Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/286625602

QUANTUM TEACHING SISTEM TANDUR DAN PENERAPANNYA DALAM


PENGAJARAN BAHASA INGGRIS

Article · July 2006

CITATION READS

1 8,800

1 author:

Iqbal nurul azhar


university of trunojoyo madura
51 PUBLICATIONS   35 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

a study about Madurese Folktales View project

a study about hypnosis language View project

All content following this page was uploaded by Iqbal nurul azhar on 12 December 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

QUANTUM TEACHING SISTEM TANDUR


DAN PENERAPANNYA DALAM PENGAJARAN BAHASA INGGRIS
Iqbal Nurul Azhar∗

Abstract: Quantum Teaching is one of educational methods that has been implemented lately. It
gives many benefits to teacher as one of the educational subject. On the other hands, our Minestry
of National Education also implemented a new curriculum the-so-called Literacy-Based-
Curriculum. This curriculum tries to solve our educational problems. What will happen if these
two methods of teaching are combined to be the ultimate solution to end our educational
problems? The combination clearly provides many benefits for us
Key Words: quantum teaching, TANDUR, implementation, literacy-based-curricuilum

Topik ini terinspirasi oleh sebuah pengalaman mengajar penulis di salah


satu SMA swasta favorit di Surabaya. Setelah sekian lama berinteraksi dengan
sistem sekolah dan kurikulum pengajaran bahasa Inggris di sekolah tersebut,
penulis menjumpai sebuah kenyataan menarik ketika penulis mengajar di dalam
kelas, bahwa KB (Kurikulum Berbasis Kompetensi) apabila dipadukan dengan
Pengajaran Quantum sistem TANDUR, dapat membuat proses belajar mengajar
menjadi lebih menarik dan mampu memotivasi semangat belajar siswa.
Karena itu, topik ini bertujuan untuk mendiskusikan: a) Sejauh mana
Pengajaran Quantum sistem TANDUR bermanfaat dalam penerapan Kurukulum
Berbasis Kompetensi Pelajaran Bahasa Inggris? b) Contoh-contoh pengajaran
Quantum sistem tandur di dalam kelas yang mampu menarik minat siswa untuk
lebih giat belajar.
Dalam dua fokus di atas itulah tulisan ini mencoba memberikan ulasan,
dengan terlebih dahulu meninjau beberapa dasar teoritis. Untuk mengulas topik
tersebut, penulis membagi ulasan sebagai berikut: Quantum Teaching, Metode
TANDUR, Kurikulum Berbasis Kompetensi Bahasa Inggris, Pengajaran Quantum
sistem TANDUR dan Penerapannya dalam KBK, Temuan-temuan menarik, dan
Penutup.


Iqbal Nurul Azhar adalah mantan pengajar SMA Al Hikmah Surabaya dan sekarang menjadi dosen
Universitas Trunojoyo Madura

1
Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

Quantum Teaching
Quantum Teaching muncul dari sebuah upaya Dr Georgi Lozanov,
pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya,
sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar. Pada perkembangan
selanjutnya, Bobbi de Porter (penulis buku best seller Quantum Learning dan
Quantum Teaching), murid Lozanov, dan Mike Hernacki, mantan guru dan
seorang penulis, mengembangkan konsep Lozanov menjadi Quantum Learning.
Metode belajar ini diadopsi dari beberapa teori. Antara lain sugesti, teori otak
kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan
kinestetik) dan pendidikan holistik. (Ridho, 2005)
Quantum Teaching dimulai di SuperCamp, sebuah program percepatan
Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan
pendidikan internasional yang menekankan perkembangan akademis dan
ketrampilan pribadi (DePorter,1992)
Quantum Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang
digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitas SuperCamp, berdasarkan
teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lazanov), Multiple
Intelligences (Gardner), Neuro-Linguistics Programming (Grinder dan Bandler),
Experimental Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson
dan Johnson), dan Elements of Effective Instruction (Hunter). Quantum Teaching
merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket
multisensori, multi kecerdasan, dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya
akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid
untuk berprestasi. (DePorter dkk, 2001)
Quantum Teaching memberikan kritik terhadap cara mengajar yang
selama ini dilakukan secara ‘turun temurun’. Persamaan Quantum Teaching ini
diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum yaitu:
E = mc2
E = energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar, dan semangat)
m= massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, dan fisik)
c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas) (Ridho, 2005)

