Anda di halaman 1dari 3

RUU Haluan Ideologi Pancasila Dinilai Abaikan Tap MPRS XXV/1966

Karena tidak mencantumkan Tap MPRS XXV/1966 sebagai pedoman larangan


ideologi komunisme/marxisme-leninisme dalam bagian konsideran RUU Haluan
Ideologi Negara

Pembahasan draf Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila


(HIP) memasuki babak baru, setelah disahkan menjadi usul inisiatif DPR dalam rapat
paripurna, Selasa (12/5) kemarin. DPR dan pemerintah bakal mendalami materi
muatan dalam draf RUU HIP ini.
Hanya saja terdapat hal terabaikan dalam memasukan Ketetapan (Tap) MPRS
No.XXV Tahun 1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan
Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah NKRI Bagi Partai Komunis
Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan Untuk Menyebarkan atas Mengembangkan
Paham atau Ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme dalam RUU HIP itu. 
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) menjadi partai yang menolak keras sejak
awal rumusan RUU HIP yang tidak menjadikan Tap MPRS XXV/1966 sebagai
landasan. Anggota Badan Legislasi (Baleg) dari Fraksi PKS Buckhori
Yusuf menegaskan fraksinya menolak  dengan catatan terhadap RUU HIP ditetapkan
sebagai RUU insiatif DPR.
Dia mengingatkan Tap MPRS XXV/1966 hingga kini belum dicabut, sehingga
keberlakuannya masih diakui. Karena itu, Ketika HIP hendak dijadikan aturan
seharusnya mencantumkan Tap MPRS XXV/1966 sebagai acuan agar tak ada
‘main’main’ dengan idelogi komunisme. Setidaknya pencantuman Tap MPRS
XXV/1966 dituangkan dalam ketentuan mengingat dari RUU HIP.
“Suatu kekeliruan yang fatal jika mengabaikan TAP MPR itu, sebab ketentuan
tersebut masih berlaku dan belum dicabut sampai saat ini,” ujarnya beberapa hari lalu
di Komplek Gedung Parlemen.
Anggota Komisi VIII itu melanjutkan pihaknya berulang kali memberi catatan pada
draf per 9 April dan 22 April kepada pimpinan Baleg agar memasukan ketentuan
Tap MPRS XXV/1966 dalam ketentuan mengingat RUU HIP. Namun hingga
diparipurnakan menjadi usul inisiatif DPR tak juga dimasukan dala ketentuan
mengingat.
Padahal, kata Buchori, sejarah telah membuktikan adanya pihak-pihak atau golongan
yang ingin mengubah ideologi negara menjadi ideologi terlarang. Menurutnya,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5ebe48d13b655/ruu-haluan-ideologi-
pancasila-dinilai-abaikan-tap-mprs-xxv-1966/Tap MPRS XXV/1966 merupakan
esensi penting dan ruh dari ideologi negara Pancasila. Dia beralasan melalui
Tap MPRS XXV/1966 sebagai upaya menjaga orisinalitas Pancasila dari pengaruh
haluan kiri dan kanan, seperti sosialis komunis dan dan kapitalis liberalis.

Polemik RUU Haluan Ideologi Pancasila


 Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP) menuai
polemik. Dari sekian alasan, RUU tersebut pada intinya dianggap dapat mendistorsi
subtansi dan makna nilai-nilai Pancasila.
RUU HIP merupakan inisiatif DPR RI. Setidaknya ada tujuh partai politik yang masih
mendukung RUU tersebut, meliputi Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP), Partai Gerindra, PKB, Nasdem, PAN, Partai Golkar dan PPP. Sementara PKS
dengan catatan, dan Partai Demokrat menarik diri dari pembahasan. 
Menurut Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam),
pemerintah tegas menolak usulan yang akan memeras Pancasila menjadi hanya tiga
atau satu sila. Pancasila tidak akan diubah-ubah.
“Pemerintah akan menolak jika ada usulan memeras Pancasila menjadi Trisila atau
Ekasila. Bagi pemerintah Pancasila adalah lima sila yang tercantum di dalam
Pembukaan UUD 1945 yang disahkan tanggal 18 Agustus 1945 dalam satu kesatuan
paham,” ujarnya.
Menurutnya, lima sila dalam Pancasila tidak bisa dijadikan satu atau dua atau tiga.
Namun, harus dimaknai dalam satu kesatuan yang bisa dinarasikan dengan istilah
"satu tarikan nafas".
Lagi pula pelarangan komunisme bersifat final, sebab berdasarkan Tap MPR No I
Tahun 2003 tidak ada ruang hukum untuk mengubah atau mencabut Tap MPRS XXV
Tahun 1966.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga hingga saat ini belum mengirimkan surat
presiden (supres) untuk membahasnya dalam proses legislasi. Pemerintah sudah mulai
mempelajarinya dengan seksama dan sudah menyiapkan beberapa pandangan.

Penolakan RUU HIP juga muncul dari Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI). Di
mana, dirinya mengkhawatirkan, kalau RUU HIP akan menghilangkan Pancasila,
terutama sila pertama.

"Keberadaan RUU HIP patut dibaca sebagai bagian dari agenda itu, sehingga wajib
RUUP HIP ini ditolak dengan tegas tanpa kompromi apapun," tuturnya.

Serupa dilontarkan Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie, yang menekankan agar
jangan membuat RUU yang justru membuat bangsa kehabisan energi membuatnya.
"Ini sesuatu yang sebenarnya sudah selesai dan seharusnya jadi catatan sejarah,"
tuturnya.
Sementara Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto
mengaku sepakat dengan pasal kontroversi di RUU HIP untuk dihapus. Hal itu
sebagai sikap mendukung larangan komunisme, radikalisme dalam RUU HIP.

"Terhadap materi muatan yang terdapat di dalam Pasal 7 RUU HIP terkait ciri pokok
Pancasila yang kristalisasinya dalam Ekasila, PDI Perjuangan setuju untuk dihapus,"
katanya.

Berikut ragam penolakan RUU HIP:

- Mendistorsi subtansi dan makna nilai-nilai Pancasila

- Menurunkan derajat Pancasila karena diatur dengan undang-undang

- Konsep Trisila lalu menjadi Ekasila, yakni "gotong royong" adalah upaya
pengaburan dan penyimpangan makna dari Pancasila

- Melumpuhkan eksistensi sila 1 Pancasila dan menyingkirkan peran agama dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara

- Tidak memasukan TAP MPRS XXV/1966 tentang Pembubaran PKI ke dalam


konsideran RUU.

(Ari)

 #mahfud md
 #DPR RI
 #Pancasila
 #RUU Haluan Ideologi Pancasila
https://nasional.okezone.com/read/2020/06/16/337/2230724/polemik-ruu-
haluan-ideologi-pancasila

Anda mungkin juga menyukai