Organisasi internasional dilihat oleh kaum konstruktivis sebagai sebuah wadah dalam menyebarkan norma atau
nilai yang sama untuk dijadikan sebagai basis kerjasama. Walaupun adanya kesamaan norma dalam organisasi
yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku negara, akan tetapi tidak selamanya norma-norma tersebut
dapat mengkonstruksi fenomena secara pasti. Unsur intersubjektifitas yang dihadirkan oleh kaum konstruktivis
ternyata pada implementasinya di organisasi terlalu banyak mengandung unsur ‘subjektif’, karena tidak
selamanya interpretasi hegemon suatu organisasi internasional dalam melihat fenomena hubungan internasional
menghendaki kebenaran yang absolut sehingga mengarah pada ambiguitas. Ruggie (1998: 33) menambahkan
bahwa fokus konstruktivisme yakni kesadaran manusia dalam menginterpretasi sesuatu. Membangun interpretasi
terhadap fakta internasional dianggap sama idealnya dengan unsur material, dengan kata lain konstruktivis
memandang ide mengandung unsur normatif seperti halnya dimensi instrumental.