Referat Sifilis
Referat Sifilis
HALAMAN JUDUL
Pembimbing :
dr. Ekorini Puji Rahayu, Sp.KK
Disusun Oleh:
Pinasty Adi Astri, S.Ked J 510 170 054
M. Iqbal Elfandiary, S.Ked J510 170 068
Hexi Dwi Putri Lestari, S.Ked J 510 170 084
REFERAT
MANIFESTASI KLINIS SIFILIS
Disusun Oleh:
Pinasty Adi Astri, S.Ked J 510 170 054
M. Iqbal Elfandiary, S.Ked J510 170 068
Hexi Dwi Putri Lestari, S.Ked J 510 170 084
Mengetahui :
Pembimbing :
dr. Ekorini Puji Rahayu , Sp.KK (........................................)
Dipresentasikan di hadapan :
dr. Ekorini Puji Rahayu , Sp.KK (........................................)
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................2
A. DEFINISI......................................................................................................2
B. EPIDEMIOLOGI..........................................................................................2
C. ETIOLOGI....................................................................................................2
D. PATOGENESIS............................................................................................3
E. MANIFESTASI KLINIS..............................................................................5
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................12
G. DIAGNOSIS BANDING...........................................................................14
H. DIAGNOSIS...............................................................................................17
I. PENATALAKSANAAN............................................................................17
J. PROGNOSIS..............................................................................................18
BAB III..................................................................................................................20
KESIMPULAN......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Infeksi sistemik yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi
biasanya didapatkan melalui hubungan seksual dengan lesi dan cairan tubuh
yang terinfeksi. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual,
transplasenta dari ibu ke janin, transfusi darah, penggunaan jarum suntik
bergantian. Pada perjalanannya bisa menyerang hampir semua alat tubuh,
dapat menyerupai banyak penyakit.3
B. EPIDEMIOLOGI
Pada awal abad ke 20, 10% dari populasi Amerika Serikat dan Eropa
terinfeksi sifilis. pada tahun 2006, angka insidensi sifilis yang terjadi di
Amerika Serikat sebanyak 36.000 kasus termasuk primer dan sekunder.
Insidensi sifilis meningkat pada penduduknya dengan ras Afrika, Amerika dan
Hispanics. Perbandingan kejadian sifilis pada laki-laki dengan perempuan
sebesar 2:1 sampai 4:1. Separuh kejadia sifilis yang terjadi pada laki-laki di
Amerika disebakan karena memiliki kebiasan berhubungan seksual dengan
sesama jenis kelamin (Male Sex Male). Kejadian sifilis meningkat dikarena
meningkatnya kebiasaan bergonta ganti pasangan dalam berhubungan seksual
dan penggunaan jarum suntik yang bersamaan pada orang yang mengonsumsi
obat-obatan terlarang.3
C. ETIOLOGI
Sifilis disebabkan oleh Treponema pallidum, yang merupakan
bakteri motil, prokariotik, berbentuk spiral dan gerakannya berupa rotasi
sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Berkembang biak
3
D. PATOGENESIS
Penularan bakteri Treponema pallidum biasanya melalui hubungan
seksual yaitu membran mukosa vagina dan kontak langsung dengan lesi/luka
yang terinfeksi atau dari ibu yang menderita sifilis ke janinnya melalui
plasenta pada stadium akhir kehamilan. Treponema pallidum masuk dengan
cepat melalui membran mukosa yang utuh dan kulit yang terluka, kemudian
ke dalam kelenjar getah bening menuju ke aliran darah, kemudian menyebar
ke seluruh organ tubuh. Setelah menyebar ke seluruh organ tubuh bakteri
bergerak masuk ke ruang intersisial jaringan dengan cara gerakan cork-screw
(seperti membuka tutup botol). Beberapa jam setelah terpapar kuman terjadi
infeksi sistemik meskipun belum menunjukkan gejala klinis dan serologi. 17,23
Darah pasien yang baru terkena sifilis ataupun yang masih dalam masa
inkubasi bersifat infeksius. Waktu berkembangbiak Treponema pallidum
4
selama masa aktif penyakit secara invivo 30-33 jam. Lesi primer muncul di
tempat kuman pertama kali masuk, biasanya bertahan selama 4-6 minggu dan
kemudian sembuh secara spontan. Pada tempat masuknya, kuman
mengadakan multifikasi dan tubuh akan bereaksi dengan timbulnya infiltrat
yang terdiri atas limfosit, makrofag dan sel plasma yang secara klinis dapat
dilihat sebagai papul. Reaksi radang tersebut tidak hanya terbatas di tempat
masuknya kuman tetapi juga di daerah perivaskuler (Treponema pallidum
berada di antara endotel kapiler dan sekitar jaringan), hal ini mengakibatkan
hipertrofi endotel yang dapat menimbulkan obliterasi lumen kapiler
(endarteritis obliterans). Kerusakan vaskular ini mengakibatkan aliran darah
pada daerah papul tersebut berkurang sehingga terjadi erosi atau ulkus dan
keadaan ini disebut chancre.2,3
Periode inkubasi bervariasi tergantung banyaknya inokulum.
Organisme ini akan muncul dalam waktu menit di dalam kelenjar limfe dan
menyebar luas dalam beberapa jam, meskipun mekanisme Treponema
pallidum masuk sel masih belum diketahui secara pasti. Mekanisme
perlekatan Treponema pallidum dengan sel host melalui spesifik ligan yaitu
molekul fibronektin.
Sifat yang mendasari virulensi Treponema pallidum belum dipahami
secara lengkap, tidak ada tanda-tanda kuman bersifat toksigenik, hal ini
dikarenakan di dalam dinding selnya tidak ditemukan eksotoksin ataupun
endotoksin. Meskipun di dalam lesi primer dijumpai banyak kuman namun
tidak ditemukan kerusakan jaringan yang cukup luas karena kebanyakan
kuman yang berada di luar sel akan difagosit, tetapi ada Treponema pallidum
yang dapat tetap bertahan di dalam sel makrofag dan di dalam sel lainnya
yang bukan fagosit misalnya sel endotel dan fibroblas. Keadaan tersebut dapat
menunjukkan bahwa Treponema pallidum dapat hidup dalam tubuh manusia
dalam waktu lama, yaitu selama masa asimtomatik yang merupakan ciri khas
dari penyakit sifilis. Sifat invasif Treponema pallidum memperpanjang daya
tahan kuman di dalam tubuh manusia.2
5
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Sifilis Primer
Gejala pada stadium primer bisa ditemukan lesi pada genital atau
etragenital. Ulkus yang terjadi pada stadium ini tidak terasa nyeri. Ulkus
yang terasa nyeri biasanya terjadi pada ulkus superinfeksi. Masa inkubasi
pada stadium primer ini rata-rata terjadi selama 21 hari.
Lesi pada kulit berupa chancre yang berbentuk tombol seperti
papul yang berkembang pada tempat terjadinya inokulasi menjadi erosi
yang tidak nyeri dan kemudian menjadi ulserasi dengan tepi yang
meninggi dan terdapat sedikit eksudat yang serous. Pada permukaannya
mungkin terdapat krusta. Lesi mempunyai diameter yang berukuran
beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm. Ulkus berbentuk bulat, solitar,
dasarnya jaringan granulasi berwarna merah dan bersih. Yang khas pada
ulkus tersebut adalah indolen dan teraba indurasi karena itu disebut dengan
ulkus durum.3
Kelainan ini disebut dengan afek primer dan umumnya terjadi
pada genetalia eksterna. Pada pria tempat yang sering terjadi pada sulkus
koronarius, sedangkan pada wanita di labia minor dan mayor. Selain itu
juga terdapa pada ekstragenetalia misalnya di lidah, tonsil dan anus. Afek
primer ini sembuh sendiri antara tiga sampai sepuluh minggu. Seminggu
setelah afek primer, biasanya terdapat pembesaran kelenjar getah bening
regional di inguinalis medialis.2
6
minggu dan saat melahirkan dan harus diperiksa setiap bulan pada wanita
berisiko tinggi terjadi reinfeksi atau area geografis berisiko tinggi.
Perawatan maternal bisa tidak memadai jika persalinan terjadi dalam 30
hari terapi, atau jika titer antibodi ibu saat persalinan empat kali lebih
tinggi daripada titer pra pengobatan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Mikroskois Medan Gelap
Menunjukan hasil positif pada chancre positif dan lesi papular pada sefilis
sekunder dan sebagian pada condyloma lata. Pemeriksaan ini tidak bisa
digunakan pada kavitas oral karena terdapat saprofit spirochaeta, dan hasil
negatif pada pasien yang sudah mendapatkan terapi antibiotik baik
sistemik maupun topikal. Pada limfonodi regional dilakukan aspirasi dan
hasil aspirasi tersebut diperiksa dengan mikroskop medan gelap.3
2. Direct Fluorescent Antibody T.pallidum (DFA-TP) Test
Antibodi Fluorescent digunakan untuk mendeteksi T.pallidum pada
eksudat dari lesi, aspirasi limfanodi, atau jaringan.3
3. PCR
4. Tes Serologi untuk Sifilis
Hasil positif pada pasien dengan infeksi beberapa macam treponemal
(veneral sifilis, sifilis endemik, yaws, pinta). Hasil uji ini selalu positif
pada sifilis sekunder.3
a) Tes Nontroponemal
Pada tes ini digunakan antigen tidak spesifik yaitu kardiolipin yang
dikombinasikan dengan lesitin dan kolesterol, karena itu tes ini dapat
memberi Reaksi Biologik Semu (RBS) atau Biologic FasePositive
(BFP). Antibodinya disebut reagin, yang terbentuk setelah infeksi
dengan T. pallidum, tetapi zat tersebut terdapat pula pada berbagai
penyakit lain dan selama kehamilan. Reagin ini dapat bersatu dengan
suspensi ekstrak lipid dari binatang atau tumbuhan, menggumpal
membentuk massa yang dapat dilihat pada tes flokulasi. Massa
16
jarang di Indonesia. Penyakit ini juga terdiri atas infiltrat yang melunak
seperti guma S III. Lokalisasinya khas yakni di leher, dada, dan abdomen.
Kelainan kulitnya berbeda, yakni terdapat fistel multipel; pada pusnya
tampak butir-butir kekuningan yang disebut sulfur granules. Pada biakan
akan tumbuh Actinomyces.2
Tuberkulosis kutis gumosa mirip guma S III. Cara
membedakannya dengan pemeriksaan histopatologik. Demikian pula
frambusia stadium lanjut. Guma S III bersifat kronis dan destruktif, karena
itu kelainan tersebut mirip keganasan. Cara membedakannya dengan
pemeriksaan histopatologik.2
I. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Diagnosis pasti
ditegakkan berdasarkan hasil pemerikasan laboratorium dan pemeriksaan
fisik.4
Pada fase primer atau sekunder, diagnosis sifilis ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis terhadap cairan dari luka di kulit
atau mulut. Bisa juga digunakan pemeriksaan antibodi pada contoh darah.4
Untuk neurosifilis, dilakukan pungsi lumbal guna mendapatkan contoh
cairan serebrospinal. Pada fase tersier, diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala dan hasil pemeriksan antibodi.4
J. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
P
ada umumnya penisilin merupakan obat pilihan utama dalam
pengobatan Sifilis., namun dapat juga menggunakan antibiotik lain.
Pengobatannya dibagi menjadi dua pada Sifilis dini dan pada Sifilis
lanjut. Pada Sifilis pada Sifilis dini baik stadium I, stadium II, laten
5
dini atau Sifilis laten yang kurang dari dua tahun dapat digunakan:
1. Singel dose Penisilin G benzatin 2,4juta unit, I.M.
21
2. Penisilin G prokain 600 – 900 mg, I.M sehari sekali selama 10 hari.
Jenis penisilin G prokain ada dua penisilin G prokain dalam akua
dan penisilin prokain dalam minyak dengan aluminium,.
Apa bi 8
la alergi terhadap penisilin dapat diberikan:
1. Tetracyclin hidrochloride 500mg, oral 3kali sehari selama 15 hari
2. Doxycyciline 100mg, oral 2 kali sehari selama 15 hari.
3. Erythromycin 500mg, oral 2 kali sehari selama 15 hari.
4. Ceftriaxone 1g, intramuskular satu kali sehari selama 10 hari.
Sedangkan untuk Sifilis lanjut atau Sifilis laten yang lebih
dari dua tahun dapat diberikan:
2. Penisilin G prokain 600 – 900 mg, I.M satu kali sehari selama
15 hari. Jenis penisilin G prokain ada dua penisilin G prokain
dalam akua dan penisilin G prokain dalam minyak dengan
aluminium, dapat diberikan salah satunya.
Apa bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan:
1. Tetracyclin hidrochloride 500mg, oral 3kali sehari selama 30
hari
2
2. Doxycyciline 100mg, oral 2kali sehari selama 30 hari.
Untuk Sifilis kongenital obat yang didapat diberikan:
1. Penisilin sodium benzyl 100-1500 mg, I.M perhari, dimana dosis
diberikan secara bertahap 50 mg 2 kali sehari selama 7 hari
pertama kemudian 3 kali sehari setelahnya dimana obat ini di
berikan selama 10 hari.
2. Penisilin prokain 50 mg, I.M perhari selama 10 hari
K. PROGNOSIS
22
20
DAFTAR PUSTAKA
21