Anda di halaman 1dari 10

OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM

MENINGKATKAN PENGEMBANGAN KARIR

Dosen Pembimbing :
Nurbaity S.Pd., M.Ed

Disusun Oleh :
Qurata Ak’yun ( 2006104030002)

PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN AJARAN
2023

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengembangan Karir
1. Pengertian Pengembangan Karir
Bambang Wahyudi (1991) mengemukakan bahwa pengembangan karir adalah suatu
pekerjaan yang memiliki gambaran dan pola pengembangan yang jelas dan terarah sebagai
suatu rangkaian pekerjaan atau posisi yang pernah dipegang oleh seseorang selama masa
kerjanya. Anwar Prabu Mangkunegara (Supardi, 2016) mengemukakan bahwa
pengembangan karir adalah aktivitas kekaryawanan yang membantu karyawan-karyawan
merencanakan karir masa depan mereka di organisasi agar organisasi dan karyawan yang
dapat mengembangkan diri secara maksimal.
Supardi (2016) mengemukakan bahwa pengembangan karir merupakan suatu proses
yang berkelanjutan dalam memberikan kesempatan kepada para karyawan untuk
mengembangkan minat, kebutuhan dan pilihan karir dalam organisasi. Melalui
pengembangan karir, karyawan dibantu untuk menentukan tujuan realistis dan kemampuan-
kemampuan yang diperlukan untuk jabatan yang disandangnya. Karir seseorang adalah
suatu kehidupan yang sangat pribadi dan sangat penting. Sikap dasar organisasi haruslah
mengizinkan setiap orang untuk mengambil keputusannya sendiri dalam hubungan ini.
Peran dari manajer personalia adalah membantu dalam proses pengambilan keputusan ini
dengan menyediakan sebanyak mungkin informasi tentang karyawan kepada karyawan itu
sendiri.
2. Aspek-aspek Pengembangan Karir
Menurut Rivai dan Sagala (2009) aspek-aspek yang terdapat dalam pengembangan
karir individu, yaitu:
a. Prestasi kerja (Job Performance), kemajuan karir sebagian besar tergantung atas prestasi
kerja yang baik dan etis. Asumsi terhadap kinerja yang baik akan melandasi seluruh
aktivitas pengembangan karir. Ketika kinerja di bawah standar maka dengan
mengabaikan upaya-upaya ke arah pengembangan karir pun biasanya tujuan karir yang
paling sederhana pun tidak dapat dicapai. Kemajuan karir umumnya terletak pada
kinerja dan prestasi
b. Pengenalan oleh pihak lain (Exposure), tanpa pengenalan oleh pihak lain maka
karyawan yang baik tidak akan mendapatkan peluang yang diperlukan guna mencapai
tujuan mereka.
c. Jaringan kerja (Net working), jaringan kerja berarti perolehan eksposure di luar
perusahaan. Mencakup kontak pribadi dan professional. Jaringan tersebut akan sangat
bermanfaat bagi karyawan terutama dalam pengembangan karirnya.
d. Pengunduran diri (resignation), kesempatan berkarier yang banyak dalam sebuah
perusahaan memberikan kesempatan untuk pengembangan karir karyawan, hal ini akan
mengurangi tingkat pengunduran diri untuk mengembangkan diri di perusahaan lain
(leveraging).
e. Kesetiaan terhadap organisasi (Organization loyalty), level loyalitas yang rendah
merupakan hal yang umum terjadi di kalangan lulusan perguruan tinggi terkini yang
disebabkan ekspektasi terlalu tinggi pada perusahaan tempatnya bekerja pertama kali
sehingga seringkali menimbulkan kekecewaan.
f. Pembimbing dan sponsor (Mentors and sponsors), adanya pembimbing dan sponsor
akan membantu karyawan dalam mengembangkan karirnya. Pembimbing akan
memberikan nasehat-nasehat atau saran-saran kepada karyawan dalam upaya
pengembangan karirnya, pembimbing berasal dari internal perusahaan. Mentor adalah
seseorang di dalam perusahaan yang menciptakan kesempatan untuk pengembangan
karirnya.
g. Bawahan yang mempunyai peran kunci (Key subordinate), atasan yang berhasil
memiliki bawahan yang membantu kinerja mereka. Bawahan dapat memiliki
pengetahuan dan keterampilan khusus sehingga atasan dapat belajar darinya, serta
membantu atasan melakukan tugas-tugasnya.
h. Pengalaman internasional (International experience), untuk orang-orang yang
mendekati posisi operasional atau staf senior, maka pengalaman internasional menjadi
peluang pertumbuhan yang sangat penting. Khususnya bagi perusahaan-perusahaan
domestik dimana penjualan tinggi berasal dari operasi internasional, juga bagi
perusahaan-perusahaan global.
3. Tahap-tahap pengmbangan karir
Dessler (2000) mengemukakan bahwa terdapat empat tahap pengembangan diri yang
dilalui individu, yaitu :
a. Tahap penjelajahan, tahap ini terjadi pada periode 15 – 24 tahun. Individu yang
bersungguh-sungguh dalam menjelajahi berbagai alternatif kedudukan, berusaha untuk
menyesuaikan antara minat dan kemampuannya, serta mencoba memulai pekerjaan.
b. Tahap penetapan
1) Subtahap percobaan, tahap ini berlangsung pada usia 25 – 30 tahun. Individu
menetapkan bidang pilihan yang cocok dan tidak cocok dapat diubah sesuai minat
dan kemampuan.
2) Subtahap pemantapan, tahap ini berlangsung pada usia 30 – 40 tahun. Selama
periode ini periode ini, tujuan kedudukan perusahaan ditetapkan dan melakukan
perencanaan karir yang lebih ekslusif untuk memenuji tujuan individu.
3) Subtahap krirs pertengahan karir, tahap ini berlangsung pada usia 40-an. Individu
seringkali membuat penilaian baru yang besar atas kemajuan sehubungan dengan
ambisi tujuan awal karir mereka.
c. Tahap pemeliharaan, tahap ini terjadi pada usia 40 – 65 tahun. Selama periode ini
individu berusaha mempertahankan kemampuan yang dimiliki dalam dunia kerja.
d. Tahap kemerosotan, tahap ini biasa disebut usian pensiun. Individu menghadapi tahap
berkurangnya level kekuasaan dan tanggung jawab.

B. Layanan Bimbingan Konseling


1. Pengertian Layanan Bimbingan Konseling
Hallen (Nisa,2019) mengemukakan bahwa secara etimologis kata bimbingan
merupakan terjemahan dari kata “guedance” berasal dari kata kerja “to guide” yang
mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu. Akan tetapi
banyak pendapat yang berbeda-beda menurut para ahli mengenai pengertian bimbingan
secara terminologi. Arthur J. Jones sebagaimana dikutip oleh Hellen, “bimbingan sebagai
pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat pilihan-
pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan-pemecahan problem. Sedangkan konseling
merupakan terjemahan dari kata counseling (bahasa inggris). Arthur Jesones (Nisa,2019)
mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses membantu individu menyelesaikan
masalah-masalahnya dengan cara interview.
Kamaluddin (2011) mengemukakan bahwa Bimbingan dan konseling merupakan
upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan
yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan
peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Bimbingan dankonseling
memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan,
membangun interaksi dinamis antara individud engan lingkungan, memberikan
pembelajaran individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku.
2. Tujuan Bimbingan Konseling
Dini (2021) mengemukakan bahwa terdapat lima tujuan bimbingan konseling, yaitu :
a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli, yaitu:
 Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun
masyarakat pada umumnya.
 Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati
dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
 Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan
mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
 Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang
terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
 Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
 Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
 Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak
melecehkan martabat atau harga dirinya.
 Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap
tugas atau kewajibannya.
 Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan
dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama
manusia.
 Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal
(dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
 Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

b. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar), yaitu:
 Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami
berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
 Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku,
disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif
mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
 Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
 Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan
membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri
menghadapi ujian.
 Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,
seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam
memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang
berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
 Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
c. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir, yaitu:
 Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan
pekerjaan.
 Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang
kematangan kompetensi karir.
 Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang
pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai
dengan norma agama.
 Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan
persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita
karirnya masa depan.
 Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-
ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis
pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
 Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan
secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat,
kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
 Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang
konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan
dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
 Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan
dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh
karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam
bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan
tersebut.
 Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.

3. Fungsi Layanan Bimbingan Konseling


Tohirin (2013) mengemukakan bahwa terdapat lima fungsi bimbingan konseling, yaitu :
a. Fungsi Pencegahan. Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling
dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka
terhindar dari masalah yang dapat menghambat perkembangannya.
b. Fungsi Pemahaman, Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling
dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman tentang diri klien atau siswa
beserta permasalahannya dan juga lingkungannya oleh pihak–pihak yang membantunya
(pembimbing).
c. Fungsi Pengentasan, Apabila seorang siswa mengalami suatu permasalahan dan ia tidak
dapat memecahkannya sendiri lalu ia pergi ke pembimbing atau konselor, maka yang
diharapkan oleh siswa yang bersangkutan adalah teratasinya masalah yang dihadapinya.
Siswa yang mengalami masalah dianggap berada dalam suatu kondisi atau keadaan
yang tidak mengenakkan sehingga perlu diangkat atau dikeluarkan dari kondisi atau
keadaan tersebut. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan melalui
pelayanan bimbingan dan konseling, pada hakikatnya merupakan upaya pengentasan.
d. Fungsi Pemeliharaan, Menurut Prayitno dan Erman Amti, fungsi pemeliharaan berarti
memelihara segala sesuatu yang baik (positif) yang ada pada diri individu (siswa), baik
hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai
selama ini.
e. Fungsi Penyaluran, Setiap siswa hendaknya memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan diri sesuai dengan keadaan pribadinya masing-masing yang meliputi
bakat, minat, kecakapan, cita-cita, dan lain sebagainya.
f. Fungsi Penyesuaian, Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling membantu
terciptanya penyesuaian antara siswa dengan lingkungannya. Dengan kata lain, melalui
fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa memperoleh
penyesuaian diri secara baik dengan lingkungannya (terutama lingkungan sekolah dan
madrasah bagi para siswa).
g. Fungsi Pengembangan, Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling
diberikan kepada para siswa untuk membantu para siswa dalam mengembangkan
keseluruhan potensinya secara lebih terarah.
h. Fungsi Perbaikan, Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan
kepada siswa untuk memecahkan masalah–masalah yang dihadapi siswa. Bantuan yang
diberikan tergantung kepada masalah yang dihadapi siswa. Dengan perkataan lain,
program bimbingan dan konseling dirumuskan berdasarkan masalah yang terjadi pada
siswa.
i. Fungsi Advokasi, Layanan bimbingan dan konseling melalui fungsi ini adalah
membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak atau kepentingannya yang
kurang mendapat perhatian.
4. Peran Layanan Bimbingan Konseling
Prayitno dan Erman Amti (2004) mengemukakan bahwa bimbingan Konseling berada
dalam posisi kunci dalam sebuah lembaga pendidikan, yaitu institusi sekolah sebagai
pendukung maju atau mundurnya mutu pendidikan. Peran bimbingan dan konseling dalam
meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya terbatas kepada bimbingan yang bersifat
akademik tetapi juga bimbingan pribadi, sosial, intelektual, dan pemberian nilai.
Di sekolah ada tujuh macam layanan konseling, yaitu :
a. Layanan Orientasi, adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan
siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Pemberian
layanan ini bertolak dari anggapan bahwa memasuki lingkungan baru bukanlah hal yang
selalu dapat berlangsung dengan mudah dan menyenangkan bagi setiap orang.
b. Layanan Informasi, secara umum, bersama dengan layanan orientasi bermaksud
memberikan pemahaman kepada individuindividu yang berkepentingan tentang
berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk
menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.
c. Layanan Penempatan dan Penyaluran, individu sering mengalami kesulitan dalam
menentukan pilihan, sehingga tidak sedikit individu yang bakat, kemampuan, minat dan
hobinya tidak tersalurkan dengan baik. Individu seperti itu tidak mencapai
perkembangan secara optimal. Mereka memerlukan bantuan atau bimbingan dari orang-
orang dewasa, terutama konselor, dalam menyalurkan potensi dan mengembangkan
dirinya.
d. Layanan Bimbingan Belajar, bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan
bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa
kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh
kebodohan atau rendahnya intelegensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan mereka
tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.
e. Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap, yaitu pertama pengenalan siswa
yang mengalami masalah belajar. Kedua, pengungkapan sebab-sebab timbulnya
masalah belajar. Ketiga, pemberian bantuan pengentasan masalah belajar.
f. Layanan Konseling Perorangan, pada bagian ini konseling dimaksudkan sebagai
pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara konselor dengan klien.
Dalam hubungan itu masalah klien dicermati dan diupayakan pengentasannya,
sedapatdapatnya dengan kekuatan klien sendiri. Dalam kaitan itu, konseling dianggap
sebagai upayamlayanan yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan
masalah klien.
g. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok, apabila konseling perorangan
menunjukkan layanan kepada individu atau klien orang-perorangan, maka bimbingan
dan konseling kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. adalah
layanan kepada sekelompok individu.
DAFTAR PUSTAKA

Dessler, G. (2000). Human Resource Management (eight edition).


Dini, I. R. (2021). Bimbingan Konseling. Universitas Negeri Padang
Kamaluddin, H. (2011). Bimbingan dan konseling sekolah. Jurnal pendidikan dan kebudayaan,
17(4), 447-454.
Prayitno dan Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rhineka Cipta.
Rivai, V. & Sagala, E. J., (2009) Manajemen Sumber daya Manusia Untuk Perusahaan: Dari Teori
ke Praktik. (Edisi II), PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta
Supardi, E. (2016). Pengembangan Karir Kontribusinya Terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal
Geografi Gea, 9(1).
Tohirin. (2013). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan madrasah. Jakarta: Rajawali.
Wahyudi, Bambang. (1991). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Sulita

Anda mungkin juga menyukai