Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area (CEPT-
AFTA) merupakan suatu skema untuk mewujudkan AFTA, Ditjen Kerjasama ASEAN
(2002), mengemukakan bahwa komitmen utama dibawah CEPT-AFTA hingga saat ini
meliputi 4 elemen, yaitu :
a. Program pengurangan tingkat tarif yang secara efektif sama di antara negara-
negara ASEAN hingga mencapai 0-5 persen.
b. Penghapusan hambatan-hambatan kuantitatif dan hambatan-hambatan non-tarif.
c. Mendorong kerjasama untuk mengembangkan fasilitasi perdagangan terutama di
bidang bea masuk serta standar dan kualitas.
d. Penetapan kandungan lokal sebesar 40 persen.
Pada kesepakatan awal AFTA mulai efektif pada tahun 2008, namun setelah
dikoreksi pada September 1994 dimajukan menjadi tahun 2003. Pada saat itu, AFTA
mencakup berbagai bidang kerjasama meliputi: bidang industri, keuangan dan
perbankan, investasi, pangan, pertanian dan kehutanan, mineral, energi,
transportasi dan komunikasi, pariwisata, jasa, dan hak intelektual.
Manfaat dan Tantangan AFTA Bagi Indonesia
Manfaat:
Peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi produk Indonesia, dengan
penduduk sebesar ± 500 juta dan tingkat pendapatan masyarakat yang
beragam;
Biaya produksi yang semakin rendah dan pasti bagi pengusaha/produsen
Indonesia yang sebelumnya membutuhkan barang modal dan bahan
baku/penolong dari negara anggota ASEAN lainnya dan termasuk biaya
pemasaran;
Pilihan konsumen atas jenis/ragam produk yang tersedia di pasar domestik
semakin banyak dengan tingkat harga dan mutu tertentu;
Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi
dengan pelaku bisnis di negara anggota ASEAN lainnya.
Tantangan:
Namun disisi lain, Sister City juga menimbulkan faktor negatif yaitu :
a. Meningkatnya beban keuangan negara atau daerah karena memakai dana
APBN atau APBD.
b. Cenderung menunggu fasilitasi dari pemerintah.
c. Memiliki potensi ketidaksetaraan dalam kerja sama yang kurang seimbang
sehingga hanya menguntungkan satu pihak.