Anda di halaman 1dari 3

Disrupsi Digital dan Kenormalan Baru di Indonesia

Oleh : Naylawati Bachtiar

Zamrud Khatulistiwa, seperti itulah orang – orang menyebutnya. Sebuah


negara kepulauan yang terhampar di atas garis khatulistiwa. Panorama alamnya
yang masih hijau akan lebatnya hutan belantara, membuatnya seakan – akan
menjadi sebuah batu zamrud, yang berwarna hijau mengkilap. Hamparan tanah
dan laut yang dulunya menjadi tempat para bangsa asing menginjakkan kaki
untuk mengambil apa yang ada di tanah tersebut. Setelah ratusan tahun, tanah itu
berhasil merdeka berkat perjuangan bangsanya yang tak kenal menyerah.
Tepatnya tahun 1945, ketika selembar teks dibacakan yang mengandung makna
yang begitu dalam.

Kini apa yang terjadi dengan tanah tersebut? tak terasa 75 tahun sudah,
negeri itu berdiri, di atas kaki mereka sendiri. Banyak yang telah terjadi di tanah
tersebut. Perselisihan internal, pergolakan, dan pemberontakan telah membuat
bangsa itu belajar akan apa yang mereka perlukan untuk mencapai impian mereka,
yaitu menjadi sebuah negara yang maju, negara yang dapat menunjukkan identitas
mereka, negara besar yang berada di atas garis khatulistiwa.

Saat ini, semua negara di dunia sedang berada pada era 4.0 yang
multidimensional dan dihadapkan pada sebuah kenyataan mengenai kemajuan
peradaban dengan ditandai maraknya dan suburnya pertumbuhan teknologi
bahkan inovasi di berbagai sektor yang ada, orang-orang menyebutnya era
disrupsi digital. Di era disrupsi 4.0 tiga aspek yang memengaruhi yakni komponen
fisik , biologi, dan digital, dimana inovasi dan perubahan yang terjadi bukan
hanya sebatas komponen fisik namun sudah sampai ke komponen lain misal
biologi.

Istilah disrupsi dan kenormalan sebenarnya sudah ada sejak adanya krisis
keuangan global pada tahun 2018, namun belakangan ini istilah tersebut menjadi
juga digunakan pada berbagai sektor baik sosial, ekonomi maupun politik. Hingga
pada akhir tahun 2019 dunia di kejutkan dengan adanya pandemi Covid-19 yang
menyerang seluruh aspek kehidupan manusia. Pandemi ini akhirnya menjadi
sebuah kekhawatiran dan kecemasan tersendiri dan sampai saat ini belum
diketahui kapan pandemi akan berakhir.

Setelah Pandemi Covid-19 akhirnya muncul, aktivitas manusia tentunya


cukup terbatas dan berbagai sektor juga mengalami kecemasan dan kemudian
belakangan ini muncul lagi istilah New Normal atau kenormalan baru, dimana hal
tersebut oleh sebagian orang dianggap sebagai sebuah angin segar untuk dapat
melakukan aktivitas keseharian seperti biasanya namun tetap mematuhi aturan
yang ada, namun ada pula yang menganggapnya sebagai kekhawatiran dimana
manusia terlalu terlena untuk kembali beraktivitas dan sedit mengabaikan
pandemi yang tentunya masih ada dan terus mengancam.

Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana hubungan antara


disrupsi digital dengan kenormalan baru akibat pandemi Covid-19? Disrupsi
tentunya mengubah sestau yang sudah tidak relevan untuk keadaan saat ini,
dimana hal tersebut tentunya mempunyai kesamaan dengan apa yang dimaksud
pada istilah kenormalan baru, dimana aktivitas atau suatu hal yang awalnya bisa,
wajar dan tidak terlalu mendapat perhatian sekarang menjadi suatu hal yang tidak
boleh dilakukan, dibatasi, ataupun menjadi kebiasaan yang harus diperhatikan di
situasi kenormalan baru seperti saat ini.

Tantangan sekaligus peluang yang terjadi di kondisi kenormalan baru ini


tentunya diikuti dengan perubahan dalam hal aktivitas yang berhubungan dengan
teknologi atau digital, dimana pemanfaatan teknologi digital sangat pesat,
mengingat aktivitas yang dulunya mengharuskan untuk dilakukan secara
langsung, kini berganti dengan memanfaatkan teknologi digital yang tersedia. Era
disrupsi ditengah kondisi kenormalan baru mengubah pola dan gaya hidup
masyarakat. Selain itu, tentunya kondisi seperti ini memicu timbulnya inovasi
yang menawarkan berbagai kemudahan untuk masyarakat, namun juga bisa jadi
memicu kekhawatiran yang menjadi ancaman ataupun tantangan sekaligus
peluang Masyarakat dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi digital sebaik
mungkin, mampu memahami dan menggunakan inovasi teknologi digital yang
baru dan berkembang agar mampu beradaptasi dengan keadaan, namun tetap
mengindahkan peraturan yang berlaku.

Di era disrupsi digital yang dibarengi kenormalan baru seperti kondisi saat
ini, tentunya membutuhkan kesadaran yang baik dari semua pihak yang ada,
berbenah diri dan terus melakukan inovasi yang memudahkan aktivitas dalam
kondisi saat ini, tentunya dibarengi kesiapan dari semua pihak akan disurpsi
digital yang terjadi saat ini.

Anda mungkin juga menyukai