2
Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

Metode TANDUR
Metode TANDUR adalah salah satu metode yang dapat diterapkan dalam
Quantum Teching. Aplikasi dari TANDUR sangat jelas manfaatnya ketika
diterapkan dalam kelas yang memiliki siswa dengan tingkat antusiasme belajar
yang rendah. TANDUR ditujukan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar
sehingga proses penyampaian materi dapat berjalan dengan baik. TANDUR
merupakan singkatan dari enam fase pengajaran yang meliputi Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan
T (Tumbuhkan). Tumbuhkan dalam hal ini mengacu pada fase
menumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BAgiKu”
(AMBAK), dan manfaatnya dalam kehidupan mereka (DePorter dkk, 2001)
dengan proses yang semenarik mungkin. Tumbuhkan di sini berperan sangat
penting karena pada fase inilah siswa diajak pergi dari dunianya menuju dunia
kita sebagai pengajar, dan kita antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka
(DePorter dkk, 2001), tanpa ada rasa keterpaksaan. Kita sebagai pengajar pada
fase ini dituntut untuk bisa menyiapkan sebuah kejadian menarik yang dapat
mengundang minat siswa untuk membuka mata mereka dan menyerahkan segenap
perhatian mereka kepada kita. Seperti contoh yang pernah penulis lakukan di
kelas ketika penulis memulai pelajaran.
Pada saat itu penulis bermaksud menerangkan tentang materi Past Tense.
Penulis datang ke dalam kelas dengan membawa dua kardus besar coklat Wafer
TOP dan meletakkannya di depan kelas. Pertama kali masuk kelas, situasi kelas
masih ramai. Tapi ketika penulis mulai membuka kardus coklat, siswa mulai
memberikan respon. Satu orang bertanya tentang isi kardus tersebut. Beberapa
siswa yang lain meminta ijin agar diperbolehkan memiliki isinya. Tidak masalah
mereka memberikan respon yang berbeda, asalkan respon mereka tertuju pada
kita, itu sudah lebih dari dari cukup. Perhatian inilah yang menjadi target dari fase
Tumbuhkan. Ketika perhatian sudah berhasil direbut, maka itulah letak
kemenangan kita. Karena ketika hal ini terjadi, penyampaian materi akan sangat
mudah dilakukan.
A (Alami) dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar langsung
kepada siswa. Pengalaman belajar ini haruslah dapat mencakup segenap gaya

3
Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

belajar siswa, baik itu yang memiliki gaya belajar Auditory, Visual ataupun
Kinestetik. Ketika siswa diberi pengalaman belajar secara langsung, mereka akan
terus dapat mengingatnya karena sistem belajar seperti inilah yang dapat masuk ke
dalam sistem Long Term Memori mereka. Ketika penulis menerapkan fase ini ke
dalam kelas, respon siswa sangat bagus.
Setelah fase Tumbuhkan berjalan dengan baik, langkah selanjutnya adalah
memulai fase Alami. Penulis melakukannya dengan menceritakan sebuah kisah
menarik yang pernah penulis alami. Saat itu bahasan materi adalah Simple Past,
oleh karenanya penggunaan Past Tense (Verb II) sangatlah dominan. Selama
penulis bercerita, verb past yang penulis gunakan, penulis tuliskan di papan tulis.
Selesai bercerita, siswa diminta memberi komentar terhadap cerita tadi. Tapi yang
jelas, bukan pada komentar ini kita menilai respon siswa, melainkan sejauh mana
mereka paham dan tetap menaruh perhatian pada kita. Setelah respon di berikan,
kita beranjak pada catatan kita di papan tulis. Catatan itulah yang akan
mengarahkan jalannya pengajaran selanjutnya.
N (Namai) disini dimaksudkan untuk menyediakan kata kunci, konsep,
model, rumus, dan strategi sebagai penanda (DePorter dkk, 2001). Kadang, ketika
siswa hanya diberikan penjelasan materi secara intengible tanpa dijelaskan dan
diterangkan materi apa yang mereka dapat, mereka menjadi bingung dan merasa
tidak belajar. Bagian inilah yang digunakan untuk menghindari kejadian tersebut.
Catatan-catatan tentang ragam verb dua di papan tulis dapat digunakan untuk
melaksanakan fase Namai. Beri mereka pengertian tentang verb-verb tadi. Beri
mereka pengertian tentang penggunaannya, beri mereka contoh yang banyak
tentang aplikasinya, dan beri mereka rumus agar mereka jelas bahwa saat itu
mereka belajar tentang materi Past Tense
D (Demonstrasikan) adalah menyediakan kesempatan kepada siswa
untuk menunjukkan bahwa mereka tahu (DePorter dkk, 2001). Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan mereka kesempatan untuk mempraktekkan apa
yang telah mereka terima.
Fase ini memiliki peranan yang dominan dan penting dalam pembelajaran.
Semakin banyak kita memberikan kesempatan melakukan (demonstrasi) kepada
siswa, semakin paham pula mereka terhadap materi yang kita berikan. Membuat

4
Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

kalimat dengan menggunakan past tense, atau membuat recount (cerita tentang
pengalaman pribadi) tentang diri mereka dapat dijadikan cara dalam
melaksanakan fase ini.
U (Ulangi) dilakukan dengan dengan cara me-review secara umum
terhadap proses belajar di kelas. Tidak ada salahnya mengulang lagi secara umum
terhadap apa yang telah kita terangkan karena, bisa jadi, ada beberapa hal dari
materi kita yang tidak atau masih belum dipahami oleh siswa. Setelah semua
siswa mendapatkan giliran untuk mempraktekkan materi, tiba gilirannya bagi kita
untuk menutup pelajaran. Sebelum menutup pelajaran, yakinkanlah diri kita
bahwa semua siswa bisa dan paham terhadap materi tersebut, yaitu dengan
melakukan review materi. Kita bisa melakukannya dengan memunculkan
pertanyaan seperti ini: “Ok, students, what have we got so far? atau “What do you
get from this lesson? atau “Still remember what have we studied just now?”
R (Rayakan) adalah pengakuan terhadap hasil kerja siswa di kelas dalam
hal perolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Rayakan dapat dilakukan dalam
bentuk pujian, memberikan hadiah atau tepuk tangan. Pujian sangat penting
keberadaannya dalam proses belajar mengajar. Dr. Sylvia Rimm menyebutkan
bahwa pujian merupakan komunikator nilai-nilai orang dewasa efektif dan
menjadi alat yang amat penting bagi orang tua (guru) untuk membimbing anak-
anak (siswa). Kesenangan orang tua yang dinyatakan merupakan motivasi awal
yang paling kuat (1998:6).
Tapi meskipun demikian, terlalu banyak pujian juga tidak baik bagi
mereka. Sebab ketika hal itu terjadi, mereka akan belajar untuk selalu tergantung
dan mengharapkan perundingan untuk segala kegiatan mereka (Rimm, 1998).
Pujian dapat pula dilakukan kepada siswa meskipun mereka melakukan
kegagalan. Pujian ini dapat diartikan sebagai sebuah penguatan kepada siswa
untuk mempertahankan mental mereka agar tidak jatuh (down). Hal yang harus
kita ingat sebagai seorang pengajar dan pendidik adalah bahwa kegagalan itu
bukanlah suatu aib atau hal yang memalukan.
Sejarah menunjukkan bahwa bahkan orang yang paling sukses dan paling
dikagumipun ternyata pernah melakukan kesalahan fatal yang kelihatannya tidak

5
Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

bisa diperbaiki. Semua orang sadar bahwa berbuat salah sesungguhnya sangatlah
manusiawi (Stein, 2002).

Kurikulum Berbasis Kompetensi Pengajaran Bahasa Inggris


Kurikulum pelajaran bahasa Inggris, disebut Kurikulum Berbasis Literasi
(disingkat KBL), menggantikan kurikulum sebelumnya yang dikenal dengan
KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). KBL diharapkan mampu mendongkrak
tingkat literasi anak bangsa.
Literasi adalah budaya membaca dan menulis, yang berbanding terbalik
dengan budaya orasi yakni budaya mendengar dan berbicara. Orang
berpendidikan disebut literat karena mampu melakukan keduanya. Jadi, seorang
yang banyak membaca tapi tidak menulis dapat dikatakan setengah
berpendidikan.
Kompetensi utama yang muncul dalam kurikulum ini adalah kompetensi
berwacana (discourse competence), yakni kemampuan berkomunikasi lisan
(spoken) maupun tulis (written) dalam berbagai peristiwa interaksi/text. Untuk
memuluskan maksud tersebut diperlukan kompetensi pendukung, yaitu
kompetensi tindak bahasa, kompetensi sosio-kutural, kompetensi linguistic,
kompetensi strategi, dan kompetensi piranti pembentuk wacana. (Alwasilah,
2005). Dalam pelaksanaannya, rangkaian dua sistem komunikasi tersebut
kemudian disinergiskan ke dalam dua tahapan siklus yaitu dari siklus lisan (oral)
menuju siklus tulisan (written)
Dalam Kurikulum ini, siswa dikenalkan dan dijelaskan secara detail
tentang berbagai macam genre text, seperti recount, spoof, anecdote, report,
narrative, procedure, news item, descriptive, argumentative (kita menyebut teks-
teks tadi sebagai teks besar), texts kecil seperti letter, post cards, announcement,
advertisement dan text bebas seperti wacana transaksional personal/interpersonal
ringan.
Proses pembelajaran di kelas
Seperti disebut di atas, KBL merupakan rangkaian dari lisan ke tulisan.
Dalam KBL digunakan istilah siklus lisan (di dalamnya terdapat dua skill yaitu
listening dan speaking) dan siklus tulisan (di dalamnya terdapat dua skill yaitu

6
Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

reading dan writing). Walaupun bahasa Inggrisnya umumnya berorientasi pada


komunikasi lisan, siswa SMA juga diperkenalkan kepada komunikasi tulis secara
bertahap, khususnya bahasa tulis yang di dasarkan pada teks.
Dalam pembelajaran di kelas, ada empat tahap (yang selanjutnya akan kita
sebut dengan steps) yang harus ditempuh. Empat tahap itu adalah:
Building Knowledge of the Field, Modelling of the Text, Joint Construction
dan Individual/Independent Construction. Idealnya, empat tahap tersebut
dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiap-tiap siklus. Tetapi kadang
untuk menghemat waktu, tahap Building Knowledge of the Field diabaikan
dalam siklus tulis dengan pertimbangan tahap ini telah jelas diterangkan
sebelumnya secara jelas dalam siklus lisan
Pertama, Building Knowledge of the Field (BKF). Tahap ini dimaksudkan
untuk menjajaki dan mengenalkan topik yang akan dibahas. Bila teks yang akan
diajarkan adalah procedure, maka guru dan siswa terlibat dalam percakapan yang
berhubungan dengan teks tersebut. Pada tahap ini siswa dilatih keterampilan
menyimak dan berbicara. Siswa diajak untuk mencari segala peristiwa di
kehidupan sehari hari yang berhubungan dengan prosedur, tahapan, dan skema
untuk melakukan sesuatu. Setelah peristiwa tersebut teridentifikasi, guru
memberikan penjelasan kapan teks procedure ini muncul.
Tahap kedua adalah Modelling of the Text (MT). Tahap ini adalah tahap
pemajangan (exposure) terhadap teks. Ketika kelas berada dalam siklus lisan
(listening dan speaking), maka guru memberikan pemodelan kepada siswa. Misal,
cara membuat roti bakar. Guru memperagakan secara visual, auditori dan
kinestetik bagaimana caranya membuat roti tersebut dengan mempraktekkannya
secara langsung.
Pertama, guru menunjukkan bahan-bahan dan menyebutkannya dalam
bahasa Inggris, kemudian mempersiapkannya di depan dengan menerangkannya
dalam bahasa Inggris. Setelah itu dilanjutkan dengan proses pembuatan yang
kesemuanya disampaikan dalam bahasa Inggris. Setelah mendengar secara
langsung dari guru, peran kerja kemudian beralih dari guru ke siswa. Siswa
diberikan kesempatan untuk menunjukkan dan melatih kemampuan speaking
mereka.

7
Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

Ada dua pilihan yang bisa diberikan guru kepada siswa. Pilihan pertama,
siswa diminta mengulang secara keseluruhan prosedur yang telah dijelaskan, dan
pilihan kedua, siswa diminta menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan
prosedur yang telah diterangkan. Ketika kelas menginjak pada tahapan siklus
tulis, maka siswa dikenalkan dengan bahasa tulis teks tersebut melalui metode
membaca (exposure information by reading). Siswa diberikan contoh-contoh
procedure dan guru menjelaskan beberapa hal kepada mereka terutama generic
structure dari teks tersebut. Generic structure text terbagi menjadi dua bagian
besar, yang pertama adalah structure of the text, dan yang kedua adalah language
feature. Struktur text procedure adalah list of materials (bahan-bahan/materi),
sequence of events ( serangkaian kejadian) dan closing (penutup). Language
feature dari procedure adalah imperative, adverbs, time sequences, dan
conjunction. Ketika mereka paham terhadap generic structure dari teks, langkah
selanjutnya adalah membiarkan mereka bereksplorasi dalam bentuk tulisan.
Joint Construction of Text (JCT). Tahap ini didesain untuk menciptakan
kolaborasi antarsiswa. Dari kolaborasi itu diharapkan muncul teks sebagai hasil
kerja sama yang manis dalam kelompok. Mereka diasumsikan mampu berbuat itu
setelah melewati dua tahap sebelumnya di atas. Ketika mereka memasuki siklus
oral, maka kerjasama yang mereka lakukan adalah mendiskusikan bagaimana
prosedur membuat sesuatu secara lisan dalam kelompok. Kemudian pada siklus
tulis, mereka melakukan kerja sama dalam kelompok dengan kegiatan yang
berbeda, yaitu membuat prosedur terhadap suatu kegiatan. Perlu diingat di sini,
bahwa bahasa tulis dan bahasa lisan dalam teks procedure memiliki beberapa
perbedaan
Individual Construction of Text (ICT). Ini adalah tahap tertinggi dalam
penguasaan bahasa, yakni kemampuan secara mandiri memproduksi teks, Contoh
nya siswa diminta untuk menerangkan secara lisan bagaimana proses meng-install
program ke dalam komputer (siklus lisan).
Selanjutnya pada tahap ini siswa juga diharapkan mampu memproduksi
teks tersebut (bagaimana cara meng-install program ke komputer) ke dalam
bentuk teks tulis. Pada tahap ini diharapkan terjadi text sharing dengan
memperlihatkan teks itu dan membahasnya dalam kelas. Ini diniati sebagai bagian

8
Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

dari penanaman sikap positif, saling menghargai karya tulis sejawat. (Alwasilah,
2005).
Dalam pelaksanaan assessment/ penilaian, guru diberikan kebebasan
penuh kapan assessment tersebut dilakukan. Asalkan dapat mencakup empat skill
yaitu listening, speaking, reading dan writing, guru bebas berkreasi sesuai dengan
kondisi kelas. Namun meskipun demikian, idealnya, assessment dilaksanakan
sesuai dengan siklusnya. Assessment listening dan speaking dilaksanakan ketika
siklus lisan berjalan. Reading serta writing dilaksanakan pada siklus tulis.
Assessment listening biasanya diambil pada tahap BKF dan MT, dan Speaking
dilaksanakan pada tahap JCT atau ICT. Demikian pula pada assessment reading
dan writing Reading dilakukan pada BKF atau Modelling, dan Writing pada JCT
dan ICT. Pelaksanaan KBL dalam kelas dapat digambarkan ke dalam bagan
sebagai berikut:
Gambar 1: bagan pelaksanaan KBL di kelas

SIKLUS LISAN/ORAL

LISTENING SPEAKING

ICT
BKF
MT JCT

TEXT
assessment listening assessment speaking

SIKLUS TULIS/WRITTEN

READING WRITING

BKF ICT

MT JCT

Assessment reading assessment writing

9
Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

Pengajaran Quantum sistem TANDUR dan Penerapannya dalam KBK


Berbicara tentang KBL, maka kita berbicara tentang sebuah kurikulum
dengan berbagai macam kegiatan pembelajaran di dalamnya. Termasuk di
dalamnya dua siklus dan empat step yang telah diterangkan di atas. Seorang
pengajar tidak mungkin dapat menerapkan semua hal di atas hanya dalam satu
pertemuan. Butuh beberapa pertemuan untuk menyelesaikan secara keseluruhan
dari siklus tulis ke lisan. Belum lagi ketika sebuah proses assessment individu
yang panjang karena jumlah siswa yang banyak. Secara matematis kita dapat
menghitung jumlah pertemuan minimum yang kita lakukan untuk menyelesaikan
satu text dengan dua siklus. Kita asumsikan bahwa satu step dalam satu siklus
membutuhkan satu pertemuan, maka untuk menyelesaikan satu siklus kita
membutuhkan empat kali pertemuan. Untuk meyelesaikan satu text, dengan dua
siklus maka kita membutuhkan delapan pertemuan.
Andaikata kita kreatif dan disiplin terhadap waktu, BKF dan MT dapat
diselesaikan dalam satu pertemuan. JCT dapat kita tekan waktunya hingga hanya
butuh setengah pertemuan, maka sisa waktu yang ada dapat kita lanjutkan menuju
ICT. Apabila jumlah siswa yang kita miliki banyak, maka akan ada tambahan
waktu khusus untuk mengassessment mereka semua. Total waktu yang kita
gunakan adalah satu pertemuan untuk BKF dan MT, ditambah dua pertemuan lagi
untuk JCT dan ICT. Total keseluruhan untuk dua siklus adalah enam pertemuan.
Waktu pertemuan yang panjang inilah yang nantinya dapat kita
kolaborasikan dengan Quantum Teaching Metode TANDUR.
Kolaborasi KBL dan Quantum Teaching
Quantum Teaching metode TANDUR secara sempurna dapat dilakukan
dalam satu pertemuan. KBL tidak mungkin dilaksanakan seperti Quantum
Teaching. Kolaborasi ini dapat kita lakukan ketika proses siklus dan steps
berjalan. Step semisal BKF dapat dilaksanakan dengan menggunakan TANDUR,
demikian pula Steps yang lainnya.
Sebuah pengalamam menarik yang mungkin penulis bisa suguhkan untuk
memberikan ilustrasi kolaborasi ini adalah ketika penulis bermaksud untuk
menerangkan materi Present Perfect sebagai bagian untuk BKF text narrative.
Ketika penulis menerapkan metode klasikal dengan langsung memberikan dan

10
Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

menanyakan rumus dari Present Perfect, banyak di antara siswa enggan untuk
berpartisipasi. Begitu juga ketika penulis langsung menyuruh siswa untuk
membuat kalimat yang mengandung Present Perfect, banyak diantara siswa yang
saling menuding kanan dan kirinya. Jelas ini sangat tidak bagus untuk memulai
sebuah proses pembelajaran panjang.
Akhirnya, untuk meredam kejadian yang tidak kondusif ini, penulis
mencoba menyajikan materi ini dengan bentuk berbeda. Penulis memulainya
dengan bercerita. Inilah yang dilakukan penulis:
“Ok students, today I won’t teach you anything. But, to replace my lesson
I am going to tell you a story. A short story of my life. Please listen up! Just guest
what I am going to tell you. Any idea....? Hendra, can you guest what I am going
to say? (menunjuk satu siswa dan dia memberikan jawaban). Emm, a little bit
close to my idea Hendra, but not quite correct, thanks by the way.”
“Ok students, actually I am going to tell you about my strange hobby. Yes
Ical, what have I said? (penulis menunjuk seseorang lagi untuk memastikan ia
mendengarkan apa tidak). Yes it is all about my hobby. I believe that all of you,
have a hobby, but I am not quite sure that you have a hobby like me. Ok....my
hobby is traveling. Traveling is not a strange hobby isn’t it, but what about if I do
it by doing a silly thing? Can you guest what I always do when traveling?”
“Yes, I always brougth my old suitcase to every places I visited. I loved
my suitcase, and that’s why I always brought it. I also liked to buy a sticker that
was sold as a souvenir in that places. Although I liked buying sticker, I never
bought a sticker that had no date in it. That sticker was aimed to tell to everyone
that I had been in that place in a certain time. No visit without suitcase, and no
happy without a sticker.”
“When I came to Bali, I bought a sticker written BALI FAIR 2001. When I
came to Lombok I also bought a small pretty sticker written LOMBOK THE
PARADISE ISLAND 1996. Those stickers were stick in my suitcase to remind me
that I was a true traveler. And everyone would know me that I liked traveling. I
liked showing off my stories.”
“Now if I have a sticker like this (penulis menempelkan stiker di papan
tulis) written there JAKARTA INTERNATIONAL SEMINAR 2002. (penulis

11
Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

kemudian menanyakan pada siswa pertanyaan-pertanyaan dan memberi penguatan


kepada mereka untuk menjawab), what can you tell from that? Any body knows
what I did? Yes Aldy...Can you tell me what I did...what? Come on, I believe you
can make it.
Siswa memberikan ide, “Sir I know that you went to Jakarta in 2002”
(Bingo! Satu poin telah didapat kemudian penulis memberi siswa tersebut pujian)
“Excellent!! Yeah… this sticker tells us that I was in Jakarta in 2002.
What about this sticker (penulis menunjukkan stiker lain, tertulis di dalamnya:
MADURA BULL RACE ISLAND 2003), “Anybody knows what that means?
Lukman do you want to try? (penulis menunjuk pada satu siswa dipojok belakang
sebelah kiri)”
Lukman memberikan jawaban yang tidak pasti, “Hmm...may be you gone
to watch Bull Race in Madura.
Penulis: “Not gone Lukman, try to use Verb two. Ok now try once again
Lukman...(penulis memberikan dia kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya
sendiri).
Lukman: “Sir,I mean you went to Madura to watch Bull race!”
Penulis: “Great Lukman!”
Banyak stiker kita tunjukkan kepada siswa dan yakinkan mereka untuk
menjawab dengan tepat. Kemudian jelaskan kepada mereka mengapa mereka
harus menggunakan bentuk Verb dua.
Ketika mereka telah mulai panas, tunjukkan satu stiker yang beda dengan
sebelumnya. Di situ tertulis (ACEH SERAMBI MEKKAH, tanpa ada tahun di
dalamnya). Tanyakan mereka seperti apa yang telah kita lakukan.
“Now, if I have a sticker like this, what can you infer then? What Novan? I
went to Aceh? Emh... try once again Novan, you missed something. There was no
date in there. Ok Naufal, what did you say? I had gone to Aceh?A little bit close
Naufal.
Widad: “Sir, You have been to Aceh.”
Penulis: “Yess Widad, that’s CORRECT! (sembari menunjuk siswa yang
menjawab benar dan memberinya acungan jempol) Students, this sticker has no
date in there, so we have to use different verb then. So you have to answer, I have

12
Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

been in Aceh, or I have gone to Aceh. Very good students! Now we are going to
learn Present Perfect.
Dari peristiwa di atas, kita bisa mengetahui jalannya sebuah proses belajar
mengajar yang muncul dan bercermin dari ide-ide brillian siswa sendiri. Pada
proses tersebut peran guru hanyalah sebagai fasilitator dalam mengantarkan siswa
memahami sesuatu (materi) dan inilah yang disebut Student Centre.
Ketika sampai pada kondisi ini, mulailah kita masuk pada TANDUR.
Jelaskan kepada mereka tentang pentingnya mempelajari Tenses ini sebagai
bagian dari Tumbuhkan. Setelah Tumbuhkan selesai, berikan mereka Pengalaman
belajar dengan kita atau siswa atau hal-hal lain sebagai modelnya. Pengalaman ini
adalah bagian dari fase Alami pada TANDUR. Fase Alami telah selesai,
lanjutkanlah dengan fase Namai, fase ketiga dari TANDUR. Beri mereka rumus,
beri mereka contoh-contoh yang banyak yang berhubungan dengan Present
Perfect.
Setelah semua itu selesai, kita langkahkan kaki kita pada fase
Demonstrasikan, buat siswa menjawab beberapa pertanyaan yang kita ajukan dan
buat semua siswa membuat kalimat yang di dalamnya memuat materi tadi.
Ingatlah bahwa ini adalah siklus lisan, jadi minimkanlah penggunaan tulisan. Beri
kesempatan kepada seluruh siswa untuk berpartisipasi hingga kita dapat
meyakinkan diri kita bahwa mereka paham benar materi tersebut.
Langkah selanjutnya adalah fase Ulangi. Di akhir waktu pelajaran, ulangi
lagi materi tadi secara umum dan tidak ada salahnya memberi pertanyaan kepada
satu siswa secara acak untuk memastikan hal tersebut. Kemudian beri mereka
kuis, satu soal saja sudah cukup. Undang mereka untuk menjawab pertanyaan.
Bagi mereka yang menjawab, beri mereka hadiah atau sekedar tepuk tangan dari
teman-teman dikelas. Tidak ada salahnya merayakan hasil kerja keras mereka
dengan tepuk tangan bersama.
Ketika memasuki step MT, lakukanlah hal yang sama seperti yang telah
kita lakukan pada step BKF. Ingatlah bahwa pada step ini kita telah masuk ke
dalam teks yang sebenarnya. Mulailah dengan Tumbuhkan dengan membuat
kejadian-kejadian menarik yang berhubungan dengan Narraritve, semisal kita
menunjukkan gambar Buaya yang berada di bawah kaki seekor kera (untuk

13
Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

melangkah pada cerita rakyat buaya dan beruk) atau putri cantik yang bertelanjang
kaki (Cinderella) dan lain sebagainya. Semakin kita kreatif dalam membuat
pengalaman belajar pada siswa, semakin menarik pula pelajaran yang kita
berikan. Kolaborasi KBL dengan Quantum Teaching dapat digambarkan ke dalam
bagan sebagai berikut:

SIKLUS LISAN (ORAL) SIKLUS TULIS (WRITTEN)


BKF MT JCT ICT BKF MT JCT ICT

Q Q Q Q Q Q Q Q
Teaching Teaching Teaching Teaching Teaching Teaching Teaching Teaching
g g g g g g

