Anda di halaman 1dari 3

CONTOH ASOSIASI

1. AFTA (ASEAN Free Trade Area)


ASEAN Free Trade Area (AFTA), merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-
negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka
meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan
ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi
penduduknya. AFTA dibentuk pada waktu Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN
IV di Singapura 1992. Keikutsertaan Indonesia di dalam AFTA tidak terlepas dari
keanggotaan Indonesia di dalam ASEAN itu sendiri.

Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area (CEPT-
AFTA) merupakan suatu skema untuk mewujudkan AFTA, Ditjen Kerjasama ASEAN
(2002), mengemukakan bahwa komitmen utama dibawah CEPT-AFTA hingga saat ini
meliputi 4 elemen, yaitu :
a. Program pengurangan tingkat tarif yang secara efektif sama di antara negara-
negara ASEAN hingga mencapai 0-5 persen.
b. Penghapusan hambatan-hambatan kuantitatif dan hambatan-hambatan non-tarif.
c. Mendorong kerjasama untuk mengembangkan fasilitasi perdagangan terutama di
bidang bea masuk serta standar dan kualitas.
d. Penetapan kandungan lokal sebesar 40 persen.
Pada kesepakatan awal AFTA mulai efektif pada tahun 2008, namun setelah
dikoreksi pada September 1994 dimajukan menjadi tahun 2003. Pada saat itu, AFTA
mencakup berbagai bidang kerjasama meliputi: bidang industri, keuangan dan
perbankan, investasi, pangan, pertanian dan kehutanan, mineral, energi,
transportasi dan komunikasi, pariwisata, jasa, dan hak intelektual.
Manfaat dan Tantangan AFTA Bagi Indonesia

Manfaat:

 Peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi produk Indonesia, dengan
penduduk sebesar ± 500 juta dan tingkat pendapatan masyarakat yang
beragam;
 Biaya produksi yang semakin rendah dan pasti bagi pengusaha/produsen
Indonesia yang sebelumnya membutuhkan barang modal dan bahan
baku/penolong dari negara anggota ASEAN lainnya dan termasuk biaya
pemasaran;
 Pilihan konsumen atas jenis/ragam produk yang tersedia di pasar domestik
semakin banyak dengan tingkat harga dan mutu tertentu;
 Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi
dengan pelaku bisnis di negara anggota ASEAN lainnya.

Tantangan:

 Pengusaha/produsen Indonesia dituntut terus menerus dapat meningkatkan


kemampuan dalam menjalankan bisnis secara profesional guna dapat
memenangkan kompetisi dari produk yang berasal dari negara anggota
ASEAN lainnya baik dalam memanfaatkan peluang pasar domestik maupun
pasar negara anggota ASEAN lainnya.

2. Sister City (Kota Kembar)


Sister City adalah adanya dua buah kota yang secara resmi saling terikat
dengan suatu tujuan tertentu, baik itu mempromosikan perdamaian,
pertemanan, ataupun perasaan saling mengerti antara orang-orang yang berada
didalamnya. Sister City juga digunakan untuk mendorong hubungan
perdagangan dan pariwisata di kedua wilayah.
Konsep Sister City ini memfasilitasi transfer pengetahuan dan keahlian antar
kota untuk mengatasi kebutuhan, termasuk kinerja pemerintah kota, pelayanan,
dan penguatan masyarakat sipil. Dalam konsep sister city, kota tidak hanya
merujuk kepada pemerintah daerah, tapi seluruh masyarakat, termasuk
masyarakat sipil, komunitas bisnis, ataupun komunitas pendidikan. Dalam sister
city, Pemerintah daerah tidak hanya sebagai fasilitator dalam menetapkan dan
memelihara hubungan, tapi juga sebagai ikatan primer antara masyarakat kedua
kota yang menjalin hubungan.
Kerjasama sister city memberikan manfaat bagi kedua kota atau pemerintah
daerah antara lain:
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah
b. tukar menukar pengetahuan dan pengalaman tentang pengelolaan
pembangunan bidang-bidang yang dikerjasamakan;
c. mendorong tumbuhnya prakarsa dan peran aktif pemerintah daerah,
masyarakat dan swasta;
d. meningkatkan optimalisasi pengelolaan potensi daerah;
e. mempererat persahabatan pemerintah dan masyarakat kedua pihak;
f. tukar menukar kebudayaan dalam rangka memperkaya kebudayaan daerah.

Namun disisi lain, Sister City juga menimbulkan faktor negatif yaitu :
a. Meningkatnya beban keuangan negara atau daerah karena memakai dana
APBN atau APBD.
b. Cenderung menunggu fasilitasi dari pemerintah.
c. Memiliki potensi ketidaksetaraan dalam kerja sama yang kurang seimbang
sehingga hanya menguntungkan satu pihak.

Anda mungkin juga menyukai