Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI DASAR

“INDEKS TERAPI OBAT”

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Alisya Aulia Maulana (P17335120003) Nisa Nurfadilah (P17335120051)


Aubrey Joanna (P17335120014) Riska Desiyanti Maryati J (P17335120063)
Eldina WahyuniPratiwi (P17335120027) Tia Aprilioni (P17335120076)
Lisma Fitria Amalia (P17335120039)

Tanggal Praktikum : Rabu, 24 Maret 2021

Tanggal Pengumpulan Laporan : Senin, 3 Mei 2021

JURUSAN FARMASI

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mencit digunakan sebagai hewan model hidup dalam berbagai kegiatan


penelitan terutamayang akan diterapkan pada manusia. Hewan ini mudah didapat,
mudah dikembangbiakkan dan harganya relatip murah, ukurannya kecil sehingga
mudah ditangani, jumlah anakperperanakannya banyak. Sebagaimana makhluk
hidup lainnya selama pertumbuhan dan perkembangannya mencit tidak dapat
lepas dari pengaruh berbagai faktor lingkungan hidupnya. Dosis obat yang harus
diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan tergantung dari
banyak faktor, antara lain usia, bobot badan, jenis kelamin, besarnya
permukaanbadan, beratnya penyakit dan keadaan si pasien.

Righting reflex adalah reaksi tubuh pada hewan untuk kembalike posisi
semula sehingga kuku dan kakinya menempel ke tanah setelah sebelumnya
diposisikan pada posisi terlentang. Hal tersebut diuji dengan cara mengangkat
ekor mencit dan meletakkannya pada posisi terbalik. Dilihat dari usia, dosis dapat
memberikan efek-efek yang bervariasi. Pada anak-anak kecildan terutama bayi-
bayi yang baru lahir (neonati) menunjukkan kepekaan yang lebih besarterhadap
obat, karena fungsi hati dan ginjal serta sistem-sistem enzimnya belum
lengkapperkembangannya. Untuk orang-orang tua dengan usia di atas 65 tahun,
lazimnya lebih pekapula untuk obat, karena sirkulasi darahnya sudah berkurang
begitu pula fungsi hati dan ginjalnyahingga eliminasi obat berlangsung lebih
lambat, sementara jumlah albumin darahnya lebihsedikit maka pengikatan obat
lebih berkurang. Hal ini berarti bahwa bentuk bebas dan aktif dariobat-obat ini
menjadi lebih besar dan bahaya keracunan bertambah. Akhirnya pada mereka
tidak jarang terjadi kerusakan-kerusakan umum (difus) pada otak yang
mengakibatkan meningkatnya kepekaannya untuk obat-obat dengan kerja sentral,
misalnya obat-obat tidur (khususnya barbital-barbital, nitrazepam), morfin dan
turunannya, neuroleptika dan antidepresiva.
Kebanyakan obat, keseragaman respons pasien terhadap obat terutama
disebabkan oleh adanya perbedaan individual yang besar dalam faktor-faktor
farmakokinetik; kecepatan biotransformasi suatu obat menunjukkan variasi yang
terbesar. Variasi dalam berbagai faktor farmakokinetik dan farmakodinamik ini
berasal dari perbedaan individual dalam kondisi fisiologis, kondisi patologis,
faktor genetik, interaksi obat dan toleransi.

Fase farmakokinetik berkaitannya dengan masuknya zat aktif ke dalam tubuh.


Pemasukan in vivo tersebut secara keseluruhan merupakan fenomena fisiko-kimia
yang terpadu di dalam organ penerima obat. Fasef armakokinetik ini merupakan
salah satu unsur penting yang menentukan profil keberadaan zataktif pada tingkat
biofase dan yang selanjutnyamenentukan aktivitas terapetik obat.

1.2 Tujuan praktikum

1. Mengetahui konsep indeks terapi obat

2. Mengetahui ED50 dan LD50

1.3 Manfaat praktikum

1. Memahami konsep indeks terapi obat

2. Memahami ED50 dan LD50


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar teori

Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah,


mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi
tertentu, misalnya membuat seseorang infertile atau melumpuhkan otot rangka
selama pembedahan. (Ganiswara, 2007).

Mencit (Mus musculusalbinus) merupakan salah satu hewan percobaan


yang sering digunakan dalam penelitian. Hewan ini dinilai cukup efisien
ekonomis karena mudah dipelihara, tidak memerlukan tempat yang luas, waktu
kebuntingan yang singkat, dan banyak memiliki anak perkelahiran. Mencit
mempunyai sifat-sifat produksi dan reproduksi yang mirip dengan mamalia besar
serta memiliki siklus estrus yang pendek (Malole et al.1989).

