Anda di halaman 1dari 29

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayahnya sehingga karya tulis Biologi yang berjudul
“Taman Nasional di Indonesia” dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan Terima Kasih saya haturkan kepada Bapak Drs. H.
Abdul Hayat, M.A selaku kepala MTsN Model Babat dan Bapak Izzul
Muhtadi, S. Pd yang telah membimbing saya, hingga sampai saya
dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Saya berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan
manfaat dan menambah wawasan khususnya bagi siswa sebagai pelajar
yang sedang menuntut ilmu. Saya juga berharap karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat yang lebih luas agar dapat mengetahui
berbagai keindahan di negaranya sendiri.
DAFTAR ISI

Taman Nasional Gunung Leuser……………………................................1


Taman Nasional Siberut…………………………………………………………….2
Taman Nasional Way Kambas…………………………………………………….3
Taman Nasional Berbak…………………………………………………………….4
Taman Nasional Ujung Kulon……………………………………………………..5
Taman Nasional Kepulauan Seribu………………………………………………7
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru……………………………………..8
Taman Nasional Baluran…………………………………………………………….9
Taman Nasional Bali Barat……………………………………………………….. 10
Taman Nasional Gunung Rinjani……………………………………………......11
Taman Nasional Komodo…………………………………………………………...12
Taman Nasional Kelimutu…………………………………………………………..13
Taman Nasional Gunung Palung………………………………………………….14
Taman Nasional Danau Sentarum……………………………………………….15
Taman Nasional Tanjung Putting………………………………………………..16
Taman Nasional Kutai………………………………………………………………..17
Taman Nasional Bunaken…………………………………………………………..18
Taman Nasional Lore Lindu………………………………………………………..19
Taman Nasional Wakatobi………………………………………………………….20
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai……………………………………….21
Taman Nasional Manusela…………………………………………………………..22
Taman Nasional Teluk Cendrawasih……………………………………………..23
Taman Nasional Lorentz……………………………………………………………..24
Taman Nasional Wasur……………………………………………………………….25
Taman Nasional Gunung Leuser
Taman Nasional Gunung Leuser merupakan perwakilan tipe ekosistem
hutan pantai, dan hutan hujan tropika dataran rendah sampai pegunungan.
Terletak diKab. Aceh Tenggara, Kab. Aceh Selatan,
Kab. Aceh Singkil, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kab. Langkat,
Provinsi Sumatera Utara.

Flora unggulannya adalah daun payung raksasa (Johannesteijsmannia


altifrons), bunga raflesia (Rafflesia atjehensis dan R. micropylora) serta
Rhizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar dengan diameter
1,5 meter. Selain itu, terdapat tumbuhan yang unik yaitu ara atau
tumbuhan pencekik. Sedangkan Faunanya yaitu mawas /orangutan
(Pongo abelii), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus), gajah
Sumatera (Elephas maximus sumatranus), badak Sumatera
(Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), harimau Sumatera (Panthera
tigris sumatrae), kambing hutan (Capricornis sumatraensis), rangkong
(Buceros bicornis), rusa sambar (Cervus unicolor), dan kucing hutan
(Prionailurus bengalensis sumatrana).

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi :


Gurah. Melihat dan menikmati panorama alam, lembah, sumber air panas,
danau, air terjun, pengamatan satwa dan tumbuhan seperti bunga raflesia,
orangutan, burung, ular dan kupu-kupu.
Bohorok. Tempat kegiatan rehabilitasi orangutan dan wisata alam berupa
panorama sungai, bumi perkemahan dan pengamatan burung.
Kluet. Bersampan di sungai dan danau, trekking pada hutan pantai dan wisata
goa. Daerah ini merupakan habitat harimau Sumatera.
Sekundur. Berkemah, wisata goa dan pengamatan satwa.
Ketambe dan Suak Belimbing. Penelitian primata dan satwa lain yang
dilengkapi rumah peneliti dan perpustakaan.
Gunung Leuser (3.404 m. dpl) dan Gn. Kemiri (3.314 m. dpl). Memanjat
dan mendaki gunung.
Arung jeram di Sungai Alas. Kegiatan arung jeram dari Gurah-Muara Situlen-Gelombang selama tiga
hari.

Cara pencapaian lokasi: Medan-Kutacane berjarak ± 240 km atau 8 jam dengan mobil, Kutacane-
Gurah/Ketambe berjarak ± 35 km atau 30 menit dengan mobil, Medan-Bohorok/Bukit Lawang berjarak ±
60 km atau 1 jam dengan mobil, Medan-Sei Betung/Sekundur berjarak ± 150 km atau 2 jam dengan mobil,
Medan-Tapaktuan berjarak ± 260 km atau 10 jam dengan mobil.

Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1980 luas 792.675 hektar dalam SK No. 276/Kpts-VI/1997. Dengan
Temperatur udara 21° - 28° C dan Curah hujan 2.000 - 3.200 mm/tahun. Terletak di ketinggian Ketinggian
tempat 0 - 3.381 m dpl. Letak geografis 2°50’ - 4°10’ LU, 96°35’ - 98°30’ BT.
Taman Nasional Siberut
Pulau Siberut terletak di lepas pantai Sumatera Barat yang
dipisahkan oleh Selat Mentawai dan berjarak kurang lebih 155 km dari
kota Padang. Taman Nasional Siberut yang terletak di pulau tersebut,
seluas 60% kawasan ditutupi oleh hutan primer Dipterocarpaceae,
hutan primer campuran, rawa, hutan pantai, dan hutan mangrove.
Hutan di taman nasional ini relatif masih alami dengan banyaknya
pohon-pohon besar dengan tinggi rata-rata 60 meter.

Taman Nasional Siberut memiliki 4 jenis satwa primata


yang tidak ditemukan pada daerah-daerah
lainnya di dunia (endemik) yaitu bokkoi
(Macaca pagensis), lutung mentawai/joja
(Presbytis potenziani siberu), bilou
(Hylobates
klossii), dan
simakobu
(Nasalis
concolor siberu). Selain itu, terdapat 4 jenis bajing
yang endemik, 17 jenis satwa mamalia dan 130
jenis burung (4 jenis endemik).

Pulau Siberut termasuk Taman Nasional Siberut adalah salah satu


Cagar Biosfir yang ditetapkan UNESCO dalam Program Man and the
Biosphere (MAB).

Perjalanan ke dalam kawasan taman nasional belum banyak dilakukan oleh


pengunjung dan selama ini obyek utama bagi pengunjung ke Pulau Siberut
hanya untuk melihat budaya masyarakat Mentawai yang berada di dalam
dan sekitar taman nasional. Dalam banyak hal, masyarakat Mentawai merupakan suku bangsa di Indonesia
yang masih sangat tradisional dan sebagian besar menganut kepercayaan animisme. Kegiatan sosialnya
dipusatkan di sekitar UMA, yaitu suatu rumah bersama yang berukuran panjang dan dihuni oleh 30 - 80
orang.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:

Madobak, Rokdok, Matotonan, Rorogot, Butui, Teteburuk, Selaoinan dan Mailepet : Menjelajahi
hutan, menyelusuri sungai, sumber air panas, air terjun, wisata bahari, pengamatan satwa dan tumbuhan
serta wisata budaya (rumah Uma dan tarian religius).
Pantai Sagulubek dan Pantai Masilok. Olahraga berselancar dan menyelam/snorkeling di taman
laut/hutan bakau.

Atraksi budaya di luar taman nasional: Festival Gandang Tasa pada bulan Mei, dan Festival Tabuik
pada bulan Juni di Padang.

Cara pencapaian lokasi : dari Padang (Muara Padang) ke Muara Siberut/Muara Sikabaluan/Muara Saibi
dengan menggunakan kapal laut (3 kali seminggu) pada malam hari, ± 10 jam.

Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 407/Kpts-II/1993 dengan luas 190.500 hektar. Dengan Temperatur
udara 22° - 31° C.Curah hujan 2.900 - 3.700 mm/tahun dan Ketinggian tempat 0 - 500 m. dpl. Letak
geografis 1°05’ - 1°45’ LS, 98°36’ - 99°03’ BT
Taman Nasional Way Kambas
Taman Nasional Way Kambas merupakan perwakilan ekosistem hutan dataran
rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar,
dan hutan pantai di Sumatera. Taman Nasional Way Kambas merupakan perwakilan
ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang
alang-alang/semak belukar, dan hutan pantai di Sumatera.

Jenis tumbuhan di taman nasional tersebut antara lain api-api (Avicennia marina),
pidada (Sonneratia sp.), nipah (Nypa fruticans), gelam (Melaleuca leucadendron),
salam (Syzygium polyanthum), rawang (Glochidion borneensis), ketapang
(Terminalia cattapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus
sp.), puspa (Schima wallichii), meranti (Shorea sp.), minyak (Dipterocarpus
gracilis), dan ramin (Gonystylus bancanus).

Taman Nasional Way Kambas memiliki 50 jenis mamalia diantaranya


badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), gajah Sumatera (Elephas
maximus sumatranus), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus
indicus), anjing hutan (Cuon alpinus sumatrensis), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus); 406 jenis burung
diantaranya bebek hutan (Cairina scutulata), bangau sandang lawe (Ciconia episcopus stormi), bangau tong-tong
(Leptoptilos javanicus), sempidan biru (Lophura ignita), kuau (Argusianus argus argus), pecuk ular (Anhinga
melanogaster); berbagai jenis reptilia, amfibia, ikan, dan insekta.

Gajah-gajah liar yang dilatih di Pusat Latihan Gajah (9 km dari


pintu gerbang Plang Ijo) dapat dijadikan sebagai gajah tunggang, atraksi,
angkutan kayu dan bajak sawah. Pada pusat latihan gajah tersebut, dapat
disaksikan pelatih mendidik dan melatih gajah liar, menyaksikan atraksi
gajah main bola, menari, berjabat tangan, hormat, mengalungkan bunga,
tarik tambang, berenang dan masih banyak atraksi lainnya. Pusat latihan
gajah ini didirikan pada tahun 1985. Sampai saat ini telah berhasil
mendidik dan menjinakan gajah sekitar 290 ekor.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Pusat Latihan Gajah Karangsari. Atraksi gajah. Way Kambas. Untuk kegiatan berkemah.Way Kanan.
Penelitian dan penangkaran badak sumatera dengan fasilitas laboratorium alam dan wisma peneliti.Rawa
Kali Biru, Rawa Gajah, dan Kuala Kambas. Menyelusuri sungai Way Kanan, pengamatan satwa (bebek
hutan, kuntul, rusa, burung migran), padang rumput dan hutan mangrove.

Cara pencapaian lokasi :

Cara pencapaian lokasi: Bandar Lampung-Metro-Way Jepara menggunakan mobil sekitar dua jam (112
km), Branti-Metro-Way Jepara sekitar satu jam 30 menit (100 km), Bakauheni-Panjang-Sribawono-Way
Jepara sekitar tiga jam (170 km), Bakauheni-Labuan Meringgai-Way Kambas sekitar dua jam.

Dinyatakan Menteri Pertanian, Tahun 1982 dan Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 14/Menhut- II/1989
dengan luas 130.000 hektar. Dengan Temperatur udara 28° - 37° C, Curah hujan 2.500 - 3.000 mm/tahun,
Ketinggian tempat 0 - 60 m. dpl dan Letak geografis 4°37’ - 5°15’ LS, 106°32’ - 106°52’ BT.
Taman Nasional Berbak
Taman Nasional Berbak merupakan kawasan pelestarian alam untuk
konservasi hutan rawa terluas di Asia Tenggara yang belum
terjamah oleh eksploitasi manusia. Keunikannya berupa gabungan
yang menarik antara hutan rawa gambut dan hutan rawa air tawar
yang terbentang luas di pesisir Timur Sumatera.

Jenis tumbuhan di taman nasional antara lain meranti (Shorea sp.),


dan berbagai jenis palem. Taman Nasional Berbak terkenal
memiliki paling banyak jenis palem tanaman hias di Indonesia.
Jenis palem tanaman hias yang tergolong langka antara lain jenis
daun payung (Johanesteijmannia altifrons) serta jenis yang baru
ditemukan yaitu Lepidonia kingii (Lorantaceae) yang berbunga
besar dengan warna merah/ungu. Ratusan bahkan ribuan burung
migran dapat dilihat di taman nasional ini, yang dapat menimbulkan
kekaguman
apabila
burung-burung tersebut terbang secara berkelompok.

Pintu masuk bagian Barat taman nasional ini ditempuh


dengan menyelusuri sungai Air Hitam Dalam.
Dinamakan Air Hitam Dalam karena warna airnya
hitam seperti kopi. Pada waktu air laut surut, kotoran
satwa, serasah daun dan lain-lain dari dalam hutan
bakau dibawa air sungai tersebut menuju Sungai
Batanghari dan terus ke laut.

Taman Nasional Berbak tidak saja dilindungi secara


nasional, tetapi juga secara internasional yaitu dengan ditetapkan sebagai Lahan Basah Internasional dalam
Konvensi RAMSAR pada tahun 1992.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Air Hitam Dalam. Menyelusuri sungai dan melihat menyaksikan kehidupan tumbuhan/satwa. Air Hitam
Dalam merupakan habitat harimau Sumatera.
Simpangkubu. Penelitian atau menjelajahi hutan, pengamatan satwa dan tumbuhan.
Air Hitam Laut. Penelitian atau menjelajahi hutan, pengamatan satwa dan tumbuhan.
Atraksi budaya di luar taman nasional: Parade Budaya pada bulan April di Sungai Batanghari-Muara
Bulian, Jambi.

Cara pencapaian lokasi : Dari Jambi menyelusuri sungai Batanghari dengan menggunakan speed boat
berbelok ke kanan menyelusuri sungai Air Hitam Dalam selama 2,5 – 3 jam, atau langsung ke Nipah
Panjang selama 4-5 jam. Dari Nipah Panjang dilanjutkan ke Desa Air Hitam Laut selama 5-8 jam melalui
Laut Cina Selatan (perjalanan ke Air Hitam Laut harus melihat cuaca ombak Laut Cina Selatan yang
terkenal ganas).
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 285/Kpts- II/1992 dengan luas 162.700 hektar.
Temperatur udara 25° - 28° C, Curah hujan Rata-rata 2.300 mm/tahun, Ketinggian tempat 0 - 20 meter dpl
dan Letak geografis 1°08’ - 1°43’ LS, 104°05’ - 104°26’ BT.
Taman Nasional Ujung Kulon
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan perwakilan ekosistem hutan
hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas di Jawa Barat,
serta merupakan habitat yang ideal bagi kelangsungan hidup satwa
langka badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan satwa langka lainnya.
Terdapat tiga tipe ekosistem di taman nasional ini yaitu ekosistem
perairan laut, ekosistem rawa, dan ekosistem daratan.
Keanekaragaman tumbuhan dan satwa di Taman Nasional Ujung
Kulon mulai dikenal oleh para peneliti, pakar botani Belanda dan
Inggris sejak tahun 1820.

Kurang lebih 700 jenis tumbuhan terlindungi dengan baik dan 57 jenis diantaranya
langka seperti; merbau (Intsia bijuga), palahlar (Dipterocarpus haseltii), bungur
(Lagerstroemia speciosa), cerlang (Pterospermum diversifolium), ki hujan
(Engelhardia serrata)dan berbagai macam jenis anggrek.

Satwa di Taman Nasional Ujung Kulon terdiri dari 35 jenis mamalia, 5 jenis primata, 59 jenis reptilia, 22 jenis
amfibia, 240 jenis burung, 72 jenis insekta, 142 jenis ikan dan 33 jenis terumbu karang. Satwa langka dan dilindungi
selain badak Jawa adalah banteng (Bos javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), surili (Presbytis comata
comata), lutung (Trachypithecus auratus auratus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus),
kucing batu (Prionailurus bengalensis javanensis), owa (Hylobates moloch), dan kima raksasa (Tridacna gigas).
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan obyek wisata alam yang menarik, dengan keindahan berbagai bentuk gejala
dan keunikan alam berupa sungai-sungai dengan jeramnya, air terjun, pantai pasir putih, sumber air panas, taman laut
dan peninggalan budaya/sejarah (Arca Ganesha, di Gunung Raksa Pulau Panaitan). Kesemuanya merupakan pesona
alam yang sangat menarik untuk dikunjungi dan sulit ditemukan di tempat lain.

Jenis-jenis ikan yang menarik di Taman Nasional Ujung Kulon baik yang
hidup di perairan laut maupun sungai antara lain ikan kupu-kupu, badut,
bidadari, singa, kakatua, glodok dan sumpit. Ikan glodok dan ikan sumpit
adalah dua jenis ikan yang sangat aneh dan unik yaitu ikan glodok
memiliki kemampuan memanjat akar pohon bakau, sedangkan ikan
sumpit memiliki kemampuan menyemprot air ke atas permukaan setinggi
lebih dari satu meter untuk menembak memangsanya (serangga kecil)
yang berada di i daun-daun yang rantingnya menjulur di atas permukaan
air.

Taman Nasional Ujung Kulon bersama Cagar Alam Krakatau merupakan asset
nasional, dan telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO
pada tahun 1991.
Untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon
sebagai Situs Warisan Alam Dunia, UNESCO telah memberikan dukungan
pendanaan dan bantuan teknis.

Masyarakat yang bermukim di sekitar taman nasional yaitu suku Banten yang
terkenal dengan kesenian debusnya. Masyarakat tersebut pengikut agama
Islam, namun mereka masih mempertahankan kebiasaan-kebiasaan, tradisi, dan kebudayaan nenek moyang mereka.Di
dalam taman nasional, ada tempat-tempat yang dikeramatkan bagi kepentingan kepercayaan spiritual. Tempat yang
paling terkenal sebagai tujuan ziarah adalah gua Sanghiang Sirah, yang terletak di ujung Barat semenanjung Ujung
Kulon.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi :


Tamanjaya dan Cibiuk. Pintu masuk utama dengan fasilitas, pusat informasi, wisma tamu, dermaga, sumber air panas.
Pantai Kalejetan, Karang Ranjang, Cibandawoh. Fenomena gelombang laut selatan dan pantai berpasir tebal,
pengamatan tumbuhan dan satwa.
Pulau Peucang. Pantai pasir putih, terumbu karang, perairan laut yang biru jernih yang sangat ideal untuk kegiatan
berenang, menyelam, memancing, snorkeling dan tempat ideal bagi pengamatan satwa satwa rusa di habitat alamnya.
Karang Copong, Citerjun, Cidaon, Ciujungkulon, Cibunar, Tanjung Layar, dan Ciramea. Menjelajahi hutan,
menyelusuri sungai, padang pengembalaan satwa, air terjun dan tempat peneluran penyu.
Pulau Handeuleum, Cigenter, Cihandeuleum. Pengamatan satwa (banteng, babi hutan, rusa, jejak-jejak badak Jawa
dan berbagai macam jenis burung), menyelusuri sungai di ekosistem hutan mangrove.
Pulau Panaitan, dan Gunung Raksa. Menyelam, berselancar, dan wisata budaya/ sejarah.
Cara pencapaian lokasi:
Jakarta - Serang (1 1/2 jam via jalan Tol), Serang - Pandeglang - Labuan (1 1/2 jam) atau Jakarta - Cilegon
(2 jam via jalan Tol), Cilegon - Labuan (1 jam) atau Bogor - Rangkasbitung - Pandeglang - Labuan (4 jam).
Labuan - Sumur (2 jam), Sumur - Pulau Peucang (1 jam dengan kapal motor nelayan) atau Labuan - Pulau
Peucang (4 jam dengan kapal motor nelayan).

Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1980


Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 284/ Kpts-II/92,
luas 122.956 hektar
Ditetapkan ---
Letak Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten
Temperatur udara 25° - 30° C
Curah hujan Rata-rata 3.200 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 - 608meter dpl
Letak geografis 6°30’ - 6°52’ LS, 102°02’ - 105°37’ BT
Taman Nasional Kepulauan Seribu
Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan salah satu perwakilan
kawasan pelestarian alam bahari di Indonesia yang terletak kurang lebih 45 km
sebelah Utara Jakarta. Terdapat 78 pulau besar-kecil dengan ketinggian tidak lebih
dari tiga meter dpl., dan semuanya merupakan gugusan pulau karang. Pada ratusan
tahun yang lalu, pulau-pulau karang itu terbentuk di atas koloni binatang karang
yang sudah mati. Koloni ini pada awalnya tumbuh pada dasar laut yang dangkal,
dan lapisan atasnya muncul ke permukaan laut serta mengalami pelapukan.
Kemudian di atas daratan karang itu, tumbuh jenis pioner berupa semak, beberapa
jenis pohon dan terjadilah daratan.

Umumnya, tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Kepulauan Seribu didominasi


oleh tumbuhan pantai, seperti nyamplung (Calophyllum inophyllum), waru (Hibicus
tiliaceus), pandan (Pandanus sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), cangkudu
(Morinda citrifolia), butun (Barringtonia asiatica), bogem (Bruguiera sp.), sukun
(Artocarpus altilis), ketapang (Terminalia cattapa), dan kecundang (Cerbena
adollam).

Kekayaan kehidupan laut taman nasional ini terdiri dari karang keras/lunak sebanyak 54 jenis, 144 jenis ikan,
2 jenis kima, 3 kelompok ganggang seperti Rhodophyta, Chlorophyta dan Phaeophyta, 6 jenis rumput laut seperti
Halodule sp., Halophila sp., dan Enhalus sp., serta 17 jenis burung pantai. Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan
tempat peneluran penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu hijau (Chelonia mydas). Penyu sisik dan penyu hijau
yang merupakan satwa langka dan jarang ditemukan di perairan lain terutama pantai Utara Pulau Jawa, ditangkarkan di
Pulau Semak Daun. Penangkaran tersebut dimaksudkan untuk memulihkan populasi penyu yang nyaris punah. Kegiatan
penangkaran meliputi penetasan telur semi alami dan perawatan anak penyu sampai siap untuk dilepas ke alam.

Sebagian besar pantai-pantai di taman nasional ini dilindungi oleh hutan


bakau, dimana hidup biawak, ular cincin emas dan piton. Dibalik fenomena
dan rahasia alam, sebenarnya gugusan Kepulauan Seribu menyimpan
keindahan alam yang sangat menawan. Simponi pulau-pulau mungil yang
hijau, deburan ombak, sinar matahari yang bewarna keemasan pada waktu
senja; tentunya akan menentramkan hati pengunjung yang berada di Taman
Nasional Kepulauan Seribu.

Beberapa pulau/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Pulau Pramuka, Pulau Semak Daun, Pulau Kelapa dan Pulau
Panggang: Melihat penangkaran penyu, pengamatan satwa dan wisata
bahari.
Pulau Pramuka, Pulau Opak, Pulau Karang Congkak. Wreck diving
kapal-kapal yang karam.
Pulau Panjang, Pulau Putri, Pulau Pelangi dan Pulau Perak: Wisata
bahari yang dikelola oleh swasta.
Pulau Semut, Pulau Karang Congkak, Pulau Karang Kroja, Pulau
Kotok Besar, Pulau Kotok Kecil dan Pulau Gosong Laga: Untuk
kegiatan menyelam dan snorkeling.

Bulan November sampai dengan Februari setiap tahunnya sering terjadi


ombak yang besar (berbahaya), dan cuaca tidak begitu bagus biasanya terjadi pada bulan Mei sampai
dengan Agustus.

Cara pencapaian lokasi: Dari Marina Jaya Ancol setiap hari ada kapal khusus melayani pengunjung yang
ingin melihat obyek-obyek wisata bahari, dengan waktu tempuh antara 1-2 jam. Atau dari Muara Angke ke
Pulau Pramuka menggunakan kapal fery sekitar 2,5 jam.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki tipe ekosistem sub-
montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan
berusia ratusan tahun. Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain jamuju (Dacrycarpus
imbricatus), cemara gunung (Casuarina sp.), eidelweis (Anaphalis
javanica), berbagai jenis anggrek dan jenis rumput langka (Styphelia
pungieus).Terdapat sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis
reptilia di taman nasional ini.

Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini antara lain luwak
(Pardofelis marmorata), rusa (Cervus
timorensis ), kera ekor panjang (Macaca
fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak ),
ayam hutan merah (Gallus gallus), macan
tutul (Panthera pardus ), ajag (Cuon
alpinus ); dan berbagai jenis burung seperti
alap-alap burung (Accipiter virgatus ), rangkong (Buceros rhinoceros
silvestris), elang ular bido (Spilornis cheela bido), srigunting hitam (Dicrurus
macrocercus), elang bondol (Haliastur indus), dan belibis yang hidup di Ranu
Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki
keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian ± 2.100 meter dari permukaan laut. Di laut
pasir ditemukan tujuh buah pusat letusan dalam dua jalur yang silang-menyilang yaitu dari timur-barat dan timur laut-
barat daya. Dari timur laut-barat daya inilah muncul Gunung Bromo yang termasuk gunung api aktif yang sewaktu-
waktu dapat mengeluarkan asap letusan dan mengancam kehidupan manusia di sekitarnya (± 3.500 jiwa). Gunung
Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat).
Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.

Suku Tengger yang berada di sekitar taman nasional merupakan suku


asli yang beragama Hindu. Menurut legenda, asal-usul suku tersebut dari
Kerajaan Majapahit yang mengasingkan diri. Uniknya, melihat
penduduk di sekitar (Su-ku Tengger) tampak tidak ada rasa ketakutan
walaupun menge-tahui Gunung Bromo itu berbaha-ya, termasuk juga
wisatawan yang banyak mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru pada saat Upacara Kasodo.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Cemorolawang. Salah satu pintu masuk menuju taman nasional yang
banyak dikunjungi untuk melihat dari kejauhan hamparan laut pasir dan
kawah Bromo, dan berkemah.
Laut Pasir Tengger dan Gunung Bromo. Berkuda dan mendaki gunung Bromo melalui tangga dan melihat matahari
terbit.
Pananjakan. Melihat panorama alam gunung Bromo, gunung Batok dan gunung Semeru.
Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Puncak Gunung Semeru. Danau-danau yang sangat dingin dan selalu
berkabut (± 2.200 m. dpl) sering digunakan sebagai tempat transit pendaki Gunung Semeru (3.676 m. dpl).
Ranu Darungan. Berkemah, pengamatan satwa/ tumbuhan dan panorama alam yang menawan.

Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1982 pada No. 278/Kpts-VI/97 dengan luas 50.276,2 hektar.
Temperatur udara 3° - 20° C, Curah hujan Rata-rata 6.600 mm/tahun, Ketinggian tempat 750 - 3.676 m. dpl
dan Letak geografis 7°51’ - 8°11’ LS, 112°47’ - 113°10’ BT.
Taman Nasional Baluran
Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan ekosistem hutan yang spesifik
kering di Pulau Jawa, terdiri dari tipe vegetasi
savana, hutan mangrove, hutan musim, hutan
pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa
dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun.
Sekitar 40 persen tipe vegetasi savana
mendominasi kawasan Taman Nasional
Baluran.

Tumbuhan yang ada di taman nasional ini


sebanyak 444 jenis, diantaranya terdapat
tumbuhan asli yang khas dan menarik yaitu
widoro bukol (Ziziphus rotundifolia), mimba (Azadirachta indica), dan pilang (Acacia
leucophloea). Widoro bukol, mimba, dan pilang merupakan tumbuhan yang mampu
beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering (masih kelihatan hijau), walaupun tumbuhan
lainnya sudah layu dan mengering.
Tumbuhan yang lain seperti asam (Tamarindus indica), gadung (Dioscorea hispida), kemiri
(Aleurites moluccana), gebang (Corypha utan), api-api (Avicennia sp.), kendal (Cordia
obliqua), manting (Syzygium polyanthum), dan kepuh (Sterculia foetida).

Terdapat 26 jenis mamalia diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag (Cuon alpinus
javanicus), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), kancil
(Tragulus javanicus pelandoc), dan kucing bakau (Prionailurus viverrinus). Satwa banteng merupakan maskot/ciri khas dari Taman
Nasional Baluran.

Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung diantaranya termasuk yang langka
seperti layang-layang api (Hirundo rustica), tuwuk/tuwur asia (Eudynamys
scolopacea), burung merak (Pavo muticus), ayam hutan merah (Gallus gallus),
kangkareng (Anthracoceros convecus), rangkong (Buceros rhinoceros), dan
bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus).

Pada Hm. 80 Batangan – Bekol , terdapat sumur tua yang menjadi legenda
masyarakat sekitar. Legenda tersebut menceritakan bahwa kota Banyuwangi,
Bali dan Baluran sama-sama menggali sumur. Apabila, sumur di masing-masing
kota tersebut lebih dahulu mengeluarkan air dan mengibarkan bendera, berarti
kota tersebut akan merupakan sentral keramaian/ kebudayaan.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Batangan. Melihat peninggalan sejarah/situs berupa goa Jepang, makam putra Maulana Malik Ibrahim, atraksi tarian
burung merak pada musim kawin antara bulan Oktober/November dan berkemah. Fasilitas: pusat informasi dan bumi
perkemahan.
Bekol dan Semiang. Pengamatan satwa seperti ayam hutan, merak, rusa, kijang, banteng, kerbau liar, burung.
Fasilitas yang ada: wisma peneliti, wisma tamu, menara pandang.
Bama, Balanan, Bilik. Wisata bahari, memancing, menyelam/snorkeling, dan perkelahian antara rusa jantan pada
bulan Juli/Agustus; dan sekawanan kera abu-abu yang memancing kepiting/rajungan dengan ekornya pada saat air laut
surut.
Manting, Air Kacip. Sumber air yang tidak pernah kering sepanjang tahun, habitat macan tutul.
Popongan, Sejile, Sirontoh, Kalitopo. Bersampan di laut yang tenang, melihat berbagai jenis ikan hias, pengamatan
burung migran.
Curah Tangis. Kegiatan panjat tebing setinggi 10-30 meter, dengan kemiringan sampai 85%.
Candi Bang, Labuan Merak, Kramat. Wisata budaya.

Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1980. Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 279/Kpts- VI/97 seluas 25.000
hektar. Terletak di Kab. Situbondo, Jawa Timur. Temperatur udara 27° - 34° C, Curah hujan 900 - 1.600 mm/tahun,
Ketinggian tempat 0 - 1.247 m. dpl dan Letak geografis 7°29’ - 7°55’ LS, 114°17’ - 114°28’ BT.
Taman Nasional Bali Barat
Taman Nasional Bali Barat terdiri dari beberapa tipe vegetasi yaitu hutan
mangrove, hutan pantai, hutan musim, hutan hujan dataran rendah, savana,
terumbu karang, padang lamun, pantai berpasir, dan perairan laut dangkal dan
dalam.

Taman nasional ini memiliki 175 jenis tumbuhan dan 14 jenis diantaranya
merupakan tumbuhan langka seperti bayur (Pterospermum javanicum), ketangi
(Lagerstroemia speciosa), burahol (Stelechocarpus burahol), cendana
(Santalum album), dan sonokeling (Dalbergia latifolia). Disamping memiliki
satwa burung yang endemik dan langka yaitu burung jalak bali (Leucopsar
rothschildi), terdapat jenis burung lain seperti jalak putih (Sturnus
melanopterus), terucuk (Pycnonotus goiavier), dan ibis putih kepala hitam
(Threskiornis melanocephalus).

Di taman nasional ini dapat dijumpai


beberapa satwa seperti kijang (Muntiacus
muntjak nainggolani), luwak (Pardofelis
marmorata), trenggiling (Manis javanica), landak (Hystrix brachyura
brachyura), dan kancil (Tragulus javanicus javanicus). Di taman nasional ini
dapat dijumpai beberapa satwa seperti banteng (Bos javanicus javanicus), kijang
(Muntiacus muntjak nainggolani), luwak (Pardofelis marmorata), trenggiling
(Manis javanica), landak (Hystrix brachyura brachyura), dan kancil (Tragulus
javanicus javanicus). Sedangkan biota laut yang berada di sekitar Pulau
Menjangan dan Tanjung Gelap terdiri dari 45 jenis karang diantaranya Halimeda
macroloba, Chromis spp., Balistes spp., Zebrasoma spp., dan Ypsiscarus
ovifrons; 32 jenis ikan diantaranya ikan bendera (Platax pinnatus), ikan sadar (Siganus lineatus), dan barakuda
(Sphyraena jello); 9 jenis molusca laut diantaranya kima selatan (Tridacna derasa), triton terompet (Charonia tritonis),
dan kima raksasa (Tridacna gigas). Burung jalak bali merupakan satwa primadona taman nasional ini, dan termasuk
burung pesolek yang senantiasa menyenangi habitat yang bersih, serta jelajah terbangnya tidak pernah jauh. Burung
tersebut memerlukan perhatian dan pengawasan ekstra ketat, karena populasinya rendah dan mudah untuk ditangkap.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Kapal. Menyelam dan snorkeling. Bangkai kapal yang telah penuh dengan karang, dimana diantaranya terdapat
Acrophora sp. yang mempunyai ukuran garis tengah lebih dari 75 cm.
Pulau Menjangan, Pos Satu, Pos Dua dan Tanjung Gelap. Menyelam dan snorkeling.
Krepyak dan Sumberejo. Pengamatan satwa.
Monumen Lintas Laut dan Makam Jayaprana. Wisata budaya.

Cara pencapaian lokasi: Melalui jalan raya; Denpasar - Negara - Cekik = 43,3 km. Singaraja - Seririt - Cekik = 85
km, dan kantornya tidak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk.

Dinyatakan ---
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 493/Kpts-II/95
luas 19.002,89 hektar
Ditetapkan ---

Letak Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali


Temperatur udara Rata-rata 33° C
Curah hujan 972 – 1.550 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 – 141 meter dpl
Letak geografis 8°05’ - 8°15’ LS, 114°25’ - 114°34’ BT
Taman Nasional Gunung Rinjani
Taman Nasional Gunung Rinjani merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan
hujan pegunungan rendah hingga pegunungan tinggi dan savana di Nusa
Tenggara.

Potensi tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Gunung Rinjani


antara lain jelutung (Laportea stimulans), dedurenan (Aglaia
argentea), bayur (Pterospermum javanicum), beringin (Ficus
benjamina), jambu-jambuan (Syzygium sp.), keruing (Dipterocarpus
hasseltii), rerau (D. imbricatus), eidelweis (Anaphalis javanica), dan 2
jenis anggrek endemik yaitu Perisstylus rintjaniensis dan P.
lombokensis.

Selain terdapat satu jenis mamalia endemik yaitu musang rinjani


(Paradoxurus hemaproditus rinjanicus), juga terdapat kijang
(Muntiacus muntjak nainggolani), lutung budeng (Trachypithecus
auratus kohlbruggei), trenggiling (Manis javanica), burung cikukua tanduk (Philemon buceroides
neglectus), dawah hutan (Ducula lacernulata sasakensis), kepudang kuduk hitam (Oriolus chinensis
broderipii), dan beberapa jenis reptilia.

Pada lembah di sebelah barat Gunung Rinjani terdapat Danau Segara Anak (2.008
m. dpl) yang airnya berbau belerang, suhunya berbeda dari satu tempat ke tempat
lain. Luas danau tersebut sekitar 1.100 hektar, kedalaman antara 160 - 230 meter.
Di tengah-tengah danau ini muncul gunung baru vulkanik yang masih aktif dan
terus berkembang.

Gunung Rinjani yang merupakan gunung tertinggi ketiga di Indonesia (3.720 m.


dpl), menyimpan berbagai misteri salah satu diantaranya yaitu tentang keberadaan
Dewi Enjeni. Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, Dewi Enjeni adalah Ratu
jin penguasa Gunung Rinjani. Mereka meyakini bahwa Dewi Enjeni lahir dari
perkawinan manusia Sasak dengan jin, berparas cantik dan masih keturunan Raja
Selaparang. Untuk menghormati Dewi Enjeni, masyarakat sering mengadakan upacara religius di Gunung
Rinjani dan Danau Segara Anak, dengan melepaskan ikan-ikan kecil yang terbuat dari emas tipis ke Danau
Segara Anak.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Puncak Gunung Rinjani. Mendaki gunung, berkemah dan menikmati panorama alam Pulau Lombok.
Danau Segara Anak, Sebau dan Gunung Baru. Penelitian, menikmati fenomena alam/gejala alam,
sumber air panas, mandi, pengamatan satwa dan menjelajahi hutan. Pada bulan Maulud, di Danau Segara
Anak sering dijadikan atraksi budaya Pakelem (memandikan keris).
Otakkokoq dan Kembang Kuning. Mandi air panas yang berbau belerang untuk pengobatan dan air
terjun.
Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu;Perang Topat pada bulan Desember dan Ciwaratri pada
bulan Januari di Mataram.

Cara pencapaian lokasi:


Mataram - Selong - Sambelia - Sembalun Lawang (140 km) sekitar 4,5 jam dengan mobil. Bila berjalan
kaki ke danau memerlukan waktu selama 9 jam (25 km). Mataram - Bayan - Senaru (82 km) sekitar 2,5
jam, jalan kaki ke danau selama 9 jam (25 km). Mataram - Bayan - Torean (85 km) sekitar 2,5 jam, jalan
kaki ke danau selama 7,5 jam. Mataram - Masbagik - Kutaraja - Tetebatu (60 km) sekitar 1,5 jam, jalan
kaki ke Otakkokoq selama 30 menit.

Ditunjuk : Menteri Kehutanan, SK No.448/Kpts-II/90 luas 40.000 hektar. Ditetapkan : Menteri Kehutanan,
SK No.280/Kpts-II/1997 dengan Luas : 41.330 hektar , terletak : Kab. Lombok Barat, Lombok Timur dan
Lombok Timur, Prop. Nusa Tenggara Barat
Curah hujan Rata-rata : 2.000 mm/tahun
Ketinggian tempat : 550 – 3.726 meter dpl
Taman Nasional Komodo
Letak geografis : 8°18’ - 8°33’ LS, 116°18’ - 116°32’ BT

Taman Nasional Komodo terdiri dari


tiga buah pulau besar yaitu pulau
Komodo, pulau Rinca dan pulau Padar
serta 26 buah pulau besar/kecil lainnya.
Sebanyak 11 buah gunung/bukit yang
ada di Taman Nasional Komodo
dengan puncak tertinggi yaitu Gunung
Satalibo (± 735 meter dpl). Keadaan
alam yang kering dan gersang menjadikan suatu keunikan
tersendiri. Adanya padang savana yang luas, sumber air yang
terbatas dan suhu yang cukup panas; ternyata merupakan habitat
yang disenangi oleh sejenis binatang purba Komodo (Varanus
komodoensis). Sebagian besar taman nasional ini merupakan
savana dengan pohon lontar (Borassus flabellifer) yang paling
dominan dan khas. Beberapa tumbuhan yang ada di Taman
Nasional Komodo antara lain rotan (Calamus sp.), bambu
(Bambusa sp.), asam (Tamarindus indica), kepuh (Sterculia
foetida), bidara (Ziziphus jujuba), dan bakau (Rhizophora sp.)

Selain satwa khas Komodo, terdapat rusa (Cervus timorensis floresiensis), babi hutan (Sus scrofa), ajag
(Cuon alpinus javanicus), kuda liar (Equus qaballus), kerbau liar (Bubalus bubalis); 2 jenis penyu, 10 jenis
lumba-lumba, 6 jenis paus dan duyung yang sering terlihat di perairan laut Taman Nasional Komodo.
Potensi kehidupan laut di taman nasional ini tercatat sebanyak 259 jenis
karang dan 1.000 jenis ikan seperti barakuda, marlin, ekor kuning, kakap
merah, baronang, dan lain-lain.

Taman Nasional Komodo merupakan asset nasional yang mendapat


dukungan bantuan teknis untuk pengelolaannya secara internasional, dan
telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia dan Cagar Biosfir
oleh UNESCO. Wisatawan paling banyak mengunjungi Taman Nasional
Komodo adalah wisatawan mancanegara, dimana mereka menyebut
taman nasional ini dengan julukan “dunia tersendiri”. Sejauh mata
memandang terlihat lapangan terbuka dengan beberapa pohon lontar yang
tegak menjulang ke langit dilatarbelakangi rangkaian pegunungan, kesan
gersang dan tandus pada padang savana tetapi riuh oleh beberapa suara
burung dan kuda liar, reptil raksasa. Berenang dan mandi di bawah teriknya matahari dan birunya air laut
Flores; merupakan dunia tersendiri dan pengalaman yang tidak terlupakan oleh para wisatawan.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Loh Liang. Pintu masuk utama untuk kegiatan pengamatan satwa liar pada hutan musim yang dibatasi oleh
pantai pasir putih dan wisata budaya.
Pulau Lasa, Pantai Merah, Loh Bo dan Sebita. Menyelam dan snorkeling dengan fasilitas dive shop dan
glass bottom boat.
Banu Nggulung. Pengamatan satwa.

Cara pencapaian lokasi:Denpasar-Mataram-Bima-Sape (perjalanan darat dan fery) selama dua hari. Dari
Sape menuju lokasi taman nasional menggunakan fery. Denpasar-Labuan Bajo dengan pesawat seminggu
dua kali, dan menggunakan fery atau speedboat dari Labuan Bajo ke lokasi taman nasional.

Dinyatakan : Menteri Kehutanan, tahun 1990. Ditunjuk : Menteri Kehutanan, SK No. 306/Kpts-II/95 dengan Luas
: 173.300 hektar terletak : Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan Temperatur udara 17° -
43° C, Curah hujan : 800 – 1.000 mm/tahun Ketinggian tempat : 0 – 735 meter dpl dan Letak geografis :
8°23’ - 8°50’ LS, 119°22’ - 119°49’ BT

Taman Nasional Kelimutu


Taman Nasional Kelimutu memiliki topografi daerah yang bergelombang mulai
ringan sampai berat dengan relief berbukit-bukit sampai bergunung-gunung.

Beberapa tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Kelimutu antara lain kayu
mata (Albizia montana), kebu (Homalanthus giganteus), tokotaka (Putranjiva
roxburghii), uwi rora (Ardisia humilis), longgo baja (Drypetes subcubica), toko keo
(Cyrtandra sp.), kayu deo (Trema cannabina), dan kelo (Ficus villosa).

Taman Nasional Kelimutu merupakan habitat sekitar 19 jenis burung yang


terancam punah diantaranya punai Flores (Treron floris), burung hantu wallacea
(Otus silvicola), sikatan rimba-ayun (Rhinomyias oscillans), kancilan Flores
(Pachycephala nudigula), sepah kerdil (Pericrocotus lansbergei), tesia Timor
(Tesia everetti), opior jambul (Lophozosterops dohertyi), opior paruh tebal (Heleia
crassirostris), cabai emas (Dicaeum annae), kehicap Flores (Monarcha
sacerdotum), burung madu matari (Nectarinia solaris), dan elang Flores (Spizaetus
floris).

Dari empat jenis mamalia endemik taman nasional ini, yang sering dijumpai adalah dua tikus gunung Bunomys naso dan
Rattus hainaldi.Di taman nasional ini dapat dijumpai beberapa satwa seperti banteng (Bos javanicus javanicus), kijang
(Muntiacus muntjak nainggolani), luwak (Pardofelis marmorata), trenggiling (Manis javanica), landak (Hystrix
brachyura brachyura), dan kancil (Tragulus javanicus javanicus).

Sedangkan biota laut yang berada di sekitar Pulau Menjangan dan Tanjung Gelap terdiri dari 45 jenis karang diantaranya
Halimeda macroloba, Chromis spp., Balistes spp., Zebrasoma spp., dan Ypsiscarus ovifrons; 32 jenis ikan diantaranya
ikan bendera (Platax pinnatus), ikan sadar (Siganus lineatus), dan barakuda (Sphyraena jello); 9 jenis molusca laut
diantaranya kima selatan (Tridacna derasa), triton terompet (Charonia tritonis), dan kima raksasa (Tridacna gigas).

Selain memiliki keanekaragaman hayati yang cukup bernilai tinggi, juga


memiliki keunikan dan nilai astetika yang menarik yaitu dengan adanya
tiga buah danau berwarna dan berada di puncak Gunung Kelimutu (1.690
meter dpl). Danau pertama bernama Tiwu Ata Mbupu (danau arwah para
orang), danau kedua bernama Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (danau arwah
muda-mudi) dan danau ketiga bernama Tiwu Ata Polo (danau arwah para
tukang tenung). Danau pertama dan kedua letaknya sangat berdekatan,
sedangkan danau ketiga terletak menyendiri sekitar 1,5 km di bagian
Barat. Warna air dari ketiga danau tersebut berbeda satu sama lain dan
selalu berubah dari waktu ke waktu terutama warna air Tiwu Nuwa Muri
(duabelas kali perubahan dalam jangka waktu duapuluh lima tahun).
Selain disebabkan oleh aktivitas gunung berapi Kelimutu, perubahan
warna ini diduga akibat adanya pembiasan cahaya matahari, adanya mikro biota air, terjadinya zat kimiawi terlarut, dan
akibat pantulan warna dinding dan dasar dana. Kekayaan alam yang dimiliki Taman Nasional Kelimutu ditunjang oleh
seni budaya berupa rumah adat, tarian tradisional dan kerajinan tenun ikat yang merupakan ciri khas masyarakat
setempat. Pembuatan tenun ikat sangat menarik perhatian pengunjung, karena didasari oleh seni dan imajinasi yang
sangat tinggi dan berbeda dengan pembuatan tenun ikat lainnya di Indonesia.

Lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Gunung Kelimutu. Di puncak Gunung Kelimutu merupakan tempat yang paling strategis untuk dapat
melihat ketiga danau tersebut.
Moni. Sumber air panas, air terjun dan perkampungan pembuat tenun ikat tradisional.

