FARMAKOLOGI DASAR
Disusun Oleh :
Kelompok 2
JURUSAN FARMASI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Righting reflex adalah reaksi tubuh pada hewan untuk kembalike posisi
semula sehingga kuku dan kakinya menempel ke tanah setelah sebelumnya
diposisikan pada posisi terlentang. Hal tersebut diuji dengan cara mengangkat
ekor mencit dan meletakkannya pada posisi terbalik. Dilihat dari usia, dosis dapat
memberikan efek-efek yang bervariasi. Pada anak-anak kecildan terutama bayi-
bayi yang baru lahir (neonati) menunjukkan kepekaan yang lebih besarterhadap
obat, karena fungsi hati dan ginjal serta sistem-sistem enzimnya belum
lengkapperkembangannya. Untuk orang-orang tua dengan usia di atas 65 tahun,
lazimnya lebih pekapula untuk obat, karena sirkulasi darahnya sudah berkurang
begitu pula fungsi hati dan ginjalnyahingga eliminasi obat berlangsung lebih
lambat, sementara jumlah albumin darahnya lebihsedikit maka pengikatan obat
lebih berkurang. Hal ini berarti bahwa bentuk bebas dan aktif dariobat-obat ini
menjadi lebih besar dan bahaya keracunan bertambah. Akhirnya pada mereka
tidak jarang terjadi kerusakan-kerusakan umum (difus) pada otak yang
mengakibatkan meningkatnya kepekaannya untuk obat-obat dengan kerja sentral,
misalnya obat-obat tidur (khususnya barbital-barbital, nitrazepam), morfin dan
turunannya, neuroleptika dan antidepresiva.
Kebanyakan obat, keseragaman respons pasien terhadap obat terutama
disebabkan oleh adanya perbedaan individual yang besar dalam faktor-faktor
farmakokinetik; kecepatan biotransformasi suatu obat menunjukkan variasi yang
terbesar. Variasi dalam berbagai faktor farmakokinetik dan farmakodinamik ini
berasal dari perbedaan individual dalam kondisi fisiologis, kondisi patologis,
faktor genetik, interaksi obat dan toleransi.
TINJAUAN PUSTAKA
Hampir semua obatp adadosis yang cukup besar menimbulkan efek toksis
dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian (dosistoksis = TD dandosisletal
= LD). Takaran pada mana obat menghasilkan efek yang diinginkan disebut dosis
terapeutik.Untuk menilai keamanan dan efek suatu obat, dalam laboratorium
farmakologi dapat dilakukan percobaan-percobaan binatang dan yang ditentukan
adalah khususnya ED50 dan LD50 yaitu dosis yang menghasilkan efek pada 50%
dari jumlah binatang dan dosis yang mematikan 50% dari jumlah binatang.
Perbandingan antara kedua dosis ini dinamakan indeks terapi yang merupakan
suatu ukuran untuk keamanan obat; semakin besar indeks terapi, semakin aman
penggunaan obat tersebut. Akan tetapi, hendaknya diperhatikan bahwa indeks
terapi ini tidak dengan begitu saja dapat dikorelasikan terhadap manusia, seperti
halnya dengan semua hasil dari percobaan binatang berhubung perbedaan-
perbedaan metabolisme. Efek suatu senyawa obat tergantung pada jumlah
pemberian dosisnya. Jika dosis yang diberi dibawah titik ambang
(subliminsaldosis), maka tidak akan didapatkanefek. Respon tergantung pada efek
alami yang diukur. Kenaikan dosis mungkin akan meningkatkan efek pada
intensitas tersebut. Seperti obat antipiretik atau hipotensi dapat ditentukan tingkat
penggunaannya, dalam arti bahwa luas (range) temperature badan dan tekanan
darah dapat diukur.
No Alat Bahan
4. Stop watch
5. Platform
7. Sabun
9. Spidol permanent
11. Timbangan
• DosisPenyuntikan = = 0,69 ml
2. Diketahui :
Kaffein = 1,5 mg/20 gr bb mencit
BobotMencit = 25 gram
• DosisPenyuntikan = = 0,23 ml
3. Diketahui :
Kaffein = 2 mg/20 gr bb mencit
BobotMencit = 25 gram
• DosisKonversi = x 2= 2,5 mg/ml
• DosisPenyuntikan = = 0,6 ml
4. Diketahui :
Kaffein = 3 mg/20 gr bb mencit
BobotMencit = 22 gram
• DosisKonversi = x 3= 3,3 mg/ml
• DosisPenyuntikan = = 0,8 ml
5. Diketahui :
Kaffein = 1,5 mg/20 gr bb mencit
BobotMencit = 22 gram
• DosisPenyuntikan = = 0,20 ml
6. Diketahui :
Kaffein = 5 mg/20 gr bb mencit
BobotMencit = 26 gram
• DosisPenyuntikan = = 0,325 ml
7. Diketahui :
Kaffein = 0,2 mg/20 gr bb mencit
BobotMencit = 25 gram
• DosisKonversi = x 0,2=0,25 mg/ml
• DosisPenyuntikan = = 0,125 ml
8. Diketahui :
Kaffein = 6 mg/20 gr bb mencit
BobotMencit = 24 gram
• DosisPenyuntikan = = 0,36 ml
4.2 Data Grafik Indeks Terapi
Jumlah
Dosis
Mencit Respon Ratio Persen Hidup Mati Ak. Mati Ak.Hidup Total Mati/total Persentase
0 mg 12 0 0 0 12 0 0 70 70 0 0
0,2 mg 2 2 1 100 2 0 0 58 58 0 0
0,5 mg 3 3 1 100 3 0 0 56 56 0 0
1 mg 2 2 1 100 2 0 0 53 53 0 0
2 mg 10 0,909090909 90,90909091 0 0 51 51 0 0
3 mg 10 0,909090909 90,90909091 0 0 40 40 0 0
4 mg 12 12 1 100 12 0 0 29 29 0 0
5 mg 1 100 9 2 2 17 19 0,105263158 10,52631579
6 mg 12 0,916666667 91,66666667 5 7 9 8 17 0,5294765 52,947647
8 mg 9 9 1 100 2 7 16 3 19 0,842105263 84,21052632
10 mg 8 8 1 100 1 7 23 1 24 0,958333333 95,83333333
12 mg 10 10 1 100 0 10 33 0 33 1 100
16 mg 1 1 1 100 0 1 34 0 34 1 100
32 mg 1 1 1 100 0 1 35 0 35 1 100
y = 2,962x + 68,748
ED 50 = 2,962x + 68,748
x = -6,3295
y =10,025x - 36,363
LD 50 =10,025x - 36,363
x = 8,6148
LD50/ED50
Indeks Terapi 8,6148/-6,3295
-1,36
4.3 Pembahasan
Percobaan dosis respon obat dan indeks terapi ini bertujuan untuk memperoleh
LD50 dan ED50 serta memahami konsep indeks terapi pada hewan percobaan,
yaitu mencit dengan berat sekitar 20 g.
Sementara obat yang diujikan indeks terapinya adalah kafein. Selain obat,
digunakan juga aquadest sebagai kontrol negatif.
Pada praktikum kali ini dilakukan penyuntikan secara intraperitonial. Cara
pemberian secara intraperitonial yaitu mencit disuntik di bagian abdomen bawah
sebelah garis midsagital dengan posisi abdomen lebih tinggi daripada kepala, dan
kemiringan jarum suntik 10⁰. Pemberian secara intraperitonial dimaksudkan agar
absorpsi pada lambung, usus dan proses bioinaktivasi dapat dihindarkan, sehingga
didapatkan kadar obat utuh dalam darah karena sifatnya yang sistemik.
Mencit yang didapatkan kelompok 2 disiapkan sebanyak 9 ekor dengan berat
masing-masing yaitu. Berat badan mencit digunakan untuk mendapatkan hasil
konversi dosis. Setelah pemberian obat kafein ini masing-masing mencit dicatat
pada waktu yang telah ditentukan yaitu 90 menit. Righling reflex atau disebut
juga static reflex adalah bermacam gerakan reflex untuk mengembalikan posisi
normal badan dari keadaan yang dipaksakan atau melawan tenaga yang membuat
badan bergerak kea rah yang tidak normal.
Obat yang diberikan adalah kafein. Kafein merupakan salah satu obat
golongan stimulant. Stimulant bekerja mempercepat aktivitas dalam system saraf
pusat. Dalam dosis sedang, kelompok obat stimulant menghasilkan perasaan
senang, percaya diri, dan kegembiraan atau euphoria. Dalam dosis besar,obat-obat
ini membuat orang merasa cemas dan gugup. Dalam dosis yang sangat besar,
obat-obat ini menyebabkan kejang-kejang, gagal jantung, dan kematian (Wade,
2008). Kafein termasuk golongan obat yang merangsang psikomotor. Kafein
merupakan alkaloid dengan nama 1,1,7-trimetil xanthine.
Farmakokinetik dari kafein adalah didistribusikan keseluruh tubuh dan
dengan cepat diabsorbsikan setelah pemberian, waktu paruhnya 3-7 jam, dan
diekskresikan melalui urin. Sedangkan farmakodinamiknya yaitu mempunyai efek
relaksasi otot polos, terutama otot polos bronchus, merangsang saraf pusat, otot
jantung, dan meningkatkan diuresis . Indikasi dari kafein sendiri yaitu
menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk, juga daya konsentrasi dan
kecepatan reaksi ditingkatkan serta prestasi otak dan susunan jiwa dipebaiki, lalu
kontraindikasi untuk kafein sendiri adalah glakoma sudut tertutup, obstruksi
salcame asma, hernia hiatal, miasternia, penyakit hati dan asma (Patra,2014).
Kafein akan memberikan efek tergantung rute pemberian obat itu sendiri. Rute
pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk kedalam
tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan
timbulnya efek yang merugikan.
Bobot mencit yang digunakan yaitu 22 gr, 25 gr, 25 gr, 22 gr, 26 gr, 25 gr,
24 gr. Dosis yang diberikan kepada mencit mulai dari 0,2 mg; 0,5 mg; 1 mg; 2
mg; 3 mg; 4 mg; 5 mg dan 6 mg dan pada mencit 1 diberikan aquadest sebagai
control negative.
Pertama, mencit ditandai ekornya masing-masing terlebih dahulu agar
mudah membedakan. Kemudian mencit-mencit ditimbang, setelah mendapatkan
bobot mencit, maka jumlah dosis yang akan diberikan dapat diketahui. Jumlah
obat yang diberikan disesuaikan dengan bobot mencit. Diperlukan adanya suatu
perlakuan khusus pada mencit sebelum penyuntikkan supaya mencit-mencit
tersebut terkondisikan, sehingga tingkat keamanan, ketepatan,dan keakuratan
penyuntikkan dosis dapat teratasi
Volume obat yang didapatkan melalui perhitungan yaitu mencit I 0,69 ml,
mencit II 0,23 ml, mencit III 0,6 ml, mencit IV 0,8 ml, mencit V 0,325 ml, mencit
VI 0,125 ml, mencit 0,36 ml. setelah didapatkan jumlah dosis yang akan
disuntikkan, maka mencit yang telah diketahui bobotnya disuntik secara
intraperitonial.
Dari hasil praktikum, pada mencit yang diberi dosis 0,5 mg dengan
konsentrasi obat 0,8 mg. Terlihat pada menit ke-5 dengan adanya diuresis,
kemudian pada menit ke 15 mencit mulai agresif dan feses lembek, pada menit
ke-40 mengalami takikardia. Pada mencit yang diberi dosis 1,5 mg dengan
konsentrasi obat 8 mg. Mencit ini mengalami kejang-kejang, aktif bergerak, dan
mpat terdiam. Mencit yang diberi dosis 2 mg dengan konsentrasi obat 4 mg.
Terlihat pada menit ke-5 dengan mengeluarkan feses dan bergerak, namun tidak
melewati garis. Mencit yang diberi dosis 3 mg dengan konsentrasi obat 4 mg.
Mencit mengalami tremor dan mengeluarkan feses. Pada mencit yang diberi dosis
5 mg dengan konsentrasi obat 20 mg. Mencit mengalami kejang-kejang dan
takikardia. Pada mencit yang diberi dosis 0,2 mg dengan konsentrasi obat 2 mg.
Mencit mengalami kejang-kejang dan kedua mata redup. Pada mencit yang diberi
dosis 6 mg dengan konsentrasi obat 20 mg. mencit mengalami kejang -kejang.
Dalam praktikum ini, tidak ada mencit yang mengalami kematian. Hal ini
disebabkan dosis obat yang terlalu kecil. Mencit tetap aktif bergerak seperti biasa.
Seiring dengan penambahan dosis, maka rentang keefektifan obat makin tinggi
dan mendekati efek toksik.
Pemberian obat secara intraperitonial cukup sulit karena diperlukan
perkiraan yang tepat agar suntikan tidak terkena organ lain dan menimbulkan
pendarahan.
Dari grafik yang di gambarkan dapat menunjukkan bahwa seiring dengan
penambahan dosis, maka rentang keefektifan obat semakin tinggi dan mendekati
efek lethal. Selain itu, rentang antara dosis terapi dan dosis lethal obat cukup
dekat, dengan kata lain keamanan obat kurang baik. Dilihat dari haasil
pengamatan, dapat dianggap bahwa untuk dosis terapi untuk 50% populasi yang
didapatkan ialah sebanyak -6,3295 mg dan untuk dosis kematiannya pada 50%
populasi ialah ada pada pemberian dosis 8,6148 mg. kemudian, dilihat dari segi
kehilangan righting reflex hewan uji yang cukup lama dan berangsur seiring
dengan waktu pengamatan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari data hasil pengamatan didapatkan nilai ED50 atau Dosis yang
memberikan efek pada 50% populasi yaitu -6,3295
2. Dari data hasil pengamatan didapatkan nilai LD50 atau Dosis yang
memberikan kematian pada 50% populasi yaitu 8,6148
3. Indeks terapi suatu obat didapatkan dari perbandingan antara LD50
dengan ED 50 yang menggambarkan ukuran keamanan suatu obat dimana
pada praktikum kali ini didapat hasil indeks terapi sebesar -1,36 yang
berarti keamanan obat kafein masih kurang baik
5.2 Saran
1. Ketika Perhitungan dosis sebaiknya dilakukan dengan teliti agar dosis
yang diberikan sesuai yang kemudian akan memberikan pengaruh pada
gerakan bolak balik hewan mencit
2. Ketika penyuntikan, dilakukan dengan lembut serta sesuai dengan etika
terhadap hewan coba
3. Ketika pengamatan disarankan fokus terhadap hewan mencitnya sehingga
tidak keliru saat perhitungan gerakan bolak balik
Daftar Pustaka
Schmitz, Gary Hans Lepper dan Michael Heidrich. 2003. Farmakologi dan
Toksikologi. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC