Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK


Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Pembelajaran Tematik
Dosen pengampu : Sunanih, M.Pd.

Disusun oleh :
Amelia Aisyah Nurapandi C2186206050
Risma Rasyan Septiani C2186206008
Fitri Rahmawati C2186206033
Dila Rosyida C2186206058
Salsabila C2186206070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul: “Karakteristik Pembelajaran Tematik”. Makalah ini kami susun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Pembelajaran Tematik.
Kami menyadari bahwa didalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik dan oleh karena itu dengan rendah hati kami berharap kepada pembaca untuk
memberikan masukan, saran dan kiritik yang sifatnya membangun guna penyempurnaan
makalah ini.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Tasikmalaya, 01 November 2022

Penulis

1
2

DAFTAR ISI
3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada
rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ,
EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat
perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu
memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung
kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung. Saat ini,
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I –III untuk setiap mata pelajaran dilakukan
secara terpisah. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala
sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran
secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan
membuat kesulitan bagi peserta didik. Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang
terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka
mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta
didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Dengan demikian
dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan,
maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yaitu kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai
jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik.
Dewasa kini banyak sekolah yang belum melaksanakan pembelajaran tematik,
padahal oleh pemerintah telah dianjurkan.Guru-guru dikelas rendah banyak mengalami
kendala untuk melakukan pembelajaran tematik, karena kurangnya wawasan dan pemahaman
pentang pemebelajaran tematik.Oleh karena itu dengan adanya makalah ini, penulis berharap
para pembaca atau para calon guru yang membaca makalah ini dapat memahami tentang
pembelajaran tematik dan bisa mengebangkan dan menerapkan pembelajaran tematik ini di
lapangan (sekolah) untuk kelas rendah.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja Karakteristik Pembelajaran Tematik?
2. Bagaimana Model Pembelajaran Tematik?
C. Tujuan Penulisan
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan :
4

1. Untuk mengetahui apa saja Karakteristik Pembelajaran Tematik?


2. Untuk mengetahui bagaimana Model Pembelajaran Tematik?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa isi mata pelajaran dengan pengalaman kehidupan sehari-hari
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Menurut Depdiknas
(2006) pembelajaran tematik di kelas awal sebagai suatu model pembelajaran di sekolah
dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek
belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan
kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct
experiences).Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang
nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu
jelas.Fokus  pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling
dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam
suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-
konsep tersebut secara utuh.Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan
ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan
siswa berada.
6. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Pembelajaran tematik mengadopsi prinsip belajar PAKEM yaitu pembelajaran aktif,
kreatif, efektif, dan dan menyenangkan.

5
6

1) Aktif : Bahwa dalam pembelajaran peserta didik aktif secara fisik dan mental
dalam hal mengemukakan penalaran (alasan), menemukan kaitan yang satu
dengan yang lain, mengkomunikasikan ide/gagasan, mengemukakan bentuk
representasi yang tepat dan menggunakan semua itu untuk memecahkan
masalah.
2) Efektif artinya berhasil mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.
3) Kreatif berarti dalam pembelajaran peserta didik melakukan serangkaian
proses pembelajaran secara runtut dan berkesinambungan.
4) Menyenagkan bertarti terpesona dalam keindahan, kenyamanan dan
kemanfaatannya sehingga mereka terlibat dengan asyik dalam belajar sampai
lupa waktu, penuh percaya diri dan tertantang untuk melakukan hal yang
serupa atau hal-hal yang lebih berat lagi.

B. Model – Model Pembelajaran Tematik.


Menurut hasil pengkajian Tim Pengembang PGSD (1997), terdapat tiga model
pembelajaran terpadu yang nampaknya cocok atau tepat diterapkan di sekolah dasar kita
yaitu model jaring laba-laba (webbing), model keterhubungan (connected), dan model
keterpaduan (integrated). Dibawah ini diuraikan ketiga model pembelajaran terpadu
tersebut beserta kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaannya.
1. Model Keterhubungan (Connected)
Model connected adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan
untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu tema dengan tema yang
lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugas atau proyek yang dilakukan
dalam satu dengan tugas-tugas atau proyek yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan
ide-ide yang dipelajari dalam satu semester berikutnya di dalam satu mata pelajaran.
Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat
dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Seperti butir-butir pembelajaran
kosakata, struktur, membaca, menulis dan mengarang dapat dipayungkan pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan
keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa Indonesia yang baik. Hanya sasja
pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tersebut tidak
berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan
proses pembelajarannya secara terpadu. (Rusman. 2016. Pembelajaran Tematik Terpadu
Teori, Praktik, dan Penilaian.)
7

Kelebihan yang diperoleh dalam model connected ini adalah adanya hubungan antara
ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas,
menyeluruh dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk
melakukan pendalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara
bertahap. Kelemahannya Guru tidak didorong untuk bekerja secara bersama-sama
sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide
antara mata pelajaran. Tokoh yang mengembangkan model connected adalah Robert
Maynard Hutchins.
2. Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Model webbed adalah model pembelajaran terpadu menggunakan pendekatan tematik.
Model pembelajaran terpadu yang pengembangannya dimulai dengan menetukan tema
tertentu yang menjadi tema sentral bagi keterhubungan muatan berbagai mata pelajaran.
Modul pembelajaran ini menggunakan pendekatan tematik. Model ini sejalan dengan
pembelajaran tematik terpadu yang dikembangkan dalam kurikulum 2013 jenjang SD.
Model jaring laba-laba ini dimulai dengan menentukan tema, yang kemudian
dikembangkan menjadi subtemadengan memerhatikan keterkaitan tema tersebut dengan
muatan mata pelajaran yang terkait. Dari subtema tersebut diharapkan kegiatan
pembelajaran dan aktivitas siswa dapat berkembang dengan sendirinya.
Model webbed bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemandu materi/bahan pelajaran
dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan
pembelajaran baik dalam muatan berbagai mata pelajaran tertentu maupun lintas mata
pelajaran.
Kelebihan dari model jaring laba-laba dalam mengintegrasikan kurikulum adalah :
1) faktor motivasi belajar siswa sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik
perhatian siswa, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya
pemilihan tema yang didasarkan pada minat dan kebutuhan siswa
2) mudah dilakukan guru baik perencanaan maupun pelaksanaannya
3) mempermudah siswa dalam memahami materi atau muatan-muatan mata
pelajaran yang dipadukan dalam sebuah tema.
Sedangkan kekurangan model webbed adalah :
1) banyak guru sulit memilih tema. Mereka cenderung menyuguhkan tema yang
dangkal, sehingga kurang bermafaat bagi siswa
2) guru seringkali terfokus pada kegiatan pembelajaran, sehingga pengembangan
materi atau konsep menjadi terabaikan
8

3) guru seringkali mengalami kesulitan mengembangkan tema yang telah ditetapkan.


Idealnya tema-tema yang ditetapkan berisi muatan berbagai mata pelajaran yang
diintegrasikan/dipadukan. Model webbed dikembangkan oleh Lyndon B.Johnson.
3. Model Keterpaduan (Integrated)
Model integrated merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan antar-bidang studi. Model ini memadukan berbagai bidang studi
berdasarkan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih. Pemaduan
sejumlah topic dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah
topic tertentu. Topic evidensi yang semula terdapat dalam mata pelajarn Matematika,
Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat
muatan kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu,
misalnya Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan
bagian mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang
dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam dan sebagainya. Dalam
hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata
pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik
dikembangkan di Sekolah Dasar. (Majid, Abdul. 2014.Pembelajaran Tematik.)
Model pembelajaran terpadu ini menggunakan pendekatan antarmatapelajaran. Model
ini diusahakan dengan cara menggabungkan beberapa mata pelajaran yaitu dengan
menetapkan prioritas dari kurikulum dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap
yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran. Pada awalnya, guru
menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu
semester dari beberapa mata pelajaran misalnya: matematika , IPA, IPS dan bahasa.
Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan nilai sikap yang memiliki
keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai mata pelajaran.
Kelebihan dari model ini yaitu: (1) memudahkan siswa untuk mengarahkan
keterkaitan dan keterhubungan di antara berbagai muatan mata pelajaran; (1)
memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di antara
berbagai muatan mata pelajaran; (2) memungkinkan pemahaman antarmata
pelajaran ; (3) mampu membangun motivasi siswa. Sedangkan kelemahanya, yaitu:
(1) model ini sangat sulit diterapkan secara penuh; (2) menuntut guru kreatif, percaya
diri dan menguasai konsep, sikap dan keterampilan; (3) menghendaki tim antarmata
9

pelajaran yang terkadang sulit dilakukan, baik dalam perencanaan maupun


pelaksanaan. Model integrated dikembangkan oleh John Milton.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa isi mata pelajaran dengan pengalaman kehidupan sehari-hari sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dalam Model Pembelajaran Tematik
di kelas awal yang diterbitkan Balitbang Diknas, tahun 2006 dikemukakan bahwa sebagai
suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-
karakteristik sebagai berikut : berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung,
pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran,
bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa,
menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah kami selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ainamulyana.info/2013/03/pengertian-dan-prinsip-prinsip-mengajar.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai