Cara pencapaian lokasi: Medan-Kutacane berjarak ± 240 km atau 8 jam dengan mobil, Kutacane-
Gurah/Ketambe berjarak ± 35 km atau 30 menit dengan mobil, Medan-Bohorok/Bukit Lawang berjarak ±
60 km atau 1 jam dengan mobil, Medan-Sei Betung/Sekundur berjarak ± 150 km atau 2 jam dengan mobil,
Medan-Tapaktuan berjarak ± 260 km atau 10 jam dengan mobil.
Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1980 luas 792.675 hektar dalam SK No. 276/Kpts-VI/1997. Dengan
Temperatur udara 21° - 28° C dan Curah hujan 2.000 - 3.200 mm/tahun. Terletak di ketinggian Ketinggian
tempat 0 - 3.381 m dpl. Letak geografis 2°50’ - 4°10’ LU, 96°35’ - 98°30’ BT.
Taman Nasional Siberut
Pulau Siberut terletak di lepas pantai Sumatera Barat yang
dipisahkan oleh Selat Mentawai dan berjarak kurang lebih 155 km dari
kota Padang. Taman Nasional Siberut yang terletak di pulau tersebut,
seluas 60% kawasan ditutupi oleh hutan primer Dipterocarpaceae,
hutan primer campuran, rawa, hutan pantai, dan hutan mangrove.
Hutan di taman nasional ini relatif masih alami dengan banyaknya
pohon-pohon besar dengan tinggi rata-rata 60 meter.
Madobak, Rokdok, Matotonan, Rorogot, Butui, Teteburuk, Selaoinan dan Mailepet : Menjelajahi
hutan, menyelusuri sungai, sumber air panas, air terjun, wisata bahari, pengamatan satwa dan tumbuhan
serta wisata budaya (rumah Uma dan tarian religius).
Pantai Sagulubek dan Pantai Masilok. Olahraga berselancar dan menyelam/snorkeling di taman
laut/hutan bakau.
Atraksi budaya di luar taman nasional: Festival Gandang Tasa pada bulan Mei, dan Festival Tabuik
pada bulan Juni di Padang.
Cara pencapaian lokasi : dari Padang (Muara Padang) ke Muara Siberut/Muara Sikabaluan/Muara Saibi
dengan menggunakan kapal laut (3 kali seminggu) pada malam hari, ± 10 jam.
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 407/Kpts-II/1993 dengan luas 190.500 hektar. Dengan Temperatur
udara 22° - 31° C.Curah hujan 2.900 - 3.700 mm/tahun dan Ketinggian tempat 0 - 500 m. dpl. Letak
geografis 1°05’ - 1°45’ LS, 98°36’ - 99°03’ BT
Taman Nasional Way Kambas
Taman Nasional Way Kambas merupakan perwakilan ekosistem hutan dataran
rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar,
dan hutan pantai di Sumatera. Taman Nasional Way Kambas merupakan perwakilan
ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang
alang-alang/semak belukar, dan hutan pantai di Sumatera.
Jenis tumbuhan di taman nasional tersebut antara lain api-api (Avicennia marina),
pidada (Sonneratia sp.), nipah (Nypa fruticans), gelam (Melaleuca leucadendron),
salam (Syzygium polyanthum), rawang (Glochidion borneensis), ketapang
(Terminalia cattapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus
sp.), puspa (Schima wallichii), meranti (Shorea sp.), minyak (Dipterocarpus
gracilis), dan ramin (Gonystylus bancanus).
Cara pencapaian lokasi: Bandar Lampung-Metro-Way Jepara menggunakan mobil sekitar dua jam (112
km), Branti-Metro-Way Jepara sekitar satu jam 30 menit (100 km), Bakauheni-Panjang-Sribawono-Way
Jepara sekitar tiga jam (170 km), Bakauheni-Labuan Meringgai-Way Kambas sekitar dua jam.
Dinyatakan Menteri Pertanian, Tahun 1982 dan Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 14/Menhut- II/1989
dengan luas 130.000 hektar. Dengan Temperatur udara 28° - 37° C, Curah hujan 2.500 - 3.000 mm/tahun,
Ketinggian tempat 0 - 60 m. dpl dan Letak geografis 4°37’ - 5°15’ LS, 106°32’ - 106°52’ BT.
Taman Nasional Berbak
Taman Nasional Berbak merupakan kawasan pelestarian alam untuk
konservasi hutan rawa terluas di Asia Tenggara yang belum
terjamah oleh eksploitasi manusia. Keunikannya berupa gabungan
yang menarik antara hutan rawa gambut dan hutan rawa air tawar
yang terbentang luas di pesisir Timur Sumatera.
Cara pencapaian lokasi : Dari Jambi menyelusuri sungai Batanghari dengan menggunakan speed boat
berbelok ke kanan menyelusuri sungai Air Hitam Dalam selama 2,5 – 3 jam, atau langsung ke Nipah
Panjang selama 4-5 jam. Dari Nipah Panjang dilanjutkan ke Desa Air Hitam Laut selama 5-8 jam melalui
Laut Cina Selatan (perjalanan ke Air Hitam Laut harus melihat cuaca ombak Laut Cina Selatan yang
terkenal ganas).
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 285/Kpts- II/1992 dengan luas 162.700 hektar.
Temperatur udara 25° - 28° C, Curah hujan Rata-rata 2.300 mm/tahun, Ketinggian tempat 0 - 20 meter dpl
dan Letak geografis 1°08’ - 1°43’ LS, 104°05’ - 104°26’ BT.
Taman Nasional Ujung Kulon
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan perwakilan ekosistem hutan
hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas di Jawa Barat,
serta merupakan habitat yang ideal bagi kelangsungan hidup satwa
langka badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan satwa langka lainnya.
Terdapat tiga tipe ekosistem di taman nasional ini yaitu ekosistem
perairan laut, ekosistem rawa, dan ekosistem daratan.
Keanekaragaman tumbuhan dan satwa di Taman Nasional Ujung
Kulon mulai dikenal oleh para peneliti, pakar botani Belanda dan
Inggris sejak tahun 1820.
Kurang lebih 700 jenis tumbuhan terlindungi dengan baik dan 57 jenis diantaranya
langka seperti; merbau (Intsia bijuga), palahlar (Dipterocarpus haseltii), bungur
(Lagerstroemia speciosa), cerlang (Pterospermum diversifolium), ki hujan
(Engelhardia serrata)dan berbagai macam jenis anggrek.
Satwa di Taman Nasional Ujung Kulon terdiri dari 35 jenis mamalia, 5 jenis primata, 59 jenis reptilia, 22 jenis
amfibia, 240 jenis burung, 72 jenis insekta, 142 jenis ikan dan 33 jenis terumbu karang. Satwa langka dan dilindungi
selain badak Jawa adalah banteng (Bos javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), surili (Presbytis comata
comata), lutung (Trachypithecus auratus auratus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus),
kucing batu (Prionailurus bengalensis javanensis), owa (Hylobates moloch), dan kima raksasa (Tridacna gigas).
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan obyek wisata alam yang menarik, dengan keindahan berbagai bentuk gejala
dan keunikan alam berupa sungai-sungai dengan jeramnya, air terjun, pantai pasir putih, sumber air panas, taman laut
dan peninggalan budaya/sejarah (Arca Ganesha, di Gunung Raksa Pulau Panaitan). Kesemuanya merupakan pesona
alam yang sangat menarik untuk dikunjungi dan sulit ditemukan di tempat lain.
Jenis-jenis ikan yang menarik di Taman Nasional Ujung Kulon baik yang
hidup di perairan laut maupun sungai antara lain ikan kupu-kupu, badut,
bidadari, singa, kakatua, glodok dan sumpit. Ikan glodok dan ikan sumpit
adalah dua jenis ikan yang sangat aneh dan unik yaitu ikan glodok
memiliki kemampuan memanjat akar pohon bakau, sedangkan ikan
sumpit memiliki kemampuan menyemprot air ke atas permukaan setinggi
lebih dari satu meter untuk menembak memangsanya (serangga kecil)
yang berada di i daun-daun yang rantingnya menjulur di atas permukaan
air.
Taman Nasional Ujung Kulon bersama Cagar Alam Krakatau merupakan asset
nasional, dan telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO
pada tahun 1991.
Untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon
sebagai Situs Warisan Alam Dunia, UNESCO telah memberikan dukungan
pendanaan dan bantuan teknis.
Masyarakat yang bermukim di sekitar taman nasional yaitu suku Banten yang
terkenal dengan kesenian debusnya. Masyarakat tersebut pengikut agama
Islam, namun mereka masih mempertahankan kebiasaan-kebiasaan, tradisi, dan kebudayaan nenek moyang mereka.Di
dalam taman nasional, ada tempat-tempat yang dikeramatkan bagi kepentingan kepercayaan spiritual. Tempat yang
paling terkenal sebagai tujuan ziarah adalah gua Sanghiang Sirah, yang terletak di ujung Barat semenanjung Ujung
Kulon.
Kekayaan kehidupan laut taman nasional ini terdiri dari karang keras/lunak sebanyak 54 jenis, 144 jenis ikan,
2 jenis kima, 3 kelompok ganggang seperti Rhodophyta, Chlorophyta dan Phaeophyta, 6 jenis rumput laut seperti
Halodule sp., Halophila sp., dan Enhalus sp., serta 17 jenis burung pantai. Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan
tempat peneluran penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu hijau (Chelonia mydas). Penyu sisik dan penyu hijau
yang merupakan satwa langka dan jarang ditemukan di perairan lain terutama pantai Utara Pulau Jawa, ditangkarkan di
Pulau Semak Daun. Penangkaran tersebut dimaksudkan untuk memulihkan populasi penyu yang nyaris punah. Kegiatan
penangkaran meliputi penetasan telur semi alami dan perawatan anak penyu sampai siap untuk dilepas ke alam.
Cara pencapaian lokasi: Dari Marina Jaya Ancol setiap hari ada kapal khusus melayani pengunjung yang
ingin melihat obyek-obyek wisata bahari, dengan waktu tempuh antara 1-2 jam. Atau dari Muara Angke ke
Pulau Pramuka menggunakan kapal fery sekitar 2,5 jam.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki tipe ekosistem sub-
montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan
berusia ratusan tahun. Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain jamuju (Dacrycarpus
imbricatus), cemara gunung (Casuarina sp.), eidelweis (Anaphalis
javanica), berbagai jenis anggrek dan jenis rumput langka (Styphelia
pungieus).Terdapat sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis
reptilia di taman nasional ini.
Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini antara lain luwak
(Pardofelis marmorata), rusa (Cervus
timorensis ), kera ekor panjang (Macaca
fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak ),
ayam hutan merah (Gallus gallus), macan
tutul (Panthera pardus ), ajag (Cuon
alpinus ); dan berbagai jenis burung seperti
alap-alap burung (Accipiter virgatus ), rangkong (Buceros rhinoceros
silvestris), elang ular bido (Spilornis cheela bido), srigunting hitam (Dicrurus
macrocercus), elang bondol (Haliastur indus), dan belibis yang hidup di Ranu
Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki
keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian ± 2.100 meter dari permukaan laut. Di laut
pasir ditemukan tujuh buah pusat letusan dalam dua jalur yang silang-menyilang yaitu dari timur-barat dan timur laut-
barat daya. Dari timur laut-barat daya inilah muncul Gunung Bromo yang termasuk gunung api aktif yang sewaktu-
waktu dapat mengeluarkan asap letusan dan mengancam kehidupan manusia di sekitarnya (± 3.500 jiwa). Gunung
Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat).
Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1982 pada No. 278/Kpts-VI/97 dengan luas 50.276,2 hektar.
Temperatur udara 3° - 20° C, Curah hujan Rata-rata 6.600 mm/tahun, Ketinggian tempat 750 - 3.676 m. dpl
dan Letak geografis 7°51’ - 8°11’ LS, 112°47’ - 113°10’ BT.
Taman Nasional Baluran
Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan ekosistem hutan yang spesifik
kering di Pulau Jawa, terdiri dari tipe vegetasi
savana, hutan mangrove, hutan musim, hutan
pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa
dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun.
Sekitar 40 persen tipe vegetasi savana
mendominasi kawasan Taman Nasional
Baluran.
Terdapat 26 jenis mamalia diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag (Cuon alpinus
javanicus), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), kancil
(Tragulus javanicus pelandoc), dan kucing bakau (Prionailurus viverrinus). Satwa banteng merupakan maskot/ciri khas dari Taman
Nasional Baluran.
Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung diantaranya termasuk yang langka
seperti layang-layang api (Hirundo rustica), tuwuk/tuwur asia (Eudynamys
scolopacea), burung merak (Pavo muticus), ayam hutan merah (Gallus gallus),
kangkareng (Anthracoceros convecus), rangkong (Buceros rhinoceros), dan
bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus).
Pada Hm. 80 Batangan – Bekol , terdapat sumur tua yang menjadi legenda
masyarakat sekitar. Legenda tersebut menceritakan bahwa kota Banyuwangi,
Bali dan Baluran sama-sama menggali sumur. Apabila, sumur di masing-masing
kota tersebut lebih dahulu mengeluarkan air dan mengibarkan bendera, berarti
kota tersebut akan merupakan sentral keramaian/ kebudayaan.
Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1980. Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 279/Kpts- VI/97 seluas 25.000
hektar. Terletak di Kab. Situbondo, Jawa Timur. Temperatur udara 27° - 34° C, Curah hujan 900 - 1.600 mm/tahun,
Ketinggian tempat 0 - 1.247 m. dpl dan Letak geografis 7°29’ - 7°55’ LS, 114°17’ - 114°28’ BT.
Taman Nasional Bali Barat
Taman Nasional Bali Barat terdiri dari beberapa tipe vegetasi yaitu hutan
mangrove, hutan pantai, hutan musim, hutan hujan dataran rendah, savana,
terumbu karang, padang lamun, pantai berpasir, dan perairan laut dangkal dan
dalam.
Taman nasional ini memiliki 175 jenis tumbuhan dan 14 jenis diantaranya
merupakan tumbuhan langka seperti bayur (Pterospermum javanicum), ketangi
(Lagerstroemia speciosa), burahol (Stelechocarpus burahol), cendana
(Santalum album), dan sonokeling (Dalbergia latifolia). Disamping memiliki
satwa burung yang endemik dan langka yaitu burung jalak bali (Leucopsar
rothschildi), terdapat jenis burung lain seperti jalak putih (Sturnus
melanopterus), terucuk (Pycnonotus goiavier), dan ibis putih kepala hitam
(Threskiornis melanocephalus).
Cara pencapaian lokasi: Melalui jalan raya; Denpasar - Negara - Cekik = 43,3 km. Singaraja - Seririt - Cekik = 85
km, dan kantornya tidak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk.
Dinyatakan ---
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 493/Kpts-II/95
luas 19.002,89 hektar
Ditetapkan ---
Pada lembah di sebelah barat Gunung Rinjani terdapat Danau Segara Anak (2.008
m. dpl) yang airnya berbau belerang, suhunya berbeda dari satu tempat ke tempat
lain. Luas danau tersebut sekitar 1.100 hektar, kedalaman antara 160 - 230 meter.
Di tengah-tengah danau ini muncul gunung baru vulkanik yang masih aktif dan
terus berkembang.
Ditunjuk : Menteri Kehutanan, SK No.448/Kpts-II/90 luas 40.000 hektar. Ditetapkan : Menteri Kehutanan,
SK No.280/Kpts-II/1997 dengan Luas : 41.330 hektar , terletak : Kab. Lombok Barat, Lombok Timur dan
Lombok Timur, Prop. Nusa Tenggara Barat
Curah hujan Rata-rata : 2.000 mm/tahun
Ketinggian tempat : 550 – 3.726 meter dpl
Taman Nasional Komodo
Letak geografis : 8°18’ - 8°33’ LS, 116°18’ - 116°32’ BT
Selain satwa khas Komodo, terdapat rusa (Cervus timorensis floresiensis), babi hutan (Sus scrofa), ajag
(Cuon alpinus javanicus), kuda liar (Equus qaballus), kerbau liar (Bubalus bubalis); 2 jenis penyu, 10 jenis
lumba-lumba, 6 jenis paus dan duyung yang sering terlihat di perairan laut Taman Nasional Komodo.
Potensi kehidupan laut di taman nasional ini tercatat sebanyak 259 jenis
karang dan 1.000 jenis ikan seperti barakuda, marlin, ekor kuning, kakap
merah, baronang, dan lain-lain.
Cara pencapaian lokasi:Denpasar-Mataram-Bima-Sape (perjalanan darat dan fery) selama dua hari. Dari
Sape menuju lokasi taman nasional menggunakan fery. Denpasar-Labuan Bajo dengan pesawat seminggu
dua kali, dan menggunakan fery atau speedboat dari Labuan Bajo ke lokasi taman nasional.
Dinyatakan : Menteri Kehutanan, tahun 1990. Ditunjuk : Menteri Kehutanan, SK No. 306/Kpts-II/95 dengan Luas
: 173.300 hektar terletak : Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan Temperatur udara 17° -
43° C, Curah hujan : 800 – 1.000 mm/tahun Ketinggian tempat : 0 – 735 meter dpl dan Letak geografis :
8°23’ - 8°50’ LS, 119°22’ - 119°49’ BT
Beberapa tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Kelimutu antara lain kayu
mata (Albizia montana), kebu (Homalanthus giganteus), tokotaka (Putranjiva
roxburghii), uwi rora (Ardisia humilis), longgo baja (Drypetes subcubica), toko keo
(Cyrtandra sp.), kayu deo (Trema cannabina), dan kelo (Ficus villosa).
Dari empat jenis mamalia endemik taman nasional ini, yang sering dijumpai adalah dua tikus gunung Bunomys naso dan
Rattus hainaldi.Di taman nasional ini dapat dijumpai beberapa satwa seperti banteng (Bos javanicus javanicus), kijang
(Muntiacus muntjak nainggolani), luwak (Pardofelis marmorata), trenggiling (Manis javanica), landak (Hystrix
brachyura brachyura), dan kancil (Tragulus javanicus javanicus).
Sedangkan biota laut yang berada di sekitar Pulau Menjangan dan Tanjung Gelap terdiri dari 45 jenis karang diantaranya
Halimeda macroloba, Chromis spp., Balistes spp., Zebrasoma spp., dan Ypsiscarus ovifrons; 32 jenis ikan diantaranya
ikan bendera (Platax pinnatus), ikan sadar (Siganus lineatus), dan barakuda (Sphyraena jello); 9 jenis molusca laut
diantaranya kima selatan (Tridacna derasa), triton terompet (Charonia tritonis), dan kima raksasa (Tridacna gigas).
Cara pencapaian lokasi: Menggunakan pesawat terbang Kupang-Ende selama sekitar 40 menit atau Bima-
Ende selama sekitar 90 menit. Selanjutnya dari Ende ke desa terdekat yaitu Desa Koanara sekitar 93 km (± 3
Tercatat ada 190 jenis burung dan 35 jenis mamalia yang berperan sebagai pemencar
biji tumbuhan di hutan. Semua keluarga burung dan kemungkinan besar dari seluruh
jenis burung yang ada di Kalimantan, terdapat di dalam hutan taman nasional ini.
Satwa yang sering terlihat di Taman Nasional Gunung Palung yaitu bekantan (Nasalis
larvatus), orangutan (Pongo satyrus), bajing tanah bergaris empat (Lariscus hosei),
kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), beruang madu (Helarctos malayanus
euryspilus), beruk (Macaca nemestrina nemestrina), klampiau (Hylobates muelleri),
kukang (Nyticebus coucang borneanus), rangkong badak (Buceros rhinoceros
borneoensis), kancil (Tragulus napu borneanus), ayam hutan (Gallus gallus), enggang gading (Rhinoplax
vigil), buaya siam (Crocodylus siamensis), kura-kura gading (Orlitia borneensis), dan penyu tempayan
(Caretta caretta). Tidak kalah menariknya keberadaan tupai kenari (Rheithrosciurus macrotis) yang sangat
langka, dan sulit untuk dilihat.
Taman Nasional Danau Sentarum memiliki tumbuhan khas dan asli yaitu
tembesu/tengkawang (Shorea beccariana). Selain itu juga terdapat tumbuhan
hutan dataran rendah seperti jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus
bancanus), meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), dan kayu ulin
(Eusideroxylon zwageri).
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 34/Kpts-II/99 dengan luas 132.000 hektar dan terletak di Kabupaten Kapuas Hulu,
Provinsi Kalimantan Barat dengan Temperatur udara 26° - 30° C, curah hujan 1.200 - 1.500 mm/tahun, ketinggian
tempat 37 - 40 meter dpl dan Letak geografis 0°39’ - 1°00’ LU, 111°56’ - 112°25’ BT.
Taman Nasional Tanjung Puting memiliki beberapa tipe ekosistem yang terdiri
dari hutan hujan tropika dataran rendah, hutan tanah kering, hutan rawa air tawar,
hutan mangrove, hutan pantai, dan hutan sekunder. Kawasan ini didominir oleh
tumbuhan hutan dataran rendah seperti jelutung (Dyera costulata), ramin
(Gonystylus bancanus), meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), dan
rotan.
Jenis satwa langka endemik dan dilindungi yang terdapat di hutan Taman
Nasional Tanjung Puting antara lain orangutan (Pongo satyrus), bekantan
(Nasalis larvatus), lutung merah (Presbytis rubicunda rubida), beruang (Helarctos
malayanus euryspilus), kancil (Tragulus javanicus klossi), macan dahan (Neofelis
nebulosa), dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis borneoensis).
Taman Nasional Tanjung Puting ditetapkan UNESCO sebagai Cagar Biosfir pada tahun
1977 dan merupakan Sister Park dengan negara Malaysia.
Tanjung Harapan. Merupakan stasiun pertama dalam proses rehabilitasi orangutan. Lokasi ini berada di hutan
sekunder dan hutan rawa yang dilengkapi dengan wisma tamu, pusat informasi dan jalan trail.
Pondok Tanggui. Orangutan tersebut tetap diamati secara tertutup dan dihindari kontak dengan manusia.
Camp Leakey. Didirikan pada tahun 1971, berada di hutan primer dan merupakan tempat dari beberapa orangutan yang
setengah liar sampai liar dan dari yang baru dilahirkan sampai usia tiga tahun (raja tua). Natai Lengkuas. Stasiun
penelitian bekantan dan pengamatan satwa lainnya melalui sungai. Sungai Buluh dan Danau Burung. Pengamatan
satwa burung terutama burung migran.
Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1982 dengan luas 300.040 hektar. Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK
No. 587/ Kpts-II/1996 luas 415.040 hektar Letak Kabupaten Kotawaringin, Provinsi Kalimantan Tengah,
temperatur udara 22° - 33° C, curah hujan Rata-rata 2.400 mm/tahun, ketinggian tempat 0 – 100 meter dpl
dan Letak geografis 2°33’ - 3°32’ LS, 111°42’ - 112°14’ BT
Taman Nasional Kutai memiliki berbagai tipe vegetasi utama yaitu vegetasi
hutan pantai/mangrove, hutan rawa air tawar, hutan kerangas, hutan genangan
dataran rendah, hutan ulin/meranti/kapur dan hutan Dipterocarpaceae
campuran. Taman nasional ini merupakan perwakilan hutan ulin yang paling
luas di Indonesia.
Beberapa tumbuhan yang ada di taman nasional seperti bakau (Rhizophora sp.),
tancang (Bruguiera sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), simpur (Dillenia
sp.), meranti (Shorea sp.), benuang (Octomeles sumatrana), kapur
(Dryobalanops sp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), 3 jenis raflesia dan berbagai
jenis anggrek.
Taman nasional ini merupakan lokasi taman nasional ketiga sebagai pusat rehabilitasi orangutan yang
berlokasi di Teluk Kaba. Taman Nasional Kutai menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan seperti
PT. Kaltim Prima Coal, PT. Pupuk Kaltim, PT. Badak LNG, dan Pertamina (Mitra Kutai). Mitra Kutai
memberikan bantuan pendanaan dan pelaksanaan pelestarian taman nasional tersebut.
Dinyatakan Menteri Pertanian, SK No. 736/Mentan/X/1982 dengan luas 200.000 hektar Letak Kabupaten Kutai,
Provinsi Kalimantan Timur, Temperatur udara 27° - 33° C, Curah hujan Rata-rata 1.500 mm/tahun dan Ketinggian
tempat 0 - 397 meter dpl.
Tercatat 13 genera karang hidup di perairan Taman Nasional Bunaken, didominasi oleh jenis terumbu karang tepi dan
terumbu karang penghalang. Yang paling menarik adalah tebing karang vertikal sampai sejauh 25-50 meter.
berbagai tipe ekosistem yaitu hutan pamah tropika, hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan sampai
hutan dengan komposisi jenis yang berbeda.
Tumbuhan yang dapat dijumpai di hutan pamah tropika dan pegunungan bawah antara lain Eucalyptus
deglupta, Pterospermum celebicum, Cananga odorata, Gnetum gnemon, Castanopsis argentea, Agathis
philippinensis, Philoclados hypophyllus, tumbuhan obat, dan rotan. Hutan sub-alpin di taman nasional ini
berada diatas ketinggian 2.000 meter dpl. Keadaan hutannya sering diselimuti kabut, dan sebagian besar
pohonnya kerdil-kerdil yang ditumbuhi lumut.
Di dalam kawasan taman nasional terdapat berbagai ragam satwa yaitu 117 jenis mamalia, 88 jenis burung, 29 jenis
reptilia, dan 19 jenis amfibia. Lebih dari 50 persen satwa yang terdapat di kawasan ini merupakan endemik Sulawesi
diantaranya kera tonkean (Macaca tonkeana tonkeana), babi rusa (Babyrousa babyrussa celebensis), tangkasi
(Tarsius diannae dan T. pumilus), kuskus (Ailurops ursinus furvus dan Strigocuscus celebensis callenfelsi), maleo
(Macrocephalon maleo), katak Sulawesi (Bufo celebensis), musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii
musschenbroekii), tikus Sulawesi (Rattus celebensis), kangkareng Sulawesi (Penelopides exarhatus), ular emas
(Elaphe erythrura), dan ikan endemik yang berada di Danau Lindu (Xenopoecilus sarasinorum).
Disamping kekayaan dan keunikan sumberdaya alam hayati, taman nasional ini juga
memiliki kumpulan batuan megalitik yang bagus dan merupakan salah satu monumen
megalitik terbaik di Indonesia. Taman Nasional Lore Lindu mendapat dukungan
bantuan teknis internasional, dengan ditetapkannya sebagai Cagar Biosfir oleh
UNESCO pada tahun 1977.
Cara pencapaian lokasi: Dapat dicapai dengan kendaraan roda empat: Palu-Kamarora (50 km) dengan waktu
tempuh 2,5 jam, Palu-Wuasa (100 km) lima jam dan Wuasa-Besoa (50 km)
empat jam. Palu- Kulawi (80 km) enam jam. Perjalanan di dalam kawasan
dapat dilakukan dengan jalan kaki ataupun dengan naik kuda dengan
route : Gimpu-Besoa-Bada selama tiga hari dan Saluki (Sidaonta) – Danau
Lindu selama satu hari.
Selain terdapat beberapa jenis burung laut seperti angsa-batu coklat (Sula
leucogaster plotus), cerek melayu (Charadrius peronii), raja udang erasia (Alcedo
atthis); juga terdapat tiga jenis penyu yang sering mendarat di pulau-pulau yang
ada di taman nasional yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu
tempayan (Caretta caretta), dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea).
Masyarakat asli yang tinggal di sekitar taman nasional yaitu suku laut
atau yang disebut suku Bajau. Menurut catatan Cina kuno dan para
penjelajah Eropa, menyebutkan bahwa manusia berperahu adalah
manusia yang mampu menjelajahi Kepulauan Merqui, Johor, Singapura,
Sulawesi, dan Kepulauan Sulu. Dari keseluruhan manusia berperahu di Asia Tenggara yang masih mempunyai
kebudayaan berperahu tradisional adalah suku Bajau. Melihat kehidupan mereka sehari-hari merupakan hal yang
menarik dan unik, terutama penyelaman ke dasar laut tanpa peralatan untuk menombak ikan. Pulau Hoga (Resort
Kaledupa), Pulau Binongko (Resort Binongko) dan Resort Tamia merupakan lokasi yang menarik dikunjungi terutama
untuk kegiatan menyelam, snorkeling, wisata bahari, berenang, berkemah, dan wisata budaya.
Cara pencapaian lokasi: Kendari ke Bau-bau dengan kapal cepat regular setiap hari dua kali dengan lama perjalanan
lima jam atau setiap hari dengan kapal kayu selama 12 jam. Dari Bau-bau ke Lasalimu naik kendaraan roda empat
selama dua jam, lalu naik kapal cepat Lasalimu-Wanci selama satu jam atau kapal kayu Lasalimu-Wanci selama 2,5
jam. Wanci merupakan pintu gerbang pertama memasuki kawasan Taman Nasional Wakatobi.
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 393/Kpts-V/1996 dengan luas 1.390.000 hektar. Letak Kabupaten Buton,
Provinsi Sulawesi Tenggara. Temperatur udara 19° - 34° C, Curah hujan 1.000 – 2.200 mm/tahun, Ketinggian tempat
0 - 3 meter dpl , Letak geografis 5°12’ - 6°10’ LS, 123°20’ - 124°39’ BT
Kawasan ini juga menjadi habitat berbagai jenis burung, tercatat 155 jenis
burung ada di dalamnya, 32 jenis diantaranya tergolong langka dan 37 jenis
tergolong endemik. Burung-burung tersebut antara lain maleo
(Macrocephalon maleo), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), bangau
sandang lawe (Ciconia episcopus episcopus), raja udang kalung putih (Halcyon chloris chloris), kakatua putih besar
(Cacatua galerita triton), elang-alap dada-merah (Accipiter rhodogaster rhodogaster), merpati hitam Sulawesi
(Turacoena manadensis), dan punai emas (Caloena nicobarica), Terdapat satu jenis burung endemik di Sulawesi
Tenggara yaitu kacamata Sulawesi (Zosterops consobrinorum). Burung tersebut tidak pernah terlihat selama puluhan
tahun yang lalu, namun saat ini terlihat ada di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.
Beberapa jenis tumbuhan di taman nasional ini antara lain tancang (Bruguiera
sexangula), bakau (Rhizophora acuminata), api-api (Avicennia sp.), kapur
(Dryobalanops sp.), pulai (Alstonia scholaris), ketapang (Terminalia catappa),
pandan (Pandanus sp.), meranti (Shorea selanica), benuang (Octomeles
sumatrana), matoa/kasai (Pometia pinnata), kayu putih (Melaleuca
leucadendron), berbagai jenis
anggrek, dan pakis endemik
(Chintea binaya). Sekitar 117 jenis
burung terdapat di Taman Nasional
Manusela, dimana 14 jenis
diantaranya endemik seperti kesturi
ternate (Lorius garrulus), nuri tengkuk ungu/nuri kepala hitam (L.
domicella), kakatua Seram (Cacatua moluccensis), raja udang (Halcyon
lazuli dan H. sancta), burung madu Seram besar (Philemon
subcorniculatus), dan nuri raja/nuri ambon (Alisterus amboinensis).
Burung kakatua seram merupakan salah satu satwa endemik Pulau Maluku,
keberadaannya terancam punah di alam akibat perburuan liar, perusakan dan
penyusutan habitatnya. Satwa lainnya di taman nasional ini adalah rusa
(Cervus timorensis moluccensis), kuskus (Phalanger orientalis orientalis), soa-soa (Hydrosaurus amboinensis), babi hutan (Sus
celebensis), luwak (Pardofelis marmorata), kadal panama (Tiliqua gigas gigas), duyung (Dugong dugon), penyu hijau (Chelonia
mydas), dan berbagai jenis kupu-kupu.
Terdapat sungai-sungai yang mengalir deras, dengan konfigurasi topografi terjal, enam buah gunung/bukit dengan Gunung Binaya
yang tertinggi (± 3.027 meter dpl). Masyarakat desa Manusela, Ilena Maraina, Selumena, dan Kanike, merupakan enclave di
dalam kawasan Taman Nasional Manusela. Masyarakat tersebut telah lama berada di desa-desa tersebut, dan percaya bahwa
gunung-gunung yang berada di taman nasional dapat memberikan semangat dan perlindungan dalam kehidupan mereka.
Kepercayaan mereka secara tidak langsung akan membantu menjaga dan melestarikan taman nasional.
Cara pencapaian lokasi: Taman Nasional Manusela dapat dicapai melalui pantai Utara (Sawai dan Wahai) atau
melalui pantai Selatan (Tehoru dan Moso). Route dari Moso sangat cocok bagi yang menyukai pendakian, karena
kelerengannya sekitar 30%. Dari Ambon ke Masohi menggunakan ferry setiap hari sekitar delapan jam, dilanjutkan ke
Saka menggunakan mobil sekitar dua jam, dan ke Wahai menggunakan speed boat sekitar dua jam. Atau, dari Ambon
ke Wahai menggunakan kapal laut sekitar 24 jam (3 x seminggu). Dari Masohi ke Tehoru menggunakan kapal motor
sekitar sembilan jam, dilanjutkan ke Moso dan Desa Saunulu.
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 281/Kpts-VI/1997 dengan luas 189.000 hektar. Letak Kabupaten Maluku
Tengah, Provinsi Maluku. Temperatur udara 25° - 35° C, Curah hujan 1.500 – 2.000 mm/tahun, Ketinggian tempat 0
3.027 meter dpl. Letak geografis 2°48’ - 3°18’ LS, 129°06’ - 129°46’ BT
Terdapat goa alam yang merupakan peninggalan zaman purba, sumber air panas yang mengandung belerang tanpa kadar garam
di Pulau Misowaar, goa dalam air dengan kedalaman 100 feet di Tanjung Mangguar. Sejumlah peninggalan dari abad 18 masih
bisa dijumpai pada beberapa tempat seperti di Wendesi, Wasior, dan Yomber. Umat Kristiani banyak yang berkunjung ke gereja
di desa Yende (Pulau Roon), hanya untuk melihat kitab suci terbitan tahun 1898.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Pulau Rumberpon. Pengamatan satwa (burung), penangkaran rusa, wisata bahari, menyelam dan snorkeling, kerangka pesawat
tempur Jepang yang jatuh di laut.
Pulau Nusrowi. Menyelam dan snorkeling, wisata bahari, pengamatan satwa.
Pulau Mioswaar. Sumber air panas, air terjun, menyelam dan snorkeling, pengamatan satwa dan wisata budaya.
Pulau Yoop dan perairan Windesi. Pengamatan ikan paus dan ikan lumba-lumba.
Pulau Roon. Pengamatan satwa burung, menyelam dan snorkeling, air terjun, wisata budaya, dan gereja tua.
Cara pencapaian lokasi: Dari Jakarta, Surabaya, Denpasar, Ujung Pandang, Jayapura, Honolulu dan Darwin
menggunakan pesawat ke Biak, selanjutnya dari Biak menggunakan pesawat ke Manokwari atau Nabire. Dari Jakarta,
Surabaya, Ujung Pandang dan Jayapura menggunakan kapal laut ke Manokwari atau Nabire. Dari Manokwari ke
lokasi taman nasional (Pulau Rumberpon) menggunakan longboat dengan waktu 5,5 jam. Atau dari Manokwari ke
kota kecamatan Ransiki dengan mobil sekitar tiga jam dan dilanjutkan dengan motorboat sekitar 2,5 jam.
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 448/ Menhut-VI/90 dengan luas 1.453.500 hektar. Letak Kab. Manokwari dan
Kab. Paniai, Provinsi Papua/Irian Jaya. Temperatur udara 21° - 33° C, Curah hujan 1.200 – 3.700 mm/tahun
Kelembaban udara 82 - 83 %, Kecepatan angin 3,5 - 9,0 knot dan 22 - 23 knot, Letak geografis 1°43’ - 3°22’ LS,
134°06’ - 135°10’ BT
Jenis-jenis satwa yang sudah diidentifikasi di Taman Nasional Lorentz sebanyak 630 jenis burung (± 70 % dari burung
yang ada di Papua) dan 123 jenis mamalia. Jenis burung yang menjadi ciri khas taman nasional ini ada dua jenis
kasuari, empat megapoda, 31 jenis dara/merpati, 30 jenis kakatua, 13 jenis burung udang, 29 jenis burung madu, dan
20 jenis endemik diantaranya cendrawasih ekor panjang (Paradigalla caruneulata) dan puyuh salju (Anurophasis
monorthonyx). Satwa mamalia tercatat antara lain babi duri moncong panjang (Zaglossus bruijnii), babi duri moncong
pendek (Tachyglossus aculeatus), 4 jenis kuskus, walabi, kucing hutan, dan kanguru pohon.
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 154/Kpts-II/1997 dengan luas 2.450.000 hektar. Letak Kab. Paniai,
Kab. Fak-fak, dan Kab. Merauke, Provinsi Papua/Irian Jaya. Temperatur udara 29° - 32° C di dataran
Taman Nasional Wasur
rendah, Ketinggian tempat 0 – 5.000 meter dpl. Letak geografis 3°41’ - 5°30’ LS, 136°56’ - 139°09’ BT
Taman Nasional Wasur merupakan perwakilan dari lahan basah yang paling
luas di Papua/Irian Jaya dan sedikit mengalami gangguan oleh aktivitas
manusia. Sekitar 70 persen dari luas
kawasan taman nasional berupa vegetasi
savana, sedang lainnya berupa vegetasi
hutan rawa, hutan musim, hutan pantai,
hutan bambu, padang rumput dan hutan
rawa sagu yang cukup luas. Jenis tumbuhan
yang mendominasi hutan di kawasan taman
nasional ini antara lain api-api (Avicennia
sp.), tancang (Bruguiera sp.), ketapang
(Terminalia sp.), dan kayu putih (Melaleuca
sp.).
Lahan basah di taman nasional ini merupakan ekosistem yang paling produktif dalam menyediakan bahan
pakan dan perlindungan bagi kehidupan berbagai jenis
ikan, udang dan kepiting yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi. Berbagai jenis satwa seperti burung migran, walabi
dan kasuari sering datang dan menghuni Danau Rawa Biru.
Oleh karena itu, Danau Rawa Biru disebut “Tanah Air”
karena ramainya berbagai kehidupan satwa. Lokasi ini
sangat cocok untuk mengamati atraksi satwa yang menarik
dan menakjubkan.
Cara pencapaian lokasi: Dari Jayapura ke Merauke (Plane) dengan waktu 1,5 jam, kemudian dari Merauke ke
lokasi menggunakan kendaraan roda empat dalam waktu satu sampai dua jam melalui jalan trans Irian (Jayapura-
Merauke).
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 448/Menhut-VI/90 dengan luas 413.810 hektar. Letak Kabupaten Merauke,
Provinsi Papua. Temperatur udara 22° - 30° C, Curah hujan Rata-rata 2.400 mm/tahun, Ketinggian tempat 0 – 90 meter
dpl., Letak geografis 8°04’ - 9°07’ LS, 140°29’ - 141°00’ BT.