Fenobarbital, asam 5,5-fenil-etil barbiturate merupakan senyawa organic


pertama yang digunakan dalam pengobatan anti konvulsi. Kerjanya membatasi
penjalaran aktivitas bangkitan dan menaikkan ambang rangsang. Efek utama
barbiturate ialah depresi SSP. Semua tingkatdepresi dapat dicapai mulai dari
sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anesthesia, koma, sampai dengan kematian.
Efekhipnotik barbiturate dapatdicapaidalamwaktu 20-60 menit dengan dosis
hipnotik. Tidurnya merupakan tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang
mengganggu (Ganiswara, 2007).

Rute pemberian obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang
berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena
jumlah suplai darah yang berbeda. Enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang
terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah
obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda,
tergantung dari rute pemberian obat (Katzung,B.G, 1989).
Rute pemberian obat, dapat diberikan secara peroral, subkutan,
intramuskular, intravena dan intraperitonial. Pada rute pemberian intraperitonial,
obat diinjeksikan pada abdomen agak ke garis tengah dengan sudut kemiringan
10º (Priyanto,2008).

Hampir semua obatp adadosis yang cukup besar menimbulkan efek toksis
dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian (dosistoksis = TD dandosisletal
= LD). Takaran pada mana obat menghasilkan efek yang diinginkan disebut dosis
terapeutik.Untuk menilai keamanan dan efek suatu obat, dalam laboratorium
farmakologi dapat dilakukan percobaan-percobaan binatang dan yang ditentukan
adalah khususnya ED50 dan LD50 yaitu dosis yang menghasilkan efek pada 50%
dari jumlah binatang dan dosis yang mematikan 50% dari jumlah binatang.
Perbandingan antara kedua dosis ini dinamakan indeks terapi yang merupakan
suatu ukuran untuk keamanan obat; semakin besar indeks terapi, semakin aman
penggunaan obat tersebut. Akan tetapi, hendaknya diperhatikan bahwa indeks
terapi ini tidak dengan begitu saja dapat dikorelasikan terhadap manusia, seperti
halnya dengan semua hasil dari percobaan binatang berhubung perbedaan-
perbedaan metabolisme. Efek suatu senyawa obat tergantung pada jumlah
pemberian dosisnya. Jika dosis yang diberi dibawah titik ambang
(subliminsaldosis), maka tidak akan didapatkanefek. Respon tergantung pada efek
alami yang diukur. Kenaikan dosis mungkin akan meningkatkan efek pada
intensitas tersebut. Seperti obat antipiretik atau hipotensi dapat ditentukan tingkat
penggunaannya, dalam arti bahwa luas (range) temperature badan dan tekanan
darah dapat diukur.

Hubungan dosis efek mungkin berbeda-beda tergantung pada sensitivitas


individu yang sedang menggunakan obat tersebut. Sebagai contoh untuk
mendapatkan efek yang sama kemungkinan dibutuhkan dosis yang berbeda pada
individu yang berbeda. Variasi individu dalam sensitifitas secara khusus
mempunyai efek “semua atau tak satupun” sama.
Hubungan frekuensi dosis dihasilkan dari perbedaan sensitifitas pada
individu sebagai suatu rumusan yang ditunjukan pada suatu log distribusi normal.
Jika frekuensi kumulatif (total jumlah binatang yang memberikan respon pada
dosis pemberian) diplotkan dalamlogaritma maka akan menjadi bentukkurva
sigmoid. Pembengkokan titik pada kurva berada pada keadaan dosis satu-separuh
kelompok dosis yang sudah memberikan respon. Range dosis meliputi hubungan
dosis-frekuensi memcerminkan variasi sensitivityas pada individu terhadap suatu
obat. Evaluasi hubungan dosis efek di dalam sekelompok subyek manusia dapat
ditemukan karena terdapat perbedaan sensitivitas pada individu-individu yang
berbeda. Untuk menentukan variasi biologis, pengukauran telah membawa pada
suatu sampel yang representative dan didapatkan rata-ratanya. Ini akan
memungkinkan dosis terapi akan menjadi sesuai pada kebanyakan pasien.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

No Alat Bahan

1. Spuit injeksi dan jarum 27-30 G (1-2 Obat : kafein


ml)

2. Sonde oral Hewan uji : mencit

3. Sarung tangan Aquadest

4. Stop watch

5. Platform

6. Koran atau Kertas coklat

7. Sabun

8. Lap atau Tissue

9. Spidol permanent

10. Pulpen berwarna

11. Timbangan

12. Beaker glass

13. Botol minum mencit

14. Kandang mencit


3.2 Prosedur Kerja
1. Hewan mencit dipegang kulit leher (tengkuknya) sehingga posisi abdomen
lebih tinggi dari kepala.
2. Dioleskan alcohol swab pada bagian yang akan disuntik.
3. Diposisikan jarum dengan sudut sekitar 10 derajat dari abdomen pada
daerah yang sedikit menepi agar jarum tidak mengenai kandung kemih
hingga melewati 2 lapisan kulit

3.3 Cara Pengamatan


Pengamatan dilakukan dengan mengamati setiap mencit yang sudah diberikan
dosis kafein yang berbeda beda dengan dosis yang meningkatan dengan
pemberian obat secara intraperitonial kemudian mencit diletakan diatas platform.
Mencit diamati selama 90 menit setiap 5 menit sekali diamati dan dicatat efek dan
perubahan yang diberikan obat kafein pada mencit tersebut seperti urinasi
berlebih, takikardi, defekasi berlebih, agitasi dan bahkan dapat menimbalkan
efektoksik (kematian).
BAB IV
DATA HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan Dosis
1. Diketahui :
Kaffein = 0,5 mg/20 gr bb mencit
BobotMencit = 22 gram
• DosisKonversi = x 0,5 = 0,55 mg/ml

• DosisPenyuntikan = = 0,69 ml

2. Diketahui :
Kaffein = 1,5 mg/20 gr bb mencit
BobotMencit = 25 gram

• DosisKonversi = x 1,5 = 1,87 mg/ml

• DosisPenyuntikan = = 0,23 ml

3. Diketahui :
Kaffein = 2 mg/20 gr bb mencit
BobotMencit = 25 gram
• DosisKonversi = x 2= 2,5 mg/ml

• DosisPenyuntikan = = 0,6 ml

4. Diketahui :
Kaffein = 3 mg/20 gr bb mencit
BobotMencit = 22 gram
• DosisKonversi = x 3= 3,3 mg/ml

• DosisPenyuntikan = = 0,8 ml

5. Diketahui :
Kaffein = 1,5 mg/20 gr bb mencit
BobotMencit = 22 gram

• DosisKonversi = x 1,5=1,65 mg/ml

• DosisPenyuntikan = = 0,20 ml

6. Diketahui :
Kaffein = 5 mg/20 gr bb mencit
BobotMencit = 26 gram

• DosisKonversi = x 5=6,5 mg/ml

• DosisPenyuntikan = = 0,325 ml

7. Diketahui :
Kaffein = 0,2 mg/20 gr bb mencit
BobotMencit = 25 gram
• DosisKonversi = x 0,2=0,25 mg/ml

• DosisPenyuntikan = = 0,125 ml

8. Diketahui :
Kaffein = 6 mg/20 gr bb mencit
BobotMencit = 24 gram

• DosisKonversi = x 6=7,2 mg/ml

• DosisPenyuntikan = = 0,36 ml
4.2 Data Grafik Indeks Terapi

Jumlah
Dosis
Mencit Respon Ratio Persen Hidup Mati Ak. Mati Ak.Hidup Total Mati/total Persentase
0 mg 12 0 0 0 12 0 0 70 70 0 0
0,2 mg 2 2 1 100 2 0 0 58 58 0 0
0,5 mg 3 3 1 100 3 0 0 56 56 0 0
1 mg 2 2 1 100 2 0 0 53 53 0 0
2 mg 10 0,909090909 90,90909091 0 0 51 51 0 0
3 mg 10 0,909090909 90,90909091 0 0 40 40 0 0
4 mg 12 12 1 100 12 0 0 29 29 0 0
5 mg 1 100 9 2 2 17 19 0,105263158 10,52631579
6 mg 12 0,916666667 91,66666667 5 7 9 8 17 0,5294765 52,947647
8 mg 9 9 1 100 2 7 16 3 19 0,842105263 84,21052632
10 mg 8 8 1 100 1 7 23 1 24 0,958333333 95,83333333
12 mg 10 10 1 100 0 10 33 0 33 1 100
16 mg 1 1 1 100 0 1 34 0 34 1 100
32 mg 1 1 1 100 0 1 35 0 35 1 100
y = 2,962x + 68,748
ED 50 = 2,962x + 68,748
x = -6,3295
y =10,025x - 36,363
LD 50 =10,025x - 36,363
x = 8,6148
LD50/ED50
Indeks Terapi 8,6148/-6,3295
-1,36
4.3 Pembahasan

Percobaan dosis respon obat dan indeks terapi ini bertujuan untuk memperoleh
LD50 dan ED50 serta memahami konsep indeks terapi pada hewan percobaan,
yaitu mencit dengan berat sekitar 20 g.
Sementara obat yang diujikan indeks terapinya adalah kafein. Selain obat,
digunakan juga aquadest sebagai kontrol negatif.
Pada praktikum kali ini dilakukan penyuntikan secara intraperitonial. Cara
pemberian secara intraperitonial yaitu mencit disuntik di bagian abdomen bawah
sebelah garis midsagital dengan posisi abdomen lebih tinggi daripada kepala, dan
kemiringan jarum suntik 10⁰. Pemberian secara intraperitonial dimaksudkan agar
absorpsi pada lambung, usus dan proses bioinaktivasi dapat dihindarkan, sehingga
didapatkan kadar obat utuh dalam darah karena sifatnya yang sistemik.
Mencit yang didapatkan kelompok 2 disiapkan sebanyak 9 ekor dengan berat
masing-masing yaitu. Berat badan mencit digunakan untuk mendapatkan hasil
konversi dosis. Setelah pemberian obat kafein ini masing-masing mencit dicatat
pada waktu yang telah ditentukan yaitu 90 menit. Righling reflex atau disebut
juga static reflex adalah bermacam gerakan reflex untuk mengembalikan posisi
normal badan dari keadaan yang dipaksakan atau melawan tenaga yang membuat
badan bergerak kea rah yang tidak normal.
Obat yang diberikan adalah kafein. Kafein merupakan salah satu obat
golongan stimulant. Stimulant bekerja mempercepat aktivitas dalam system saraf
pusat. Dalam dosis sedang, kelompok obat stimulant menghasilkan perasaan
senang, percaya diri, dan kegembiraan atau euphoria. Dalam dosis besar,obat-obat
ini membuat orang merasa cemas dan gugup. Dalam dosis yang sangat besar,
obat-obat ini menyebabkan kejang-kejang, gagal jantung, dan kematian (Wade,
2008). Kafein termasuk golongan obat yang merangsang psikomotor. Kafein
merupakan alkaloid dengan nama 1,1,7-trimetil xanthine.
Farmakokinetik dari kafein adalah didistribusikan keseluruh tubuh dan
dengan cepat diabsorbsikan setelah pemberian, waktu paruhnya 3-7 jam, dan
diekskresikan melalui urin. Sedangkan farmakodinamiknya yaitu mempunyai efek
relaksasi otot polos, terutama otot polos bronchus, merangsang saraf pusat, otot
jantung, dan meningkatkan diuresis . Indikasi dari kafein sendiri yaitu
menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk, juga daya konsentrasi dan
kecepatan reaksi ditingkatkan serta prestasi otak dan susunan jiwa dipebaiki, lalu
kontraindikasi untuk kafein sendiri adalah glakoma sudut tertutup, obstruksi
salcame asma, hernia hiatal, miasternia, penyakit hati dan asma (Patra,2014).
Kafein akan memberikan efek tergantung rute pemberian obat itu sendiri. Rute
pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk kedalam
tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan
timbulnya efek yang merugikan.
Bobot mencit yang digunakan yaitu 22 gr, 25 gr, 25 gr, 22 gr, 26 gr, 25 gr,
24 gr. Dosis yang diberikan kepada mencit mulai dari 0,2 mg; 0,5 mg; 1 mg; 2
mg; 3 mg; 4 mg; 5 mg dan 6 mg dan pada mencit 1 diberikan aquadest sebagai
control negative.
Pertama, mencit ditandai ekornya masing-masing terlebih dahulu agar
mudah membedakan. Kemudian mencit-mencit ditimbang, setelah mendapatkan
bobot mencit, maka jumlah dosis yang akan diberikan dapat diketahui. Jumlah
obat yang diberikan disesuaikan dengan bobot mencit. Diperlukan adanya suatu
perlakuan khusus pada mencit sebelum penyuntikkan supaya mencit-mencit
tersebut terkondisikan, sehingga tingkat keamanan, ketepatan,dan keakuratan
penyuntikkan dosis dapat teratasi
Volume obat yang didapatkan melalui perhitungan yaitu mencit I 0,69 ml,
mencit II 0,23 ml, mencit III 0,6 ml, mencit IV 0,8 ml, mencit V 0,325 ml, mencit
VI 0,125 ml, mencit 0,36 ml. setelah didapatkan jumlah dosis yang akan
disuntikkan, maka mencit yang telah diketahui bobotnya disuntik secara
intraperitonial.
Dari hasil praktikum, pada mencit yang diberi dosis 0,5 mg dengan
konsentrasi obat 0,8 mg. Terlihat pada menit ke-5 dengan adanya diuresis,
kemudian pada menit ke 15 mencit mulai agresif dan feses lembek, pada menit
ke-40 mengalami takikardia. Pada mencit yang diberi dosis 1,5 mg dengan
konsentrasi obat 8 mg. Mencit ini mengalami kejang-kejang, aktif bergerak, dan
mpat terdiam. Mencit yang diberi dosis 2 mg dengan konsentrasi obat 4 mg.
Terlihat pada menit ke-5 dengan mengeluarkan feses dan bergerak, namun tidak
melewati garis. Mencit yang diberi dosis 3 mg dengan konsentrasi obat 4 mg.
Mencit mengalami tremor dan mengeluarkan feses. Pada mencit yang diberi dosis
5 mg dengan konsentrasi obat 20 mg. Mencit mengalami kejang-kejang dan
takikardia. Pada mencit yang diberi dosis 0,2 mg dengan konsentrasi obat 2 mg.
Mencit mengalami kejang-kejang dan kedua mata redup. Pada mencit yang diberi
dosis 6 mg dengan konsentrasi obat 20 mg. mencit mengalami kejang -kejang.
Dalam praktikum ini, tidak ada mencit yang mengalami kematian. Hal ini
disebabkan dosis obat yang terlalu kecil. Mencit tetap aktif bergerak seperti biasa.
Seiring dengan penambahan dosis, maka rentang keefektifan obat makin tinggi
dan mendekati efek toksik.
Pemberian obat secara intraperitonial cukup sulit karena diperlukan
perkiraan yang tepat agar suntikan tidak terkena organ lain dan menimbulkan
pendarahan.
Dari grafik yang di gambarkan dapat menunjukkan bahwa seiring dengan
penambahan dosis, maka rentang keefektifan obat semakin tinggi dan mendekati
efek lethal. Selain itu, rentang antara dosis terapi dan dosis lethal obat cukup
dekat, dengan kata lain keamanan obat kurang baik. Dilihat dari haasil
pengamatan, dapat dianggap bahwa untuk dosis terapi untuk 50% populasi yang
didapatkan ialah sebanyak -6,3295 mg dan untuk dosis kematiannya pada 50%
populasi ialah ada pada pemberian dosis 8,6148 mg. kemudian, dilihat dari segi
kehilangan righting reflex hewan uji yang cukup lama dan berangsur seiring
dengan waktu pengamatan
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Dari data hasil pengamatan didapatkan nilai ED50 atau Dosis yang
memberikan efek pada 50% populasi yaitu -6,3295
2. Dari data hasil pengamatan didapatkan nilai LD50 atau Dosis yang
memberikan kematian pada 50% populasi yaitu 8,6148
3. Indeks terapi suatu obat didapatkan dari perbandingan antara LD50
dengan ED 50 yang menggambarkan ukuran keamanan suatu obat dimana
pada praktikum kali ini didapat hasil indeks terapi sebesar -1,36 yang
berarti keamanan obat kafein masih kurang baik

5.2 Saran
1. Ketika Perhitungan dosis sebaiknya dilakukan dengan teliti agar dosis
yang diberikan sesuai yang kemudian akan memberikan pengaruh pada
gerakan bolak balik hewan mencit
2. Ketika penyuntikan, dilakukan dengan lembut serta sesuai dengan etika
terhadap hewan coba
3. Ketika pengamatan disarankan fokus terhadap hewan mencitnya sehingga
tidak keliru saat perhitungan gerakan bolak balik
Daftar Pustaka

Adnan.20.Pengantar Farmakologi. http://kesmasunsoed.blogspot.com/20/02/


farmakologi.html [diakses tanggal 04 Mei 2021]

Schmitz, Gary Hans Lepper dan Michael Heidrich. 2003. Farmakologi dan
Toksikologi. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC

Stringer L, Jonet. 2008. Konsep Dasar Farmakologi Untuk Mahasiswa, Jakarta :


ECG

Anda mungkin juga menyukai