali mengenai tempat mana saja yang

diperbolehkan untuk pemasangan reklame, dan tempat mana saja yang

tidak diperbolehkan.
82

2. Untuk peneliti berharap selanjutnya dapat meneliti variabel-variabel

lainnya selain pajak reklame, pajak hotel dan PAD dan diharapkan

Penelitian ini menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya.

3. Untuk masyarakat khususnya wajib pajak menyadari pentingnya

membayar pajak.
DAFTAR PUSTAKA

Andi Pilham Mauri, Mattalatta, Hasmin. (2017). Analisis Pengaruh Penerimaan


Retribusi Daerah dan Pajak Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan
Asli Daerah Pada Kabupaten Soppeng. Jurnal Mirai Management, Vol 2
No 1 Oktober 2017.
Aris Triyono. (2018). Analisis Pengaruh Kontribusi Pajak Reklame dan Pajak
Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Indragiri Hulu.
Jurnal Manajemen dan Bisni Vol VII No 03 September 2018.
Aznedra. (2017). Pengaruh Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel dan Pajak
Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Wilayah Kota Batam
Tahun 2012- 2014 (Studi kasus Dinas Pendapatan Asli Daerah di Kota
Batam). Dimensi vol 6 no 2: 235-255.
Rizki Indrawan. (2015) Pengaruh Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli
Daerah. Jurnal Portofolio Vol 12 No 2 November 2015.
Jovanty Atteng, David Saerang, Lidya Mawikere. (2016). Analisis Efektivitas dan
Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pedapatan Asli Daerah Di Kota
Manado Tahun 2011-2015. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Vol 16 No 4
Tahun 2016.
Lasmini, Wuku Astuti. (2019). Pengaruh Efektivitas dan Kontribusi Pajak Hotel
dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Sleman Tahun 2015-2016. Jurnal EBBANK Vol 10 No 1 Juni 2019.
Mahmudi. (2019). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Mardiasmo. (2018). Perpajakan. Yogyakarta: Andi.
Peraturan Daerah 08 Tahun 2003 Tentang Pajak Reklame.
Peraturan Daerah 02 Tahun 2010 Tentang Pajak Reklame.
Peraturan Daerah 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.
Peraturan Walikota 727 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak
Reklame.
Peraturan Daerah 27 Tahun 2009 Tentang Pajak Hotel.
Siahaan, Marihot Pahala. (2016). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Siregar, Dr.Baldric. (2015). Akuntansi Sektor Publik Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sujarweni, V Wiratna. (2016). Kupas Tuntas Penlitian Akuntansi dengan SPSS.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Teguh Erawati, Miftah Hurohman. (2017). Pengaruh Pajak Hotel, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Reklame, dan Retribusi Pelayanan

83
84

Persampahan/Kebersihan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten


Bantul. Akuntansi Dewantara Vol 1 No 2 Oktober 2017.
Undang-Undang 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah da Retribusi Daerah.
Yuniati. (2016). Perpajaka, Teori, Konsep, dan Praktik. Bandung: Pena Sakti Ilmu

M Fikry Mauludy. “ Pengawasan Pajak Reklame Masih Rendah”


https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/pr-01295767/pengawasan-pajak-
reklame-masih-rendah-422588?page=2. Diakses 10 April 2018.
Rep-Mat. “BPPD Bandung sebut kesadaran bayar pajak tepat waktu masih
rendah”. https://jabarprov.go.id/index.php/news/21104/2017/02/01/BPPD-
Bandung-Sebut-Kesadaran-Bayar-Pajak-Tepat-Waktu-Masih-Rendah.. Diakses
01 Februari 2017.
http://bpka.bandung.go.id/
LAMPIRAN – LAMPIRAN

HASIL SPSS 23

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Reklame Hotel PAD

N 60 60 60

Normal Parametersa,b Mean 40375,7782 145552,9338 418541,1688

Std.
10649,22103 18033,76778 78971,59485
Deviation

Most Extreme Absolute ,065 ,047 ,107


Differences
Positive ,036 ,047 ,107

Negative -,065 -,037 -,082

Test Statistic ,065 ,047 ,107

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d ,200c,d ,083c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

PAD 418541,1688 78971,59485 60

Reklame 40375,7782 10649,22103 60

Hotel 145552,9338 18033,76778 60

85
86

Correlations

PAD Reklame Hotel

Pearson Correlation PAD 1,000 ,236 ,478

Reklame ,236 1,000 ,080

Hotel ,478 ,080 1,000

Sig. (1-tailed) PAD . ,035 ,000

Reklame ,035 . ,271

Hotel ,000 ,271 .

N PAD 60 60 60

Reklame 60 60 60

Hotel 60 60 60

Variables Entered/Removeda

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 Hotel, Reklameb . Enter

a. Dependent Variable: PAD

b. All requested variables entered.


87

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 ,518a ,268 ,242 68736,27374

a. Predictors: (Constant), Hotel, Reklame

b. Dependent Variable: PAD

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 98647761150,0 49323880575,0


2 10,440 ,000b
72 36

Residual 269306493648, 4724675327,16


57
207 2

Total 367954254798,
59
280

a. Dependent Variable: PAD

b. Predictors: (Constant), Hotel, Reklame


88

Coefficientsa

Standar
dized
Unstandardized Coeffici
Coefficients ents Correlations

Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order

1 (Constant) 64265,436 78053,376 ,823 ,414

Reklame 1,472 ,843 ,199 1,746 ,086 ,236

Hotel 2,026 ,498 ,463 4,069 ,000 ,478

Coefficientsa

Correlations

Model Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant)

Reklame ,225 ,198 ,994 1,006

Hotel ,474 ,461 ,994 1,006

a. Dependent Variable: PAD

Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions

Model Dimension Eigenvalue Condition Index (Constant) Reklame Hotel

1 1 2,949 1,000 ,00 ,01 ,00

2 ,044 8,166 ,04 ,96 ,07


89

3 ,007 20,158 ,96 ,03 ,93

a. Dependent Variable: PAD

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 350818,0625 514876,9688 418541,1688 40890,04710 60

Std. Predicted Value -1,656 2,356 ,000 1,000 60

Standard Error of Predicted


8898,661 29969,031 14740,876 4388,777 60
Value

Adjusted Predicted Value 347385,9375 532343,0000 419057,8793 41907,59908 60

Residual -127456,03906 188054,39063 ,00000 67561,20811 60

Std. Residual -1,854 2,736 ,000 ,983 60

Stud. Residual -1,889 2,842 -,004 1,006 60

Deleted Residual -132904,89063 202880,79688 -516,71050 70861,79698 60

Stud. Deleted Residual -1,934 3,040 ,004 1,033 60

Mahal. Distance ,006 10,232 1,967 1,898 60

Cook's Distance ,000 ,212 ,016 ,033 60

Centered Leverage Value ,000 ,173 ,033 ,032 60

a. Dependent Variable: PAD


90

Charts
91
92
93
94
95
96

Anda mungkin juga menyukai