Anda di halaman 1dari 25

PENDEKATAN QUANTUM LEARNING

Diajukan sebagai tugas terstruktur mata kuliah Teori Belajar dan


Pembelajaran
Dosen Pengampu : Ibu Lilis Nurteti, S. Pd. I., M. Pd.

Disusun Oleh
KELOMPOK 7:

Elsa Amalia (2103003883)


Jajang Miptah Maulana (2103003874)
Nadilla Noor Fitriyani (2103003896)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
CIAMIS- JAWA BARAT
2022

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puja
dan puji syukur kita panjatkan atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga makalah tentang “ Pendekatan Quantum Learning” dapat
terselesaikan tepat waktu. Shalawat dan salam kami haturkan atas junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar
dan Pembelajaran. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran yaitu, Ibu Lilis Nurteti, S. Pd.I., M.Pd. yang telah
memberikan tugas ini yang Insya Allah dapat menambah wawasan dan rasa ingin tahu
penyusun mengenai pendekatan Quantum Learning. Selain itu, penyusun juga
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini tersusun dengan baik.
Namun, terlepas dari semua itu penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya baik itu bagi pembaca maupun bagi penyusun.

Ciamis, 24 Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Quantum Learning.................................................................................3
B. Mengenal Quantum Teaching.................................................................................4
1. Pengertian Quantum Teaching..........................................................................4
2. Azas Utama Quantum Teaching........................................................................6
3. Prinsip-prinsip Quantum Teaching....................................................................7
4. Kerangka Rancangan Quantum Teaching.........................................................12
5. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Quantum Teaching............................13
C. Aplikasi Quantum Learning dalam Pembelajaran...................................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses belajar atau mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya
berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana kita menggubah
lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung
(Lozanov, 1978) dalam (De Porter, dkk, 2000: 3). Bobbi De Porter dan Mike Hernacki
mengembangkan konsep Lozanov itu menjadi Quantum Learning. Metode belajar ini
diadopsi dari beberapa teori mutakhir. Antara lain sugesti, teori otak kanan-kiri, pilihan
modalitas (visual, auditorial dan kinestetik) dan pendidikan holistik (Saharuddin, dkk,
2015:1).
Quantum ialah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Learning
ialah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang menyenangkan serta mengubah
kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka
sendiri dan bagi orang lain. Quantum Learning merupakan orkestrasi bermacam macam
interaksi yang di dalam dan sekitar momen belajar atau suatu pembelajaran yang mempunyai
misi utama untuk mendesain suatu proses belajar yang menyenangkan yang disesuaikan
perkembangan tingkat siswa. Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar
mempengaruhi efektif kesuksesan (Ahmad dan Joko, 2009: 1) dalam (Mahfudoh, dkk, tanpa
tahun:1). Untuk mempraktikkan Quantum Learning, maka dibutuhkan penguasaan dalam
Quantum Teaching.
Quantum Teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Dan
Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang
memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar (De Porter,
dkk, 2000: 3).
Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah
paket multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya--akan
melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk berprestasi.
Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang
efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar (De
Porter, dkk, 2000: 4).

iv
Aspek-aspek dalam Quantum Learning meliputi pengertian dan pengimplementasian
nya atau pengaplikasiannya dalam konteks pembelajaran. Sedangkan Quantum Teaching
terdiri dari azas utama, kerangka rancangan Quantum Teaching, prinsip-prinsip
pembelajarannya, serta kelebihan dan kekurangan Quantum Teaching. Semua aspek tersebut
akan dipaparkan penyusun melalui makalah berjudul “ Pendekatan Quantum Learning” demi
mendapatkan gambaran yang jelas tentang Quantum Learning itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Quantum Learning?
2. Quantum Teaching:
a. Apa pengertian Quantum Teaching?
b. Apa azas utama dari Quantum Teaching?
c. Bagaimana prinsip-prinsip Quantum Teaching?
d. Bagaimana kerangka rancangan Quantum Teaching?
e. Apa kelebihan dan kekurangan pendekatan Quantum Teaching ?
3. Bagaimana aplikasi Quantum Learning dalam pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Quantum Learning.
2. Quantum Teaching :
a. Untuk mengetahui pengertian Quantum Teaching.
b. Untuk mengetahui azas utama dari Quantum Teaching.
c. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Quantum Teaching.
d. Untuk mengetahui kerangka rancangan Quantum Teaching.
e. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan Quantum Teaching.
3. Untuk mengetahui aplikasi Quantum Learning dalam pembelajaran.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Quantum Learning


Quantum merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum
learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria
yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya “ suggestology” atau “suggestopedia”.
Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan
setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun sugesti negatif. Beberapa teknik
yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan siswa secara
nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu,
menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan
menyediakan guru-guru terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif (De Porter, Hernacki,
1999: 14).
Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestology adalah
“pemercepatan belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai
“memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya
yang normal, dan dibarengi kegembiraan”. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara
sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif,
kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk
menghasilkan pengalaman belajar yang efektif (De Porter, Hernacki, 1999: 14).
Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik
(NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini
meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan
jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP
mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-
tindakan positif-faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini
dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan
menciptakan pegangan dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan.
vi
Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih
sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.
Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif
untuk semua umur. Quantum Learning didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal
dalam fisika kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi.
Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: (De Porter, Hernacki, 1999: 16).
E = mc2
 E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar, semangat ).
 m = Massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik).
 c = Interaksi (hubungan yang tercipta di kelas) (Repdayanti, 2017: tanpa halaman).
Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP
dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep
kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
 Teori otak kanan/kiri.
 Teori otak triune (3 in 1).
 Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik).
 Teori kecerdasan ganda.
 Pendidikan holistik (menyeluruh).
 Belajar berdasarkan pengalaman.
 Belajar dengan simbol (Metaphoric Quantum Learning).
 Simulasi/permainan (De Porter, Hernacki, 1999: 16).
B. Mengenal Quantum Teaching
1. Pengertian Quantum Teaching
Quantum Teaching adalah pendekatan proses belajar yang dapat memunculkan
kemampuan dan bakat alamiah siswa dalam membangun proses pembelajaran yang efektif.
Model pembelajaran Quantum Teaching menekankan pada teknik meningkatkan kemampuan
diri dan proses penyadaran akan potensi yang dimiliki. Model pembelajaran berbeda dengan
strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran
meliputi suatu pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Ismail dalam Rachmadi (2004:3)
dalam (Rohmalia, dkk, 2018: 13).
Model pembelajaran Quantum Teaching merupakan model belajar yang
menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran yang menyenangkan dapat mengembangkan secara

vii
cepat potensi siswa karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada proses belajar yang dialami siswa (Rohmalia, dkk 2018: 13).
Belajar perlu lingkungan yang menunjang, dimana anak dapat mengembangkan
kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif . Hal ini perlu diperhatikan untuk
membantu siswa agar responsif dan bergairah dalam proses belajar mengajar. Pengubahan
lingkungan belajar yang semula membosankan menjadi lingkungan pembelajaran yang
mendukung dapat membuat siswa lebih bersemangat mengikuti proses pembelajaran. Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menata lingkungan belajar yang mendukung proses
pembelajaran, antara lain: menata lingkungan sekeliling, menggunakan alat bantu, mengatur
bangku, menghadirkan tumbuhan, aroma dan hewan kesayangan, serta menghadirkan musik
(Rohmalia, dkk 2018: 13).
Model pembelajaran Quantum Teaching dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
faktor pendukung model pembelajaran Quantum Teaching, faktor pendukung tersebut
diantaranya:
a. Lingkungan Sekeliling
Lingkungan sekeliling di dalam kelas mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan
sekeliling dapat membantu meningkatkan konsentrasi siswa dan juga dapat menghambat
siswa dalam belajar. Menurut Porter model pembelajaran Quantum Teaching memberikan
beberapa ide yang dapat digunakan untuk membangun lingkungan belajar yang mempertajam
daya ingat dan pemahaman siswa dalam proses belajar mengajar berupa pemasangan poster
ikon, poster afirmasi dan penggunaan warna.
Poster ikon menampilkan isi pelajaran secara visual, berupa gambar yang
berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai saat pelajaran berlangsung. Poster afirmasi
digunakan untuk menguatkan motivasi siswa berupa pesan-pesan seperti, ”Aku mampu
mempelajarinya ”dan ”Aku semakin pintar dengan setiap tantangan baru” Sesuai dengan
tujuan penelitian berupa peningkatan motivasi dan hasil belajar fisika, poster ikon yang
dipasang adalah gambar tokoh fisika disertai pokok-pokok materi pelajaran yang ingin
disampaikan. Poster ikon dipasang di depan kelas diatas pandangan mata sampai unit
pelajaran yang disampaikan selesai.
Untuk lebih memperkuat pengajaran, digunakan warna-warna tertentu dalam
penulisan materi pelajaran. Warna hijau, biru, ungu, dan merah untuk kata-kata penting,
jingga dan kuning untuk menggaris bawahi, serta hitam dan putih untuk kata-kata
penghubung. Warna juga dapat digunakan untuk membuat poster afirmasi agar pesan yang di
sampaikan tampak semakin jelas.

viii
b. Alat Bantu
Alat bantu merupakan benda yang digunakan untuk mewakili suatu gagasan. Alat
bantu dapat membantu secara visual dan kinestetik proses pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat-alat percobaan. Siswa
yang kinestetik dapat berperan sebagai pelaksana percobaan agar lebih memahami konsep-
konsep fisika yang ditemukan melalui percobaan tersebut.
c. Pengaturan Bangku
Pengaturan bangku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Pengaturan
bangku bertujuan untuk memudahkan jenis interaksi yang diperlukan dalam pembelajaran.
Penggunaan metode diskusi dan eksperimen dalam penelitian ini secara otomatis
mempengaruhi posisi bangku sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk percobaan dan
diskusi kelompok, bangku diputar saling berhadapan karena yang ingin dicapai adalah
fleksibilitas. Untuk presentasi kelompok, semua bangku diatur membentuk huruf U sehingga
siswa fokus menghadap kelompok yang menyampaikan presentasi.
d. Musik
Musik dalam pendidikan dapat menata suasana hati, meningkatkan hasil belajar, dan
menyoroti hal-hal penting. Musik menciptakan kondisi santai dan menciptakan lingkungan
mendukung yang berkesinambungan. Menurut Brown, musik membantu siswa lebih mudah
menyimpan informasi dan memperoleh nilai tes lebih tinggi. Jadi, penggunaan musik dalam
proses pembelajaran dapat membantu menciptakan pembelajaran yang efektif.
Berkaitan dengan permasalahan yang ditemukan, yakni rendahnya motivasi dan hasil
belajar, maka musik akan dihadirkan dalam proses pembelajaran. Hal ini mengacu pada
pendapat bahwa musik dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar yang diinginkan,
selain dapat digunakan untuk menata suasana hati (Rohmalia, dkk, 2018:14-15).
2. Azas Utama Quantum Teaching
Asas utama Quantum Teaching adalah “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan
Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Inilah asas utama yang merupakan dasar model
Quantum Teaching. Hal ini dapat diartikan bahwa kita diingatkan tentang pentingnya
memasuki dunia murid dengan mengaitkan apa yang kita ajarkan dengan sebuah peristiwa,
pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial atau akademis mereka.
Setelah kaitan itu terbentuk, kita dapat membawa mereka ke dalam dunia kita dan
memberikan mereka pemahaman kita mengenai isi dunia itu (Rohmalia, dkk, 2018: 13).
Quantum Teaching bersandar pada konsep Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita,
dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Inilah Asas Utama-alasan dasar di balik

ix
segala strategi, model, dan keyakinan Quantum Teaching. Segala hal yang dilakukan dalam
kerangka Quantum Teaching-setiap interaksi dengan siswa. Setiap rancangan kurikulum, dan
setiap metode instruksional dibangun di atas prinsip Bawalah Dunia Mereka ke Dunia
Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka.
Beginilah maksudnya, Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan
Dunia Kita ke Dunia Mereka mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid
sebagai langkah pertama. Untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama kita harus
membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Sertifikat mengajar atau
dokumen yang mengizinkan kita mengajar atau melatih hanya berarti bahwa kita memiliki
wewenang untuk mengajar. Hal ini tidak berarti bahwa kita mempunyai hak mengajar.
Mengajar adalah hak yang harus diraih, dan diberikan oleh siswa, bukan oleh Departemen
Pendidikan. Belajar dari segala definisinya adalah kegiatan full-contact. Dengan kata lain,
belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia-pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh di
samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang.
Dengan demikian, karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk
memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh guru (De Porter,
dkk, 2000: 6).
Jadi, masuki dahulu dunia mereka. Karena tindakan ini akan memberi kita izin untuk
memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu
pengetahuan yang lebih luas. Caranya dapat dengan mengaitkan apa yang kita ajarkan dengan
sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik,
musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, kita dapat
membawa mereka ke dalam dunia kita, dan memberi mereka pemahaman mengenai isi dunia
itu. Di sinilah kosakata baru, model mental, rumus, dan lain-lain dibeberkan. Seraya
menjelajahi kaitan dan interaksi, baik siswa maupun guru mendapatkan pemahaman baru dan
“Dunia Kita” diperluas mencakup tidak hanya para siswa, tetapi juga guru. Akhirnya, dengan
pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam ini, siswa dapat membawa apa
yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru. Bawalah
Dunia Mereka ke Dunia Kita, Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Begitulah dinamika
manusia (De Porter, dkk, 200: 6-7).
3. Prinsip-prinsip Quantum Teaching
Quantum Teaching juga memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Serupa dengan
azas utama, Bawalah Dunia Mereka ke Duni Kita, Antarkan Dunia Kita ke Dunia
Mereka, prinsip-prinsip ini mempengaruhi seluruh aspek Quantum Teaching. Anggaplah

x
prinsip-prinsip ini sebagai struktur chord dasar dari simfoni belajar (De Porter, dkk, 2000:
7).
Untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, prinsip-prinsip tersebut
yaitu :
a. Segalanya berbicara, artinya segala dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh,
rancangan pelajaran semua mengirimkan pesan tentang belajar (Rohmalia, dkk, 2018:
15). Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh kita, dari kertas yang kita
bagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar (De
Porter, dkk, 2000: 7).
Psikolog dari Universitas Pennsylvania Martin Seligman, menemukan bahwa
sebagian orang bereaksi lebih sensitif terhadap prasangka. Dalam eksperimen. Dia
menguji sekelompok perenang untuk menentukan tingkat optimisme dan pesimisme
pribadi mereka (bagaimana mereka menafsirkan umpan balik). Dia menemukan
bahwa beberapa perenang yang telah teruji bersifat pesimis, pada saat diberi waktu
renang palsu yang buruk, akan mencatat waktu yang semakin buruk. Sementara yang
lain, yang telah teruji bersifat optimis. Sekalipun diberi umpan balik negatif.
Berprestasi lebih baik (Seligman, 1991).
Dalam buku mereka Education on the Edge of Possibility, Renate Nummela Caine
dan Geoffrey Caine menyatakan,
“Keyakinan guru akan potensi manusia dan kemampuan semua anak untuk
belajar dan berprestasi merupakan suatu hal yang penting diperhatikan.
Aspek-aspek teladan mental guru berdampak besar terhadap iklim belajar
dan pemikiran pelajar yang diciptakan guru. Guru harus memahami bahwa
perasaan dan sikap siswa akan terlibat dan berpengaruh kuat pada proses
belajarnya (Caine dan Caine, 1977, h.124).”
Memperhatikan emosi siswa dapat membantu kita mempercepat pembelajaran
mereka. Memahami emosi mereka juga dapat membuat pembelajaran lebih berarti
dan permanen (De Porter, dkk, 2000: 21-22). Kuncinya adalah membangun ikatan
emosional tersebut, yaitu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin
hubungan, dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar.
Studi-studi menunjukkan bahwa siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya
memuaskan, menantang, dan ramah serta mereka mempunyai suara dalam pembuatan
keputusan. Dengan kondisi seperti itu, para siswa lebih sering ikut serta dalam
kegiatan sukarela yang berhubungan dengan bahan pelajaran (Walberg, 1997) dalam

xi
(De Porter, dkk, 2000: 23-24). Hal ini meningkatkan hubungan dan kepercayaan
dalam pengajaran. Dengan adanya korelasi langsung antara keterlibatan emosi dan
prestasi belajar siswa, keterlibatan emosi kini bukan lagi sekadar gagasan muluk yang
menyenangkan hati orang.
Di samping memastikan agar siswa lebih banyak belajar dan terlibat, ikatan
emosional juga sangat mempengaruhi memori dan ingatan mereka akan bahan-bahan
yang dipelajari (De Porter, dkk, 2000: 23-24).
b. Segalanya bertujuan artinya semua yang terjadi dalam pengubahan mempunyai
tujuan. Dengan kesuksesan siswa sebagai tujuan, camkanlah unsur setiap saat. Unsur
berikut ini. Pertama, pada saat kita memperkenalkan isi pelajaran (hal yang paling
sulit bagi pelajar), pastikan kita selalu menyajikannya secara:
1) Multisensori-gunakan unsur visual, auditorial, dan kinestetik.
2) Pemotongan menjadi segmen-pecahlah informasi menjadi segmen-segmen
berisi tiga sampai empat “infobytes”, dan
3) Sering-seringlah melakukan pengulangan sepanjang waktu belajar, gunakan
pengulangan untuk memastikan disimpannya informasi di dalam otak. Lalu,
tambahkan kemajuan sederhana pada proses pembelajaran.
Pada saat kita pertama kali mengajarkan informasi ini, pastikan untuk membuatnya
multimodalitas. Potong menjadi segmen dan ulang berkali-kali (De Porter, dkk, 2000:
87). Ajarkan pertama kali pada kelompok besar (seluruh kelas). Kedua, buat
kelompok-kelompok kecil (kelompok kerja sama, tim, atau pasangan) untuk
pemantapan belajar. Ketiga, selesaikan secara perseorangan (menjawab pertanyaan di
depan kelas, pekerjaan rumah, tes, atau kuis). Dengan demikian, pelajar mendapatkan
informasi dalam bentuk yang paling mudah sambil mengambil risiko paling kecil
dalam kelompok besar. Kemudian, ketika kita memindahkan mereka ke kelompok
kecil, risiko pribadi, sekalipun menjadi lebih besar karena mereka diperhitungkan
satu-satu, tidak terlalu menekan karena mereka mulai mengenal isi pelajaran.
Akhirnya, pada saat mereka tampil sendiri-sendiri, mereka masih mengambil risiko
besar, tetapi mereka dapat mengatasinya karena merasa percaya diri, dan sudah
menguasai isi pelajaran (De Porter, dkk, 2000: 87-88).
c. Pengalaman sebelum pemberian nama artinya proses belajar yang paling baik terjadi
ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk
apa mereka mempelajarinya (Rohmalia, dkk, 2018: 15).

xii
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan
menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi
ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk
apa yang mereka pelajari (De Porter, dkk, 2000: 7)
d. Akui setiap usaha artinya pada saat siswa belajar, mereka patut mendapat pengakuan
atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka Rohmalia, dkk, 2018: 15).
Belajar mengandung risiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada
saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan
dan kepercayaan diri mereka (De Porter, dkk, 2000: 8).
Semua orang senang diakui. Menerima pengakuan membuat kita merasa bangga,
percaya diri, dan bahagia. Penelitian mendukung konsep bahwa kemampuan siswa
meningkat karena pengakuan guru. Dalam kajian Gordon Wells mengenai bahasa
belajar anak-anak, dia mencatat jika anak-anak diharapkan melakukan transisi dengan
mudah dan percaya diri, mereka haruslah mengalami lingkungan baru sekolah
sebagai sesuatu yang menggairahkan dan menantang. Dalam lingkungan ini, sebagian
besar usaha mereka harus berhasil dan mereka harus diakui sebagai diri mereka dan
apa yang dapat mereka lakukan. Anak-anak yang merasa, atau dibuat merasa, tidak
diterima dan tidak kompeten akan lambat memulihkan rasa percaya diri dan
akibatnya, kemampuan mereka untuk memanfaatkan kesempatan belajar diperbesar
yang disediakan sekolah tersebut bahkan mungkin berkurang. Dalam kasus ekstrem,
rusak dan tidak dapat lagi diperbaiki (Wells, 1986, h. 68) dalam (De Porter, dkk,
2000: 29).
Untuk mendapatkan hasil terbaik dengan siswa, akui setiap usaha, tidak hanya usaha
yang tepat. Sebagai guru, kita lebih banyak mengakui ketepatan daripada proses
belajar perseorangan. Sebab sebagai guru, kita membaktikan sebagian besar waktu
kita di tempat yang disebut “mengetahui”. Kita tahu apa yang kita ketahui. Kita tahu
bahan ajaran kita, kita tahu apa yang diketahui murid kita, apa yang harus diketahui
mereka, dan apa yang akan mereka ketahui. Kita digaji untuk mengetahui. Akibatnya,
dilema muncul karena murid-murid kita, dalam proses mencapai tempat yang disebut
“Aku tahu!”, menghabiskan sebagian besar waktunya di sebuah tempat berbeda yang
disebut: belajar.
Belajar adalah tempat yang mengalir, dinamis, penuh risiko, dan menggairahkan.
Belum ada “aku tahu” di sana. Kesalahan, kreativitas, potensi, dan ketakjuban
mengisi tempat tersebut (De Porter, dkk, 2000: 29).

xiii
Di sini ada ketidakcocokan. Siswa melakukan apa yang kita kehendaki, mereka
mencoba belajar. Sayangnya, mereka tidak diakui untuk hal tersebut. Hanya setelah
mereka tahu, barulah mereka dipuji. Mulailah mengakui bagian yang benar-benar
penting “belajar”. Untuk benar-benar menciptakan pelajar seumur hidup, akui setiap
usaha yang mereka lakukan pada jalan menuju “aku tahu”.
Ingatlah untuk memberikan pengakuan yang kuat dan konkret. “Bagus,” “Hebat,”
atau “Memuaskan,” tidak menunjukkan apa persisnya hal yang telah dia lakukan
dengan benar. Alih-alih, cobalah, “Dalam paragraf itu, kamu menggunakan kata
sifat dengan baik dan memberikan penjelasan yang gamblang. Lina, ceritamu
benar-benar menjadi hidup.” Atau “Bagus sekali kamu mau berbagi bekal, Lina.
Kamu anggota tim yang baik. Terima kasih.” Ungkapan seperti ini membantu siswa
berfokus pada tindakannya yang baik, sehingga dia dapat mengulanginya lagi dan
lagi.
Mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong mereka memperkuat rasa
tanggung jawab dan mengawali proses belajar mereka sendiri. Perayaan akan
mengajarkan kepada mereka mengenai motivasi hakiki tanpa “insentif”. Siswa akan
menanti kegiatan belajar, sehingga pendidikan mereka lebih dari sekadar mencapai
nilai tertentu (De Porter, dkk, 2000: 30).
e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan artinya perayaan memberikan
umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan sikap positif siswa dalam
kegiatan belajar mengajar (Rohmalia, dkk, 2018: 15).
Perayaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai
kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar De Porter, dkk,
2000: 8). Biasanya pada saat kita mencapai sesuatu, kita hanya melanjutkan ke
kegiatan selanjutnya, tanpa menciptakan daya pendorong istimewa untuk mengulang
keberhasilan itu. Sebagai guru, kita layak menanamkan bibit kesuksesan, dan selalu
menghubungkan belajar dengan perayaan.
Perayaan membangun keinginan untuk sukses. Di bawah ini adalah beberapa bentuk
perayaan menyenangkan yang biasa digunakan:
1) Tepuk tangan: Teknik ini terbukti tidak pernah gagal memberikan inspirasi.
Cobalah variasi tepuk tangan, misalnya bertepuk tangan membentuk
lingkaran.
2) Hore! Hore! Hore!: Jika diberi aba-aba, semua orang melompat berdiri dan
berteriak senyaring mungkin, “Hore, Hore, Hore!” ambil mengayunkan

xiv
tangan ke depan dan ke atas. Cara ini mengasyikkan sekali jika dilakukan
“bergelombang” ke seluruh ruangan (De Porter, dkk, 2000: 31).
3) Wussss: Jika diberi aba-aba, semua orang bertepuk tangan tiga kali secara
serentak, lalu mengirimkan segenap energi positif mereka kepada orang yang
dituju. Cara melakukannya adalah setelah bertepuk, tangan mendorong ke
arah orang tersebut sambil berteriak “Wusss” (De Porter, dkk, 2000: 31-32).
4) Jentikan Jari: Jika kita memerlukan pengakuan yang tenang, daripada tepuk
tangan, gunakan jentikan jari berkesinambungan.
5) Poster Umum: Mengakui individu atau seluruh kelas, misalnya “Kelas Tiga
Ngetop!”
6) Catatan Pribadi: Sampaikan kepada siswa secara perseorangan untuk
mengakui usaha keras, sumbangan pada kelas, perilaku atau tindakan yang
baik hati.
7) Persekongkolan: Mengakui seseorang secara tak terduga. Misalnya, seluruh
kelas dapat bersekongkol untuk mengakui kelas lain (misalkan kelas Ibu
Broto) dengan cara memasang poster positif (atau surat) misterius yang
bertuliskan hal-hal seperti, “Kelas Bu Broto hebat!” atau “Selamat menempuh
ujian hari ini kami mendukung kalian!” Bersekongkol untuk staf pemelihara
dan kantin juga merupakan ide yang bagus.
8) Kejutan: Misalnya, makanan, tak ada pekerjaan rumah, santai sepanjang
pelajaran. Tetapi, pastikan kejutan ini terjadi secara acak. Jangan membuat
kejutan ini sebagai hadiah yang mulai diharapkan siswa. Jadikan kejutan tetap
sebagai kejutan!
9) Pengakuan Kekuatan: Lakukan jika kita menginginkan setiap orang
mendapatkan pengakuan, setelah mereka saling mengenal dengan baik. Atur
siswa untuk duduk membentuk tapal kuda, dengan satu kursi (kursi jempol) di
bagian terbuka tapal. Setiap orang bergiliran menduduki kursi jempol. Siswa
pada kursi jempol tersebut duduk diam sambil mendengarkan dan
memperhatikan. Setiap siswa dalam tapal mengakui kekuatan istimewa atau
sifat-sifat baik dari siswa yang duduk di kursi jempol. Guru dapat
memberikan contoh hingga murid-murid tahu cara melanjutkannya (De
Porter, dkk, 2000: 31-32).
Setelah belajar keras, cobalah salah satu dari yang berikut ini:

xv
a) “Katakan kepada teman sebangku ..." Mintalah setiap murid berkata
kepada teman sebangkunya, "Kamu pintar sekali menggambar!" (atau
apa pun yang sesuai dengan yang hal baru saja dipelajari atau
diperagakan.
b) Pujian kepada Teman Sebangku: Gunakan untuk mengakui seluruh
kelompok dan tim, merayakan pekerjaan yang selesai dengan baik
sebagai mitra atau kelas.
c) Pernyataan Afirmasi: Lakukan oleh seluruh kelas sebagai perayaan
proses belajar. Cobalah, “Kita mengerti,” “Kita berhasil,” “Akan
segera kita kerjakan,” dan “Begitu dong kalau berpikir!” (De Porter,
dkk, 2000: 32-33).
4. Kerangka Rancangan Quantum Teaching
Prinsip-prinsip Quantum Teaching di atas merupakan kerangka rancangan dikenal
dengan TANDUR. Di bawah ini adalah tinjauan mengenai TANDUR dan maknanya :
a. Tumbuhkan, tumbuhkan minat pada setiap siswa bahwa siswa mempelajari sesuatu
yang bermanfaat.
b. Alami, memberikan pengalaman baru atau hal baru yang nantinya siswa semangat
untuk mempelajari.
c. Nama, memberikan cara atau teknik supaya siswa tidak mengalami hambatan dalam
belajar, sediakan kata kunci, strategi, ketrampilan belajar.
d. Demonstrasikan, berikan kesempatan supaya siswa bisa menunjukkan bahwa mereka
tahu dan faham.
e. Ulangi, agar siswa lebih faham ulangi materi yang telah diajarkan sampai siswa
menegaskan pada dirinya sendiri, “aku tahu bahwa aku memang tahu”.
f. Rayakan, pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan memperoleh ketrampilan
dan ilmu pengetahuan.
Kerangka rancangan belajar TANDUR dalam model pembelajaran Quantum
Teaching digunakan sebagai cara yang efektif dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar
serta sebagai landasan guru dalam merancang penyajian pelajaran. Quantum Teaching
menciptakan lingkungan belajar yang efektif, membantu merancang dan menyampaikan
pengajaran, dan memudahkan proses belajar (Rohmalia, dkk, 2018: 15-16).
5. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Quantum Teaching
Kelebihan Quantum Teaching diantaranya:
a. Selalu berpusat pada apa yang masuk akal bagi siswa.

xvi
b. Menumbuhkan dan menimbulkan antusiasme siswa.
c. Adanya kerja sama.
d. Menawarkan ide dan proses cemerlang dalam bentuk yang enak dipahami siswa.
e. Menciptakan tingkah laku dan sikap kepercayaan dalam diri sendiri.
f. Belajar terasa menyenangkan.
g. Ketenangan psikologi.
h. Motivasi dari dalam.
i. Adanya kebebasan dalam berekspresi, dan
j. Menumbuhkan idealisme, gairah dan cinta mengajar oleh guru.
Sedangkan kekurangan Quantum Teaching adalah:
a. Memerlukan persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan yang mendukung.
b. Memerlukan fasilitas yang memadai.
c. Model ini banyak dilakukan di luar negeri sehingga kurang beradaptasi dengan
kehidupan di Indonesia, dan
d. Kurang dapat mengontrol siswa (Rohmalia, dkk, 2018: 21).
C. Aplikasi Quantum Learning dalam Pembelajaran
Langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep
Quantum Learning adalah dengan cara:
1. Kekuatan Ambak (Apa Manfaatnya Bagiku)
Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan
akibat-akibat suatu keputusan. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan
adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan
diberi motivasi oleh guru agar siswa dapat mengidentifikasi dan mengetahui manfaat atau
makna dari setiap pengalaman atau peristiwa yang dilaluinya dalam hal ini adalah proses
belajar (Rohmalia, dkk, 2018: 21).
Menciptakan minat adalah cara yang sangat baik untuk memberikan motivasi pada diri kita
demi mencapai tujuan kita sendiri. Contohnya belajar bahasa Spanyol, manfaatnya:
 Memahami pembicaraan dalam bahasa Spanyol.
 Bergerak lebih bebas dan nyaman saat mengunjungi Meksiko.
 Mendapatkan harga-harga yang pantas ketika berbelanja di plaza-plaza kota Meksiko.
 Menanyakan arah perjalanan dengan mudah di negara-negara yang berbahasa
Spanyol.
 Mengembangkan minat dalam bahasa Romawi (Bahasa Perancis, Italia, dan lain-lain).

xvii
Menciptakan minat juga memiliki keuntungan intrinsiknya. Ketika kita menciptakan
minat dalam suatu subjek, kita kerap mendapati bahwa hal itu membawa kepada minat baru
di bidang lainnya. Mengembangkan bidang-bidang baru ini menimbulkan kepuasan
tersendiri, dan juga minat baru lainnya (reaksi berantai yang berjalan terus-menerus).
Pelajaran tentang oseano grafi misalnya, mungkin akan membuat kita tertarik pada akuarium
air laut, yang selanjutnya membuat tertarik pada scuba diving, yang selanjutnya membuat
tertarik pada fotografi dasar laut terus-menerus sehingga dunia bawah laut menjadi sumber
eksplorasi dan kepuasan yang tak ada akhirnya (De Porter dan Hernacki, 1999: 52).
2. Penataan Lingkungan Belajar
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat
membuat siswa merasa aman dan nyaman, dengan perasaan aman dan nyaman ini akan
menumbuhkan konsentrasi belajar siswa yang baik. Dengan penataan lingkungan belajar
yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa. Penataan lingkungan belajar
terdiri dari:
a. Lingkungan sekeliling
Sebuah. gambar lebih berarti daripada seribu kata. Jika kita menggunakan alat peraga
dalam situasi belajar, akan terjadi hal yang menakjubkan. Bukan hanya mengawali proses
belajar dengan cara merangsang modalitas visual, alat peraga juga secara harfiah menyalakan
jalur saraf seperti kembang api di malam lebaran. Beribu ribu asosiasi tiba-tiba diluncurkan
ke dalam kesadaran. Kaitan ini menyediakan konteks yang kaya untuk pembelajaran yang
baru. Memahami kaitan antara pandangan sekeliling dan otak itu penting untuk
mengorkestrasi lingkungan belajar yang mendukung (De Porter, dkk, 2000: 67).
Sejak tahun 1970, kita telah mengetahui bahwa gerakan mata selama belajar dan
berpikir terikat pada modalitas visual, auditorial, dan kinestetik. Dengan kata lain, mata kita
bergerak menurut cara otak mengakses informasi (Dilts, 1983) dalam (De Porter, 2000: 68).
Kita dapat memanfaatkan kemampuan siswa untuk secara tidak sadar menyerap informasi
melalui kemitraan otak-mata. Di bawah ini beberapa ide yang dapat digunakan:
 Poster Ikon (De Porter, dkk, 2000:68).
 Poster Afirmasi (De Porter, dkk, 2000:69).
 Menggunakan warna (De Porter, dkk, 2000:69).
b. Alat bantu
Alat bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu gagasan. Beberapa contoh:
 Boneka untuk mewakili tokoh dalam karya sastra.

xviii
 Bola lampu plastik yang besar untuk menandakan dimulainya sesi brainstorming, atau
menyoroti "ide cemerlang". Panah untuk secara visual menunjukkan "poin" yang
kamu maksudkan.
 Kacamata besar untuk menunjukkan pengambilan perspektif berbeda.
 Topi Sherlock Holmes untuk menandakan pemikiran deduktif. Alat bantu tidak hanya
membantu pembelajaran visual, tetapi dapat pula membantu modalitas kinestetik.
Siswa yang sangat kinestetik dapat memegang alat bantu, dan mendapatkan "rasa"
yang lebih baik dari ide yang Anda sampaikan (De Porter, dkk, 2000: 70).
c. Pengaturan bangku
Cara kita mengatur bangku memainkan peran penting dalam pengorkestrasian belajar.
Di sebagian besar ruang kelas, bangku siswa dapat disusun untuk mendukung tujuan
belajar bagi pelajaran apa pun yang diberikan. kita bebas menyuruh siswa mengatur ulang
bangku mereka untuk memudahkan jenis interaksi yang diperlukan. Untuk presentasi
siswa, ajaran guru, pemutaran video, dan lain-lain, atur bangku sehingga siswa
menghadap ke depan untuk membantu mereka tetap fokus ke depan. Untuk kerja
kelompok, bangku diputar saling berhadapan. Tujuan yang ingin dicapai adalah
fleksibilitas. Jelajahilah pilihan-pilihan ini:
 Gunakan setengah lingkaran untuk diskusi kelompok besar yang dipimpin seorang
fasilitator, yang menuliskan gagasan pada kertas tulis, whiteboard, atau papan
tulis (De Porter, dkk, 2000: 70).
 Rapatkan bangku ke dinding jika kita ingin memberi tugas perseorangan dan
mengosongkan pusat ruangan untuk memberi petunjuk kepada sekelompok kecil
atau mengadakan diskusi sekelompok besar sambil duduk di lantai.
 Jika bisa, ganti bangku tradisional dengan meja dan kursi lipat agar lebih fleksibel
(De Porter, dkk, 2000: 71).
d. Tumbuhan, aroma, hewan peliharaan, dan unsur organik lainnya
Biologi dan botani mengajarkan kita bahwa tumbuh-tumbuhan menyediakan oksigen
dalam udara kita dan otak kita berkembang karena oksigen. Semakin banyak oksigen
yang didapatnya, semakin baik otak berfungsi. Untuk itu, gunakan defenbachias untuk
memperkaya persediaan oksigen dalam kelas (De Porter, dkk, 2000:71).
Manusia dapat meningkatkan kemampuan berpikir mereka secara kreatif sebanyak
30% saat diberikan wangi bunga tertentu (Hirsch, 1993). Tidak aneh, daerah penciuman

xix
merupakan reseptor bagi endorfin yang menyuruh tanggapan tubuh menjadi merasa
senang dan sejahtera (De Porter, dkk, 2000:72).
Hanya sedikit benda yang dapat mengeluarkan sifat penyayang dalam diri siswa dan
menenangkan mereka seperti yang ditimbulkan hewan peliharaan. Ditambah lagi, orang
mempunyai ikatan emosional yang kuat dengan binatang peliharaan mereka. Hampshire
College di Massachusetts bahkan mendorong mahasiswa barunya membawa hewan
peliharaan mereka untuk memudahkan transisi ke kehidupan perguruan tinggi yang
kadang-kadang menimbulkan stres. Guru SD tahu bahwa binatang peliharaan kelas
menciptakan kesempatan untuk melatih tanggung jawab, gizi, kesehatan, dan perawatan
(De Porter, dkk, 2000: 72).
e. Musik
Musik berpengaruh pada guru dan pelajar. Sebagai seorang guru, Anda dapat
menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan
mendukung lingkungan belajar. Musik membantu pelajar bekerja lebih baik dan
mengingat lebih banyak. Musik merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar, baik
secara sadar maupun tidak sadar. Di samping itu, kebanyakan siswa memang mencintai
musik. Musik dapat membantu siswa masuk ke dalam belajar optimal. Musik juga
memungkinkan kita membangun hubungan dengan siswa melalui musik, sehingga kita
dapat berbicara dalam bahasa mereka (De Porter, dkk, 2000: 73).
3. Memupuk sikap juara
Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa, seorang
guru hendaknya jangan segan-segan untuk memberikan pujian atau hadiah pada siswa yang
telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula mencemooh siswa yang belum mampu
menguasai materi. Dengan memupuk sikap juara ini siswa akan merasa lebih dihargai.
Contohnya, memberikan penghargaan baik berupa tepuk tangan atau pujian maupun berupa
hadiah kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan dari guru dan siswa yang
memperoleh nilai tertinggi dalam mengerjakan soal
4. Bebaskan gaya belajarnya
Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar tersebut yaitu:
visual, auditorial dan kinestetik. Dalam Quantum Learning, guru hendaknya memberikan
kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja
5. Membiasakan mencatat
Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika siswa tidak hanya bisa
menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan

xx
bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai gaya belajar siswa itu sendiri. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan memberikan simbol-simbol atau gambar yang mudah dimengerti
oleh siswa itu sendiri, simbol-simbol tersebut dapat berupa tulisan.
6. Membiasakan membaca
Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan membaca akan
menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan
bertambah. Seorang guru hendaknya membiasakan siswa untuk membaca, baik buku
pelajaran maupun buku-buku yang lain.
7. Jadikan anak lebih kreatif
Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan senang bermain.
Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu menghasilkan ide-ide yang segar
dalam belajarnya.
8. Melatih kekuatan memori
Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga siswa perlu dilatih
untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik (Rohmalia, dkk, 2018: 19-21).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

xxi
Quantum merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum
Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria
yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya “ suggestology” atau “suggestopedia”.
Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestology adalah “pemercepatan
belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai “memungkinkan
siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan
dibarengi kegembiraan”. Quantum Learning berkaitan erat dengan Quantum Teaching karena
untuk mempraktikkan Quantum Learning dibutuhkan penguasaan dalam Quantum Teaching.
Quantum Teaching adalah pendekatan proses belajar yang dapat memunculkan
kemampuan dan bakat alamiah siswa dalam membangun proses pembelajaran yang efektif.
Model pembelajaran Quantum Teaching menekankan pada teknik meningkatkan kemampuan
diri dan proses penyadaran akan potensi yang dimiliki. Aspek-aspek dalam Quantum
Learning meliputi pengertian dan pengimplementasian nya atau pengaplikasiannya dalam
konteks pembelajaran. Sedangkan Quantum Teaching terdiri dari azas utama, kerangka
rancangan Quantum Teaching dan prinsip-prinsipnya dalam pembelajaran.
Asas utama Quantum Teaching adalah “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan
antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal ini dapat diartikan bahwa kita diingatkan tentang
pentingnya memasuki dunia murid dengan mengaitkan apa yang kita ajarkan dengan sebuah
peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial atau akademis
mereka. Quantum Teaching juga memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap, sebagai
perwujudan dari kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, prinsip-prinsip tersebut
meliputi : segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama,
akui setiap usaha dan jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Prinsip-prinsip
Quantum Teaching di atas merupakan kerangka rancangan dikenal dengan TANDUR yang
merupakan gabungan dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan.
Quantum Teaching tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Untuk
kelebihann Quantum Teaching diantaranya, selalu berpusat pada apa yang masuk akal bagi
siswa, menumbuhkan dan menimbulkan antusiasme siswa, menawarkan ide dan proses
cemerlang dalam bentuk yang enak dipahami siswa, dan lain-lain. Sedangkan kekurangannya
yaitu, memerlukan persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan yang mendukung.,
memerlukan fasilitas yang memadai, dan sebagainya.
Untuk aplikasi Quantum Learning dalam pembelajaran, langkah-langkah yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep Quantum Learning adalah dengan cara:
Kekuatan Ambak (Apa Manfaatnya Bagiku), penataan lingkungan belajar , memupuk sikap

xxii
juara, bebaskan gaya belajarnya, membiasakan mencatat, membiasakan membaca, jadikan
anak lebih kreatif, melatih kekuatan memori.
B. Saran
Quantum Teaching merupakan sebuah strategi untuk mempraktikkan Quantum
Learning diruang kelas, berusaha memberikan kiat-kiat, petunjuk dan seluruh proses yang
dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat, membuat belajar sebagai
suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Jadi, Quantum Learning merupakan
landasan teori belajarnya, sedangkan Quantum Teaching merupakan penerapan realitasnya
dalam pembelajaran.
Berdasarkan analisis pemakalah, Quantum Teaching ini paling sesuai diterapkan
untuk jenjang sekolah tingkat PAUD (atau sederajatnya) sampai Sekolah Dasar tingkat
rendah karena konsep pendekatan ini menyangkut pada antusiasme peserta didik dan
motivasi belajar sehingga proses pembelajaran terasa menyenangkan. Akan tetapi, konsep
pendekatan teori ini tidak murni 100% dapat diterapkan di Indonesia mengingat konsep teori
ini banyak dilakukan di luar negeri sehingga kurang beradaptasi dengan kehidupan di
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

xxiii
De Porter, Bobby, dkk. 2000. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa. (Alih bahasa oleh Ary Nilandari)
De Porter, Bobby dan Micke Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa. (Alih bahasa oleh Alwiyah
Abdurrahman)
Mahfudoh, dkk. 2019. “Model Quantum Learning”,
https://matemathiccentersportivo .blogspot.com/2019/06/makalah-model-quantum-
learning.html?m=1 (Diakses pada 20 Mei 2022 pukul 13.20 WIB). Makalah
Repdayanti. 2017. “Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Learning,”
https://repdayanti .wordpress.com/2017/03/12/model-pembelajaran-quantum-
teaching-and-learning/ (Diakses pada 20 Mei 2022 pukul 13.00 WIB). Makalah
Rohmalia, dkk. 2018. Buku Paket Bahan Pelatihan: Model Pembelajaran Quantum Teaching
untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAUD.
Saharuddin, dkk. 2015. “ Pembelajaran Quantum” https://www.academia.edu/34789636/
Makalah _Pembelajaran_Quantum (Diakses pada 20 Mei 2022 pukul 13.29 WIB).
Makalah
TBP UNJ. 2011. “Teori Belajar dan Pembelajaran”,
http://tbp-unj.blogspot.com/2011/10/asas-utama-quantum-teaching.html?m=0
diakses pada 20 Mei 2022 pukul 07.09 WIB.

xxiv
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xxv

Anda mungkin juga menyukai