1 meeting 1 meeting 1 meeting 1 meeting 1 meeting 1 meeting 1 meeting 1 meeting


LISTENING SPEAKING READING WRITING

Temuan-temuan menarik
Penulis ketika melaksanakan penelitian ini sedang mengajar di kelas X
kelompok putra dan putri Average (Sekolah membagi siswa yang berjumlah 58
siswa ke dalam enam kelas berdasarkan hasil tes penempatan yang dilakukan di
awal semester 2. Hasilnya adalah kelas Putra High dengan siswa berjumlah 7
orang, kelas Putra Average dengan siswa berjumlah 11 orang, kelas Putra Low
dengan siswa berjumlah 8 orang, kelas Putri High dengan siswa berjumlah 10
orang, kelas Putri Average berjumlah 11 orang, dan Putri Low berjumlah 8 orang.
Ketika penulis melaksanakan pengamatan selama satu semester dan
melihat beberapa aspek termasuk didalamnya hasil nilai UTS siswa, penulis
menemukan hal yang menarik, yaitu, dari 22 siswa yang penulis ajar, mereka
mendapatkan kemajuan sebagai berikut:
1. 3 siswa mengalami peningkatan yang signifikan yang dilihat dari hasil
UTS mereka yang bagus (mereka tidak ikut remedial teaching, padahal
semester sebelumnya ketiga murid tersebut mengikuti remidi)
2. 1 siswa mulai terbuka dan berpastisipasi aktif dalam kelas sehingga
mendapatkan nilai afektif 90 dengan Kriteria A (semester sebelumnya,
siswi ini tertutup dan pasif dalam kelas)

14
Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

3. 1 siswa berhasil masuk 10 besar nilai raport sisipan (semester sebelumnya,


siswa ini ada di kelas High, kemudian dipindah ke kelas Average karena
nilai listeningnya yang kurang memuaskan)
4. 60 persen dari jumlah siswa memiliki kenaikan prestasi 10 persen yang
dilihat dari hasil nilai raport sisipan mereka.
5. 10 siswa putra mendapat nilai afektif A dan 1 orang B karena kerja keras
dan keaktifan mereka di kelas, dan seluruh siswa puti mendapat nilai
afektif A (semester sebelumnya ada 4 orang mendapat nilai afektif C dan 1
orang D)

Penutup
Dari apa yang telah dijelaskan pada bagian-bagian sebelumnya, terlihat jelas
bahwa KBL sebagian bagian dari kurikulum pendidikan di Indonesia apabila di
kolaborasikan dengan Quantum Teaching dapat menghasilkan output yang
memuaskan. Hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan di kelas oleh penulis.
Namun meskipun demikian, untuk mengkolaborasikan dua sistem pengajaran
tersebut kita memerlukan banyak sekali kreatifitas untuk mendukung
pengkolaborasian keduanya di dalam kelas, dan hal ini tidak mungkin dapat
dilakukan tanpa adanya antusiasme dari guru sebagai pengajar. Guru adalah bukan
saja orang yang memberikan pengajaran di kelas, tetapi juga dituntut untuk
bertindak sebagai planner, manager, motivator, instructional expert, leader,
counselor dan model (woodfolk, 1987). Nah, sanggupkah kita melakukan itu
semua?

15
Jurnal PAMATOR Volume 3 Nomor 2 Juli 2006

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 2006. Kurikulum Berbasis Literasi. www.pikiran-


rakyat.com.1 mei 2006
DePorter, Bobbi. 1992. Quantum Learning: Unleashing the Genius in You. New
York: Dell Publishing
DePorter, Bobbi dkk. 2002. Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum
Learning di ruang-ruang kelas. Bandung: Kaifa
Ridho, Rasyid. 2006. Cerahkan Dunia Pendidikan Dengan Metode Quantum
Teaching. www.ekifamily.bloghi.com. 25 mei 2006
Rimm, Sylvia, Dr. 1998. Smart Parenting, Mendidik anak dengan bijak. Jakarta:
PT Grasindo
Stein & Book, 2002. Ledakan EQ. Bandung: Kaifa
Setiawan, Slamet. 2001. First Language Maintenance: Evidence of Indonesian in
Auckland that is unlikely to succeed. Jurnal Bahasa Verba, Vol. 2 No. 37,
173-181
Woolfolk, A.E. 1984. Educational Psychology. New Jersey: Prentice Hall Inc,
Englewood Cliffs

16

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai