Scaffolding For Hots

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 33

SADAR IGI 174

Chandra Sri Ubayanti, M.Pd.

SCAFFOLDING FOR HOTS


(Merancah untuk Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi)
Terima Kasih
EKSPEKTASI
+TAHU TENTANG APA
+TAHU MENGAPA
+TAHU BAGAIMANA MENYUSUN
+TAHU BAGAIMANA
MENERAPKAN

Youtube.com

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
FAKTA

http://www.oecd.org
Adakah guru yang
menginginkan
anak didiknya
memiliki level
berpikir rendah?

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
PENDIDIKAN
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(UU No 20/2002 tentang Sisdiknas)


"Saya sama sekali bukan siswa terbaik.
Tulisan tangan saya buruk, dan saya bisa
malas. Banyak guru yang
membosankan. Bukan Pak Tahta.
Kelasnya hidup dan mengasyikkan.
Semuanya bisa diperdebatkan.

https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/03/160308_majalah_guru_hawking "Bersama-sama kami membangun


komputer pertama saya, itu dibuat
dengan sakelar elektro mekanis.
"Berkat Tuan Tahta, saya menjadi
profesor matematika di Cambridge,
dalam posisi yang pernah dipegang
oleh Isaac Newton."

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
KITA DAN ANAK DIDIK

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
TAKSONOMI BLOOM (Anderson
and Krathwohl, 2001)

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
STRATEGI
PEMBELAJARAN HOTS
1) Secara khusus membelajarkan bahasa dan
konsep HOT
2) Merencanakan waktu untuk diskusi dan
mengajukan pertanyaan dalam kelas, untuk
secara khusus membuka ruang berpikir tingkat
tinggi
3) Secara eksplisit mengajarkan konsep
4) Menyediakan scaffolding
5) Secara sadar mengajarkan untuk mendorong
HOTS
(Collins, 2014)

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
SCAFFOLDING

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
SCAFFOLDING
+ Scaffolding merupakan teknik pembelajaran yang didasarkan atas teori
belajar konstruktivisme Vygotsky (1978) yang mengutarakan gagasan
Zone of Proximal Development (ZPD) dan Scaffolding. Vygotsky
(1978) mendefinisikan Zone of Proximal Development sebagai berikut:
+ Zone of Proximal Development is the distance between the actual
developmental level as determined by independent problem solving
and the level of potential development as determined through problem
solving under adult guidance or collaboration with more capable peers.
+ Zone of Proximal Development (ZPD) adalah jarak antara
perkembangan aktual, seperti yang nampak dalam pemecahan masalah
secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial, seperti yang
ditunjukan dalam pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau dengan bekerja sama dengan teman sebaya yang lebih
mampu.
(Dewi, 2019)

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
SCAFFOLDING
+Dalam pembelajaran, scaffolding dapat dikatakan sebagai
jembatan yang digunakan untuk menghubungkan apa yang
sudah diketahui siswa dengan sesuatu yang baru atau yang
akan dikuasai/diketahui siswa.
+Hal yang utama dalam penerapan scaffolding terletak pada
bimbingan guru.

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
SCAFFOLDING (Merancah)
Dukungan yang diberikan kepada siswa pada awal aktivitas
dan secara berkelanjutan mengarahkan siswa untuk
mengambil tanggungjawab untuk bekerja dengan caranya
sendiri.

(Kauchan and Eggins dalam Collins, 2014)


|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
SCAFFOLDING DAN ZPD
(Zona of proximal Development, Vygotsky, 1896-1934)

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
SCAFFOLDING
+memungkinkan peserta didik untuk mendapat bantuan
melalui keterampilan baru atau di luar kemampuannya.
+Konstruksi scaffolding terjadi pada peserta didik yang tidak
dapat mengartikulasikan atau menjelajahi belajar secara
mandiri.
+dipersiapkan oleh guru untuk tidak mengubah sifat atau
tingkat kesulitan dari tugas, melainkan dengan scaffolding
yang disediakan memungkinkan siswa untuk berhasil
menyelesaikan tugas
|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
3 Level Scaffolding
+ Level 1 : Enviromental provisions (Classroom organization, artefacts) Pada level ini scaffolding
diberikan dengan mengondisikan lingkungan yang mendukung kegiatan belajar. Misalkan
dengan menyediakan lembar tugas secara terstruktur serta menggunakan bahasa yang mudah
dimerngerti siswa. Menyediakan media atau gambar-gambar yang sesuai dengan masalah yang
diberikan. Level
+ 2 : Explaining, reviewing, and restructuring Pada level kedua ini terdapat interaksi langsung
antara guru dengan siswa. Bentuk interaksi meliputi : menjelaskan (explaining) yaitu cara untuk
menyampaikan konsep yang dipelajari, meninjau (reviewing) yaitu mengidentifikasi aspek-aspek
yang paling penting berkaitan dengan implisit ide-ide matematika atau masalah yang akan
dipecahkan dan restrukturasi (restructuring) yaitu menyederhanakan sesuatu yang abstrak dalam
matematika menjadi lebih dapat diterima oleh siswa. Bentuk interaksi yang dimaksud yaitu
explaining (menjelaskan), reviewing (meninjau/memeriksa) dan restructuring (membangun ulang
pemahaman).
+ Level 3 : Developing Conceptual Thinking

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
5 Macam Reviewing
a. Looking, touching and verbalishing
Pada interaksi ini guru mendorong siswa untuk menangani suatu permasalahan, merefleksikan apa yang bisa dilihat oleh siswa
dan meminta siswa untuk menceritakan kembali hasil pengamatannya menggunakan bahasa mereka sendiri.
b. Prompting and probing
Pada interaksi ini guru mengarahkan siswa untuk dapat menjelaskan dan melakukan pembenaran. Guru memberikan beberapa
pertanyaan yang mengarahkan pada siswa menuju solusi yang diinginkan. Di sisi lain, pertanyaan tersebut dapat membantu
siswa memperluas pemikiran mereka sendiri.
c. Interpreting students’ action and talk
Pada interaksi ini guru mentafsirkan tindakan dan ucapan siswa. Hal tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan tanya jawab
dengan siswa mengenai tugas yang sedang dikerjakan siswa.
d. Parallel modeling
Pada saat interaksi yang telah dilakukan dirasa tidak cukup mengarah pada solusi yang diharapkan, strategi alternatif yang dapat
digunakan adalah dengan pemodelan yang sama, guru dapat memberi contoh serupa yang dapat dipahami oleh siswa.
e. Students explaining and justifying
Pada interaksi ini guru dapat meningkatkan pemahaman siswa melalui belajar kelompok (diskusi). Melalui diskusi tersebut, siswa
akan secara aktif berpartisipasi dan memperjelas pemikiran mereka. Di samping itu, melalui diskusi, guru juga dapat mengetahui
pemahaman individu.

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
4 Macam Restructuring
a. Providing meaningfull contexts
Saat siswa dapat dihadapkan pada suatu permasalahan matematika yang abstrak dan siswa tidak
dapat menyelesaikannya, guru dapat menangani hal tersebut dengan membuat permasalah yang
abstrak tersebut menjadi permasalahan yang lebih konkret sesuai dengan hal-hal yang telah siswa
ketahui.
b. Simplifying the problem
Saat siswa tidak berhasil menyelesaikan suatu permasalahan, guru dapat membantu siswa dengan
menyederhanakan permasalahan tersebut. Cara yang dapat digunakan adalah mereduksi hal-hal
yang kurang relevan dan lebih memfokuskan pada hal-hal yang relevan.
c. Rephrasing students talk
Pada interaksi ini peran penting guru adalah mengamati proses siswa dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Guru dapat melakukan tanya jawab berkaitan dengan proses siswa menyelesaikan
masalah tersebut.
d. Negotiating meanings
Pada Pada interaksi ini, guru melakukan negoisasi makna dengan siswa sebelum dilakukan
penggeneralisasian. Kegiatan ini dilakukan guru untuk menghindari kesalahpahaman mengenai
suatu permasalahan

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
Bentuk Scaffolding
1. Gunakan Scaffolding
a) Selama pembelajaran di awal, dengan contoh-contoh
bervariasi untuk mendeskripsikan proses berpikir yang
diinginkan
b) Hanya saat dibutuhkan, dengan cara mengecek
pemahaman dan jika memang perlu, menyediakan contoh
dan penjelasan tambahan
c) Untuk membangun apa yang menjadi kekuatan pada siswa,
dan mengakomodasi apa yang menjadi kekurangan siswa
|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
Bentuk Scaffolding
2. Menyedakan presentasi dan diskusi yang terstruktur pada tugas-
tugas berpikir, seperti:
a) Secara visual menampilkan dan mengorganisasi masalah dalam
contoh yang konkrit misalnya dengan menggambar, membuat grafik,
hirarki atau tabel
b) Mendemonstrasikan bagaimana membongkar masalah berpikir ke
dalam tahapan-tahapan yang sesuai menggunakan beberapa contoh
dan mendorong siswa untuk membuat contoh lain
c) Mendiskusikan contoh-contoh masalah dan solusinya, menjelaskan
sifat dasar suatu masalah secara detail dan menghubungkan solusi
yang didapat dengan masalah yang diberikan. Hal ini dapat
mengurangi ketergantungan siswa kepada guru

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
Bentuk Scaffolding
3. Menyediakan kesempatan untuk berlatih memecahkan masalah
a) Menyediakan latihan yang terarah sebelum latihan yang bebas untuk
siswa
b) Memberikan respon yang singkat saja selama kurang lebih 30 detik
untuk setiap permintaan bantuan dari siswa
c) Memberikan secara rutin, pekerjaan rumah yang merupakan
pengembangan logis dari pekerjaan yang sudah dikerjakan di sekolah
d) Menghubungkan latihan dengan masalah yang lebih kompleks, situasi
nyata sehari-hari

(Supinah,dkk. (2021). Bahan Ajar Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dalam


Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA. Yogyakarta: PPPPTK Matematika Dirjen |
GTK Kemendikbud) SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
ILUSTRASI

https://www.youtube.com/watch?v=rVaRdVt6Ihw
|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
PERTANYAAN
+Bagaimana penerapan scaffolding dalam pembelajaran HOT?

https://www.desmos.com/

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
SIMBOL RESPON DESMOS

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
Bagaimana merancang scaffolding dalam
pembelajaran HOT?
+Mulai dari KD dan KKO (sumbu simetri)

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
KKO

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
MARI MERASAKAN PENGALAMAN
BERDESMOS-RIA

+https://student.desmos.com/join/c6v47r

+https://student.desmos.com/join/k7s9wp
REFERENSI
+ Anghileri, J. (2006). Scaffolding practices that enhance mathematics learning. Journal of Mathematics
Teacher Education, 9(1), 33–52. https://doi.org/10.1007/s10857-006-9005-9

+ Collins, R. (2014). Curriculum & Leadership Journal | Skills for the 21st Century: teaching higher-order
thinking. Curriculum & Leadership Journal.
http://www.curriculum.edu.au/leader/teaching_higher_order_thinking,37431.html

+ Dewi, T. M. (2019). Pemberian Scaffolding dalam Pemecahan Masalah Soal Cerita pada Pokok Bahasan
Persamaan Linear Satu Variabel di Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. In Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Pengetahuan Alaman FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. https://repository.usd.ac.id/38157/2/131414037_full.pdf

+ Supinah, Sumardyono, & Sumarni, E. (2021). Bahan Ajar Ketermpilan Berpikir Tingkat Tinggi dalam
Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA (Joko Purnomo (PPPPTK Matematika Yogyakarta) (ed.)). Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021
Thank You

https://www.facebook.com/chandra.ubayanti/

csubayanti@gmail.com

|
SADAR IGI 174 | 02 JUNI 2021

Anda mungkin juga menyukai