Cara pencapaian lokasi: Menggunakan pesawat terbang Kupang-Ende selama sekitar 40 menit atau Bima-
Ende selama sekitar 90 menit. Selanjutnya dari Ende ke desa terdekat yaitu Desa Koanara sekitar 93 km (± 3

Taman Nasional Gunung Palung


jam). Kemudian dari Desa Koanara-Desa Koposili-Desa Manakuko-Puncak Danau Kelimutu berjalan kaki
sekitar 2,5 jam.

Taman Nasional Gunung Palung merupakan salah satu kawasan pelestarian


alam yang memiliki keaneka-ragaman hayati bernilai tinggi, dan berbagai
tipe ekosistem antara lain hutan mangrove, hutan rawa, rawa gambut, hutan
rawa air tawar, hutan pamah tropika, dan hutan pegunungan yang selalu
ditutupi kabut. Taman nasional ini merupakan satu-satunya kawasan hutan
tropika Dipterocarpus yang terbaik dan terluas di Kalimantan. Sekitar 65
persen kawasan, masih berupa hutan primer yang tidak terganggu aktivitas
manusia dan memiliki banyak komunitas tumbuhan dan satwa liar.

Seperti daerah Kalimantan Barat lain, umumnya kawasan ini ditumbuhi


oleh jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), damar
(Agathis borneensis), pulai (Alstonia scholaris), rengas (Gluta renghas),
kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), Bruguiera sp., Lumnitzera sp.,
Rhizophora sp., Sonneratia sp., ara si
pencekik, dan tumbuhan obat. Tumbuhan
yang tergolong unik di taman nasional ini
adalah anggrek hitam (Coelogyne
pandurata), yang mudah dilihat di Sungai Matan terutama pada bulan Februari-April.
Berwarna hijau dengan kombinasi bercak hitam pada bagian tengah bunga, dan lama
mekar antara 5-6 hari.

Tercatat ada 190 jenis burung dan 35 jenis mamalia yang berperan sebagai pemencar
biji tumbuhan di hutan. Semua keluarga burung dan kemungkinan besar dari seluruh
jenis burung yang ada di Kalimantan, terdapat di dalam hutan taman nasional ini.
Satwa yang sering terlihat di Taman Nasional Gunung Palung yaitu bekantan (Nasalis
larvatus), orangutan (Pongo satyrus), bajing tanah bergaris empat (Lariscus hosei),
kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), beruang madu (Helarctos malayanus
euryspilus), beruk (Macaca nemestrina nemestrina), klampiau (Hylobates muelleri),
kukang (Nyticebus coucang borneanus), rangkong badak (Buceros rhinoceros
borneoensis), kancil (Tragulus napu borneanus), ayam hutan (Gallus gallus), enggang gading (Rhinoplax
vigil), buaya siam (Crocodylus siamensis), kura-kura gading (Orlitia borneensis), dan penyu tempayan
(Caretta caretta). Tidak kalah menariknya keberadaan tupai kenari (Rheithrosciurus macrotis) yang sangat
langka, dan sulit untuk dilihat.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Pantai Pulau Datok dan Bukit Lubang Tedong. Wisata bahari dan berenang
Gunung Palung (1.116 m. dpl) dan Gunung Panti (1.050 m. dpl). Pendakian, air terjun, pengamatan
tumbuhan/satwa dan berkemah.
Cabang Panti. Pusat penelitian dengan fasilitas stasiun penelitian, wisma peneliti dan perpustakaan.
Kampung Baru. Pengamatan satwa bekantan.
Sungai Matan dan Sungai Simpang. Menyelusuri sungai, pengamatan satwa dan wisata budaya (situs
purbakala).

Cara pencapaian lokasi :


Dari Ketapang (plane) selama 1,5 jam, atau dengan kapal motor antara 6-7 jam, dilanjutkan ke Sukadana
(kendaraan roda empat) sekitar dua jam. Dari Sukadana ke lokasi melalui Sungai Meliya dengan longboat
(bandong) sekitar empat jam. Pontianak - Teluk Batang (speed boat) empat jam dan dilanjutkan ke Teluk
Melano (kendaraan roda dua) sekitar satu jam. Pontianak - Teluk Melano (speed boat) antara 9-10 jam.

Taman Nasional Danau Sentarum


Taman Nasional Danau Sentarum merupakan perwakilan ekosistem lahan
basah danau, hutan rawa air tawar dan hutan hujan tropik di Kalimantan. Danau
Sentarum sebagai danau musiman yang berada di taman nasional ini terletak
pada sebelah cekungan sungai Kapuas, yaitu sekitar 700 km dari muara yang
menuju laut Cina Selatan. Dibatasi oleh bukit-bukit dan dataran tinggi yang
mengelilinginya, Danau Sentarum merupakan daerah tangkapan air dan
sekaligus sebagai pengatur tata air bagi Daerah Aliran Sungai Kapuas. Dengan
demikian, daerah-daerah yang terletak di hilir Sungai Kapuas sangat tergantung
pada fluktuasi jumlah air yang tertampung di danau tersebut.

Taman Nasional Danau Sentarum memiliki tumbuhan khas dan asli yaitu
tembesu/tengkawang (Shorea beccariana). Selain itu juga terdapat tumbuhan
hutan dataran rendah seperti jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus
bancanus), meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), dan kayu ulin
(Eusideroxylon zwageri).

Sistem perairan dari danau air tawar


dan hutan tergenang ini menjadikan Danau Sentarum tidak seperti danau-
danau lainnya. Airnya bewarna hitam kemerah-merahan karena mengandung
tannin yang berasal dari hutan gambut di sekitarnya. Pada saat musim hujan,
kedalaman air danau tersebut dapat mencapai 6-8 meter dan menyebabkan
tergenangnya hutan sekitarnya. Tetapi, pada saat musim kemarau, dimana
tinggi air di Sungai Kapuas berangsur-angsur turun, air dari Danau Sentarum
akan mengalir ke Sungai Kapuas sehingga debit air di sungai tersebut relatif
stabil. Akhirnya pada saat puncak musim kemarau, keadaan Danau Sentarum
dan daerah sekitarnya akan menjadi hamparan tanah yang luas. Ikan-ikan
yang tadinya berada di danau, akan terlihat di kolam-kolam kecil.

Kehidupan masyarakat yang berada di sekitar taman nasional yaitu suku


Dayak Iban, Sebaruk, Sontas, Kenyah dan Punan masih tradisional. Rumah panjang (Betang) yang dihuni oleh suku
tersebut beragam besarnya, ada yang dihuni lima sampai delapan kepala keluarga dan ada yang dihuni 15 sampai 30
kepala keluarga. Rumah panjang yang dihuni 15 – 30 kepala keluarga, mempunyai panjang rata-rata 186 meter dan lebar
6 meter. Kehidupan di rumah betang memperlihatkan suatu kerukunan, kepolosan dan keramahtamahan suku tersebut,
dan biasanya wisatawan akan disuguhi tarian dayak.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Bukit Lanjak, Nanga Kenelang dan Bukit Tekenang. Melihat panorama danau, bersampan dan pengamatan satwa
burung dan penelitian yang dilengkapi sarana laboratorium.

Cara pencapaian lokasi :


Cara pencapaian lokasi: Pontianak-Sintang-Semitau menggunakan kendaraan roda empat sekitar 11 jam atau Sintang-
Semitau menggunakan longboat (bandong) ditempuh sekitar tujuh jam. Dari Semitau ke lokasi menggunakan perahu
motor jurusan Lanjak. Pontianak-Putussibau dengan pesawat terbang sekitar dua jam dan dari Putussibau ke Nanga
Suhaid dengan longboat sekitar tujuh jam.

Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 34/Kpts-II/99 dengan luas 132.000 hektar dan terletak di Kabupaten Kapuas Hulu,

Provinsi Kalimantan Barat dengan Temperatur udara 26° - 30° C, curah hujan 1.200 - 1.500 mm/tahun, ketinggian
tempat 37 - 40 meter dpl dan Letak geografis 0°39’ - 1°00’ LU, 111°56’ - 112°25’ BT.

Taman Nasional Tanjung Puting

Taman Nasional Tanjung Puting memiliki beberapa tipe ekosistem yang terdiri
dari hutan hujan tropika dataran rendah, hutan tanah kering, hutan rawa air tawar,
hutan mangrove, hutan pantai, dan hutan sekunder. Kawasan ini didominir oleh
tumbuhan hutan dataran rendah seperti jelutung (Dyera costulata), ramin
(Gonystylus bancanus), meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), dan
rotan.

Jenis satwa langka endemik dan dilindungi yang terdapat di hutan Taman
Nasional Tanjung Puting antara lain orangutan (Pongo satyrus), bekantan
(Nasalis larvatus), lutung merah (Presbytis rubicunda rubida), beruang (Helarctos
malayanus euryspilus), kancil (Tragulus javanicus klossi), macan dahan (Neofelis
nebulosa), dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis borneoensis).

Taman Nasional Tanjung Puting merupakan lokasi


pertama di Indonesia sebagai pusat rehabilitasi
orangutan. Terdapat tiga buah lokasi untuk
rehabilitasi orangutan yaitu di Tanjung Harapan,
Pondok Tanggui, dan Camp Leakey.

Orangutan Kalimantan mempunyai bulu kemerah-merahan gelap dan tidak memiliki


ekor. Sejalan dengan pertumbuhan usianya, jantan dewasa mengembangkan pipinya
hingga membentuk bantalan. Semakin tua, bantalan pipinya semakin besar sehingga
wajahnya terkesan seram.

Taman Nasional Tanjung Puting ditetapkan UNESCO sebagai Cagar Biosfir pada tahun
1977 dan merupakan Sister Park dengan negara Malaysia.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:

Tanjung Harapan. Merupakan stasiun pertama dalam proses rehabilitasi orangutan. Lokasi ini berada di hutan
sekunder dan hutan rawa yang dilengkapi dengan wisma tamu, pusat informasi dan jalan trail.
Pondok Tanggui. Orangutan tersebut tetap diamati secara tertutup dan dihindari kontak dengan manusia.
Camp Leakey. Didirikan pada tahun 1971, berada di hutan primer dan merupakan tempat dari beberapa orangutan yang
setengah liar sampai liar dan dari yang baru dilahirkan sampai usia tiga tahun (raja tua). Natai Lengkuas. Stasiun
penelitian bekantan dan pengamatan satwa lainnya melalui sungai. Sungai Buluh dan Danau Burung. Pengamatan
satwa burung terutama burung migran.

Cara pencapaian lokasi :

Cara pencapaian lokasi: Jakarta-Semarang- Pangkalan Bun (plane) atau


dengan kapal laut Semarang-Pangkalan Bun. Dengan kendaraan darat
dari Pangkalan Bun ke Kumai sekitar 20 menit (8 km). Selanjutnya dari
Kumai ke Tanjung Harapan menggunakan klotok selama 1,5-2 jam, atau
Kumai - Natai Lengkuas selama 4 - 5 jam. Menggunakan perahu cepat
dari Kumai - Tanjung Harapan selama 0,5 - 1 jam, dari Kumai - Camp Leakey selama 1,5 - 2 jam, dan dari Kumai ke
Natai Lengkuas selama 1,5 - 2 jam.

Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1982 dengan luas 300.040 hektar. Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK
No. 587/ Kpts-II/1996 luas 415.040 hektar Letak Kabupaten Kotawaringin, Provinsi Kalimantan Tengah,
temperatur udara 22° - 33° C, curah hujan Rata-rata 2.400 mm/tahun, ketinggian tempat 0 – 100 meter dpl
dan Letak geografis 2°33’ - 3°32’ LS, 111°42’ - 112°14’ BT

Taman Nasional Kutai

Taman Nasional Kutai memiliki berbagai tipe vegetasi utama yaitu vegetasi
hutan pantai/mangrove, hutan rawa air tawar, hutan kerangas, hutan genangan
dataran rendah, hutan ulin/meranti/kapur dan hutan Dipterocarpaceae
campuran. Taman nasional ini merupakan perwakilan hutan ulin yang paling
luas di Indonesia.

Beberapa tumbuhan yang ada di taman nasional seperti bakau (Rhizophora sp.),
tancang (Bruguiera sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), simpur (Dillenia
sp.), meranti (Shorea sp.), benuang (Octomeles sumatrana), kapur
(Dryobalanops sp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), 3 jenis raflesia dan berbagai
jenis anggrek.

Pohon ulin yang terdapat di Sangkimah


memiliki tinggi bebas cabang 45 m,
diameter 225 cm atau keliling batang 706
cm dan volumenya 150 m3. Pohon ini
tercatat sebagai pohon tertinggi dan terbesar di Indonesia.

Disamping memiliki potensi keanekaragaman tumbuhan, taman nasional ini juga


memiliki potensi keanekaragaman satwa yang tinggi, yaitu dari kelompok primata
seperti orangutan (Pongo satyrus), owa kalimantan (Hylobates muelleri), bekantan
(Nasalis larvatus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis fascicularis), beruk (M.
nemestrina nemestrina), dan kukang (Nyticebus coucang borneanus). Kelompok ini
dapat dijumpai di Teluk Kaba, Prevab-Mentoko dan Sangkimah. Kelompok
ungulata seperti banteng (Bos javanicus lowi), rusa sambar (Cervus unicolor
brookei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), dan kancil (Tragulus javanicus
klossi). Kelompok ini dapat dijumpai di seluruh kawasan Taman Nasional Kutai.
Kelompok carnivora seperti beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus) bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus),
elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), pergam raja/hijau (Ducula aenea), ayam hutan (Gallus sp.), beo/tiong
emas (Gracula religiosa), dan pecuk ular asia (Anhinga melanogaster melanogaster).

Taman nasional ini merupakan lokasi taman nasional ketiga sebagai pusat rehabilitasi orangutan yang
berlokasi di Teluk Kaba. Taman Nasional Kutai menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan seperti
PT. Kaltim Prima Coal, PT. Pupuk Kaltim, PT. Badak LNG, dan Pertamina (Mitra Kutai). Mitra Kutai
memberikan bantuan pendanaan dan pelaksanaan pelestarian taman nasional tersebut.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Teluk Kaba dan Muara Sangkimah. Wisata bahari dan pengamatan satwa seperti orangutan, bekantan, rusa sambar,
kancil, beruang madu dan burung.
Teluk Lombok dan Muara Sungai Sangata. Wisata bahari dan pengamatan hutan bakau yang masih utuh.
Prevab Mentoko. Penelitian dan pengamatan satwa seperti beruang madu, orangutan, kancil, rusa sambar, dan babi
hutan.
Goa Lobang Angin. Wisata goa.
Cara pencapaian lokasi :
Cara pencapaian lokasi: Balikpapan - Samarinda sekitar 2,5 jam dengan kendaraan darat roda empat, kemudian
dilanjutkan ke Bontang sekitar tiga jam. Bontang-Teluk Kaba dengan menggunakan speed boat sekitar 30 menit. Selain
itu antara Bontang-Sanggata terdapat jalan raya membelah taman nasional.

Dinyatakan Menteri Pertanian, SK No. 736/Mentan/X/1982 dengan luas 200.000 hektar Letak Kabupaten Kutai,
Provinsi Kalimantan Timur, Temperatur udara 27° - 33° C, Curah hujan Rata-rata 1.500 mm/tahun dan Ketinggian
tempat 0 - 397 meter dpl.

Taman Nasional Bunaken


Taman Nasional Bunaken merupakan perwakilan ekosistem perairan tropis
Indonesia yang terdiri dari ekosistem hutan bakau, padang lamun, terumbu
karang, dan ekosistem daratan/pesisir. Pada bagian Utara terdiri dari pulau
Bunaken, pulau Manado Tua, pulau Montehage, pulau Siladen, pulau Nain,
pulau Nain Kecil, dan sebagian wilayah pesisir Tanjung Pisok. Sedangkan
pada bagian Selatan meliputi sebagian pesisir Tanjung Kelapa.

Potensi daratan pulau-pulau taman nasional ini kaya dengan jenis


palem, sagu, woka, silar dan kelapa. Jenis satwa yang ada di
daratan dan pesisir antara lain kera hitam Sulawesi (Macaca nigra
nigra), rusa (Cervus timorensis russa), dan kuskus (Ailurops
ursinus ursinus).

Jenis tumbuhan di hutan bakau Taman Nasional Bunaken yaitu Rhizophora


sp., Sonneratia sp., Lumnitzera sp., dan Bruguiera sp. Hutan ini kaya dengan
berbagai jenis kepiting, udang, moluska dan berbagai jenis burung laut
seperti camar, bangau, dara laut, dan cangak laut. Jenis ganggang yang
terdapat di taman nasional ini meliputi jenis Caulerpa sp., Halimeda sp., dan
Padina sp. Padang lamun yang mendominasi terutama di pulau Montehage,
dan pulau Nain yaitu Thalassia hemprichii, Enhallus acoroides, dan Thalassodendron ciliatum.

Tercatat 13 genera karang hidup di perairan Taman Nasional Bunaken, didominasi oleh jenis terumbu karang tepi dan
terumbu karang penghalang. Yang paling menarik adalah tebing karang vertikal sampai sejauh 25-50 meter.

Sekitar 91 jenis ikan terdapat di perairan Taman Nasional


Bunaken, diantaranya ikan kuda gusumi (Hippocampus kuda),
oci putih (Seriola rivoliana), lolosi ekor kuning (Lutjanus
kasmira), goropa (Ephinephelus spilotoceps dan Pseudanthias
hypselosoma), ila gasi (Scolopsis bilineatus), dan lain-lain. Jenis
moluska seperti kima raksasa (Tridacna gigas), kepala kambing
(Cassis cornuta), nautilus berongga (Nautilus pompillius), dan
tunikates/ascidian.

Cara pencapaian lokasi: Taman Nasional Bunaken dapat


dicapai melalui Pelabuhan Manado, Marina Nusantara Diving
Centre (NDC) di Kecamatan Molas dan Marina Blue Banter. Dari
Pelabuhan Manado dengan menggunakan perahu motor menuju
pulau Siladen dapat ditempuh + 20 menit, pulau Bunaken + 30 menit, pulau Montehage + 50 menit dan pulau Nain
+60 menit. Dari Blue Banter Marina dengan menggunakan kapal pesiar yang tersedia menuju daerah wisata di
pulau Bunaken dapat ditempuh dalam waktu 10-15 menit, sedangkan dari pelabuhan NDC menuju lokasi
penyelaman di pulau Bunaken dengan menggunakan speed boat ditempuh dalam waktu + 20 menit.
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 730/Kpts-II/1991 dengan luas 89.065 hektar Letak Kabupaten Minahasa dan
Kotamadya Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Temperatur udara
26° - 31° C, Curah hujan 2.500 – 3.500 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 – 800 meter dpl, Salinitas 33 - 35 °/OO,
Kecerahan 10 - 30 m, Pasang surut 2,5 meter, Musim Barat
November s/d Februari, Musim Timur Maret s/d Oktober, Letak
geografis 1°35’ - 1°49’ LU, 124°39’ - 124°35’ BT
Taman Nasional Lore Lindu

Taman Nasional Lore Lindu memiliki

berbagai tipe ekosistem yaitu hutan pamah tropika, hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan sampai
hutan dengan komposisi jenis yang berbeda.

Tumbuhan yang dapat dijumpai di hutan pamah tropika dan pegunungan bawah antara lain Eucalyptus
deglupta, Pterospermum celebicum, Cananga odorata, Gnetum gnemon, Castanopsis argentea, Agathis
philippinensis, Philoclados hypophyllus, tumbuhan obat, dan rotan. Hutan sub-alpin di taman nasional ini
berada diatas ketinggian 2.000 meter dpl. Keadaan hutannya sering diselimuti kabut, dan sebagian besar
pohonnya kerdil-kerdil yang ditumbuhi lumut.

Di dalam kawasan taman nasional terdapat berbagai ragam satwa yaitu 117 jenis mamalia, 88 jenis burung, 29 jenis
reptilia, dan 19 jenis amfibia. Lebih dari 50 persen satwa yang terdapat di kawasan ini merupakan endemik Sulawesi
diantaranya kera tonkean (Macaca tonkeana tonkeana), babi rusa (Babyrousa babyrussa celebensis), tangkasi
(Tarsius diannae dan T. pumilus), kuskus (Ailurops ursinus furvus dan Strigocuscus celebensis callenfelsi), maleo
(Macrocephalon maleo), katak Sulawesi (Bufo celebensis), musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii
musschenbroekii), tikus Sulawesi (Rattus celebensis), kangkareng Sulawesi (Penelopides exarhatus), ular emas
(Elaphe erythrura), dan ikan endemik yang berada di Danau Lindu (Xenopoecilus sarasinorum).

Disamping kekayaan dan keunikan sumberdaya alam hayati, taman nasional ini juga
memiliki kumpulan batuan megalitik yang bagus dan merupakan salah satu monumen
megalitik terbaik di Indonesia. Taman Nasional Lore Lindu mendapat dukungan
bantuan teknis internasional, dengan ditetapkannya sebagai Cagar Biosfir oleh
UNESCO pada tahun 1977.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Lembah Besoa. Melihat habitat maleo, megalit dan rekreasi.
Danau Lindu, Gimpu, Wuasa, Bada. Danau, bersampan dan pengamatan satwa
burung.
Lembah Saluki, Lembah Bada, Lembah Napu. Melihat berbagai batu megalit.
Gunung Nokilalaki, Gunung Rorekatimbo, Sungai Lariang. Pendakian dan berkemah serta arung
jeram.
Danau Lewuto. Danau dan melihat peninggalan mayat Moradino.
Dongi-dongi, Kamarora. Berkemah, air panas, lintas hutan, pengamatan satwa. Atraksi budaya di
luar taman nasional yaitu Festival Danau Poso pada bulan Agustus.

Cara pencapaian lokasi: Dapat dicapai dengan kendaraan roda empat: Palu-Kamarora (50 km) dengan waktu
tempuh 2,5 jam, Palu-Wuasa (100 km) lima jam dan Wuasa-Besoa (50 km)
empat jam. Palu- Kulawi (80 km) enam jam. Perjalanan di dalam kawasan
dapat dilakukan dengan jalan kaki ataupun dengan naik kuda dengan
route : Gimpu-Besoa-Bada selama tiga hari dan Saluki (Sidaonta) – Danau
Lindu selama satu hari.

Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1982 dengan luas 231.000 hektar.


Letak Kab. Donggala dan Kab. Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.
Temperatur udara 22° - 34° C, Curah hujan 2.000 - 3.000 mm/tahun,
Ketinggian tempat 500 – 2.600 meter dpl , Letak geografis 1°03’ - 1°58’
LS, 119°57’ - 120°22’ BT

Taman Nasional Wakatobi

Taman Nasional Wakatobi memiliki potensi sumberdaya alam laut yang


bernilai tinggi baik jenis dan keunikannya, dengan panorama bawah laut
yang menakjubkan. Secara umum perairan lautnya mempunyai
konfigurasi dari mulai datar sampai melandai kearah laut, dan beberapa
daerah perairan terdapat yang bertubir curam. Kedalaman airnya
bervariasi, bagian terdalam mencapai 1.044 meter dengan dasar perairan
sebagian besar berpasir dan berkarang.

Taman nasional ini memiliki 25 buah gugusan terumbu karang dengan


keliling pantai dari pulau-pulau karang sepanjang 600 km. Lebih dari
112 jenis karang dari 13 famili diantaranya Acropora formosa, A.
hyacinthus, Psammocora profundasafla, Pavona cactus, Leptoseris
yabei, Fungia molucensis, Lobophyllia robusta, Merulina ampliata,
Platygyra versifora, Euphyllia glabrescens, Tubastraea frondes,
Stylophora pistillata, Sarcophyton throchelliophorum, dan Sinularia spp.

Kekayaan jenis ikan yang dimiliki


taman nasional ini sebanyak 93 jenis
ikan konsumsi perdagangan dan ikan
hias diantaranya argus bintik (Cephalopholus argus), takhasang (Naso unicornis),
pogo-pogo (Balistoides viridescens), napoleon (Cheilinus undulatus), ikan merah
(Lutjanus biguttatus), baronang (Siganus guttatus), Amphiprion melanopus,
Chaetodon specullum, Chelmon rostratus, Heniochus acuminatus, Lutjanus
monostigma, Caesio caerularea, dan lain-lain.

Selain terdapat beberapa jenis burung laut seperti angsa-batu coklat (Sula
leucogaster plotus), cerek melayu (Charadrius peronii), raja udang erasia (Alcedo
atthis); juga terdapat tiga jenis penyu yang sering mendarat di pulau-pulau yang
ada di taman nasional yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu
tempayan (Caretta caretta), dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea).

Masyarakat asli yang tinggal di sekitar taman nasional yaitu suku laut
atau yang disebut suku Bajau. Menurut catatan Cina kuno dan para
penjelajah Eropa, menyebutkan bahwa manusia berperahu adalah
manusia yang mampu menjelajahi Kepulauan Merqui, Johor, Singapura,
Sulawesi, dan Kepulauan Sulu. Dari keseluruhan manusia berperahu di Asia Tenggara yang masih mempunyai
kebudayaan berperahu tradisional adalah suku Bajau. Melihat kehidupan mereka sehari-hari merupakan hal yang
menarik dan unik, terutama penyelaman ke dasar laut tanpa peralatan untuk menombak ikan. Pulau Hoga (Resort
Kaledupa), Pulau Binongko (Resort Binongko) dan Resort Tamia merupakan lokasi yang menarik dikunjungi terutama
untuk kegiatan menyelam, snorkeling, wisata bahari, berenang, berkemah, dan wisata budaya.

Cara pencapaian lokasi: Kendari ke Bau-bau dengan kapal cepat regular setiap hari dua kali dengan lama perjalanan
lima jam atau setiap hari dengan kapal kayu selama 12 jam. Dari Bau-bau ke Lasalimu naik kendaraan roda empat
selama dua jam, lalu naik kapal cepat Lasalimu-Wanci selama satu jam atau kapal kayu Lasalimu-Wanci selama 2,5
jam. Wanci merupakan pintu gerbang pertama memasuki kawasan Taman Nasional Wakatobi.

Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 393/Kpts-V/1996 dengan luas 1.390.000 hektar. Letak Kabupaten Buton,
Provinsi Sulawesi Tenggara. Temperatur udara 19° - 34° C, Curah hujan 1.000 – 2.200 mm/tahun, Ketinggian tempat
0 - 3 meter dpl , Letak geografis 5°12’ - 6°10’ LS, 123°20’ - 124°39’ BT

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai


Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan perwakilan tipe ekosistem
hutan hujan pegunungan rendah, hutan bakau, hutan pantai, savana, dan hutan
rawa air tawar di Sulawesi. Vegetasi savana di taman nasional ini memiliki ciri
khas dan keunikan, karena merupakan asosiasi antara padang rumput dengan
tumbuhan agel, lontar dan bambu duri serta semak belukar, juga tumbuhan di
sepanjang sungai-sungai yang mengalir di padang savana tersebut.

Keanekaragaman tumbuhan di dalam kawasan ini sangat menonjol yaitu


setidaknya tercatat 89 famili, 257 genus dan 323 spesies tumbuhan,
diantaranya lara (Metrosideros petiolata), sisio (Cratoxylum formosum), kalapi
(Callicarpa celebica), tongke (Bruguiera gimnorrhiza), lontar (Borassus
flabellifer), dan bunga teratai (Victoria spp.).

Kawasan ini juga menjadi habitat berbagai jenis burung, tercatat 155 jenis
burung ada di dalamnya, 32 jenis diantaranya tergolong langka dan 37 jenis
tergolong endemik. Burung-burung tersebut antara lain maleo
(Macrocephalon maleo), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), bangau
sandang lawe (Ciconia episcopus episcopus), raja udang kalung putih (Halcyon chloris chloris), kakatua putih besar
(Cacatua galerita triton), elang-alap dada-merah (Accipiter rhodogaster rhodogaster), merpati hitam Sulawesi
(Turacoena manadensis), dan punai emas (Caloena nicobarica), Terdapat satu jenis burung endemik di Sulawesi
Tenggara yaitu kacamata Sulawesi (Zosterops consobrinorum). Burung tersebut tidak pernah terlihat selama puluhan
tahun yang lalu, namun saat ini terlihat ada di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Pulau Harapan II. Terletak di tengah-tengah Rawa Aopa untuk melihat
panorama alam rawa, burung air yang sedang mengintai ikan, dan
bersampan.
Pantai Lanowulu. Bersampan di sepanjang sungai menuju pantai, hutan
bakau, berenang, dan wisata bahari.
Gunung Watumohai. Pendakian dan berkemah. Di lereng gunung tersebut
terdapat padang savana untuk melihat ratusan ekor rusa yang sedang
merumput, burung-burung, dan satwa lainnya. Atraksi
budaya di luar taman nasional yaitu Festival Tolaki pada bulan Desember di
Kendari.
Cara pencapaian lokasi: Kendari-Punggaluku-Tinanggea-Lanowulu (+ 120 km) dengan waktu dua jam 30
menit, atau Kendari-Motaha-Tinanggea-Lanowulu (± 130 km)
selama tiga jam, dan Kendari-Lambuya-Aopa-Lanowulu
berjarak + 145 km dengan waktu tempuh sekitar empat jam
menggunakan mobil.

Dinyatakan Menteri Kehutanan, tahun 1989 dengan luas


96.804 hektar. Letak Kab. Kendari, Kab. Buton dan Kab.
Kolaka,
Provinsi Sulawesi Tenggara. Temperatur udara 23° - 30° C
Ketinggian tempat 0 - 981 meter dpl, Letak geografis 4°00’ -
4°36’ LS, 121°46’ - 122°09’ BT.

Taman Nasional Manusela

Taman Nasional Manusela merupakan perwakilan tipe ekosistem pantai, hutan


rawa, hutan hujan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan di Maluku. Tipe
vegetasi yang terdapat di taman nasional ini yaitu mangrove, pantai, hutan rawa,
tebing sungai, hutan hujan tropika pamah, hutan pegunungan, dan hutan sub-alpin.

Beberapa jenis tumbuhan di taman nasional ini antara lain tancang (Bruguiera
sexangula), bakau (Rhizophora acuminata), api-api (Avicennia sp.), kapur
(Dryobalanops sp.), pulai (Alstonia scholaris), ketapang (Terminalia catappa),
pandan (Pandanus sp.), meranti (Shorea selanica), benuang (Octomeles
sumatrana), matoa/kasai (Pometia pinnata), kayu putih (Melaleuca
leucadendron), berbagai jenis
anggrek, dan pakis endemik
(Chintea binaya). Sekitar 117 jenis
burung terdapat di Taman Nasional
Manusela, dimana 14 jenis
diantaranya endemik seperti kesturi
ternate (Lorius garrulus), nuri tengkuk ungu/nuri kepala hitam (L.
domicella), kakatua Seram (Cacatua moluccensis), raja udang (Halcyon
lazuli dan H. sancta), burung madu Seram besar (Philemon
subcorniculatus), dan nuri raja/nuri ambon (Alisterus amboinensis).

Burung kakatua seram merupakan salah satu satwa endemik Pulau Maluku,
keberadaannya terancam punah di alam akibat perburuan liar, perusakan dan
penyusutan habitatnya. Satwa lainnya di taman nasional ini adalah rusa
(Cervus timorensis moluccensis), kuskus (Phalanger orientalis orientalis), soa-soa (Hydrosaurus amboinensis), babi hutan (Sus
celebensis), luwak (Pardofelis marmorata), kadal panama (Tiliqua gigas gigas), duyung (Dugong dugon), penyu hijau (Chelonia
mydas), dan berbagai jenis kupu-kupu.

Terdapat sungai-sungai yang mengalir deras, dengan konfigurasi topografi terjal, enam buah gunung/bukit dengan Gunung Binaya
yang tertinggi (± 3.027 meter dpl). Masyarakat desa Manusela, Ilena Maraina, Selumena, dan Kanike, merupakan enclave di
dalam kawasan Taman Nasional Manusela. Masyarakat tersebut telah lama berada di desa-desa tersebut, dan percaya bahwa
gunung-gunung yang berada di taman nasional dapat memberikan semangat dan perlindungan dalam kehidupan mereka.
Kepercayaan mereka secara tidak langsung akan membantu menjaga dan melestarikan taman nasional.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:


Tepi Merkele, Tepi Kabipoto, Wae Kawa. Menjelajahi hutan, panjat tebing, pengamatan satwa/tumbuhan.
Pasahari. Pengamatan satwa rusa dan burung.
Wai Isal. Berkemah, menjelajahi hutan, pengamatan satwa/tumbuhan.
Pilana. Pengamatan kupu-kupu dan menjelajahi hutan.
Gunung Binaya. Pendakian, menjelajahi hutan dan air terjun.

Cara pencapaian lokasi: Taman Nasional Manusela dapat dicapai melalui pantai Utara (Sawai dan Wahai) atau
melalui pantai Selatan (Tehoru dan Moso). Route dari Moso sangat cocok bagi yang menyukai pendakian, karena
kelerengannya sekitar 30%. Dari Ambon ke Masohi menggunakan ferry setiap hari sekitar delapan jam, dilanjutkan ke
Saka menggunakan mobil sekitar dua jam, dan ke Wahai menggunakan speed boat sekitar dua jam. Atau, dari Ambon
ke Wahai menggunakan kapal laut sekitar 24 jam (3 x seminggu). Dari Masohi ke Tehoru menggunakan kapal motor
sekitar sembilan jam, dilanjutkan ke Moso dan Desa Saunulu.

Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 281/Kpts-VI/1997 dengan luas 189.000 hektar. Letak Kabupaten Maluku
Tengah, Provinsi Maluku. Temperatur udara 25° - 35° C, Curah hujan 1.500 – 2.000 mm/tahun, Ketinggian tempat 0
3.027 meter dpl. Letak geografis 2°48’ - 3°18’ LS, 129°06’ - 129°46’ BT

Taman Nasional Teluk Cendrawasih

Taman Nasional Teluk Cendrawasih merupakan perwakilan ekosistem terumbu


karang, pantai, mangrove dan hutan tropika daratan pulau di Papua/Irian Jaya.
Taman Nasional Teluk Cendrawasih merupakan taman nasional perairan laut
terluas di Indonesia, terdiri dari daratan dan pesisir pantai (0,9%), daratan
pulau-pulau (3,8%), terumbu karang (5,5%), dan perairan lautan (89,8%).
Potensi karang Taman Nasional Teluk Cendrawasih tercatat 150 jenis dari 15
famili, dan tersebar di tepian 18 pulau besar dan kecil. Persentase penutupan
karang hidup bervariasi antara 30,40% sampai dengan 65,64%. Umumnya,
ekosistem terumbu karang terbagi menjadi dua zona yaitu zona rataan terumbu
(reef flat) dan zona lereng terumbu (reef slope). Jenis-jenis karang yang dapat
dilihat antara lain koloni karang biru (Heliopora coerulea), karang hitam
(Antiphates sp.), famili Faviidae dan Pectiniidae, serta berbagai jenis karang
lunak.

Taman Nasional Teluk Cendrawasih terkenal kaya akan jenis ikan.


Tercatat kurang lebih 209 jenis ikan penghuni kawasan ini
diantaranya butterflyfish,
angelfish, damselfish,
parrotfish, rabbitfish, dan
anemonefish. Jenis moluska antara lain keong cowries (Cypraea
spp.), keong strombidae (Lambis spp.), keong kerucut (Conus
spp.), triton terompet (Charonia tritonis), dan kima raksasa
(Tridacna gigas). Terdapat empat jenis penyu yang sering
mendarat di taman nasional ini yaitu penyu sisik (Eretmochelys
imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang
(Lepidochelys olivaceae), dan penyu belimbing (Dermochelys
coriacea). Duyung (Dugong dugon), paus biru (Balaenoptera
musculus), ketam kelapa (Birgus latro), lumba-lumba, dan hiu
sering terlihat di perairan Taman Nasional Teluk Cendrawasih.

Terdapat goa alam yang merupakan peninggalan zaman purba, sumber air panas yang mengandung belerang tanpa kadar garam
di Pulau Misowaar, goa dalam air dengan kedalaman 100 feet di Tanjung Mangguar. Sejumlah peninggalan dari abad 18 masih
bisa dijumpai pada beberapa tempat seperti di Wendesi, Wasior, dan Yomber. Umat Kristiani banyak yang berkunjung ke gereja
di desa Yende (Pulau Roon), hanya untuk melihat kitab suci terbitan tahun 1898.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Pulau Rumberpon. Pengamatan satwa (burung), penangkaran rusa, wisata bahari, menyelam dan snorkeling, kerangka pesawat
tempur Jepang yang jatuh di laut.
Pulau Nusrowi. Menyelam dan snorkeling, wisata bahari, pengamatan satwa.
Pulau Mioswaar. Sumber air panas, air terjun, menyelam dan snorkeling, pengamatan satwa dan wisata budaya.
Pulau Yoop dan perairan Windesi. Pengamatan ikan paus dan ikan lumba-lumba.
Pulau Roon. Pengamatan satwa burung, menyelam dan snorkeling, air terjun, wisata budaya, dan gereja tua.

Cara pencapaian lokasi: Dari Jakarta, Surabaya, Denpasar, Ujung Pandang, Jayapura, Honolulu dan Darwin
menggunakan pesawat ke Biak, selanjutnya dari Biak menggunakan pesawat ke Manokwari atau Nabire. Dari Jakarta,
Surabaya, Ujung Pandang dan Jayapura menggunakan kapal laut ke Manokwari atau Nabire. Dari Manokwari ke
lokasi taman nasional (Pulau Rumberpon) menggunakan longboat dengan waktu 5,5 jam. Atau dari Manokwari ke
kota kecamatan Ransiki dengan mobil sekitar tiga jam dan dilanjutkan dengan motorboat sekitar 2,5 jam.

Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 448/ Menhut-VI/90 dengan luas 1.453.500 hektar. Letak Kab. Manokwari dan
Kab. Paniai, Provinsi Papua/Irian Jaya. Temperatur udara 21° - 33° C, Curah hujan 1.200 – 3.700 mm/tahun
Kelembaban udara 82 - 83 %, Kecepatan angin 3,5 - 9,0 knot dan 22 - 23 knot, Letak geografis 1°43’ - 3°22’ LS,
134°06’ - 135°10’ BT

Taman Nasional Lorentz

Taman Nasional Lorentz merupakan perwakilan dari ekosistem terlengkap


untuk keanekaragaman hayati di Asia Tenggara dan Pasifik. Kawasan ini
juga merupakan salah satu diantara tiga kawasan di dunia yang mempunyai
gletser di daerah tropis. Membentang dari puncak gunung yang diselimuti
salju (5.030 meter dpl), hingga membujur ke perairan pesisir pantai dengan
hutan bakau dan batas tepi perairan Laut Arafura. Dalam bentangan ini,
terdapat spektrum ekologis menakjubkan dari kawasan vegetasi alpin, sub-
alpin, montana, sub-montana, dataran rendah, dan lahan basah. Selain
memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terdapat pula beberapa
kekhasan dan keunikan adanya gletser di Puncak Jaya dan sungai yang
menghilang beberapa kilometer ke dalam tanah di Lembah Balliem.
Sebanyak 34 tipe vegetasi diantaranya hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan
sagu, hutan gambut, pantai pasir karang, hutan hujan lahan datar/lereng,
hutan hujan pada bukit, hutan kerangas, hutan pegunungan, padang rumput,
dan lumut kerak. Jenis-jenis tumbuhan di taman nasional ini antara lain nipah
(Nypa fruticans), bakau (Rhizophora apiculata), Pandanus julianettii,
Colocasia esculenta, Avicennia marina, Podocarpus pilgeri, dan Nauclea
coadunata.

Jenis-jenis satwa yang sudah diidentifikasi di Taman Nasional Lorentz sebanyak 630 jenis burung (± 70 % dari burung
yang ada di Papua) dan 123 jenis mamalia. Jenis burung yang menjadi ciri khas taman nasional ini ada dua jenis
kasuari, empat megapoda, 31 jenis dara/merpati, 30 jenis kakatua, 13 jenis burung udang, 29 jenis burung madu, dan
20 jenis endemik diantaranya cendrawasih ekor panjang (Paradigalla caruneulata) dan puyuh salju (Anurophasis
monorthonyx). Satwa mamalia tercatat antara lain babi duri moncong panjang (Zaglossus bruijnii), babi duri moncong
pendek (Tachyglossus aculeatus), 4 jenis kuskus, walabi, kucing hutan, dan kanguru pohon.

Taman Nasional Lorentz ditetapkan sebagai Situs


Warisan Alam Dunia oleh UNESCO dan Warisan Alam
ASEAN oleh negara-negara ASEAN. Taman nasional
ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan
ditunjang keanekaragaman budaya yang mengagumkan.
Diperkirakan kebudayaan tersebut berumur 30.000 tahun
dan merupakan tempat kediaman suku Nduga, Dani
Barat, Amungme, Sempan dan Asmat. Kemungkinan
masih ada lagi masyarakat yang hidup terpencil di hutan belantara ini yang belum mengadakan hubungan
dengan manusia modern. Suku Asmat terkenal dengan keterampilan pahatan patungnya. Menurut
kepercayaannya, suku tersebut identik dengan hutan atau pohon. Batang pohon dilambangkan sebagai
tubuh manusia, dahan-dahannya sebagai lengan, dan buahnya sebagai kepala manusia. Pohon dianggap
sebagai tempat hidup para arwah nenek moyang mereka. Sistem masyarakat Asmat yang menghormati
pohon, ternyata berlaku juga untuk sungai, gunung dan lain-lain. Lorentz ditunjuk sebagai taman nasional
pada tahun 1997, sehingga fasilitas/sarana untuk kemudahan pengunjung masih sangat terbatas, dan belum
semua obyek dan daya tarik wisata alam di taman nasional ini telah diidentifikasi dan dikembangkan.

Cara pencapaian lokasi:


Dari kota Timika ke bagian Utara kawasan menggunakan penerbangan perintis dan ke bagian Selatan
menggunakan kapal laut melalui Pelabuhan Sawa Erma, dilanjutkan dengan jalan setapak ke beberapa
lokasi.

Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 154/Kpts-II/1997 dengan luas 2.450.000 hektar. Letak Kab. Paniai,
Kab. Fak-fak, dan Kab. Merauke, Provinsi Papua/Irian Jaya. Temperatur udara 29° - 32° C di dataran
Taman Nasional Wasur
rendah, Ketinggian tempat 0 – 5.000 meter dpl. Letak geografis 3°41’ - 5°30’ LS, 136°56’ - 139°09’ BT

Taman Nasional Wasur merupakan perwakilan dari lahan basah yang paling
luas di Papua/Irian Jaya dan sedikit mengalami gangguan oleh aktivitas
manusia. Sekitar 70 persen dari luas
kawasan taman nasional berupa vegetasi
savana, sedang lainnya berupa vegetasi
hutan rawa, hutan musim, hutan pantai,
hutan bambu, padang rumput dan hutan
rawa sagu yang cukup luas. Jenis tumbuhan
yang mendominasi hutan di kawasan taman
nasional ini antara lain api-api (Avicennia
sp.), tancang (Bruguiera sp.), ketapang
(Terminalia sp.), dan kayu putih (Melaleuca
sp.).

Jenis satwa yang umum dijumpai antara lain


kanguru pohon (Dendrolagus spadix),
kesturi raja (Psittrichus fulgidus), kasuari
gelambir (Casuarius casuarius sclateri),
dara mahkota/mambruk (Goura cristata), cendrawasih kuning besar
(Paradisea apoda novaeguineae), cendrawasih raja (Cicinnurus regius rex),
cendrawasih merah (Paradisea rubra), buaya air tawar (Crocodylus novaeguineae), dan buaya air asin (C. porosus).
Keanekaragaman hayati bernilai tinggi dan mengagumkan di Taman Nasional Wasur, menyebabkan kawasan ini
lebih dikenal sebagai “Serengiti Papua”.

Lahan basah di taman nasional ini merupakan ekosistem yang paling produktif dalam menyediakan bahan
pakan dan perlindungan bagi kehidupan berbagai jenis
ikan, udang dan kepiting yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi. Berbagai jenis satwa seperti burung migran, walabi
dan kasuari sering datang dan menghuni Danau Rawa Biru.
Oleh karena itu, Danau Rawa Biru disebut “Tanah Air”
karena ramainya berbagai kehidupan satwa. Lokasi ini
sangat cocok untuk mengamati atraksi satwa yang menarik
dan menakjubkan.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk


dikunjungi:
Danau Rawa Biru, Ukra, Maar, Kakania, Dikbob, Rawa
Panjang, Pilmul. Pengamatan satwa, danau, menyelusuri
sungai, berkuda dan wisata budaya.
Yanggandur, Soa, Ukra, Onggaya. Savana, pengamatan satwa, menyelusuri sungai, memancing, dan wisata budaya.

Cara pencapaian lokasi: Dari Jayapura ke Merauke (Plane) dengan waktu 1,5 jam, kemudian dari Merauke ke
lokasi menggunakan kendaraan roda empat dalam waktu satu sampai dua jam melalui jalan trans Irian (Jayapura-
Merauke).

Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 448/Menhut-VI/90 dengan luas 413.810 hektar. Letak Kabupaten Merauke,
Provinsi Papua. Temperatur udara 22° - 30° C, Curah hujan Rata-rata 2.400 mm/tahun, Ketinggian tempat 0 – 90 meter
dpl., Letak geografis 8°04’ - 9°07’ LS, 140°29’ - 141°00’ BT.

Anda mungkin juga menyukai