Anda di halaman 1dari 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Oral Hygiene


Sub Bahasan : Oral hygiene pada pasien dengan intoleransi aktivitas
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien di ruang RIIKK kamar 1
Tempat : RIIKK RS Hasan Sadikin Bandung
Hari / Tanggal : 5 November 2019
Waktu : 20 menit

I. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan mengenai oral hygiene
Selama 20 menit, pasien dan keluarga dapat memahami tentang pentingnya oral hygiene
II. Tujuan Khusus :
1. Mampu menjelaskan pengertian oral hygiene
2. Mampu menjelaskan pentingnya oral hygiene
3. Mampu menjelaskan bahaya kurangya menjaga kebersihan mulut
4. Mampu menjelaskan tata cara oral hygiene
III. Materi : Terlampir
Pokok Bahasan : Oral Hygiene
Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian oral hygiene
2. Pentingnya oral hygiene
3. Bahaya bila kurang menjaga kebersihan mulut
4. Tata cara oral hygiene pada pasien dengan intoleransi aktivitas
IV. Metode : Ceramah dan diskusi
V. Media / Alat : Leaflet
VI. Kegiatan Pembelajaran
No Tahap Waktu Kegiatan
1. Pembukaan 2 menit Perkenalan
Menyampaikan tujuan
Kontrak waktu
2. Isi 10 menit Menggali dan menjelaskan pengetahuan tentang
1. Pengertian oral hygiene
2. Pentingnya oral hygiene
3. Bahaya bila kurang menjaga kepatuhan oral
hygiene
4. Tata cara oral hygiene pada pasien dengan
intoleransi aktivitas

5 menit Memberikan kesempatan untuk bertanya


3. Penutup 5 menit Evaluasi
VII. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
 Semua peserta hadir dalam kegiatan
 Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh perawat yang bertugas
b. Evaluasi Proses
 Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan pemateri
 Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung
 Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
c. Evaluasi Hasil
 Peserta memahami materi yang telah disampaikan
 Ada umpan balik p[ositif seperti dapat menjawab pertanyaan yang diajukan
pemateri
 Jumlah peserta 2-3 orang

MATERI PENYULUHAN
A. DEFINISI
Oral hygiene atau kebersihan mulut merupakan suatu usaha untuk membantu
mempertahankan status kesehatan mulut, gigi dan gusi. Menggosok atau membersihkan
gigi dari partikel-partikel makanan, plak, dan bakteri, memasase gusi dan mengurangi
ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan kotoran.
B. PENTINGNYA ORAL HYGIENE
Oral hygiene atau hygiene mulut sangat penting dilakukan karena beberapa hal,
diantaranya:
1. Mengurangi kehilangan gigi akibat gigi yang rusak atau penyakit periodontal bagi
orang yang berusia 35-44 tahun.
2. Mengurangi jumlah lansia yang kehilangan gigi alami mereka.
3. Mengurangi prevalensi gingivitis.
Pada klien yang tidak sadar lebih rentan terkena kekeringan sekresi air
liur pada mukosa yang tebal karena mereka tidak mampu makan atau
minum, sering bernapas melalui mulut, dan seringkali memperoleh terapi oksigen. Klien
yang tidak sadar juga tidak dapat menelan sekresi air liur yang mengumpul dalam mulut.
Sekresi ini sering terdiri dari bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan pneumonia
jika sampai masuk ke paru-paru. Dengan demikian kita harus melindungi mereka dari
hambatan dan aspirasi sehingga pembersihan dan pembilasan secara teratur pada rongga
mulut adalah mutlak harus dilakukan.
C. BAHAYA KURANGNYA MENJAGA KEBERSIHAN MULUT
Ada bermacam – macam masalah pada mulut yang dapat timbul akibat
kurangnya kebersihan mulut. Masalah – masalah tersebut, diantaranya:
1. Karies gigi
Merupakan masalah mulut paling umum dari orang muda. Perkembangan
lubang merupakan proses patologis yang melibatkan kerusakan email gigi pada
akhirnya melalui kekurangan kalsium. Kekurangan kalsium adalah hasil
dari akumulasi musin, karbohidrat, basilus asam laktat pada saliva yang
normal yang ditemukan pada mulut.
2. Plak gigi
Lapisan gigi yang transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat
dasar kepala gigi pada margin gusi. Plak mencegah dilusi asam normal
dan netralisasi, yang mencegah disolusi bakteri pada rongga mulut.
3. Penyakit periodontal
Penyakit jaringan sekitar gigi, seperti peradangan membrane periodontal atau
ligament periodontal. Gejalanya adalah gusi berdarah, bengkak, jaringan yang
radang, garis gusi yang menyusut, dengan pembentukan celah atau kantong antara
gigi dan gusi, serta kehilangan gigi tiba – tiba.
4. Halitosis (bau napas)
Merupakan masalah umum rongga mulut. Hal ini diakibatkan hygiene
mulut yang buruk, pemasukan makanan tertentu, atau proses infeksi atau penyakit.
Hygiene mulut yang tepat dapat mengeliminasi bau kecuali penyebabnya
adalah kondisi sistemik seperti penyakit liver atau diabetes.
5. Keilosis
Gangguan termasuk bibir yang retak, terutama pada sudut mulut.
Defisiensi riboflavin, napas mulut dan salivasi yang berlebihan dapat
menyebabkan keilosis. Pemberian minyak atau madu pada bibir
mempertahankan kelembaban, dan salep anti jamur atau antibakteri memperkecil
perkembangan mikroorganisme.
6. Stomatitis
Merupakan kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi,
seperti: tembakau; defisiensi vitamin; infeksi oleh bakteri, virus atau jamur; atau
penggunaan obat kemoterapi.
7. Glositis
Merupakan peradangan lidah akibat penyakit infeksi atau cidera, seperti luka
bakar atau gigitan.
8. Gingivitis
Peradangan gusi, biasanya karena perawatan hygiene mulut yang buruk atau terjadi
tanda leukemia, defisiensi vitamin, atau diabetes mellitus.
D. CARA MENJAGA ORAL HYGIENE
Menurut Denstisty (2010), cara-cara yang dapat dilakukan sendiri dan efektif dalam
menjaga oral hygiene adalah sebagai berikut:
a. Sikat gigi
Pengenalan teknik sikat gigi yang tepat, memotivasi untuk sikat gigi secara
teratur dan pemilihan pasta gigi dengan tepat. Teknik sikat gigi yang
secara horisontal adalah umum dilakukan dan itu merupakan suatu kesalahan
karena dengan cara demikian lambat laun dapat menimbulkan resesi gingival
dan abrasi gigi. Pada pasien yang tidak sadar, sikat gigi diganti dengan kain
pembungkus handuk atau kasa pada ujung batang jari. Pasta gigi membantu
tetapi tidak perlu.
b. Kumur-kumur antiseptik
Terdapat berbagai bahan aktif yang sering digunakan sebagai kumur-
kumur, seperti metal salisilat, chlorhexidine 0,20% dan H2O2 1,5% atau
3,0%. Kumur-kumur yang lebih murah dan cukup efektif adalah dengan air
garam hangat.
c. Dental flos atau benang gigi
Cara ini mulai banyak diperkenalkan dan cukup ampuh untuk membersihkan
di sela-sela gigi.
d. Pembersih lidah
Tumpukan debris di dorsum lidah penuh dengan kuman-kuman oportunis serta
candida yang bermukim sebagai flora normal maupun transient

E. TATA CARA ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN


KESADARAN
Menurut Perry (2005), adapun perawatan oral hygiene pada pasien dengan
penurunan tingkat kesadaran, sebagai berikut:
a. Peralatan
 Air bersih
 Spatel lidah dengan bantalan atau spons
 Handuk wajah, handuk kertas
 Kom kecil
 Bengkok
 Gelas dengan air dingin
 Spuit ber-bulb kecil
 Kateter pengisap dihubungkan dengan alat pengisap
 Sarung tangan sekali pakai
 Pinset
 Depper
b. Prosedur tindakan
1. Dekatkan alat-alat
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
3. Uji adanya reflex muntah dengan menempatkan spatel lidah diatas bagian
belakang lidah (pasien dengan gangguan reflex menelan memerlukan
perawatan khusus)
4. Inspeksi rongga mulut
5. Posisikan klien dekat ke sisi tempat tidur, balik kepala pasien ke
arah matras, bila perlu nyalahkan mesin pengisap dan sambungkan slang
ke kateter pengisap.
6. Tempatkan handuk dibawah wajah pasien dan bengkok di bawah dagu.
7. Secara hati-hati regangkan gigi atas dan bawah pasien dengan spatel lidah dengan
memasukkan tong spatel secara cepat tetapi lembut, diantara molar belakang.
Masukkan bila pasien relaks. (Jangan memaksa).
8. Bersihkan mulut pasien menggunakan spatel lidah yang dibasahi dengan air segar.
Isap sesuai kebutuhan selama pembersihan. Bersihkan permukaan
penguyah dan permukaan dalam pertama. Bersihkan atap mulut dan bagian dalam
pipi dan bibir. Gosok lidah tetapi hindari menyebabkan reflex muntah bila ada.
Basahi aplikator bersih dengan air dan gosok mulut untuk mencuci. Ulangi sesuai
kebutuhan.
9. Isap sekresi bila terakumulasi.
10. Lepaskan sarung tangan.
11. Kembalikan pasien pada posisi yang nyaman. Bersihkan peralatan dan kembalikan
pada tempatnya.
Daftar Pustaka

Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.
Ed 4, vol 2. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda. Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada praktik klinis edisi 6.
Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E, dkk. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri.Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai