Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PEMBELAJARAN TEMATIK

“Penilaian dalam Pembelajaran Tematik”

Disusun oleh:

Nama: NIM:

Febpi Puspita 20591070


Gita Triananda 20591080
Khanik Fitri Yani 20591096
Melati Putri Indah Sari 20591113

Kelompok : 5 (Lima)
Kelas : 5A (Lima A)

Dosen Pengampuh :

Mata Kuliah : Pembelajaran Tematik

PRODI PGMI 5A
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

TAHUN 2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehinga penyusunan tugas Makalah yang berjudul
Penilaian dalam Pembelajaran Tematik pada mata kuliah Pembelajaran Tematik
oleh kami dari kelompok 5 (Lima) dapat diselesaikan pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Ibu .... pada mata kuliah Pembelajaran Tematik. Saya mengucapkan terima
kasih kepada Ibu......... selaku dosen bidang studi Pembelajaran Tematik yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini penulis susun untuk menambah pengetahuan pembaca


mengenai materi kami yang berjudul “Penilaian dalam Pembelajaran
Tematik”. Penulis mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca mengenai
materi yang kami buat karena semi makalah kami yang masih belum sempurna.
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Curup, 07 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penilaian sangatlah penting dilakukan oleh guru, karena tanpa penilaian guru
tidak akan bisa melihat kompetensi peserta didik yang sudah berkembang atau
tidak sama sekali. Maka penilaian sangatlah bermanfaat bagi guru jika dilakukan.
Salah satu manafaatnya ialah guru akan mengetahui materi yang sudah diajarkan
selama pembelajaran dilaksanakan dapat dimengerti peserta didik atau tidak.
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
secara sistematis, akurat dan berkesinambungan. Penilaian hasil belajar
diharapkan memudahkan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi (HOTS). Karena berpikir tingkat tinggi akan membuat peserta didik
mampu mengungkapkan argumentasi, melakukan refleksi, dan memberikan
keputusan yang tepat. Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order
thinking skils adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa. Kemampuan
berpikir tingkat tinggi akan membuat siswa memiliki kemampuan berpikir. Siswa
yang memiliki kemampuan berpikir adalah siswa yang mampu menerapkan
pengetahuan yang telah diketahui dan mengembangkannya menjadi keterampilan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konsep pembelajaran tematik?
2. Apa saja prinsi-prinsip pembelajaran tematik?
3. Apa saja sasaran penilaian dalam pembelajaran tematik?
4. Bagaimana prosedur pengembangan dan format penilaian pembelajaran
tematik di SD?
C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yang berjudul “Penilaian


dalam pembelajaran tematik” adalah sebagai berikut:

a) Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pembelajaran Tematik”


b) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang “Penilaian dalam
pembelajaran tematik”
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep, Prinsip dan Sasaran penilaian dalam Pembelajaran tematik


1. Konsep Pembelajaran Tematik

Konsep pembelajaran tematik adalah merupakan pengembangan dari


pemikiran dua orang tokoh pendidikan, yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep
pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep
pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik merupan suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik dalam intra
mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu
peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh
sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik.

Bermakna di sini memberikan arti bahwa pada pembelajaran tematik,


peserta didik dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dannyatayangmenghubungkanantar konsep-konsep dalam
intra maupun antar matapelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan
konvensional, maka pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada
keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik aktif
terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan.

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 35), menyatakan bahwa


pengalaman belajar peserta didik menempati posisi penting dalam usaha
meningkatkan kualitas lulusan. Untuk itu pendidik dituntut harus mampu
merancang dan melaksanakan pengalaman belajar dengan tepat. Setiap peserta
didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di
masyarakat, dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di
sekolah. Oleh sebab itu, pengalam belajar di sekolah sedapat mungkin
memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai kecakapan untuk berkarya.
Kecakapan ini disebut dengan kecapan hidup yang cakupannya lebih luas
dibanding hanya sekedar keterampilan.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan


tema-tama tertentu, dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata
pelajaran. Sebagai contoh, tema "Air" dapat ditinjau dari mata pelajaran Fisika,
Kimia, Biologi dan Matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari
bidang studi lain, seperti IPS, Bahasa, Agama dan Seni. Pembelajaran tematik
menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan
kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan dinamika
dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema


dalam mentautkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau
gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983: 72).
Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya:

1) Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu


2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama
3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mentautkan
matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik
5) Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena
materi disajikan dalam konteks tema yang jelas
6) Peserta didik mampu lebih bergairah belajar, karena dapat berkomunikasi
dalam situasi nyata untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu
mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain
7) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaan.

Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas rendah oleh Badan


Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ini tidak lepas dari perkembangan akan
konsep pembelajaran tematik. Menilik perkembangan konsep pendekatan tematik
di Indonesia, pada saat ini model pembelajaran yang dipelajari dan berkembang
adalah model pembelajaran tematik yang dikemukakan oleh Fogarty (1990).
Model pembelajaran tematik yang dikemukakan oleh Fogarty ini berawal dari
konsep pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989). Jacob
(1989) dan Fogarty (1991) berpendapat bahwa wujud penerapan pendekatan
integratif itu bersifat rentangan (continuum).

Fogarty (1991) menyatakan bahwa ada 10 model integrasi pembelajaran, yaitu


model fragmented, connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded,
integrated, immersed, dan networked. Model-model itu merentang dari yang
paling sederhana hingga yang paling rumit, mulai dari separated-subject sampai
eksplorasi ketematikan antar aspek dalam satu bidang studi (model fragmented,
connected, nested), model yang menerpadukan antar berbagai bidang studi (model
sequenced, shared, webbed, threaded, integrated), hingga menerpadukan dalam
diri pembelajar sendiri dan lintas pembelajar (model
immersed dan networked).

2. Prinsip Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik sebagaimana pendekatan lainnya juga mempunyai


prinsip-prinsip yang dianut sehingga terlihat perbedaan yang mendasar dengan
pendekatan pembelajaran lainnya. Dalam menerapkan dan melaksanakan
pembelajaran tematik, ada empat prinsip dasar yang perlu diperhaikan yaitu ;

1) Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan


2) Bentuk belajar dirancang agar murid menemukan tema
3) Efisiensi
4) Evaluasi
5) Prinsip Reaksi1

Prinsip-prinsip pembelajaran tematik diatas merupakan kerangka dasar yang harus


diperhatikan dalam pendekatan tematik. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas
berikut ini akan diuraikan kelima prinsip dasar tersebut.

1) Prinsip Penggalian Tema

Pembelajaran tematik harus memiliki tema sebagai alat pemersatu beberapa


mata pelajaran atau bahan kajian. Dalam terminologi kurikulum lintas bidang
studi, tema yang demikian sering disebut sebagai pusat acuan dalam proses
pembaharuan atau pengintegrasian sejumlah mata pelajaran. Prinsip penggalian
tema merupakan prinsip utama fokus dalam pembelajaran tematik. Artinya, tema-
tema yang saling tumpang tindih dan keterkaitan menjadi target utama dalam
pembelajaran. Dengan demikian, dalam penggalian tema tersebut hendaknya
memperhatikan berberapa persyaratan, sebagai berikut:

a) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan
untuk memadukan banyak mata pelajaran.
b) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji
harus memberikan bekal bagi murid untuk belajar selanjutnya.
c) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
d) Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak.
e) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa
otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.
f) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku
serta harapan masyarakat (Asas relevansi)
g) yang dipilih hendaknya mempertimbangkan ketersediaan sumber
belajar."2

1
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik, Tematik pembelajaran efektif dalam kurikulum 2004 (Malang :
Bayumedia Publishing, 2005). Hlm. 11
2
Dr.Ahmad Sulhan, S.Ag., M.Pd , Ahmad Khalakul Khairi, M.Ag, Konsep dasar pembelajaran
tematik di sekolah dasar SD/MI.
2) Prinsip Terintegrasi dengan Lingkungan.

Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan,


maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi
murid atau ketika murid menemukan masalah dan memecahkan masalah yang
nyata dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran Integrited
Curriculum, pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau topik tertentu. Sajian
dalam pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kehidupan anak. Disamping
itu pembelajaran dapat memotivasi belajar. Dengan menggunakan tema tersebut
dapat memberikan kemudahan pada anak dalam melihat kegiatan-kegiatan dan
ide-ide berbeda yang terkait. Sehingga dapat menyelesaikan permasalahan anak di
luar sekolah."3

3) Prinsip Pengelolaan Pembelajaran

Bentuk belajar harus dirancang agar murid bekerja secara sungguh sungguh
untuk menemukan tema pembelajaran yang nyata sekaligus mengaplikasikannya.
Dalam melakukan pembelajaran tematik murid didorong untuk mampu.
Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan
dirinya dalam keseluruhan proses, artinya, guru harus mampu menempatkan diri
sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Karena itu, menurut
Prabowo, bahwa dalam pengelolaan pembelajaran hendaklah guru berlaku sebagai
berikut:

a) Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi


pembicaraan dalam proses pembelajaran.
b) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok jelas dalam setiap
tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok

3
Depdikknas, Pembelajaran terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar, (Jakarta,
Depdiknas,1999) hlm.32
c) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkandung sama sekali
tidak terpikirkan dalam perencanaan.
4

4) Prinsip Reaksi

Reaksi murid atas aktivitas-aktivitas pembelajaran (Principle of Reaction).


selama fase murid memberi contoh cara menyusun konsep, dan memberanikan
murid untuk membandingkan konsep-konsep mereka. Tetapi dalam beberapa
model mungkin murid terlibat langsung bersama murid lain untuk menyeleksi
konsep-konsep itu serta membantu mereka dalam kegiatan-kegiatannya.

Prinsip reaksi itu akan membantu memilih reaksi-reaksi apa yang efektif
dilakukan murid. Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku
secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena
itu guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi
terhadap aksi murid dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang
sempit melainkan kesuatu satuan yang utuh dan bermakna. pembelajaran tematik
memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk
memunculkan kepermukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring.

5) Prinsip Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan informasi mengenai proses


pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan
terhadap peserta didik dan sejauh manakah perubahan tersebut mempengaruhi
kehidupan peserta didik. Evaluasi pembelajaran hendaknya dilakukan secara
sistematis dan terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa evaluasi
pendidikan secara garis besar melibatkan tiga unsur yaitu input, proses, dan out
put. Apabila prosedur yang dilakukan tidak bercermin pada tiga unsur tersebut,
maka dikhawatirkan hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu

4
Sukro Muhab et all, Op.cit, hlm.136
menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses
pembelajaran."

Tehnik dan alat penilaian yang dapat digunakan pendidik sebagai sarana untuk
memperoleh informasi tentang keadaan belajar peserta didik. Seperti teknik tes
objektif, essay dan sebagainya, di samping itu ada tehnik non tes seperti
pengamatan, angket dan lain sebagainya. Penggunaan berbagai teknik dan alat itu
harus disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang
dilakukan peserta didik. dan banyaknya jumlah materi pembelajaran yang sudah
disajikan.

Melihat pentingnya dan vitalnya fungsi dari evaluasi, maka seorang guru
dituntut untuk dapat membuat alat evaluasi pembelajaran yang berkualitas serta
sesuai dengan karakteristik pokok bahasan. Dalam hal ini maka seorang guru
perlu menguasai berbagai model evaluasi pembelajaran tematik yang arahkan
mengevaluasi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Dengan demikian, kegiatan pembelajaran tematik perlu dievaluasi. Evaluasi


dapat memberikan motivasi bagi guru maupun bagi murid, mereka kan lebih giat
belajar, meningkatkan proses berfikirnya. Guru harus mampu melaksanakan
evaluasi atau penilaian secara efektif. Dan menggunakan hasil penilaian untuk
perbaikan pengajaran. Dengan evaluasi guru juga dapat mengetahui prestasi dan
kemajuan murid, sehingga dapat bertinak tepat bila murid mengalamai kesulitan
belajar." Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan murid, dan prestasinya, hasil
rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri.
Dengan umpan balik, guru dapat meneliti dirinya, dan berusaha memperbaiki
dalam perencanaan maupun tekhnik penyajiannya. Dalam evaluasi pembelajaran
tematik diperlukan beberapa langkah-langkah positif antara lain:

1) Memberi kesempatan kepada murid untuk melakukan evaluasi diri


(SelfEvaluation) disamping benuk evaluasi lainnya.
2) Guru perlu mengajak murid untuk mengevaluasi perolehan belajar yang
telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang
akan dicapai.

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan


pembelajaran tematik di sekolah dasar (SD/MI), terutama pada saat penggalian
tema-tema perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan
untuk memadukan matapelajaran.
2) Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi peserta didik untuk belajar selanjutnya.
3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4) Tema yang dikembangkan harus mampu menunjukkan sebagian besar
minat peserta didik.
5) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa
otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.
6) Tema yang dipilih hendaknya memepertimbangkan kurikulum yang
berlaku serta harapan masyarakat.
7) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan
sumber belajar.

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran tematik perlu diperhatikan prinsip-


prinsip sebagai berikut:

a) Guru hendaknya tidak bersikap otoriter atau menjadi single actor yang
mendominasi aktivitas dalam proses pembelajaran.
b) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam
setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok.
c) Guru perlu bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama
sekali tidak terfikirkan dalam perencanaan pembelajaran

Dalam proses penilaian pembelajaran tematik, perlu diperhatikan prinsip-prinsip


sebagai berikut:
1) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penilaian
diri (self-evaluation) disamping bentuk penilaian lainnya.
2) Guru perlu mengajak para peserta didik untuk menilai perolehan belajar
yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan
atau kompetensi yang telah disepakati.

Konsep pembelajaran tematik adalah merupakan pengembangan dari


pemikiran dua orang tokoh pendidikan, yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep
pembelajaran

interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik merupan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara
sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik dalam intra mata pelajaran maupun
antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan
memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran
jadi bermakna bagi peserta didik.

Bermakna di sini memberikan arti bahwa pada pembelajaran tematik,


peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep-konsep
dalam intra maupun antar matapelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan
konvensional, maka pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada
keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik aktif
terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan.

3. Sasaran Penilaian dalam Pembelajaran Tematik

Sasaran penilaian dalam pembelajaran tematik dapat dan harus difokuskan


kepada penilaian proses maupun produk pembelajaran sebagai mana yang terlihat
dalam tabel berikut : (Trianto, 2007 :125)
Tabel Cakupan Penilaian Terpadu

Tahapan Perencanaan Pelaksanaan


Sasaran
Proses Bagaimana siswa berpartisipasi dalam Bagaimana aktivitas,
menentukan tema-tema terkait. dinamika, interaksi, dan
kecakapan berpikir
siswa?
Produk Bagaimana reaksi siswa terhadap Perubahan atau
rencana yang telah dibuat? perkembangan perilaku
1) Aspek kognitif/Intelektual apa yang terjadi pada
2) Aspek sosial siswa?
3) Aspek etis
4) Aspek pribadi, dan yang lainnya
sebagai dampak instruksional
maupun dampak pengiring.

Merujuk pada cakupan penilaian pembelajaran terpadu seperti tertera pada


tabel di atas, penilaian terpadu akan bersifat multidimensional, berlangsung dalam
konteks yang otentik (alami), kolaboratif, dan berorientasi pada perkembangan
dan lingkungan budaya siswa. Pada pembelajaran terpadu penekanan penilaian
akan terletak baik pada proses maupun hasil. Karena aspek perilaku yang menjadi
sasaran penilaian banyak ragamnya, maka diperlukan teknik dan alat penilaian
yang beragam pula. Kegiatan evaluasi dimulai dengan pengamatan langsung yang
bersifat informal sampai kepada tes formal yang valid dan reliable (terstruktur dan
terkendali). (Depdikbud dalam Hernawan, 2007: 5.7)

Pada pembelajaran terpadu sebagaimana dikemukakan diatas mencakup


penilaian terhadap proses dan produk dengan sasaran peserta didik dan guru
berkaitan dengan program pengajarannya. Penilaian ini harus dilakukan secara
informal, rasional, dan tidak rancu sebagaimana yang dikemukakan Mathews
dalam Hernawan (2007: 5.7) berikut ini.
1. Penilaian Proses

Sasaran yang dinilai dalam penelitian proses adalah tingkat efektivitas


kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Penilaian
proses merupakan upaya mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar
siswa yang selanjutnya digunakan untuk keperluan perbaikan pelaksanaan
kegiatan belajar. Penilaian proses terdiri dari:

a. Terhadap siswa

Penilaian terhadap siswa sebagai pembelajar mencakup penilaian yang berkaitan


dengan:

a) Perkembangan konseptual anak


b) Tingkat kemampuan mengadapai tantangan
c) Interaksi siswa dengan siswa lainnya
d) Kemampuan anak berkomunikasi
e) Kerasionalan argumen/alasan
f) Kerjasama dan kekompakan serta produktivitas kegiatan kelompok
g) Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok
h) Penggunaan bahasa dengan baik dan benar sesuai tingkat kemampuan
siswa.

b. Penilaian terhadap guru

Penilaian terhadap guru mencakup hal-hal yang berkitan dengan:

a) Proses pembelajaran
b) Pendekatan dan metode yang digunakan
c) Materi pembelajaran yang mencakup: pemilihab tema, topik, dan unit.
d) Kelengkapan pembelajaran yang disesuaikan guru.
e) Penilaian terhadap Produk Kegiatan
Sasaran yang dinilai dalam penilaian hasil belajar adalah tingkat penguasaan
peserta didik tentang apa yang telah dipelajarinya. Penilaian hasil belajar
merupakan upaya pengumpulan indormasi untuk mengetahui seberapa jauh
pengetahuan dan kemampuan yang telah dikuasai siswa pada setiap akhir
pembelajaran. Penilaian terhadap produk ini meliputi:

1. Penilaian terhadap siswa dilakukan melalui pengamatan terhadap hasil


belajar yang tergambar melalui:

a) Kemampuan menulis laporan


b) Kemampuan menyatakan gagasan dalam bentuk gambar, diagram, grafik
dan simbol lainnya.
c) Rekaman, vidio, kaset hasil unjuk kerja siswa.

2. Penilaian terhadap guru dilakukan berdasarkan hasil:

a) Daftar cek yang dilakukan oleh rekan guru lainnya terhadap strategi dan
pengelolaan belajar mengajar yang telah dilakukan.
b) Masukan dari anak, orang tua, dan rekan guru lainnya berkaitan dengan
strategi dan proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Berdasarkan paparan diatas, penilaian yang dilakukan hendaknya valid,


mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka, dan
berkesinambungan sebagaimana yang disarankan dalam penilaian berbasis kelas
(PBK). Kuswari dalam Hernawan (2007: 5.9) mengemukakan bahwa PBK
merupakan suatu penilaian berdasarkan suatu pengumpulan, pelaporan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa yang diperoleh melalui
pengukuran bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. PBK
secara umum bbertujuan untuk memberikan penghargaan terhadap pencapaian
belajar siswa dan memperbaiki program dari kegiatan belajar tersebut.

Sedangkan secara khusus, PBK bertujuan untuk memberikan :

a. Informasi tentang kemajuan belajar siswa


b. Informasi yang dapat digunakan untuk memberikan kemajuan belajar lebih
lanjut.
c. Motivasi belajar siswa dan melakukan pemberian bimbingan yang lebih
tepat.

Menurut Hernawan (2007:5.9) mengemukakan bahwa fungsi PBK bagi siswa


dan guru adalah untuk :

a. Membantu siswa dalam mewujudkan dirinya dengan mengubah atau


mengembangkan perilakunya kearah yang lebih baik dan maju
b. Siswa mendapatkan kepuasan atas apa yang dikerjakannya
c. Membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang
dilakukannya telah memadai atau tidak, dan
d. Membantu guru membuat pertimbangan dan keputusan administrasi.

Dengan mengaju pada paparan diatas, penilaian yang dilakukan dalam


pembelajaran terpadu diharapkan dapat mengidentifikasi pencapaian kompetensi
dan hasil belajar yang harus dikuasai anak secara seimbang dalam tiga ranah
dengan menggunakan berbagai bentuk model alat penilaian yang tepat.

B. Prosedur Pengembangan dan format penilaian pembelajaran tematik


di SD.
1. Tahap Perencanaan Pembelajaran Tematik

Hal pertama yang perlu diperhatikan guru dalam merancang pembelajaran di


sekolah dasar adalah kejelian dalam mengidentifikasi dan menetapkan kompetensi
dasar serta indikator setiap mata pelajaran yang akan dipadukan. Dalam tahap ini
dilakukan persiapan, yaitu sebagai berikut:

a) Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dalam Tema

Dimana kegiatan pemetaan ini dilakukan, digunakan untuk memperoleh


gambaran secara menyeluruh dan utuh dari semua standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator dari berbagai tema mata pelajaran yang dipadukan
dalam tema yang dipilih. Kegiatan pemetaan berupa penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar kedalam indikator. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan indikator: pertama, indikator dikembangkan
sesuai dengan karakteristik peserta didik; kedua, indikator dikembangkan sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran; ketiga, dirumuskan dalam kata kerja
operasional yang terukur/dapat diamati. Adapun cara menentukan tema pada
pembelajaran tematik adalah: pertama, mempelajari standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran dilanjutkan
menentukan tema yang sesuai; kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema
pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerja sama
dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Dalam menentukan tema dibutuhan juga sebuah perinsip penentuan tema agar
tema sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Adapun prinsip penentuan
tema adalah sebagai berikut:

1. Pertama, memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa


2. Kedua, dariyang termuda menuju yang sulit
3. Ketiga, dari yang sederhana menuju yang kompleks;keempat, dari yang
kongkrit menuju ke yang abstrak
4. Kelima, tema yang dipilih harusmemungkinkan terjadinya proses berpikir
pada diri siswa
5. Keenam, ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan
siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.

b) Penetapan Jaringan Tema

Jaringan tema adalah pola hubungan antara tema tertentu dengan sub-sub
pokok bahasan yang diambil dari berbagai bidang studi terkait. Membuat jaringan
tema merupakan bagian integral model-model pembelajaran terpadu yang banyak
digunakan.Dalam pembelajaran terpadu, eksplorasi topik atau tema menjadi alat
pemacu utama bagi pelaksanaannya.
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-
masing mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan
tersebut dibuat dalam bentuk bagan atau jaringan tema yang memperlihatkan
kaitan antara tema dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran. Tidak
hanya itu, dalam pemetaan ini harus tampak juga hubungan tema dengan indikato-
indikator pencapaiannya.

c) Menyusun Silabus

Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi, kompetensi dasar


yang ingin dicapai, dan pokok-pokok materi yang perlu di pelajari siswa.Dalam
menyusun silabus perlu didasarkan pada matriks atau bagan keterhubungan yang
telah dikembangkan. Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa
dikaitkan dalam pembelajaran tematik disusun dalam silabus tersendiri. Format
silabus disusun dalam bentuk matriks dan memuat tentang:

1) Mata pelajaran yang akan dipadukan


2) Kompetensi dasar
3) Indikator yang akan dicapai
4) Kegiatan pembelajaran berisi tentang materi pokok, strategi pembelajaran,
dan langkah-langkah pemelajaran yang akan dilakukan, dan alokasi waktu
yang dibutuhkan
5) Sarana dan sumber, yaitu diisi dengan media atau sarana yang akan
digunakan dan sumber-sumber bacaan yang dijadikan bahan atau rujukan
dalam kegiatan pembelajaran, dan
6) Penilaian, yaitu jenis dan bentuk evaluasi yang akan dilakukan.

d) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran tematik perlu disusun suatu rencana


pembelajaran.Penyusunan rencana pembelajaran merupakan realisasi dari
pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran.
Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Menyusun RPP adalah langkah perencanaan yang harus dilakukan
oleh setiap guru. RPP dikembangkan dari silabus denga memperhatikan buku
peserta didik dan buku guru yang sudah disiapkan oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.1 (Daryanto, Pembelajaran Tematik, Terpadu, Terintegrasi
(Kurikulum 2013), h. 14.)

2. Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Kegiatan pelaksanaan pembelajaran terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan


pendahuluan, inti, dan penutup.

a) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan bisa disebut dengan kegiatan pemanasan. Dalam


kegiatan ini guru menggali pengalaman siswa tentang tema yang akan disajikan,
guru juga harus mampu menarik perhatian siswa terhadap tema yang akan
diberikan. Di antaranya yaitu bercerita, bernyanyi atau kegiatan olahraga

b) Kegiatan Inti

Pembelajaran tematik difokuskan untuk kegiatan yang diarahkan untuk


mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung bagi siswa.
Dalam kegiatan ini, pembelajaran menekankan pada pencapaian indikator yang
ditetapkan. Pendekatan pembelajaran yang paling tepat digunakan ialah ’’belajar
sambil bermain’’ atau pembelajaran menyenangkan.

c) Kegiatan penutup

Kegiatan penutup adalah untuk menenangkan dan melakukan refleksi dalam


rangka evaluasi. Evaluasi yang dilakukan khususnya seluruh rangkaian aktivitas
pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh dan menemukan langsung manfaat
langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran berlangsung. Kegiatan
penutup dimaksud juga dengan memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

1) . Ahmad Sulhan, S. Ag., M. Pd. I,Ahmad Khalakul Khairi, M. Ag,


KONSEP DASARPEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR
(SD/MI), Diterbitkan oleh:Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram,
Oktober 2019,h.1
2) Daryanto, Pembelajaran Tematik, Terpadu, Terintegrasi (kurikulum 2013,
h.14)
3) Andi Prastowo, Pengembangan bahan ajar tematik panduan lengkap
aplistif.
4) Sutirjo dan Sri Istuti Mamik, Tematik pembelajaran efektif dalam
kurikulum 2004 (Malang : Bayumedia Publishing, 2005). Hlm. 11
5) Depdikknas, Pembelajaran terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar,
(Jakarta, Depdiknas,1999) hlm.32
6) Penilaian pembelajaran tematik terpadu, Saturday 13 may 2017

Anda mungkin juga menyukai