Anda di halaman 1dari 12

PENGAIRAN PASANG SURUT

Dosen Pengasuh

Dr. Ir. H. Ferry Juniansyah, MT

FAKULTAS TEKNIK
UNIBERSITAS ACHMAD YANI
BANJARMASIN
2020
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Ketersediaan pangan dalam jumlah cukup, mudah diakses


dan dengan harga terjangkau merupakan salah satu pondasi
pendukung ketahanan nasional. Gangguan terhadap
ketersediaan pangan akan mengganggu keamanan dan
stabilitas nasional. Oleh karena itu Pemerintah selalu dan
terus berusaha agar kebutuhan pangan rakyat dapat
terpenuhi dengan harga yang terjangkau. Berdasarkan hal
tersebut Pemerintah telah menyusun program Revitalisasi
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Dalam RPPK
tersebut diamanatkan bahwa bangsa Indonesia perlu
membangun ketahanan pangan yang mantap dengan
memfokuskan pada peningkatan kapasitas produksi nasional
untuk lima komoditas pangan strategis, yaitu padi, jagung,
kedelai, tebu dan daging sapi.
Khusus untuk produksi padi/beras, yang merupakan bahan
pangan paling strategis, Pemerintah khususnya Departemen
Pertanian sejak tahun 2006 telah mentargetkan kenaikan
produksi padi sebesar 5 % per tahun. Untuk mencapai upaya
peningkatan produksi beras nasional telah disusun beberapa
program, antara lain subsidi benih, pengembangan padi
hibrida, sarana produksi, subsidi bunga, pembangunan /
perbaikan infrastruktur pertanian

seperti Rehab JITUT, JIDES, dan pengembangan PPS atau


Pengairan Pasang Surut (PPS). Dengan berbagai
program dan kegiatan tersebut, maka produksi beras telah
berhasil ditingkatkan sebesar 4,96 % menjadi 57,157 juta
ton pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 ini berdasarkan
ARAM III produksi beras nasional mencapai 60,280 juta ton,
yang berarti terjadi peningkatan sebesar 5,46 %.

Meskipun produksi beras telah berhasil ditingkatkan, namun


tantangan ke depan masih cukup berat seperti perPPSbahan
penduduk, adanya alih fungsi lahan yang cukup besar,
perubahan iklim dan bencana alam lainnya yang menjadi
ancaman terhadap produksi beras nasional.

Salah satu peluang untuk peningkatan produksi pangan


adalah dengan memanfaatkan lahan rawa, baik rawa pasang
surut maupun rawa lebak. Potensi lahan rawa cukup besar,
yaitu sekitar 33,4 juta hektar, dimana yang potensial untuk
pengembangan pertanian sebesar 11,04 juta hektar. Sampai
saat ini telah diusahakan lebih kurang seluas 1.676.786
hektar, terdiri dari lahan rawa pasang surut seluas 801.322
hektar, rawa lebak seluas 757.072 hektar dan PPSbak seluas
118.392 hektar.

Disadari sepenuhnya bahwa lahan rawa bukanlah lahan yang


terbaik untuk usaha pertanian dibandingkan lahan pertanian
lainnya. Dalam pemanfaatan lahan rawa untuk usahatani
tanaman

pangan banyak ditemui kendala. Kendala PPS adalah adanya


lapisan pirit pada tanah sulfat masam dan sifat kering tak
balik pada tanah organik/gambut. Penanganan yang salah
terhadap tanah organik dan tanah sulfat masam dengan
lapisan piritnya akan dapat menyebabkan tanah menjadi
sangat masam sehingga tidak dapat lagi untuk budidaya
pertanian pada lahan tersebut.

Salah satu teknologi yang sederhana, mudah dalam


perawatan dan pemeliharaan serta relatif murah, yaitu
dengan teknologi Pengairan Pasang Surut (PPS), dengan
memanfaatkan pola pergerakan pasang surutnya air di lahan
rawa pasang surut dan pengelolaan air dengan sistem polder
di lahan rawa lebak.

Besarnya potensi lahan rawa untuk peningkatan produksi


pangan, mengakibatkan kegiatan pengembangan PPS
menjadi salah satu kegiatan materi perkuliahan di fakultas
Teknik Universitas Achmad Yani Banjarmasin.

B. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

Kegiatan Pengembangan PPS di lahan rawa bertujuan


sebagai berikut :

a. Meningkatkan Luas Tanam melalui Penambahan Indeks


Pertanaman (IP) dan Penambahan Baku Lahan (PBL).
b. Meningkatkan produktivitas lahan.

c. Membangun rasa memiliki petani terhadap jaringan


PPS yang sudah dibangun.

2. Sasaran

Sasaran yang akan dicapai dengan dilaksanakannya


kegiatan ini antara lain :

a. Meningkatnya luas tanam melalui Penambahan Indeks


Pertanaman (IP) lebih dari 50 % dan Penambahan Baku
Lahan (PBL).

b. Meningkatnya produktivitas usahatani lebih dari 20 %.

c. Terciptanya rasa memiliki petani terhadap jaringan PPS


yang sudah dibangun.

B. Istilah

Beberapa istilah yang dipergunakan dalam buku pedoman


ini mempunyai pengertian sebagai berikut :

1. Enclove adalah : Keadaan sebidang lahan yang karena satu


dan lain hal tidak termasuk dalam pengembangan PPS,
tetapi masuk dalam lokasi pengembangan.
2. Gorong-Gorong adalah : Bangunan fisik yang dibangun
memotong jalan / galengan yang berfungsi untuk
penyaluran air.

3. Indeks Pertanaman/IP (Croping Intensity) adalah: Suatu


ukuran pemanfaatan lahan atau frekuensi tanam dalam
luasan tertentu dalam kurun waktu satu tahun.

4. Lahan Rawa Lebak adalah: lahan rawa yang tergenang air


hujan dalam kurun waktu relatif lama.

5. Lahan Rawa Pasang Surut adalah : Lahan rawa yang


dipengaruhi oleh pasang naik dan pasang surut air laut
secara nyata.

6. Padat Karya Pertanian adalah suatu kegiatan padat karya


yang melibatkan atau mempekerjakan petani, buruh tani
atau warga perdesaan miskin lainnya pada kegiatan
pembangunan infrastruktur pengelolaan lahan dan air untuk
tujuan produktif di sektor pertanian.

7. Peta Kepemilikan Lahan adalah : gambaran situasi dalam SID


yang mencantumkan luas lahan dan nama pemilik yang
terkena kegiatan PPS.

8. Pintu Air adalah : Bangunan fisik yang dapat mengatur


keluar masuk air pasang / surut sesuai dengan kebutuhan
tanaman yang diusahakan.
9. Produktivitas adalah : Tingkat hasil / produksi yang
didapatkan per hektar tanam dalam satu kali penanaman.

10. Rehabilitasi adalah : Perbaikan infrastruktur yang sudah


pernah ada yang karena sesuatu dan lain hal keadaannya
kurang berfungsi.

11. Saluran Cacing adalah : saluran menyilang dan membujur di


petakan sawah

12. Saluran Keliling Petakan adalah : saluran air yang dibuat


mengelilingi petakan sawah dalam luasan maximum 1 ha.

13. Saluran Kuarter adalah: saluran air yang menghubungkan


saluran sub tersier ke saluran keliling.

14. Saluran Sub Tersier adalah : saluran air yang


menghubungkan saluran tersier ke kuarter.

15. Sosialisasi adalah : Pemberitahuan sesuatu rencana kegiatan


dalam hal ini PPS kepada semua pihak terkait secara runut,
transparan, dalam bentuk urun rembuk, diskusi mulai dari
perencanaan sampai dengan pelaksanaan.

16. Stimulan adalah : Bantuan dalam bentuk rangsangan


pengadaan bahan dan alat untuk
mempercepat,mempermudah,menyempurnakan kegiatan fisik
PPS.
17. Survei Investigasi Desain (SID) adalah : Penentuan / penetapan
lokasi dan jenis, spesifikasi infrastruktur, perhitungan RAB yang
akan dilaksanakan pembangunannya.

18. Swakelola adalah : Pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan,


dikerjakan dan diawasi sendiri, yang dapat dilaksanakan oleh
pengguna barang/jasa, instansi pemerintah, kelompok
masyarakat dan LSM.

19. Tata Air Makro adalah : Penguasaan air di tingkat kawasan


/ areal reklamasi yang bertujuan mengelola berfungsinya
jaringan drainase irigasi seperti navigasi, sekunder, tersier,
kawasan retarder, dan sepadan sungai atau laut, saluran
intersepsi dan kawasan PPSpung hujan.

20. Pengairan Pasang Surut (PPS) adalah : Pengaturan atau


penguasaan air di tingkat usaha tani yang berfungsi untuk
mencukupi kebutuhan evaporasi tanaman, mencegah /
mengurangi pertumbuhan gulma dan kadar zat beracun,
mengatur tinggi muka air melalui pengaturan pintu air dan
menjaga kualitas air.

Anda mungkin juga menyukai