Anda di halaman 1dari 16

Penerapan Konsep “7 Habits of Highly Effective

People” dalam Profesi Dosen

Yusuf Hamdan

ABSTRAK

Terdapat tujuh kebiasaan yang diajukan Stephen R. Covey agar hidup manusia efektif, yakni
hidup proaktif sebagai visi pribadi, memulai dengan gambaran akhir kehidupan sebagai bentuk
kepemimpinan pribadi, mendahulukan yang utama sebagai bentuk kemampuan melakukan
prioritas, berpikir menang-menang dalam menjalankan kepemimpinan antarpribadi, mengerti
orang lain terlebih dahulu baru kemudian akan dimengerti orang lain, melakukan sinergi
berkomunikasi secara efektif dan kreatif, dan memperbarui diri secara terus-menerus. Ketujuh
habit tersebut sangat relevan diimplementasikan dalam kehidupan profesi dosen. Tiga habit
yang pertama merupakan hal-hal yang perlu dimiliki dosen untuk mengefektifkan dirinya
secara internal dalam menyikapi tugas-tugasnya sebagai dosen. Tiga habit berikutnya
merupakan hal-hal penting bagi dosen untuk mengefektifkan dirinya secara eksternal, dalam
hubungannya dengan sesama dosen, mahasiswa, dan pihak lainnya. Habit yang terakhir
merupakan hal penting untuk mengembangkan kepekaan seorang dosen dalam upaya
mengantsipasi berbagai perubahan dalam profesi yang dijalaninya.

1. Pendahuluan: Mengenal Konsep puluhan endorsement yang termuat dalam buku


7 Habits aslinya (edisi Indonesia diterbitkan Bina Rupa
Aksara pada 1997 dengan judul The 7 Habits of
Buku The 7 Habits of Highly Effective People, Highly Effective People, 7 Kebiasaan Manusia
Restoring The Character Ethic, yang terbit pada yang Sangat Efektif). Warren Bennis, seorang ahli
1989 edisi barunya terbit 1997 adalah buku yang kepemimpinan yang menulis buku On Becoming
mendapat banyak perhatian. Telah menjadi A Leader, mengatakan bahwa Covey telah menulis
inspirasi bagi pelatihan di pelbagai bidang buku yang luar biasa mengenai kondisi manusia
kehidupan dan telah diterjemahkan ke dalam dengan piawai dan penuh pengertian, yang
puluhan bahasa di seluruh dunia, serta berguna bagi kehidupan pribadi juga organisasi.
membuahkan sejumlah penghargaan bagi Edward A. Brennan, President Sears, Roeburk
penulisnya. and Company, menyatakan, “The seven habits are
Apa yang istimewa dari buku ini? Buku ini keys to success for people in all walks of life. It is
menyampaikan pandangan-pandangan Stephen very thought-provoking”. Tak kurang seorang
R. Covey mengenai prinsip-prinsip bagaimana tokoh pendidikan, William Rolfe Kerr, memuji buku
individu dapat menjalani kehidupan yang efektif. itu. Ia mengatakan, “Stephen R. Covey’s book
Prinsip-prinsip yang disampaikan Covey teaches with power, conviction, and feeling. Both
sedemikian rupa hingga mengundang kekaguman the content and the methodology of these prin-
berbagai kalangan. ciples form a solid foundation for effective com-
Kekaguman itu tercermin, antara lain, dalam munication”. Demikian petikan dari pernyataan

Yusuf Hamdan. Penerapan Konsep “7 Habits of Highly Effective People” dalam Profesi Dosen 119
tokoh yang termuat dalam kulit muka buku Covey, Unsur pengetahuan (knowledge) adalah
yang menunjukkan betapa buku ini telah menarik elemen kebiasaan yang berkenaan dengan
perhatian banyak kalangan. pengetahuan individu mengenai apa yang dapat
Tulisan ini tidak bermaksud membuat dilakukan dan mengapa mesti dilakukan, adapun
timbangan buku. Uraian singkat ini dimaksudkan keterampilan (skill) adalah unsur yang berkenaan
untuk mengantar kepada satu pembahasan dengan bagaimana melakukannya, sedangkan
gagasan-gagasan yang memang cukup penting keinginan (desire) berkenaan dengan dorongan
dan mendasar dari Covey mengenai atau motivasi mengapa sesuatu dilakukan. Unsur
pengembangan diri manusia. Apa yang ingin pertama dan kedua adalah bagian kebiasaan
dicapai olehnya dengan penulisan buku itu adalah manusia yang bersifat eksternal (dipelajari),
kesuksesan yang paripurna bagi manusia, baik sedangkan unsur keinginan/motivasi adalah yang
dalam karer maupun kehidupan keluarga, yang datang dari dalam. Suatu perbuatan, akan menjadi
selama ini dianggap oleh begitu banyak orang kebiasaan individu apabila memiliki ketiga unsur
sebagai dua hal yang tidak mungkin didamaikan. itu dan dilakukan secara konsisten.
Pernyataannya selalu berbunyi: pilih karir, atau Mengenai perkembangan individu menuju
keluarga. Melalui tujuh kebiasaan manusia yang kedewasaan, Covey mempunyai konsep the ma-
sangat efektif, Covey ingin menolak tesis itu. turity continuum. Kontinum kedewasaan dimulai
Sebelum masuk ke dalam pembahasan the dari tahap ketergantungan individu (dependence)
seven habits of highly effective people (selanjutnya pada lingkungan, menuju kemandirian (indepen-
ditulis 7 H), Covey mendefinisi ulang beberapa dence), kemudian menuju kesalingtergantungan
konsep, yaitu mengenai kebiasaan (habit), (interdependence). Agar individu yang
kedewasaan (maturity), dan keefektifan (effective- tergantung kepada yang lain dapat meningkat ke
ness). taraf kemandirian, individu harus menjalankan tiga
Habit didefinisikan Covey sebagai kebiasan (habit 1, 2, dan 3) yang berhubungan
“perpotongan antara pengetahuan (knowledge dengan kondisi internal individu. Apabila individu
yang berkenaan dengan what to do dan why), dapat menjadikan ketiga kebiasaan ini menjadi
keterampilan (skill, yang berkenaan dengan how bagian dirinya, maka dia akan mandiri dan meraih
to do), dan keinginan (desire, berkenaan dengan kemenangan pribadi.
want to do)”. Kemandirian bukan tingkat tertinggi
perkembangan individu dalam konsep Covey.
Seorang yang mandiri baru dapat menangani
dirinya sendiri. Dia masih harus mengembangkan
kemampuannya berhubungan dengan orang lain
Knowledge karena manusia hidup dalam kondisi saling
tergantung satu sama lain. Dengan bekal tiga
kebiasaan lain (habit 4, 5, dan 6), individu akan
mencapai tingkat tertinggi dalam tangga the matu-
Habit
rity continuum, yaitu kesalingtergantungan karena
Skill telah dibekali kemampuan bekerja dalam kelompok,
Desire bekerjasama, dan komunikasi. Di tingkat saling
tergantung ini, individu mampu bekerjasama tanpa
kehilangan kediriannya.
Individu yang telah berhasil menjadikan habit
1 sampai 6 bagian dari dirinya belum menjadi
Gambar 1
manusia paripurna karena dia harus memperbarui
Habit/Kebiasaan
Sumber: Covey, 1997:48 kebiasaan-kebiasaannya setiap saat. Kesadaran

120 M EDIATOR, Vol. 4 No.1 2003


dan kesediaan untuk memperbaharui diri setiap (production capacity, disingkat PC). Pribadi atau
saat merupakan habit terakhir dalam konsep organisasi yang efektif adalah yang dapat menjaga
Covey. keseimbangan antara pruduksi (P) dengan
Konsep terakhir yang dijelaskan Covey kemampuan produksi (PC). Upaya
sebagai pengantar ke 7 Hs adalah efektivitas atau mengoptimumkan produksi dicapai melalui
keefektifan (effectiveness). Covey menjelaskan optimasi kemampuan produksi (lihat Covey,
keefektifan melalui konsep produksi (production 1997:47-53).
dilambangkan dengan P) dan kemampuan produksi

Gambar 2
Konsep 7 Habits dan Maturity Continuum dari S.R. Covey

Yusuf Hamdan. Penerapan Konsep “7 Habits of Highly Effective People” dalam Profesi Dosen 121
2. Profesi Dosen niscaya mereka akan menjadi dosen amatir.
Dengan latar belakang demikian, tulisan ini
Dosen, sebagai salah satu unsur dalam sistem bermaksud menyampaikan gagasan untuk
pendidikan tinggi, memiliki peran yang penting. membantu teman sejawat berikhtiar menemukan
Kualitas pendidikan dan pengajaran, penelitian, cara-cara meningkatkan profesionalisme dalam
dan pengabdian kepada masyarakat sebagai fungsi mengemban tugas sebagai dosen.
utama perguruan tinggi bergantung sangat besar
pada kualitas dosen. Semakin tinggi mutu dosen,
3. Tujuan Penulisan
maka semakin tinggi pula mutu tridharma perguruan
tinggi. Tulisan ini bertujuan membahas apa itu konsep
Dipandang sebagai satu jenis pekerjaan, The 7 Habit of Highly Effective People, serta
dosen dapat dikatakan sebagai profesi. bagaimana penerapan konsep tersebut dalam
Sebagaimana dikatakan Keraf, “Profesi adalah profesi dosen. Dengan pembahasan ini, diharapkan
pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok para dosen dapat menimba prinsip-prinsip
untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang pengembangan diri dari konsep ‘7 Habits’ yang
mengandalkan suatu keahlian” (Keraf, 1991:44), digagas oleh Stephen R. Covey, dan
karena pekerjaan dosen telah memenuhi syarat- menerapkannya dalam menjalankan profesinya.
syarat profesi, yaitu: Dengan demikian, diharapkan para dosen
(1) Untuk menjalankannya diperlukan kecakapan mengalami proses pemberdayaan, sehingga dalam
khusus; meniti karer sebagai dosen mereka dapat
(2) Dilakukan sebagai kegiatan utama; mempraktikkan kehidupan yang lebih efektif serta
(3) Untuk mendapatkan penghasilan berhasil menjadi pribadi-pribadi yang memiliki per-
Agar pekerjaan menjadi dosen sungguh- sonal power, sukses dalam karer, demikian juga
sungguh dapat dikategorikan sebagai sebuah dalam kehidupan keluarga.
profesi, maka setiap orang yang memangku jabatan
itu harus berusaha sekuat tenaga memenuhi 4. Menjadi Dosen Efektif: Implementasi
persyaratan di atas, terutama persyaratan Konsep 7 Habits
memenuhi keahlian tertentu, dan menjadikan
pekerjaan dosen sebagai kegiatan utama. Konsep “7 H” yang dikemukakan Stephen R.
Kita menyadari, dalam kenyataannya, berbagai Covey terdiri atas 7 kebiasan manusia yang efektif
kecakapan khusus yang harus dimiliki oleh sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.
seorang dosen masih banyak diabaikan. Pekerjaan Habit-1: Be Proactive. ‘Jadilah manusia yang
sebagai dosen juga kadang-kadang masih proaktif.’ Habit ini disebut sebagai principles of
diperlakukan sebagai pekerjaan sampingan, personal vision, karena menyangkut perubahan
sehingga seorang dosen tidak secara sungguh- visi pribadi mengenai diri dan lingkungan.
sungguh membina dan mengembangkan diri Habit-2: Begin with the End in Mind. ‘Mulai
sehingga pekerjaannya tidak layak disebut sebagai dengan akhir dalam pikiran.’ Habit ini disebut
sebuah profesi. sebagai principles of personal leadership, prinsip-
Karena itu, menjadi dosen merupakan satu prinsip kepemimpinan pribadi, karena dengan
tantangan profesional. Siapa yang bersungguh- habit-2 individu akan dapat mengarahkan dirinya
sungguh mau dan mampu mengembangkan diri melalui kekuatan dari dalam.
menjadi dosen yang baik dan efektif, niscaya Habit-3: Put First Things First.’Dahulukan
mereka akan menjadi dosen profesional. yang utama.’ Habit ini dikenal dengan principles
Sebaliknya, siapa yang dorongan hatinya menjadi of personal management, karena habit ini
dosen hanya ingin bersanta-santai saja, memberikan kemampuan individu untuk
menghindari pekerjaan yang berat dan sibuk, mendefinisikan persoalan dan membuat prioritas.

122 M EDIATOR, Vol. 4 No.1 2003


Habit-4: Think Win/Win. ‘Berpikir menang- komunikasi antarpribadi.
menang.’ Habit ini disebut sebagai principles of Habit-6: Synergize. ‘Sinergi.’ Habit ini
interpersonal leadership, karena menyangkut dikenal dengan principles of creative communi-
dimensi kepemimpinan yang lebih luas dari sekadar cation, karena berhubungan dengan kemampuan
untuk diri sendiri, melainkan secara antarpribadi. individu dapat menciptakan suasana kerjasama
Habit-5: Seek First to Understand Then to kreatif dalam komunikasi antarpribadi.
be Understood ‘Berusaha mengerti terlebih Habit-7: Sharpen the Saw. ‘Asahlah gergaji.’
dahulu, baru kemudian dimengerti.’ Habit ini Habit ini disebut sebagai principles of balanced
disebut sebagai principles of empathic communi- self-renewal, atau prinsip-prinsip pembaharuan diri
cation, karena menyangkut berbagai sikap dan yang seimbang, yaitu satu habit yang berkenaan
perilaku komunikasi yang empatik dalam dengan pembaharuan diri yang harus terus

Tabel 1
Konsep 7 Habits

HABITS KETERANGAN
Habit-1: Be Proactive Jadilah manusia yang proaktif, habit ini disebut sebagai
principles of personal vision, karena menyangkut perubahan visi
pribadi mengenai diri dan lingkungan.
Habit-2: Begin with the End Mulai dengan akhir dalam pikiran, habit ini disebut sebagai
in Mind principles of personal leadership, prinsip-prinsip kepemimpinan
pribadi, karena dengan habit-2 individu akan dapat mengarahkan
dirinya melalui kekuatan dari dalam.

Habit-3: Put First Things Dahulukan yang utama, habit ini dikenal dengan principles of
First personal management, karena habit ini memberikan kemampuan
individu untuk mendefinisikan persoalan dan membuat prioritas.

Habit-4: Think Win/Win Berpikir menang-menang, habit ini disebut sebagai principles
of interpersonal leadership, karena menyangkut dimensi
kepemimpinan yang lebih luas dari sekedar untuk diri sendiri,
melainkan secara antarpribadi.
Habit-5: Seek First to Berusaha mengerti terlebih dahulu, baru kemudian
Understand Then to be dimengerti. Habit ini disebut sebagai principles of empathic
Understood communication, karena menyangkut berbagai sikap dan perilaku
komunikasi yang empatik dalam komunikasi antarpribadi.

Habit-6: Synergize Sinergi, habit ini dikenal dengan principles of creative


communication, karena berhubungan dengan kemampuan
individu dapat menciptakan suasana kerjasama kreatif dalam
komunikasi antarpribadi.
Habit-7: Sharpen the Saw Asahlah gergaji, habit ini disebut sebagai principles of balanced
self-renewal, atau prinsip-prinsip pembaharuan diri yang
seimbang, yaitu satu habit yang berkenaan dengan pembaharuan
diri yang harus terus dilakukan oleh individu dalam berbagai
dimensi secara seimbang.

Yusuf Hamdan. Penerapan Konsep “7 Habits of Highly Effective People” dalam Profesi Dosen 123
dilakukan oleh individu dalam berbagai dimensi yang dapat dikendalikannya, sedangkan orang
secara seimbang. reaktif menghabiskan waktunya pada ‘lingkaran
kepedulian’, yaitu segala hal yang tidak dapat
4.1 Habit-1: Be Proactive dikendalikannya (Covey, 19997:65-87).
Karena konsep lingkaran pengaruh dan
Istilah proaktif dalam kerangka “7 H” bukan
kepedulian ini, setiap hal akan berada pada salah
hanya berarti memiliki inisiatif (secara populer
satu wilayah pengendalian. Pertama, direct con-
diartikan dengan jemput bola), melainkan
trol, yaitu masalah yang dapat dikontrol langsung
mengandung pengertian yang lebih dalam dan luas.
oleh individu tanpa keikutsertaan yang lain. Kedua,
Covey mengartikan orang proaktif sebagai orang
indirect control, yaitu masalah yang dapat
yang bertanggung jawab atas apa yang
dikontrol secara tidak langsung, artinya
diperbuatnya, karena setiap tindakan yang
pengendalian harus dilakukan bersama-sama
dilakukannya didasarkan pada nilai-nilai yang
dengan yang lain. Ketiga, no control, yaitu masalah
diyakininya, telah dipertimbangkan secara
yang tidak dapat dikontrol sama sekali (Anonim,
mendalam, dan hati-hati. Kebalikan orang proaktif
http://www.leadru .com).
adalah orang yang reaktif, yaitu mereka yang
Agar dapat menangani masalah pertama
perbuatannya didorong dan diarahkan oleh
secara efektif, orang harus mengubah
perasaannya, oleh orang-orang yang berada di
kebiasaannya untuk menangani masalah kedua,
sekitarnya, dan oleh kondisi-kondisi-kondisi saat
dan orang harus mengubah cara-cara
itu, serta lingkungannya.
mempengaruhi orang lain. Selanjutnya, untuk
Orang proaktif menyadari akan tekanan sosial,
menangani masalah ketiga, orang harus mengubah
sehingga dengan demikian banyak orang yang
cara pandang.
hanya merupakan cermin lingkungan sosialnya
Dalam menjalani kehidupan sebagai dosen,
(tunduk pada hukum determinisme), baik secara
seseorang dapat menjadi proaktif berbekal
genetis, fisis, maupun lingkungan. Seorang yang
kesadaran sekaligus kesediaan untuk menjalankan
proaktif tidak akan begitu saja menyerah terhadap
profesi dosen secara bertanggung jawab.
tekanan sosial, melainkan akan secara proaktif
Tindakan-tindakannya akan didasarkan pada
mengedepankan potensi dirinya. Dia akan
motivasi luhur seorang pendidik yang dipenuhi
mengambil inisiatif, dan tidak pernah rela dijadikan
nilai-nilai pengabdian kepada ilmu pengetahuan,
korban.
tidak menjalankan profesinya atas tekanan
Dalam merespons hal-hal yang datang dari
lingkungan. Dengan menjadi proaktif, seorang
luar, orang proaktif tidak mengikuti alur psikis
dosen akan lebih dapat mengontrol emosinya,
stimulus-respons, melainkan di antara mekanisme
karena akan relatif terbebas dari keruwetan segala
stimulus dan respons dia mampu menyisipkan
ungkapan-ungkapan emosional yang selalu
langkah menjalankan hak kebebasannya untuk
dihadapinya, baik dalam proses belajar-mengajar,
memilih, karena menyadari akan diri sebagai
juga dalam berhubungan dengan sejawatnya.
makhluk yang mulia yang memiliki kemampuan
Dosen proaktif akan menggunakan waktunya
imajinasi, kesadaran, dan kehendak yang bebas.
untuk urusan-urusan yang dapat dikendalikannya,
Karena tindakan-tindakannya hasil pilihannya
umpamanya berusaha meningkatkan jumlah
sendiri, maka dia sanggup untuk memikul segala
kehadiran dalam mengajar, mutu bahan ajar,
konsekuensinya.
termasuk karya ilmiahnya; meningkatkan kualitas
Orang proaktif akan terlihat bedanya dari or-
pergaulan dengan sesama ilmuwan, selalu mencari
ang reaktif dari bagaimana caranya menghabiskan
sumber-sumber informasi terkini pada spesialisasi
waktu dan energi. Orang proaktif menggunakan
yang ditekuninya (fokus pada masalah yang
waktu dan energinya untuk urusan-urusan yang
berada pada direct control).
berada pada ‘lingkaran pengaruh’, yaitu segala hal
Sebaliknya, dosen reaktif akan lupa pada

124 M EDIATOR, Vol. 4 No.1 2003


tugas-tugasnya sebagai dosen yang menuntut pribadi yang tidak memiliki integritas.
profesionalitas, menghabiskan waktu dan Untuk menangani masalah pada area indirect
energinya untuk “hal-hal penting” yang di luar control, seorang dosen harus dapat mengubah
kendalinya, baik persoalan di lingkungan dekat, kebiasan-kebiasan buruknya menjadi kebiasan-
maupun lingkungan yang jauh; membicarakan kebiasaan baik yang efektif dalam berhubungan
borok-borok manajemen, membahas sarana yang secara antarpribadi (habit 4, 5, dan 6). Jika landasan
tidak dimiliki, di mana yang bersangkutan tidak hidup bersama dengan sejawat juga dengan
memiliki pengaruh sama-sekali (no control). mahasiswa belum dilandasi anggapan dasar yang
Campur tangan seorang dosen kepada positif, bila cara komunikasinya belum empatik, bila
urusan-urusan di luar dirinya hanya dapat dalam hubungan dengan orang lain belum dapat
dilakukan sebatas urusan yang indirect control, berpartisipasi untuk mewujudkan sinergi, maka
yaitu perihal yang dapat dikontrol tetapi tidak kebiasaan-kebiasaan itu akan membuat dirinya
langsung, dirinya memiliki kemampuan tidak berdaya dalam menangani masalah indirect
mempengaruhi pengambilan putusan, namun harus control. Tantangannya bagi yang bersangkutan
bersama-sama orang lain. adalah memperbaiki paradigma kerjasama, landasan
Menurut teori “7 H”, seseorang yang komunikasi, dan kerjasama kreatif.
menghabiskan waktunya pada lingkaran Sedangkan untuk menanagani masalah pada
kepedulian, akan menurun efektivitasnya. area no control, tiada cara lain kecuali dengan
Sebaliknya, jika ia menghabiskan waktunya pada menumbuhkan sikap plural, menyadari dan mau
lingkaran pengaruh, maka efektivitasnya akan menerima kehidupan yang aneka ragam, sekalipun
semakin meningkat. Dari sisi emosi, dosen yang di antara yang beraneka itu ada yang tidak
selalu fokus pada lingkaran pengaruh akan merasa disetujuinya.
lebih sukses, sedangkan dosen yang selalu fokus Jika prinsip-prinsip ini dapat dipegang teguh
pada lingkaran kepedulian, akan merasa dirinya oleh seorang dosen, tidak berlebihan jika dosen
sebagai korban orang-orang yang berada di yang bersangkutan disebut sebagai dosen yang
sekitarnya, namun merasa tidak berdaya untuk visioner, yaitu pribadi pendidik yang
melakukan perlawanan. berpandangan independen, berani menolak
Solusi yang ditawarkan konsep “7 H” untuk pendiktean tidak relevan dari lingkungan, percaya
masalah ini adalah mengubah visi. Untuk diri menyampaikan pandangan-pandangan
menangani masalah pada area direct control, pribadinya berdasarkan atas nilai-nilai luhur yang
seorang dosen harus mengubah kebiasaan- diyakininya.
kebiasaan buruk yang tidak efektif, menjadi
kebiasaan baik yang efektif (habit 1,2,3). 4.2 Habit-2: Begin with the End in Mind
Umpamanya, dalam hal janji. Berjanji masuk ke
Kebiasaan baik kedua, begin with the end in
dalam kategori direct control, mau berjanji atau
mind, mulailah dengan akhir dalam pikiran, disebut
tidak berjanji sepenuhnya tergantung pada
Covey sebagai the habit of personal leadership,
individu. Namun begitu, demikian banyak manusia
kebiasan tentang kepemimpinan pribadi. Maksud
yang tidak sanggup menepati janji-janji yang telah
kebiasan ini adalah manusia dapat hidup efektif
dibuatnya. Saat seorang tidak menepati janji, bukan
apabila dapat menjalankan kepemimpinan terhadap
saja telah melukai perasaan orang lain, lebih jauh
dirinya. Siapa yang harus menjalankan
hakikatnya telah merusak integritas pribadinya,
kepemimpinan itu? Tiada lain adalah gambaran
mengeluarkan sifat baik dari pribadinya. Bila
mengenai akhir kehidupannya.
peristiwa demikian berulang terus-menerus, maka
Menurut konsep “7 H”, tidak ada yang lebih
tindakan-tindakanya itu akan menjadi kebiasaan.
layak menjalankan kepemimpinan terhadap individu
Karena kebiasan-kebiasan baik tidak terintegrasi
kecuali tujuan hidupnya sendiri. Seseorang yang
ke dalam dirinya, orang seperti ini dikenal sebagai

Yusuf Hamdan. Penerapan Konsep “7 Habits of Highly Effective People” dalam Profesi Dosen 125
ingin hidup efektif harus mau dan berani Kegagalan demi kegagalan yang dialami manusia
membayangkan, memvisualisasikan, kemudian banyak disebabkan oleh kegagalan penciptaan
menuliskan akhir kehidupannya kelak. Tanpa pertama. Manusia banyak yang kandas di tengah
gambaran akhir hidup, seseorang tidak dapat hidup perjalanan karernya karena sesungguhnya sejak
efektif karena kuatnya pengaruh luar yang akan awal tidak memiliki tujuan yang jelas. Seorang tak
mengajak bergerak ke arah yang berbeda dari yang akan sampai ke Jakarta, jika dalam benaknya ia tak
diperlukannya. ingin pergi dan berada di Jakarta. Seseorang yang
Gambaran akhir kehidupan, ibarat kompas bagi ingin membangun rumah idaman, untuk pertama
kapal laut yang sedang berlayar di tengah samudra. kalinya dia membangun terlebih dahulu rumah
Boleh saja amuk gelombang menghempaskan kapal dalam pikirannya, baru kemudian dia berupaya
ke sana ke mari, namun kapal selalu akan diarah- mewujudkannya secara fisik.
kan kembali oleh na- Apakah pencip-
khoda ke arah pulau Kotak 1. Contoh Pernyataan Misi Pribadi taan pertama bagi
tujuan. Hidup ini terlalu individu? Siapakah
Pernyataan Misi Pribadi
hiruk-pikuk tanpa kepe- yang merumuskan
mimpinan yang kuat dan gambaran akhir kehi-
Di akhir kehidupan, saya ingin dicatat sebagai
teguh. Seorang akan dupan individu? Jika
seorang intelektual yang menjalani profesi
mudah berubah haluan sebagai dosen yang memiliki kredibilitas: seorang anak ditanya
jika tak berbekal pegang- kompeten dalam bidang spesilisasi saya yang ingin jadi apa kelak,
an yang jelas. Dengan ditunjukkan oleh tingkat kesarjanaan paripurna biasanya ada jawaban
gambaran akhir kehidup- (DR), dengan jenjang pangkat akademik guru baku yang didiktekan
an, manusia selalu besar (Profesor), dipercaya oleh masyarakat oleh lingkungan:
memiliki kepemimpinan karena saya menjalankan profesi dengan etis, ingin jadi dokter,
pribadi. Dia tahu arah dilandasi iman kepada Tuhan Yang Mahakuasa, insinyur, atau yang
yang akan dituju, sehing- serta berpegang pada prinsip amal salih yang lebih umum, ingin
ga setiap tindakan diukur selalu bersedia membantu memajukan menjadi manusia yang
penting tidaknya oleh masyarakat melalui proses belajar-mengajar, berguna bagi nusa,
gambaran akhir hidup itu kegiatan penelitian, ceramah-ceramah, dan bangsa, dan agama.
(Covey, 1997: 97-107). kegiatan penyebaran ilmu lainnya melalui tulisan Penciptaan pertama
Dalam manajemen di media massa, dan penulisan buku-buku. bagi individu umum-
kita tahu pentingnya nya dilakukan oleh
tujuan baik bagi individu lingkungan, namun
maupun organisasi. Menurut Siregar dan Samadhi demikian penciptaan ini sering berupa pemaksaan
(1998:17), pencapaian tujuan, selain ditentukan kehendak dari lingkungan terhadap individu tanpa
oleh kualitas manusia, ditentukan pula oleh kualitas mempertimbangkan dengan seksama apa yang ada
tujuannya. Tujuan yang baik harus spesifik, dalam individu, keadaannya, harapan-harapannya
realistis, terukur, dan terbatas waktu. Sedangkan di masa depan.
menurut Koontz dan Weihrich (1998:93), dalam Dalam konsep “7 H”, penciptaan pertama ini
sebuah organisasi langkah manajemen menjadi harus diperiksa, dan umumnya memang harus
kacau-balau jika tidak ada tujuan yang jelas. ditulis ulang. Semisal skenario, yang ditulis
Adanya tujuan yang jelas berpengaruh lingkungan mungkin terlalu banyak adegan horor,
terhadap efektivitas kehidupan seseorang. Konsep sedangkan individu senang kelembutan.
“7 H” mengatakan bahwa segala sesuatu dalam Lingkungan menuntut peran-peran manusia yang
hidup ini diciptakan dua kali, all things are cre- medioker, sedangkan individu berhasrat menjadi
ated twice. Penciptaan pertama secara mental dalam seorang yang menonjol di bidangnya. Tidak ada
pikiran manusia, penciptaan kedua secara fisik. jalan lain untuk membereskan penciptaan pertama,

126 M EDIATOR, Vol. 4 No.1 2003


selain individu harus menulis ulang skenarionya. lingkungan. Pada ajang ini independensi individu
Adegan-adegan yang tidak perlu harus dibuang; betul-betul diuji, integritas pribadi dipertaruhkan.
“sken-sken” yang kurang, harus ditambahkan. Kemampuan untuk memilah dan memilih urusan-
Menulis ulang penciptaan pertama secara teknis urusan penting untuk pencapaian tujuan menjadi
berarti membuat “Pernyataan Misi Pribadi” (PMP). satu kemampuan dan keterampilan yang sangat
Pada mulanya, wajar jika seorang dosen penting dalam hal ini.
merasa tidak mantap mengenai apa yang harus Konsep spesifik yang diperkenalkan Covey
dijalani dalam profesinya. Tuntutan keluarga pada kebiasaan ini adalah menilai relevansi satu
mendorong seorang menjadi pedagang (mencari urusan melalui penilaian dari segi penting dan men-
untung). Orientasi birokratis masyarakat kita desaknya. Untuk itu, “7 H” memperkenalkan kon-
mendorong orang menjadi pekerja (mencari sep matriks waktu seperti tampak pada Gambar 3.
‘kalungguhan’), dan tentu banyak tuntutan lain Menurut konsep “7 H”, waktu yang dimiliki
dari lingkungan bagi seorang dosen untuk manusia digunakan untuk urusan-urusan yang ada
menjalankan peran tertentu. Namun demikian, dalam matriks waktu yang terbagi ke dalam empat
seorang dosen harus secara proaktif merumuskan kuadran, yaitu Kuadran I, II, III, dan IV. Kuadran I
kembali misi pribadi dalam menjalankan profesinya berisi urusan yang penting dan mendesak, yaitu
berdasarkan nilai-nilai yang diyakininya sebagai urusan penting yang segera harus ditangani.
seorang yang menjalankan profesi penyebar ilmu Sedangkan Kuadran II adalah urusan yang
pengetahuan. penting, namun tidak mendesak. Yang berada di
Sebagai contoh, mungkin seorang dosen me- Kuadran III adalah masalah yang tidak penting
nulis PMP-nya seperti ditunjukkan pada Kotak 1. namun mendesak. Sedangkan yang di Kuadran IV
adalah masalah yang tidak penting juga tidak
4.3 Habit-3: First Things First mendesak.
Urusan Kuadran I tidak dapat dihindari
Kebiasan ketiga First Things First, dahulukan manusia. Urusan itu penting dan genting.
yang utama atau penting, dikenal sebagai prin- Umpamanya anak sakit keras, tidak dapat ditunda
ciples of personal management, prinsip-prinsip dengan alasan mengerjakan urusan lain lebih
manajemen diri pri- dahulu. Urusan Kua-
badi. Jika kebiasan dran I termasuk ke
yang kedua berkena- Mendesak Tidak Mendesak
dalam kategori krisis.
an dengan pencipta- Urusan itu penting,
an pertama dalam
Penting

tidak dapat ditinggal-


pikiran, maka kebia- kan, dan sudah tidak
saan yang ketiga, I II banyak waktu lagi
berhubungan de- untuk mengerjakan-
ngan penciptaan nya. Banyak yang
yang kedua, yaitu mengalami stres un-
bagaimana mewu-
Tidak Penting

tuk menangani masa-


judkan imajinasi lah ini. Mahasiswa
menjadi aksi (mana- III IV
yang sudah habis
jemen). Kebiasaan masa studi dan
ketiga merupakan terancam DO, orang
satu ajang uji bagi yang berutang yang
kehendak bebas sudah jatuh tempo
individu di tengah Gambar 3 harus membayar, dan
suasana pendiktean Matriks Waktu lain-lain.

Yusuf Hamdan. Penerapan Konsep “7 Habits of Highly Effective People” dalam Profesi Dosen 127
Urusan di Kuadran II adalah urusan-urusan ang yang telah paham arti prioritas dan mengerti
penting, oleh sebab itu tidak dapat dihindari, harus nilai waktu. Waktu itu nilai variabelnya dari nol
dikerjakan. Akan tetapi, tersedia waktu untuk sampai tidak berhingga. Semakin tinggi seseorang
merencanakan penanganannya dengan baik karena menghargai waktu, semakin tinggi nilainya. Tetapi,
waktu yang tersedia cukup leluasa. Untuk urusan- semakin rendah seseorang menghargai waktu,
urusan di Kuadran II, prinsip-prinsip manajemen maka semakin hampa nilainya.
dapat berlaku. Berdasarkan konsep “7 H”, orang Sebagai kelengkapan manajemen waktu, ’7 H’
yang ingin meningkatkan efektivitasnya maka menganjurkan agar untuk mengoperasikan konsep
harus memfokuskan waktu dan energinya ke Kuadran waktu, manusia harus mengidentifikasi
Kuadran II dengan mengurangi alokasi waktu peran-peran yang akan dijalankannya, dan
untuk quadran lainnya. menentukan sasaran untuk setiap peran itu.
Urusan yang berada di Kuadran III adalah Seorang dosen mungkin ingin menjalankan
urusan yang mendesak tetapi tidak penting. peran sebagai pengajar, pembimbing, peneliti, dan
Sejumlah dering telepon, tamu-tamu yang tidak penulis (peran ini tentu berbeda-beda pada setiap
diundang, urusan-urusan penting orang lain, dan orang). Agar peran-peran itu dapat berjalan dengan
sebagainya. Sedangkan urusan-urusan yang tidak baik, maka untuk masing-masing harus ditetapkan
penting juga tidak mendesak seperti melamun, sasaran yang ingin dicapai. Dari sasaran-sasaran
ngobrol yang tidak jelas fokusnya, berbicara itu, dapat dibuat jadwal penggunaan waktu sesuai
tentang kelemahan-kelemahan orang lain, dengan prinsip Kuadran waktu (dengan memberi
menganalisis masalah di luar kompetensi, dan lain- tanda K1, 2, 3, dan 4) untuk setiap kegiatan yang
lain. Untuk urusan-urusan yang berada di Kuadran akan dilakukan. Dalam melipatgandakan
III dan IV, seseorang harus mampu bilang ‘No’. pemanfaatan waktu, seseorang juga harus terlatih
Semakin seseorang mampu mengatakan tidak dalam keterampilan mendelegasikan, karena
untuk segala urusan yang berada pada Kuadran dengan pendelegasian berarti melipatgandakan
III dan IV, semakin banyak tambahan waktu untuk waktu yang tersedia.
menangani masalah di Kuadran II. Semakin sukses Seorang dosen yang dapat melengkapi
menangani masalah di Kuadran II, semakin sedikit pribadinya dengan tiga kebiasaan efektif, yaitu
volume urusan di Kuadran I. (Covey, 1997:145- menjadi proaktif untuk mendapatkan visi pribadi,
162) memulai dengan akhir dalam pikiran agar memiliki
Dampak dari konsentrasi waktu di Kuadran II, kepemimpinan pribadi, serta mampu mendahulukan
menolak sebanyak-banyaknya urusan di Kuadran yang utama (penting) agar dapat menerapkan skala
III dan IV, seseorang hidupnya akan jauh lebih prioritas, akan bergerak dari tingkat pribadi yang
efektif. Merasa berhasil, dan tenteram, tanpa tergantung menjadi pribadi yang mandiri, karena
tekanan stres yang berlebihan. sudah mengalami kemenangan pribadi yang
Bagi seorang dosen, matriks waktu dari “7 H” disebut Covey sebagai private victory!
ini sangat penting, karena banyak sekali pekerjaan-
pekerjaan dosen yang ditetapkan batas waktunya, 4.4 Habit-4: Think Win/Win
seperti mengajar, menguji, diuji, membuat
Kebiasaan yang keempat dari konsep “7 H”
penelitian, studi di pascasarjana, kenaikan pangkat,
adalah think win/win, atau berpikir menang-
menulis makalah untuk jurnal. Dengan menerapkan
menang. Kebiasaan ini disebut sebagai principles
matriks waktu, seorang dosen akan merasakan
of interpersonal leadership, atau prinsip-prinsip
bahwa waktunya tidak pernah kurang, bersedia
kepemimpinan antarpribadi. Jika kita perhatikan
mengerjakan hal-hal positif, bermanfaat, dan
secara seksama, mulai dari pembahasan kebiasaan
mendatangkan hasil, tanpa perasaan tertekan.
yang keempat sampai kebiasaan yang keenam,
Orang yang mampu menerapkan prinsip
Covey menggeser fokus perhatiannya dari dimensi
Kuadran II-yes, Kuadran III dan IV-No, adalah or-

128 M EDIATOR, Vol. 4 No.1 2003


pribadi ke antarpribadi. kemenangan untuk dirinya tanpa peduli pada or-
Berpikir menang-menang sebagai kebiasaan ang lain, dan tanpa memperhitungan ongkos dan
yang keempat, sekaligus kebiasaan yang pertama biaya yang harus dikeluarkannya. Pokoknya setiap
dalam konteks hubungan antarpribadi, dia berhubungan dengan yang lain, harus dialah
menekankan kepada pembahasan tentang pemenangnya. Pola hubungan yang terakhir adalah
kepemimpinan. Seseorang tentu tidak dapat Win/Win or No Deal, adalah pola hubungan yang
mencapai efektivitas pada masalah yang berada didasarkan pada satu keyakinan bahwa yang akan
dalam indirect control, tanpa bantuan orang lain. berdampak positif dalam hubungan antarpribadi
Bantuan orang lain tidak dapat diraih tanpa hanyalah yang memberikan keuntungan kepada
menjalankan kepemimpinan. semua pihak, selain itu tidak, sehingga bentuk-
Dalam kebiasaan yang keempat, di uraian bentuk lain dari hubungan itu cenderung akan
mengenai berbagai jenis pola hubungan ditolaknya.
antarpribadi, Covey mengemukakan enam bentuk Berpikir “menang-menang” bukan sekadar
hubungan antarpribadi yaitu: taktik atau strategi, melainkan satu prinsip yang
- Win/Win harus diyakini oleh individu yang mendambakan
- Lose/Lose kesuksesan dalam hubungan dengan orang lain.
- Win/Lose Prinsip berpikir “menang-menang” mensyaratkan
- Win pribadi yang memiliki integritas, dewasa (mature),
- Lose/Win dan memiliki mental ‘kelimpahruahan’ (abundance
- Win/Win or No Deal mentality), yang yakin bahwa kemenangan bukan
Pada pola hubungan yang Win/Win, masing- milik salah satu pihak saja, melainkan dapat
masing pihak dapat mencapai kesepakatan yang dinikmati bersama. Berpikir “menang-menang”
saling menguntungkan. Masing-masing pihak juga tidak dapat terjadi apabila individu tidak memiliki
mendasarkan hubungannya kepada penghargaan penghargaaan terhadap orang lain beserta
atas alternatif ketiga sebagai jalan terbaik. Tidak pandangan-pandangannya. Covey, 1997:204,216;
memaksakan kehendaknya, tetapi juga tidak http://leadru.com)
menyerahkan diri pada kekuasaan orang lain. Seorang dosen yang berpikir “menang-
Mereka bersedia bertukar pikiran untuk menang” tidak akan khawatir dengan perbedaan-
menemukan pikiran alternatif yang lebih baik dari perbedaan pandangan, baik dengan sejawat
pikiran keduanya. maupun mahasiswa, karena dirinya yakin bahwa
Pola hubungan yang Win/Lose didasarkan kebenaran bukan milik seseorang, tetapi satu yang
pada hubungan yang sadar akan posisi dan dapat diperoleh secara bersama-sama. Dosen yang
kekuasaan. Salah satu pihak berkehendak berpikir “menang-menang” tidak akan
memaksakan kemenangan atas pihak yang lain. memosisikan dirinya sebagai pemain yang berhak
Sedangkan pola hubungan Lose/Win adalah memonopoli kebenaran di tengah-tengah
kebalikan dari Win/Lose, di mana satu pihak rela kesibukan proses penyebaran ilmu pengetahuan,
berkorban demi keuntungan atau kesejahteraan melainkan akan secara rendah hati menyadari siapa
pihak yang lain. Adapun Lose/Lose lebih pun berhak untuk sampai ke maqam ilmu, mungkin
merupakan gambaran hasil hubungan dua pihak dari pintu yang berbeda-beda.
yang sama-sama berpegang pada prinsip Lose/Win Dosen yang berpikir “menang-menang” tidak
yang mendorong semua pihak mengalami akan khawatir terhadap kemerosotan wibawa
kekalahan. Ada peribahasa yang sesuai untuk akademik karena menghargai pendapat sejawat
keadaan ini, yaitu ‘kalah jadi abu menang jadi atau mahasiswa yang memperlihatkan percik
arang’. kebenaran, karena penghargaan yang diberikan
Pihak yang memegang prinsip Win dalam kepada yang lain merupakan satu wujud
hubungan dengan pihak lain hanya mempedulikan kedewasaannya sebagai pribadi. Jika saya dapat

Yusuf Hamdan. Penerapan Konsep “7 Habits of Highly Effective People” dalam Profesi Dosen 129
sampai ke puncak-puncak pendakian mengevaluasi, menyelidiki, memberi saran,
intelektualitas, maka yang lain pun berhak dan memaknai (Covey, 1997:237-246).
memiliki peluang yang sama. Kemampuan komunikasi empatik sangat
penting dalam menjalankan profesi dosen. Dalam
4.5 Habit-5: Seek First to Understand, proses belajar mengajar, sedikit dari kita yang
then be Understood berorientasi kepada kebutuhan mahasiswa;
memahami apa yang mereka ketahui dan inginkan,
Kebiasan kelima ini dikenal dengan principles kemudian dari sana kita menyajikan informasi yang
of empathic communicaiton, atau prinsip-prinsip mereka perlukan. Kita masih lebih suka menjadi
komunikasi empatik. Menurut konsep “7 H”, pusat perhatian, padahal semestinya peserta
kemampuan komunikasi empatik merupakan satu didiklah yang menjadi pusat perhatian. Perubahan
kemampuan yang sangat penting dalam hidup. paradigma pendidikan dari lecturer centered ke
Pentingnya kemampuan komunikasi empatik student centered tampaknya di mana-mana belum
terwakili dalam ungkapan seperti ini, “if you want berjalan dengan baik. Dalam praktik belajar-
interact effectively with me, to influence me, you mengajar, yang terjadi lebih banyak yang
first need to understand me” (http:// sebaliknya. Perubahan paradigma itu lebih tepat
www.leadru.com). dikatakan sebagai slogan daripada gambaran
Salah satu wujud kemampuan komunikasi kenyataan. Secara a posteriori, dosen telah memiliki
empatik ditunjukkan melalui kemampuan asumsi-asumsi yang diangggap dengan sendirinya
mendengar secara empatik. Kebanyakan orang baik, menyajikan materi pengetahuan sesuai
mendengarkan dalam rangka untuk dapat dengan keinginannya tanpa terlalu peduli terhadap
memberikan jawaban. Saat seseorang berbicara, kita apa yang dirasakan dan dipikirkan mahasiswa
mungkin mengabaikannya, mendengarkan dengan yang akan menerimanya.
pretensi, dengan selektif. Hanya sedikit dari kita Hal sama dapat juga terjadi dalam proses
yang mampu mendengarkan orang lain secara bimbingan penulisan karya ilmiah seperti menulis
empatik. Padahal kemampuan empatik merupakan skripsi. Kerap terjadi proses bimbingan berjalan
syarat adanya keterbukaan dan kepercayaan dalam sedemikian rupa hingga mahasiswa tenggelam
komunikasi. dalam kehebatan dosen pembimbingnya, membuat
Kemampuan empatik adalah satu yang pelbagai ide bernas yang mulanya tumbuh pada
terwujud dari kehendak tulus untuk memahami or- sang mahasiswa sebagai peneliti pemula, secara
ang lain yang seiring dengan ungkapan: pahami berangsur tenggelam dalam kekuasaan akademik
dulu sebelum Anda memberikan saran, diagnose pembimbingnya. Agar proses bimbingan skripsi
before you prescribe. Segala saran yang menjadi bentuk komunikasi empatik, sang dosen
disampaikan dalam komunikasi yang tidak harus lebih sabar mendengarkan suara realitas
berdasarkan keadaan orang lain, hanya mengikuti tanpa persepsi yang bias. Setelah mengerti benar
perkiraan pikiran semata tentang orang lain, tidak masalahnya, baru memberi petunjuk-petunjuk ke
akan efektif. Yang demikian bukan datang dari mana para mahasiswa harus melangkah.
profesional komunikasi, melainkan dari para amatir. Jika dosen lebih memperturutkan kata hatinya,
Seperti juga berlaku dalam perdagangan, the ama- tidak peduli apa yang dirasakan dan dipikirkan ma-
teur salesman sells products, the professional hasiswa, sungguh dosen tersebut masih bersikap
salesman sells solutions to needs and problems. amatir (sells products). Sebaliknya, dosen yang
Menurut konsep “7 H”, seseorang harus lebih berorientasi kepada peserta didik (mahasis-
menghindari memberikan tanggapan-tanggapan wa), sabar mendengar apa yang mereka butuhkan,
biografis agar memiliki kecakapan empatik. maka itulah dosen profesional sejati (sells solu-
Respons biografis adalah respons berdasarkan tions). Dosen seperti itu telah menjalankan prinsip
perspektif kita. Dengan begitu kita akan cenderung diagnose before you prescribe.

130 M EDIATOR, Vol. 4 No.1 2003


4. 6 Habit-6: Synergize menjadi tidak menyenangkan. Tingkat komunikasi
yang sedang adalah saat orang-orang dewasa
Kebiasaan keenam, synegize, atau sinergi,
berkomunikasi dengan saling menghargai satu
dikenal dengan principles of creative communi-
dengan yang lain. Sedangkan komunikasi paling
cation, atau prinsip-prinsip komunikasi kreatif.
tinggi adalah komunikasi yang sinergis, yang
Mengapa dikatakan demikian? Sebab komunikasi
ditandai oleh berbagai kompromi untuk menemukan
kreatif dijalankan untuk mencapai sinergi, satu
alternatif ketiga. Alternatif ketiga yang dihasilkan
proses pemaduan yang menghasilkan lebih banyak
dari proses sinergi sering lebih baik dari pandangan
dari sekadar jumlah bagian-bagian yang
orisinal masing-masing pihak. Pencarian alternatif
disinergikan.
ketiga memiliki makna pergeseran paradigma dari
Uraian tentang sinergi mengambil penjelasan
berpikir dikotomis mental ya/tidak ke berpikir
dari psikologi Gestalt, yang berdalil bahwa
empatik untuk mencapai sinergi.
keseluruhan itu lebih banyak/lebih besar dari
Esensi dari sinergi adalah menghargai
jumlah bagian-bagian. Namun demikian, dalam
perbedaan yang ada. Orang efektif adalah mereka
kenyataan hanya sedikit orang yang memiliki
yang menyadari keterbatasan pemahamannya
banyak pengalaman dalam sinergi, karena
seraya menyadari kekayaan sumber daya yang ada
kebanyakan orang telah dibentuk dalam pola-pola
yang bisa diperoleh melalui interaksi dengan or-
komunikasi defensif dan protektif. Sinergi baru
ang lain. (Covey, 1997:264:272; http://
mungkin pabila seseorang memiliki ambang
www.leaderu.com).
toleransi yang tinggi terhadap ketidakpastian.
Kebiasan keenam ini mengajarkan hal luar
Sinergi juga baru akan berjalan jika ada
biasa bagi seorang dosen. Untuk menjalin
kesediaan dari kita untuk mengabaikan format-for-
kerjasama yang efektif, dosen harus memiliki sikap
mat lama, dan bersedia menjajaki penggunaan for-
pluralis, memiliki kesediaan menghargai orang lain
mat-format baru. Untuk memperoleh sinergi, orang
sebagai sesama insan yang dimuliakan
harus terbuka dan otentik. Saat kita membuka diri
penciptanya. Lebih jauh dari itu, mampu
untuk dipengaruhi orang lain, kita memperoleh
menghargai perbedaan-perbedaan pandangan. Jika
pemahaman yang lebih mendalam serta
dosen tidak memiliki kesadaran dan sikap pluralis,
menciptakan pilihan-pilihan baru.
maka dia akan merasa aman dengan mengurung
Hasil kerjasama sinergis seringkali melampaui
diri dalam pengetahuannya yang terbatas. Dia tidak
hasil penjumlahan secara matematis. Dalam sinergi,
ingin melihat suasana di luar, karena baginya
1 ditambah 1 hasilnya bukan dua, melainkan 3!
suasana seperti itu membuat terancam wibawa
Mengapa? Jika A memiliki satu gagasan baik, B
akademiknya. Di tengah-tengah perkembangan
juga demikian, dan mereka bersedia berkomunikasi
yang cepat, dia merasa akan segera menjadi
secara sinergis dengan mempertukarkan gagasan
manusia yang pandir, tidak banyak tahu, tidak
mereka, maka akan dihasilkan gagasan baru yang
banyak paham. Dosen seperti itu khawatir benar
bukan gagasan A maupun B, melainkan gagasan
tampak bodoh di tengah-tengah khalayaknya.
C hasil sinergi gagasan keduanya. Sekarang, di
Dia akan lebih memilih membentengi
samping gagasan mereka masing-masing, ada satu
kekurangan diri dengan segala jenis aturan. Jika
gagasan baru hasil proses komunikasi kreatif yang
tidak ada aturan yang sesuai untuk
sinergis.
kepentingannya, dia rela membuat interpretasi
Tingkat komunikasi yang paling rendah adalah
khusus mengenai aturan-aturan sehingga sesuai
saat tidak adanya saling percaya di antara yang
dengan kepentingannya. Dengan demikian, jika dia
berkomunikasi yang ditandai oleh suasana
berinteraksi dengan yang lain (sejawat maupun
defensif, protektif, dan penggunaan bahasa
mahasiswa) akan cenderung menggunakan pola-
legalistik yang digunakan membungkus sesuatu
pola komunikasi satu arah, bukan komunikasi
atau mengelak dari sesuatu jika suasananya
kreatif untuk memperoleh sinergi. Akan berusaha

Yusuf Hamdan. Penerapan Konsep “7 Habits of Highly Effective People” dalam Profesi Dosen 131
memaksakan pandangannya, daripada bersedia 4.7 Habit-7: Sharpen the Saw
memahami dan menghargai pandangan orang lain.
Kebiasaan ketujuh dari konsep “7 H”,
Sikap demikian memberi rasa aman yang semu,
Sharpen the Saw, asahlah gergaji, dikenal dengan
karena lambat laun membuat dirinya tidak relevan
principles of balanced self-renewal, prinsip-
dengan lingkungan. Dia tidak mendapat banyak
prinsip pembaharuan diri yang seimbang.
manfaat dari pergaulannya dengan sesama, karena
Kebiasaan ini merupakan kelengkapan dari
sikapnya yang kaku dalam mempertahankan
kebiasaan 1 sampai dengan 6. Seorang yang telah
pendapat sekalipun pendapatnya nyata-nyata
memiliki kebiasaan-kebiasaan, baik bagi dirinya
sudah usang. Tidak bersedia menerima pandangan
sendiri maupun kebiasaan-kebiasaan baik dalam
orang lain sekalipun lebih relevan dan lebih aktual.
pergaulan lingkup antarpribadi, harus memiliki
Sikap seperti ini merupakan tindakan pemiskinan
kesadaran diri untuk selalu memperbarui
diri secara intelektual.
kemampuan-kemampuannya itu, karena kalau tidak
Seorang dosen yang memiliki sikap demikian
semua yang dikuasainya bisa saja usang dan tidak
harus segera menyadari kekeliruannya.
terpakai lagi. Segi-segi prinsip dari enam kebiasaan
Memonopoli kebenaran ilmu selain tidak pantas
manusia yang efektif mungkin akan tetap bertahan,
juga tidak mungkin. Sumber-sumber ilmu
tetapi strategi, teknik, dan taktik melakukannya
pengetahuan sekarang terbuka untuk setiap or-
dapat berubah dari waktu ke waktu.
ang melalui berbagai sarana komunikasi. Bahkan,
Pembaruan diri harus dilakukan secara
terdapat kecenderungan semakin pentingnya agen-
berimbang pada empat dimensi diri, yaitu pada segi
agen sosialisasi baru (umumnya media komunikasi)
fisik, spiritual, mental, dan sosial. Yang pertama-
dibandingkan dengan agen-agen sosialisasi lama
tama adalah pada segi fisik. Seorang individu harus
(seperti lembaga pendidikan). Dalam
memiliki kesediaan untuk selalu memperbarui
perkembangan masyarakat yang sedemikian pesat,
kesehatan fisiknya. Ada tiga wilayah penting
pola-pola komunikasi kreatif untuk memperoleh
dalam memelihara kesehatan fisik, yaitu endur-
sinergi menjadi pilihan yang paling tepat agar
ance. Kesehatan fisik pada segi ini didapat dari
seorang yang berprofesi dosen dapat
latihan aerobik teratur. Wilayah kedua dari
mempertahankan eksistensinya.
pemeliharaan fisik adalah untuk mempertahankan
Jika seorang dosen mampu melengkapi dirinya
dan meningkatkan fleksibilitas tubuh. Peningkatan
dengan kebiasaan 4 (think win/win), kebiasaan 5
fleksibilitas didapatkan dari latihan peregangan
(seek first to understand than to be understood),
otot, sehingga fisik memiliki daya lentur dan tidak
dan kebiasan 6 (synergize), maka dosen tersebut
cepat cedera. Wilayah yang ketiga dari
akan mampu mengatasi persoalan-persoalan yang
pemeliharaan fisik adalah memelihara dan
berada pada wilayah indirect control, di mana
meningkatkan kekuatan tubuh. Kekuatan fisik
untuk menangani masalah tersebut harus
didapat dari latihan-latihan beban yang teratur.
bekerjasama dengan orang lain. Dengan ketiga
Pembaruan pada segi spiritual berkenaan
kebiasaan ini seorang dosen akan mengalami
dengan nilai-nilai yang kita yakini yang menjadi
kemajuan satu tingkat lagi. Kini bukan saja ia telah
inti dan pusat sistem nilai seorang individu.
menjadi orang mandiri (karena kebiasaan 1, 2, dan
Pembaruan dalam segi spiritual dapat berdampak
3), tetapi memiliki kecakapan lain untuk berkarya
pada berbaikan pernyatan misi pribadi, karena
dalam suasana kehidupan yang saling tergantung
pernyatan misi pribadi setelah ditulis untuk pertama
(interdependence). Dia tidak akan canggung untuk
kalinya kemudian mesti disempurnakan dari waktu
melakukan kepemimpinan antarpribadi,
ke waktu.
menjalankan komunikasi yang empatik, dan
Pembaruan pada dimensi mental dilakukan
melakukan sinergi. Seorang dosen yang berhasil
dengan selalu memperhatikan santapan ruhaniah.
menjalankan kebiasaan 4, 5, dan 6 akan memproleh
Dengan mengikuti acara-acara televisi yang
kemenangan publik, public victory!

132 M EDIATOR, Vol. 4 No.1 2003


bermakna, menonton pertunjukan seni, serta pemberdayaan masyarakat maupun dalam berbagai
membaca buku-buku yang mendorong lahirnya bentuk aktivitas di lembaga karitas.
inspirasi pribadi, atau yang memberi pencerahan
(Covey, 1997:287-299; http://www.leadru.com). 5. Penutup
Dalam kehidupan seorang dosen, kesediaan
untuk terus menerus memperbarui diri adalah satu Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
hal yang mutlak untuk dilakukan. Dari segi fisik, sebagai berikut:
seorang dosen dituntut untuk memiliki kebugaran 1. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam konsep
tubuh yang prima. Saat ini banyak sekali tawaran The 7 Habits of Highly Effective People
praktik-praktik olah tubuh untuk mendapatkan merupakan satu konsep pengembangan diri
kesehatan yang baik, berupa tawaran-tawaran dari yang didasarkan atas pemahaman mengenai
fitness center, klub-klub olah tubuh seperti bagaimana manusia dapat hidup dengan
perkumpulan Yoga, senam, bahkan berbagai klub efektif, baik dalam karir maupun keluarga.
aliran yang memanfaatkan tenaga dalam untuk Kehidupan efektif itu didasarkan kepada
kesehatan. sejumlah nilai yang harus menjadi bagian
Dosen yang bugar, yang sehat secara fisik, hidup seseorang yang oleh Covey
yang segar dan energik, jauh akan lebih menarik disederhanakan ke dalam 7 kebiasaan hidup
dibandingkan dosen yang loyo, kusam, dan orang yang efektif, yang terdiri dari kebiasaan
tampak sakitan. Proses belajar-mengajar bisa lebih untuk (1) hidup proaktif sebagai visi pribadi,
sukses dengan dukungan kesehatan fisik yang (2) memulai dengan gambaran akhir kehidupan,
prima. sebagai bentuk kepemimpinan pribadi, (3)
Seorang dosen harus pula memelihara dan mendahulukan yang utama sebagai bentuk
meningkatan kesehatan spiritualnya. Ia harus selalu kemampuan melakukan prioritas. Ketiga
memperbaharui komitmen-komitmennya sesuai kebiasaan itu merupakan hal-hal yang perlu
dengan perkembangan pengetahuan dan dimiliki oleh individu untuk mengefektifkan diri
pemahaman juga penghayatan atas nilai-nilai yang sendiri (kondisi internal). Selain itu, seorang
menjadi pegangan hidupnya. Komitmen terhadap individu masih harus menyempurnakan diri
nilai-nilai yang diyakini ini akan terus menjadi agar dapat hidup efektif dengan kebiasaan (4)
pemandu dalam menjalankan profesinya. berpikir menang-menang dalam menjalankan
Komitmen untuk memperbarui diri secara men- kepemimpinan antarpribadi, (5) mengerti orang
tal sudah sepatutnya tidak diragukan lagi pada lain terlebih dahulu, baru kemudian akan
orang yang berprofesi sebagai dosen; dimengerti orang lain, dan (6) melakukan
kebiasaannya membaca buku, mempelajari jurnal- sinergi, berkomunikasi secara efektif dan
jurnal keilmuan yang mutakhir, mengunjungi kreatif untuk menghasilkan alternatif ketiga.
perpustakaan, melihat pertunjukan-pertunjukan Kebiasaan manusia yang efektif diakhiri
seni, dan santapan mental lainnya. Namun, dengan kebiasaan (7) memperbarui diri. Semua
kenyataan banyak menunjukkan lain. Marilah kita kemampuan dari kebiasaan 1 sampai dengan 6
periksa ruang-ruang pribadi kita di rumah. Mungkin menjadi kurang berarti jika tidak dibarengi oleh
akan lebih banyak benda-benda lain yang menjadi kesediaan untuk selalu memperbaharui diri.
hiasan rumah seorang dosen dari pada benda yang 2. Prinsip-prinsip “7 H” dapat diterapkan dalam
paling berharga bagi dirinya: buku. banyak segi kehidupan termasuk dalam
Pembaruan diri pada dimensi sosial wujudnya menjalankan profesi sebagai dosen. Seorang
akan lebih beragam pada setiap individu dosen. dosen tidak akan dapat memenuhi kriteria
Namun, intinya adalah bahwa seorang dosen akan profesionalitas jika dia tidak dapat menjalankan
selalu bersedia memelihara dan meningkatkan kehidupan sebagai dosen secara efektif.
komitmen sosialnya, baik dalam program-program Prinsip-prinsip yang dikemukakan Stephen R.

Yusuf Hamdan. Penerapan Konsep “7 Habits of Highly Effective People” dalam Profesi Dosen 133
Covey akan sangat bermanfaat jika dapat Keraf, A. Sonny. 1991. Etika Bisnis, Membangunn
diterapkan secara menyeluruh dan konsisten Citra Bisnis Sebagai Profesi Luhur.
dalam menapak karier sebagai dosen. M Yogyakarta: Kanisius.
Koontz, Harold dan Heinz Weichrich. 1988. Man-
agement. Ninth Edition, McGraw-Hill Book
Co., Singapore.
Daftar Pustaka Siregar, Ali Basyah dan TMA Ari Samadhi. 1988.
Manajemen. Bandung: Institut Teknologi
Covey, Stephen R. 1997. The 7 Habits of Highly Bandung.
Effective People, Restoring the Character http://www.leadru.com/cl-institute/habits/
Ethic. London: Simon & Sschuster Inc. habit7.html

M M M

134 M EDIATOR, Vol. 4 No.1 2003

Anda mungkin juga menyukai